Dokumen tersebut membahas tentang enam sifat Allah (asmaul husna) yaitu: 1) Al-Mu'akhkhir (Yang Maha Mengakhirkan), 2) Al-Awwal (Yang Pertama), 3) Al-Akhir (Yang Terakhir), 4) Adh-Dzahir (Yang Nyata), 5) Al-Bathin (Yang Tersembunyi), dan 6) Al-Wali (Yang Memerintah). Keenam sifat tersebut merupakan unsur penting dalam akidah Islam tentang sifat-s
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. AKIDAH
1. AL-MU'AKHKHIRU ( ُُر ِّخَؤُمْلَا )
Artinya : Allah yang Maha Mengakhirkan
Allah adalah Al Mu’akhkhir, Zat Yang Maha
Mengakhirkan. Dengan nama-Nya ini, Allah
Menegaskan nama sebelumnya, yaitu Al Muqaddim;
Yang Maha Mengawalkan. Kedua asma Allah ini
adalah satu kesatuan. Ketika ia berkuasa
mengawalkan sesuatu kepada hamba, pada saat
bersamaan Dia pun berkuasa untuk mengakhirkan
sesuatu kepadanya dengan cara yang sangat indah lagi
cepat. Terkait Asma Allah sebagai Al Muakhir kita
juga harus menyakini bahwa apa yang diakhirkan-
Nya tidak selalu buruk, bahkan membawa kebaikan.
Untuk mendapatkan kebaikan di akhir, maka harus
diawali dengan yang baik.
Allah berfirman :
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-
dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada
waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan
Allah apabila Telah datang tidak dapat
ditangguhkan, kalau kamu Mengetahui".
2. AL-AWWAL ( ل َّوَ ْ
ْلَا )
Artinya : Yang pertama Ada-Nya sebelum segala
sesuatu ada. Semua yang hidup ini berawal dari-Nya,
dan akan kembali pada-Nya. Dia pertama tetapi tidak
dimulai dengan ketiadaan. Dia adalah yang pertama
yang telah menciptakan makhluk pertama dari
ketiadaan.
Allah berfirman :
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan
yang Bathin dan dia Maha mengetahui segala
sesuatu” ( Q.S. Al Hadid, 57 : 3 )
3. AL-AAKHIR ( )
Artinya Yang tetap ada setelah segala sesuatu
musnah (berakhir).
Allah Swt adalah awal dan akhir. Daripada-Nya
semua berawal dan Kepada-Nya semua berakhir.
Allah adalah pangkalan tempat bertolak dan
pelabuhan tempat bersauh. Al Awwal dan Al Akhir
adalah satu kesatuan yang yang tidak bisa dipisahkan.
Dia adalah yang terakhir, karena ketika semuanya
musnah, hanya Dia yang tetap ada.
Allah berfirman :
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan
yang Bathin dan dia Maha mengetahui segala
sesuatu” ( Q.S. Al Hadid, 57 : 3 )
4. ADH-ZHAHIRU ( )
Artinya Allah yang Maha Nyata
Sesungguhnya wujud Allah itu ada dan hadir di
sekitar kita. Ia tampak begitu jelas. Begitu jelasnya
wujud Allah sehingga tidak tampak terindra oleh
penglihatan, pikiran menjadi silau dan tumpul
kerenanya.
Ibnu Arabi mengungkapkan bahwa penciptaan
alam semesta ini adalah melalui tajalli (penampakan
diri) Allah pada alam empiris yang serbaganda.
Penampakan diri Tuahan ini mengambil dua bentuk,
yaitu :
a. Tajalli dzati yang terjadi secara intrinsic pada
esensi Tuhan itu sendiri, dalam bentuk penciptaan
potensi
b. Tajalli syuhudi, yaitu penampakan diri secara
nyata yang mengambil bentuk penampakan diri
dalam cita alam semesta
Terlarang bagi kita berangan – angan memandang
wajah Allah dengan mata lahir, sebab tidak mungkin
akan terjadi. Kita bisa mengenal Allah melalui tajalli
syuhudi, kehadiran Allah terlihat jelas dalam segenap
ciptaan-Nya, demikian juga dengan keajaiban –
keajaiban yang ada pada tubuh kita, demikian
terasanya ke-Dzahiran Allah Swt bagi hamba-Nya
yang beriman.
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir (
nyata ) dan yang Bathin dan dia Maha mengetahui
segala sesuatu” (Q.S. Al Hadid, 57:3 )
5. AL-BATHIN ( )
Artinya : Allah Yang maha tersembunyi
Allah adalah zat yang tersembunyi hakikat zat
dan sifat-Nya, bukan karena tidak tampak,
melainkan Dia sedemikian jelasnya sehingga mata
kita silau dan tak mampu memandang-Nya.
Imam Ghazali menjelaskan, bahwa sifat
ketersembunyian Allah itu disebabkan kejelasan-
Nya yang luar biasa, kejelasan yang luar biasa
tersebut disebabkan ketersembunyian-Nya,
cahaya-Nya adalah tirai dari caha-Nya.
2. Allah berfirman :
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir
dan yang Bathin dan dia Maha mengetahui
segala sesuatu” ( Q.S. Al Hadid, 57 : 3 )
6. AL-WALI
Artinya : Yang Maha Memerintah
Siapakah yang menciptakan, mengatur dan
menjaga semua keteraturan dan keharmonisan
alam semesta ini ? Dialah Allah Al Wali, zat
Yang maha Memerintah. Dengan perintah-Nya
setiap partikel yang membentuk alam semesta
seluruhnya tunduk dan patuh terhadap sunnatullah
sebagai pancaran dari kehendak-Nya.
Dalam konteks manusia, pengaturan dan
penetapan hukum – hukum Allah tidak hanya di
dunia, tetapi sejak di alam rahim dan di alam
akhirat setelah kematiannya. Tidak ada sedikitpun
waktu yang berlalu tanpa penjagaan, pengawasan
dan perintah-Nya.
Firman Allah dalam Qs Ar Ra’d, 13:11 ;
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“ Bagi manusia, ada malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, dimuka dan
dibelakngnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah, sesungguhnya, allah tidak mengubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri ; dan apabila allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, tiadak ada
yang menolaknya; dan sekali-kali tidak ada
perlindungan bagi mereka selain Dia.”(Q.S. Ar
Ra’ad, 13 : 11).
7. AL MUTA'ALI ()
Artinya: Allah yang Mahatinggi
Keyakinan yang mantap akan sifat Al Mut’alli
dari Allah Swt akan melahirkan kepatuhan dan
kepasrahan total kepada-Nya. Ketinggian dan
kebesaran yang diperoleh manusia nyatanya rapuh
dan mudah hancur seperti halnya yang dialami
Fir’aun.
Dalam QS Ar Ra’d 13: 9 Allah berfirman
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang
nampak; yang Maha besar lagi Maha Tinggi”. (
Q.S. Ar Ra’ad, 13 : 9 )
Ketinggian Allah itu meliputi 3 hal:
1. Keluhuran Zat-Nya. Allah bersemayam di arsy
yang jauh di atas makhluk-Nya
2. Ketinggian kekuasaan dan penguasaa-Nya tidak
ada yang bisa membatah-Nya dan tidak ada yang
bisa menguasa-Nya. Semua Makhluk sepenuhnya
berada dalam penguasaan dan kekkuasaan-Nya
3. Ketinggian dan kedudukan dan status-Nya Allah
memiliki Sifat Maha Tinggi. Artinya Allah-lah
yang menyandang sifat-sifat maha tinggi, Yang
Pencapaian-Nya berada di puncak ketinggian
yang amat tinggi dan tidak dapat diatasi atau
dilampaui oleh siapa atau apa pun.
8. AL-BAARRU ( )
Artinya : Yang Maha Pelimpah kebaikan ,
Maha Dermawan
Allah Meyediakan segala sesuatu yang ada di
laut, daratan, dalam perut bumi, dan lainnya
dianugragkan kepada Manusia untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Allah berfirman “
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya.
Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan
kebaikan lagi Maha Penyayang. ( Q.S. Ath Thuur,
52 : 28 )
Dan membuat segala macam kebajikan. Sumber
segala kebaikan. Segala sesuatu yang baik berasal
dari-Nya.
9. AT-TAWWAAB ( )
Artinya Allah Yang Maha Penerima Tobat
Firman Allah dalam Q.S Al Baqarah, 2 : 128
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
3.
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang
yang tunduk patuh kepada Engkau dan
(jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang
tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah
kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat
haji kami, dan terimalah Taubat kami.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang. ( Q.S. Al Baqarah,
2 : 128 )
Allah lebih menyukai orang –orang yang berdosa
yang ingin bertobat daripada gemuruh suara takbir
yang memujinya
Rasullah SAW bersabda,
“ semua anak cucu Adam itu banyak melakukan
kesalahan dan sebaik-baik orang yang bersalah
adalah orang-orang yang bertaubat” ( HR.
Tirmidzi)
10. AL-MUNTAQIM ( َُن ْوُمِّقَتْنُمْلَا )
Artinya: Yang Maha Membalas, Maha Penyiksa
Yang Maha Kuasa Menindak Hamba-Nya yang
bersalah dengan menyiksa.
Tidak ada perbuatan yang luput dari pandangan
Allah, walapun hanya sebuah niat. Allah
membalas setiap amal manusia sesuai kapasitas-
Nya sebagai Al Muntaqim
Firman Allah dalam QS Ad Dukhan, 44:16
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“(Ingatlah) hari (ketika) kami menghantam
mereka dengan hantaman yang keras.
Sesungguhnya kami adalah pemberi
balasan.(Q.S. Ad Dukhon, 44 : 16 )
Dalam ayat lain Allah berfirman :
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang
yang Telah diperingatkan dengan ayat-ayat
Tuhannya, Kemudian ia berpaling daripadanya?
Sesungguhnya kami akan memberikan
pembalasan kepada orang-orang yang berdosa”.
( Q.S. As Sajda, 32 : 22 )
11. AL-AFUW ( وُفَعْلَا )
ُُُُُُArtinya Yang Maha Pemaaf,
ُُُُُُAl-Afuw adalah salah satu nama atau sifat
Allah yang memungkinkan manusia terbatas dari
akibat buruk dosa-dosa yang pernah
dilakukannya. Allah adalah Al afuw Zat yang
Maha Pemaaf. Dengan sifat ini, manusia
memiliki kesempatan untuk merasakan nikmatnya
surga Allah, walaupun sebenarnya ia kurang
pantas memperoleh karunia tersebut.
Allah berfirman :
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“Mereka itu, Mudah-mudahan Allah
memaafkannya. dan adalah Allah Maha Pemaaf
lagi Maha Pengampun”/ ( Q.S. An Nisa, 4 : 99 )
12. AR-RA'UF ( ُ
ف ْوُء َّالر )
Artinya Yang Maha Pelimpah Kasih
Allah Sebagai Ar Rauf akan melimpahkan kasih
sayang kepada hamba-hamba yang beriman dan
beramal saleh atau yang mau kembali kepada-Nya
setelah awalnya bergelimang kemaksiatan, baik di
dunia maupun di akhirat. Hal ini tentu tidak
menafikan kasih syang Allah kepada makhluk
lain. Ar Rauf adalah pelaku yang sangat penuh
kasih sehingga kasihnya melimpah ruah,
Atau Pemilik Kerajaan. Atau Pemilik Abadi
segala Kedaulatan. Atau pun Pemilik Kerajaan
Allah.
Firman Allah dalam QS Al Hajj 22:65
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“Dan di antara manusia ada orang yang
mengorbankan dirinya Karena mencari keridhaan
Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-
hamba-Nya”. Q.S. Al Baqarah, 2 : 207 )
13. DZUL JALALI WAL IKRAM (
ُ )
Artinya Allah Maha sempurna, Maha
Memiliki kebesaran dan kemuliaan. tidak ada
kesempurnaan yang bukan milik-Nya. Tidak ada
kemuliaan yang tidak berasal dari selain-Nya
Allah lah pemilik semua keagungan,
keperkasaan, kemuliaan dan kedermawanan.
Keagungan Allah itu sempurna, dalam arti Dia
tidak membutuhkan yang lain. Di alam raya ini
tidak ada satupun kehidupan yang memiliki
kesempurnaan, kemuliaan dan keagungan dalam
arti seluas – luasnya kecuali Allah.
Allah berfirman :
ُ
ُ
ُ
4.
ُ
ُ
ُ
“Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan. ( Q.S. Ar
Rahman, 55 :27 ).
14. AL-MUQSITH ( )
Artinya, Allah Yang Maha Mengadili, keadilan-
Nya adalah keadilan yang hakiki, bukan keadilan
yang semu. Manusia merindukan adanya suatu
keadilan, maka Allah lah yang pantas untuk
dirindukan sebagai pemilik keadilan yang
sesungguhnya.
Asmaul Husna Al Muqsith perlu untuk kita
teladani, jadilah manusia yang senantiasa
menegakkan keadilan, bukannya menjual
keadilan, ingatlah ! jika kita tidak berlaku adil,
maka Allah akan mengadili kita di akhirat kelak
dengan perhitungan yang sejujur – jujurnya.
Firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Ali
Imran : 182
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“(azab) yang demikian itu adalah disebabkan
perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya
Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-
hamba-Nya” ( Q.S. Ali Imran, 3 : 182 )
Dalam ayat lain :
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
“Allah Menyatakan Bahwasannya tidak ada
Tuhan ( yang berhak disembah) kecuali Dia,
Qa’imam bil-qist (yang menegakan Keadilan).
Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (
juga Menyatakan yang demikian)” ( Q.S. Ali
Imron, 3 :18 ).
HAL HAL YANG MENGHAPUSKAN IMAN
Iman merupakan bagian dari rukun agama, tanpa
adanya iman kualitas ibadah seseorang dipertanyakan.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa iman itu
kadang bertambah kadang berkurang, ada berbagai
faktor yang dapat mempengaruhinya, baik yang
datangnya dari diri sendiri ( internal ) maupun yang
datangnya dari luar ( eksternal ).
Karena iman itu merupakan bagian terpenting dalam
keislaman seseorang, untuk itu kita perlu mewaspadai
hal – hal yang dapat merusak dan menghapusnya,
diantaranya adalah : syirik dan riddah. Keduanya
akan diuraikan pada Bab ini, agar kita dapat
menghindarinya, sehingga iman kita terpelihara dan
kualitasnya meningkat.
HAL-HAL YANG MENGHAPUSKAN IMAN
A. Syirik
1. Pengertian syirik
Kata Syirik berasal dari bahasa arab, yang
artinya bersekutu, sedangkan menurut istilah
syirik berarti perbuatan menyekutukan Allah
Swt dengan sesuatu selain-Nya. Pelaku syirik
disebut Musyrik. Orang yang musyrik percaya
kepada Allah SWT, tetapi percaya juga
kepada selain Allah SWT.
Perbuatan syirik sangat bertentangan
dengan ajaran Islam, sehingga Allah SWT
mengutuk para pelakunya, sebab perbuatan
tersebut sangat merendahkan Allah SWT,
Allah pun tidak akan mengampuninya.
Sebagaimana dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia
Telah berbuat dosa yang besar. ( Q.S. An
Nisa, 4 : 48 ).
2. Macam – macam Syirik
Pembagian syirik dapat dibagi pada beberapa
kelompok berikut ini :
a. Syirik yang Terkait dengan Kekhususan Allah
SWT.
1). Syirik di dalam Rububiyyah
Yaitu meyakini bahwa ada selain Allah yang mampu
menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau
mematikan dan lainnya dari sifat-sifat rububiyyah.
2). Syirik di dalam Uluhiyyah
Yaitu meyakini bahwa selain Allah bisa memberikan
madharat atau manfaat, memberikan syafaat tanpa
izin Allah, dan lainnya yang termasuk sifat-sifat
uluhiyyah.
3). Syirik di dalam Asma’ wa Sifat
Yaitu seseorang meyakini bahwa sebagian makhluk
Allah memiliki sifat-sifat khusus yang Allah ta’alla
miliki, seperti mengetahui perkara gaib, dan sifat-
5. sifat lainnya yang merupakan kekhususan Rabb kita
yang Maha Suci.
b.Syirik Menurut Kadarnya
1). Syirik Akbar ( besar )
Syirik akbar akan menghapuskan pahala amal
dan akan mengekalkan pelakunya di dalam neraka.
Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT :
“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya dia memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendakinya di
antara hamba-hambaNya. seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari
mereka amalan yang Telah mereka kerjakan”. (
Q.S. Al An’am, 6 : 88 ).
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:
"Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu
memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka
mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-
orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal
di dalam Neraka." (Q.S.At-Taubah, 9 : 17).
Dan barangsiapa yang mati dalam keadaan
melakukan syirik akbar, maka dia tidak akan
diampuni, dan Surga diharamkan baginya.
Di dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta'ala juga
berfirman:
“Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang
berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera
Maryam", padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai
Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti
Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-
orang zalim itu seorang penolongpun. ( Q.S. Al
Maidah, 5 : 72 ).
Yang termasuk syirik akbar, di antaranya adalah
berdo'a (meminta) kepada orang mati dan
patung (berhala),
mohon perlindungan kepada orang mati atau
berhala,
bernadzar dan berkorban (menyembelih
binatang) untuk orang mati dan berhala.
meyakini adanya kekuatan pada jimat atau
benda pusaka
Dan lain sebagainya.
a. Syirik Ashghor ( kecil )
Syirik kecil ialah beberapa tindakan
yang sudah jelas disebutkan dalam nash-nash
Al-Qur'an dan Sunnah sebagai syirik, tetapi
tidak termasuk jenis syirik besar. Contohnya
adalah :
riya' (ingin dilihat orang) dalam beramal,
bersumpah tidak dengan nama Allah.
Meyakini kesembuhan penyakit kita
disebabkan oleh obat, tanpa adanya izin Allah
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesuatu yang paling aku takuti terhadap kalian
adalah syirik kecil. Lalu beliau ditanya syirik
kecil itu. Beliau menjawab : riya'." (HR. Imam
Ahmad, Ath-Thabrany, Al-Baihaqi dari
Mahmud bin Labid Al-Anshari radhiallahu
'anhu dengan sebuah sanad yang baik, dan
diriwayatkan oleh Ath-Thabrany --dengan
beberapa sanad yang baik dari Mahmud bin
Labid-- dari Rafi' bin Khudaij dari Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam).
Rasulullah SAW juga bersabda:
"Barangsiapa yang bersumpah dengan sesuatu
-selain Allah, maka dia telah menyekutukan
(Allah)." (HR. Ahmad dengan sanad yang
shahih).
Hadits Umar bin Khaththab radhiallahu 'anhu
dan diriwayatkan pula oleh Abu Daud dan At-
Tirmidzi dengan sanad yang shahih dan hadits
Ibnu Umar radhiallahu 'anhu dari Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya beliau
bersabda:
"Barangsiapa yang bersumpah dengan
(menyebut nama) selain Allah, maka dia telah
kafir atau syirik."
Rasulullah SAW bersabda pula :
"Janganlah kalian mengatakan : 'Atas
kehendak Allah dan kehendak si fulan', tapi
katakanlah : 'Atas kehendak Allah kemudian
atas kehendak si fulan'." (HR. Abu Daud
dengan sanad yang shahih dari Hudzaifah bin
Al-Yaman radhi-allahu 'anhu).
Syirik kecil ini tidak menyebabkan seseorang
keluar dari Islam serta tidak memastikan
kekalnya seseorang di dalam Neraka, tetapi
menghilangkan kesempurnaan tauhid yang
semestinya. Pelakunya diwajibkan bertaubat.
b. Syirik Khofi ( samar )
Syirik khofi ini didasarkan pada sabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
bertanya kepada para sahabat :
"Bagaimana sekiranya aku beritahu kalian
tentang sesuatu yang lebih aku takuti (terjadi)
pada kalian daripada Al-Masih Ad-Dajjal?
Mereka menjawab : Ya, wahai Rasulullah!
Rasulullah bersabda : "Syirik yang samar
(contohnya), seseorang berdiri lalu dia
melakukan shalat maka dia perbagus shalatnya
6. karena dia melihat ada orang lain yang
memperhatikan kepadanya." (HR. Imam
Ahmad dalam Musnadnya dari Abi Said Al-
Khudri radhiallahu 'anhu).
Bisa juga syirik itu dibagi menjadi dua bagian saja.
Syirik besar dan syirik kecil. Adapun syirik
khofi, bisa masuk dalam dua jenis syirik tadi. Bisa
terjadi pada syirik besar, seperti syiriknya orang-
orang munafik. Karena mereka itu
menyembunyikan keyakinan sesat mereka dan
berpura-pura masuk Islam dengan dasar riya' dan
khawatir akan keselamatan diri mereka
c. Syirik Menurut Letak Terjadinya
1). Syirik I’tiqodi
Syirik yang berupa keyakinan, misalnya meyakini
bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
menciptakan kita dan memberi rizki pada kita
namun di sisi lain juga percaya bahwa dukun bisa
mengubah takdir yang digariskan kepada kita. Hal
ini termasuk Syirik Akbar yang mengeluarkan
pelakunya dari agama islam, kita berlindung
kepada Allah dari hal ini.
2). Syirik Amali
Yaitu setiap amalan fisik yang dinilai oleh syari’at
islam sebagai sebuah kesyirikan, seperti
menyembelih untuk selain Allah, dan bernazar
untuk selain Allah dan lainnya.
3). Syirik Lafzhi
Yaitu setiap lafazh yang dihukumi oleh syari’at islam
sebagai sebuah kesyirikan, seperti bersumpah
dengan selain nama Allah, seperti perkataan
sebagian orang, “Tidak ada bagiku kecuali Allah
dan engkau”, dan “Aku bertawakal kepadamu”,
“Kalau bukan karena Allah dan si fulan maka
akan begini dan begitu”, dan lafazh-lafazh lainnya
yang mengandung unsur kesyirikan.
Dengan mengetahui beberapa kategori syirik
diatas,maka dapat membantu kita untuk
menghindarinya agar tidak terjatuh dalam
kesyirikan dalam bentuk apapun dan cara
bagaimana pun. Semoga kita bisa terhindar dari
syirik tersebut di manapun dan kapan pun jua.
3. Cara menjauhi syirik.
Syirik adalah perbuatan zalim yang sangat besar
dan dikutuk oleh Allah SWT, sebagaimana firman-
Nya :
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar". (Q.S. Luqman, 31:13 ).
Adapun cara menjauhi perbuatan syirik adalah
sebagai berikut :
a. Senantiasa mengingat dan meyakini
kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang
telah menciptakan langit dan bumi beserta
seluruh isinya dengan sempurna.
b. Senantiasa mengingat dan meyakini bahwa
Allah SWT telah menciptakan jin dan
manusia tidak lain hanya untuk beribadah
kepada-Nya.
c. Senantiasa menggunakan akal fikiran yang
sehat, bahwa benda – benda mati dan
makhluk hidup adalah ciptaan Allah SWT,
sehingga jika kita menyembah kepada
sesama makhluk adalah perbuatan
menyekutukan Allah dan sekaligus
merendahkan-Nya.
d. Meyakini bahwa Agama Islam adalah
Agama yang sempurna dan telah diakui
kesempurnaannya itu oleh Allah SWT.
Sehingga untuk membentengi diri dari
perbuatan syirik, maka Ajaran Islam harus
lebih dipelajari, dipahami, diyakini serta
diamalkan dalam kehidupan sehari – hari.
B. Riddah
1. Pengertian
Riddah artinya keluar dari agama Islam (
kembali pada kekufuran ). Orang yang semula
memeluk agama Islam, kemudian keluar dari
Islam disebut murtad. Sebab – sebab seseorang
menjadi murtad adalah :
a. Faktor dari dalam diri, yaitu orang tersebut
tidak berusaha memupuk keimanannya
kepada Allah SWT dengan baik, sehingga
perbuatannya cenderung mengarah kepada
hal – hal yang dilarang oleh Allah SWT dan
mengabaikan perintah-Nya. Sehingga lambat
laun imannya semakin menipis bahkan
memudar. Keadaan tersebut akan
memudahkan syetan untuk menggodanya
untuk keluar dari Agama Islam.
b. Faktor dari luar diri, yaitu keluarnya
seseorang dari Islam disebabkan pengaruh
dari luar dirinya, umpamanya karena
pernikahan dengan non muslim, dijanjikan
akan dicukupi harta benda jika keluar dari
islam, akan diberi kedudukan jika masuk
agama lain. Atau bahkan karena pergaulan
dengan teman yang berbeda agama,
kemudian terpengaruh oleh misinya.
Allah SWT berfirman yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad
dari agamanya, Maka kelak Allah akan
7. mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, yang
berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha
luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui” ( Q.S. Al Maidah, 5 : 54 ).
2. Cara menjauhi perbuatan riddah.
Riddah merupakan perbuatan yang dapat
menghapus keimanan seseorang, sehingga Allah
mengutuknya, kita wajib menghindarinya.
Adapun cara menghindarkan diri dari perbuatan
riddah itu antara lain :
a. Pelajarilah Agama Islam dengan sebaik –
baiknya, kemudian hayati, yakini dan
amalkan dalam kehidupan sehari – hari.
b. Hindarkan diri dari pergaulan dengan orang
yang berakhlak buruk, atau dengan orang
yang berbeda keyakinan, bila iman dan
wawasan keislaman kita lemah.
c. Senantiasa memupuk keimanan dan
keislaman kita dengan cara memperbanyak
berbuat kebajikan terhadap sesama, taat
menjalankan ibadah, baik ibadah mahdhoh
maupun ibadah ghoir mahdhoh.
d. Hindari mengunjungi tempat – tempat yang
berbau maksiat dan tempat – tempat tercela
lainnya.
e. Jika iman kita terasa agak goyah, segera
mendatangi ulama terdekat untuk
berkonsultasi dan meminta nasihatnya, agar
keyakinan kita tidak goyah.
AKHLAK
A. NAPZA
1. Pengertian
Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Ada 4 hal
dalam singkatan itu. Narkotika yaitu zat-zat
alamiah maupun sintetik dari bahan yang dapat
menimbulkan candu yang mempunyai efek
menurunkan atau mengubah kesadaran. Alkohol
merupakan zat aktif dalam berbagai minuman
keras. Di dalam alkohol terkandung etanol yang
berfungsi menekan syaraf pusat. Kemudian
Psikotropika yaitu zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif, yaitu perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Sedangkan zat-zat adiktif
adalah zat-zat yang mengakibatkan
ketergantungan. Zat-zat ini berbahaya karena bisa
mematikan sel otak.
Ada dua jenis NAPZA berdasarkan bahan, antara
lain NAPZA dengan bahan alamiah dan NAPZA
dengan bahan buatan. NAPZA dengan bahan
alamiah, contohnya ganja, candu cocaina, jamur,
kaktus, tembakau, pinang, dan pinang sirih.
Sementara NAPZA dengan bahan buatan, seperti
amphetamin, kodein, lem, dan lain sebagainya.
Narkoba sebenarnya adalah senyawa-
senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk
membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-
obatan untuk penyakit tertentu, tapi sekarang hal
tersebut disalahgunakan akibat pemakaian di luar
peruntukan dan dosis yang semestinya
2. Jenis – jenis Napza dan bahayanya.
NAPZA dibagi berdasarkan efek kerja. Ada 3
efek NAPZA yaitu merangsang, menurunkan,
dan mengacaukan sistem syaraf pusat. Opium,
Morfein, dan Kodein adalah NAPZA yang
berefek merangsang sistem syaraf pusat. Kafein,
kokain, ecstasy, dan tembakau merupakan contoh
NAPZA yang dapat menurunkan sistem syaraf
pusat. Sedangkan contoh NAPZA yang
mengacaukan sistem syaraf pusat antara lain
meskalin dan ganja.
Berikut adalah jenis – jenis Napza yang sering
beredar di kalangan remaja :
a. Ganja / Mariyuana / Kanabis
Mariyuana adalah tanaman semak / perdu yang
tumbuh secara liar di hutan, daun, bunga, dan biji
kanabis jika digunakan dengan benar bagi
kedokteran berfungsi untuk mengatasi keracunan
ringan (intoksidasi ringan).
Zat getah ganja / THC (delta-9 tetra
hidrocannabinol) yang kering bernama hasis,
sedangkan jika dicairkan menjadi minyak
kanabis. Minyak tersebut sering digunakan
sebagai campuran rokok atau lintingan tembakau
yang disebut sebagai cimeng, joint, spleft, dan
sebagainya.
Pengguna ganja memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Mabuk / mabok dengan mata merah.
- Tubuh lemas dan lelah.
- Bola mata menjadi besar.
Sedangkan efek buruk bagi fisik dan mental
pengguna, antara lain sebagai berikut ini :
- Kemampuan konsentrasi berkurang.
- Daya tangkap syaraf otak berkurang.
- Penglihatan kabur / berkunang-kunang.
- Pasokan sirkulasi darah ke jantung berkurang.
b. Kokain / Cocaine Hydrochloride
Kokain adalah bubuk kristal putih yang didapat
dari ekstraksi serta isolasi daun coca
(erythoroxylon coca) yang dapat menjadi
perangsang pada sambungan syaraf dengan cara /
teknik diminum dengan mencampurnya dengan
minuman, dihisap seperti rokok, disuntik ke
8. pembuluh darah, dihirup dari hidung dengan pipa
kecil, dan beragam metode lainnya.
Kenikmatan menggunakan kokain hanya dirasakan
sebentar saja, yaitu selama 1 sampai 4 menit
seperti rasa senang, riang gembira, tambah pede,
terangsang, menambah tanaga dan stamina, sukses,
dan lain-lain. Setelah 20 menit semua perasaan
enak itu hilang seketika berubah menjadi rasa lelah
/ capek, depresi mental dan ketagihan untuk
menggunakannya lagi, lagi dan lagi sampai mati.
Efek psikologis atau mental spiritual yang dapat
ditimbukan dari penggunaan kokain secara terus
menerus adalah :
- Darah tinggi
- Susah tidur
- Bola mata menjadi kecil
- Hilang nafsu makan / kurus
- Detak jantung jadi cepat
- Terbius sesaat, dan sebagainya
c. Opiat Sintetik / Sintetis
Jenis obat yang berasal dari opiat buatan tersebut
seperti metadon, petidin dan dektropropoksiven
(distalgesic) yang memiliki fungsi sebagai obat
penghilang rasa sakit. Metadon berguna untuk
menyembuhkan ketagihan pada opium / opiat
yang berbentuk serbuk putih. Opiat sintesis dapat
memberi efek seperti heroin, namun kurang
menimbulkan ketagihan / kecanduan. Namun
karena pembuatannya sulit, opiat buatan ini jarang
beredar kalangan non medis.
d. Kodein
Kodein adalah sejenis obat batuk yang
digunakan oleh dokter, namun dapat
menyebabkan ketergantungan / efek adiksi
sehingga peredarannya dibatasi dan diawasi
secara ketat.
e. Opiat / Opium
Opiat atau opium adalah bubuk yang
dihasilkan langsung oleh tanaman yang
bernama poppy / papaver somniferum di
mana di dalam bubuk haram tersebut
terkandung morfin yang bila digunakan
oleh kedokteran sangat baik untuk
menghilangkan rasa sakit, seperti ketika
melakukan operasi pada seorang pasien,
namun jika disalahgunakan akan
berakibat fatal, yaitu merusak saraf dan
mental.
f. Morfin
Mofrin adalah alkoloida yang merupakan
hasil ekstraksi serta isolasi opium dengan
zat kimia tertentu untuk penghilang rasa
sakit atau hipnoanalgetik bagi pasien
penyakit tertentu. Dampak atau efek dari
penggunaan morfin yang sifatnya negatif
membuat pengguna morfin menjadi
ketergantungan terhadap barang haram
tersebut, sehingga pecandu akan
melakukan apa pun untuk
mendapatkannya.
g. Heroin
Heroin adalah keturunan dari morfin atau
opioda semisintatik dengan proses
kimiawi yang dapat menimbulkan
ketergantungan / kecanduan yang berlipat
ganda dibandingkan dengan morfin.
Heroin dipakai oleh para pecandunya
yang bodoh dengan cara menyuntik
heroin ke otot, kulit / sub kutan atau
pembuluh vena.
Semua jenis NAPZA yang diuraikan di
atas, ditinjau dari sudut pandang Agama
Islam, semuanya haram, sebab memiliki
kesamaan akibat dengan “Khamar”, yaitu
memabukkan. Dalam Al qur’an dijelaskan
:
ُ
“Hai orang-orang yang beriman,
Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan”. ( Q.S.
Al an’am, 5 : 90 )
Untuk itu jangan sekali – kali ada niat untuk
mencoba, karena setelah satu kali mencoba maka
dikhawatirkan akan terus mengulang dan akhirnya
menjadi pecandu yang berat yang dapat
merugikan diri sendiri, orang tua serta
lingkungan.
FIQIH
BAB VII
PEMULASARAAN JENAZAH
Kewajiban terhadap jenazah ada empat perkara :
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan
Empat kewajiban tersebut di atas,
hukumnya fardhu kifayah. Fardhu kifayah
artinya kewajiban itu dibebankan kepada
semua orang muslim, tetapi kalau seorang saja
9. sudah melaksanakannya maka kewajiban
tersebut telah selesai, dan orang yang tidak
mengerjakan tidak menanggung dosa.
A. Memandikan Jenazah
Dalam memandikan jenazah, paling tidak
membersihkan najis yang ada di badan dan
meratakan air ke seluruh tubuh sekali. Yang
demikian merupakan hak untuk si jenazah,
dan kewajiban untuk yang hidup. Dalam
memandikan jenazah boleh dengan niat atau
tidak. Alasan yang membolehkan tidak
dengan niat, sebab tujuan memadikannya
untuk membersihkan, dan itu sudah bisa
bersih tanpa niat. Sedangkan memakai niat,
sebab tanpa niat tidak cukup untuk
memandikan jenazah kafir ataupun jenazah
yang tenggelam.
Dua jenazah yang tidak perlu dimandikan :
1. Jenazah yang mati dalam perang melawan
orang-orang kafir di medan perang (mati
syahid)
2. Jenazah anak kecil (yang belum menangis)
Sedang yang dimaksud dengan anak kecil,
ialah anak yang lahir terus meninggal, belum
menampakkan gejala-gejala hidup dalam
kelahirannya. Maka anak yang demikian
kematiannya tidak perlu dishalatkan dan tidak
dimandikan.
a. Orang yang berhak memandikan jenazah.
1) Jika jenazah telah mewasiatkan kepada
seseorang untuk memandikannya,
maka orang itulah yang berhak.
2) Jika jenazah tidak mewasiatkan, maka
yang berhak adalah ayahnya atau
kakeknya atau anak laki-lakinya atau
cucu-cucunya yang laki-laki (kalau
mayatnya laki-laki, kalau perempuan
maka dari jenis putri).
3) Jika tidak ada yang mampu, keluarga
jenazah boleh menunjuk orang yang
amanah lagi terpercaya buat
mengurusnya.
b. Tempat memandikan jenazah harus
tertutup baik dinding maupun atapnya.
c. Dianjurkan agar yang memandikan
jenazah memilih 2 orang dari keluarganya.
d. Perlengkapan bagi yang memandikan
jenazah.
1) Penutup hidung.
2) Memakai pelindung tubuh agar
tidak terkena kotoran-kotoran
seperti sisa air perasan daun bidara
dan kapur barus.
3) Sarung tangan.
4) Sepatu bot berlaras tinggi.
e. Persiapan sebelum memandikan jenazah.
1) Menutup aurat simayit dengan
handuk besar mulai pusar sampai
dengan lututnya (laki-laki dan
perempuan sama) .
2) Melepas pakaian yang masih
melekat ditubuhnya.
Caranya :
Pakaian :
a) Dimulai dari lengan sebelah kanan
kearah kiri
b) Selanjutnya dari lobang baju (krah)
kebawah
c) Setelah itu bagian depan ditarik dengan
perlahan dari bawah handuk penutup
auratnya (hal ini kalau jenazah
mengenakan gamis atau baju panjang,
kalau hanya kemeja cukup buka
kancingnya).
Celana :
a) Digunting sisi sebelah kanan dari atas
sampai kebawah lalu sebelah kiri
b) Setelah itu bagian depan ditarik dengan
perlahan dengan tetap menjaga handuk
penutup.
Pakaian belakang jenazah :
- Tubuh jenazah dibalik ke sebelah kiri,
pakaian digeser ke kiri.
- Setelah itu dibalikkan lagi ke kanan
1) Menggunting kuku tangan dan kaki
kalau panjang .
2) Mencukur bulu ketiak, kalau tidak
lebat dicabut saja.
3) Merapikan kumis.
4) Membersihkan hidung dan mulut serta
menutupnya dengan kapas ketika
dimandikan lalu dibuang setelah
selesai.
f. Memandikan Jenazah.
1. Bersihkan isi perut dengan tangan kiri
yang telah terbalut
Angkat sedikit tubuh jenazah, tekan
perutnya perlahan-lahan sebanyak tiga
kali hingga keluar, bersihkan kotoran
itu dengan kain pembersih kemudian
siram.
2. Wudhukan jenazah.
a) Bacalah basmallah.
b) Cuci tapak tangan jenazah 3x.
c) Bersihkan mulut dan hidungnya 3x.
d) Wajah dan tangan kanan lalu kiri
sampai dengan siku.
e) Kepala dan kedua telinganya.
f) Kaki kanan kemudian kirinya.
3. Cara menyiram air perasan daun bidara
( atau dengan sabun mandi).
10. a) Siram kepala dan wajahnya dengan
perasan dengan buihnya dulu.
b) Basuh tubuh bagian kanan dari
pundak ke telapak kaki sebelah
kanan terus ke arak kiri.
c) Ulangi sekali lagi.
4. Menyiram dengan air kapur barus
(caranya seperti di atas).
5. Keringkan (usap) tubuh jenazah dari
atas ke bawah. Usahakan
menggunakan handuk yang halus.
Rambut wanita dikepang menjadi tiga.
Wajib berwudhu bagi yang
memandikan dan dianjurkan mandi
setelah selesai.
B. Membungkus jenazah (mengkafani)
1. Ukuran kain kafan yang digunakan.
Ukurlah lebar tubuh jenazah. Jika lebar
tubuhnya 30 cm, maka lebar kain kafan
yang disediakan adalah 90 cm. 1 : 3.
2. Ukurlah tinggi tubuh jenazah.
a. Jika tinggi tubuhnya 180 cm, maka
panjang kain kafannya ditambah 60 cm.
b. Jika tinggi tubuhnya 150 cm, maka
panjang kain kafannya ditambah 50 cm.
c. Jika tinggi tubuhnya 120 cm, maka
panjang kain kafannya ditambah 40 cm.
d. Jika tinggi tubuhnya 90 cm, maka
panjang kain kafannya ditambah 30 cm.
e. Tambahan panjang kain kafan
dimaksudkan agar mudah mengikat
bagian atas kepalanya dan bagian
bawahnya.
C. Tata cara mengkafani
1. Jenazah laki-laki.
Jenazah laki-laki dibalut dengan tiga lapis
kain kafan. Berdasar dengan hadits.
“Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
dikafani dengan 3 helai kain sahuliyah yang
putih bersih dari kapas, tanpa ada baju dan
sorban padanya, beliau dibalut dengan 3
kain tersebut.”
a. Cara mempersiapkan tali pengikat kain
kafan.
1) Panjang tali pengikat disesuaikan
dengan lebar tubuh dan ukuran kain
kafan. Misalnya lebarnya 60 cm maka
panjangnya 180 cm.
2) Persiapkan sebanyak 7 tali pengikat. (
jumlah tali usahakan ganjil). Kemudian
dipintal dan diletakkan dengan jarak
yang sama di atas usungan jenazah.
b. Cara mempersiapkan kain kafan
3(tiga) helai kain diletakkan sama rata
diatas tali pengikat yang sudah lebih
dahulu , diletakkan diatas usungan
jenazah, dengan menyisakan lebih
panjang di bagian kepala.
c. Cara mempersiapkan kain penutup aurat.
1) Sediakan kain dengan panjang 100 cm
dan lebar 25 cm ( untuk jenazah yang
berukuran lebar 60 cm dan tinggi 180
cm), potonglah dari atas dan dari
bawah sehingga bentuknya seperti
popok bayi.
2) Kemudian letakkan diatas ketiga helai
kain kafan tepat dibawah tempat duduk
jenazah, letakkan pula potongan kapas
diatasnya.
3) Lalu bubuhilah wewangian dan kapur
barus diatas kain penutup aurat dan
kain kafan yang langsung melekat pada
tubuh jenazah.
d. Cara memakaikan kain penutup auratnya.
1) Pindahkan jenazah kemudian bubuhi
tubuh jenazah dengan wewangian atau
sejenisnya. Bubuhi anggota-anggota
sujud.
2) Sediakan kapas yang diberi wewangian
dan letakkan di lipatan-lipatan tubuh
seperti ketiak dan yang lainnya.
3) Letakkan kedua tangan sejajar dengan
sisi tubuh, lalu ikatlah kain penutup
sebagaimana memopok bayi dimulai
dari sebelah kanan dan ikatlah dengan
baik.
e. Cara membalut kain kafan :
1) Mulailah dengan melipat lembaran
pertama kain kafan sebelah kanan,
balutlah dari kepala sampai kaki .
2) Demikian lakukan dengan lembaran
kain kafan yang kedua dan yang
ketiga.
f. Cara mengikat tali-tali pengikat.
1) Mulailah dengan mengikat tali bagian
atas kepala jenazah dan sisa kain
bagian atas yang lebih itu dilipat ke
wajahnya lalu diikat dengan sisa tali itu
sendiri.
2) Kemudian ikatlah tali bagian bawah
kaki dan sisa kain kafan bagian bawah
yang lebih itu dilipat ke kakinya lalu
diikat dengan sisa tali itu sendiri.
3) Setelah itu ikatlah kelima tali yang lain
dengan jarak yang sama rata. Perlu
diperhatikan, mengikat tali tersebut
jangan terlalu kencang dan usahakan
ikatannya terletak disisi sebelah kiri
tubuh, agar mudah dibuka ketika
jenazah dibaringkan kesisi sebelah
kanan dalam kubur.
2. Mengkafani Jenazah Wanita.
11. Jenazan wanita dibalut dengan lima helai kain
kafan. Terdiri atas : Dua helai kain, sebuah baju
kurung dan selembar sarung beserta kerudungnya.
Jika ukuran lebar tubuhnya 50 cm dan tingginya
150 cm, maka lebar kain kafannya 150 cm dan
panjangnya 150 ditambah 50 cm.
Adapun panjang tali pengikatnya adalah 150
cm, disediakan sebanyak tujuh utas tali, kemudian
dipintal dan diletakkan sama rata di atas usungan
jenazah. Kemudian dua kain kafan tersebut
diletakkan sama rata di atas tali tersebut dengan
menyisakan lebih panjang di bagian kepala.
a. Cara mempersiapkan baju kurungnya.
1) Ukurlah mulai dari pundak sampai ke
betisnya, lalu ukuran tersebut dikalikan
dua, kemudian persiapkanlah kain baju
kurungnya sesuai dengan ukuran tersebut.
2) Lalu buatlah potongan kerah tepat
ditengah-tengah kain itu agar mudah
dimasuki kepalanya.
3) Setelah dilipat dua, biarkanlah lembaran
baju kurung bagian bawah terbentang, dan
lipatlah lebih dulu lembaran atasnya
(sebelum dikenakan pada jenazah, dan
letakkan baju kurung ini di atas kedua helai
kain kafannya ), lebar baju kurung tersebut
90 cm.
b. Cara mempersiapkan kain sarung:
Ukuran kain sarung adalah : lebar 90 cm dan
panjang 150 cm. Kemudian kain sarung tersebut
dibentangkan di atas bagian atas baju
kurungnya.
c. Cara mempersiapkan kerudung.
Ukuran kerudungnya adalah 90 cm x90 cm.
Kemudian kerudung tersebut dibentangkan di
atas bagian atas baju kurung.
d. Cara mempersiapkan kain penutup aurat.
1) Sediakan kain dengan panjang 90 cm dan
lebar 25 cm.
2) Potonglah dari atas dan dari bawah seperti
popok.
3) Kemudian letakkanlah di atas kain
sarungnya tepat di bawah tempat duduknya,
letakkan juga potongan kapas di atasnya.
4) Lalu bubuhilah wewangian dan kapur barus
di atas kain penutup aurat dan kain sarung
serta baju kurungnya.
e. Cara melipat kain kafan.
Sama seperti membungkus mayat laki-laki.
f. Cara mengikat tali.
Sama seperti membungkus mayat laki-laki.
Catatan :
1. Cara mengkafani anak laki-laki yang berusia
di bawah tujuh tahun adalah membalutnya
dengan sepotong baju yang dapat menutup
seluruh tubuhnya atau membalutnya dengan
tiga helai kain.
2. Cara mengkafani anak perempuan yang
berusia dibawah tujuh tahun adalah dengan
membalutnya dengan sepotong baju kurung
dan dua helai kain.
C. Shalat Jenazah
1. Syarat –Syarat Shalat Jenazah
a. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat
yang lain, yaitu harus menutup aurat, suci
dari hadas dan najis, suci badan pakaian
dan tempat serta menghadap kiblat.
b. Jenazah sudah dimandikan dan dikafani.
c. Letak jenazah sebelah kiblat orang yang
menyalatinya, kecuali kalau shalat
dilakukan di atas kubur atau shalat gaib.
2. Rukun Shalat Jenazah
Shalat jenazah tidak dengan ruku’ dan sujud
serta tidak dengan adzan dan iqamat, dan
rukun shalat jenazah yang terdiri dari delapan
rukun:
a. Niat
Shalat jenazah sebagaimana shalat dan ibadah
lainnya tidak dianggap sah kalau tidak diniatkan. Dan
niatnya adalah untuk melakukan ibadah kepada Allah
SWT.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan
kepada-Nya dalam agama yang lurus , dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat;
dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-
Bayyinah : 5).
Rasulullah SAW pun telah bersabda dalam haditsnya
yang masyhur :
Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW
bersabda,“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung
niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai niatnya.”
(HR. Muttafaq Alaihi).
Niat itu adanya di dalam hati dan intinya
adalah tekad serta menyengaja di dalam hati bahwa
kita akan melakukan shalat tertentu saat ini. Jika
dibaca, lafadh bacaan niat sbb:
Niat untuk jenazah laki-laki
ُُمأُموماِّةٍُفرضُالكفايتاصلىُعلىُهذاُالميتُاربعُتكبيرا
ُهللُتعالى
Artinya: “Aku niat shalat atas mayit ini empat
kali takbir fardhu kifayah dan jadi makmum karena
Allah ta’ala”.
Niat untuk jenazah perempuan sama dengan
laki-laki hanya hu diganti dengan Ha.
ُُمأُموماِّةٍُفرضُالكفايتاصلىُعلىُهذهُالميتةُاربعُتكبيرا
ُهللُتعالى
b. Berdiri Bila Mampu
12. Shalat jenazah bagi orang yang berkuasa untuk berdiri
tidak sah bila dilakukan sambil duduk atau di atas
kendaraan (hewan tunggangan).
c. Takbir 4 kali
Aturan ini didapat dari hadits Jabir yang menceritakan
bagaimana bentuk shalat Nabi ketika menyolatkan
jenazah.
Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan
jenazah Raja Najasyi (shalat ghaib) dan beliau takbir
4 kali. (HR. Bukhari : 1245, Muslim 952 dan Ahmad
3:355)
Najasyi dikabarkan masuk Islam setelah sebelumnya
seorang pemeluk nasrani yang taat. Namun begitu
mendengar berita kerasulan Muhammad SAW, beliau
akhirnya menyatakan diri masuk Islam.
d. Membaca Surat Al-Fatihah
Dari Thalhah bin Abdillah bin ‘Auf
rahimahullah dia berkata:
َأَرَقَف ٍةَازَنَج ىَلَع اَمُهْنَع ُ َّ
َّللا َي ِ
ضَر ٍ
اسَّبَع ِْنبا َفْلَخ ُْتيَّلَص
ةَّنُس َاهَّنَأ واُمَلْعَيِل َلاَق ِباَتِكْلا ِةَحِتاَفِب
“Aku shalat di belakang Ibnu ‘Abbas
radhiallahu ‘anhuma pada suatu jenazah, lalu
ia membaca surat Al Fatihah. Lalu beliau
berkata, “Agar orang-orang tahu bahwa itu
(membaca Al-Fatihah dalam shalat jenazah)
adalah sunah.”(HR. Al-Bukhari no. 1335)
Setelah takbiratul ihram, yakni setelah
mengucapkan “Allaahu akbar” bersamaan
dengan niat, sambil meletakkan tangan kanan
di atas tangan kiri di atas perut (sedakep),
kemudian membaca surat al Fatihah (tidak
membaca surat yang lain). Setelah membaca
surat al Fatihah kemudian takbir membaca
“Allaahu akbar”.
e. Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW
Adapun lafazh shalawat setelah takbir yang
kedua, maka disyariatkan untuk membaca
shalawat yang biasa dibaca di dalam shalat.
Misalnya : ٍدمحم على صل اللـهم
“Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi
Muhammad”
f. Doa Untuk Jenazah
Setelah takbir yang ketiga, kemudian
membaca do’a untuk jenazah.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :
Bila kalian menyalati jenazah, maka
murnikanlah doa untuknya. (HR. Abu Daud :
3199 dan Ibnu Majah : 1947).
Diantara lafaznya yang dicontohkan
oleh Rasulullah SAW antara lain :
Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi
wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’
madkhalahu, waghsilhu bil-ma’i watstsalji
wal-baradi.
Artinya : Ya Allah ampunilah dia, rahmatilah
dia, sejahterakanlah dia, maafkanlah dia,
muliakanlah tempat tinggal dia, luaskanlah
tempat masuk dia, dan sucikanlah dia dengan
air salju dan es.
Ada juga yang menuliskan:
Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi
wa’fu ‘anhu.
Auf bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata:
َلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص ِ َّ
َّللا ُلوُسَر ىَّلَص
ْي
َو ِه
َمَّلَس
ىَلَع
َوُهَو ِهِئَاعُد ْنِم ُتْظِفَحَف ٍةَازَنَج
َي
وُق
َّلال ُل
َّمُه
ُْفعا َو ِهِفَاعَو ُهْمَحْارَو ُهَل ْرِفْغا
َع
ُهْن
ْكَأ َو
ْم ِ
ر
ُهْلِسْغاَو ُهَلَخْدُم ْعِس َوَو ُهَلُزُن
ِب
َمْلا
َو ِاء
ِجْلَّثال
َك اَياَطَخْلا ْنِم ِهِقَنَو ِدَرَبْلا َو
اَم
َّقَن
َْتي
ا
َب ْوَّثل
َ ْ
ال
َد ُهْلِدْبَأَو ِ
سَنَّدال ْنِم َ
ضَيْب
ار
َخ ا
اْري
ِم
ِه ِ
َارد ْن
اج ْوَزَو ِهِلْهَأ ْنِم اْريَخ ًلْهَأ َو
َخ
ْري
ْنِم ا
َز
ِه ِج ْو
َع ْنِم ُهْذِعَأَو َةَّنَجْلا ُهْل ِْخدَأ َو
َذ
ِبا
ا
ِ
ْربَقْل
ْنِم ْوَأ
ُْتيَّنَمَت ىَّتَح َلاَق ِ
ارَّنال ِباَذَع
َأ
َأ ْن
َُونك
َأ
َن
َكِلَذ ا
َتِيَمْلا
“Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menshalatkan jenazah, dan saya
hafal do’a yang beliau ucapkan:
“ALLAHUMMAGHFIR LAHU,
WARHAMHU, WA ‘AAFIHI, WA’FU ‘ANHU.
WA AKRIM NUZULAHU, WA WASSI’
MUDKHALAHU. WAGHSILHU BILMAA`I
WATS TSALJI WAL BARADI, WA NAQQIHI
MINAL KHATHAAYAA KAMAA
NAQQAITATS TSAUBAL ABYADHA MINAD
DANASI. WA ABDILHU DAARAN KHAIRAN
MIN DAARIHI, WA AHLAN KHAIRAN MIN
AHLIHI, WA ZAUJAN KHAIRAN MIN
ZAUJIHI. WA ADKHILHUL JANNATA, WA
A’IDZHU MIN ‘ADZAABIL QABRI, AU MIN
‘ADZAABIN NAAR. (Ya Allah, ampunilah
dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia,
dan maafkanlah ia. Muliakanlah tempat
kembalinya, lapangkan kuburnya.
Bersihkanlah ia dengan air, salju, dan air
yang sejuk, dan bersihkanlah ia dari segala
kesalahan, sebagaimana Engkau telah
membersihkan pakaian putih dari kotoran.
Gantilah rumahnya -di dunia- dengan rumah
yang lebih baik -di akhirat- serta gantilah
keluarganya -di dunia- dengan keluarga yang
lebih baik, dan istri di dunia dengan istri yang
lebih baik. Masukkanlah ia ke dalam surga-
Mu dan lindungilah ia dari siksa kubur atau
siksa api neraka).” Hingga saya (Auf)
berangan-angan seandainya saya saja yang
menjadi jenazah itu.” (HR. Muslim no. 963)
Abu Umamah Sahl bin Hunaif radhiallahu
anhu dimana beliau berkata:
13. بأ يقرأ ثم يكبر أن الجنازة على الصًلة في السنة
م
ثم وسلم عليه هللا صلى النبي على يصلي ثم القرآن
الولى في إال يقرأ وال للميت الدعاء يخلص
“Yang menjadi sunnah dalam shalat
jenazah adalah bertakbir (yang pertama)
lalu membaca Al-Fatihah, kemudian (pada
takbir kedua) bershalawat kepada Nabi
shallallahu alaihi wasallam, kemudian
(pada takbir ketiga) mendoakan jenazah.
Tidak boleh membaca Al-Qur`an kecuali
pada takbir yang pertama.” (HR. Al-
Hakim: 1/360, Al-Baihaqi: 4/39, dan
dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam
Ahkam Al-Jana`iz hal. 121)
g. Doa Setelah Takbir Keempat
Misalnya doa yang sekurang-
kurangnya berbunyi sebagai berikut :
Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa
taftinnaa ba’dahu waghfirlana wa lahu
Artinya : “ Ya Allah, janganlah kiranya
pahalanya tidak sampai kepada kami
(janganlah Engkau meluputkan kami akan
pahalanya), dan janganlah Engkau memberi
kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah
kami dan dia.”
h. Salam
Kemudian selesai shalat diakhiri memberi
salam sambil memalingkan muka ke kanan
dan ke kiri dengan ucapan sebagai berikut:
Assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa
barakaatuh. Artinya: Keselamatan, rahmat
dan berkah Allah semoga tetap pada kamu
sekalian .
3. Tata Cara dan Doa Sholat Jenazah
Kepala jenazah berada disebelah kanan
imam dengan menghadap kiblat. Jika jenazah
laki-laki imam berdiri sejajar dengan kepala
jenazah, jika jenazahnya perempuan imam
berdiri sejajar dengan pusar jenazah. Kalau
jenazah lebih dari satu dan berlainan jenis
kelamin, maka posisinya adalah barisan
pertama dari imam adalah jenazah laki-laki,
kemudian anak laki-laki kemudian jenazah
wanita kemudian anak perempuan.
Shalat Jenazah berbeda dengan shalat
biasa, shalat ini tidak memakai ruku’, sujud,
i’tidal dan tahiyyat, hanya dengan 4 takbir dan
2 salam, yang dilakukan dalam keadaan
berdiri.
Berikut urutan tata cara dan doa sholat
jenazah:
a. Niat Shalat Jenazah dengan membaca :
“Ushalli ‘alaa haadzal jenazahi fardlal
kifaayatin makmuuman/imaaman lillaahi
ta’aalaa” Artinya: “Aku niat shalat atas
jenazah ini , fardhu kifayah sebagai
makmum/imam lillaahi ta’aalaa”
Catatan: Jika jenazah wanita, lafazh ‘hu’
diganti ‘ha’.
b. Takbir pertama kemudian membaca Surat
‘Al Fatihah’.
c. Takbir kedua kemudian membaca Shalawat
kepada Nabi SAW : Allahumma Shalli ‘Alaa
Muhamad.
d. Takbir ketiga dilanjutkan dengan membaca
do’a sebagai berikut: “Allahummagh firlahu
warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu”Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat,
sejahtera dan maafkanlah dia”
e. Takbir keempat kemudian membaca do’a:
“Allahumma la tahrim naa ajrahu walaa
taftinnaa ba’dahu waghfirlanaa
walahu”Artinya: “Ya Allah janganlah kami
tidak Engkau beri pahalanya, dan janganlah
Engkau beri fitnah kepada kami sesudahnya,
dan berilah ampunan kepada kami dan
kepadanya”
f. Mengucapkan ’salam’ ke kanan dan ke kiri.
D. Menguburkan Jenazah
Penguburan jenazah paling tidak sekira bau
jenazah ketika membusuk tidak tercium baunya.
1. Tata cara menggali kubur.
a). Untuk orang besar adalah panjang 200
cm, kedalaman 130 cm, lebar 75 cm,
kedalaman lahat 55 cm, lebar lahat 50
cm, yang menjorok ke dalam dan keluar
25 cm.
b). Besar kecil ukuran kuburan tergantung
jenazahnya (disesuaikan).
2. Tata cara menguburkannya.
Hendaklah dua-tiga orang turun
keliang kubur, dan hendaklah orang yang
kuat, lalu dua lagi di atas tepat di sisi kubur
sebelah kiblat untuk membantu
menurunkan jenazah. Ketika menurunkan
hendaklah berdoa “ Bismillahi wa ‘ala
millati rasulullah “ Dengan nama Allah
dan menurut sunnah Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam. Jenazah dibaringkan di
atas tubuhnya sebelah kanan dalam posisi
miring, dengan dihadapkan ke arah kiblat,
kenudian letakkan bantalan dari tanah atau
potongan batu bata di bawah kepalanya,
setelah itu buka tali pengikatnya dan
singkaplah kain kafan yang menutupi
wajahnya, kemudian lahat ditutup dengan
batu atau cor-coran atau sejenisnya dan
usahakan kalau bisa jangan yang mudah
terbakar seperti kayu atau sejenisnya, lalu
diturunkan kembali galian tanah kuburan.
14. Boleh diberi sedikit gundukan, tapi tidak
boleh lebih dari satu jengkal, lalu berilah
tanda dari batubata pada arah kepala dan
kaki, selanjutnya taburkan batu kerikil dan
perciki dengan air supaya tanah menjadi
lengket dan padat.
TARIKH
I. SEJARAH MASUK DAN BERKEMBANGNYA
ISLAM DI SUKABUMI
A. Masuknya Islam di Sukabumi
Agama Islam masuk dan mulai berkembang di
Sukabumi diperkirakan sekitar abad ke-15 hingga
16 M. Terjadi pada saat Syarif Hidayatullah menjadi
pemimpin kerajaan Cirebon yang kekuasaannya
meliputi separuh Jawa Barat termasuk Banten.Syarif
Hidayatullah merupakan seorang kepala negara juga
seorang penyebar agama Islam.Beliau membuatjalur
penyebaran dari Banten-Jakarta-Bogor-Sukabumi.
Juga dari arah Cirebon-Talaga-Sagalaherang-
Cianjur. Sebelum menjadi kota dan kabupaten,
Sukabumi merupakan bagian bagian dari kabupaten
Cianjur.
B. Perkembangan Islam di Sukabumi
Pada tahun 1925, pemerintah Hindia Belanda
menjadikan Sukabumi sebagai sebuah kabupaten
tersendiri.Pada masa tersebut mayoritas warga
Sukabumi sudah memeluk agama Islam.Kehidupan
sosial budayanya pun dipengaruhi oleh nilai-nilai
ke-Islaman. Di Sukabumi, kebangkitan kehidupan
keagamaan tersebut ditandai dengan semakin
banyaknya orang Sukabumi yang pergi ke Makkah
untuk menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu
di sana.
Di lain pihak, Pemerintah Hindia Belanda
berupaya agar nilai-nilai keislaman yang
dipraktikkan oleh masyarakat Sukabumi tidak
berkembang menjadi suatu gerakan keagamaan.
Pemerintah kolonial mengawasi secara ketat
perilaku para kyai yang memiliki pengaruh yang
sangat kuat di kalangan masyarakat. Selain itu,
PemerintahHindia Belanda pun berusaha untuk
mengkristenkan penduduk pribumi.
Keadaan tersebut mendorong kalangan ulama
untuk semakin menghidupkan kegiatan-kegiatan
yang bernafaskan Islam. Bahkan, mereka
kemudian mendorong para santrinya yang telah
selesai menimba ilmu di pesantrennya untuk
mendirikan pesantren baru di daerah-daerah.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang
dikelola oleh yayasan juga mulai banyak
didirikan.Seperti Sekolah Muhammadiyyah yang
terletak di Kebon Jati. Berdiri tahun 1918, dikelola
oleh Muhammadiyyah yang bekerja sama dengan
Syarikat Islam Cabang Sukabumi.Pada tahun 1933,
berdiri pula pesantren Gunung Puyuh.Sekarang
dikenal dengan pesantren Syamsul Ulum Sukabumi.
Pada tanggal 1 Januari 1920 M K.H. Masthuro
mendirikan sebuah madrasahdi Kampung
Tipar.Sekolah tersebut dikenal dengan namaSekolah
Agama Sirojul Athfal.Setelah beliau wafat, sekolah
ini kemudian dikenal dengan “al-Masthuriyyah”.
C. Tokoh-tokoh Perkembangan Islam di
Sukabumi
1. KH Ahmad Sanusi
K.H. Ahmad Sanusiyang biasa dipanggil Ajengan
Sanusi, lahir di Kewedanan Cibadak, Sukabumi pada
tahun 1881 dan wafat di Pesantren Gunung Puyuh,
Sukabumi tahun 1950.Pada tahun 1904 K.H. Ahmad
Sanusi berangkat ke Makkah untuk memperdalam
ilmu agama.
Tahun 1922 mendirikan pesantren Genteng
Babakan Sirna, Cibadak, Sukabumi.Serta
mendirikan Pesantren Syamsul Ulum Gunung
Puyuh Sukabumi tahun 1933. Merombak cara belajar
santri dengan menerapkan sistim kurikulum
berjenjang (klasikal).
Sebagai seorang penulis, beliau telah
menghasilkan kurang lebih 125 buah buku.Salah satu
buku karyanya yang sangat terkenal adalah
“Raudlatul ‘Irfan”.Buku ini merupakan tafsir al-
Qur’an berbahasa Sunda.
2. KH Masthuro
K.H. Masthuro dilahirkan di Kampung
Cikaroya Cisaat pada tahun 1901. Beliau adalah
seorang tokoh ulama Islam Sukabumi yang focus di
bidang ilmu. Pada tahun 1920 beliau memulai
pengabdiannya dengan membuka pesantren sebagai
tempat pengamalan ilmunya.Pesantrennya
berkembang dan memiliki santri yang banyak serta
menjadi ulama.
Pada saat itu marak perjudian, mengadu ayam,
ronggeng yang menjurus pada prostitusi tahap awal,
dan madat. Kegiatan peribadatan menjadi
sepi.Banyak orang yang berani meninggalkan shalat
yang merupakan tiang agama Islam. Kondisi
masyarakat yang diliputi Kemaksiatan mendorong
K.H. Masthuro untuk mendirikan sebuah sekolah
pendidikan Islam sebagai tempat pembinaan .Maka
pada tahun 1966, Sekolah Agama ini diresmikan
menjadi Madrasah Tsanawiyah Sirajul Athfal/Banat
(khusus perempuan).
Pendidikan kemasyarakatan diajarkan dengan
menggunakan pendekatan keagamaan. Artinya
bertolak dari ajaran-ajaran agama dan sebagai
pengamalan ajaran agama.Pendidikan keterampilan
diberikan tidak dalam bentuk teori di kelas, tetapi
lebih banyak menggunakan bentuk praktek-praktek
dengan tetap menggunakan bentuk teori yang
umumnya berupa pembetulan kesalahan dalam
15. praktek.Pendidikan keterampilan yang dilatihkan
K.H. Masthuro adalah keterampilan bidang
pertanian yang dipokokkan pada peternakan ikan.
Dalam perkembangan berikutnya, untuk menyalurkan
keinginan masyarakat dalam memperoleh pendidikan
yang lebih tinggi, pada tahun 1967/1968 didirikanlah
Madrasah aliyah sirajul Athfal/Banat, sebagai
kelanjutan dari Madrasah Tsanawiyah