Wilayah Indonesia, terutama di daerah lembah sungai Bengawan Solo dan sungai Brantas, merupakan daerah temuan fosil manusia purba yang pernah hidup di Indonesia. Setelah ditemukannya fosil Pithecantropus Erectus tersebut orang mulai mengadakan penyelidikan di sekitar Trinil. Pada tahun 1931 dan 1934 Dr. G.H.R. Von Koenigswald di daerah Ngandong, masih di wilayah lembah Bengawan Solo menemukan dua tulang paha dan sebelas tengkorak. Sebagian dari tengkorak itu sudah rusak, tetapi ada beberapa yang masih baik dan bisa digunakan untuk penelitian yang saksama. Penyelidikan yang dilakukan Dr. G.H.R. Von Koenigswald dan Weidenriech menunjukkan bahwa mahluk ini tingkatannya lebih tinggi daripada Pithecantropus Erectus, bahkan mungkin dapat digolongkan kepada manusia (homo sapiens). Pada tahun 1936 Dr. G.H.R. Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba ketika mengadakan penelitian di lembah sungai Solo di dekat Mojokerto. Ia menemukan kerangka manusia yang diperkirakan lebih tua daripada sisasisa yang ditemukan oleh Dr. Eugene Dubois. Fosil manusia purba jenis tersebut ditemukan di daerah Wajak, dekat Tulung Agung, Jawa Timur. Makhluk tersebut di sebut Homo Mojokertensis. Para ahli menyebutnya Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Fosil manusia purba dari Mojokerto itu merupakan fosil anak-anak. Menurut ahli purbakala Tn. Van der Hoop, Homo Mojokertensis hidup kira-kira 600.000 tahun yang lalu, sedangkan mahluk Pithecantropus Erectus 300.000 tahun yang lalu. Pada tahun 1939, Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba di lembah Bengawan Solo, desa Perning di dekat kota Mojokerto, Jawa Timur. Fosil ini berupa tengkorak kanak-kanak yang tampak pada giginya yang diperkirakan berusia 5 tahun. Jenis manusia purba ini disebut Pithecantropus Mojokertensis, artinya manusia kera dari Mojokerto. Pada tahun yang sama Von Koenigswald menemukan lagi fosil manusia purba di lembah sungai Bengawan Solo. Jenis manusia purbanya disebut Pithecantropus Robusta, artinya manusia kera yang kuat tubuhnya. Disebut demikian karena bentuk tubuhnya lebih besar dan kuat daripada Pithecantropus Erectus.
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak. Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2, yaitu Homo Soloensis yang berarti manusia purba dari Solo dan Homo Wajakensis yang berarti manusia purba dari Wajak.
Wilayah Indonesia, terutama di daerah lembah sungai Bengawan Solo dan sungai Brantas, merupakan daerah temuan fosil manusia purba yang pernah hidup di Indonesia. Setelah ditemukannya fosil Pithecantropus Erectus tersebut orang mulai mengadakan penyelidikan di sekitar Trinil. Pada tahun 1931 dan 1934 Dr. G.H.R. Von Koenigswald di daerah Ngandong, masih di wilayah lembah Bengawan Solo menemukan dua tulang paha dan sebelas tengkorak. Sebagian dari tengkorak itu sudah rusak, tetapi ada beberapa yang masih baik dan bisa digunakan untuk penelitian yang saksama. Penyelidikan yang dilakukan Dr. G.H.R. Von Koenigswald dan Weidenriech menunjukkan bahwa mahluk ini tingkatannya lebih tinggi daripada Pithecantropus Erectus, bahkan mungkin dapat digolongkan kepada manusia (homo sapiens). Pada tahun 1936 Dr. G.H.R. Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba ketika mengadakan penelitian di lembah sungai Solo di dekat Mojokerto. Ia menemukan kerangka manusia yang diperkirakan lebih tua daripada sisasisa yang ditemukan oleh Dr. Eugene Dubois. Fosil manusia purba jenis tersebut ditemukan di daerah Wajak, dekat Tulung Agung, Jawa Timur. Makhluk tersebut di sebut Homo Mojokertensis. Para ahli menyebutnya Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Fosil manusia purba dari Mojokerto itu merupakan fosil anak-anak. Menurut ahli purbakala Tn. Van der Hoop, Homo Mojokertensis hidup kira-kira 600.000 tahun yang lalu, sedangkan mahluk Pithecantropus Erectus 300.000 tahun yang lalu. Pada tahun 1939, Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba di lembah Bengawan Solo, desa Perning di dekat kota Mojokerto, Jawa Timur. Fosil ini berupa tengkorak kanak-kanak yang tampak pada giginya yang diperkirakan berusia 5 tahun. Jenis manusia purba ini disebut Pithecantropus Mojokertensis, artinya manusia kera dari Mojokerto. Pada tahun yang sama Von Koenigswald menemukan lagi fosil manusia purba di lembah sungai Bengawan Solo. Jenis manusia purbanya disebut Pithecantropus Robusta, artinya manusia kera yang kuat tubuhnya. Disebut demikian karena bentuk tubuhnya lebih besar dan kuat daripada Pithecantropus Erectus.
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak. Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2, yaitu Homo Soloensis yang berarti manusia purba dari Solo dan Homo Wajakensis yang berarti manusia purba dari Wajak.
1. PENGANTAR ILMU PERTANIAN
Dosen : Ir. Dian Meliantari,MM
Kuliah :1
MAHASISWA DAN ILMUWAN
MAHASISWA DILATIH UNTUK MENEMUKAN
PENGETAHUAN BARU MELALUI
PENELITIAN2.PENGETAHUAN BARU ITU AKAN
DIKUMPULKAN DAN DISUSUN DAN
BERHUBUNGANDISEBUT ILMU
PENGETAHUAN/SAINS.
APA SIFAT ILMUWAN ITU?
1. SEKALI ILMUWAN TETAP ILMUWAN
2. ILMUWAN TIDAK PERNAH PUTUS ASA
3. ILMUWAN ADALAH PENEGAK KEBENARAN
4. ILMUWAN BERANI MENYATAKAN PENDAPAT
SECARA JUJUR.
5. ILMUWAN JUGA MANUSIA YG TIDAK SEMPURNA
6. ILMUWAN HARUS MEMILIKI RASA INGIN TAHU
2. PENGETAHUAN BARU SBG SASARAN PERBURUAN
SEORANG ILMUWAN DIPEROLEH DARI HASIL
PETUALANGAN MENGKHAYAL DI ALAM NALAR.
LEWAT DAYA KHAYAL DAN DAYA CIPTA SERTA
PENGAMATAN YG DIUJI BERULANG-ULANG.
PENGETAHUAN ITU AKHIRNYA AKAN SELALU
BERUBAH-UBAH DARI MASA KE MASA.
TUJUAN KITA MEMPELAJARI PERKEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN: UNTUK MENITI SEJARAH. Dg
melihat ke belakang, kita tahu berbagai peradapan di
dunia yg datang silih berganti membawa berbagai
penemuan baru yg akhirnya menjadi sains dan teknologi
yg kita kenal sekarang. Lalu untuk masa depan, semoga
kita bisa mempunyai pandangan terbuka dalam
menghadapi tuntutan perubahan zaman ini.
3. DARI PENGALAMAN MENJADI PENGETAHUAN
A. PENGETAHUAN MEMBUAT API
Pada zaman purba, suatu ketika petir menyambar dan
membakar hutan mereka. Ada hewan yg terbakar juga
tumbuhan hutan lainnya.
Setelah api reda, datanglah manusia. Ia menemukan daging
hewan terbakar itu. Bau harum membuatnya tertarik untuk
menggigit bagian yg belum menjadi arang. Maka
diperolehnyalah pengetahuan bahwa daging bakar lebih
sedap rasanya drpd daging mentah yg biasa ia makan.
Begitu juga dengan tanaman yg ia temukan. Terjata
umbi/jagung yg terbakar itu lebih lezat rasanya.
Api menjadi penting baginya. Karena itu ia berusaha
menyimpan api dalam bentuk bara kayu sisa kebakaran
hutan itu. Karena belum tahu bagaimana cara membuat api.
4. Ia juga menemukan bahwa api dapat digunakan
membakar hutan agar lahan tsb dapat dijadikan tempat
bercocok tanam. Timbullah pertanian awal dengan cara
membakar hutan untuk berladang.
Manusia juga mengamati bahwa permukaan tanah yg
terbakar menjadi keras. Akhirnya muncullah cara
membuat gerabah/tembikar.
Waktu berlalu, tak sengaja manusia mengamati bahwa
pembenturan batu jenis tertentu dapat menimbulkan
percikan api.
Ditemukan juga bahwa bagian tumbuhan yg berbentuk
bulu/rambut yg sudah kering dapat membuat percikan
api itu menyala.
Akhirnya timbullah pengetahuan baru ttg bagaimana
membuat api, tanpa menunggu ada pohon yg terbakar
ketika disambar petir.
5. B. DARI JAMPI2 JADI RAMUAN OBAT
Zaman dulu dukun mengobati dg jampi2 sambil
menggosokkan dedaunan pada si sakit.
Secara kebetulan daun tersebut dapat mengobati
penyakit orang itu.
Akhirnya dukun itu mencari tanaman2 yg bisa
sesuai dengan penyakit2 yg berbeda dari penderita
tersebut. Misalnya untuk menyembuhkan penyakit
ginjal dukun itu menemukan kecocokan pada daun
yg berbentuk seperti ginjal.
Mungkin dg cara inilah kemudian timbul penemuan
tanaman berkhasiat obat dari tumbuhan yg sekarang
diterapkan pada obat2 tradisional berbentuk jamu.
6. C. KAPAN PENGETAHUAN JADI SAINS?
Sains berasal dr kata Inggris science atau dr kata
Yunani scire yg artinya mengetahui.
Sain dapat diartikan sebagai = cara2 untuk
mengetahui.
Atau sains = kumpulan pengetahuan yg telah
mengalami penggolongan, pendefinisian untuk
menemukan berbagai pengaturan hubungan di
antara berbagai butir pengetahuan di dalamnya yg
berlaku secara umum.
Dalam makna di atas, sains sudah biasa kita sebut
ilmu pengetahuan. (Artinya sains = ilmu
pengetahuan).
7. D. ILMU PENGETAHUAN SEDERHANA
Dari catatan sejarah, perkembangan pengetahuan menjadi
sains/ilmu pengetahuan yg sederhana muncul di Timur
Tengah sekurang-kurangnya 10 ribu th lalu (Zaman batu
baru/Neolitikum).
Pertanda bahwa sains mulai berkembang tampak dari usaha
manusia menemukan pengetahuan, bukan saja untuk
penggunaan sehari-hari. Tapi juga untuk pemuas rasa
keingintahuan.
Sasaran utama keingintahuan itu yaitu mengamati
lingkungan alam sekitar.
Berbagai macam tumbuhan diperiksa bagaimana bentuk dan
susunannya. Begitu juga dengan hewan.
Akhirnya dari mengamati itu, mereka mendapat pengetahuan
tentang manfaat tumbuhan dan hewan tersebut.
8. E. PENGETAHUAN MELAMBANGKAN DAN
MENAMAKAN BILANGAN
Dg adanya keperluan menghitung berapa banyaknya
sesuatu yg dimiliki orang, timbul keperluan akan
kegiatan mencacah.
Hasil pencacahan itu dinamakan bilangan, sedang
bilangan itu tak terhingga. Akhirnya berkembanglah
pemahaman tentang berhitung/aritmatika.
Setelah itu barulah orang butuh untuk menuliskan
lambang dari berbagai bilangan itu. Para gembala di
sekitar laut tengah menggunakan batu kapur sebesar
kerikil untuk melambangkan seekor domba yg
digembalakannya.
Pada suku2 primitif perlambangan bilangan dapat juga
dilakukan dengan menunjukanggota tubuh. Telunjuk= 1,
2= telunjuk dan jari tengah, 3 = telunjuk, jari tengah dan
jari manis; 4= semua jari kecuali ibu jari; 5= semua jari.