Phast's adaptation for urban poor intervention in flood risk management
Modul cuci tangan Kelompok Pendukung Ibu
1. Modul
Kelompok
Pendukung
Ibu
Cuci Tangan Pakai Sabun
2. ii
Penyusun
Penulis : Hetty Tambunan
Editor : Tim Program Healthy Start – Mercy Corps Indonesia
- Hana K. Wadoe
- Masnur Esterida Cornelia
- Octavia Mariance Turnip
- Jovita Goreti Heni
- Farida A. Erikawati
Desainer Grafis : Julisa Tambunan
Foto : Thatcher Cook untuk Mercy Corps (sampul), Octavia Mariance (percobaan), Julisa
Tambunan (cuci tangan)
Model : Farahdiba Tenrilemba Jafar
3.
4.
5. pendahuluan
Perilaku mencuci tangan dengan sabun terbukti efektif menurunkan resiko penyakit diare
sebesar 45% dan menurunkan hingga 25% jalur penularan infeksi saluran radang paru-paru.
Bahkan penelitian terbaru di di Pakistan menemukan bahwa cuci tangan pakai sabun dapat
menurunkan kejadian infeksi paru-paru (pneumonia) lebih dari 50 % pada balita. Diare dan
infeksi paru-paru merupakan penyebab kematian terbesar pada anak-anak di seluruh dunia.
UNICEF menyebutkan setiap tahunnya lebih dari 3,5 juta anak tidak sampai merayakan
ulang tahunnya yang kelima akibat diare dan infeksi paru-paru. (Planner’s Guide Global Hand
washing Day, 2009)
Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga bagi
bayi serta nomor lima bagi semua umur. Beberapa faktor yang menyebabkan masih tingginya
kasus diare di Indonesia antara lain dikarenakan akses untuk mendapatkan air bersih yang
masih kurang serta masih rendahnya kesadaran untuk mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
Dari penelitian Environmental Services Program (ESP) pada tahun 2006 menemukan bahwa
jumlah masyarakat yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan hanya 14,3%, sesudah
buang air besar 11,7%, setelah menceboki bayi 8,9%, sebelum menyuapi anak 7,4% dan
sebelum menyiapkan makanan hanya 6%. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tingkat
kesadaran untuk mencuci tangan pakai sabun masih sangat rendah. Hasil penelitian ini juga
diperkuat dengan survey Mercy Corps terhadap ibu dengan bayi usia 0-6 bulan di Jakarta
Utara pada bulan Juni 2009 yang menunjukkan hanya 11% ibu yang mencuci tangan dengan
sabun setelah buang air besar dan 45 % ibu yang mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan.
6. iv
Perilaku mencuci tangan dengan sabun dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
pengetahuan akan pentingnya mencuci tangan dengan sabun, keterampilan akan cara mencuci
tangan yang benar, ketersediaan sarana untuk mencuci tangan, dan juga pengaruh dukungan
social dari lingkungan sekitar.
Kelompok Pendukung Ibu dapat menjadi satu sarana untuk mendukung perubahan perilaku
mencuci tangan dengan sabun. Dengan suasana pembelajaran yang nyaman, para ibu dan
motivator menyusui dapat saling berbagi informasi dan pengalaman mencuci tangan dengan sabun
dan dapat menciptakan suatu mekanisme pengingat untuk mendukung terjadinya perubahan
perilaku baru.
Bagaimana Modul Ini Dapat Membantu Motivator?
Modul ini terdiri atas tiga bagian yang masing-masing berisi informasi singkat dan panduan
pelaksanaan kegiatan Kelompok Pendukung Ibu. Berbeda dengan buku pegangan motivator
sebelumnya, modul ini dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menginisiasi proses
diskusi serta percobaan – percobaan yang dapat membantu ibu-ibu memahami pentingnya cuci
tangan pakai sabun.
Untuk membantu ibu-ibu mengadopsi perilaku cuci tangan pakai sabun dengan benar, modul ini
juga dilengkapi dengan alat bantu visual berupa langkah-langkah mencuci tangan pakai sabun
yang dapat digunakan sebagai lembar balik. Agar modul ini dapat berfungsi dengan efektif,
motivator diharapkan melakukan seluruh kegiatan dalam modul ini dalam tiga kali pertemuan
kelompok pendukung ibu secara berturut-turut dengan mengikuti setiap panduan dengan baik.
Karena itu persiapan sebelum memandu pertemuan Kelompok Pendukung Ibu perlu dilakukan
secara maksimal.
Selamat mencuci tangan dengan sabun.
7.
8.
9. daftar isi
Pendahuluan .................................................................................................................. iii
Mana Buktinya? .............................................................................................................. 3
Untung Atau Rugi? .......................................................................................................... 9
Bagaimana Supaya Bisa? ............................................................................................. 29
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 33
10.
11.
12.
13. mana buktinya?
Tangan adalah bagian tubuh yang paling sering kita gunakan dan juga menjadi penyebar
utama bakteri/ virus penyebab diare serta penyakit lain seperti flu burung, hepatitis A, disentri,
kecacingan, tifus, influenza, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dan penyakit infeksi lainnya.
Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian tertinggi balita kedua setelah ISPA.
Mencuci tangan merupakan tindakan yang mudah, murah, dan efektif mencegah penyakit-
penyakit tersebut. Bahkan menurut lembaga pusat pengendalian penyakit (Centers for Disease
Control and Prevention), Mencuci tangan adalah satu-satunya cara yang paling penting dalam
pencegahan penularan penyakit. Menurut kajian WHO, mencuci tangan dengan sabun dapat
mengurangi resiko penyakit diare hingga 47%.
Terdapat sekitar satu juta kuman di tangan yang kapan saja dapat menyebar dengan cepat
melalui kontak tangan langsung dari seseorang ke orang lain atau melalui benda yang dipegang.
Dalam satu menit, rata-rata seorang dewasa yang sedang bekerja dapat memegang sekitar
30 benda. Setiap 3 menit seorang anak akan memasukkan tangannya ke dalam hidung atau
mulut dan ini peluang yang sangat baik bagi kuman masuk ke dalam tubuh.
14. 4
Pertemuan I
Waktu : 45 menit – 1 jam
Tujuan :
1. Ibu mampu mengenali bahwa tangan yang tampak bersih belum tentu bebas dari kuman
2. Ibu mampu menjelaskan pentingnya menggunakan sabun saat mencuci tangan.
Alat dan bahan:
• Bengkoang 1 buah
• Tempat cuci tangan (air, gayung, ember).
• Sabun
• Nasi putih
• Plastik transparan, 3 buah
• Selotip
• Kertas
• Pulpen
15. q • Diskusikan:
Menurut ibu, bagaimana tangan yang bersih itu?
Bagaimana kelihatannya?
KEGIATAN 1: Percobaan Bengkoang
• Langkah-langkah:
1. Minta dua orang peserta untuk menjadi relawan dalam percobaan ini.
2. Minta salah seorang ibu untuk membelah bengkoang menjadi dua bagian.
3. Minta satu orang yang merasa tangannya bersih untuk menggosok-gosokkan
telapak tangannya ke permukaan salah satu bengkoang.
4. Minta satu orang lagi untuk mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu
dan mengeringkan tangan dengan lap bersih. Lalu minta ia untuk mengulangi
hal yang sama dengan potongan bengkoang yang lainnya.
5. Minta semua peserta untuk memperhatikan perbedaan yang tampak pada
kedua permukaan bengkoang!
q • Tunjukkan bengkoang dan diskusikan:
Apa perubahan yang terjadi di permukaan bengkoang?
Mengapa itu bisa terjadi?
16. 6
Bengkoang yang permukaan nya putih bersih, setelah dipegang dengan tangan yang tidak dicuci
akan terlihat kotor dan timbul bercak-bercak yang lebih banyak dibandingkan dengan potongan
bengkoang yang dipegang dengan tangan yang dicuci dengan sabun.
q • Diskusikan:
Kapan saja biasanya ibu mencuci tangan?
q • Diskusikan:
Kapan saja ibu memakai sabun? Mengapa?
KESIMPULAN
Tangan yang kelihatan secara kasat mata tidak tampak kotor, belum tentu bersih. Ukuran
kuman sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat mata dan hanya dapat dilihat dengan
alat khusus (mikroskop). Sabun mengandung zat anti septik, yaitu bahan yang dapat
menyingkirkan kuman. Dengan menggunakan sabun, maka kita dapat mengurangi resiko
penyakit karena kuman.
17. KEGIATAN 2: PERCOBAAN NASI
• Langkah-langkah:
1. Bagi ibu-ibu yang hadir kedalam tiga kelompok, usahakan 1 kelompok jangan lebih
dari 4 orang.
2. Berikan 3 sendok nasi yang masih bersih kepada setiap kelompok.
3. Minta tiga anggota kelompok sebagai sukarelawan untuk memegang/ memeras nasi.
• Orang pertama mengepal nasi tanpa mencuci tangan terlebih dahulu
• Orang kedua mengepal nasi setelah mencuci tangan dengan air saja
• Orang ketiga mengepal nasi dengan tangan yang telah dicuci dengan sabun.
18. 8
4. Masukkan nasi ke dalam plastik yang bersih lalu ditutup rapat dengan selotip dan diberi
tanda.
5. Minta setiap kelompok untuk membawa pulang dan menyimpan di tempat yang aman
dan jauh dari jangkauan anak-anak.
6. Amati dan catat seluruh perubahan terhadap nasi pada hari ke 2, hari ke 3, dan hari ke 5.
Contoh hasil:
Hari ke-2
Hari ke-5:
19.
20.
21. untung atau rugi?
Penggunaan hand sanitizer (cairan mengandung alkohol) sama efektifnya dengan mencuci
tangan dengan sabun. Tetapi sebaiknya dihindarkan dari anak-anak, sebab mereka cenderung
mencoba memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Meskipun penggunannya lebih
praktis, hand sanitizer tidak menghilangkan kotoran yang terlihat, sebaiknya digunakan saat
sabun dan air tidak ada.
Berikut ini merupakan saat-saat penting untuk mencuci tangan:
Sebelum makan
Setelah dari WC (buang air besar dan kecil)
Sebelum menyiapkan makanan, misalnya memotong sayuran, lalapan, tempe, ikan, dll.
Setelah memegang hewan
Setelah batuk atau bersin di tangan
Setelah menyentuh orang sakit
Setelah mengganti popok bayi
Setelah memegang uang
22. 10
Pertemuan II
Waktu : 45 menit – 1 jam
Tujuan :
Ibu-ibu mau mencoba mencuci tangan dengan sabun
KEGIATAN
• Motivator meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil percobaan nasi masing-masing
- Diskusikan bagaimana hasil yang mereka dapat, apa perbedaan dari tiap bungkus?
- Jika terdapat perbedaan dari hasil tiap kelompok, diskusikan mengapa hal tersebut
bisa terjadi?
- Kesimpulan apa yang dapat diambil dari percobaan tersebut?
Berdasarkan hasil percobaan, nasi yang dipegang oleh tangan yang dicuci dengan sabun akan
tampak lebih bersih dan kering dibandingkan dengan nasi yang dipegang oleh tangan yang
dicuci dengan air dan tidak sama sekali. Hal ini disebabkan karena kotoran yang ada di tangan
mempercepat proses pembusukan nasi, terlihat dengan munculnya bintik-bintik kuning, hitam,
dan berair.
23. q • Diskusikan:
Bagaimana biasanya ibu mencuci tangan? Apakah cara tersebut sudah
tepat? Minta beberapa orang ibu memperagakannya hingga ada
kesepakatan cara mana yang tepat.
q • Diskusikan:
Apakah mencuci tangan dengan sabun itu sulit dan repot?
Ajak ibu-ibu untuk melakukan kesepakatan untuk mencoba membiasakan diri
mencuci tangan dengan sabun dan tetapkan kapan saja mau dilakukan?
KESIMPULAN
Mencuci tangan tidak memerlukan waktu yang lama, hanya dibutuhkan waktu minimal 20
detik saja. Cara mencuci tangan yang benar:
24. Basahi tangan dengan air mengalir
dan bersih. Jika tidak ada keran,
cukup tuangkan saja airnya.
12
38. Jika ada handuk yang kering dan
bersih, lap tangan hingga kering.
26
39.
40.
41.
42.
43. bagaimana supaya bisa?
Orang akan bertindak (berperilaku tertentu) hanya bila menguntungkan bagi mereka,
sedangkan hambatan menghalangi mereka berperilaku tertentu. Sehingga, sangat penting
untuk memahami apa yang memotivasi dan apa yang membuat seseorang tidak melakukan
suatu perilaku tertentu.
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Perilaku:
• Keyakinan diri/keterampilan: keyakinan seseorang bahwa ia bisa melakukan suatu
perilaku
• Norma sosial: suatu persepsi bahwa orang-orang yang dianggap penting bagi seseorang
berpikir ia sebaiknya melakukan perilaku tersebut
• Akses: Akses terhadap sarana atau pelayanan dan produk, misalnya sabun, tempat cuci
tangan, dll.
• Konsekuensi positif atau negatif: apa yang dirasakan/ dipikirkan seseorang mengenai
dampak yang akan terjadi, baik positif maupun negatif sebagai akibat dari perilaku.
• Efektifitas dari tindakan: keyakinan bahwa perilaku tersebut adalah efektif/ampuh untuk
menanggapi/mengatasi masalah. Misalnya: sejauhmana ibu yakin bahwa mencuci tangan
dengan sabun dapat menghilangkan kuman.
44. 30
• Persepsi Resiko: persepsi seseorang tentang seberapa rawan mereka terhadap resiko
tertentu. Misalnya saya sangat rentan dan sering sekali terkena diare.
• Persepsi Keparahan: keyakinan bahwa suatu masalah serius. Seorang ibu mungkin sudah
tahu bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat mencegah penyakit diare, tetapi kalai ia
tidak menganggap diare itu berbahaya dan serius, maka ia tidak akan selalu mencuci tangan
dengan sabun.
• Petanda untuk melakukan tindakan: apakah seseorang bisa ingat untuk melakukan tindakan
tertentu dan langkah-langkah nya.
• Kebijakan: hukum-hukum dan peraturan yang berdampak pada perilaku dan akses ke sarana
atau produk dan pelayanan, misalnya kebijakan di klinik atau puskesmas harus tersedia
wastafel atau tempat cuci tangan.
• Kebudayaan: sejarah, tradisi, gaya hidup, nilai-nilai agama dan praktek-praktek dalam suatu
kelompok masyarakat tertentu. Misalnya nilai “kebersihan” sebelum sholat. Budaya seringkali
mempengaruhi persepsi dari norma-norma sosial. Budaya dan tradisi sulit untuk dirubah,
namun kadang-kadang ada praktek-praktek (kebiasaan) yang baik yang dapat dikembangkan
sebagai dasar untuk perubahan perilaku.
• Persepsi bahwa segalanya Kehendak Tuhan: persepsi seseorang bahwa masalah yang
dialami dan apakah ia dapat mengatasinya adalah kehendak Tuhan (takdir).
45. Pertemuan III
Waktu : 45 menit – 1 jam
Tujuan :
1. Ibu-ibu mau berbagi informasi mengenai kesulitan dan kemudahan mereka mencuci tangan
dengan sabun.
2. Ibu-ibu saling mendukung untuk menemukan pemecahan atas kesulitan yang dialami.
3. Ibu-ibu mau mencoba terus mencuci tangan dengan sabun.
46. 32
Alat dan bahan:
- Kertas
- Pulpen
KEGIATAN
q • Diskusikan:
- Apa saja keuntungan atau dampak yang positif yang ibu rasakan
dengan mencuci tangan dengan sabun?
- Apa saja yang dapat memudahkan ibu untuk mencuci tangan dengan
sabun?
- Siapa saja yang menurut ibu dapat mendukung untuk selalu mencuci
tangan dengan sabun?
- Apa saja kerugian atau dampak negatif yang ibu dapatkan dengan
mencuci tangan dengan sabun?
- Apa saja yang dapat menyulitkan ibu untuk mencuci tangan dengan
sabun?
- Siapa saja yang menurut ibu dapat menghalangi untuk selalu mencuci
tangan dengan sabun?
q • Diskusikan :
Apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengurangi kesulitan mencuci
tangan dengan sabun?
47. • Minta mereka mencoba lagi kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dengan tips yang
didiskusikan.
KESIMPULAN
Seseorang akan melakukan sesuatu bila hal tersebut menguntungkan baginya, sedangkan
hambatan akan menghalanginya. Sehingga, sangat penting untuk meningkatkan keuntungan
yang dirasakan olehnya dan mengurangi hambatan yang dihadapi agar orang tersebut mampu
melakukan suatu tindakan secara berkesinambungan.
Daftar Pustaka
American Society of Microbiology, (1996). College of Knowledge: Personal Hygiene Seminar, End User Module,
Canberra Cooperation: www.asmusa.org/pcsrc/och.htm
Tambunan Hetty, Patterson David, Wulandari Puji, (2008). Modul Pembelajaran Partisipatif: Jagoan Cuci Tangan,
Jakarta, Indonesia: Mercy Corps.
Davis Jr., Thomas P., (2004) . Barrier Analysis Facilitator’s Guide: A Tool for improving Behavior Change
Communication in Child Survival and Community Development Programs, Washington, D.C.: Food for the Hungry.
48. Penyusunan dan pengadaan modul Cuci Tangan untuk Kelompok Pendukung
Ibu ini terlaksana atas dukungan USAID.
Isi modul ini tidak selalu mewakili kebijakan resmi dari pihak tersebut.
Penyusun : Hetty Tambunan
Foto: Thatcher Cook for Mercy Corps, Julisa Tambunan
Desain grafis: Julisa Tambunan