Dokumen tersebut memberikan tips bagi remaja untuk menjadi pemimpin muda, termasuk menantang diri sendiri, percaya pada diri sendiri, memiliki visi, bertindak, belajar dari yang lain, mengelola energi dan waktu, serta memberikan lebih dari yang diharapkan. Dokumen lain membahas tentang aplikasi video baru bernama Byte sebagai penerus Vine, kewajiban mahasiswa untuk memiliki NPWP, budaya hype dalam fashion dan streetwear,
2. 2 IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
Resolusi 2019:
To be Young Business Leader
B
uat kamu yang masih muda dan
memang berjiwa muda, makna
“menjadi Young Business Leader”
mungkin terdengar berat. Tetapi
sebenarnya berikut ada tips-tips yang
bisa membantu kamu untuk lebih yakin
dengan diri sendiri untuk menjadi
pemimpin, tidak hanya di dunia kerja atau
dunia bisnis, tetapi juga dimanapun kamu
berada. Yuk simak!
1. Menantang diri kamu sendiri.
Richard Branson, pendiri Virgin
Group, mengatakan motivasi terbesarnya
adalah tetap menantang diri sendiri. Ia
memperlakukan kehidupannya seperti
pendidikan universitas yang panjang, di
mana dia bisa belajar lebih banyak setiap
hari. So, meskipun nanti sudah lulus
sekolah atau lulus kuliah, jangan pernah
berhenti belajar ya, guys!
2. Percaya pada diri kamu sendiri.
Henry Ford, pendiri Ford Motors
bilang, “kalau kamu pikir kamu bisa, atau
berpikir kamu tidak bisa, ya kamu benar.”
Percayalah bahwa kamu bisa berhasil,
dan kamu akan menemukan jalan melalui
berbagai rintangan. Jika tidak percaya
dengan diri kamu sendiri, kamu hanya
akan menemukan alasan.
EDITORIAL TEAM Heru Prabowo,
Tammy T. Geneberty, Yumna Sofyan
FOTOGRAFER
Fajri M. Ramdhani
CREATIVE IDP Indonesia
Ahmad Setia
Editorial Address
Jl. Rawajati Timur I No. 1,
Pancoran. Jakarta Selatan
Telp (021) 797-8888
HALAMAN 6
HALAMAN 12
BOOMING STREETSTYLE
YANG MAHAL DAN NGE-HITS
Semangat Bekerja Sesuai Passion
COVER STORY
3. 3
IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
3. Memiliki Visi.
Pendiri Tumblr, David Karp,
mencatat bahwa seorang pemimpin
adalah seorang yang memiliki visi
untuk sesuatu dan keinginan untuk
membuatnya. Jaga visi kamu tetap
jelas setiap saat ya. Jangan sampai
kamu hilang arah tujuan hidup, lho.
4. Ayoooo, bertindak.
Dunia penuh dengan ide-ide
hebat, tetapi kesuksesan hanya
datang melalui aksi dan tindakan.
Walt Disney pernah berkata bahwa
cara termudah untuk memulai
adalah berhenti bicara dan mulai
bertindak. Artinya, punya ide jangan
hanya disimpan sendiri. Ayo, mulai
berbuat.
7. Memberikan lebih dari yang
diharapkan.
Nah, contoh termudah adalah
misalkan teman-teman kamu tahunya
kamu bisa ikut tugas kelompok hanya
1 jam saja, tapi kamu rela untuk
membatalkan janji nge-mall hingga
akhirnya kamu bisa tugas kelompok
sampai 3 jam dan akhirnya kelompok
kamu semua dapat nilai yang bagus.
Itu artinya kamu sudah memberikan
lebih dari yang diharapkan atau
di-ekspetasikan orang lain. Ini
juga berlaku untuk kamu sebagai
pemimpin di masa depan lho.
Itu dia 7 tips singkat untuk
menggenapi resolusi kamu sebagai
pemimpin masa depan! –Tmy-
Sumber: voffice.co.id
5. Waktu yang dimulai sebagai
pemula.
Tidak ada yang berhasil segera,
dan semua orang yang disebut
sebagai “Expert” pasti pernah
memulainya sebagai pemula atau
beginner. Steve Jobs, pendiri Apple
berkata bijak, “jika kamu perhatikan,
sebagian besar kesuksesan
membutuhkan waktu yang lama.”
Jangan takut untuk menginvestasikan
waktu kamu untuk terus belajar dan
berkembang untuk kesuksesan kamu
sebagai pemimpin di masa depan.
6. Kelola energi, tidak hanya
kelola waktu.
Energi kamu bisa dikelola lho.
Kalau kamu kebanyakan main online
games, bukannya malah sudah lelah
untuk belajar? Energi kamu bisa
membatasi apa yang dapat kamu
lakukan dengan waktu kamu, jadi
kelola dengan baik ya.
3
IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
COVER STORY
4. 4 IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
K
amu masih ingat Vine,
aplikasi video enam
detik yang telah “wafat”
di Januari 2017? Waktu itu
aplikasi ini sering digunakan
oleh para komedian dan video
musik singkat yang pernah
meroket dan tenggelam dalam
Byte:
The New Vine
S
o, guys, berapa lama kamu
berlama-lama di media sosial? Di
mobil, di tempat tidur, dan – maaf
untuk para dosen, tapi anda juga pasti
tahu – di kelas. Setiap menit dan detik
yang terlewat dan tanpa sadar, eh, kamu
browsing Facebook dan Instagram
sudahberjam-jam! Untungnya,
Facebook dan Instagram memiliki fitur
baru untuk men-track seberapa lama
kamu buang waktu di aplikasi-aplikasi
tersebut.
4 IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
BUZZFEED
Trik Tidak
Buang Waktu
di Sosmed
Di bawah tab yang baru yang bernama
“Your Activity” dan “Your Time” di
Facebook yang memberitahu seberapa
lama kamu menghabiskan waktu di
aplikasi-aplikasi tersebut hingga menit-
menitnya! Untungnya, ada juga fitur
tambahan yaitu daily reminders jadi
kamu lebih perhatian dengan waktu yang
kamu habiskan di media sosial. So, come
on guys… be present and in the moment,
gunakan fitur-fitur itu jadi kamu gak
boros waktu! –Y.S, Tmy-
5. 5
IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
W
ah, untuk kamu
anak kuliah
atau yang akan
lulus SMA dan berkuliah…
Siap-siap untuk mengurus
kartu NPWP kamu
ya! Karena semenjak
November 2018 antara
Kementerian Keuangan
dan Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Indonesia sudah
diwacanakan agar
waktu lima tahun. Vine
akhirnya dibeli Twitter
dan tetap menjadi
“rumah” untuk banyak
konten yang “memeable,”
di mana masih menjadi
referensi kultur pop
Meskipun akhirnya
aplikasi tersebut ditutup
mengingat turunnya
user engagement, Co-
founder Vine yang
bernama Dom Hoffman,
mahasiswa memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
Peraturan ini terutama
akan diberlakukan
bagi para mahasiswa-
mahasiswi yang telah
cukup umur dan memiliki
penghasilan. Tenang
sajaaa, bukan berarti
kamu akan diwajibkan
membayar pajak,
karenakan umumnya
anak kuliahan masih
berada di level di bawah
Rp 36 juta per tahun
pendapatannya. Tetapi
hal ini diwacanakan
pemerintah demi
membangun kesadaran
Wajib Pajak (WP) dalam
hal perpajakan sedini
mungkin.
Ayooo… Sadar pajak
sedari muda! –Tmy-
5
IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
mengumumkan bahwa
aplikasi “Byte” yang
baru ia luncurkan adalah
aplikasi video looping
terbaru, yaitu suksesor
Vine! Direncanakan
diluncurkan di
musim semi 2019.
Netizen sudah sangat
gembira menyambut
pengumuman ini, dengan
banyak orang men-tweet
Hoffman, memintanya
agar bisa menjadi beta
tester.
Siapkan ide-ide seru
kamu, guysss… Ayo
keluar, buat konten-
konten fun yang seru dan
mudah. Engage with the
new Byte! Jangan sampai
menjadi aplikasi yang
Rest In Peace lagi dalam
sejarah internet. –Y.S,
Tmy-
Anak
Kuliah
Wajib
Punya
NPWP
BUZZFEED
6. 6 IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
distributor Vans
Indonesia) setuju dengan
alasan ini. “Orang-orang
ingin menjadi berbeda
kan? Mereka ingin
mendapatkan yang sulit
didapatkan atau terlalu
mahal bagi kebanyakan
orang,” ujarnya.
“Untuk scene sneaker
di Indonesia, Yeezys
memulai pengaruhnya
setelah trend NMD yang
menjangkau pasar lebih
luas, belum lagi kalau
dengar nama ‘Jordan’.
Saya pikir orang-orang di
manapun akan senangnya
bukan main jika mereka
mendapatkan barang-
barang yang terbatas dan
eksklusif. Wajarlah.”
BOOMING STREETSTYLE
YANG MAHAL DAN NGE-HITS
S
treetstyle sedang
menjadi fenomena
budaya yang
besar nih, terutama
di lingkungan urban.
Kebanyakan millennial
sekarang mungkin
familiar dengan kata
“hype” ketika berurusan
dengan clothing yang
trendi dan pasti tahu
dong dengan “hypebeast”.
Urban Dictionary
mendefinisikan hypebeast
sebagai “slang untuk
orang yang terobsesi
dengan hype (dalam
fashion), dan akan
melakukan apapun untuk
mendapatkan obsesinya.”
Jadi sebenarnya apa
yang mempesona dari
hypebeast ini?
Coba scroll Instagram
feed kamu, mungkin saja
kamu follow brand-brand
yang diikuti teman-teman
kamu atau social media
influencers: Off-White,
Supreme, BAPE. Produk
yang lebih spesifik
mungkin Adidas Yeezy
yang didesain oleh rapper
dan ikon budaya pop,
Kanye West.
Nah kamu yang peduli
fashion pasti suka
mengenakan yang keren
dan sedang nge-trend.
Tapi apa sih sebenarnya
yang membuat sebuah
produk atau brand
menjadi hype? Barang-
barang yang paling
didambakan yang
biasanya: limited dan
mahal karena kuantitas
produk yang terbatas ini.
Jumlah yang terbatas
di dunia membuat si
pembeli merasa spesial
karena secara psikologis
memberikan efek
superior. Para supplier
sendiri bisa memberi
harga premium dan
mendapatkan profit,
selama masih ada
konsumen yang rela
membayar mahal demi
barang-barang yang
limited itu.
Bpk. Michael Kienzy,
Manajer Marketing
Communication dari PT.
Navya Retail Indonesia
(yang dikenal sebagai
MILLENIAL NEWS
6 IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
7. 7
IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
Mengejutkannya, Bpk.
Michael tidak begitu
tertarik dengan budaya
“hype” ini. “Untuk
saya, terlalu dibesar-
besarkan dan jadi
keseringan. Jangan salah
paham, tidak semuanya
buruk, mungkin bagus
untuk bisnis ya, dan
kami didorong untuk
menciptakan sesuatu
yang ‘menghipnotis’
pasar,” lanjutnya,
“menurut saya, ‘hype’ itu
seharusnya kegembiraan.
Gelora. You know, it’s a
great feeling to have, to
get the hype and feel the
vibe. Saya tidak mengerti
kenapa sekarang menjadi
sesuatu yang cheesy
seperti jual-beli yang
ujung-ujungnya untuk
show off saja. Hype is
personal feeling I guess,
lebih seperti personal
grail. Seharusnya
lebih seperti untuk
merepresentasikan diri
kamu, bukan untuk
membuat orang lain
terkesan.”
Aldo, yang sebentar
lagi akan menjadi alumni
IPMI, juga adalah fans
streetstyle, terutama
sneakers. Dia bahkan
sempat mengungkapkan
wishlist sneakers dia
sekarang, “pengen banget
bisa lihat kolaborasi
Converse dengan Tyler
the Creator, Golf le Fleur,
pakai warna beige,”
ujarnya.
Meskipun dia bersedia
untuk membayar reseller
premium untuk sneakers
Golf le Fleur-nya, dia
sendiri juga tidak begitu
tenggelam dalam budaya
hype ini. “Aku tidak
begitu suka dengan
Supreme atau Off-White
meskipun teman-teman
aku kebanyakan pada
suka,” ujarnya. “Terlalu
mahal dan semua orang
mengenakannya. Aku
lebih suka pakai yang
memang saya sendiri
suka daripada pakai
barang-barang yang
populer.”
Aldo bercerita juga
kemana ia suka mencari
barang agar style-nya
selalu tetap unik. “Pasar
Santa memiliki banyak
pilihan untuk mencari
barang-barang dengan
harga yang bagus.” Ia
juga bilang suka membeli
dari brand-brand lokal
terutama sekarang sudah
banyak yang masuk pasar
international.
Seru juga ya melihat
perkembangan streetwear
yang hype ini. Tapi
biar bagaimanapun,
biasanya ini temporary.
Kata lainnya agak
mirip dengan “trendy.”
Bagaimana menurut
kamu? Apa kamu
termasuk yang suka
dengan euforia kultur
streetstyle yang lagi
booming ini? Seberapa
willing kamu untuk
mendapatkan sepasang
sneakers yang eksklusif?
7
IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
MILLENIAL NEWS
Aldo, IPMI BBA 2014
8. 8 IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
Mematahkan Stigma
Anak Millennials
Penulis: Heru Prabowo, bedasarkan 21 tahun pengalaman di marketing.
Kamu sebagai anak Millenials pasti sering mendengar anggapan bahwa
kamu dan teman-teman kamu itu katanya susah fokus, gampang bosen,
dan pengen cepatnya aja? Kenapa sih generasi di atas kita sering bilang
kita seperti itu? Mari kita telaah lebih lanjut biar kamu sendiri juga lebih
mengenal diri kamu sendiri. Nah, paparan di bawah ini lebih berfokus
pada millennial di kawasan urban yang dari lahir sudah tinggal, sekolah,
dan beraktifitas di kota-kota besar. Yuk, kita simak!
M
illennial sering
didefinisikan
sebagai orang
yang lahir sesudah tahun
1980, jadi di tahun
2019 ini mereka yang
berumur tidak lebih
dari 39 tahun. Mereka
terlahir saat secara umum
kesejahteraan bangsa
Indonesia sudah lebih
meningkat. Jadi belum
pernah merasakan jaman
serba terbatas seperti
jaman bapak-ibu dulu.
Mereka umumnya
dibesarkan dalam
keluarga yang
membolehkan mereka
bicara jujur apa adanya,
tanpa takut disalahkan.
Bebas berekspresi,
mulai dari cara memakai
baju, memilih musik
favorit, apalagi dengan
ketersediaan informasi
yang jauh lebih luas
dibanding generasi
orangtuanya. Era
informasi sekarang
menyebabkan bukan
lagi “mencari informasi”
tapi justru bagaimana
“memilah dan menyaring
informasi” yang datang
bagaikan banjir.
Sehingga hal-hal tersebut
membuat generasi
ini cenderung untuk
optimistis karena percaya
esok matahari akan pasti
terbit dan terbiasa terus
terang mengutarakan
pendapat.
Dibalik kebebasan itu,
anak millenials cenderung
dituntut untuk berprestasi
di sekolah dengan jam
sekolah yang panjang,
ditambah berbagai
les sesudahnya yang
sering kali melelahkan
tidak hanya fisik tapi
juga mental, apalagi
yang ada di pikiran
sebenarnya adalah
main, main, dan main.
Mereka yang dianggap
berhasil adalah mereka
yang bisa mendapatkan
nilai akademis tinggi,
berprestasi di olahraga
atau seni.
MILLENIAL NEWS
9. 9
IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
Dengan tekanan ini, banyak
millennials menjadi lebih
akrab dengan video games dan
internet dibanding belajar
berinteraksi dengan teman
sekitar, mengamati alam, atau
melakukan kegiatan fisik seperti
berkemah, berenang, atau
semacamnya.
Akibat semua faktor di atas
cenderung menghasilkan
generasi yang ditandai 2
dorongan dalam diri sendiri
yang sedemikian kuat, sehingga
melebihi logika yaitu:
• “I wanna do what I love to
do, EVERYDAY!” Jika sudah
suka akan sesuatu, atau
biasanya diklaim sebagai
my passion, maka di luar
hal tersebut akan segan
untuk dijalani.
• “I wanna do something
good, to make me feel
good.” Dengan berbuat baik
buat sekitarnya, maka dia
merasakan hal yang baik
juga buat dirinya sendiri.
Jika mulai mengurangi
penggunaan plastik
misalnya, dia akan merasa
bahwa dirinya sudah
berbuat baik untuk masa
depan, dan itu membuat
perasaan dirinya jadi lebih
baik.
Nah, Hal-hal di atas berakibat
pada beberapa tuduhan miring
seperti di awal artikel ini.
Ketersediaan atau bahkan
kebanjiran informasi
menyebabkan mereka selalu
ingin mendapatkan jawaban
serba cepat dan tidak fokus.
Itulah makanya ada istilah “kids
jaman NOW”, ketika jawaban
berbagai pertanyaan bisa
dicari dengan mudah lewat
Mbah Google. Akibatnya juga
adalah sebuah keputusan
yang dirasakan diambil
dengan lambat, biasanya oleh
para atasan yang generasi X
atau bahkan Baby Boomer,
akan direspon dengan
sebuah kegusaran dan jika
terjadi berulang kali akan
menyebabkan rasa frustasi. Itu
juga kenapa mereka cenderung
disebut tidak loyal di dunia
kerja, karena frustasi di tempat
kerjanya sekarang dengan ritme
kerja dianggap lamban.
Ditambah dengan
kebiasaan untuk bicara terus
terang tanpa takut merasa
salah, menyebabkan cara
mengutarakan pendapat mereka
sering ditanggapi sebagai tidak
sopan atau tidak tau diri.
Tapi apakah mereka selalu
bersikap “negatif”? Tidak juga,
contoh positif mereka adalah:
• Kebersediaan untuk
menerima berbagai
keberagaman. Beda
ras, agama, warna kulit,
cenderung lebih bisa
diterima di generasi
millennials, karena
informasi yang mereka
cerna sudah menunjukkan
bahwa di dunia ini
memang ada banyak
perbedaan, sehingga lebih
terbiasa.
• Lebih mau untuk bekerja
sama, bahkan mereka
lebih suka bekerja dalam
kelompok dibanding
sendiri. Berbagai startup
yang didirikan lewat
dasar pertemanan dan
kesamaan ide, tanpa
memandang agama, suku,
atau ras adalah salah satu
contohnya.
Pada akhirnya, sebenarnya
setiap generasi punya
karakteristiknya sendiri.
Komunikasi jujur dan
keterbukaan untuk mendengar
pihak lain menjadi kunci agar
setiap generasi bisa saling
bekerja sama. Toh, millennials
yang akan segera menjadi
penentu arah negara dan
masyarakat, maka sebaiknya
mereka dibekali, bukan dicurigai
dan dimusuhi. Di saat yang
sama pun, millennials pun
harus belajar mengerti dan
punya sensitifitas yang cukup
untuk mendengar dan mengerti
generasi sebelumnya.
Alangkah indahnya jika semua
orang bisa saling mengerti
dan mau bekerja sama tanpa
mengharuskan mereka menjadi
orang lain. Millennials, just be
yourself!
Editor: Tmy
MILLENIAL NEWS
10. 10 IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
Dosen Dengan Segudang Pengalaman
Risa Bhinekawati
Jika kamu berpikir
kamu anak yang
ambisius, wah, kamu
harus bertemu Ibu Risa.
Ibu Risa Bhinekawati
adalah seorang dosen
di IPMI International
Business School.
Sesuai kata-katanya, ia
mengajar “apapun yang
berhubungan dengan soft
skills dan development”.
Daftar kelas yang
diajarnya tuh rasanya
tak ada habisnya – ia
mengajar mata kuliah
International Human
Resources, Organizational
Behaviour, Corporate
Strategy, Sustainability
and Global Outlook.
Ia juga me-riset Social
Entrepreneurship dan
yang berhubungan
dengan CSR dan
pengembangan Sumber
Daya Manusia. Ia
bahkan telah menulis
sebuah buku yang
berhubungan dengan
topik-topik tersebut, yang
utamanya bersumber
dari disertasi PhD-nya.
Salah satu bukunya
berjudul Corporate
Social Responsibility and
Sustainable Development:
Social Capital and
Corporate Development
in Developing Economies,
diterbitkan oleh
Routledge Publishing dari
United Kingdom.
THE FACULTY
11. 11
IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
Y
uk mundur sedikit.
Ibu Risa ini lahir
di Pontianak tapi
tumbuh besar di Jakarta. Ia
menerima gelar Sarjananya
dari Universitas Indonesia
sambil waktu itu bekerja
juga. “Saya bekerja di pagi
hari dan belajar di siang
hingga sore hari,” cerita Ibu
Risa.
Selain gelar Sarjananya itu,
total Ibu Risa sudah memiliki
empat gelar. Termasuk dua
gelar Master yaitu MBA,
Master of International
Public Policy in International
Policy, dan PhD in
Management yang semuanya
diraih dari Australian
National University.
Sedari dulu ia memang
bercita-cita menjadi
akademisi, “saya selalu
ingin menjadi pengajar, tapi
dalam perjalanan karir saya
melakukan banyak hal dulu
sebelum mencapai cita-cita
saya,” ujarnya. Yaitu dengan
banyak berkiprah di sektor
pemerintahan dan swasta.
Ia memulainya dengan
bekerja di Kedubes Amerika
Serikat yang berada di
Indonesia, pada saat itu
ia bekerja sebagai Asisten
Konsulat dan Spesialis
Komersial. Selanjutnya ia
memulai bekerja sebagai
Ketua dari Perhimpunan
Telekomunikasi Indonesia
dimana ia memimpin
reformulasi hukum
telekomunikasi Indonesia
di tahun 1997. “Sekarang
industry Telco di Indonesia
sudah sangat berkembang
pesat ya,” ujarnya. “Saya
senang mengetahui bahwa
dulu ada kontribusi saya di
Industri ini.”
Selagi menjalani kuliah
Postgraduate-nya di luar
negeri – di mana semuanya
dibiayai dengan beasiswa
dan Ibu Risa konsisten
selalu menjadi mahasiswi
terbaik di kelasnya – ia
tetap terus melanjutkan
karir profesionalnya. Ia juga
menjalani sebagai Sekjen
dari Asosiasi Produsen
Sintetis Fiber Indonesia,
hingga menjadi perempuan
pertama di jajaran Direksi
dari Ericsson Indonesia
sebagai Vice President
of Human Resources &
Organization. Di sini,
ia menjadi bagian dari
Ericsson Global’s Knowledge
Management team dan
harus sering bepergian
antara Stockholm dan
Jakarta.
Selanjutnya, ia menjadi
COO pada Partnership for
Indonesian Governance
Reform di bawah United
Nations Development
Programme. Setelah itu, ia
lalu memutuskan kembali ke
sektor swasta dan menjadi
Head of Corporate Affairs di
Unilever Indonesia.
Setelah selesai dengan
gelar Postgraduate-nya yang
kedua, Ibu Risa menjadi
Ketua dan Executive
Director di Danamon
Peduli Foundation di
mana ia terus melanjutkan
kontribusi besarnya kepada
masyarakat. “Saya memulai
program pengembangan
masyarakat di tahun 2007
dan program kami tersebut
yang mengubah sampah
pasar menjadi kompos
berkualitas tinggi berhasil
memenangkan BBC World
Challenge di urutan kedua
pada tahun 2009!”
Dan sekarang, selain
berprofesi sebagai dosen
di IPMI, Ibu Risa tetap
mengerjakan apa yang
menjadi passion-nya.
Sebagai pendiri dan pemilik
dari PT. Bhineka Belitung
Lestari, ia mengembangkan
bisnis sosial di cagar alam
Belitung untuk tumbuhan
langka yang disebut Ceylon
hill gooseberry atau
Karamunting.
Ibu Risa bangga bahwa
ia mampu memulai
projek ini yang terus
berjalan sebagaimana ia
menginginkan ini bisa
menjadi warisan dari
dirinya. “Tiga hal yang kita
tinggalkan ketika kita wafat
yaitu anak kita yang berdoa
untuk kita,” mulainya, “ilmu-
ilmu pengetahuan yang kita
bagikan, itulah sebabnya saya
ingin menjadi akademisi,
dan harta kita yang bisa
digunakan oleh banyak
orang.”
Dengan mata berbinar, Ibu
Risa menutup, “mimpi saya
bahwa usaha agroforestry
yang sedang berjalan ini bisa
menjadi kontribusi dari saya
kepada komunitas di sekitar
cagar alam sehingga mereka
mendapat keuntungan dan
mendapatkan penghasilan.”
11
IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
THE FACULTY
12. 12 IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
DIVA TANZIL
Kamu mungkin
pernah melihat
Chintara Diva
Tanzil, dikenal
sebagai “Diva,” di
layar televisi kamu
sewaktu ia beraksi
di Ring of Fire
Adventure bersama
keluarganya, tapi
tahukah kamu
bahwa ia juga
adalah alumni dari
IPMI BBA?
Semangat Bekerja Sesuai Passion
“
S
etelah sibuk
syuting program
ekspedisi di televisi
selama empat tahun,
Diva berkuliah dan
menyelesaikan program
empat tahun Sarjana di
IPMI hanya dalam waktu
tiga tahun!
“Alasan aku belajar
di IPMI dikarenakan ini
adalah boutique campus,”
– yang artinya institusi
pendidikan tinggi yang
berskala kecil, satu kelas
tidak banyak mahasiswa.
“Waktu juga adalah salah
satu faktor penting untuk
aku, jadi aku ingin belajar
dalam waktu singkat
tapi dengan konten
belajar dan kurikulum
yang sangat bagus. Nah,
waktu kuliah aku juga
pas sekali; aku bisa
menyusun jadwal aku
berdasarkan waktu aku
sendiri! Mahasiswa-
mahasiswi lain juga bisa
melakukan ini, dan ini
adalah salah satu hal
menarik dari IPMI.”
ALUMNI
13. 13
IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
Diva menceritakan
bahwa IPMI memiliki
beberapa hal lain
yang menarik, “aku
mendapatkan banyak
eksposure ke komunitas
alumni karena sekolah
bisnis IPMI memiliki
jaringan alumni yang
besar dan mereka semua
bonafit – mereka bekerja
untuk perusahaan
– perusahaan besar
dan mereka memiliki
track records yang
bagus,” ujarnya sambil
tersenyum, “juga
dikarenakan kampusnya
belajar dalam bahasa
Inggris!”
Diva Tanzil tidak hanya
lulus dan mendapatkan
gelar Sarjana Manajemen-
nya lebih awal, ia juga
akhirnya bekerja korporat
di Rabobank Foundation.
Yang artinya ia menjalani
dari kesibukan ekspedisi-
nya, lanjut ke kehidupan
kampus, dan lanjut
bekerja, semua terjadi
dalam waktu kurang dari
empat tahun!
“Aku menjalani
pekerjaan yang
seru sih ya di bank,”
imbuhnya, “kami fokus
di masyarakat yang
berbasiskan agrikultur
dan makanan. Supply-
chain kan dimulai
dari para petani, yaitu
anggota-anggota
koperasi. Nah, Yayasan
tempat aku bekerja ini
mengambil beberapa
dari pemasukan Bank
dan memberikan ke para
petani berupa pinjaman
ringan dengan bunga di
bawah rate pasar jadi
mereka mampu untuk
membangun modal
keuangan mereka sendiri
dan menjadi lebih
bankable dalam untuk
jangka panjang.”
Dari pengalaman Diva
di Ring of Fire Adventure,
Diva memberikan
rekomendasi kemana
untuk pergi berwisata
di Indonesia, “Turis
seharusnya mengunjungi
area-area di timur
Indonesia; dimulai
dari Bali lanjut ke lebih
timur lagi, seperti
NTT atau NTB karena
dengan begitu mereka
jadi diuntungkan dari
stimulasi ekonomi lokal.”
Meskipun arus
kedatangan turis akan
menolong perekonomian
di area-area tersebut,
Diva juga menambahkan
bahwa ada juga dampak
buruk yang bisa terjadi
dengan datangnya turis-
turis tersebut, “terkadang
turis-turis Barat tanpa
sadar menghancurkan
harga pasar di area
tersebut dengan
memberikan tips yang
sangat besar.”
“Aku sangat suka dengan
apa yang aku kerjakan
karena saya passionate
dengan itu semua,”
lanjutnya, “aku gak berasa
seperti banker karena
aku bisa tidur di malam
hari mengetahui bahwa
saya menolong orang
yang membutuhkan! Aku
bisa menikmati fasilitas
korporat, tapi aku juga
bisa menikmati pergi ke
desa-desa dan membuat
sepatu boots aku kotor;
rasanya senang bisa
hidup seimbang antara
korporat dan travelling
seperti waktu membuat
dokumenter Ring of Fire
dulu.”
Dari pengalamannya,
Diva mengajak
mahasiswa-mahasiswi
dan alumni IPMI untuk
bekerja sambil mencari
apa yang kamu passionate
– lalu mencari pekerjaan
yang bisa menambahkan
semangat tersebut seperti
yang Diva lakukan!
13
IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
ALUMNI
14. 14 IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
14 IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2
“Lomba Simulasi Investasi Saham
2018” yang sering dikenal dengan
sebutan LSIS di lingkungan kampus IPMI
telah berhasil digelar pada 2018 lalu.
Kick-off rangkaian acara yang dimulai
pada bulan Juli 2018 lalu dan berakhir
pada November 2018 diikuti oleh 45 tim
dari 26 SMA dari berbagai kota dengan
total 141 pelajar.
Tujuan ini adalah agar semakin banyak
generasi muda bisa mengerti dan
memahami keuangan terutama investasi
saham sedari muda.
Jika sekolah kamu belum mengikuti
LSIS di IPMI International Business
School, ayo bentuk tim kamu dan ikuti
kompetisinya!
Photo: LSIS 2018
Photo: Youth Global Forum
Tim student BBA IPMI International
Business School, yaitu Aulya Afrilianto,
Citra Fathia Anggia, dan Daniya telah
berkompetisi pada ajang Agorize di Paris,
Perancis pada 17 Januari 2019 lalu dan
berhasil memenangkan kategori Growth
Hacking!
Dengan kemenangan tersebut, mereka
berhasil membawa pulang hadiah senilai
€2500 dan kesempatan mendapatkan
support untuk magang di Perancis! Well
done and congratulations!
Photo: Le Lemper Paris
SNAPSHOT
Alumni BBA IPMI yaitu kak Nazneen Judge
(yang sekarang juga berkuliah MBA di IPMI)
bersama dengan rekannya, kak Faruqi Ismail,
berkompetisi di Youth Global Forum 2018 di
Paris, Perancis dan berhasil memenangkan
award di kategori Social Media!
Di acara ini, IPMI International Business
School juga berpartisipasi sebagai partner
Akademik dan memberikan beasiswa bagi
pemenang utama. Selain juga berkontribusi
dengan menghadirkan pembicara ahli dari
Faculty member yaitu Bapak dosen Ardo
Dwitanto untuk sesi Finance.