SlideShare a Scribd company logo
DE                     RI
  PA R              EGE
      TEM E
           N DALAM N

                                    Irja Barat

                            Kepri
I.TUJUAN OTONOMI
         DAERAH
 Menciptakan
 Menciptakan      DEMOKRASI
                  DEMOKRASI
kesejahteraan
kesejahteraan




  EFISIEN
    EFISIEN      PENINGKATAN
                 PENINGKATAN
  EFEKTIF
    EFEKTIF       PENDIDIKAN
                  PENDIDIKAN
 EKONOMIS
   EKONOMIS         POLITIK
                    POLITIK
AKUNTABEL
  AKUNTABEL          LOKAL
                     LOKAL




PELAYANAN          CIVIL
  PUBLIK          SOCIETY

     MASYARAKAT SEJAHTERA
II. FORMAT PEMERINTAHAN DAERAH

1.    Kenapa Perlu Ada Pemerintah ?
      a. Untuk menciptakan “Law and Order”
          (ketentraman dan ketertiban)
      a. Untuk menciptakan “Welfare”
          (Kesejahteraan)

2.    Kenapa Perlu Ada Pemerintah Daerah ?
      a. Wilayah Negara terlalu luas
      b. Menciptakan kesejahteraan secara
         demokratis
III. TATARAN NORMATIF UUD NEGARA RI
                 1945)

 Alinea IV Pembukaan UUD Negara RI 1945
    “Kemudian   daripada  itu,   untuk  membentuk   suatu
    Pemerintahan    Negara    Indonesia  yang  melindungi
    segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
    Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
    mencerdaskan kehidupan bangsa…. dst




  Kesimpulan : Pemerintah RI dibentuk
  untuk melindungi (Law and Order) dan
  mensejahterakan rakyat (Welfare)
Pasal 18
1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah
   daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
   kabupaten dan kota, yang tiap tiap provinsi, kabupaten,
   dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
   diatur dengan undangundang. **)
2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan
   kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
   pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
   pembantuan. **)
3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan
   kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
   anggotaanggotanya dipilih melalui pemilihan umum. **)
4) Gubernur, Bupati dan Walikota masingmasing sebagai
   Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota
   dipilih secara demokratis. **)
5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluasluasnya,
   kecuali urusan pemerintahan yang oleh undangundang
   ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. **)
IV. SISTEM PEMERINTAHAN RI
 STRATEGI PEMERINTAH MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT
              DEKONSENTRASI
 (PEMERINTAH WILAYAH/FIELD ADMINISTRATION)
                             FUNCTIONAL FIELD
                             ADMINISTRATION;
                             KANDEP/KANWIL

                             INTEGRATED/UNIFIED
                             FIELD
                             ADMINISTRATION;
       PEMERINTAH PUSAT      KEPALA WILAYAH



                             POWER SHARING
                             1. OTONOMI MATERIIL
                                (ULTRA VIRES)
                             2. OTONOMI FORMIL (GENERAL
                                COMPETENCE)
          DESENTRALISASI
       (PEMERINTAH DAERAH)
SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK
                     INDONESIA


MPR       DPR        PRESIDEN       BPK     MA    MK            DPD


                 MENTERI/K.LPNK


DEKONSENTRASI   DESENTRALISASI        TUGAS            DELEGASI
                                   PEMBANTUAN     (DESENTRALISASI FUNGSIONAL)




GUBERNUR                           PEMERINTAHAN        BADAN
                  DAERAH              DAERAH/
& INSTANSI                                           PENGELOLA
 VERTIKAL         OTONOM           PEMERINTAHAN
                                       DESA            BUMN,
                      PROVINSI                       OTORITA,DLL
                   PEMDA    DPRD



                      KAB/KOTA

                   PEMDA    DPRD
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
          menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945




                                      UUD 1945                                          PUSAT




         DPR   MPR   DPD
                                   PRESIDEN/                   MA             MK            BPK
                                    WAPRES
KPU                                    Kementerian                                 KY
                                           Negara
   BANK                                         dewan
                                         pertimbangan
  SENTRAL
                                               TNI/POLRI

                                                           Lingkungan
                              PROVINSI                      Peradilan                   PERWAKILAN
DAERAH                                                          Umum                     BPK PROV
                           PEMDA       DPRD
                                                                  Agama

                                                                    Militer
                              KAB/KOTA                                  TUN

                           PEMDA       DPRD
Pola Organisasi Perangkat Daerah Provinsi.


        Garis komando
                                             GUBERNUR
        Garis koordinasi
        Garis pertanggungjawaban               WAKIL
                                                                                         DPRD

                 STAF AHLI
                                                                            SETDA
                                                                         (unsur staf)

                                                                             Ps. 121

                           INSPEKTORAT                   BAPPEDA
                           (unsur pengawas)            (unsur perencana)
                             ( PP 79/2005)                 Ps 150 (2)




 LEMBAGA LAIN               DINAS DRH                              LTD                    SET DPRD9
                                                           (BADAN,KTR & RSD)
  (pelaks per UU)          (unsur pelaksana)                                            (unsur pelayanan)
                                                           (unsur penunjang)

                               Ps. 124                            Ps. 125                  Ps. 123
Kab/Kota                                     BUPATI/
                                            WALIKOTA
      Garis komando
      Garis koordinasi
                                                                                           DPRD
      Garis pertanggungjawaban                WAKIL


                 STAF AHLI                                                    SETDA
                                                                            (unsur staf)
                                                                               Ps. 121

                         INSPEKTORAT                     BAPPEDA
                         (unsur pengawas)              (unsur perencana)
                            ( PP 79/2005)                  Ps 150 (2)




                          DINAS DRH                                LTD                    SET DPRD
 LEMBAGA LAIN                                               (BADAN,KTR & RSD)
 (pelaks per UU)         (unsur pelaksana)                                               (unsur pelayanan)
                                                            (unsur penunjang)

                         Ps. 124                                  Ps. 125                     Ps. 123
                                        KECAMATAN
                                             Ps. 126


                                        KELURAHAN
                                             Ps. 127
HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH
  SEBAGAI DAERAH OTONOM


       PEMERINTAH PUSAT


     TERGANTUNG & SUBORDINASI




     DAERAH            DAERAH
    OTONOM             OTONOM
    PROVINSI          KAB/KOTA
PERAN GUBERNUR
                    SEBAGAI
GUBERNUR(WAKIL           WAKIL
  PEMERINTAH)         PEMERINTAH
                      PP19/2010
  Pembinaan,
  Pengawasan
  , Supervisi,
      Monev
    Fasilitasi



    Kab/Kota           PELAYANA
melaksanakan Otda      N OPTIMAL
Tugas Gubernur
1. Gub sebagai wakil Pemerintah memiliki tugas melaksanakan
   urusan pemerintahan meliputi:
   a. koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemda prov dgn
      instansi vertikal, dan antarinstansi vertikal di wil provi ybs;
   b. koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemda prov dgn
      pemda kab/kota di wil prov ybs;
   c. koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antar pemda kab/kota di
      wil prov ybs;
   d. Binwas penyelenggaraan pemda kab/kota;
   e. menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara serta memelihara
      keutuhan NKRI;
   f. menjaga dan mengamalkan ideologi Pancasila dan kehidupan
      demokrasi;
   g. memelihara stabilitas politik;
   h. menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintahan di daerah;
      dan
   i. koordinasi binwas penyelenggaraan TP di daerah prov dan kab/kota.

2. Selain melaksanakan urusan pemerintahan, gub sebagai wakil
   Pemerintah juga melaksanakan urusan pemerintahan di wil prov
   yg menjadi kewenangan Pemerintah sesuai dengan ketentuan per-
   uu-an.
Wewenang
Dalam melaksanakan tugas, gubernur sebagai wakil
Pemerintah memiliki wewenang meliputi:
a. mengundang rapat bup/walkot beserta perangkat daerah (PD)
   dan pimpinan instansi vertikal;
b. meminta kpd bup/walikota beserta PD dan pimpinan instansi
   vertikal utk segera menangani permasalahan penting
   dan/atau mendesak yang memerlukan penyelesaian cepat;
c. memberikan penghargaan atau sanksi kepada bupati/walikota
   terkait dengan kinerja, pelaksanaan kewajiban, dan
   pelanggaran sumpah/janji;
d. menetapkan sekda kab/kota sesuai dengan ketentuan per-uu-
   an;
e. mengevaluasi rancangan perda tentang APBD, pajak daerah,
   retribusi daerah, dan tata ruang wil kab/kota;
f. memberikan persetujuan tertulis terhadap penyidikan anggota
   DPRD kab/kota;
g. menyelesaikan perselisihan dlm penyelenggaraaan fungsi
   pemerintahan antar kab/kota dalam satu prov;dan
h. melantik kepala instansi vertikal dari kementerian dan
   Lembaga pemerintah non kementerian (LPNK) yg ditugaskan
   di wilayah provinsi ybs.
BINWAS
1)    Gub dlm melaksanakan pembinaan penyelenggaraan pemda
      kab/kota melalui:
     a. pemberian fasilitasi dan konsultasi penyelenggaraan urusan
        pemerintahan yang menjadi kewenangan kab/kota di
        wilayah prov ybs;
     b. pemberian fasilitasi dan konsultasi pengelolaan
        kepegawaian kab/kota di wilayah prov ybs;
     c. penyelesaian perselisihan yang timbul dalam
        penyelenggaraan fungsi pem antar kab/kota di wilayah prov
        ybs; dan
     d. upaya penyetaraan kualitas pelayanan public antar
        kab/kota di wilayah prov ybs.

2)    Gub dlm melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pemda
      kab/kota melalui:
     a. pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan yang
        dilaksanakan oleh pemda kab/kota;
     b. pengawasan perda dan peraturan kepala daerah kab/kota;
     c. usul pembatalan perda kab/kota kepada Presiden melalui
          Mendagri; dan
     d.   pengawasan kinerja pemda kab/kota.
SPM
           LATAR BELAKANG
PP 38/2007 ttg PUP merupakan peraturan
pelaksanaan dari ketentuan Pasal 14 ayat
(3) UU No mor 32 Tahun 2004 (PP 25/2000).

PP 65 Tahun 2005 ttg pedoman penyusunan
& penerapan SPM merupakan peraturan
pelaksanaan dari ketentuan Pasal 1 1 ayat
( 4 ) dan Pasal 14 ayat (3) UU No mor 32
Tahun 2004.
KETERKAITAN REGULASI SPM
    (STANDAR PELAYANAN MINIMAL)
      Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


      Pasal 11 ayat (4) dan Pasal 14 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

                Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005
           Tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal



  Pasal 7 Ayat 2. Peraturan       Pasal 5 Ayat 3. Peraturan     Pasal 10 Peraturan Pemerintah
Pemerintah Republik Indonesia   Pemerintah Republik Indonesia    Republik Indonesia Nomor 65
   Nomor 65 Tahun 2005             Nomor 65 Tahun 2005                   Tahun 2005




  Peraturan Menteri Dalam        Keputusan Menteri Dalam        Rancangan Peraturan Menteri
  Negeri No. 6 Tahun 2007       Negeri No. 100 - 05.76 Tahun       Dalam Negeri Tentang
  Tentang Penyusunan dan        2007 Tentang Pembentukan           Pedoman Penyusunan
Penetapan Standar Pelayanan     Tim Konsultasi Penyusunan       Rencana Pencapaian Standar
          Minimal               Standar Pelayanan Minimal           Pelayanan Minimal


                                                                                            17
MENGAPA PUSAT MENYUSUN SPM DAN DAERAH
                MENERAPKANNYA
   Pemerintah Pusat menyusun SPM dengan
    maksud      dan    tujuan   perlindungan    hak
    konstitusional;      kepentingan       nasional;
    ketentraman dan ketertiban umum; keutuhan
    Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
    komitmen nasional sehubungan perjanjian dan
    konvensi internasional.
   Pemerintah Daerah menerapkan SPM dengan
    pengertian bahwa pusat pelayanan yang paling
    dekat dengan masyarakat adalah di tingkat
    Daerah c.q. Kabupaten/Kota.
   Pemerintah Propinsi berdasarkan SPM dari
    Pusat dalam kapasitasnya sebagai wakil
    Pemerintah Pusat di Daerah memfasilitasi
    Kabupaten dan Kota yang ada dalam wilayah
    kerjanya untuk menerapkan dan mencapai SPM
    tersebut.

                                                   18
1.   Dengan adanya SPM maka masyarakat akan terjamin menerima suatu
     pelayanan publik dari Pemda dengan mutu tertentu.

2.   SPM sebagai alat untuk menentukan jumlah anggaran yang
     dibutuhkan untuk menyediakan suatu pelayanan dasar. dan menjadi
     landasan dalam penentuan perimbangan keuangan dan bantuan lain
     yang lebih adil dan transparan.

3.   SPM dapat dijadikan dasar dalam menentukan Anggaran Kinerja
     berbasis manajemen kinerja. SPM dapat menjadi dasar dalam alokasi
     anggaran daerah dengan tujuan yang lebih terukur.

4.   SPM dapat menjadi alat untuk meningkatkan akuntabilitas Pemda
     terhadap masyarakat. Masyarakat dapat mengukur sejauhmana Pemda
     dapat memenuhi kewajibannya untuk menyediakan pelayanan publik.

5.   Adanya SPM dapat menjadi argumen bagi peningkatan pajak dan
     retribusi daerah karena baik Pemda dan masyarakat dapat melihat
     keterkaitan pembiayaan dengan pelayanan publik yang disediakan
     Pemda.

6.   SPM dapat merangsang rationalisasi kelembagaan Pemda, karena
     Pemda akan lebih berkonsentrasi pada pembentukan kelembagaan
     yang berkorelasi dengan pelayanan masyarakat.

7.   Adanya SPM dapat membantu Pemda dalam merasionalisasi jumlah
     dan kualifikasi pegawai yang dibutuhkan. Kejelasan pelayanan akan
     membantu Pemda dalam menentukan jumlah dan kualifikasi pegawai
     untuk mengelola pelayanan publik tersebut.
DISTRIBUSI URUSAN PEMERINTAHAN
                 ANTAR TINGKAT PEMERINTAHAN
Kriteria Distribusi   Urusan   Pemerintahan    Antar   Tingkat
   Pemerintahan :
1. Externalitas (Spill-over)
  Siapa kena dampak, mereka yang berwenang mengurus
2. Akuntabilitas
  Yang berwenang mengurus adalah tingkatan pemerintahan
  yang paling dekat dengan dampak tersebut (sesuai prinsip
  demokrasi)
3. Efisiensi
   Otonomi Daerah harus mampu menciptakan pelayanan
    publik yang efisien dan mencegah High Cost Economy
   Efisiensi dicapai melalui skala ekonomis (economic of scale)
    pelayanan publik
   Skala ekonomis dapat dicapai melalui cakupan pelayanan
    (catchment area) yang optimal
URUSAN PEMERINTAHAN YANG
     DILAKSANAKAN OLEH MASING-MASING
          TINGKATAN PEMERINTAHAN
           BERDASARKAN 3 KRITERIA
1.   Pusat: Berwenang menetapkan Norma,
     Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK),
     Monev, supervisi, fasilitasi dan urusan-urusan
     pemerintahan dengan eksternalitas Nasional.
2.   Provinsi:    Berwenang         mengatur      dan
     mengurus     urusan-urusan         pemerintahan
     dengan     eksternalitas      regional    (lintas
     Kab/Kota)     [Mengacu pd NSPK]
3.   Kab/Kota:     Berwenang         mengatur     dan
     mengurus     urusan-urusan         pemerintahan
     dengan eksternalitas lokal (dalam satu
     Kab/Kota) )      [Mengacu pd NSPK]
HUBUNGAN ANTAR TINGKAT
             PEMERINTAHAN DLM SPM
   Basis penerapan SPM ada di Kabupaten/Kota dan Prov
   Pemerintah Pusat melalui Kementerian sektor / LPNK
    bertugas    membuat     SPM    untuk   masing-masing
    pelayanan yang menjadi bidang tugasnya
   Gubernur     sebagai wakil Pemerintah, bekerjasama
    dengan     Kabupaten/Kota     membahas    bagaimana
    pencapaian SPM tersebut.
   Kabupaten/Kota menentukan tata cara pelaksanaan
    pelayanan berdasarkan SPM yg telah disepakati
    pencapaiannya     dgn    Provinsi.   SPM   yang   di-
    implementasikan di tingkat Kabupaten/Kota menjadi
    dasar bagi pengawasan yang dilakukan oleh Gubernur
    sebagai wakil Pusat di Daerah.
   Pemerintah Pusat wajib membiayai daerah dlm
    penyediaan pelayanan dasar bagi daerah-daerah yang
    kurang mampu
   Pusat dpt menarik otonomi suatu daerah bila daerah
    tsb tdk mampu melaksanakan kewenangan wajib yg
    telah ditentukan SPM-nya, padahal Pemerintah sudah
    mengalokasikan biayanya.
   Gubernur sebagai wakil pusat di Daerah membina dan
    mengawasi pelaksanaan SPM di Kabupaten/Kota.
Departemen/ LPND terkait
      Urusan Wajib


             Hasil Kerja Tim KonsultasiSPM
                                                 Yang dikoordinasikanleh
                                                                    o
                 Menteri Dalam Negeri/
            DirekturJenderalOtonomiDaerah
                                               Menyampaikanhasiltersebut
                                                      kepada
              Dewan PertimbanganOtonomi
                    Daerah (DPOD)
                                                Membuatrekomendasi an
                                                                  d
                                                menyampaikannya epada
                                                              k
                 Menteri/ PimpinanLPND
                                                  Menjadireferensiuntuk
                                                selanjutnya
                                                          digunakan dalam
             PenyusunanSPM oleh Menteri/
                   Pimpinan LPND

                                                   Ditetapkanmenjadi
                   Peraturan Menteri/
                Peraturan Menteri Terkait
                                             Muatan Inti:
                                             • Jenis Pelayanan Dasar
                                             • Indikator dan Nilai SPM
                                             • Batas waktu pencapaian SPM
                                             • PengorganisasianSPM
Mengacu
Muatan Inti:                                       pada
• Jenis Pelayanan Dasar
• Indikator dan Nilai SPM               Pemda menyusun rencana
• Pengorganisasian SPM                     pencapaian SPM
• Batas waktu pencapaian
  SPM
                                                                         Dituangkan dalam


                                                               Rencana Pembangunan
                                                              Jangka Menengah Daerah
                       Target tahunan
                                                                     (RPJMD)
                      pencapaian SPM

                                                              Rencana Strategis Satuan
                     Dituangkan dalam                          Kerja Perangkat Daerah
                                                                   (Renstra SKPD)

            Kebijakan Umum Anggaran (KUA)

         Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)               Klasifikasi belanja daerah
                                                                dengan pertimbangan
                                                            kemampuan keuangan daerah
          Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
                 Daerah (Renja SKPD)

        Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja                      Berdasarkan
             Perangkat Daerah (RKA-SKPD)
Tindak Lanjut Permenkominfo No. 22
      tahun 2010 tentang Standar Pelayanan
                 Minimal Bidang Kominfo di
                          Kabupaten/Kota
Segera ditindak lanjuti dengan beberapa kegiatan sebagai berikut:

A. Persiapan implementasi Peraturan Menteri Kominfo Nomor 22 th 2010

1. Penyusunan Petunjuk Teknis tentang Definisi Operasional, Pembilang,
Penyebut dan sumber datanya, langkah-langkah kegiatan dan variabelnya,
target/benchmarking, pedoman/standar teknis yang dikeluarkan
kemenkominfo.

2. Penyusunan Pedoman Analisis Biaya Kominfountuk implementasi SPM
dalam perencanaan dan pengganggaran SPM Kominfo Kabupaten/Kota.

3. Penyusunan Pedoman Kebutuhan SDM Kominfo.

4. Penyusunan Pedoman Advokasi dan Advokasi-Kit SPM Bidang Kominfo.

5. Penyusunan Organisasi Perangkat Dinas Kominfo Kabupaten/Kota.

6. Sosialisasi dan Fasilitasi penyelenggaraan SPM Bidang Kominfo di
Kabupaten/Kota.
PERMENKOMINFO NOMOR     22 TH 2010
           TENTANG
SPM BIDANG KOMINFO DI   KAB/KOTA




   2 JENIS PELAYANAN DASAR

         8 INDIKATOR
IMPLIKASI PENERAPAN
        SPM
    ALOKASI ANGGARAN
    SDM
    KELEMBAGAAN
    SARANA PRASARANA
    SISTEM INFORMASI
    KERJASAMA ANTAR DAERAH



 DAERAH HRS MEMPUNYAI KAPASITAS DAN
   KOMPETENSI UTK MENDUKUNG SPM
V. NORMA, STANDAR,
   PROSEDUR DAN
     KRITERIA
       (NSPK)
   SESUAI DENGAN
     PP38/2007
VI. LANDASAN HUKUM NSPK
1.   UUD 1945 (Hub. Psl 4, Psl 17 dan Psl 18)
2.   UU 32/04 ttg Pemerintahan Daerah
3.   UU 10/04 ttg Tata Urutan PerUUan
4.   UU Lintas Sektor sesuai Urusan
     Pemerintahan
5.   PP 38/07 ttg Pembagian Urusan
     Pemerintahan
6.   Peraturan Perundang2an lainnya yang
     terkait
VII. FILOSOFI NSPK
1.   Negara RI merupakan negara kesatuan &
     negara hukum
2.   Pemerintah membentuk daerah otonom
3.   Penyerahan Setiap urusan yang
     disentralisasikan diatur secara hkm
4.   Hub. antara pusat & daerah
     (Kewenangan, Keuangan, Pelayanan dan
     Pembagian Hasil)
5.   Koordinasi, Sinkronisasi, Keterpaduan,
     dan Sinergitas kebijakan, Program dan
     Kegiatan penyelenggaraan urusan
     pemerintahan
VIII. URGENSI NSPK
a. Mempertegas dan memperjelas urusan
   pemerintahan yg menjadi kewenangan Pemerintah,
   Provinsi dan Kab/Kota
b. Menghindari tumpang tindih penyelenggaraan dan
   pengelolaan urusan pemerintahan
c. Meminimalisasi konflik masing-masing tingkatan
   pemerintahan dalam penyelenggaraan urusan
   pemerintahan.
d. Memperjelas arah kebijakan pemerintahan daerah
e. Menjadi pedoman dan acuan dalam
   penyelenggaraan urusan Pemerintahan
MANFAAT NSPK
1. Mempertegas dan memperjelas landasan hukum.
2. Menjadi pedoman dan acuan (petunjuk pelaksanaan
    urusan pemerintahan)
3. Menjadi pedoman dalam penyusunan kelembagaan
    daerah
4. Memperjelas mekanisme, tata cara, persyaratan,
    kriteria, pengelolaan urusan pemerintahan
5. Mempermudah Perencanaan program & kegiatan
6. Memperjelas kewenangan Provinsi dan Kab/Kota
7. Memperjelas pelaksanan MONEV
8. Memperjelas pelaporan
9. Memperjelas pendanaan
10. Memperjelas pembinaan dan pengawasan
11. Memperjelas management urusan pemerintahan
NO   KEWENANGAN   PUSAT        PROVINSI        KAB/KOTA




       URUSAN                   DAERAH
                                 DAERAH         DAERAH
       URUSAN     PUSAT
                  PUSAT
                                                 DAERAH
                                 PROV
                                  PROV          KAB/KOT
                                                 KAB/KOT
1.     PP38/07
       PP38/07

        NSPK
        NSPK      PENETAPAN
                                PELAKSAN
                                 PELAKSAN       PELAKSAN
                                                 PELAKSAN
                   PENETAPAN
       PP38/07
       PP38/07
                                    AA              AA




        SPM
         SPM      PERMEN
                   PERMEN
                                KOORDINA
                                 KOORDINA
                                SI/FASILITA
                                                PENERAPA
                                                 PENERAPA
                                 SI/FASILITA
2.     PP65/05
       PP65/05    /K.LPNK
                   /K.LPNK           SI
                                      SI
                                                    NN
NO   KEWENANGAN    PUSAT         PROVINSI    KAB/KOTA




                                    SKPD
                                     SKPD       SKPD
                                                 SKPD
     KELEMBAGAAN
     KELEMBAGAAN   KEMENTERIA
                    KEMENTERIA
                         NN
                                   (DINAS
                                    (DINAS     (DINAS
                                                (DINAS
3.      PP41/07
        PP41/07       /LPNK
                       /LPNK
                                     dan
                                      dan        dan
                                                  dan
                                  LEMTEK)
                                   LEMTEK)    LEMTEK)
                                               LEMTEK)




       SDM
                                  DAERAH
                                   DAERAH     DAERAH
                                               DAERAH
                   PUSAT
                   PUSAT          (SESUAI
                                   (SESUAI    (SESUAI
                                               (SESUAI
                                   NSPK)
                                    NSPK)      NSPK)
                                                NSPK)
4.
NO   KEWENANGA   PUSAT   PROVINSI   KAB/KOTA
         N
5.
     PENDANAAN
     PENDANAAN    APBN
                  APBN     APBD
                           APBD       APBD
                                      APBD



                 APBN
      HIBAH                HIBAH
                            HIBAH     HIBAH
                                       HIBAH




                 APBN
      DAK                  DAK
                           DAK         DAK
                                       DAK
NO   KEWENANGA       PUSAT            PROVINSI        KAB/KOT
         N                                               A


                  Kementerian             33
                                           33
                    /LPNK
       DEKON
       DEKON                DEKON
                                       GUBERNU
                                        GUBERNU
                                           RR
       PP7/08
       PP7/08                          INSTANSI
                                        INSTANSI
                                       VERTIKAL
                                        VERTIKAL




                   Kementerian
        TUGAS
        TUGAS        /LPNK            PROVINSI        KAB/KOTA
     PEMBANTUAN
     PEMBANTUAN                  TP
                                 TP              TP              TP
        PP7/08
        PP7/08



                                                       DESA
                                                       DESA
NO   KEWENANGA              PUSAT          PROVINSI     KAB/KOT
         N                                                 A

                                                           SKPD
                                                            SKPD
                                               SKPD
                                                SKPD      (DINAS
                            KEMENTERIAN                    (DINAS
                             KEMENTERIAN      (DINAS
                                               (DINAS
      PELAYANAN
      PELAYANAN                /LPNK
                                /LPNK           dan
                                                 dan
                                                            dan
                                                             dan
                                                         LEMTEK
                                                          LEMTEK
6.                                           LEMTEK)
                                              LEMTEK)
                                                              ))
     PELAYANAN

     DASAR HUKUM
     DASAR HUKUM

     - UU25/09
       UU25/09
       Pelayanan Publik
        Pelayanan Publik
     - Permendagri
       Permendagri         Skala Pusat     Skala Prov     Skala
       24/05
       24/05                 (Lintas        (Lintas      Kab/Kota
       Pelayanan 1 Pintu
       Pelayanan 1 Pintu
     - Permendagri          Provinsi)      Kab/kota)    (Lokalitas)
       Permendagri
       20/08
       20/08
       Pelayanan Terpadu
       Pelayanan Terpadu
NO   KEWENANGA   PUSAT     PROVINSI     KAB/KOT
         N                                 A



      MONEV
      MONEV                              BUPATI/WA
                                          BUPATI/WA
      PP79/05
      PP79/05    MENTERI
                 MENTERI    GUB/SKPD
                             GUB/SKPD    LIKOTA/SK
                                          LIKOTA/SK
                                             PD
                                              PD
7.    PP6/08
       PP6/08




     PELAPORAN
     PELAPORAN
       PP3/07
       PP3/07    MENTERI
                 MENTERI    GUB/S
                            GUB/S        BUPATI/WA
                                          BUPATI/WA
                                         LIKOTA/SK
                                          LIKOTA/SK
                             KPD
                             KPD
       PP6/08
       PP6/08
                                             PD
                                              PD

8.
NO   KEWENANGA    PUSAT          PROVINSI       KAB/KOTA
         N

9.

      BINWAS
                                                  KAB/KOTA
     PEMBINAAN
                                                   KAB/KOTA
     PEMBINAAN    MENTERI
                  MENTERI
                                  PROVINSI
                                   PROVINSI
                                                 BUPATI/WAL
       PP79/05
                                                  BUPATI/WAL
       PP79/05                    GUB/SKPD
                                   GUB/SKPD      IKOTA/SKPD
                                                  IKOTA/SKPD

       PP38/07
       PP38/07



     PENGAWASAN
     PENGAWASAN   INSPEKTORAT     INSPEKTORA
                                   INSPEKTORA    INSPEKTORA
                                                   INSPEKTORA
                   INSPEKTORAT
       PP79/05
        PP79/05                      TT PROV
                                       PROV       TT KAB/KOTA
                                                    KAB/KOTA
APABILA NSPK BLM DITETAPKAN YG
          TERJADI ANTARA LAIN:

1.    Tidak ada Kepastian Hukum
2.    Tidak jelas Pengelolaan Urusan
3.    Tidak jelas Kelembagaan
4.    Tidak jelas Personil
5.    Tidak jelas Keuangan
6.    Tidak jelas Pembinaan
7.    Tidak jelas Pelayanan
TINDAK LANJUT NSPK DARI
   MASING2 KEMENTERIAN/LPNK

GRAND                 2                  3
STRATEG                         MONEV
                MODEL
I               BUILDING
                                        SUPERVISI
            1
                                                 4
            SOSIALISASI
ROAD
MAP/REN          PEMBINAA
                                        FASILITASI

CANA             N DAN
                 PENGAWA
                            BEST             5
AKSI             SAN
                            PRACTICE

                      7     6
TINDAK LANJUT NSPK OLEH
       PEMDA PROVINSI DAN
            KAB/KOTA
GRAND STRATEGI DAN ROAD MAP/RENCANA AKSI

•   MENYESUAIKAN DALAM BENTUK
    PERDA/PERGUB/PERBUP/PERWALKOT
•   MELAKSANAKAN SESUAI KEWENANGAN
•   MENYESUAIKAN KELEMBAGAAN
•   MENYESUAIKAN SDM
•   MENGAKORMODIR DALAM
    KEUANGAN/APBD
•   MENINGKATKAN KAPASITAS DAERAH
•   BEST PRACTICE/INOVASI
•   PELAYANAN PUBLIK
•   MONEV
•   PELAPORAN
SPM
           LATAR BELAKANG
PP 38/2007 ttg PUP merupakan peraturan
pelaksanaan dari ketentuan Pasal 14 ayat
(3) UU No mor 32 Tahun 2004 (PP 25/2000).

PP 65 Tahun 2005 ttg pedoman penyusunan
& penerapan SPM merupakan peraturan
pelaksanaan dari ketentuan Pasal 1 1 ayat
( 4 ) dan Pasal 14 ayat (3) UU No mor 32
Tahun 2004.
IX. ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN
                                 URUSAN PEMERINTAHAN

Urusan pemerintahan yg                          Urusan pemerintahan di luar Psl 10 (3)
                                                dpt. dikelola bersama
Sepenuhnya mnjd. Wewenang                       (Pemerintah, Prov, Kab/Kota)
Pemerintah: {Psl 10 (1) & (3)}                  Dibagi dgn kriteria Psl 11 (1):


 -   Politik Luar Negeri                          • Eksternalitas
 -   Pertahanan                                   • Akuntabilitas
 -   Keamanan
 -                                                • Efisiensi
     Yustisi
 -   Moneter & Fiskal Nasional
 -   Agama
                                        Urusan                     Urusan Pemerintah
                                      Pemerintahan Daerah


                                                                        {Psl 10 (5)}
 Standar Pelayanan             WAJIB                 PILIHAN          • MenyeL.
   Minimal (SPM)             Pelayanan                Sektor            sendiri
                               Dasar                 Unggulan
     {Psl 11 (4)}            {Psl 11 (3)}           {Psl 11 (3)}      • Melimpahkan
                                                                        sebagian ur kpd
                                                                        Gub.
                             Diselenggarakan berdasarkan asas         • Menugaskan
                            otonomi & tugas pembantuan {Psl 10          sebagian
                                           (2)}                         urusan kepada
                                                                        Pemda
X. STANDAR PELAYANAN MINIMAL
         Ketentuan ttg jenis dan mutu pelayanan dasar yg merupakan
         urusan wajib yg berhak diperoleh setiap warga

    ESENSI SPM
    SPM merupakan standar minimum pelayanan Publik
     yang wajib disediakan oleh Pemda kepada
     masyarakat. Adanya SPM akan menjamin minimum
     pelayanan yang berhak diperoleh masyarakat
     Indonesia dari Pemerintah
    Bagi Pemda : SPM dapat dijadikan tolok ukur
     (benchmark) dalam penentuan biaya yang
     diperlukan untuk membiayai penyediaan pelayanan.
    Bagi masyarakat : SPM akan menjadi acuan
     mengenai kualitas dan kuantitas suatu pelayanan
     publik yang disediakan oleh Pemda.
    SPM harus mampu menjamin terwujudnya hak-hak
     individu serta dapat menjamin akses masyarakat
     mendapat pelayanan dasar yang wajib disediakan
     Pemda sesuai ukuran yang ditetapkan oleh
     Pemerintah.
XI.    ESENSI PELAYANAN PUBLIK
   Fungsi pokok Pemda adalah mensejahterakan masyarakat
   Tingkat kesejahteraan tergantung tingkat pelayanan publik
    yg disediakan Pemda
   Pemda mendapat legitimasi dari rakyat untuk
    menyelenggarakan pelayanan publik
   Rakyat membayar pajak atas penyelenggaraan public goods
    and public regulations yang memenuhi kebutuhan
    masyarakat .
   Undang-Undang No.32/2004 mengisyaratkan Pemda untuk
    melaksanakan otonomi seluas-luasnya
   Dalam Undang-Undang No.32/2004, dalam menentukan isi
    otonomi, pelaksanaan urusan Pemda haruslah dikaitkan
    dengan kebutuhan riil masyarakatnya.
   Pelaksanaan urusan harus direaktualisasi untuk
    menghindari pelaksanaan yang selama ini cenderung
    diseragamkan, mengarah kepada pelaksanaan urusan yang
    berdasarkan kebutuhan riil masyarakat
RAMBU-RAMBU SPM



• Dalam penyelenggaraan urusan wajib daerah
  berpedoman pada SPM yang ditetapkan
  Pemerintah dan dilaksanakan secara
  bertahap. (pasal ayat (4) UU 32/2004)

• Pemerintahan daerah yang melalaikan
  penyelenggaraan urusan wajib,
  penyelenggaraannya dilaksanakan oleh
  Pemerintah dengan pembiayaan bersumber
  dari APBD daerah yang bersangkutan. (pasal 8
 ayat (2) PP 38/2007)
XII.      MENGAPA PEMERINTAH PUSAT
           YG MENETAPKAN SPM DAN
           DAERAH MENERAPKANNYA
   Pemerintah Pusat menetapkan SPM dengan maksud
    dan tujuan perlindungan hak konstitusional; kepentingan
    nasional; ketentraman dan ketertiban umum; keutuhan
    Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan komitmen
    nasional    sehubungan    perjanjian   dan     konvensi
    internasional.
   Pemerintah Daerah menerapkan SPM dengan
    pengertian bahwa pusat pelayanan yang paling dekat
    dengan masyarakat adalah di tingkat Daerah c.q.
    Kabupaten/Kota.
   Pemerintah Propinsi berdasarkan SPM dari Pusat dalam
    kapasitasnya sebagai wakil Pemerintah Pusat di Daerah
    memfasilitasi Kabupaten dan Kota yang ada dalam
    wilayah kerjanya untuk menerapkan dan mencapai SPM
    tersebut.
Tujuan SPM
1.   Dengan adanya SPM maka masyarakat akan terjamin menerima
     suatu pelayanan publik dari Pemda dengan mutu tertentu.

2.   SPM sebagai alat untuk menentukan jumlah anggaran yang
     dibutuhkan untuk menyediakan suatu pelayanan dasar. dan menjadi
     landasan dalam penentuan perimbangan keuangan dan bantuan lain
     yang lebih adil dan transparan.

3.   SPM dapat dijadikan dasar dalam menentukan Anggaran Kinerja
     berbasis manajemen kinerja. SPM dapat menjadi dasar dalam alokasi
     anggaran daerah dengan tujuan yang lebih terukur.

4.   SPM dapat menjadi alat untuk meningkatkan akuntabilitas Pemda
     terhadap masyarakat. Masyarakat dapat mengukur sejauhmana
     Pemda dapat memenuhi kewajibannya untuk menyediakan
     pelayanan publik.

5.   Adanya SPM dapat menjadi argumen bagi peningkatan pajak dan
     retribusi daerah karena baik Pemda dan masyarakat dapat melihat
     keterkaitan pembiayaan dengan pelayanan publik yang disediakan
     Pemda.

6.   SPM dapat merangsang rationalisasi kelembagaan Pemda, karena
     Pemda akan lebih berkonsentrasi pada pembentukan kelembagaan
     yang berkorelasi dengan pelayanan masyarakat.

7.   Adanya SPM dapat membantu Pemda dalam merasionalisasi jumlah
     dan kualifikasi pegawai yang dibutuhkan. Kejelasan pelayanan akan
     membantu Pemda dalam menentukan jumlah dan kualifikasi pegawai
     untuk mengelola pelayanan publik tersebut.
XIII.    PRASYARAT PENYUSUNAN SPM
1.      Adanya pembagian kewenangan yang jelas antar
        tingkatan pemerintahan (Pusat, Propinsi dan
        Kabupaten/Kota) menjadi prasyarat utama untuk
        menentukan SPM.

2.      Pembagian kewenangan baru menunjukkan siapa
        melakukan apa, namun belum menunjukkan
        kewenangan-kewenangan apa saja yang
        memerlukan SPM. Karena tidak semua kewenangan
        membutuhkan SPM.

3.     Ada tiga kriteria utama yang dapat dijadikan acuan
       dalam membagi kewenangan antara tingkatan
       pemerintahan yaitu:
      a. Externalitas   b. Akuntabilitas  c. Efisiensi

5.      Adanya output Pemda yang jelas dalam bentuk
        pelayanan dari kewenangan wajib tersebut.

5.      Output tersebut harus ada standard minimum yang
        harus dipenuhi Daerah untuk menjamin adanya
        keseimbangan antar daerah dalam penyediaan
        pelayanan publik.
XIV.     HUBUNGAN ANTAR TINGKAT
               PEMERINTAHAN DLM SPM
   Basis penerapan SPM ada di Kabupaten/Kota dan Prov
   Pemerintah Pusat melalui Kementerian sektor / LPNK bertugas
    membuat SPM untuk masing-masing pelayanan yang menjadi
    bidang tugasnya
   Gubernur sebagai wakil Pemerintah, bekerjasama dengan
    Kabupaten/Kota membahas bagaimana pencapaian SPM
    tersebut.
   Kabupaten/Kota menentukan tata cara pelaksanaan
    pelayanan berdasarkan SPM yg telah disepakati pencapaiannya
    dgn Provinsi. SPM yang di-implementasikan di tingkat
    Kabupaten/Kota menjadi dasar bagi pengawasan yang
    dilakukan oleh Gubernur sebagai wakil Pusat di Daerah.
   Pemerintah Pusat wajib membiayai daerah dlm penyediaan
    pelayanan dasar bagi daerah-daerah yang kurang mampu
   Pusat dpt menarik otonomi suatu daerah bila daerah tsb tdk
    mampu melaksanakan kewenangan wajib yg telah ditentukan
    SPM-nya, padahal Pemerintah sudah mengalokasikan
    biayanya.
   Gubernur sebagai wakil pusat di Daerah membina dan
    mengawasi pelaksanaan SPM di Kabupaten/Kota.
XV. Hambatan Terhadap
            Pelaksanaan SPM
1.   Terbatasnya anggaran Pemda dapat
     menjadi penghalang utama untuk
     melaksanakan SPM.

2.   Sering terdapat kerancuan antara standard
     tehnis suatu pelayanan dengan SPM.

3.   peraturan perUUan sektor dan daerah yg
     belum di Harmonisasi

4.   Kewenangan atau urusan pemerintahan
     sering belum berkorelasi dengan
     pelayanan. Kewenangan lebih untuk
     mencari kekuasaan yang berkaitan dengan
     uang atau penerimaan.
XVI. MEKANISME PENYUSUNAN
       SPM PEMERINTAH
 Departemen/ LPND terkait
       Urusan Wajib


              Hasil Kerja Tim KonsultasiSPM
                                                  Yang dikoordinasikanleh
                                                                     o
                  Menteri Dalam Negeri/
             DirekturJenderalOtonomiDaerah
                                                Menyampaikanhasiltersebut
                                                       kepada
               Dewan PertimbanganOtonomi
                     Daerah (DPOD)
                                                 Membuatrekomendasi an
                                                                   d
                                                 menyampaikannya epada
                                                               k
                  Menteri/ PimpinanLPND
                                                   Menjadireferensiuntuk
                                                 selanjutnya
                                                           digunakan dalam
              PenyusunanSPM oleh Menteri/
                    Pimpinan LPND

                                                    Ditetapkanmenjadi
                    Peraturan Menteri/
                 Peraturan Menteri Terkait
                                              Muatan Inti:
                                              • Jenis Pelayanan Dasar
                                              • Indikator dan Nilai SPM
                                              • Batas waktu pencapaian SPM
                                              • PengorganisasianSPM
XVII. MEKANISME PENERAPAN SPM
              PEMDA
                                                  Mengacu
Muatan Inti:                                       pada
• Jenis Pelayanan Dasar
• Indikator dan Nilai SPM               Pemda menyusun rencana
• Pengorganisasian SPM                     pencapaian SPM
• Batas waktu pencapaian
  SPM
                                                                         Dituangkan dalam


                                                               Rencana Pembangunan
                                                              Jangka Menengah Daerah
                       Target tahunan
                                                                     (RPJMD)
                      pencapaian SPM

                                                              Rencana Strategis Satuan
                     Dituangkan dalam                          Kerja Perangkat Daerah
                                                                   (Renstra SKPD)

            Kebijakan Umum Anggaran (KUA)

         Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)               Klasifikasi belanja daerah
                                                                dengan pertimbangan
                                                            kemampuan keuangan daerah
          Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
                 Daerah (Renja SKPD)

        Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja                      Berdasarkan
             Perangkat Daerah (RKA-SKPD)
XVIII. PENATAAN PELAYANAN
                   PUBLIK
1.   Tumpang tindih pelayanan publik karena belum
     jelasnya batas-batas kewenangan antar tingkat
     pemerintahan
2.   Terjadinya gejala alokasi APBD lebih untuk biaya
     aparatur (overhead cost) dibandingkan biaya untuk
     pelayanan publik
3.   Belum adanya transparansi mengenai standar
     pelayanan publik; biaya, prosedur dan waktu
     penyelesaian
4.   Pemda cenderung belum responsif untuk menanggapi
     keluhan masyarakat tentang kualitas pelayanan
     publik
5.   Masih sulit mendorong sikap enterpreneurship,
     inovatif dan kreatif di kalangan birokrasi Pemda
6.   Pemda masih sulit untuk membuat kebijakan daerah
     yang kondusif untuk investasi
7.   Masih sulit mengubah budaya dari dilayani menjadi
     melayani
Kesimpulan
   SPM pertama-tama menuntut adanya distribusi urusan
    antara tingkatan pemerintahan (Pusat, Propinsi,
    Kabupten/Kota) secara obyektif atas dasar kriteria
    externalitas, akuntabilitas dan efisiensi
   disusunnya SPM oleh Departemen/LPND sebagai acuan
    bagi Pemda dalam melaksanakan pelayanan publik
    berbasis SPM.
   SPM sulit akan berjalan tanpa sosialisasi, fasilitasi,
    pengawasan, monitoring dan evaluasi yang harus
    dilakukan secara intensif oleh Pusat dan Propinsi agar
    Pemda Kabupaten/Kota dapat menjalankan pelayanan
    dengan SPM-nya secara optimal. Untuk itu berbagai
    kegiatan penguatan sistem, kelembagaan dan personil
    Pemda harus dilakukan secara intensif.
   SPM akan menciptakan berbagai rationalisasi dalam
    penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan
    dilaksanakannya SPM akan membantu Pemda dalam
    melakukan rationalisasi terhadap kelembagaan, personil,
    keuangan sebagai pilar utama dalam penyelenggaraan
    otonomi daerah.
Terima Kasih,
EKONOMI POLITIK
   REFORMASI EKONOMI
MASALAH PENDUDUK DAN IMPLIKASINYA
   YANG DIMAKSUD DENGAN MASALAH PENDUDUK ADALAH
    MASALAH PERTAMBAHAN JUMLAH PENDUDUK YANG SANGAT
    BESAR DINEGARA BERKEMBANG. HAL INI MENIMBULKAN
    MASALAH PADA USAHA-USAHA PEMBANGUNAN. DISATU SISI
    DENGAN PERTAMBAHAN JUMLAH PENDUDUK YANG BESAR AKAN
    BERPENGARUH PADA JUMLAH TENAGA KERJA.



   MASALAH PENDUDUK SAAT INI ADALAH KEMAMPUAN NEGARA
    MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA YANG SANGAT TERBATAS
    SEHINGGA AKAN BERPENGARUH PADA ANGKA PENGANGGURAN.
    PENDUDUK DUNIA DIPERKIRAKAN BERTAMBAH SEBANYAK 100-
    120 JUTA DAN SEKITAR 80-90 JUTA JIWA ADA DINEGARAYANG
    SEDANG BERKEMBNG.
FAKTOR YANG MEMPERCEPAT PERKEMBANGAN
      PENDUDUK

1.PADA ERA 1980-AN BANYAK NEGARA BERKEMBANG
      MENGALAMI KRISIS EKONOMI (EXTERNAL SHOCKS),
TERUTAMA   DIAKIBATKAN OLEH PEMBENGKAKAN HUTANG LUAR
NEGERI     SEHINGGA MEMBUAT NEGARA-NEGARA TERSEBUT
MENGALAMI STAGNASI DIBIDANG EKONOMI, PENURUNAN
PENDAPATAN PERKAPITA, DAN INSTABILITAS MAKRO EKONOMI.

2.          NEGARA-NEGARA AMERIKA LATIN, ASIA DAN
AFRIKA, MERESPON KRISIS EKONOMI TERSEBUT DENGAN
MENCOBA MEMBUAT STRATEGI BARU MISALNY A SUBSTITUSI
IMPOR DIGANTI    DENGAN INSTITUSI PASAR (MARKET
MECHANISM) DALAM       MENGGERAKAN EKONOMI
KHUSUSNYA DALAM KEBIJAKAN    PRIVATISASI DAN
LIBERALISASI.
•KEBIJAKAN SUBSTITUSI IMPOR (SI) MARAK
DIPROMOSIKAN DINEGARA-NEGARA BERKEMBANG
UNTUK MENGATASI    PERSOALAN PERSOALAN
DEFISIT NERACA PEMBAYARAN , DIMANA NEGARA
MAJU MEMPEROLEH    SURPLUS BEGITU BESAR DARI
PERDAGANGANNYA     DENGAN NEGARA-NEGARA
BERKEMBANG.

•MODEL BARU PERAN PEMERINTAH DALAM KEGIATAN
     EKONOMI YANG LEBIH MENGEDEPANKAN PASAR
     SEBAGAI INSTRUMEN EKONOMI
SESUNGGUHNYA TIDAK LEPAS DARI PERAN LEMBAGA-
LEMBAGA KEUANGAN MULTILATERAL SEPERTI WORD
BANK &    IMF YANG BERTANGGUNGJAWAB
TERHADAP SRATEGI    PEMBANGUNAN EKONOMI
TERSEBUT.
WORD BANK MENYEBUT BAHWA PENYESUAIAN
•

STRUKTURAL   /RESTRUKTURISASI EKONOMI.

•TUJUAN DARI RESTRUKTURISASI TERSEBUT ADALAH
UNTUK     MENGHAPUSKAN KETIDAKSEIMBANGAN
EKONOMI YANG TERUS MENERUS MELANDA HAMPIR
SEMUA     NEGARA BERKEMBANG
PROGRAM RESTRUKTURISASI EKONOMI SENDIRI IALAH SUATU
PROSES      REFORMASI KEBIJAKAN YANG     BERORIENTASI
PADA PENYELESAIAN KRISIS,    MENGURANGI INFLASI DAN
MENCIPTAKAN       KONDISI BAGI PENINGKATAN PENDAPATAN
PENDAPATAN PERKAPITA SECARA BERKESINAMBUNGAN
(AHRENS,    2000: 79). DENGAN RETSRUKTURISASI
EKONOMI     DIHARAPKAN FUNDAMENTAL MAKRO
PEREKONOMIAN NEGARA BERKEMBANG DALAM           KONDISI
STABIL SEHINGGA MEMUDAHKAN OPERASIONALISASI
LANGKAH2 PEMBANGUNAN.
REFORMASI EKONOMI DAN RINTANGAN POLITIK
1.   IMF DAN BANK DUNIA DUA LEMBANGA KEUANGAN DUNIA
     YANG DIBENTUK SAAT BERLANGSUNG KONFERNSI BRETON
     WOODS SEUSAI PERANG DUNIA KE-II, DENGAN TUJUAN
     UTAMA UNTUK MERSEKONSTRUKSI INFRASTRUKTUR DUNIA
     DAN MEMBANTU NEGRARA2 ANGGOTA . SELAIN ITU KEDUA
     LEMBAGA INI JUGA MEMILIKI FUNGSI LAIN YANG PENTING
     YAKNI MENGHADANG PENGARUH-PENGARUH NEGARA
     SOSIALIS DALAM MEMPERLUAS IDE SISTEM EKONOMINYA
     TERUTAMA KE NEGARA DUNIA KETIGA (KLOBY, 1997:171-172)

2.   SEHINGGA DENGAN GETOL MENYALURKAN DANA (UTANG LUAR
     NEGERI) KE- NEGRARA2 DUNIA KETIGA DENGAN
     PERSYARATAN YANG CUKUP LUNAK (SOFT LOAN) YAITU BUNGA
     RINGAN DAN TENGGANG PEMBAYARAN (GESTATION PERIOD)
     YANG LAMA. PROSEDUR TERSEBUT AGAR LEMBAGA KEUANGAN
     DUNIA BISA MEMPENGARUHI NEGARA2 DUNIA KETIGA UNTUK
     MENGIKUTI GAGASAN PEMBANGUNAN EKONOMI YANG TELAH
     DIFORMULASIKAN.
PERT. VI
MENURUT PENELITIAN JOHNSON DAN SCHAFER (1997):
   • SELAMA THN 1965-1995 PEREKONOMIAN 48 DARI 98
      NEGARA BERKEMBANG PENERIMA BANTUAN IMF TDK ADA
      PERUBAHAN YG SIGNIFIKAN

  • BAHKAN 32 DARI 48 NEGARA BERKEMBANG MENJADI
    TAMBAH MISKIN DAN MEMUNCULKAN KRISIS YG
    BERULANG-ULANG BAGAIKAN ROLLER COASTER
     DAN MENJADI PASIEN BAGI IMF SELAMA PULUHAN TAHUN
LANJUTAN…
BEBERAPA TEMUAN SEMENTARA INI
 SAMPAI PADA TAHAP KESIMPULAN
 ANTARA LAIN: UTANG ITU DISERTAI
 DENGAN PERSYARATAN-PERSYARATAN
 TIDAK MENGUNTUNGKAN BAGI
 NEGARA DEBITUR (MISALNYA
 PEMBUKAAN PASAR DOMESTIK BAGI
 BARANG ASING), BANYAK SARAN
 KEBJAKAN YANG TIDAK TEPAT
 SASARAN.
Mk. otoda & keb. pol. 4 hubungan antara pemerintah dgn spm.

More Related Content

More from Zeus Kang

K 5-6 (global warming) -1]
K 5-6 (global warming) -1]K 5-6 (global warming) -1]
K 5-6 (global warming) -1]
Zeus Kang
 
K 2 dan 3 2
K 2 dan 3  2K 2 dan 3  2
K 2 dan 3 2
Zeus Kang
 
Dinamika perkembangan pol di indonesia
Dinamika perkembangan pol di indonesiaDinamika perkembangan pol di indonesia
Dinamika perkembangan pol di indonesia
Zeus Kang
 
Review. desentoda.kp
Review. desentoda.kpReview. desentoda.kp
Review. desentoda.kp
Zeus Kang
 
Mk.otoda dan kebijakan politik.1
Mk.otoda dan kebijakan politik.1Mk.otoda dan kebijakan politik.1
Mk.otoda dan kebijakan politik.1
Zeus Kang
 

More from Zeus Kang (6)

K 5-6 (global warming) -1]
K 5-6 (global warming) -1]K 5-6 (global warming) -1]
K 5-6 (global warming) -1]
 
K 2 dan 3 2
K 2 dan 3  2K 2 dan 3  2
K 2 dan 3 2
 
Dinamika perkembangan pol di indonesia
Dinamika perkembangan pol di indonesiaDinamika perkembangan pol di indonesia
Dinamika perkembangan pol di indonesia
 
Review. desentoda.kp
Review. desentoda.kpReview. desentoda.kp
Review. desentoda.kp
 
Mk.otoda dan kebijakan politik.1
Mk.otoda dan kebijakan politik.1Mk.otoda dan kebijakan politik.1
Mk.otoda dan kebijakan politik.1
 
AMDAL
AMDALAMDAL
AMDAL
 

Recently uploaded

VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 

Recently uploaded (20)

VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 

Mk. otoda & keb. pol. 4 hubungan antara pemerintah dgn spm.

  • 1. DE RI PA R EGE TEM E N DALAM N Irja Barat Kepri
  • 2. I.TUJUAN OTONOMI DAERAH Menciptakan Menciptakan DEMOKRASI DEMOKRASI kesejahteraan kesejahteraan EFISIEN EFISIEN PENINGKATAN PENINGKATAN EFEKTIF EFEKTIF PENDIDIKAN PENDIDIKAN EKONOMIS EKONOMIS POLITIK POLITIK AKUNTABEL AKUNTABEL LOKAL LOKAL PELAYANAN CIVIL PUBLIK SOCIETY MASYARAKAT SEJAHTERA
  • 3. II. FORMAT PEMERINTAHAN DAERAH 1. Kenapa Perlu Ada Pemerintah ? a. Untuk menciptakan “Law and Order” (ketentraman dan ketertiban) a. Untuk menciptakan “Welfare” (Kesejahteraan) 2. Kenapa Perlu Ada Pemerintah Daerah ? a. Wilayah Negara terlalu luas b. Menciptakan kesejahteraan secara demokratis
  • 4. III. TATARAN NORMATIF UUD NEGARA RI 1945) Alinea IV Pembukaan UUD Negara RI 1945 “Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…. dst Kesimpulan : Pemerintah RI dibentuk untuk melindungi (Law and Order) dan mensejahterakan rakyat (Welfare)
  • 5. Pasal 18 1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undangundang. **) 2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. **) 3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggotaanggotanya dipilih melalui pemilihan umum. **) 4) Gubernur, Bupati dan Walikota masingmasing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis. **) 5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluasluasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undangundang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. **)
  • 6. IV. SISTEM PEMERINTAHAN RI STRATEGI PEMERINTAH MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT DEKONSENTRASI (PEMERINTAH WILAYAH/FIELD ADMINISTRATION) FUNCTIONAL FIELD ADMINISTRATION; KANDEP/KANWIL INTEGRATED/UNIFIED FIELD ADMINISTRATION; PEMERINTAH PUSAT KEPALA WILAYAH POWER SHARING 1. OTONOMI MATERIIL (ULTRA VIRES) 2. OTONOMI FORMIL (GENERAL COMPETENCE) DESENTRALISASI (PEMERINTAH DAERAH)
  • 7. SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA MPR DPR PRESIDEN BPK MA MK DPD MENTERI/K.LPNK DEKONSENTRASI DESENTRALISASI TUGAS DELEGASI PEMBANTUAN (DESENTRALISASI FUNGSIONAL) GUBERNUR PEMERINTAHAN BADAN DAERAH DAERAH/ & INSTANSI PENGELOLA VERTIKAL OTONOM PEMERINTAHAN DESA BUMN, PROVINSI OTORITA,DLL PEMDA DPRD KAB/KOTA PEMDA DPRD
  • 8. LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945 PUSAT DPR MPR DPD PRESIDEN/ MA MK BPK WAPRES KPU Kementerian KY Negara BANK dewan pertimbangan SENTRAL TNI/POLRI Lingkungan PROVINSI Peradilan PERWAKILAN DAERAH Umum BPK PROV PEMDA DPRD Agama Militer KAB/KOTA TUN PEMDA DPRD
  • 9. Pola Organisasi Perangkat Daerah Provinsi. Garis komando GUBERNUR Garis koordinasi Garis pertanggungjawaban WAKIL DPRD STAF AHLI SETDA (unsur staf) Ps. 121 INSPEKTORAT BAPPEDA (unsur pengawas) (unsur perencana) ( PP 79/2005) Ps 150 (2) LEMBAGA LAIN DINAS DRH LTD SET DPRD9 (BADAN,KTR & RSD) (pelaks per UU) (unsur pelaksana) (unsur pelayanan) (unsur penunjang) Ps. 124 Ps. 125 Ps. 123
  • 10. Kab/Kota BUPATI/ WALIKOTA Garis komando Garis koordinasi DPRD Garis pertanggungjawaban WAKIL STAF AHLI SETDA (unsur staf) Ps. 121 INSPEKTORAT BAPPEDA (unsur pengawas) (unsur perencana) ( PP 79/2005) Ps 150 (2) DINAS DRH LTD SET DPRD LEMBAGA LAIN (BADAN,KTR & RSD) (pelaks per UU) (unsur pelaksana) (unsur pelayanan) (unsur penunjang) Ps. 124 Ps. 125 Ps. 123 KECAMATAN Ps. 126 KELURAHAN Ps. 127
  • 11. HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH SEBAGAI DAERAH OTONOM PEMERINTAH PUSAT TERGANTUNG & SUBORDINASI DAERAH DAERAH OTONOM OTONOM PROVINSI KAB/KOTA
  • 12. PERAN GUBERNUR SEBAGAI GUBERNUR(WAKIL WAKIL PEMERINTAH) PEMERINTAH PP19/2010 Pembinaan, Pengawasan , Supervisi, Monev Fasilitasi Kab/Kota PELAYANA melaksanakan Otda N OPTIMAL
  • 13. Tugas Gubernur 1. Gub sebagai wakil Pemerintah memiliki tugas melaksanakan urusan pemerintahan meliputi: a. koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemda prov dgn instansi vertikal, dan antarinstansi vertikal di wil provi ybs; b. koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemda prov dgn pemda kab/kota di wil prov ybs; c. koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antar pemda kab/kota di wil prov ybs; d. Binwas penyelenggaraan pemda kab/kota; e. menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara serta memelihara keutuhan NKRI; f. menjaga dan mengamalkan ideologi Pancasila dan kehidupan demokrasi; g. memelihara stabilitas politik; h. menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintahan di daerah; dan i. koordinasi binwas penyelenggaraan TP di daerah prov dan kab/kota. 2. Selain melaksanakan urusan pemerintahan, gub sebagai wakil Pemerintah juga melaksanakan urusan pemerintahan di wil prov yg menjadi kewenangan Pemerintah sesuai dengan ketentuan per- uu-an.
  • 14. Wewenang Dalam melaksanakan tugas, gubernur sebagai wakil Pemerintah memiliki wewenang meliputi: a. mengundang rapat bup/walkot beserta perangkat daerah (PD) dan pimpinan instansi vertikal; b. meminta kpd bup/walikota beserta PD dan pimpinan instansi vertikal utk segera menangani permasalahan penting dan/atau mendesak yang memerlukan penyelesaian cepat; c. memberikan penghargaan atau sanksi kepada bupati/walikota terkait dengan kinerja, pelaksanaan kewajiban, dan pelanggaran sumpah/janji; d. menetapkan sekda kab/kota sesuai dengan ketentuan per-uu- an; e. mengevaluasi rancangan perda tentang APBD, pajak daerah, retribusi daerah, dan tata ruang wil kab/kota; f. memberikan persetujuan tertulis terhadap penyidikan anggota DPRD kab/kota; g. menyelesaikan perselisihan dlm penyelenggaraaan fungsi pemerintahan antar kab/kota dalam satu prov;dan h. melantik kepala instansi vertikal dari kementerian dan Lembaga pemerintah non kementerian (LPNK) yg ditugaskan di wilayah provinsi ybs.
  • 15. BINWAS 1) Gub dlm melaksanakan pembinaan penyelenggaraan pemda kab/kota melalui: a. pemberian fasilitasi dan konsultasi penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kab/kota di wilayah prov ybs; b. pemberian fasilitasi dan konsultasi pengelolaan kepegawaian kab/kota di wilayah prov ybs; c. penyelesaian perselisihan yang timbul dalam penyelenggaraan fungsi pem antar kab/kota di wilayah prov ybs; dan d. upaya penyetaraan kualitas pelayanan public antar kab/kota di wilayah prov ybs. 2) Gub dlm melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pemda kab/kota melalui: a. pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemda kab/kota; b. pengawasan perda dan peraturan kepala daerah kab/kota; c. usul pembatalan perda kab/kota kepada Presiden melalui Mendagri; dan d. pengawasan kinerja pemda kab/kota.
  • 16. SPM LATAR BELAKANG PP 38/2007 ttg PUP merupakan peraturan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 14 ayat (3) UU No mor 32 Tahun 2004 (PP 25/2000). PP 65 Tahun 2005 ttg pedoman penyusunan & penerapan SPM merupakan peraturan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 1 1 ayat ( 4 ) dan Pasal 14 ayat (3) UU No mor 32 Tahun 2004.
  • 17. KETERKAITAN REGULASI SPM (STANDAR PELAYANAN MINIMAL) Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 11 ayat (4) dan Pasal 14 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Pasal 7 Ayat 2. Peraturan Pasal 5 Ayat 3. Peraturan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Pemerintah Republik Indonesia Pemerintah Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 65 Nomor 65 Tahun 2005 Nomor 65 Tahun 2005 Tahun 2005 Peraturan Menteri Dalam Keputusan Menteri Dalam Rancangan Peraturan Menteri Negeri No. 6 Tahun 2007 Negeri No. 100 - 05.76 Tahun Dalam Negeri Tentang Tentang Penyusunan dan 2007 Tentang Pembentukan Pedoman Penyusunan Penetapan Standar Pelayanan Tim Konsultasi Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Minimal Standar Pelayanan Minimal Pelayanan Minimal 17
  • 18. MENGAPA PUSAT MENYUSUN SPM DAN DAERAH MENERAPKANNYA  Pemerintah Pusat menyusun SPM dengan maksud dan tujuan perlindungan hak konstitusional; kepentingan nasional; ketentraman dan ketertiban umum; keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan komitmen nasional sehubungan perjanjian dan konvensi internasional.  Pemerintah Daerah menerapkan SPM dengan pengertian bahwa pusat pelayanan yang paling dekat dengan masyarakat adalah di tingkat Daerah c.q. Kabupaten/Kota.  Pemerintah Propinsi berdasarkan SPM dari Pusat dalam kapasitasnya sebagai wakil Pemerintah Pusat di Daerah memfasilitasi Kabupaten dan Kota yang ada dalam wilayah kerjanya untuk menerapkan dan mencapai SPM tersebut. 18
  • 19. 1. Dengan adanya SPM maka masyarakat akan terjamin menerima suatu pelayanan publik dari Pemda dengan mutu tertentu. 2. SPM sebagai alat untuk menentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu pelayanan dasar. dan menjadi landasan dalam penentuan perimbangan keuangan dan bantuan lain yang lebih adil dan transparan. 3. SPM dapat dijadikan dasar dalam menentukan Anggaran Kinerja berbasis manajemen kinerja. SPM dapat menjadi dasar dalam alokasi anggaran daerah dengan tujuan yang lebih terukur. 4. SPM dapat menjadi alat untuk meningkatkan akuntabilitas Pemda terhadap masyarakat. Masyarakat dapat mengukur sejauhmana Pemda dapat memenuhi kewajibannya untuk menyediakan pelayanan publik. 5. Adanya SPM dapat menjadi argumen bagi peningkatan pajak dan retribusi daerah karena baik Pemda dan masyarakat dapat melihat keterkaitan pembiayaan dengan pelayanan publik yang disediakan Pemda. 6. SPM dapat merangsang rationalisasi kelembagaan Pemda, karena Pemda akan lebih berkonsentrasi pada pembentukan kelembagaan yang berkorelasi dengan pelayanan masyarakat. 7. Adanya SPM dapat membantu Pemda dalam merasionalisasi jumlah dan kualifikasi pegawai yang dibutuhkan. Kejelasan pelayanan akan membantu Pemda dalam menentukan jumlah dan kualifikasi pegawai untuk mengelola pelayanan publik tersebut.
  • 20. DISTRIBUSI URUSAN PEMERINTAHAN ANTAR TINGKAT PEMERINTAHAN Kriteria Distribusi Urusan Pemerintahan Antar Tingkat Pemerintahan : 1. Externalitas (Spill-over) Siapa kena dampak, mereka yang berwenang mengurus 2. Akuntabilitas Yang berwenang mengurus adalah tingkatan pemerintahan yang paling dekat dengan dampak tersebut (sesuai prinsip demokrasi) 3. Efisiensi  Otonomi Daerah harus mampu menciptakan pelayanan publik yang efisien dan mencegah High Cost Economy  Efisiensi dicapai melalui skala ekonomis (economic of scale) pelayanan publik  Skala ekonomis dapat dicapai melalui cakupan pelayanan (catchment area) yang optimal
  • 21. URUSAN PEMERINTAHAN YANG DILAKSANAKAN OLEH MASING-MASING TINGKATAN PEMERINTAHAN BERDASARKAN 3 KRITERIA 1. Pusat: Berwenang menetapkan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK), Monev, supervisi, fasilitasi dan urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas Nasional. 2. Provinsi: Berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas regional (lintas Kab/Kota) [Mengacu pd NSPK] 3. Kab/Kota: Berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas lokal (dalam satu Kab/Kota) ) [Mengacu pd NSPK]
  • 22. HUBUNGAN ANTAR TINGKAT PEMERINTAHAN DLM SPM  Basis penerapan SPM ada di Kabupaten/Kota dan Prov  Pemerintah Pusat melalui Kementerian sektor / LPNK bertugas membuat SPM untuk masing-masing pelayanan yang menjadi bidang tugasnya  Gubernur sebagai wakil Pemerintah, bekerjasama dengan Kabupaten/Kota membahas bagaimana pencapaian SPM tersebut.  Kabupaten/Kota menentukan tata cara pelaksanaan pelayanan berdasarkan SPM yg telah disepakati pencapaiannya dgn Provinsi. SPM yang di- implementasikan di tingkat Kabupaten/Kota menjadi dasar bagi pengawasan yang dilakukan oleh Gubernur sebagai wakil Pusat di Daerah.  Pemerintah Pusat wajib membiayai daerah dlm penyediaan pelayanan dasar bagi daerah-daerah yang kurang mampu  Pusat dpt menarik otonomi suatu daerah bila daerah tsb tdk mampu melaksanakan kewenangan wajib yg telah ditentukan SPM-nya, padahal Pemerintah sudah mengalokasikan biayanya.  Gubernur sebagai wakil pusat di Daerah membina dan mengawasi pelaksanaan SPM di Kabupaten/Kota.
  • 23. Departemen/ LPND terkait Urusan Wajib Hasil Kerja Tim KonsultasiSPM Yang dikoordinasikanleh o Menteri Dalam Negeri/ DirekturJenderalOtonomiDaerah Menyampaikanhasiltersebut kepada Dewan PertimbanganOtonomi Daerah (DPOD) Membuatrekomendasi an d menyampaikannya epada k Menteri/ PimpinanLPND Menjadireferensiuntuk selanjutnya digunakan dalam PenyusunanSPM oleh Menteri/ Pimpinan LPND Ditetapkanmenjadi Peraturan Menteri/ Peraturan Menteri Terkait Muatan Inti: • Jenis Pelayanan Dasar • Indikator dan Nilai SPM • Batas waktu pencapaian SPM • PengorganisasianSPM
  • 24. Mengacu Muatan Inti: pada • Jenis Pelayanan Dasar • Indikator dan Nilai SPM Pemda menyusun rencana • Pengorganisasian SPM pencapaian SPM • Batas waktu pencapaian SPM Dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Target tahunan (RPJMD) pencapaian SPM Rencana Strategis Satuan Dituangkan dalam Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Klasifikasi belanja daerah dengan pertimbangan kemampuan keuangan daerah Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Berdasarkan Perangkat Daerah (RKA-SKPD)
  • 25. Tindak Lanjut Permenkominfo No. 22 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kominfo di Kabupaten/Kota Segera ditindak lanjuti dengan beberapa kegiatan sebagai berikut: A. Persiapan implementasi Peraturan Menteri Kominfo Nomor 22 th 2010 1. Penyusunan Petunjuk Teknis tentang Definisi Operasional, Pembilang, Penyebut dan sumber datanya, langkah-langkah kegiatan dan variabelnya, target/benchmarking, pedoman/standar teknis yang dikeluarkan kemenkominfo. 2. Penyusunan Pedoman Analisis Biaya Kominfountuk implementasi SPM dalam perencanaan dan pengganggaran SPM Kominfo Kabupaten/Kota. 3. Penyusunan Pedoman Kebutuhan SDM Kominfo. 4. Penyusunan Pedoman Advokasi dan Advokasi-Kit SPM Bidang Kominfo. 5. Penyusunan Organisasi Perangkat Dinas Kominfo Kabupaten/Kota. 6. Sosialisasi dan Fasilitasi penyelenggaraan SPM Bidang Kominfo di Kabupaten/Kota.
  • 26. PERMENKOMINFO NOMOR 22 TH 2010 TENTANG SPM BIDANG KOMINFO DI KAB/KOTA 2 JENIS PELAYANAN DASAR 8 INDIKATOR
  • 27. IMPLIKASI PENERAPAN SPM  ALOKASI ANGGARAN  SDM  KELEMBAGAAN  SARANA PRASARANA  SISTEM INFORMASI  KERJASAMA ANTAR DAERAH DAERAH HRS MEMPUNYAI KAPASITAS DAN KOMPETENSI UTK MENDUKUNG SPM
  • 28. V. NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA (NSPK) SESUAI DENGAN PP38/2007
  • 29. VI. LANDASAN HUKUM NSPK 1. UUD 1945 (Hub. Psl 4, Psl 17 dan Psl 18) 2. UU 32/04 ttg Pemerintahan Daerah 3. UU 10/04 ttg Tata Urutan PerUUan 4. UU Lintas Sektor sesuai Urusan Pemerintahan 5. PP 38/07 ttg Pembagian Urusan Pemerintahan 6. Peraturan Perundang2an lainnya yang terkait
  • 30. VII. FILOSOFI NSPK 1. Negara RI merupakan negara kesatuan & negara hukum 2. Pemerintah membentuk daerah otonom 3. Penyerahan Setiap urusan yang disentralisasikan diatur secara hkm 4. Hub. antara pusat & daerah (Kewenangan, Keuangan, Pelayanan dan Pembagian Hasil) 5. Koordinasi, Sinkronisasi, Keterpaduan, dan Sinergitas kebijakan, Program dan Kegiatan penyelenggaraan urusan pemerintahan
  • 31. VIII. URGENSI NSPK a. Mempertegas dan memperjelas urusan pemerintahan yg menjadi kewenangan Pemerintah, Provinsi dan Kab/Kota b. Menghindari tumpang tindih penyelenggaraan dan pengelolaan urusan pemerintahan c. Meminimalisasi konflik masing-masing tingkatan pemerintahan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. d. Memperjelas arah kebijakan pemerintahan daerah e. Menjadi pedoman dan acuan dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan
  • 32. MANFAAT NSPK 1. Mempertegas dan memperjelas landasan hukum. 2. Menjadi pedoman dan acuan (petunjuk pelaksanaan urusan pemerintahan) 3. Menjadi pedoman dalam penyusunan kelembagaan daerah 4. Memperjelas mekanisme, tata cara, persyaratan, kriteria, pengelolaan urusan pemerintahan 5. Mempermudah Perencanaan program & kegiatan 6. Memperjelas kewenangan Provinsi dan Kab/Kota 7. Memperjelas pelaksanan MONEV 8. Memperjelas pelaporan 9. Memperjelas pendanaan 10. Memperjelas pembinaan dan pengawasan 11. Memperjelas management urusan pemerintahan
  • 33. NO KEWENANGAN PUSAT PROVINSI KAB/KOTA URUSAN DAERAH DAERAH DAERAH URUSAN PUSAT PUSAT DAERAH PROV PROV KAB/KOT KAB/KOT 1. PP38/07 PP38/07 NSPK NSPK PENETAPAN PELAKSAN PELAKSAN PELAKSAN PELAKSAN PENETAPAN PP38/07 PP38/07 AA AA SPM SPM PERMEN PERMEN KOORDINA KOORDINA SI/FASILITA PENERAPA PENERAPA SI/FASILITA 2. PP65/05 PP65/05 /K.LPNK /K.LPNK SI SI NN
  • 34. NO KEWENANGAN PUSAT PROVINSI KAB/KOTA SKPD SKPD SKPD SKPD KELEMBAGAAN KELEMBAGAAN KEMENTERIA KEMENTERIA NN (DINAS (DINAS (DINAS (DINAS 3. PP41/07 PP41/07 /LPNK /LPNK dan dan dan dan LEMTEK) LEMTEK) LEMTEK) LEMTEK) SDM DAERAH DAERAH DAERAH DAERAH PUSAT PUSAT (SESUAI (SESUAI (SESUAI (SESUAI NSPK) NSPK) NSPK) NSPK) 4.
  • 35. NO KEWENANGA PUSAT PROVINSI KAB/KOTA N 5. PENDANAAN PENDANAAN APBN APBN APBD APBD APBD APBD APBN HIBAH HIBAH HIBAH HIBAH HIBAH APBN DAK DAK DAK DAK DAK
  • 36. NO KEWENANGA PUSAT PROVINSI KAB/KOT N A Kementerian 33 33 /LPNK DEKON DEKON DEKON GUBERNU GUBERNU RR PP7/08 PP7/08 INSTANSI INSTANSI VERTIKAL VERTIKAL Kementerian TUGAS TUGAS /LPNK PROVINSI KAB/KOTA PEMBANTUAN PEMBANTUAN TP TP TP TP PP7/08 PP7/08 DESA DESA
  • 37. NO KEWENANGA PUSAT PROVINSI KAB/KOT N A SKPD SKPD SKPD SKPD (DINAS KEMENTERIAN (DINAS KEMENTERIAN (DINAS (DINAS PELAYANAN PELAYANAN /LPNK /LPNK dan dan dan dan LEMTEK LEMTEK 6. LEMTEK) LEMTEK) )) PELAYANAN DASAR HUKUM DASAR HUKUM - UU25/09 UU25/09 Pelayanan Publik Pelayanan Publik - Permendagri Permendagri Skala Pusat Skala Prov Skala 24/05 24/05 (Lintas (Lintas Kab/Kota Pelayanan 1 Pintu Pelayanan 1 Pintu - Permendagri Provinsi) Kab/kota) (Lokalitas) Permendagri 20/08 20/08 Pelayanan Terpadu Pelayanan Terpadu
  • 38. NO KEWENANGA PUSAT PROVINSI KAB/KOT N A MONEV MONEV BUPATI/WA BUPATI/WA PP79/05 PP79/05 MENTERI MENTERI GUB/SKPD GUB/SKPD LIKOTA/SK LIKOTA/SK PD PD 7. PP6/08 PP6/08 PELAPORAN PELAPORAN PP3/07 PP3/07 MENTERI MENTERI GUB/S GUB/S BUPATI/WA BUPATI/WA LIKOTA/SK LIKOTA/SK KPD KPD PP6/08 PP6/08 PD PD 8.
  • 39. NO KEWENANGA PUSAT PROVINSI KAB/KOTA N 9. BINWAS KAB/KOTA PEMBINAAN KAB/KOTA PEMBINAAN MENTERI MENTERI PROVINSI PROVINSI BUPATI/WAL PP79/05 BUPATI/WAL PP79/05 GUB/SKPD GUB/SKPD IKOTA/SKPD IKOTA/SKPD PP38/07 PP38/07 PENGAWASAN PENGAWASAN INSPEKTORAT INSPEKTORA INSPEKTORA INSPEKTORA INSPEKTORA INSPEKTORAT PP79/05 PP79/05 TT PROV PROV TT KAB/KOTA KAB/KOTA
  • 40. APABILA NSPK BLM DITETAPKAN YG TERJADI ANTARA LAIN: 1. Tidak ada Kepastian Hukum 2. Tidak jelas Pengelolaan Urusan 3. Tidak jelas Kelembagaan 4. Tidak jelas Personil 5. Tidak jelas Keuangan 6. Tidak jelas Pembinaan 7. Tidak jelas Pelayanan
  • 41. TINDAK LANJUT NSPK DARI MASING2 KEMENTERIAN/LPNK GRAND 2 3 STRATEG MONEV MODEL I BUILDING SUPERVISI 1 4 SOSIALISASI ROAD MAP/REN PEMBINAA FASILITASI CANA N DAN PENGAWA BEST 5 AKSI SAN PRACTICE 7 6
  • 42. TINDAK LANJUT NSPK OLEH PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA GRAND STRATEGI DAN ROAD MAP/RENCANA AKSI • MENYESUAIKAN DALAM BENTUK PERDA/PERGUB/PERBUP/PERWALKOT • MELAKSANAKAN SESUAI KEWENANGAN • MENYESUAIKAN KELEMBAGAAN • MENYESUAIKAN SDM • MENGAKORMODIR DALAM KEUANGAN/APBD • MENINGKATKAN KAPASITAS DAERAH • BEST PRACTICE/INOVASI • PELAYANAN PUBLIK • MONEV • PELAPORAN
  • 43. SPM LATAR BELAKANG PP 38/2007 ttg PUP merupakan peraturan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 14 ayat (3) UU No mor 32 Tahun 2004 (PP 25/2000). PP 65 Tahun 2005 ttg pedoman penyusunan & penerapan SPM merupakan peraturan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 1 1 ayat ( 4 ) dan Pasal 14 ayat (3) UU No mor 32 Tahun 2004.
  • 44. IX. ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN URUSAN PEMERINTAHAN Urusan pemerintahan yg Urusan pemerintahan di luar Psl 10 (3) dpt. dikelola bersama Sepenuhnya mnjd. Wewenang (Pemerintah, Prov, Kab/Kota) Pemerintah: {Psl 10 (1) & (3)} Dibagi dgn kriteria Psl 11 (1): - Politik Luar Negeri • Eksternalitas - Pertahanan • Akuntabilitas - Keamanan - • Efisiensi Yustisi - Moneter & Fiskal Nasional - Agama Urusan Urusan Pemerintah Pemerintahan Daerah {Psl 10 (5)} Standar Pelayanan WAJIB PILIHAN • MenyeL. Minimal (SPM) Pelayanan Sektor sendiri Dasar Unggulan {Psl 11 (4)} {Psl 11 (3)} {Psl 11 (3)} • Melimpahkan sebagian ur kpd Gub. Diselenggarakan berdasarkan asas • Menugaskan otonomi & tugas pembantuan {Psl 10 sebagian (2)} urusan kepada Pemda
  • 45. X. STANDAR PELAYANAN MINIMAL Ketentuan ttg jenis dan mutu pelayanan dasar yg merupakan urusan wajib yg berhak diperoleh setiap warga ESENSI SPM  SPM merupakan standar minimum pelayanan Publik yang wajib disediakan oleh Pemda kepada masyarakat. Adanya SPM akan menjamin minimum pelayanan yang berhak diperoleh masyarakat Indonesia dari Pemerintah  Bagi Pemda : SPM dapat dijadikan tolok ukur (benchmark) dalam penentuan biaya yang diperlukan untuk membiayai penyediaan pelayanan.  Bagi masyarakat : SPM akan menjadi acuan mengenai kualitas dan kuantitas suatu pelayanan publik yang disediakan oleh Pemda.  SPM harus mampu menjamin terwujudnya hak-hak individu serta dapat menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan dasar yang wajib disediakan Pemda sesuai ukuran yang ditetapkan oleh Pemerintah.
  • 46. XI. ESENSI PELAYANAN PUBLIK  Fungsi pokok Pemda adalah mensejahterakan masyarakat  Tingkat kesejahteraan tergantung tingkat pelayanan publik yg disediakan Pemda  Pemda mendapat legitimasi dari rakyat untuk menyelenggarakan pelayanan publik  Rakyat membayar pajak atas penyelenggaraan public goods and public regulations yang memenuhi kebutuhan masyarakat .  Undang-Undang No.32/2004 mengisyaratkan Pemda untuk melaksanakan otonomi seluas-luasnya  Dalam Undang-Undang No.32/2004, dalam menentukan isi otonomi, pelaksanaan urusan Pemda haruslah dikaitkan dengan kebutuhan riil masyarakatnya.  Pelaksanaan urusan harus direaktualisasi untuk menghindari pelaksanaan yang selama ini cenderung diseragamkan, mengarah kepada pelaksanaan urusan yang berdasarkan kebutuhan riil masyarakat
  • 47. RAMBU-RAMBU SPM • Dalam penyelenggaraan urusan wajib daerah berpedoman pada SPM yang ditetapkan Pemerintah dan dilaksanakan secara bertahap. (pasal ayat (4) UU 32/2004) • Pemerintahan daerah yang melalaikan penyelenggaraan urusan wajib, penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah dengan pembiayaan bersumber dari APBD daerah yang bersangkutan. (pasal 8 ayat (2) PP 38/2007)
  • 48. XII. MENGAPA PEMERINTAH PUSAT YG MENETAPKAN SPM DAN DAERAH MENERAPKANNYA  Pemerintah Pusat menetapkan SPM dengan maksud dan tujuan perlindungan hak konstitusional; kepentingan nasional; ketentraman dan ketertiban umum; keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan komitmen nasional sehubungan perjanjian dan konvensi internasional.  Pemerintah Daerah menerapkan SPM dengan pengertian bahwa pusat pelayanan yang paling dekat dengan masyarakat adalah di tingkat Daerah c.q. Kabupaten/Kota.  Pemerintah Propinsi berdasarkan SPM dari Pusat dalam kapasitasnya sebagai wakil Pemerintah Pusat di Daerah memfasilitasi Kabupaten dan Kota yang ada dalam wilayah kerjanya untuk menerapkan dan mencapai SPM tersebut.
  • 49. Tujuan SPM 1. Dengan adanya SPM maka masyarakat akan terjamin menerima suatu pelayanan publik dari Pemda dengan mutu tertentu. 2. SPM sebagai alat untuk menentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu pelayanan dasar. dan menjadi landasan dalam penentuan perimbangan keuangan dan bantuan lain yang lebih adil dan transparan. 3. SPM dapat dijadikan dasar dalam menentukan Anggaran Kinerja berbasis manajemen kinerja. SPM dapat menjadi dasar dalam alokasi anggaran daerah dengan tujuan yang lebih terukur. 4. SPM dapat menjadi alat untuk meningkatkan akuntabilitas Pemda terhadap masyarakat. Masyarakat dapat mengukur sejauhmana Pemda dapat memenuhi kewajibannya untuk menyediakan pelayanan publik. 5. Adanya SPM dapat menjadi argumen bagi peningkatan pajak dan retribusi daerah karena baik Pemda dan masyarakat dapat melihat keterkaitan pembiayaan dengan pelayanan publik yang disediakan Pemda. 6. SPM dapat merangsang rationalisasi kelembagaan Pemda, karena Pemda akan lebih berkonsentrasi pada pembentukan kelembagaan yang berkorelasi dengan pelayanan masyarakat. 7. Adanya SPM dapat membantu Pemda dalam merasionalisasi jumlah dan kualifikasi pegawai yang dibutuhkan. Kejelasan pelayanan akan membantu Pemda dalam menentukan jumlah dan kualifikasi pegawai untuk mengelola pelayanan publik tersebut.
  • 50. XIII. PRASYARAT PENYUSUNAN SPM 1. Adanya pembagian kewenangan yang jelas antar tingkatan pemerintahan (Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota) menjadi prasyarat utama untuk menentukan SPM. 2. Pembagian kewenangan baru menunjukkan siapa melakukan apa, namun belum menunjukkan kewenangan-kewenangan apa saja yang memerlukan SPM. Karena tidak semua kewenangan membutuhkan SPM. 3. Ada tiga kriteria utama yang dapat dijadikan acuan dalam membagi kewenangan antara tingkatan pemerintahan yaitu: a. Externalitas b. Akuntabilitas c. Efisiensi 5. Adanya output Pemda yang jelas dalam bentuk pelayanan dari kewenangan wajib tersebut. 5. Output tersebut harus ada standard minimum yang harus dipenuhi Daerah untuk menjamin adanya keseimbangan antar daerah dalam penyediaan pelayanan publik.
  • 51. XIV. HUBUNGAN ANTAR TINGKAT PEMERINTAHAN DLM SPM  Basis penerapan SPM ada di Kabupaten/Kota dan Prov  Pemerintah Pusat melalui Kementerian sektor / LPNK bertugas membuat SPM untuk masing-masing pelayanan yang menjadi bidang tugasnya  Gubernur sebagai wakil Pemerintah, bekerjasama dengan Kabupaten/Kota membahas bagaimana pencapaian SPM tersebut.  Kabupaten/Kota menentukan tata cara pelaksanaan pelayanan berdasarkan SPM yg telah disepakati pencapaiannya dgn Provinsi. SPM yang di-implementasikan di tingkat Kabupaten/Kota menjadi dasar bagi pengawasan yang dilakukan oleh Gubernur sebagai wakil Pusat di Daerah.  Pemerintah Pusat wajib membiayai daerah dlm penyediaan pelayanan dasar bagi daerah-daerah yang kurang mampu  Pusat dpt menarik otonomi suatu daerah bila daerah tsb tdk mampu melaksanakan kewenangan wajib yg telah ditentukan SPM-nya, padahal Pemerintah sudah mengalokasikan biayanya.  Gubernur sebagai wakil pusat di Daerah membina dan mengawasi pelaksanaan SPM di Kabupaten/Kota.
  • 52. XV. Hambatan Terhadap Pelaksanaan SPM 1. Terbatasnya anggaran Pemda dapat menjadi penghalang utama untuk melaksanakan SPM. 2. Sering terdapat kerancuan antara standard tehnis suatu pelayanan dengan SPM. 3. peraturan perUUan sektor dan daerah yg belum di Harmonisasi 4. Kewenangan atau urusan pemerintahan sering belum berkorelasi dengan pelayanan. Kewenangan lebih untuk mencari kekuasaan yang berkaitan dengan uang atau penerimaan.
  • 53. XVI. MEKANISME PENYUSUNAN SPM PEMERINTAH Departemen/ LPND terkait Urusan Wajib Hasil Kerja Tim KonsultasiSPM Yang dikoordinasikanleh o Menteri Dalam Negeri/ DirekturJenderalOtonomiDaerah Menyampaikanhasiltersebut kepada Dewan PertimbanganOtonomi Daerah (DPOD) Membuatrekomendasi an d menyampaikannya epada k Menteri/ PimpinanLPND Menjadireferensiuntuk selanjutnya digunakan dalam PenyusunanSPM oleh Menteri/ Pimpinan LPND Ditetapkanmenjadi Peraturan Menteri/ Peraturan Menteri Terkait Muatan Inti: • Jenis Pelayanan Dasar • Indikator dan Nilai SPM • Batas waktu pencapaian SPM • PengorganisasianSPM
  • 54. XVII. MEKANISME PENERAPAN SPM PEMDA Mengacu Muatan Inti: pada • Jenis Pelayanan Dasar • Indikator dan Nilai SPM Pemda menyusun rencana • Pengorganisasian SPM pencapaian SPM • Batas waktu pencapaian SPM Dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Target tahunan (RPJMD) pencapaian SPM Rencana Strategis Satuan Dituangkan dalam Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Klasifikasi belanja daerah dengan pertimbangan kemampuan keuangan daerah Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Berdasarkan Perangkat Daerah (RKA-SKPD)
  • 55. XVIII. PENATAAN PELAYANAN PUBLIK 1. Tumpang tindih pelayanan publik karena belum jelasnya batas-batas kewenangan antar tingkat pemerintahan 2. Terjadinya gejala alokasi APBD lebih untuk biaya aparatur (overhead cost) dibandingkan biaya untuk pelayanan publik 3. Belum adanya transparansi mengenai standar pelayanan publik; biaya, prosedur dan waktu penyelesaian 4. Pemda cenderung belum responsif untuk menanggapi keluhan masyarakat tentang kualitas pelayanan publik 5. Masih sulit mendorong sikap enterpreneurship, inovatif dan kreatif di kalangan birokrasi Pemda 6. Pemda masih sulit untuk membuat kebijakan daerah yang kondusif untuk investasi 7. Masih sulit mengubah budaya dari dilayani menjadi melayani
  • 56. Kesimpulan  SPM pertama-tama menuntut adanya distribusi urusan antara tingkatan pemerintahan (Pusat, Propinsi, Kabupten/Kota) secara obyektif atas dasar kriteria externalitas, akuntabilitas dan efisiensi  disusunnya SPM oleh Departemen/LPND sebagai acuan bagi Pemda dalam melaksanakan pelayanan publik berbasis SPM.  SPM sulit akan berjalan tanpa sosialisasi, fasilitasi, pengawasan, monitoring dan evaluasi yang harus dilakukan secara intensif oleh Pusat dan Propinsi agar Pemda Kabupaten/Kota dapat menjalankan pelayanan dengan SPM-nya secara optimal. Untuk itu berbagai kegiatan penguatan sistem, kelembagaan dan personil Pemda harus dilakukan secara intensif.  SPM akan menciptakan berbagai rationalisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan dilaksanakannya SPM akan membantu Pemda dalam melakukan rationalisasi terhadap kelembagaan, personil, keuangan sebagai pilar utama dalam penyelenggaraan otonomi daerah.
  • 58.
  • 59.
  • 60.
  • 61. EKONOMI POLITIK  REFORMASI EKONOMI
  • 62. MASALAH PENDUDUK DAN IMPLIKASINYA  YANG DIMAKSUD DENGAN MASALAH PENDUDUK ADALAH MASALAH PERTAMBAHAN JUMLAH PENDUDUK YANG SANGAT BESAR DINEGARA BERKEMBANG. HAL INI MENIMBULKAN MASALAH PADA USAHA-USAHA PEMBANGUNAN. DISATU SISI DENGAN PERTAMBAHAN JUMLAH PENDUDUK YANG BESAR AKAN BERPENGARUH PADA JUMLAH TENAGA KERJA.  MASALAH PENDUDUK SAAT INI ADALAH KEMAMPUAN NEGARA MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA YANG SANGAT TERBATAS SEHINGGA AKAN BERPENGARUH PADA ANGKA PENGANGGURAN. PENDUDUK DUNIA DIPERKIRAKAN BERTAMBAH SEBANYAK 100- 120 JUTA DAN SEKITAR 80-90 JUTA JIWA ADA DINEGARAYANG SEDANG BERKEMBNG.
  • 63. FAKTOR YANG MEMPERCEPAT PERKEMBANGAN PENDUDUK 1.PADA ERA 1980-AN BANYAK NEGARA BERKEMBANG MENGALAMI KRISIS EKONOMI (EXTERNAL SHOCKS), TERUTAMA DIAKIBATKAN OLEH PEMBENGKAKAN HUTANG LUAR NEGERI SEHINGGA MEMBUAT NEGARA-NEGARA TERSEBUT MENGALAMI STAGNASI DIBIDANG EKONOMI, PENURUNAN PENDAPATAN PERKAPITA, DAN INSTABILITAS MAKRO EKONOMI. 2. NEGARA-NEGARA AMERIKA LATIN, ASIA DAN AFRIKA, MERESPON KRISIS EKONOMI TERSEBUT DENGAN MENCOBA MEMBUAT STRATEGI BARU MISALNY A SUBSTITUSI IMPOR DIGANTI DENGAN INSTITUSI PASAR (MARKET MECHANISM) DALAM MENGGERAKAN EKONOMI KHUSUSNYA DALAM KEBIJAKAN PRIVATISASI DAN LIBERALISASI.
  • 64. •KEBIJAKAN SUBSTITUSI IMPOR (SI) MARAK DIPROMOSIKAN DINEGARA-NEGARA BERKEMBANG UNTUK MENGATASI PERSOALAN PERSOALAN DEFISIT NERACA PEMBAYARAN , DIMANA NEGARA MAJU MEMPEROLEH SURPLUS BEGITU BESAR DARI PERDAGANGANNYA DENGAN NEGARA-NEGARA BERKEMBANG. •MODEL BARU PERAN PEMERINTAH DALAM KEGIATAN EKONOMI YANG LEBIH MENGEDEPANKAN PASAR SEBAGAI INSTRUMEN EKONOMI SESUNGGUHNYA TIDAK LEPAS DARI PERAN LEMBAGA- LEMBAGA KEUANGAN MULTILATERAL SEPERTI WORD BANK & IMF YANG BERTANGGUNGJAWAB TERHADAP SRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI TERSEBUT.
  • 65. WORD BANK MENYEBUT BAHWA PENYESUAIAN • STRUKTURAL /RESTRUKTURISASI EKONOMI. •TUJUAN DARI RESTRUKTURISASI TERSEBUT ADALAH UNTUK MENGHAPUSKAN KETIDAKSEIMBANGAN EKONOMI YANG TERUS MENERUS MELANDA HAMPIR SEMUA NEGARA BERKEMBANG
  • 66. PROGRAM RESTRUKTURISASI EKONOMI SENDIRI IALAH SUATU PROSES REFORMASI KEBIJAKAN YANG BERORIENTASI PADA PENYELESAIAN KRISIS, MENGURANGI INFLASI DAN MENCIPTAKAN KONDISI BAGI PENINGKATAN PENDAPATAN PENDAPATAN PERKAPITA SECARA BERKESINAMBUNGAN (AHRENS, 2000: 79). DENGAN RETSRUKTURISASI EKONOMI DIHARAPKAN FUNDAMENTAL MAKRO PEREKONOMIAN NEGARA BERKEMBANG DALAM KONDISI STABIL SEHINGGA MEMUDAHKAN OPERASIONALISASI LANGKAH2 PEMBANGUNAN.
  • 67. REFORMASI EKONOMI DAN RINTANGAN POLITIK 1. IMF DAN BANK DUNIA DUA LEMBANGA KEUANGAN DUNIA YANG DIBENTUK SAAT BERLANGSUNG KONFERNSI BRETON WOODS SEUSAI PERANG DUNIA KE-II, DENGAN TUJUAN UTAMA UNTUK MERSEKONSTRUKSI INFRASTRUKTUR DUNIA DAN MEMBANTU NEGRARA2 ANGGOTA . SELAIN ITU KEDUA LEMBAGA INI JUGA MEMILIKI FUNGSI LAIN YANG PENTING YAKNI MENGHADANG PENGARUH-PENGARUH NEGARA SOSIALIS DALAM MEMPERLUAS IDE SISTEM EKONOMINYA TERUTAMA KE NEGARA DUNIA KETIGA (KLOBY, 1997:171-172) 2. SEHINGGA DENGAN GETOL MENYALURKAN DANA (UTANG LUAR NEGERI) KE- NEGRARA2 DUNIA KETIGA DENGAN PERSYARATAN YANG CUKUP LUNAK (SOFT LOAN) YAITU BUNGA RINGAN DAN TENGGANG PEMBAYARAN (GESTATION PERIOD) YANG LAMA. PROSEDUR TERSEBUT AGAR LEMBAGA KEUANGAN DUNIA BISA MEMPENGARUHI NEGARA2 DUNIA KETIGA UNTUK MENGIKUTI GAGASAN PEMBANGUNAN EKONOMI YANG TELAH DIFORMULASIKAN.
  • 68. PERT. VI MENURUT PENELITIAN JOHNSON DAN SCHAFER (1997): • SELAMA THN 1965-1995 PEREKONOMIAN 48 DARI 98 NEGARA BERKEMBANG PENERIMA BANTUAN IMF TDK ADA PERUBAHAN YG SIGNIFIKAN • BAHKAN 32 DARI 48 NEGARA BERKEMBANG MENJADI TAMBAH MISKIN DAN MEMUNCULKAN KRISIS YG BERULANG-ULANG BAGAIKAN ROLLER COASTER DAN MENJADI PASIEN BAGI IMF SELAMA PULUHAN TAHUN
  • 69. LANJUTAN… BEBERAPA TEMUAN SEMENTARA INI SAMPAI PADA TAHAP KESIMPULAN ANTARA LAIN: UTANG ITU DISERTAI DENGAN PERSYARATAN-PERSYARATAN TIDAK MENGUNTUNGKAN BAGI NEGARA DEBITUR (MISALNYA PEMBUKAAN PASAR DOMESTIK BAGI BARANG ASING), BANYAK SARAN KEBJAKAN YANG TIDAK TEPAT SASARAN.