Lalat dapat menyebarkan berbagai penyakit seperti disentri, kolera, dan tifus karena kemampuannya membawa patogen dari tempat kotor ke makanan manusia. Lalat betina dapat bertelur ratusan butir setiap kali dan siklus hidupnya hanya beberapa minggu, sehingga populasi lalat dapat dengan cepat meningkat. Pengendalian lalat penting untuk mencegah penyebaran penyakit, di antaranya dengan menj
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit yang ditularkan oleh lalat dan tindakan pengendaliannya. Lalat dapat menularkan penyakit seperti kolera, tipus, dan disentri melalui kontak dengan kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi. Untuk mengendalikan penyakit ini perlu dilakukan survei kepadatan lalat, perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan, serta pemberantasan lalat secara langsung menggunak
Hub : 085747890221, Pembasmi Kecoa Bekasi, Pembasmi Lalat Bekasi, Pembasmi Rayap Bekasi, Pembasmi Tikus , Pembasmi Nyamuk di Cikarang, Jababeka, MM2100 Cibitung, Karawang, Cikampek, Bekasi Barat, Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bekasi Selatan.
Hub : 085747890221, Pembasmi Kecoa Bekasi, Pembasmi Lalat Bekasi, Pembasmi Rayap Bekasi, Pembasmi Tikus , Pembasmi Nyamuk di Cikarang, Jababeka, MM2100 Cibitung, Karawang, Cikampek, Bekasi Barat, Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bekasi Selatan.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit yang ditularkan oleh lalat dan tindakan pengendaliannya. Lalat dapat menularkan penyakit seperti kolera, tipus, dan disentri melalui kontak dengan kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi. Untuk mengendalikan penyakit ini perlu dilakukan survei kepadatan lalat, perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan, serta pemberantasan lalat secara langsung menggunak
Hub : 085747890221, Pembasmi Kecoa Bekasi, Pembasmi Lalat Bekasi, Pembasmi Rayap Bekasi, Pembasmi Tikus , Pembasmi Nyamuk di Cikarang, Jababeka, MM2100 Cibitung, Karawang, Cikampek, Bekasi Barat, Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bekasi Selatan.
Hub : 085747890221, Pembasmi Kecoa Bekasi, Pembasmi Lalat Bekasi, Pembasmi Rayap Bekasi, Pembasmi Tikus , Pembasmi Nyamuk di Cikarang, Jababeka, MM2100 Cibitung, Karawang, Cikampek, Bekasi Barat, Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bekasi Selatan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai empat jenis nematoda parasit manusia yaitu Loa loa, Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ascaris lumbricoides. Ketiga nematoda tersebut memiliki siklus hidup yang melibatkan manusia sebagai inang definitif dan tanah atau vektor sebagai inang perantara, serta dapat menyebabkan penyakit seperti loaiasis, trikhuriasis, necatoriasis, dan askariasis.
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
1. Serangga dapat menjadi vektor penyakit tanaman melalui penularan patogen seperti jamur.
2. Jenis serangga vektor penyakit antara lain nyamuk dan lalat. Serangga ini dapat menularkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan penyakit lainnya.
3. Jamur dapat hidup sebagai parasit atau saprofit pada tanaman atau hewan lain, dan berperan sebagai patogen penyakit.
Dokumen ini membahas penyakit leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menyerang hewan dan manusia, penularannya melalui kontak dengan air atau tanah terkontaminasi urine hewan, gejalanya seperti demam dan nyeri otot, pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan, diagnosisnya dengan pemeriksaan bakteri maupun antibodi, dan pengobatannya dengan antibiotik.
Dokumen tersebut membahas tentang parasit, termasuk definisi, jenis, lingkungan, mekanisme masuk, dan pencegahan parasit. Jenis-jenis parasit dibedakan berdasarkan cara hidup, jumlah sel, dan kebutuhan akan inangnya. Dokumen ini juga menjelaskan siklus hidup beberapa parasit tertentu dan cara mencegah serta mengobati infeksi parasit.
Dokumen tersebut membahas tentang parasitologi veteriner khususnya endoparasit. Singkatnya, dibahas mengenai hubungan ekologis antara parasit dan inangnya yaitu mutualisme, komensalisme, dan parasitisme. Selanjutnya dibahas pula beberapa jenis parasit penting beserta morfologi dan siklus hidupnya.
Dokumen tersebut membahas tentang empat jenis nematoda usus, yaitu:
1. Trichinella spiralis atau cacing gelang, yang menyebabkan trikinosis.
2. Enterobius vermicularis atau cacing pin, yang menyebabkan enterobiasis.
3. Strongyloides stercoralis atau cacing benang, yang menyebabkan strongyloidiasis.
4. Larva migrans kulit, yang disebabkan oleh invasi larva cacing tambang ke kulit.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian infeksi, meliputi pengertian infeksi, rantai penularan infeksi, agen penyebab infeksi, cara penularannya, serta langkah-langkah pencegahan seperti cuci tangan, pemakaian sarung tangan, teknik aseptik, penanganan sampah medis, dan sterilisasi atau desinfeksi peralatan.
Dokumen tersebut membahas tentang beberapa topik parasitologi veteriner, termasuk endoparasit seperti Balantidium coli, Entamoeba histolytica, Babesia sp, serta hubungan ekologi antara parasit dan inangnya seperti mutualisme, komensalisme, dan parasitisme.
Integrated Pest Management (IPM) merangkum pendekatan terpadu untuk mengelola hama secara efektif dengan mengidentifikasi, memantau, dan mengendalikan hama secara bijak menggunakan berbagai metode seperti sanitasi, pengendalian mekanik, biologis, dan bila perlu pestisida. Program IPM meliputi 5 langkah utama yaitu identifikasi hama, monitoring, pengambilan keputusan, pengendalian, dan evaluasi.
Spiroket (spirochete, spirochaeta)
adalah bakteri gram-negatif, motil, berbentuk ramping dan berlekuk-lekuk. Bakteri dengan morfologi unik ini banyak ditemukan di dalam lingkungan akuatik dan hewan.
spiroket tersusun atas protoplasma silinder yang ditutup dengan membran dan dinding sel. Bagian endoflagela dan protoplasma silinder akan dibungkus dengan berlapis-lapis membran (multilayer) yang bersifat fleksibel. Membran ini disebut sebagai lapisan terluar (bahasa Inggris: outer sheat).
Cacingan adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh beberapa jenis cacing seperti Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Penyakit ini menular melalui kontak dengan tanah yang terkontaminasi telur cacing. Dokumen ini menjelaskan tentang definisi cacingan, cara mencegahnya dengan menjaga kebersihan, serta cara alami mengobati cacingan menggunakan bahan-bahan seperti wortel, kelapa, dan daun pepaya.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis arthropoda seperti lalat, tuma, kecoa yang dapat menyebarkan penyakit. Arthropoda tersebut dapat menjadi vektor penyakit seperti disentri, tifus, kolera karena membawa bibit penyakit dari sampah, kotoran, dan makanan terkontaminasi. Upaya pencegahan meliputi pembersihan lingkungan dan penanggulangan sarang-sarangnya.
Dokumen tersebut membahas tentang taksonomi, ciri-ciri morfologi, siklus hidup, ekologi, patologi, diagnosis, komplikasi, cara infeksi, dan pengobatan dari beberapa jenis parasit seperti tungau, kutu ikan, kutu kelamin, dan kutu rambut. Dokumen tersebut memberikan informasi rinci mengenai klasifikasi, anatomi, lingkaran hidup, habitat alami, gejala penyakit, diagnosis, dan penanganannya.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai empat jenis nematoda parasit manusia yaitu Loa loa, Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ascaris lumbricoides. Ketiga nematoda tersebut memiliki siklus hidup yang melibatkan manusia sebagai inang definitif dan tanah atau vektor sebagai inang perantara, serta dapat menyebabkan penyakit seperti loaiasis, trikhuriasis, necatoriasis, dan askariasis.
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
1. Serangga dapat menjadi vektor penyakit tanaman melalui penularan patogen seperti jamur.
2. Jenis serangga vektor penyakit antara lain nyamuk dan lalat. Serangga ini dapat menularkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan penyakit lainnya.
3. Jamur dapat hidup sebagai parasit atau saprofit pada tanaman atau hewan lain, dan berperan sebagai patogen penyakit.
Dokumen ini membahas penyakit leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menyerang hewan dan manusia, penularannya melalui kontak dengan air atau tanah terkontaminasi urine hewan, gejalanya seperti demam dan nyeri otot, pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan, diagnosisnya dengan pemeriksaan bakteri maupun antibodi, dan pengobatannya dengan antibiotik.
Dokumen tersebut membahas tentang parasit, termasuk definisi, jenis, lingkungan, mekanisme masuk, dan pencegahan parasit. Jenis-jenis parasit dibedakan berdasarkan cara hidup, jumlah sel, dan kebutuhan akan inangnya. Dokumen ini juga menjelaskan siklus hidup beberapa parasit tertentu dan cara mencegah serta mengobati infeksi parasit.
Dokumen tersebut membahas tentang parasitologi veteriner khususnya endoparasit. Singkatnya, dibahas mengenai hubungan ekologis antara parasit dan inangnya yaitu mutualisme, komensalisme, dan parasitisme. Selanjutnya dibahas pula beberapa jenis parasit penting beserta morfologi dan siklus hidupnya.
Dokumen tersebut membahas tentang empat jenis nematoda usus, yaitu:
1. Trichinella spiralis atau cacing gelang, yang menyebabkan trikinosis.
2. Enterobius vermicularis atau cacing pin, yang menyebabkan enterobiasis.
3. Strongyloides stercoralis atau cacing benang, yang menyebabkan strongyloidiasis.
4. Larva migrans kulit, yang disebabkan oleh invasi larva cacing tambang ke kulit.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian infeksi, meliputi pengertian infeksi, rantai penularan infeksi, agen penyebab infeksi, cara penularannya, serta langkah-langkah pencegahan seperti cuci tangan, pemakaian sarung tangan, teknik aseptik, penanganan sampah medis, dan sterilisasi atau desinfeksi peralatan.
Dokumen tersebut membahas tentang beberapa topik parasitologi veteriner, termasuk endoparasit seperti Balantidium coli, Entamoeba histolytica, Babesia sp, serta hubungan ekologi antara parasit dan inangnya seperti mutualisme, komensalisme, dan parasitisme.
Integrated Pest Management (IPM) merangkum pendekatan terpadu untuk mengelola hama secara efektif dengan mengidentifikasi, memantau, dan mengendalikan hama secara bijak menggunakan berbagai metode seperti sanitasi, pengendalian mekanik, biologis, dan bila perlu pestisida. Program IPM meliputi 5 langkah utama yaitu identifikasi hama, monitoring, pengambilan keputusan, pengendalian, dan evaluasi.
Spiroket (spirochete, spirochaeta)
adalah bakteri gram-negatif, motil, berbentuk ramping dan berlekuk-lekuk. Bakteri dengan morfologi unik ini banyak ditemukan di dalam lingkungan akuatik dan hewan.
spiroket tersusun atas protoplasma silinder yang ditutup dengan membran dan dinding sel. Bagian endoflagela dan protoplasma silinder akan dibungkus dengan berlapis-lapis membran (multilayer) yang bersifat fleksibel. Membran ini disebut sebagai lapisan terluar (bahasa Inggris: outer sheat).
Cacingan adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh beberapa jenis cacing seperti Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Penyakit ini menular melalui kontak dengan tanah yang terkontaminasi telur cacing. Dokumen ini menjelaskan tentang definisi cacingan, cara mencegahnya dengan menjaga kebersihan, serta cara alami mengobati cacingan menggunakan bahan-bahan seperti wortel, kelapa, dan daun pepaya.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis arthropoda seperti lalat, tuma, kecoa yang dapat menyebarkan penyakit. Arthropoda tersebut dapat menjadi vektor penyakit seperti disentri, tifus, kolera karena membawa bibit penyakit dari sampah, kotoran, dan makanan terkontaminasi. Upaya pencegahan meliputi pembersihan lingkungan dan penanggulangan sarang-sarangnya.
Dokumen tersebut membahas tentang taksonomi, ciri-ciri morfologi, siklus hidup, ekologi, patologi, diagnosis, komplikasi, cara infeksi, dan pengobatan dari beberapa jenis parasit seperti tungau, kutu ikan, kutu kelamin, dan kutu rambut. Dokumen tersebut memberikan informasi rinci mengenai klasifikasi, anatomi, lingkaran hidup, habitat alami, gejala penyakit, diagnosis, dan penanganannya.
Similar to MATERI TRAINING MIKA EVELIN-LALAT.pptx (20)
2. Lalat Sebagai Vektor Penyakit
Lalat dikatakan sebagai salah satu vektor penyakit
karena kegiatannya yang terbang ke berbagai tempat,
termasuk tempat-tempat yang kotor dan membawa
patogen dari tempat-tempat tersebut, menyebarkannya
ke makanan manusia (penyebaran mekanis)
Penyakit yang dapat ditransmisikan oleh lalat
umumnya berupa penyakit dengan jenis
food/waterborne seperti: Vibrio cholera, Salmonella
typhi, dan Shygella dysentriae
4. Jumlah bakteri dalam 1 lalat = 550 – 6.600.000
(Esten, 1908)
Studi di Peiping, Cina : Ditemukan:
3.683.000 bakteri/lalat € daerah kumuh,
1.941.000 bakteri/lalat € daerah yang lebih
bersih
Di dalam tubuh lalat ditemukan (8-10) x lebih
banyak bakteri daripada diluar tubuh lalat.
6. Siklus hidup lalat:
Metamorfosa lengkap: telur, larva,
pupa dan dewasa
Siklus hidupnya ±30 hari
Suhu mempengaruhi panjangnya
lama waktu hidup lalat
7. Telur:
Berwarna putih
Ukuran 1 mm
Setiap kali bertelur menghasilkan 120-130
telur bahkan sampai 500 telur
Menetas dalam waktu 8-16 jam
Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas
(<12-13°C)
8. Larva (Maggot):
Berwarna putih kekuningan
Panjang = 12-13 mm
Pada akhir phase, larva
berpindah dari tempat
yang banyak makanan
ke tempat yang dingin
guna mengeringkan
tubuh
Ketahanan lalat dalam
fase ini sangat
ditentukan oleh
kelembaban tempat
pembiakan
9. Pupa (Kepompong):
Berbentuk bulat lojong
Berwarna coklat tua
Panjangnya sama dengan
larva (5 mm) dan tidak
bergerak
Lama : 4-5 hari
Berlangsung pada musim
panas selama 37 hari pada
temperatur 30-35°C
10. Siklus hidup telur € lalat dewasa = 6-20 hari
Lalat muda: dapat terbang antara 450-900 m
Lalat dewasa, panjang= ¼ inch. Lalat betina yang lebih besar
daripada yang jantan
Memiliki 4 garis hitam di punggungnya
Lalat dewasa betina dapat bertelur s.d. 5 kali
Umur lalat= 2-3 minggu, pada kondisi sejuk bisa sampai 3
bulan
Tidak kuat terbang melawan arah angin, ttp sebaliknya bisa
terbang sejauh 1 km.
11. Makanan
Lalat dewasa aktif sepanjang hari terutama pagi dan sore
In-aktif pada malam hari
Tertarik pada makanan manusia, darah dan bangkai
Bagian mulut tidak dapat dipakai untuk
menggigit/menusuk.
Hanya dapat menghisap barang-barang cair.
Makanan hanya dalam bentuk cairan, jika kering
maka akan dibasahi oleh lidahnya baru dihisap,
makan paling sedikit 2-3 kali sehari
Makanan sering dimuntahkan kembali
Tanpa air lalat hanya hidup 48 jam
12. Tempat
perindukan
Kotoran hewan
Sampah dan sisa
makanan dari
hasil olahan
Kotoran organik
Air kotor
Tempat peristirahatan:
■Pada waktu hinggap lalat
mengeluarkan ludah dan tinja yang
membentuk titik hitam
■Tengah hari lalat tidak makan ttp
beristirahat di lantai dinding,
langit2, rumput2 dan tempat yang
sejuk
■Lalat istirahat pada pinggiran
tempat makanan, kawat listrik
dan tidak aktif pada malam hari.
■Tempat hinggap lalat biasanya pd
ketinggian tidak lebih dari 5 m.
13. Fluktuasi jumlah
lalat:
Hewan fototropik € menyukai
cahaya
Malam hari tidak aktif; aktif
kalau ada cahaya buatan
Jumlah lalat akan meningkat
pada T=20- 25°C
Jumlah menurun pada T <10°C
atau > 49°C
Kelembaban optimum = 90%
Perilaku dan
perkembangbiakan:
■ Siang hari lalat
bergerombol/berkumpul
■ Berkembangbiak di sekitar
sumber makanannya
■ Penyebaran dipengaruhi oleh
cahaya, temperatur,
kelembaban
■ Untuk istirahat lalat memerlukan
suhu = 35- 40°C, kelembaban 90%
■ Aktivitas terhenti pada T < 15°C
14. Gangguan Kesehatan:
Menularkan penyakit dengan cara transmisi mekanis
Lalat yang merugikan manusia: lalat rumah (Musa
domestica), lalat
hijau (lucilia), lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat latrine
(Fannia canicularis).
Lalat rumah biasanya pemakan makanan yang berbau busuk,
kotoran € pembawa penyakit
Penyakit yang ditularkan: disentri, kolera, typhoid, diare, gatal-gatal
Membuang kotoran/telurnya pada makanan €
berkembang biak € nilai estetika rendah
15. Lalat mati dengan penggunaan insektisida
berupa tepung atau semprotan pada tahap
telur, larva dan lalat dewasa
Lalat tertarik pada bau-bau yang khas spt.
sampah yang membusuk
Untuk memutuskan siklus hidup lalat,
penumpukan sampah harus dihindari € tidak
mengganggu kehidupan dan kesehatan
manusia
16. Penyakit yang ditularkan lalat
dan gejala- gejalanya:
1.Disentri: sakit pada bagian perut, lemas (karena
terlambat peredaran darah), pada kotoran terdapat
mucus dan push €Shigella dysentriae
2. Diare: sakit pada bagian perut, lemas dan
pencernaan terganggu
3. Typhoid: gangguan p
ada usus, sakit pada perut, sakit kepala, berak darah
dan demam tinggi € Salmonella paratyphi
4. Cholera: muntah-muntah, demam, dehydrasi €
Vibrio cholerae
17. Epidemiologi:
Diakibatkan oleh hygiene perorangan dan
sanitasi lingkungan yang buruk
Seringkali menyerang anak-anak
Dapat dicegah dengan penyediaan air bersih
yang memadai, pencegahan kontak lalat
dengan makanan, pelaksanaan karantina
18. Program Pengendalian Vektor Lalat
Meliputi :
Penurunan populasi larva <<, dengan cara
pengelolaan dan sanitasi yang baik pada
daerah-daerah yang potensial menjadi tempat
untuk berkembang biak
Pengendalian secara kimia untuk
menghilangkan lalat yang masih berkembang
19. Pengendalian Lalat sebagai
Vektor Penyakit
■Metoda : Mekanis :
■Pemasangan kasa : tetapi jendela tetap dapat dibuka, dan
kasa dibersihkan secara teratur. Cara ini biasanya berguna
digunakan di pedesaan.
■Ultraviolet fly traps
■Elektrocolution
■Electric fan
■Penggelontoran saluran-saluran
20. Pengendalian Lalat
sebagai
Vektor Penyakit
(lanjutan)
■ Langkah manajemen terpadu
1. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan
2.Pemberantasan lalat secara fisik menggunakan
sticky tape, fly trap, light trap with electrocutor,
secara kimia menggunakan insectisida dengan
metode residual spraying, fogging, dan secara
biologis menggunakan predator alami,
misalnya semut Phiedoloqelon affinis
3. Edukasi masyarakat
21. Pengendalian Lalat sebagai Vektor Penyakit (lanjutan)
Evaluasi
1. Kembali melakukan survey untuk melihat indeks lalat, menurun atau tidak
2. Melihat jumlah kasus penyakit yang dicurigai ditransmisikan oleh lalat,
berkurang atau tidak
Mengurangi sumber yang menarik lalat
Lalat akan tertarik pada hasil makanan olahan, makanan ikan, sirop
gula, susu, buah yang manis.
Pencegahan dilakukan dengan:
■Kebersihan lingkungan
■Membuat saluran air limbah
■Menutup tempat sampah
■Pemasangan alat pembuang bau (exhaust)
22. Green Pest Management
1. Inspeksi
Untuk mengamati dan
mengidentifikasi :
Spesies hama
Faktor penyebab hama masuk
Bertahan hidup,
Penyebarannya di area
Mendeteksi adanya infestasi
masuknya hama terbaru
23. Fly catcher:
Ketinggian 1,5 – 2 m dari lantai dan minimal 3 m
dari produk/mesin.
Posisi pada akses masuk (tidak terlihat dari
luar)
Cara kerja : memanfaatkan sinar UV, dengan
radius 160 m2, dilengkapi dengan glue trapping
dan antractant (azamethipos) sebagai
perangkap lalat.
Dimonitoring pada setiap bulannya, dapat
digunakan sebagai alat monitoring dan
perangkap(pengendalian)
Lem wajib diganti pada setiap bulan + antratant
Penggunaan antractant khusus pada area food
plant(pabrik makanan dan minuman) tidak
diijinkan.
Glue
Sinar UV
antractant
24. Fly killer
Ditempatkan pada area dalam
(pintu masuk) upayakan tidak
mengkontaminasi makanan /
meracuni manusia
Ketinggian 1,5 – 2 m
Khusus untuk ruangan
tertutup/AC
Refill insektisida diganti pada
setiap bulannya
Space / spot spraying
Gunakan propoxur 20 cc/l air
Aplikasikan pada area yang
ditemukan infestasi lalat
seperti tempat sampah,
taman, area luar, lantai food
court, loading dock dan lai –
lain.
non recommendation = high
activity
Frame residual
Gunakan tiametoksam 20 gr / 100 cc
air, lakukan residual pada area – area
yang dihinggapi lalat seperti list meja,
list kaca, list bangku dan lain – lain
Hindari kontaminasi produk
Perlakuan khusus lakukan
perendaman tali pada larutan
tiametoksam selama 1 jam,
rentangkan tali tersebut pada area –
area yang dihinggapi lalat. Perhatikan
estetika
25. Evaluasi / Quality Control
dilakukan guna
mengentahui tingkat
infestasi hama dan
menentukan tindakan
pengendalian berikutnya.
Reporting : merangkum
keseluruhan tindakan
pengendalian, hasil dari
tindakan pengendalian,
rencana kerja serta
rekomendai untuk klien.
26. Cooperation :
Spesies hama
Tingkat infestasi hama
Hot spot hama
Habit
Agroekosistem
27. Sanitasi
Pemisahan sampah basah dan kering
Kondisi tempat sampah tertutup
Pengangkutan sampah maksimal 3
hari sekali
Lakukan general cleaning setelah
pengangkutan sampah
Hindari pepohonan yang terlalu
rimbun pada area tempat sampah
utama
Menghindari adanya ceceran sampah
/ air pada sekitar area
Makanan yang disimpan dalam
kondisi tertutup
28. Proffing
Penutupan entry point / door
closer
Air Curtain
Strip Curtain Device (SCD)
Screening
Pengaturan tata letak bangunan
(GMP)