SlideShare a Scribd company logo
Kebijakan dan HAM Program Bebas
Pasung
RSJ PROVINSI JAWA BARAT
Pasung
Pemasungan adalah suatu tindakan berupa
pengikatan dan atau pengekangan mekanis/fisik
lainnya dan atau penelantaran dan atau
pengisolasian sehingga merampas kebebasan
dan hak asasi seseorang, termasuk hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
PROGRAM INDONESIA BEBAS PASUNG
Merupakan serangkaian upaya yang dilakukan untuk
mencegah pemasungan Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ), melepaskan dan memberikan layanan
kesehatan (jiwa), serta mencegah terjadinya
pemasungan kembali.
Mewujudkan tugas negara untuk menghargai, melindungi
dan memenuhi (to respect, to protect and to fulfill)
kewajiban atas hak asasi kesehatan jiwa seluruh masyarakat
tanpa kecuali.
Dasar Hukum
 Undang-Undang RI No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
 Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 Undang-Undang RI No.18 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa
 Undang-Undang RI No.23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
 Undang-Undang RI No.8 Tahun 2016 tentang Disabilitas
 Perpres RI No.75 Tahun 2015 tentang RANHAM 2015-
2019
*Hak Asasi Manusia adalah Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sbg makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya
yg wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, Hukum,
dan Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
*Diskriminasi adatah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yg
langsung ataupun tidak langsung didasarkan pd pembedaan manusia atas
dasar agama, suku,ras,etnik, kelompok, golongan, status sosial, status
ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yg ebrakibat
pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan,
atau penggunaan HAM dan kebebasan dasar dlm kehiduoan baik individual
maupun kolektif dlm bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan
aspek kehidupan lainnya.
*Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja, atau
kelalaian yg secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi,
dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yg dijamin oleh UU
ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak memperoleh
penyelesaian hukum yg adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yg
berlaku
*Disabilitas adalah suatu kondisi yang ditimbulkan sebagai interaksi
antara orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual,
mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama dengan
lingkungan dan/atau sikap masyarakat yang dapat menimbulkan
hambatan untuk dapat berpartisipasi secara penuh dan efektif
dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
*Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami
keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam
jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan
dan/atau sikap masyarakat dapat mengalami hambatan dan kesulitan
untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara
lainnya berdasarkan kesamaan hak.
*Pemasungan adalah suatu tindakan berupa pengikatan dan atau
pengekangan menais/fisik lainnya dan atau penelantaran atau
pengisolasian sehingga merampas kebebasan dan HAM.
*penghormatan terhadap martabat;
*otonomi individu;
*tanpa diskriminasi;
*partisipasi penuh;
*keragaman manusia dan kemanusiaan;
*kesamaan kesempatan;
*kesetaraan;
*aksesibilitas;
*kapasitas yang terus berkembang dan identitas anak;
*Inklusif
*perlakuan khusus dan perlindungan lebih.
Penyandang disabilitasl
hidup dalam kondisi
rentan, terbelakang,
dan/atau miskin
dikarenakan masih adanya
pembatasan, hambatan,
kesulitan, dan
pengurangan atau
penghilangan hak
Penyandang Disabilitas
UU 4 Tahun 1997
Tentang
penyandang cacat
mencakup hak:
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Aksesibilitas
4. Rehabilitasi
5. Perlakuan yang
sama dalam
pembangunan
UU No.8 Tahun
2016 tentang
penyandang
disabilitasl (2016)
 mewujudkan
penghormatan,
pemajuan,
perlindungan, dan
pemenuhan hak
asasi manusia dan
kebebasan dasar
Penyandang
Disabilitas secara
penuh dan setara
Penyandang
Disabilitas
memiliki hidup
yang berkualitas,
adil, sejahtera
lahir dan batin,
mandiri, serta
bermartabat.
Belum
menjawab
kebutuhan
SITUASI DAN KONDISI PENYANDANG DISABILITAS
Interaksi
INDIVIDU
Hambatan
Internal
LINGKUNGAN
Hambatan
Eksternal
PARTISIPASI
KESETARAAN
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia; (Pasal 1 UU 39/1999 ttg HAM)
KONDISI PENYANDANG
DISABILITAS
7
Penemuan,
Pembebasan dan
Pengobatan Orang
Dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ) dipasung
KEMENTERIAN KESEHATAN
1. Kementerian Sosial,
2. Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/
Kota
STRATEGI 5: PENERAPAN NORMA DAN STANDAR HAM
(INPRES 75/2015 tentang Aksi HAM 2015)
INSTANSI TERKAIT
Fokus: Peningkatan kualitas kesehatan bagi penyandang disabilitas dan masyarakat rentan lainnya
1. HAK HIDUP
Pengembangan
REHSOS PDM Berbasis
Masyarakart (UPSK,
RBM, UILS, POS
Rehsos, Gerakan Stop
Pemasungan)
TUJUAN PROGRAM BEBAS PASUNG
Mencapai masyarakat Indonesia yang bebas dari
pemasungan terhadap ODGJ melalui:
Peningkatan pengetahuan dari seluruh pemangku
kepentingan
Pelayanan kesehatan jiwa yang berkualitas di tiap tingkat
Skema pembiayaan yang memadai untuk semua bentuk
upaya kesehatan jiwa
Kerja sama dan koordinasi lintas sektor di bidang upaya
kesehatan jiwa
Terselenggaranya sistem monitoring dan evaluasi
Pasung di Indonesia menjadi perhatian Internasional
HUMAN RIGHTS WATCH
Apa Kemungkinan
Solusi Kita?
IRIN NEWS
Gangguan Jiwa Berat:
Kelompok Rentan Mengalami Pemasungan
DATA EPIDEMIOLOGI &
LAPORAN KASUS PASUNG
 Gangguan jiwa berat (psikotik): 1.7/1000 atau >400.000
penduduk*
 Sebanyak 14,3% (>57.000) dari penduduk yang
mengalami gangguan jiwa berat, mengatakan pernah
dipasung.
Riset Kesehatan Dasar, 2013
Cat: Estimasi jumlah penduduk tahun 2015 berdasarkan BPS: 250 juta
penduduk
Riskesdas 2013
Terbatasnya Akses Layanan & Dampak terhadap
Kesenjangan Pengobatan (Treatment Gap)
Gangguan Jiwa di Indonesia
Di negara-negara
berpenghasilan rendah-
menengah termasuk
Indonesia, kesenjangan
pengobatan gangguan
jiwa dapat mencapai
>85%
 baru sekitar 15% orang
dengan gangguan jiwa
diterapi di fasilitas
kesehatan
Kohn, Saxena, Levav, Saraceno; 2004
REKAPITULASI DATA PASUNG DI INDONESIA
No Tahun Kasus Penemuan Kasus Penanganan
1. 2009 213 170
2. 2010 218 210
3. 2011 1258 1117
4. 2012 1582 1205
5. 2013 1783 1711
6. 2014 1637 1571
7. 2015 1999 1977
Total 8690 7961
Kriteria Eksklusi: (1). Pindah ke provinsi lain; (2). Meninggal setelah ditemukan dan
belum sempat mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa; (3). Penolakan dari keluarga
atau masyarakat
Laporan Dinkes Provinsi, 2015
Tantangan dalam mengatasi pemasungan (1)
• Belum meratanya fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
yang menyelenggarakan layanan kesehatan jiwa
– RSU dengan layanan jiwa: n=269 atau 60% of 445
– RSJ n=48 di 26 dari 34 provinsi
• Masih kurangnya SDM kesehatan terlatih keswa, distribusi
tidak merata, banyak di kota besar
– Profesional kesehatan jiwa: 3 per 100,000 populasi
• Psikiater: 839 (0.3 per 100,000 populasi)
• Psikolog klinis: 451 (0.19 per 100,000 populasi)
• Perawat jiwa: 6500 (2 per 100,000 populasi)
Data tahun 2014
Peta Sebaran RSJ di Indonesia
• 33 RS Jiwa Pemerintah dan 1 RSKO di 27 Prov (34 Prov) di Indonesia
• 8 Provinsi tidak mempunyai RSJ yaitu : Kep Riau, Banten, Gorontalo, Kaltara,
NTT, Sulbar, Malut dan Papua Barat
• 3 Provinsi yang tidak memiliki psikiater: Kepri, Malut dan Papua Barat
Tantangan dalam mengatasi pemasungan (2)
• Masih besarnya stigma dan kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap gangguan jiwa
• Kurangnya koordinasi lintas sektor di lapangan
• Masih diperlukan regulasi/dasar hukum dalam
pelaksanaan
• Masih diperlukan penataan sistem informasi/data
2011
- Sosialisasi
- Penyediaan
Peraturan
- Mapping
kasus
2012
- Penguatan
SDM
- Penyediaan
obat2an
- Membangun
komitmen LP-LS
2013
- Penguatan
sarana
- Obat
- Pemberdayaan
masyarakat
- Membangun
komitmen LP-LS
2014
Monev
program
bebas
pasung
2015
Mapping
ulang untuk
kebijakan
selanjutnya
2016
- Perbaikan
sistem
monev
- Data dan
informasi
terpadu
- Review dan
- penyempurnaan
NSPK
- Penyusunan
regulasi turunan
UU
- Memperkuat
kerjasama LS
Upaya yang telah dilakukan
dalam kurun waktu 2010-2015
A. Kebijakan dan regulasi
 Undang-Undang No. 18/2014 tentang Kesehatan Jiwa
dan proses penyusunan regulasi turunan UU (RPP,
Perpres)
 Mengintegrasikan kebijakan yang mendukung Program
Bebas Pasung masuk dalam kebijakan nasional bidang
kesehatan (RPJMN/RKP, Renstra, Peta Strategi
Keswamas, indikator Keluarga Sehat, RAN HAM)
 Review dan penyempurnaan draft Pedoman
Pencegahan dan Penanggulangan Pemasungan pada
ODGJ
B. Pembiayaan yang mendukung Program Bebas Pasung
 Di tingkat pusat mengalami peningkatan, ± 10
provinsi secara konsisten menganggarkan program
kesehatan jiwa
 Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) keswa masuk
dalam JKN
 Keswa dapat menggunakan dana BOK (bagi Upaya
Kesehatan Masyarakat/UKM)
 Penyediaan dana dekonsentrasi bagi provinsi
C. Advokasi dan sosialisasi yang intensif kepada LPLS
Pusat dan Daerah
D. Organisasi layanan
– Mengintegrasikan kesehatan jiwa dalam layanan primer
– Penguatan sistem rujukan
– Mengintegrasikan dan memperbaiki layanan kesehatan jiwa
dalam asuransi nasional/JKN.
– Kolaborasi dengan sektor sosial dalam layanan kesehatan jiwa
– Meningkatkan peran serta masyarakat dengan melibatkan
keluarga dan ODGJ
– Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat melalui
kampanye publik
E. Pengembangan SDM keswa
– Pelatihan bagi tenaga kesehatan non-spesialis (dokter,
perawat, bidan)
– 700 dokter dan perawat dari 350 PKM di 15 prov telah dilatih
sejak tahun 2011
– 355 dokter dan perawat RSU telah dilatih tahun 2010-2014
– Workshop/sosialisasi bagi kader dan consumer groups
– tahun 2011-2014: sekitar 750 orang
– Akreditasi kurikulum dan modul pelatihan
F. Infrastruktur dan sumber daya lain
menambahkan obat psikofarmaka dalam daftar obat esensial
nasional, penyediaan obat program (injeksi long acting)
Evaluasi Program Bebas Pasung: Regulasi
• Pemerintah Daerah yang telah memiliki Regulasi yang
Mendukung Program Bebas Pasung
PROVINSI JENIS REGULASI KABUPATEN/KOTA JENIS
REGULASI
NAD Dalam Perda Kesehatan Kab. Hulu Sungai
Selatan (Kalsel)
SK Bupati
Jatim Dalam Perda Kesehatan
Jateng Peraturan Gubernur
DIY Peraturan Gubernur
NTB Peraturan Gubernur
Babel Peraturan Gubernur
Sumsel Peraturan Gubernur
Jambi SK Gubernur
Provinsi yang sedang berproses dalam regulasi: Jawa Barat dan Banten
Evaluasi Program Bebas Pasung
• Dari pengumpulan data evaluasi pasung yang terkumpul ada
beberapa hal yang perlu dicermati, yaitu:
– Sebagian provinsi telah mengalokasikan anggaran (APBD)
dalam mendukung Program Bebas Pasung, sebagian besar
untuk pertemuan/sosialisasi, pelatihan, bimtek monev  belum
difokuskan pada upaya promotif preventif dan pemberdayaan
masyarakat.
– Masih diperlukan perbaikan dan perubahan dalam instrumen
utk pencatatan dan pelaporan data pasung mengingat
kebutuhan data yang lebih kompleks.
– Masih belum terlaksananya kegiatan kerjasama lintas sektor
dalam penanggulangan pemasungan.
Evaluasi Program Bebas Pasung:
PKM yang menyelenggarakan upaya keswa
sesuai kriteria
• Indikator PKM yang menyelenggarakan upaya keswa
kurun waktu 2015-2019 mengalami peningkatan standar
dalam definisi operasional sesuai kebutuhan layanan di
masyarakat. Banyak PKM yang tidak dapat terhitung
dalam target karena tidak sesuai kriteria walaupun
melakukan layanan keswa.
• Terdapat ketidaksinambungan ketersediaan obat jiwa di
puskesmas
• Tenaga kesehatan terlatih cepat berpindah lokasi
kerja/mutasi
Indikator yang mendukung peningkatan akses
layanan kesehatan jiwa dalam Matriks K/L RPJMN
2015-2019 & Rencana Kerja Pemerintah 2016
PROGRAM/
KEGIATAN
INDIKATOR TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
Integrasi
keswa di
layanan
primer
Jumlah Kab/Kota yang memiliki
PKM yang menyelenggarakan
upaya kesehatan jiwa
Kriteria:
• Nakes terlatih
• Melakukan upaya promotif
preventif
• Melakukan deteksi dini dan
tata laksana
80 130 180 230 280
Indikator yang mendukung peningkatan akses
layanan kesehatan jiwa dalam perubahan
Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019
PROGRAM/
KEGIATAN
INDIKATOR TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
Integrasi
keswa di
layanan
primer
Jumlah Kab/Kota yang memiliki 20%
PKM yang menyelenggarakan upaya
kesehatan jiwa
Kriteria:
• Nakes terlatih
• Melakukan upaya promotif
preventif
• Melakukan deteksi dini dan
tata laksana
80 130 180 230 280
Provinsi
yang
menyeleng-
garakan
program
bebas
pasung
Jumlah Provinsi yang
menyelenggarakan program bebas
pasung:
• Memiliki kebijakan dan perencanaan
keswa dlm program bebas pasung
• Memiliki tim koordinasi keswamas
(LPLS)
- 5 10 15 20
Potensi dalam Perbaikan dan Akselerasi
Program Bebas Pasung (1)
• Kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa semakin
meningkat di lintas sektor dan pemda – membuka peluang
terbentuknya kebijakan dan regulasi yang mendukung
koordinasi upaya keswa dalam penanggulangan
pemasungan
• Alokasi anggaran bagi program kesehatan jiwa semakin
meningkat
• Masih ada SDM yang dapat ditingkatkan perannya secara
optimal, a.l: petugas promosi kesehatan, peneliti,
masyarakat
Potensi dalam Perbaikan dan Akselerasi
Program Bebas Pasung (2)
• Kesempatan untuk melakukan perbaikan dalam sistem
monitoring dan evaluasi
– instrumen yang jelas dan mampu laksana
– Implementasi secara rutin
• Keswa terintegrasi dalam sistem informasi terpadu
– Kesehatan jiwa masuk dalam Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Tingkat Puskesmas (SP2TP)
• Kerjasama dengan sektor swasta dalam pelaksanaan
kampanye publik yang lebih masif kepada masyarakat
RENCANA KE DEPAN
• Memperbaiki sistem monitoring dan evaluasi, data dan
informasi
• Melengkapi pedoman yang dibutuhkan dalam implementasi
program/layanan keswa dalam mendukung program bebas
pasung
• Meningkatkan pengetahuan/keterampilan keswa (klinis dan
manajemen) yang berkesinambungan dan supervisi
• Meningkatkan fasilitas dan sarana prasarana layanan keswa
• Edukasi dan peningkatan peran serta masyarakat
• Membuat regulasi dan kebijakan yang mendukung
kolaborasi lintas sektor
kebijakan, HAM Pasung.ppt

More Related Content

Similar to kebijakan, HAM Pasung.ppt

07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf
07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf
07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf
SulasmiMirai
 
UU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdf
UU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdfUU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdf
UU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdf
MichelleAngelika
 
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatanUu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Deni Lestari
 
Uu 36 2009 kesehatan
Uu 36 2009 kesehatanUu 36 2009 kesehatan
Uu 36 2009 kesehatan
puskesmas susunanbaru
 
Uu 36 2009_kesehatan
Uu 36 2009_kesehatanUu 36 2009_kesehatan
Uu 36 2009_kesehatan
agungfitrianto4
 
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang KesehatanUndang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Penataan Ruang
 
UU_36_2009_Kesehatan.pdf
UU_36_2009_Kesehatan.pdfUU_36_2009_Kesehatan.pdf
UU_36_2009_Kesehatan.pdf
CIkumparan
 
UU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
UU 36 Tahun 2009 Tentang KesehatanUU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
UU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
PT.Jasa Prima Perkasa
 
Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009Mohammad Ichsan
 
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
JalinKrakatau
 
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatanUu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatanDickdick Maulana
 
Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009Mohammad Ichsan
 
trend dan isue keperawatan jiwa
trend dan isue keperawatan jiwatrend dan isue keperawatan jiwa
trend dan isue keperawatan jiwa
Fransiska Oktafiani
 
Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02
Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02
Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02
FatikHa D'jockam
 
Pembinaan TPKJM 2023 Kabupaten Bnayuwangi
Pembinaan TPKJM 2023 Kabupaten BnayuwangiPembinaan TPKJM 2023 Kabupaten Bnayuwangi
Pembinaan TPKJM 2023 Kabupaten Bnayuwangi
ReniAnjarwati
 
Pembangunan Inklusif Disabilitas by Bappenas
Pembangunan Inklusif Disabilitas by BappenasPembangunan Inklusif Disabilitas by Bappenas
Pembangunan Inklusif Disabilitas by Bappenas
HUmanity & Inclusion
 
KP 1.1.3.5 Ham dan kes
KP 1.1.3.5 Ham dan kes KP 1.1.3.5 Ham dan kes
KP 1.1.3.5 Ham dan kes Carlo Prawira
 

Similar to kebijakan, HAM Pasung.ppt (20)

07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf
07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf
07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf
 
UU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdf
UU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdfUU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdf
UU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdf
 
Uu no. 36 th 2009 ttg kesehatan
Uu no. 36 th 2009 ttg kesehatanUu no. 36 th 2009 ttg kesehatan
Uu no. 36 th 2009 ttg kesehatan
 
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatanUu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
 
Uu 36 2009 kesehatan
Uu 36 2009 kesehatanUu 36 2009 kesehatan
Uu 36 2009 kesehatan
 
Uu 36 2009_kesehatan
Uu 36 2009_kesehatanUu 36 2009_kesehatan
Uu 36 2009_kesehatan
 
Uu 36-2009 kesehatan
Uu 36-2009 kesehatanUu 36-2009 kesehatan
Uu 36-2009 kesehatan
 
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang KesehatanUndang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 
UU_36_2009_Kesehatan.pdf
UU_36_2009_Kesehatan.pdfUU_36_2009_Kesehatan.pdf
UU_36_2009_Kesehatan.pdf
 
UU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
UU 36 Tahun 2009 Tentang KesehatanUU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
UU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
 
Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009
 
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
 
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatanUu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
 
Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009
 
Uu no.36 2009
Uu no.36 2009Uu no.36 2009
Uu no.36 2009
 
trend dan isue keperawatan jiwa
trend dan isue keperawatan jiwatrend dan isue keperawatan jiwa
trend dan isue keperawatan jiwa
 
Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02
Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02
Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02
 
Pembinaan TPKJM 2023 Kabupaten Bnayuwangi
Pembinaan TPKJM 2023 Kabupaten BnayuwangiPembinaan TPKJM 2023 Kabupaten Bnayuwangi
Pembinaan TPKJM 2023 Kabupaten Bnayuwangi
 
Pembangunan Inklusif Disabilitas by Bappenas
Pembangunan Inklusif Disabilitas by BappenasPembangunan Inklusif Disabilitas by Bappenas
Pembangunan Inklusif Disabilitas by Bappenas
 
KP 1.1.3.5 Ham dan kes
KP 1.1.3.5 Ham dan kes KP 1.1.3.5 Ham dan kes
KP 1.1.3.5 Ham dan kes
 

kebijakan, HAM Pasung.ppt

  • 1. Kebijakan dan HAM Program Bebas Pasung RSJ PROVINSI JAWA BARAT
  • 2. Pasung Pemasungan adalah suatu tindakan berupa pengikatan dan atau pengekangan mekanis/fisik lainnya dan atau penelantaran dan atau pengisolasian sehingga merampas kebebasan dan hak asasi seseorang, termasuk hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
  • 3. PROGRAM INDONESIA BEBAS PASUNG Merupakan serangkaian upaya yang dilakukan untuk mencegah pemasungan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), melepaskan dan memberikan layanan kesehatan (jiwa), serta mencegah terjadinya pemasungan kembali. Mewujudkan tugas negara untuk menghargai, melindungi dan memenuhi (to respect, to protect and to fulfill) kewajiban atas hak asasi kesehatan jiwa seluruh masyarakat tanpa kecuali.
  • 4. Dasar Hukum  Undang-Undang RI No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia  Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan  Undang-Undang RI No.18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa  Undang-Undang RI No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah  Undang-Undang RI No.8 Tahun 2016 tentang Disabilitas  Perpres RI No.75 Tahun 2015 tentang RANHAM 2015- 2019
  • 5. *Hak Asasi Manusia adalah Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sbg makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yg wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, Hukum, dan Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. *Diskriminasi adatah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yg langsung ataupun tidak langsung didasarkan pd pembedaan manusia atas dasar agama, suku,ras,etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yg ebrakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan HAM dan kebebasan dasar dlm kehiduoan baik individual maupun kolektif dlm bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya. *Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja, atau kelalaian yg secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yg dijamin oleh UU ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum yg adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yg berlaku
  • 6. *Disabilitas adalah suatu kondisi yang ditimbulkan sebagai interaksi antara orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama dengan lingkungan dan/atau sikap masyarakat yang dapat menimbulkan hambatan untuk dapat berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. *Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan/atau sikap masyarakat dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. *Pemasungan adalah suatu tindakan berupa pengikatan dan atau pengekangan menais/fisik lainnya dan atau penelantaran atau pengisolasian sehingga merampas kebebasan dan HAM.
  • 7. *penghormatan terhadap martabat; *otonomi individu; *tanpa diskriminasi; *partisipasi penuh; *keragaman manusia dan kemanusiaan; *kesamaan kesempatan; *kesetaraan; *aksesibilitas; *kapasitas yang terus berkembang dan identitas anak; *Inklusif *perlakuan khusus dan perlindungan lebih.
  • 8. Penyandang disabilitasl hidup dalam kondisi rentan, terbelakang, dan/atau miskin dikarenakan masih adanya pembatasan, hambatan, kesulitan, dan pengurangan atau penghilangan hak Penyandang Disabilitas UU 4 Tahun 1997 Tentang penyandang cacat mencakup hak: 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Aksesibilitas 4. Rehabilitasi 5. Perlakuan yang sama dalam pembangunan UU No.8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitasl (2016)  mewujudkan penghormatan, pemajuan, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia dan kebebasan dasar Penyandang Disabilitas secara penuh dan setara Penyandang Disabilitas memiliki hidup yang berkualitas, adil, sejahtera lahir dan batin, mandiri, serta bermartabat. Belum menjawab kebutuhan SITUASI DAN KONDISI PENYANDANG DISABILITAS
  • 9. Interaksi INDIVIDU Hambatan Internal LINGKUNGAN Hambatan Eksternal PARTISIPASI KESETARAAN HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia; (Pasal 1 UU 39/1999 ttg HAM) KONDISI PENYANDANG DISABILITAS
  • 10. 7 Penemuan, Pembebasan dan Pengobatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dipasung KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Kementerian Sosial, 2. Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/ Kota STRATEGI 5: PENERAPAN NORMA DAN STANDAR HAM (INPRES 75/2015 tentang Aksi HAM 2015) INSTANSI TERKAIT Fokus: Peningkatan kualitas kesehatan bagi penyandang disabilitas dan masyarakat rentan lainnya 1. HAK HIDUP Pengembangan REHSOS PDM Berbasis Masyarakart (UPSK, RBM, UILS, POS Rehsos, Gerakan Stop Pemasungan)
  • 11. TUJUAN PROGRAM BEBAS PASUNG Mencapai masyarakat Indonesia yang bebas dari pemasungan terhadap ODGJ melalui: Peningkatan pengetahuan dari seluruh pemangku kepentingan Pelayanan kesehatan jiwa yang berkualitas di tiap tingkat Skema pembiayaan yang memadai untuk semua bentuk upaya kesehatan jiwa Kerja sama dan koordinasi lintas sektor di bidang upaya kesehatan jiwa Terselenggaranya sistem monitoring dan evaluasi
  • 12. Pasung di Indonesia menjadi perhatian Internasional HUMAN RIGHTS WATCH
  • 14. Gangguan Jiwa Berat: Kelompok Rentan Mengalami Pemasungan
  • 15. DATA EPIDEMIOLOGI & LAPORAN KASUS PASUNG  Gangguan jiwa berat (psikotik): 1.7/1000 atau >400.000 penduduk*  Sebanyak 14,3% (>57.000) dari penduduk yang mengalami gangguan jiwa berat, mengatakan pernah dipasung. Riset Kesehatan Dasar, 2013 Cat: Estimasi jumlah penduduk tahun 2015 berdasarkan BPS: 250 juta penduduk
  • 17. Terbatasnya Akses Layanan & Dampak terhadap Kesenjangan Pengobatan (Treatment Gap) Gangguan Jiwa di Indonesia Di negara-negara berpenghasilan rendah- menengah termasuk Indonesia, kesenjangan pengobatan gangguan jiwa dapat mencapai >85%  baru sekitar 15% orang dengan gangguan jiwa diterapi di fasilitas kesehatan Kohn, Saxena, Levav, Saraceno; 2004
  • 18. REKAPITULASI DATA PASUNG DI INDONESIA No Tahun Kasus Penemuan Kasus Penanganan 1. 2009 213 170 2. 2010 218 210 3. 2011 1258 1117 4. 2012 1582 1205 5. 2013 1783 1711 6. 2014 1637 1571 7. 2015 1999 1977 Total 8690 7961 Kriteria Eksklusi: (1). Pindah ke provinsi lain; (2). Meninggal setelah ditemukan dan belum sempat mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa; (3). Penolakan dari keluarga atau masyarakat Laporan Dinkes Provinsi, 2015
  • 19. Tantangan dalam mengatasi pemasungan (1) • Belum meratanya fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang menyelenggarakan layanan kesehatan jiwa – RSU dengan layanan jiwa: n=269 atau 60% of 445 – RSJ n=48 di 26 dari 34 provinsi • Masih kurangnya SDM kesehatan terlatih keswa, distribusi tidak merata, banyak di kota besar – Profesional kesehatan jiwa: 3 per 100,000 populasi • Psikiater: 839 (0.3 per 100,000 populasi) • Psikolog klinis: 451 (0.19 per 100,000 populasi) • Perawat jiwa: 6500 (2 per 100,000 populasi) Data tahun 2014
  • 20. Peta Sebaran RSJ di Indonesia • 33 RS Jiwa Pemerintah dan 1 RSKO di 27 Prov (34 Prov) di Indonesia • 8 Provinsi tidak mempunyai RSJ yaitu : Kep Riau, Banten, Gorontalo, Kaltara, NTT, Sulbar, Malut dan Papua Barat • 3 Provinsi yang tidak memiliki psikiater: Kepri, Malut dan Papua Barat
  • 21. Tantangan dalam mengatasi pemasungan (2) • Masih besarnya stigma dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap gangguan jiwa • Kurangnya koordinasi lintas sektor di lapangan • Masih diperlukan regulasi/dasar hukum dalam pelaksanaan • Masih diperlukan penataan sistem informasi/data
  • 22. 2011 - Sosialisasi - Penyediaan Peraturan - Mapping kasus 2012 - Penguatan SDM - Penyediaan obat2an - Membangun komitmen LP-LS 2013 - Penguatan sarana - Obat - Pemberdayaan masyarakat - Membangun komitmen LP-LS 2014 Monev program bebas pasung 2015 Mapping ulang untuk kebijakan selanjutnya 2016 - Perbaikan sistem monev - Data dan informasi terpadu - Review dan - penyempurnaan NSPK - Penyusunan regulasi turunan UU - Memperkuat kerjasama LS
  • 23. Upaya yang telah dilakukan dalam kurun waktu 2010-2015 A. Kebijakan dan regulasi  Undang-Undang No. 18/2014 tentang Kesehatan Jiwa dan proses penyusunan regulasi turunan UU (RPP, Perpres)  Mengintegrasikan kebijakan yang mendukung Program Bebas Pasung masuk dalam kebijakan nasional bidang kesehatan (RPJMN/RKP, Renstra, Peta Strategi Keswamas, indikator Keluarga Sehat, RAN HAM)  Review dan penyempurnaan draft Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Pemasungan pada ODGJ
  • 24. B. Pembiayaan yang mendukung Program Bebas Pasung  Di tingkat pusat mengalami peningkatan, ± 10 provinsi secara konsisten menganggarkan program kesehatan jiwa  Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) keswa masuk dalam JKN  Keswa dapat menggunakan dana BOK (bagi Upaya Kesehatan Masyarakat/UKM)  Penyediaan dana dekonsentrasi bagi provinsi C. Advokasi dan sosialisasi yang intensif kepada LPLS Pusat dan Daerah
  • 25. D. Organisasi layanan – Mengintegrasikan kesehatan jiwa dalam layanan primer – Penguatan sistem rujukan – Mengintegrasikan dan memperbaiki layanan kesehatan jiwa dalam asuransi nasional/JKN. – Kolaborasi dengan sektor sosial dalam layanan kesehatan jiwa – Meningkatkan peran serta masyarakat dengan melibatkan keluarga dan ODGJ – Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat melalui kampanye publik
  • 26. E. Pengembangan SDM keswa – Pelatihan bagi tenaga kesehatan non-spesialis (dokter, perawat, bidan) – 700 dokter dan perawat dari 350 PKM di 15 prov telah dilatih sejak tahun 2011 – 355 dokter dan perawat RSU telah dilatih tahun 2010-2014 – Workshop/sosialisasi bagi kader dan consumer groups – tahun 2011-2014: sekitar 750 orang – Akreditasi kurikulum dan modul pelatihan F. Infrastruktur dan sumber daya lain menambahkan obat psikofarmaka dalam daftar obat esensial nasional, penyediaan obat program (injeksi long acting)
  • 27. Evaluasi Program Bebas Pasung: Regulasi • Pemerintah Daerah yang telah memiliki Regulasi yang Mendukung Program Bebas Pasung PROVINSI JENIS REGULASI KABUPATEN/KOTA JENIS REGULASI NAD Dalam Perda Kesehatan Kab. Hulu Sungai Selatan (Kalsel) SK Bupati Jatim Dalam Perda Kesehatan Jateng Peraturan Gubernur DIY Peraturan Gubernur NTB Peraturan Gubernur Babel Peraturan Gubernur Sumsel Peraturan Gubernur Jambi SK Gubernur Provinsi yang sedang berproses dalam regulasi: Jawa Barat dan Banten
  • 28. Evaluasi Program Bebas Pasung • Dari pengumpulan data evaluasi pasung yang terkumpul ada beberapa hal yang perlu dicermati, yaitu: – Sebagian provinsi telah mengalokasikan anggaran (APBD) dalam mendukung Program Bebas Pasung, sebagian besar untuk pertemuan/sosialisasi, pelatihan, bimtek monev  belum difokuskan pada upaya promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat. – Masih diperlukan perbaikan dan perubahan dalam instrumen utk pencatatan dan pelaporan data pasung mengingat kebutuhan data yang lebih kompleks. – Masih belum terlaksananya kegiatan kerjasama lintas sektor dalam penanggulangan pemasungan.
  • 29. Evaluasi Program Bebas Pasung: PKM yang menyelenggarakan upaya keswa sesuai kriteria • Indikator PKM yang menyelenggarakan upaya keswa kurun waktu 2015-2019 mengalami peningkatan standar dalam definisi operasional sesuai kebutuhan layanan di masyarakat. Banyak PKM yang tidak dapat terhitung dalam target karena tidak sesuai kriteria walaupun melakukan layanan keswa. • Terdapat ketidaksinambungan ketersediaan obat jiwa di puskesmas • Tenaga kesehatan terlatih cepat berpindah lokasi kerja/mutasi
  • 30. Indikator yang mendukung peningkatan akses layanan kesehatan jiwa dalam Matriks K/L RPJMN 2015-2019 & Rencana Kerja Pemerintah 2016 PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR TARGET 2015 2016 2017 2018 2019 Integrasi keswa di layanan primer Jumlah Kab/Kota yang memiliki PKM yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa Kriteria: • Nakes terlatih • Melakukan upaya promotif preventif • Melakukan deteksi dini dan tata laksana 80 130 180 230 280
  • 31. Indikator yang mendukung peningkatan akses layanan kesehatan jiwa dalam perubahan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR TARGET 2015 2016 2017 2018 2019 Integrasi keswa di layanan primer Jumlah Kab/Kota yang memiliki 20% PKM yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa Kriteria: • Nakes terlatih • Melakukan upaya promotif preventif • Melakukan deteksi dini dan tata laksana 80 130 180 230 280 Provinsi yang menyeleng- garakan program bebas pasung Jumlah Provinsi yang menyelenggarakan program bebas pasung: • Memiliki kebijakan dan perencanaan keswa dlm program bebas pasung • Memiliki tim koordinasi keswamas (LPLS) - 5 10 15 20
  • 32.
  • 33. Potensi dalam Perbaikan dan Akselerasi Program Bebas Pasung (1) • Kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa semakin meningkat di lintas sektor dan pemda – membuka peluang terbentuknya kebijakan dan regulasi yang mendukung koordinasi upaya keswa dalam penanggulangan pemasungan • Alokasi anggaran bagi program kesehatan jiwa semakin meningkat • Masih ada SDM yang dapat ditingkatkan perannya secara optimal, a.l: petugas promosi kesehatan, peneliti, masyarakat
  • 34. Potensi dalam Perbaikan dan Akselerasi Program Bebas Pasung (2) • Kesempatan untuk melakukan perbaikan dalam sistem monitoring dan evaluasi – instrumen yang jelas dan mampu laksana – Implementasi secara rutin • Keswa terintegrasi dalam sistem informasi terpadu – Kesehatan jiwa masuk dalam Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas (SP2TP) • Kerjasama dengan sektor swasta dalam pelaksanaan kampanye publik yang lebih masif kepada masyarakat
  • 35. RENCANA KE DEPAN • Memperbaiki sistem monitoring dan evaluasi, data dan informasi • Melengkapi pedoman yang dibutuhkan dalam implementasi program/layanan keswa dalam mendukung program bebas pasung • Meningkatkan pengetahuan/keterampilan keswa (klinis dan manajemen) yang berkesinambungan dan supervisi • Meningkatkan fasilitas dan sarana prasarana layanan keswa • Edukasi dan peningkatan peran serta masyarakat • Membuat regulasi dan kebijakan yang mendukung kolaborasi lintas sektor