Dokumen ini membahas metode Thornwaite untuk menghitung neraca air lahan bulanan dengan menggunakan data curah hujan, evapotranspirasi, kapasitas lapang, dan titik layu permanen. Neraca air lahan penting untuk mempertimbangkan kesesuaian lahan pertanian, mengatur jadwal tanam dan panen, serta pengaturan irigasi. Dokumen ini juga menjelaskan cara menghitung curah hujan dengan peluang tertentu menggunakan metode ranking.
Dipresentasikan dalam acara Webinar Nasional “Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut”, 22 Desember 2020.
Dokumen tersebut membahas tentang konservasi sumber daya air untuk meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai di Kalimantan. Dibahas mengenai kondisi daerah aliran sungai, lahan kritis, dan indeks kualitas lingkungan hidup di berbagai provinsi Kalimantan. Termasuk pula analisis kondisi daerah aliran sungai Barito di Kalimantan Tengah dan Selatan.
Dokumen tersebut membahas tentang kebutuhan air irigasi untuk tanaman pertanian. Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan air irigasi antara lain jenis tanaman, cara pemberian air, jenis tanah, iklim, dan evapotranspirasi tanaman. Kebutuhan air irigasi dihitung dengan memperhatikan parameter seperti kebutuhan air tanaman, perkolasi, penggantian lapisan air, dan curah hujan efektif.
Dokumen ini membahas metode Thornwaite untuk menghitung neraca air lahan bulanan dengan menggunakan data curah hujan, evapotranspirasi, kapasitas lapang, dan titik layu permanen. Neraca air lahan penting untuk mempertimbangkan kesesuaian lahan pertanian, mengatur jadwal tanam dan panen, serta pengaturan irigasi. Dokumen ini juga menjelaskan cara menghitung curah hujan dengan peluang tertentu menggunakan metode ranking.
Dipresentasikan dalam acara Webinar Nasional “Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut”, 22 Desember 2020.
Dokumen tersebut membahas tentang konservasi sumber daya air untuk meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai di Kalimantan. Dibahas mengenai kondisi daerah aliran sungai, lahan kritis, dan indeks kualitas lingkungan hidup di berbagai provinsi Kalimantan. Termasuk pula analisis kondisi daerah aliran sungai Barito di Kalimantan Tengah dan Selatan.
Dokumen tersebut membahas tentang kebutuhan air irigasi untuk tanaman pertanian. Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan air irigasi antara lain jenis tanaman, cara pemberian air, jenis tanah, iklim, dan evapotranspirasi tanaman. Kebutuhan air irigasi dihitung dengan memperhatikan parameter seperti kebutuhan air tanaman, perkolasi, penggantian lapisan air, dan curah hujan efektif.
Prediksi Iklim di Daerah Rawan Bencana sebagai Langkah Awal Antisipasi Iklim ...Khairullah Khairullah
Pentingnya prediksi iklim di daerah rawan bencana untuk memahami risiko, mencegah kegagalan karena iklim ekstrem sebagai mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim.
Perubahan iklim natural mengacu pada perubahan iklim yang terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari, erupsi gunung berapi dan pergeseran lempeng tektonik
Perubahan iklim akan menyebabkan kekeringan, penurunan air tanah, peningkatan suhu (pemanansan global), banjir (cuaca ekstrem), kekurangan kesuburan tanah, perubahan cuaca, dan lain-lain yang berisiko gagal panen dan kelaparan.
Portal Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi (SIH3) digunakan untuk mengintegrasikan data dan informasi dari berbagai instansi terkait cuaca, air, dan tanah di Kalimantan Selatan. BMKG membangun clearinghouse SIH3 di tingkat provinsi untuk menyatukan data dari Kementerian PUPR dan ESDM guna meningkatkan akurasi prakiraan dan respons bencana. Portal SIH3 Kalimantan Selatan menampilkan produk iklim
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang pengolahan Indeks Kekeringan Standar (SPI) untuk karakterisasi kekeringan, termasuk metode pengolahannya secara parametrik dan nonparametrik menggunakan berbagai perangkat lunak.
2) Ada beberapa cara untuk mengolah SPI yaitu menggunakan SCOPIC, Excel, R, DrinC, SPI Generator, MATLAB, MDM, dan Python.
3) SPI digunakan untuk meng
Dokumen tersebut membahas regenerasi petani dan peran pemuda milenial dalam pertanian di masa depan. Pemuda milenial perlu menjadi pemimpin yang bijaksana dengan menggunakan teknologi untuk meningkatkan pertanian dan menghadapi perubahan iklim melalui pertanian yang tangguh iklim.
Penjelasan tentang karakteristik iklim ekstrem, kearifan lokal dan metoda pertanian di lahan rawa lebak, khususnya di Daha Selatan, Kab. HSS disertai prakiraan iklim.
Dokumen ini membahas metodologi untuk menentukan kerapatan minimum stasiun hujan, termasuk metode Kagan, Kriging, dan Entropi. Metode Kagan menganalisis hubungan antara kerapatan jaringan dengan kesalahan interpolasi dan perataan. Metode Kriging memprediksi nilai berdasarkan jarak dan struktur variabel. Metode Entropi mengukur jumlah informasi berdasarkan peluang kejadian.
Prediksi Iklim di Daerah Rawan Bencana sebagai Langkah Awal Antisipasi Iklim ...Khairullah Khairullah
Pentingnya prediksi iklim di daerah rawan bencana untuk memahami risiko, mencegah kegagalan karena iklim ekstrem sebagai mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim.
Perubahan iklim natural mengacu pada perubahan iklim yang terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari, erupsi gunung berapi dan pergeseran lempeng tektonik
Perubahan iklim akan menyebabkan kekeringan, penurunan air tanah, peningkatan suhu (pemanansan global), banjir (cuaca ekstrem), kekurangan kesuburan tanah, perubahan cuaca, dan lain-lain yang berisiko gagal panen dan kelaparan.
Portal Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi (SIH3) digunakan untuk mengintegrasikan data dan informasi dari berbagai instansi terkait cuaca, air, dan tanah di Kalimantan Selatan. BMKG membangun clearinghouse SIH3 di tingkat provinsi untuk menyatukan data dari Kementerian PUPR dan ESDM guna meningkatkan akurasi prakiraan dan respons bencana. Portal SIH3 Kalimantan Selatan menampilkan produk iklim
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang pengolahan Indeks Kekeringan Standar (SPI) untuk karakterisasi kekeringan, termasuk metode pengolahannya secara parametrik dan nonparametrik menggunakan berbagai perangkat lunak.
2) Ada beberapa cara untuk mengolah SPI yaitu menggunakan SCOPIC, Excel, R, DrinC, SPI Generator, MATLAB, MDM, dan Python.
3) SPI digunakan untuk meng
Dokumen tersebut membahas regenerasi petani dan peran pemuda milenial dalam pertanian di masa depan. Pemuda milenial perlu menjadi pemimpin yang bijaksana dengan menggunakan teknologi untuk meningkatkan pertanian dan menghadapi perubahan iklim melalui pertanian yang tangguh iklim.
Penjelasan tentang karakteristik iklim ekstrem, kearifan lokal dan metoda pertanian di lahan rawa lebak, khususnya di Daha Selatan, Kab. HSS disertai prakiraan iklim.
Dokumen ini membahas metodologi untuk menentukan kerapatan minimum stasiun hujan, termasuk metode Kagan, Kriging, dan Entropi. Metode Kagan menganalisis hubungan antara kerapatan jaringan dengan kesalahan interpolasi dan perataan. Metode Kriging memprediksi nilai berdasarkan jarak dan struktur variabel. Metode Entropi mengukur jumlah informasi berdasarkan peluang kejadian.
Normal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan Selatan
1. ANALISA SPASIAL
NORMAL KETERSEDIAAN AIR TANAH
BULANAN DI KALIMANTAN SELATAN
1981-2010
OLEH : KHAIRULLAH, SP
STASIUN KLIMATOLOGI BANJARBARU
http://www.klimatologibanjarbaru.com/
http://ustadzklimat.blogspot.com/
Facebook :
Stasiun klimatologi Banjarbaru
Khairullah Wahid
2. • ABSTRAK
Ketersediaan Air Tanah adalah banyaknya air di
dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu
berada pada kisaran Kapasitas Lapang (KL) dan Titik
Layu Permanen (TLP). Neraca air lahan bulanan di
Kalimantan Selatan dihitung dengan metode
Thornwaite and Matter pada 75 lokasi yang
mempunyai normal curah hujan 1981-2010,
dilanjutkan dengan menentukan tingkat ketersediaan
air tanah dan pemetaannya. Tingkat Ketersediaan Air
Tanah di Kalimantan Selatan pada bulan September
dan Oktober paling besar dalam kondisi kurang
sebanyak 82,7% dari seluruh pos hujan yang ada.
• Kata kunci :evapotranspirasi, ketersediaan air tanah, kapasitas lapang, neraca
air lahan
3. PENDAHULUAN
Kalimantan Selatan Secara Geografis :
1. Di bagian tenggara Kalimantan
2. Diapit pegunungan Meratus (dataran
tinggi di sekitarnya)
3. Dataran rendah di barat dan pantai
bagian timur
Kalimantan Selatan Secara Iklim ;
1. Mempunyai 10 Zona Musim (ZOM)
(monsun)
2. Mempunyai 1 Non ZOM (N37)
4. Neraca air merupakan penjelasan tentang
hubungan kesetimbangan antara aliran masuk
(inflow) dan aliran keluar (outflow) dari air di suatu
daerah hamparan lahan pada suatu periode
tertentu dari proses sirkulasi air.
Neraca air menurut fungsi meteorologis sangat
diperlukan untuk mengevaluasi ketersediaan air
tanah di daerah tertentu, khususnya untuk
mengetahui kapan dan seberapa besar surplus dan
defisit yang terjadi di wilayah yang ditinjau.
5. Menentukan Evapotranspirasi dengan
Metode Thornwaite
a
I
t
ETP
=
10
16
514.1
5
=
t
i =
Des
Jan
iI
Dalam cm untuk 30 hari
dan panjang hari 12 jam
bakuETP
YX
ETPkor
=
1230
6. PENDAHULUAN
Tujuan :
• Menentukan Normal Ketersediaan Air Tanah di Kalsel untuk
keperluan Pertanian.
• Menentukan : Daerah mana & Kapan saja daerah yang
Ketersediaan Air Tanah “Cukup” dan “Kurang” untuk antisipasi
kekeringan.
7. DATA
• CURAH HUJAN RATA-RATA 75 POS HUJAN KALSEL YG
ADA NORMAL 1981-2010
• SUHU RATA-RATA 7 STASIUN (3 STASIUN BMKG :
STAKLIM BANJARBARU, STAMET SYAMSUDIN NOOR,
STAMET STAGEN & 4 SMPK : SUNGAI RAYA,
PELAIHARI, SUNGAI TABUK, PANTAI HAMBAWANG)
• POS YANG TAK ADA SUHU DIDUGA DG STASIUN
IKLIM TERDEKAT
DATA DAN METODE
9. DATA DAN METODE :
TABEL NERACA AIR
Bulan CH Etp CH - Etp APWL KAT Dkat Eta Defisit Surplus
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
10. NERACA AIR LAHAN MENURUT
THORNWAITE & MATTER (1957)
TAHAP URAIAN
1 Mengisi kolom presipitasi (CH)
2 Mengisi kolom ETP
3 Menghitung CH – ETP
4 Nilai negatif pada tahap 3 diakumulasikan per dasarian /bulan sebagai nilai APWL, diisi
pada kolom tsb
5 Mengisi nilai KAT dari tabel berdasarkan nilai APWL, mulai dasarian/bulan pertama terjadi
APWL hingga terakhir
6 Lanjutkan pengisian kolom KAT dengan menambah nilai KAT akhir dan nilai positif dari
(CH-ETP) berikutnya, hingga KAT maksimum (KAT = KL) . KAT = KL X k |APWL| ;
k=1.000412351+(-1.073807306/KL)
7 Mengisi KAT = KL hingga bulan/ dasarian akhir
8 Mengisi kolom dKAT dengan cara dKAT = KATn – KATn-1
9 Mengisi kolom ETA untuk bulan/ dasarian terjadi APWL (ETA = CH + dKAT). Pada
dasarian / bulantidak terjadi APWL, maka ETA = ETP
10 Mengisi kolom defisit (D = ETP – ETA)
11 Mengisi kolom surplus (S) pada dasarian/bulan tidak defisit
S = CH – ETP – dKAT
11. CONTOH PENENTUAN ETp METODE
THORNWAITE STAKLIM BANJARBARU
Bulan Suhu i ETP Σhari N ETP kor
Januari 26.2 12.27 127.4 31 12.2 133.9
Februari 26.3 12.36 129.6 28 12.2 123.0
Maret 26.6 12.54 134.5 31 12.1 140.2
April 26.8 12.71 138.9 30 12.1 140.1
Mei 27.0 12.81 141.8 31 12 146.5
Juni 26.5 12.52 133.8 30 11.9 132.7
Juli 26.0 12.14 124.0 31 11.9 127.1
Agustus 26.3 12.34 129.1 31 12 133.4
September 26.9 12.76 140.3 30 12 140.3
Oktober 27.2 12.99 146.5 31 12.2 153.9
November 26.7 12.66 137.6 30 12.2 139.9
Desember 26.3 12.33 129.0 31 12.2 135.5
I = 150.42
a = 3.741
14. HASIL & PEMBAHASAN: NORMAL KETERSEDIAAN AIR
TANAH KALSEL 1981-2010 JANUARI S/D MARET
15. HASIL & PEMBAHASAN: NORMAL KETERSEDIAAN AIR
TANAH KALSEL 1981-2010 APRIL S/D JUNI
16. HASIL & PEMBAHASAN: NORMAL KETERSEDIAAN AIR
TANAH KALSEL 1981-2010 JULI S/D SEPTEMBER
17. HASIL & PEMBAHASAN: NORMAL KETERSEDIAAN AIR
TANAH KALSEL 1981-2010 OKTOBER S/D DESEMBER
18. HASIL & PEMBAHASAN
• JANUARI : Ketersediaan air tanah “cukup” 100% (75 lokasi)
Surplus tertinggi : Mataraman (Kab. Banjar) 273 mm.
• FEBRUARI : Ketersediaan air tanah “cukup” 100% (75 lokasi)
Surplus tertinggi : Murung Pudak (Kab. Tabalong) 195 mm.
• MARET : Ketersediaan air tanah “cukup” 100% (75 lokasi)
Surplus tertinggi : Danau Salak/Atanik (Kab. Banjar) 187 mm.
• APRIL : Ketersediaan air tanah “cukup” 100% (75 lokasi)
Surplus tertinggi : Mataraman (Kab. Banjar) 273 mm.
• MEI : Ketersediaan air tanah “cukup” 100% (75 lokasi) Surplus
tertinggi : Kertak Hanyar (Kab. Banjar) 159 mm.
• JUNI : Ketersediaan air tanah “cukup” 90.7% (67 lokasi),
“sedang” 6.7% (5 lokasi), “kurang” 1.3% (1 lokasi). Surplus
tertinggi : Kintap (Kab. Tala) 250 mm, defisit Sei Tabuk (Kab.
Banjar) 20 mm.
19. • JULI : Ketersediaan air tanah “cukup” 76% (57 lokasi). “sedang” 14.7% (11
lokasi), “kurang” 9.3% (7 lokasi) Surplus tertinggi : Kintap (Kab. Tala) 156 mm.
Defisit terbesar Sei. Tabuk (Kab. Banjar) 30 mm.
• AGUSTUS : Ketersediaan air tanah “cukup” 21.3% (16 lokasi). “sedang” 30.7%
(23 lokasi), “kurang” 48% (36 lokasi) Surplus tertinggi : Kintap (Kab. Tala) 156
mm. Defisit terbesar Sei. Tabuk (Kab. Banjar) 55 mm.
• SEPTEMBER : Ketersediaan air tanah “cukup” 13.3% (10 lokasi). “sedang” 4%
(3 lokasi), “kurang” 82.7% (62 lokasi). Surplus tertinggi : Karang Bintang (Kab.
Tanbu) 92 mm. Defisit terbesar Babirik (Kab. Hulu Sungai Utara) 69 mm.
• OKTOBER : Ketersediaan air tanah “cukup” 13.3% (10 lokasi). “sedang” 6.7% (8
lokasi), “kurang” 82.7% (62 lokasi). Surplus tertinggi : Karang Bintang (Kab.
Tanbu) 61 mm. Defisit terbesar Tiwingan Lama (Kab. Banjar) 28 mm.
• NOVEMBER : Ketersediaan air tanah “cukup” 72% (54 lokasi). “sedang”
14.7% (11 lokasi), “kurang” 13.3% (10 lokasi). Surplus tertinggi : Murung
Pudak (Kab. Tabalong) 159 mm.
• DESEMBER : Ketersediaan air tanah “cukup” 97.3% (73 lokasi). “sedang” 2.7%
(2 lokasi), Surplus tertinggi : Takisung (Kab. Tala) 292 mm.
20. HASIL & PEMBAHASAN
• Normal ketersediaan air tanah “kurang” paling banyak terjadi
September & Oktober 82.7% (62 lokasi).
• September & Oktober puncak musim kemarau di daerah
Kalimantan Selatan yang monsun (di barat pegunungan
Meratus) bersesuaian dengan ketersediaan air tanahnya yang
“kurang”.
• Di sebagian Kab. Tanbu, Tala dan Kotabaru (di timur
pegunungan Meratus) ada yang normal ketersediaan airnya
selalu “cukup”.
21. KESIMPULAN
• Normal tingkat ketersediaan air tanah di Kalimantan
Selatan dalam kondisi “kurang” paling banyak terjadi
pada bulan September dan Oktober mencapai 82.7%
dari pos hujan yang ada, pada saat puncak musim
kemarau.
• Di bagian barat Kalimantan Selatan daerah yang normal
tingkat ketersediaan tanahnya selalu “cukup” di
sebagian Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru.
• Pola hujan di barat Kalimantan Selatan yang monsun
bersesuaian dengan pola ketersediaan air tanahnya.
22. DAFTAR PUSTAKA
Allen, R G, Pereira, LS, Raes, D, Smith, M. 1998.Crop Evapotranspiration - Guidelines for Computing Crop Water
Requirements – FAO Irrigation and drainage paper 56.
Anonim. 2012. Buletin Agroklimat. Vol.1. No.8 – Agustus 2012.Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Jakarta.
Khairullah. 2012. Penentuan Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson di Kalimantan Selatan. Laporan Teknis Intern.
Purbawa, I.G.A dan Wiryajaya, I.N.G. 2009.Analisis Spasial Normal Ketersediaan Air Tanah Bulanan di Provinsi
Bali.Buletin Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.Vol. 5.No. 2.Juni 2009.
Rusmayadi, G. Dinamika Kandungan Air Tanah di Areal Perkebunan Sawit dan Karet dengan Pendekatan Neraca
Air Tanaman. J. Agriscientae. Vol. 18.No. 2.Agustus 2011.
Sabaruddin, L. 2012. Agroklimatologi: Aspek-Aspek Klimatik untuk Budidaya Tanaman. Penerbit Alfabeta.
Bandung.
Syaifullah, D. 2004. Analisis Spasial Defisit Air di Kalimantan Selatan dan Peluang Penerapan Teknologi
Modifikasi Cuaca.Jurnal Meteorologi dan Geofisika.Vol 5.No. 2.Juli-September. 2004.
http://mmahbub.wordpress.com/2010/05/04/modul-menghitung-neraca-air-lahan/ diakses tanggal 2 Maret
2013.
http://ponce.sdsu.edu/onlinethornthwaite.php/ diakses tanggal 1 Maret 2013.