Kehidupan pengumpul barang bekas di tempat pembuangan sampah Kartasura ditandai oleh beratnya pekerjaan dan masalah ekonomi. Mereka bergantung pada sampah untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Observasi dan wawancara menunjukkan bahwa mereka bekerja keras meski sering diremehkan.
Dokumen ini adalah proposal awal yang digunakan untuk seleksi Program Hibah Bina Desa (PHBD) 2016. Disusun oleh Tim PHBD Universitas Trilogi, yaitu mahasiswa UKM Harsha Pratala. Judulnya adalah: Pengembangan Desa Berbudaya Lingkungan Melalui Bank Sampah dan Pemanfaatan Pekarangan Rumah Warga Desa Leuwikaret.
Fermentasi Limbah Rumah Tangga NGAPAK MANDIRIKen Kebumen
FERMENTASI KOMPOS NGAPAK MANDIRI
PROGRAM UNGGULAN PAGUYUBAN NGAPAK DALAM MENYELAMATKAN LINGKUNGAN BERUPA PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK TEKNIK MODERN
Pengolahan Sampah Organik Dengan Teknologi Modern/ Fermentasi
Sampah Organik adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar.
Organik adalah proses yang kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad raya? sekali lagi beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis yang cukup penting.
Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos)
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti, Sisa makanan dan sayuran, ampas teh dan kopi, bunga, dagingm ikan, cangkang telur, Roti, daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.
Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani.
Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik
Masyarakat biasanya masih mernggunakan metode pembuatan kompos dengan cara lama, dengan cara yang dianggp JOROK oleh sebagian masyarakat karena harus menggunakan bahan bahan yg kotor, misalnya penggunaan cacing dan kotoran hewan.
Namun kini Organisasi PAGUYUBAN NGAPAK akan menggunakan Metode yang Modern yang akan menjadi kebiasaan baru dan teknologi baru yang tentunya sangat mudah, Murah, tidak mendatangkan Kecoa, Lalat,Tikus dan sangat bersih Tanpa Alat yang mahal, Tidak Berbahaya dan Hanya membutuhkan 30 Detik Untuk Melakukan. dan di diamkan selama 2 Minggu maka akan menjadi KOmpos Organik.
Adapun jenis Sampah Organik yang tidak bisa di kopos menggunakan Fermentasi adalah, Kotoran Binatang, Popok bayi dan Pembalut, Tulang Besar, Makanan Berkuah, Daging Busuk dan tanaman yang mengandung penyakit.
Estimasi dan prospek PENGOLAHAN SAMPAK ORGANIK NGAPAK MANDIRI Di Lingkungan dan melibatkan 200 warga.
Setiap keluarga menghasilkan 1 kg sampah organik per hari. berarti sebulan mendapatkan 30 kg.
30 kg dikalikan 200 maka menghasilkan 6000 kg Per Bulan.
Harga Kompos Organik Rp 2000/ kg
Maka Penghasilan Kita Perbulan 6000 X 2000 = 12.000.000
Dari sampah yang tidak berguna bahkan menjijikan kita sulap menjadi Hal yang bermanfaat untuk lingkungan dan menhasilkan sisi ekonomi yang lumayan.
Kegiatan Ini Real dan bisa dilakukan siapa saja dan kapan saja dimana berada. Hasil kompos sudah ada pembelinya, Jadi jangan takut tentang pemasarannya.
Dokumen ini adalah proposal awal yang digunakan untuk seleksi Program Hibah Bina Desa (PHBD) 2016. Disusun oleh Tim PHBD Universitas Trilogi, yaitu mahasiswa UKM Harsha Pratala. Judulnya adalah: Pengembangan Desa Berbudaya Lingkungan Melalui Bank Sampah dan Pemanfaatan Pekarangan Rumah Warga Desa Leuwikaret.
Fermentasi Limbah Rumah Tangga NGAPAK MANDIRIKen Kebumen
FERMENTASI KOMPOS NGAPAK MANDIRI
PROGRAM UNGGULAN PAGUYUBAN NGAPAK DALAM MENYELAMATKAN LINGKUNGAN BERUPA PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK TEKNIK MODERN
Pengolahan Sampah Organik Dengan Teknologi Modern/ Fermentasi
Sampah Organik adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar.
Organik adalah proses yang kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad raya? sekali lagi beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis yang cukup penting.
Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos)
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti, Sisa makanan dan sayuran, ampas teh dan kopi, bunga, dagingm ikan, cangkang telur, Roti, daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.
Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani.
Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik
Masyarakat biasanya masih mernggunakan metode pembuatan kompos dengan cara lama, dengan cara yang dianggp JOROK oleh sebagian masyarakat karena harus menggunakan bahan bahan yg kotor, misalnya penggunaan cacing dan kotoran hewan.
Namun kini Organisasi PAGUYUBAN NGAPAK akan menggunakan Metode yang Modern yang akan menjadi kebiasaan baru dan teknologi baru yang tentunya sangat mudah, Murah, tidak mendatangkan Kecoa, Lalat,Tikus dan sangat bersih Tanpa Alat yang mahal, Tidak Berbahaya dan Hanya membutuhkan 30 Detik Untuk Melakukan. dan di diamkan selama 2 Minggu maka akan menjadi KOmpos Organik.
Adapun jenis Sampah Organik yang tidak bisa di kopos menggunakan Fermentasi adalah, Kotoran Binatang, Popok bayi dan Pembalut, Tulang Besar, Makanan Berkuah, Daging Busuk dan tanaman yang mengandung penyakit.
Estimasi dan prospek PENGOLAHAN SAMPAK ORGANIK NGAPAK MANDIRI Di Lingkungan dan melibatkan 200 warga.
Setiap keluarga menghasilkan 1 kg sampah organik per hari. berarti sebulan mendapatkan 30 kg.
30 kg dikalikan 200 maka menghasilkan 6000 kg Per Bulan.
Harga Kompos Organik Rp 2000/ kg
Maka Penghasilan Kita Perbulan 6000 X 2000 = 12.000.000
Dari sampah yang tidak berguna bahkan menjijikan kita sulap menjadi Hal yang bermanfaat untuk lingkungan dan menhasilkan sisi ekonomi yang lumayan.
Kegiatan Ini Real dan bisa dilakukan siapa saja dan kapan saja dimana berada. Hasil kompos sudah ada pembelinya, Jadi jangan takut tentang pemasarannya.
Menganalisa sisi ekonomi kehidupan pengumpul barang bekas di
1. MENGANALISA SISI EKONOMI
KEHIDUPAN PENGUMPUL BARANG BEKAS
DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH
KARTASURA SEBAGAI PERWUJUDAN
IMAN BERMASYARAKAT
BERNARDUS PRASETYA UTAMA
I0415028
2. LATAR BELAKANG
Sampah telah menjadi masalah serius bagi kota besar di Indonesia.
Pertumbuhan penduduk berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan.
Berdasarkan kandungan zat kimia, sampah dibagi menjadi 2, yaitu sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah organik pada umumnya mengalami
pembusukan, sedangkan sampah anorganik tidak mengalami pembusukan.
Disamping itu, masalah ini menjadi berkah bagi sebagian orang.
Orang-orang ini menggantungkan hidupnya pada sampah-sampah yang
masih bisa terpakai. Sampah yang ada di Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
menjadi tempat bekerja bagi para pemilah dan pengumpul sampah. Sampah-
sampah yang diambil adalah sampah anorganik yang dapat didaur ulang.
3. RUMUSAN MASALAH
• 1. Bagaimana kehidupan seorang pengumpul barang bekas?
• 2. Apa yang melatarbelakangi kehidupan sekarang?
• 3. Masalah apa yang dihadapi dari sisi ekonomi?
• 4. Apakah segala kebutuhan seperti sandang pangan papan
terpenuhi?
• 5. Apa peran mahasiswa Katholik dalam fenomena ini sebagai
perwujudan iman bermasyarakat?
4. DASAR TEORI AJARAN GEREJA
• A. Ensiklik Quadragesimo anno : berisi mengenai hak atas
milik, peran harta dan kerja, pengentasan kemiskinan buruh,
upah dan gaji yang adil dengan memerhatikan hidup buruh dan
keluarganya, keadaan perusahaan dan tuntutan kepentingan
umum, prinsip-prinsip pemugaran tatanan ekonomi dan sosial.
• B. Ensiklik Deus Caritas Est : Berisikan ajaran cinta kasih Allah
• C. Centesimus Annus : Ada peran/intervensi negara guna
mengatur kehidupan masyarakat dan melindungi golongan
lemah, seperti buruh.
5. DASAR-DASAR DARI ALKITAB
• A. Perjanjian lama :
• 1. Ulangan 15:4 “Maka tidak akan ada orang miskin di antaramu,
sebab sungguh Tuhan akan memberkati engkau di negeri yang
diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu untuk menjadi milik pusaka.”
• 2. Ayub 5:15 “Tetapi ia menyelamatkan orang-orang miskin dari
kedahsyatan mulut mereka, dan dari tangan orang yang kuat.”
• 3. Mazmur 69:33 “Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin,
dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan.”
6. • B. Perjanjian baru :
• 1. Matius 5:3 “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan
Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”
• 2. Yohanes 12:8 “Karena orang-orang miskin selalu ada pada
kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.”
7. HASIL OBSERVASI
• Observasi hari pertama : Kamis, 3 Desember 2015
Penulis melakukan observasi langsung ke Tempat
Pembuangan Sampah Kartasura, Sukoharjo yang berlokasi tepat
di belakang kompleks Terminal Baru Kartasura, Sukoharjo pada
sore hari.
• Observasi hari kedua : Jumat 4 Desember 2015
Penulis kembali mendatangi Tempat Pembuangan Sampah
Kartasura, bertemu dengan narasumber dan mulai
mewawancarainya.
8. ANALISIS MASALAH
Setiap orang memiliki profesi yang berbeda-beda dan memiliki alasan
yang berbeda-beda juga. Lingkungan sekitar juga menentukan profesi dan
jalan kehidupan seseorang. Dan ini yang terjadii pada pemilah dan
pengumpul barang bekas yang bertempat di Tempat Pembuangan Sampah
(TPS) Kartasura.
Mereka menggantungkan kehidupan mereka di tempat ini, sampah
merupakan harta bagi mereka. Mereka menjalani profesi ini bukan karena
mereka senang, hobi, atau semacamnya, melainkan ada beberapa faktor
yang memaksa mereka mengambil profesi tersebut, salah satunya karena
tuntutan ekonomi keluarga mereka.
9. KESIMPULAN
• Kehidupan para pemilah sampah dan pengumpul barang bekas
sangat berat.
• Mereka sering dipandang remeh dan rendah oleh orang-orang.
• Banyak sekali permasalahan yang ada di lingkungan para pemilah
dan pengumpul barang bekas, dari segi ekonomi, sosial, dan
kesehatan.
• Dengan melakukan observasi ini melatih kita untuk berfikir kritis dan
bijak dalam penyikapan suatu masalah yang terjadi di lingkunga
Tempat Pembuangan Sampah Kartasura.
10. RENUNGAN
• Ketahuilah bahwa mereka menjalani profesi tersebut karena
tuntutan ekonomi, walaupun lelah, mereka tetap menekuni
profesi tersebut agar tetap mendapat uang sehingga memenuhi
kebutuhan keluarga mereka. Meskipun begitu, mereka tetap
semangat dan giat dalam bekerja.
• Sedangkan kita sebagai mahasiswa yang kebutuhannya masih
dipenuhi oleh orang tua dan tidak harus repot-repot mencari
uang justru memiliki tingkat semangat yang rendah, suka
bermalas-malasan untuk kuliah, bahkan menghabiskan uang
untuk hal-hal yang tidak penting.