Tiga kalimat ringkasan dari wawancara Ciputra sebagai pengusaha properti terkemuka di Indonesia adalah:
1. Ciputra memulai bisnis propertinya setelah menjadi arsitek dan tertarik untuk mengembangkan desainnya menjadi proyek nyata.
2. Integritas dan kejujuran dianggapnya sebagai kunci kesuksesan bisnis, terutama dalam mengatasi krisis ekonomi tahun 1990-an.
3. Pengemb
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Menggunakan Paytren Bonus Terbesar
Kisah seorang enterpreneur di bidang property
1. KISAH SEORANG ENTERPRENEUR DI BIDANG
PROPERTY
Nama Ciputra hampir tidak bisa dilepas dari tema entrepreneurship. Hampir di
segala kesempatan pemilik dan pendiri Grup Ciputra yang memiliki nama besar di
industri properti itu tak henti-hentinya mengkampanyekan pengembangan
kewirausahaan di negeri ini, sehingga virus entrepreneurship menyebar ke mana-
mana.
Tentu dia tidak hanya berbicara, tetapi telah memberikan contoh dalam
mengembangkan bisnisnya. Untuk lebih mengenal sepak terjang dalam
mengembangkan bisnis, berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana awal mula Anda mengembangk an bisnis di bidang properti?
Saya lahir tahun 2 Februari 1976,Saya bersyukur bahwa orang tua saya
pengusaha. Dia mempunyai toko kelontong dan sejak kecil saya diajarkan untuk
menjadi pengusaha seperti dia. Saya lahir di ruko, saya bangun, saya buka mata
lihat barang dagangan. Saya merangkak pertama saya pegang barang dagangan.
Saya disuruh bekerja pertama untuk menjual barang dan sebagai pedagang.
Tiba-tiba ayah saya meninggal ketika saya berumur 12 tahun dan saat itu saya
bertekad teruskan sekolah untuk menjadi pengusaha. Tak lama saya ingin menjadi
seorang arsitek, lalu saya ke ITB Bandung. Di sana saya berubah pikiran. Saya
bilang seorang arsitek mencari pekerjaan, mencari projek, yang telah diciptakan
orang lain. Dan saya putuskan saya menjadi developer.
2. Apa yang mendasari untuk fokus ke bisnis properti?
Pertama saya merasa mempunyai bakat dan passion mencintai dunia properti.
Oleh karena itu, saya mengambil arsitek. Arsitek itu merupakan satu alat bagi
orang yang akan fokus sebagai developer. Itu sebabnya saya senang membikin
rancangan dan merealisir rancangan tersebut menjadi kenyataan. Dari sekadar
passion kemudian menjadi mimpi, sampai mewujudkan mimpi tersebut. Namun
selain bidang properti, saya juga mengembangkan spesialisasi membangun kota-
kota baru. Melalui tiga grup properti, lebih daripada 50 kota kecil maupun besar
telah dibangun di Indonesia maupun luar negeri, baik saya sendiri maupun dengan
teman-teman yang lain.
Pada krisis tahun 1997/1998 perusahaan Anda terkena dampak krisis.
Bagaimana Anda bisa bangkit lagi?
Itu namanya enterpreneur yang baik, tentu harus punya integritas yang baik. Ya,
kami membangun manajemen yang terbuka dan jujur. Semua utang kami yang
begitu banyak kan dipakai untuk perusahaan, bukan untuk yang lain. Ya kita
terangkan kepada bank, kemudian kita dialog, berunding, bagaimana agar bank
bisa kasih discount dan kasih waktu yang lebih baik, angsur selama sekian tahun.
Nah itu integritas. Lalu jangan lupa minta berkah Tuhan, kita hidup dengan firman
Tuhan menurut agama masing-masing. Tuhan ingin memberkati kehidupan sesuai
dengan kehendak Dia. Makanya utamakan kejujuran, jangan melakukan penipuan,
jangan melakukan dusta, jangan hidup percabulan, itu hindari semua.
Apa yang paling Anda hargai dari kepribadian manusia?
Integritasnya. Karena [integritas] itulah kunci segala-galanya. Sekali Anda
melakukan penipuan akan tersebar kemana-mana, berita yang jelek disebarkan 10
3. kali, berita yang baik hanya lima kali. Itu menyia-nyiakan berkat Tuhan dan
kejelekan itu akan tersebar kemana-mana. Anda tahu ucapan maupun lisan itu
janji dan janji harus dipenuhi. Proyek kami misalnya, ada yang 10 tahun wajib
kami selesaikan. Janji itu harus dipenuhi karena janji adalah utang.
Sebagai orang yang terlibat di properti, apa pendapat Anda soal kemacetan
kota Jakarta?
Kalau Jakarta menjadi kota entrepreneur, kota properti, maka properti akan
berkembang dengan pesat. Sehingga pembayaran pajak tanah dan bangunan itu
dapat naik sekian kali lipat. Uang itu dipakai untuk membangun infrastruktur. Nah
kota kita ini jauh dari kota properti, dari mana income [untuk membangun
infrastruktur]? Coba, nah pertama musti ada income, baru kita dapat membangun.
Mudah saja kalau ada income, misalnya kita bangun subway, hanya melalui
subway dan elevated road bisa mengatasi Jakarta. Baik yang di atas maupun
dalam tanah, nah itu kan perlu uang. Jadikan Jakarta itu [kota properti], undang
investor, pembeli dari luar negeri. Pembeli dari luar negeri dia akan akan bawa
uang. Dia akan kan bayar pajak.
Banyak orang yang mempersalahkan developer, termasuk Anda, karena
salah satu penyebab banjir?
Pada waktu saya memulai perusahaan real estate ini, waktu itu kami disalahkan
sebagai makelar tanah. Kepada pejabat, kami dapat buktikan bahwa real estate itu
berguna, kita bukan makelar tanah, itu merupakan tantangan.
Kita buktikan berapa banyak pajak kita bayar, kalau kita menjadi kota properti,
maka pendapatan akan naik 10 kali lipat dari kegiatan properti. Income ini bisa
dipakai untuk membangun subway, kalau ada income dalam waktu lima tahun
4. sudah bisa bangun subway. Sekarang dengan Rp1 triliun per km tanpa income,
sampai kiamat tidak akan bisa [bangun subway]. Jakarta itu butuh subway 100
km. Maka kita semua ini harus menjadi entrepreneur. Entrepreneur itu macam-
macam, sebut saja government, academician, pebisnis, society harus menjadi
enterpreneur. Ini semua belum ke sana.
Masalah pembebasan tanah mempersulit pembangunan infrastruktur. Anda
punya ide mengenai masalah ini?
Ikut saja seperti Malaysia. Pembebasan tanah itu sudah ada pembangunan, sudah
ada peraturan pemerintah daerah, tapi tidak ada follow up. Bayangkan, hanya
karena beberapa orang saja, seluruh daerah kacau balau.
Anda membangun banyak proyek di luar negeri padahal di dalam negeri
masih banyak kebutuhan investasi. Tak khawatir dituduh kurang
nasionalis?
Pemikiran itu yang harus ditinggalkan. Belum lama ini ada pertemuan Asean di
Vietnam. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat melihat projek kami,
yaitu Ciputra International Project. Rombongan itu bangga. Saya senang mereka
bangga, mereka sebagian tinggal di Hotel Horizon yang kami bangun. Mereka
juga bangga. Nah ketika kita mengundang orang luar negeri datang, apa karena
mereka itu tidak nasionalis? Orang Malaysia investasi di sini, apakah mereka itu
tidak nasionalis, atau orang Singapura, apakah mereka tidak nasionalis. Mereka
cari laba dari sini, lalu laba dari sini bawa ke mana? Kan dibawa ke negeri
masing-masing?
Nah, kenapa orang lebih suka dirikan perusahaan Singapura daripada di
Indonesia, kita tinjau diri sendiri? Kenapa orang tidak suka, kenapa orang suka ke
5. sana? Kalau kita tidak maju, tinjau diri kita sendiri dulu. Terus terang, kalau saya
tidak maju, 90% saya salahkan diri saya sendiri.
Atau ada hambatan berbisnis di Indonesia?
Mindset, karakter, budaya. Itu watak, mental. Bukan karena penyakit kantong
(kekurangan uang). Penyakit kantong juga akibat mental.
Anda juga punyak banyak proyek di Indonesia Timur?
Kami sekarang sedang survei di Kupang, Ambon sudah, sudah survei di Irian
Jaya. Mungkin Ciputra Group tahun ini membangun lagi di beberapa kota,
dikembangkan di Bali, Semarang, Jambi, Cirebon, Madiun, Irian Jaya. Juga ada di
Kendari.
Sekarang ini Jakarta sudah jenuh, traffic sudah macet begini, kemudian di daerah
ada otonomi. Jadi kami ke luar Jawa, luar kota Jakarta. Sedangkan luar negeri
izin-izin lebih mudah, kita ke Singapura, Vietnam, Kamboja, India, RRC. Jadikan
kebanggaan, masa dia [investor asing] cari uang di sini kita tidak cari uang ke
sana. Saya kan punya rumah di sini, semua anak-anak itu tinggal di rumah sini,
kalau ada pendapatan kan kita bawa ke sini.
Ada anggapan developer besar kurang konsen kepada perumahan rakyat?
Nah, saya kan punya Citra Indah dan Citra Raya. Satu di Bogor, satu di
Tangerang. Tiap tahun saya bangun lebih dari 4.000 rumah yang harganya Rp55
juta. Siapa developer besar yang bangun sebanyak itu? Itu kan tidak kelihatan,
kalau kita bangun di luar kota Jakarta. Tapi kita tidak masuk rusunami, kenapa?
Karena peraturannya antardepartemen tidak sinkron. Lihat yang masuk rusunami
sekarang jadi apa? Itu menuai masalah. Dia bikin, tapi jadi masalah. Lebih baik
6. kita konsentrasi yang aturannya lebih gampang. Pengusaha untuk cari laba kan?
Kalau bangun hanya memanen persoalan, kenapa Anda masuk?
Apakah itu artinya rumah murah adalah tugas pemerintah?
Memang tugas pemerintah. Makanya saya ketemu dengan Real Estat Indonesia
pecahkan masalah tersebut. Hanya satu cara memecahkan dan ampuh sekali,
membentuk dana perumahan. Pemerintah memberikan subsidi Rp3,5 triliun. Itu
kan cuma kumur-kumur. Bagus, tapi lebih bagus lagi, kalau Rp100 triliun dana
yang di Jamsostek itu sebagian buat subsidi perumahan. Oleh karena itu, harus
dibentuk dana khusus buat perumahan yang dikumpulkan dari yang bersangkutan
maupun dari perusahaan.
Ambil contoh di Singapura, 85% perumahan murah itu dibangun oleh dana
perumahan yang dibentuk pemerintah. Modalnya dari karyawan dan dari
perusahaan. Kalau itu dilakukan, kita punya itu kira-kira Rp25 triliun per tahun.
RRC punya sistem yang sama, mereka berhasil, Moskow pun sudah punya sistem
itu, kecuali kita.
Berarti kita paling terlambat?
Ya. Mental enterpreneur tidak ada.
Pengembang dituding lebih senang membangun perumahan mewah.
Pendapat Anda?
Makanya begini, biarlah swasta membangun rumah mewah, artinya dia bayar
pajak, pajak itu dipakai untuk membangun rumah yang murah. Kalau pengusaha
membangun perumahan murah dari mana uangnya?
7. Ada juga anggapan banyak pengusaha sukses karena proyek pemerintah?
Itu nggak salah. Pengusaha kita harus dididik mencari peluang, proyek pemerintah
itu mereka mencari peluang. Kita cipta peluang. Saya membangun Ancol untuk
mencipta peluang, Jadi penting mencipta peluang.
Proyek Ancol disebut-sebut sebagian dibiayai dari uang judi?
Satu sen pun nggak ada.
Kalau ada judi di Indonesia seperti di Genting Island?
Genting Island kan judinya tidak masuk ke pulau itu, judinya gak masuk kepada
pemerintah. Di Santosa, sudah berapa miliar dolar yang masuk ke situ? Ancol
justru bayar dividen dan pajak. Saya sendiri bayar pajak dari 3 grup lebih dari Rp1
triliun per tahun dan mempekerjakan 5 ribu karyawan secara langsung dan secara
tidak langsung menghidupi sekian ratus ribu manusia.
Anda kan berbisnis di banyak daerah, banyak yang bilang otonomi daerah malah
menghambat bisnis di daerah itu?
Otonomi daerah saya setuju. Cuma sekarang dalam waktu peralihan. Dan akan
muncul beberapa daerah yang maju dan daerah yang tidak maju akan mengambil
contoh. Saya kira memang ini masih bayi, masih taman kanak-kanak. Nanti lima
sampai sepuluh tahun lagi, lebih bagus lagi.
Ke depan, Ciputra tetap di properti atau mengincar bisnis lain?
Side business (bisnis sampingan) aja, seperti misalnya di komputer. Saya pemilik,
pemegang saham terbesar di Metrodata. Ya itulah, tapi kita, anak-anak juga mulai
melirik-lirik side business. Mudah-mudahan satu dua tahun akan muncul
8. Bisnis baru?
Begini, kita ingin bisnis spesial seperti McDonald. Dia kan ada di seluruh dunia,
betul gak? Lupakan pertanyaan soal bisnis baru. Kita mau kembangkan properti
ke seluruh dunia. Kami sedang mengerjakan proyek di Polandia, di RRC itu
ratusan kota yang bisa dibangun, Malaysia pun kita merambah ke kota-kota kecil
sekarang.
Jadi lebih go global?
Dan go global itu saja sudah bagus. Anda tahu perusahaan terbesar di Singapura
itu apa? Orang terkaya Singapura siapa? Semua dari properti. Orang terkaya di
Hong Kong siapa? Orang Jepang propertinya. Cuma kita kan durian runtuh,
durian alam. Tujuan kita kan bukan menjadi terkaya, tujuan kita supaya
bermanfaat buat masyarakat.
Anda selalu mengatakan bahwa membangun bukan pertama-tama dengan
modal uang. Bagimana itu bisa dilakukan?
Modalnya enterpreneurship. Menurut saya, istilah enterpreneurship adalah
kemampuan mengubah kotoran dan sampah menjadi emas. Jadi kalau Anda
mempunyai kemampuan tersebut, tanah apapun serahkan kepada Anda, Anda bisa
membuat menjadi emas. Dan kemampuan itu yang harus ada. Jadi kita bukan
mencari peluang, kita mencipta peluang. Nah itu yang kami lakukan.
9. Bagaimana cara menjadi enterpreneur?
Kita harus melewati 3 front. Front pertama dari taman kanak-kanak sampai
sekolah menengah, kemudian front kedua universitas, ketiga publik. Walikota
Palembang, misalnya, akan mulai dari taman kanak-kanak sampai SMA,
kemudian kami sudah mulai dengan Ditjen Dikti untuk perguruan tinggi.
Sekarang [pelatihan bagi] umum juga sudah mulai dengan lembaga-lembaga yang
ada.
Kami sudah melatih 2.000 orang dosen, ribuan guru-guru. Ini harus menjadi
gerakan nasional. Jadikan abad ini abad enterpreneur buat Indonesia, anggap abad
kebangkitan bangsa sudah abad yang lalu, sekarang abad enterpreneur. Saya bisa
berkembang, karena saya enterpreneur. Yang lain, sudahlah. Umur saya 79 tahun,
tinggal mengingat masa-masa lalu saja.
Apakah di usia begini masih terlibat langsung di bisnis?
Saya sebagai inspirator, sebagai motivator, dan sebagai mentor. Nah itu fungsi
saya. Anak-anak di Ciputra Group, saya bagi tiga divisi. Sehingga mereka
masing-masing memegang satu divisi. Suami istri memegang satu divisi,
sedangkan pemilik sama semua. Demikian juga di Jaya Group dan Metropolitan
Group mempunyai pemegang saham masing-masing sehingga mencegah conflict
of interest.
Apakah ada satu dari putera Anda yang dipersiapkan menjadi putera
mahkota?
Semua adalah putra mahkota dan mereka sekarang sudah memimpin divisi
masing-masing dan ternyata berhasil sekali. Ada satu yang misalnya konsentrasi
10. di Jakarta, satu di Jawa Timur, satu di luar negeri, jadi masing-masing mempunyai
konsentrasi.
Apakah membedakan anak laki-laki dan anak perempuan ?
Saya tidak membedakan. Dan memang wanita itu karena punya suami yang aktif,
dia menjadi semi housewife. Jadi saya punya anak lelaki yang full time, sementara
anak perempuan saya sudah ada suami yang full time, sehingga tidak begitu aktif.
Bagaimana mereka dididik sehingga sekarang bisa memimpin unit-unit
bisnis di grup?
Itu pertanyaan yang penting sekali. Dari mana mereka menjadi enterpreneur? Itu
seperti anaknya Lulu (Lulu Terianto, Dirut PT Jurnalindo Aksara Grafika—yang
ikut mendampingi wawancara)-- dari kecil sudah diajak ke mana-mana. Tiap kali
ambil keputusan, kita terangkan kepada dia. Misalnya kalau kita pergi ke toko,
kita terangkan toko itu jual barang apa? Toko mana yang Anda suka? Kalau Anda
buka toko, toko apa yang Anda mau pilih? Wah Anda lihat pemilik toko itu siapa
pemiliknya.
Pada hari Sabtu-Minggu, saya ajak anak-anak misalnya ke Ancol. Biar mereka
tahu tujuan saya membangun Ancol. Saya transferkan kepada mereka, bagaimana
mengelolanya, bagaimana menarik orang datang kemari. Jadi dari kecil sudah
ditanamkan the spirit of enterpreneur. Saya tanya kepada kalian, siapa mulai
menerangkan tentang enterpreneurship kepada anak-anak. Mungkin tidak ada,
karena karakter itu belum ada di budaya-budaya di sini, apalagi dari Jawa yang
menganggap pengusaha pedagang itu strata rendah.
Coba tanya kepada mahasiswa di Andalas, kalau Anda tamat mau jadi apa? Saya
kira 70% ingin menjadi pegawai negeri. Kalau di Jawa mungkin 95% ingin
11. menjadi pegawai negeri. Di Jawa orang ingin abdi dalem, pamong praja. Tapi, itu
kan dulu. Sekarang mulai berubah.
Saya melatih 28 orang di Universitas Gadjah Mada [Yogyakarta]. Enam kali saya
terbang ke sana, enam kali saya biayai Rp900 juta lebih, sekarang 50% menjadi
pengusaha yang sukses. Kita bisa. Tidak ada hubungan keberhasilan menjadi
entrepreneur dengan etnis. Tidak, itu hanya hubungannya dengan passion.
Jadi Anda percaya bahwa sukses bisnis itu tidak berkaitan dengan etnis?
Tidak berkaitan, cuma ada yang punya bakat. Nah, ada 25% orang punya bakat,
itu yang kita pilih, kita latih, jadi bukannya orang yang tidak punya passion
dilatih, karena percuma. Nah bakat itu apa, Anda ingin menjadi pengusaha, Anda
berusaha keras menjadi pengusaha, Anda percaya diri Anda bisa jadi pengusaha.
Jadi enterpreneur itu ada yang namanya bakat. Kalau Anda mau tahu seorang
yang punya bakat atau tidak, keinginan dia besar nggak? Mau kerja keras nggak?
Punya confidence nggak? Nah ini yang namanya entrepreneurship.
Anda berminat mempersiapkan anak-anak ke politik?
Indonesia politiknya hebat, 350 tahun melawan penjajahan Belanda. Jadi waktu
penjajahan Belanda, orang Indonesia gak bisa dagang. Tetapi politik hebat,
apalagi politik lempar batu sembunyi tangan, itu nomor satu.
Jadi, kalau bisnis ke politik itu setback?
Saya kira setback, tetapi ada orang masuk politik untuk bisnis.
Pernahkah merasa gagal dalam menjalani bisnis?
Pasti adalah, tapi lupakanlah kegagalan [karena] saya gemar memperbaiki. Dan
saya tidak menyesal saya masuk dalam bidang properti.
12. Pernahkah ada keputusan yang disesali?
Pasti ada, tapi bukan yang utamalah. Bahwa hidup itu yang kecil-kecil selalu ada.
Itu bikin kita lebih baik.
Kesannya Anda berpandangan bahwa bisnis itu nggak butuh populis?
Tentu tidak perlu populer. Saya kalau menonjol ke publik itu dalam rangka public
relations untuk mencapai tujuan perusahaan maupun tujuan tanggungjawab sosial.
Jadi bukan untuk populer pribadi. Pengusaha makin populer makin susah.
Kesannya Anda sangat profit oriented.
Tentu, harus profit. Tetapi bukan cuma itu. Profit dalam rangka untuk dapat
income, mencipta lapangan kerja, dan membayar pajak. Saya bangga saya
membayar pajak lebih Rp1 triliun per tahun. Kalau tidak profit bagaimana bayar
pajak, percuma saya cipta lapangan kerja.
Masih ada impian Anda yang belum kesampaian?
Masih banyak pegawai kita yang belum punya rumah. Tentu kalau di Singapura,
sebagian gaji dikumpulkan, misalnya 15%, pengusaha 20%, untuk membeli
rumah. Kita tidak perlu sampai seperti itu, paling tidak 5% dan 6%, yang penting
uang terkumpul dan tidak habis untuk beli baju , consumer goods. Kita bisa pakai
uang dengan lebih bijak.
Apa nasihat kepada para pebisnis baru?
Terus kembangkan kemampuan enterpreneurship, yaitu mencipta peluang. Kita
melakukan terus perubahan, kreatif menciptakan yang baru. Anda lihat Nokia
mundur karena apa? Sudah tidak ada yang baru dari dia. Kenapa Apple maju?
Karena enterpreneurship.
13. Pada usia sedemikian ini Anda masih aktif di bisnis, juga masih banyak
bepergian. Bagaimana menjaga kesehatan?
Itu persoalan terbesar sekarang, itu tantangan terbesar
Bagaimana caranya?
Terutama jalan-jalan. Hidup harus tahu kapan waktunya bekerja, kapan waktunya
olahraga, kapan waktunya istirahat, begitu yang harus dijaga.
Siapa yang paling mendukung untuk kesuksesan Anda?
Istri?Tuhan.