1. 4
TINJAUAN PUSTAKA
Energi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), energi adalah tenaga
atau gaya untuk berbuat sesuatu. Definisi ini merupakan perumusan yang lebih
luas daripada pengertian-pengertian mengenai energi pada umumnya dianut di
dunia ilmu pengetahuan. Dalam pengertian sehari-hari energi dapat didefinisikan
sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu pekerjaan (Kadir, 1995).
Situasi energi di Indonesia tidak lepas dari situasi energi dunia. Konsumsi
energi dunia yang makin meningkat membuka kesempatan bagi Indonesia untuk
mencari sumber energi silih (alternatif) untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Seperti diketahui Indonesia sangat berkepentingan untuk menggantikan sumber
daya energi minyak dengan sumber daya energi lainnya karena minyak
merupakan sumber daya energi yang menghasilkan devisa selain gas alam. Oleh
karena itu, sektor-sektor perekonomian yang memanfaatkan minyak sedapat
mungkin menggantikannya dengan sumber daya lain seperti gas alam, batubara,
panas bumi, listrik tenaga air, dan biomassa yang tersedia dalam jumlah besar
(Reksohadiprojo, 1988).
Bahan Bakar
Bahan bakar adalah istilah popular media untuk menyalakan api. Bahan
bakar dapat bersifat alami (ditemukan langsung dari alam), tetapi juga bersifat
buatan (diolah dengan teknologi maju) (Ismun, 1993).
Sepanjang sejarah, berbagai jenis bahan telah digunakan sebagai bahan
bakar (bergantung pada ketersediaannya di suatu wilayah tertentu). Berikut ini
4
Universitas Sumatera Utara
2. 5
adalah beberapa jenis bahan bakar yang kita gunakan : batu bara, minyak mentah,
gas alam, propane, etanol, methanol, biomassa (Walker, 2008).
Biomassa
Bioamassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintesis baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain
adalah tanaman, pepohonan rumput, limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan
kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan
ternak, minyak nabati, bahan bangunan, dan sebagainya. Biomassa juga
digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Yang digunakan adalah bahan
bakar biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah
diambil produk primernya (Pari dan Hartoyo, 1983).
Sedangkan menurut Silalahi (2000), biomassa adalah campuran material
organik yang kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak protein dan
mineral lain yang jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan besi.
Komponen utama tanaman biomassa adalah karbohidrat (berat kering ± 75%),
lignin (± 25%) dimana dalam beberapa tanaman komposisinya bisa berbeda-beda.
Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan
bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu,
dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui, relatif
tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan
juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian
(Widardo dan Suryanta, 1995).
Potensi biomassa di Indonesia adalah cukup tinggi. Dengan hutan tropis
Indonesia yang sangat luas, setiap tahun diperkirakan terdapat limbah kayu
5
Universitas Sumatera Utara
3. 6
sebanyak 25 juta ton yang terbuang dan belum dimanfaatkan. Jumlah energi yang
terkandung dalam kayu itu besar, yaitu 100 milyar kkal setahun. Demikian juga
sekam padi, tongkol jagung, dan tempurung kelapa yang merupakan limbah
pertanian dan perkebunan yang memiliki potensi yang besar sekali.
Tabel 1. Potensi Biomassa di Indonesia
Produksi Energi
Sumber Energi
106ton/thn 109kkal/thn
Kayu 25.00 100.0
Sekam padi 7.55 27.0
Tongkol jagung 1.52 6.8
Tempurung kelapa 1.25 5.1
Potensi Total 35.32 138.9
Sumber : The Potential Of Biomass Redidues As Energy Sources In Indonesia
dalam Dewi dan Siagian (1992).
Sekam Padi
Sekam padi adalah kulit terluar dari gabah yang banyak terdapat di
penggilingan padi. Sekam padi sendiri merupakan lapisan keras yang
membungkus kariopsis butih gabah yang terdiri dari dua belahan yaitu lemma dan
pelea yang saling bertautan (Tim Cahaya, 2008).
Sekam mengandung beberapa unsur kimia penting (Tabel 2) yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain :
1. Sebagai bahan baku pada industri kimia terutama kandungan zat kimia
furfural.
2. Sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan silika,
yaitu sebagai campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi, papan
sekam, dan campuran pada industri bata merah.
6
Universitas Sumatera Utara
4. 7
3. Sebagai sumber energi panas untuk berbagai keperluan. Kadar selulosa yang
cukup tinggi pada sekam dapat memberikan pembakaran yang merata dan
stabil.
Tabel 2. Komposisi Kimia Sekam
Komponen Kandungan (%)
Menurut Suharno (1979)
Kadar air 9,02
Protein kasar 3,03
Lemak 1,18
Serat Kasar 35,68
Abu 17,17
Karbohidrat dasar 33,71
Menurut DTC-IPB
Karbon (zat arang) 1,33
Hidrogen 1,54
Oksigen 33,64
Silika 16,98
Sumber : Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2008).
Agar pemanfaatan sekam lebih bervariasi, sekam perlu dimampatkan
sehingga bentuknya kompak, hemat tempat dan praktis digunakan (briket arang
salah satunya). Sebenarnya arang sekam dapat langsung digunakan sebagai bahan
bakar yang tidak berasap dengan nilai kalor yang cukup tinggi. Namun bentuknya
yang belum kompak agak menyulitkan dalam penyimpanan dan penggunaannya.
Jika dalam bentuk briket, penggunaannya akan lebih praktis
(Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).
Sekam padi bila digunakan sebagai sumber energi harus dibuat briket
karena bila digunakan dalam keadaan curah sulit untuk membangkitkan bara
apalagi nyala api. Untuk membuat briket arang sekam, sekam harus dibakar
menjadi arang lebih dahulu. Kualitas hasil pembakaran arang sekam dapat dilihat
pada Tabel 3.
7
Universitas Sumatera Utara
5. 8
Tabel 3. Kualitas Arang Sekam Hasil Pembakaran.
Komponen Mutu Arang Nilai
Kadar air sekam (%) 10.02
Arang sekam (%) 75.45
Kadar air arang sekam (%) 7.35
Kadar abu sekam (%) 1.0
Nilai kalor (kkal/kg) 5000
Sumber : Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian dalam Destriana (2008).
Bioarang
Bioarang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari
aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan,
rumput, jerami, kertas maupun limbah pertanian lainnya yang dapat dikarbonisasi.
Bioarang ini dapat digunakan melalui proses pengolahan salah satunya adalah
menjadi briket bioarang (Brades dan Tobing, 2008).
Sedang menurut Johannes (1991), bioarang adalah arang yang diproses
dengan membakar biomassa kering tanpa udara (pirolisi). Energi biomassa yang
diubah menjadi energi kimia inilah yang disebut dengan bioarang.
Briket Bioarang
Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan arang
yang terbuat dari bioarang (bahan lunak). Bioarang yang sebenarnya termasuk
bahan lunak yang dengan proses tertentu diolah menjadi bahan arang keras
dengan bahan tertentu. Kualitas dari bioarang ini tidak kalah dengan batubara atau
bahan bakar jenis arang lainnya (Joseph dan Hislop, 1981).
Pembuatan briket arang dari limbah dapat dilakukan dengan menambah
bahan perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian
ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun dengan
manual dan selanjutnya dikeringkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
8
Universitas Sumatera Utara
6. 9
Hartoyo (1983) menyimpulkan bahwa briket arang yang dihasilkan setaraf dengan
arang buatan Inggris dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang karena
menghasilkan kadar abu dan zat yang menguap rendah serta tinggi kadar karbon
terikat dan nilai kalor.
Briket bioarang yang didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud
padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan tertentu. Briket bioarang dapat menggantikan
penggunaan kayu bakar yang mulai meningkat konsumsinya. Selain itu harga
briket bioarang relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat
(Hambali, dkk., 2007).
Keunggulan Briket Bioarang
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan briket bioarang antara lain
adalah biayanya amat murah. Alat yang digunakan untuk pembuatan briket
bioarang cukup sederhana dan bahan bakunya pun sangat murah, bahkan tidak
perlu membeli karena berasal dari sampah, daun-daun kering, limbah pertanian.
Bahan baku untuk pembuatan arang umumnya telah tersedia di sekitar kita. Briket
bioarang dalam penggunaannya menggunakan tungku yang relatif kecil
dibandingkan dengan tungku yang lainnya (Andry, 2000).
Kelemahan Briket Bioarang
Sumber bahan baku yang melimpah di Indonesia menjadikannya sebagai
sumber daya energi yang paling menjanjikan. Namun selain sumber daya yang
melimpah dan keamanan yang lebih terjamin, biomassa juga memiliki celah-celah
9
Universitas Sumatera Utara
7. 10
keterbatasan yang perlu dipertimbangkan sebelum benar-benar menjadikannya
sebagai primadona energi alternatif di Indonesia.
Salah satu keterbatasan dari biomassa adalah ketersediaannya
(availabilty). Meskipun secara agregat, biomassa memiliki jumlah yang
melimpah, namun pada kenyatannya sumber daya tersebut tersebar jauh di
beberapa lokasi dalam kuantitas yang lebih kecil. Selain itu, biomassa memiliki
karakter musiman yang berarti tidak selalu tersedia sepanjang waktu. Biomassa
juga memiliki konten energi yang relatif jauh lebih kecil dibandingkan para
pesaingnya. Masalah ketersediaan ini menjadikan sistem logistik menjadi isu
penting dalam pemberdayaan biomassa. Penggunaan sistem multi-biomass
resources, pemilihan lokasi, sistem transportasi, kapasitas pabrik, dan
ketersediaan dana tentunya akan menjadi faktor pembatas yang vital.
Isu lain yang sering mengundang perdebatan adalah bahwa pengembangan
biomassa dapat mengancam ketahanan pangan. Bagaimanapun, hal tersebut bisa
menjadi logis. Ketika masyarakat memilih untuk mengembangkan biomassa,
mereka membutuhkan lahan-lahan untuk ditanami jagung, kedelai, ataupun kelapa
sawit sebagai bahan dasar utama. Tentu secara tidak langsung hal tersebut akan
membawa pada kompetisi penggunaan lahan sebagai sumber daya energi atau
sumber daya pangan. Selain itu penanaman jenis tunggal pada lahan
dikhawatirkan akan mengancam keberagaman hayati dan merusak kesuburan
tanah (Wibowo, 2009).
Kompor
Kompor adalah alat masak yang menghasilkan panas tinggi. Biasanya
kompor ditemukan di dapur dan bahan bakarnya dapat dibedakan menjadi tiga
10
Universitas Sumatera Utara
8. 11
jenis, yaitu cair, padat, dan gas. Pada dasarnya jenis kompor yang banyak
digunakan oleh masyarakat adalah kompor minyak tanah dan kompor gas.
Meskipun demikian, masih ada jenis lain yang juga bisa dijadikan sebagai alat
memasak. Apalagi, kondisi saat ini di mana harga bahan bakar untuk kompor
minyak dan gas semakin mahal maka mulai perlu diperhatikan kembali berbagai
jenis kompor dengan alternatif bahan bakar tanpa minyak dan gas
(Kuncoro dan Damanik, 2005).
Berdasarkan bahan bakarnya, kompor dapat dibagi menjadi beberapa jenis
sebagai berikut :
1. Kompor minyak tanah
Kompor minyak tanah merupakan jenis alat masak yang paling banyak
digunakan di kalangan rumah tangga, sebagian kecil industri, serta
warung/rumah makan. Seperti namanya, kompor ini berbahan bakar minyak
tanah. Namun demikian, kelemahan kompor minyak tanah bila pembakaran
kurang sempurna maka api berubah menjadi kuning/merah sehingga
menimbulkan jelaga.
2. Kompor gas
Kompor ini berbahan bakar yang biasa digunakan di rumah tangga ataupun
warung, yaitu jenis LPG. Keunggulan kompor ini adalah emisi yang
dikeluarkan relatif lebih sedikit dan tidak cenderung menyebabkan wadah
masak menjadi hitam atau tidak merusak panci. Selain itu, memasak dengan
menggunakan kompor gas lebih cepat dibandingkan memasak dengan
menggunakan kompor minyak tanah. Kompor ini memiliki kelemahan, yaitu
harga kompornya cukup mahal dan bahan bakarnya pun mahal.
11
Universitas Sumatera Utara
9. 12
3. Kompor listrik
Prinsip kerja kompor ini adalah mengubah energi listrik menjadi energi panas.
Umumnya kompor ini cukup mahal.
4. Kompor biogas
5. Tungku tenaga surya
6. Tungku kayu bakar dan arang
7. Tungku serbuk gergaji
8. Kompor briket
(Eriko, 2008).
Kompor Briket Bioarang
Kompor briket adalah alat masak yang menggunakan bahan bakar dari
briket batubara atau campuran dari biomassa dan batubara. Bahan yang digunakan
untuk membuat kompor berpengaruh terhadap kualitas kompor, baik dari sudut
penampilan, daya tahan kompor, maupun mobilitas (mudah dipindahkan atau
tidak). Beberapa bahan dasar yang digunakan untuk membuat kompor batubara :
1. Logam
2. Bata atau semen
3. Keramik
4. Gerabah
Pada dasarnya, tahapan membuat kompor briket batubara tidak jauh berbeda
dengan membuat kompor biasa yang berbahan minyak tanah
(Kuncoro dan Damanik, 2005).
12
Universitas Sumatera Utara
10. 13
Kebutuhan Bahan
Semua bahan organik yang sudah berbentuk limbah beserta turunannya
yang masih memiliki sejumlah energi dapat diubah menjadi superkarbon,
misalnya :
1. Sekam padi, adalah limbah buangan dari pabrik penggilingan padi
(huller) yang banyak beroperasi di pedesaan.
2. Jerami atau batang padi berasal dari sisa pemanenan padi.
3. Serbuk gergaji kayu.
4. Cocodust atau serbuk kelapa merupakan limbah buangan dari industri
pengolahan sabut kelapa.
5. Eceng gondok merupakan biota air yang banyak dijumpai di rawa-
rawa.
6. Dedaunan kering.
7. Rerumputan.
8. Sampah rumah tangga.
(Kurniawan dan Marsono, 2008).
Bahan perekat
Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk
mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Beberapa istilah lain dari perekat
yang memiliki kekhususan meliputi glue, mucilage, paste, dan cement. Glue
merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani seperrti kulit, kuku, urat, otot
dan tulang yang digunakan dalam industri kayu. Mucilage adalah perekat yang
dipersiapkn dari getah dan air yang diperuntukkan terutama untuk perekat kertas.
Paste adalah perekat pati (starch) yang dibuat melalui pemanasan campuran pati
13
Universitas Sumatera Utara
11. 14
dan air dan dipertahankan berbentuk pasta. Cement adalah istilah yang digunakan
untuk perekat yang bahan dasarnya karet dan mengeras melalui pelepasan pelarut
(Ruhendi, dkk, 2007).
Sedangkan menurut Kurniawan dan Marsono (2008), ada beberapa jenis
perekat yang digunakan untuk briket arang yaitu :
1. Perekat aci
Perekat aci terbuat dari tepung tapioka yang mudah dibeli dari toko makanan
dan di pasar. Perekat ini biasa digunakan untuk mengelem prangko dan kertas.
Cara membuatnya sangat mudah yaitu cukup mencampurkan tepung tapioka
dengan air, lalu dididihkan di atas kompor. Selama pemanasan tepung diaduk
terus menerus agar tidak menggumpal. Warna tepung yang semula putih akan
berubah menjadi transparan setelah beberapa menit dipanaskan dan terasa
lengket di tangan.
2. Perekat tanah liat
Perekat tanah liat bisa digunakan sebagai perekat karbon dengan cara tanah
liat diayak halus seperti tepung, lalu diberi air sampai lengket. Namun
penampilan briket arang yang menggunakan bahan perekat ini menjadi kurang
menarik dn membutuhkan waktu lama untuk mengeringkannya serta agak
sulit menyala ketika dibakar.
3. Perekat getah karet
Daya lekat getah karet lebih kuat dibandingkan dengan lem aci maupun tanah
liat. Ongkos produksinya relatif mahal dan agak sulit mendapatkannya. Briket
arang yang menggunakan perekat ini akan menghasilkan asap tebal berwarna
hitam dan beraroma kurang sedap ketika dibakar.
14
Universitas Sumatera Utara
12. 15
4. Perekat getah pinus
Briket arang menggunakan perekat ini hampir mirip dengan briket arang
dengan menggunakan perekat karet. Namun, keunggulannya terletak pada
daya benturan briket yang kuat meskipun dijatuhkan dari tempat yang tinggi
(briket tetap utuh).
5. Perekat pabrik
Perekat pabrik adalah lem khusus yang diproduksi oleh pabrik yang
berhubungan langsung dengan industri pengolahan kau. Lem-lem tersebut
mempunyai daya lekat yang sangat kuat tetapi kurang ekonomis jika
diterapkan pada briket bioarang.
Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan
bahan perekat atau lem, butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai
dengan kebutuhan. Namun, permasalahannya terletak pada jenis bahan perekat
yang akan dipilih. Penentuan jenis bahan perekat yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap kualitas briket arang ketika dinyalakan dan dibakar. Faktor
harga dan ketersediaannya di pasaran harus dipertimbangkan secara seksama
karena setiap bahan perekat memiliki daya lengket yang berbeda-beda
karakteristiknya (Sudrajat, 1983).
Menurut Schuchart, dkk. (1996), pembuatan briket dengan menggunakan
bahan perekat akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan
bahan perekat. Disamping meningkatnya nilai kalor dari bioarang, kekuatan
briket arang dari tekanan luar jauh lebih baik (tidak mudah pecah).
15
Universitas Sumatera Utara
13. 16
Minyak goreng bekas
Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis
minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan
sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah
tangga umumnya, dapat di gunakan kembali untuk keperluaran kuliner akan tetapi
bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-
senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan.
Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak
kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat
mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang
tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan
kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan (Wikipedia, 2010).
Penggunaan jelantah sebagai bahan bakar berdampak positif, karena jika
dibuang minyak jelantah bisa mencemari lingkungan dan jika dipakai berulang 3
hingga 4 kali akan memicu penyakit kanker. Kandungan asam lemak bebas/jenuh
(ALB) yang sangat tinggi pada minyak jelantah juga bisa menyebabkan
kolesterol, hipertensi, kanker dan penyumbatan peredaran darah bagi
penggunanya. Jenis formulasi yang terkandung dalam minyak jelantah itu tidak
larut dalam air dan dapat mencemari lingkungan bila dibuang ke dalam air dan
tanah. Limbah minyak goreng (weste of vegetable oil) memiliki potensi sebagai
alternatif energi bahan bakar nabati yang ramah lingkungan dan mampu
menurunkan 100% emisi gas buangan Sulfur dan CO2 serta CO sampai dengan
50% ( Antarnews, 2010).
16
Universitas Sumatera Utara
14. 17
Proses Pengarangan
Karbonisasi adalah proses mengubah bahan baku asal menjadi karbon
berwarna hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan udara yang
terbatas atau seminimal mungkin. Proses karbonisasi biasanya dilakukan dengan
memasukkan bahan organik kedalam lubang atau ruangan yang dindingnya
tertutup, seperti di dalam tanah atau tangki yang terbuat dari plat baja. Setelah
dimasukkan, bahan disulut api hingga terbakar. Nyala api tersebut dikontrol,
tujuan pengendalian tersebut agar bahan yang dibakar tidak menjadi abu tetapi
menjadi arang yang masih terdapat energi di dalamnya sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar (Kurniawan dan Marsono, 2008).
Pada proses pengarangan (pirolisa) adalah penguraian bioamassa (lysis)
menjadi panas (pyro) pada suhu lebih dari 1500 C. Pada proses pirolisa terdapat
beberapa tingkatan proses yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa
primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa
sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa
primer (Abdullah, dkk., 1991).
Selama proses pengarangan dengan alur konveksi pirolisa perlu
diperhatikan asap yang ditimbulkan selama proses tersebut :
1. Jika asap tebal dan putih, berarti bahan sedang mengering
2. Jika asap tebal dan kuning, berarti pengkarbonan sedang berlangsung. Pada
fase ini sebaiknya tungku ditutup rapat dengan maksud agar oksigen pada
ruang pengarangan serendah-rendahnya.
17
Universitas Sumatera Utara
15. 18
3. Jika asap makin menipis dan berwarna biru berarti pengarangan hampir selesai
kemudian drum dibalik dan proses pembakaran selesai.
(Hartoyo dan Roliandi, 1978).
Proses pengeringan
Pengeringan adalah pemindahan air keluar dari bahan sesuai dengan yang
diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan antara lain
adalah luas bahan yang dikeringkan, suhu ruang pengeringan, kecepatan aliran
udara, dan tekanan udara dalam ruang pengering (Supriyono, 2003).
Kadar air briket sangat mempengaruhi nilai kalor atau nilai panas yang
dihasilkan. Tingginya kadar air briket akan menyebabkan penurunan nilai kalor.
Hal ini disebabkan karena panas yang tersimpan dalam briket terlebih dahulu
digunakan untuk mengeluarkan air yang ada sebelum kemudian menghasilkan
panas yang dapat dipergunakan sebagai panas pembakaran
(Hendra dan Darmawan, 2000).
Viskositas
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan viscous (Soedojo, 1986).
Salah satu sifat zat cair adalah kental (viscous) dimana zat cir memiliki koefisien
kekentalan yang berbeda-beda. Misalnya kekentalan minyak goreng berbeda
dengan kekentalan oli (Budianto, 2010).
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau
fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan yang ada yang dapat mengalir cepat
seperti air, alkohol, dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan
18
Universitas Sumatera Utara
16. 19
yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai
viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya
suatu cairan (Sutiah, dkk., 2010). Suatu bahan apabila dipanaskan sebelum cair
terlebih dahulu menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-
pelan (Sears dan Zemansky, 1982).
Uji Nyala
Uji nyala pelu dilaksanakn guna mengetahui apakah superkarbon yang
dibuat dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Parameter yang di amati mencakup
lama penyalaan.
Tabel 4. Beberapa Permasalahan Uji Nyala
Permasalahan Faktor penyebab Cara mengatasi
Nyala api sebentar Bahan penyala minim Tambahkan bahan penyala
Bara sebentar Pengempaan minim Tambahkan pengempaan
Superkarbon sulit
Briket kurang kering benar Pengeringan maksimal
menyala
Asap terlalu banyak Briket masih basah Pengeringan maksimal
Abu mudah rontok Bahan perekat minim Tambahkan bahan perekat
(Kurniawan dan Marsono, 2008).
19
Universitas Sumatera Utara