Buku ini akan menceritakan kisah-kisah unik dari berbagai tokoh yang terlibat di dunia outbound di Indonesia, mulai dari pelatih, instruktur, peserta, hingga penyelenggara. Buku ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai dunia outbound.
Buku "40 HARI" ini adalah buku berisi catatan seputar persiapan dan perjalanan haji hari demi hari yang saya lakukan pada tahun 1431 H.
Buku ini bisa menjadi panduan ibadah, panduan perjalanan dan sekaligus buku kisah jurnal harian yang begitu personal.
Dengan membaca buku ini, kita tidak hanya mendapatkan kisah perjalanan yang utuh seakan-akan ikut dalam setiap aktivitas di tanah suci, namun terdapat pula:
1. tips dan saran seputar perjalanan haji sejak persiapan hingga selesai kembali ke tanah air.
2. Penjelasan dan panduan ritual haji yang ringkas, dan mudah dipahami dengan menggunakan konsep "mind-map" atau peta pikiran. Sesuatu yang berbeda dari buku-buku panduan haji lainnya.
3. Daftar belanja harian yang bisa menjadi panduan dalam merancang perjalan haji yang terukur dan terencana secara baik.
4. ilustrai dan foto-foto yang ditampilkan mampu memberikan gambaran detail selama menjalani aktivitas dan bermukim di tanah suci selama musim haji.
Inilah sebuah buku travel guide, hajj guide dan travel note yang dikemas secara ringan, santai, namun semoga penuh hikmah.
Pengaruh Permainan Bakiak dalam Mengatasi Anak Egosentris, Epi Susanti, SE & ...Konsultan Pendidikan
Pengaruh Permainan Bakiak dalam Mengatasi Anak Egosentris, Epi Susanti, SE & Riza Oktariana, M.Pd, Ayi Teiri Nurtiani, M.Pd Zainal Abidin Suarja, M.Pd, Natural Aceh, Lembaga Riset Pelatihan dan Publikasi Publik
Buku "40 HARI" ini adalah buku berisi catatan seputar persiapan dan perjalanan haji hari demi hari yang saya lakukan pada tahun 1431 H.
Buku ini bisa menjadi panduan ibadah, panduan perjalanan dan sekaligus buku kisah jurnal harian yang begitu personal.
Dengan membaca buku ini, kita tidak hanya mendapatkan kisah perjalanan yang utuh seakan-akan ikut dalam setiap aktivitas di tanah suci, namun terdapat pula:
1. tips dan saran seputar perjalanan haji sejak persiapan hingga selesai kembali ke tanah air.
2. Penjelasan dan panduan ritual haji yang ringkas, dan mudah dipahami dengan menggunakan konsep "mind-map" atau peta pikiran. Sesuatu yang berbeda dari buku-buku panduan haji lainnya.
3. Daftar belanja harian yang bisa menjadi panduan dalam merancang perjalan haji yang terukur dan terencana secara baik.
4. ilustrai dan foto-foto yang ditampilkan mampu memberikan gambaran detail selama menjalani aktivitas dan bermukim di tanah suci selama musim haji.
Inilah sebuah buku travel guide, hajj guide dan travel note yang dikemas secara ringan, santai, namun semoga penuh hikmah.
Pengaruh Permainan Bakiak dalam Mengatasi Anak Egosentris, Epi Susanti, SE & ...Konsultan Pendidikan
Pengaruh Permainan Bakiak dalam Mengatasi Anak Egosentris, Epi Susanti, SE & Riza Oktariana, M.Pd, Ayi Teiri Nurtiani, M.Pd Zainal Abidin Suarja, M.Pd, Natural Aceh, Lembaga Riset Pelatihan dan Publikasi Publik
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. kisah-kisah
yang BELUM PERNAH DICERITAKAN dibalik maraknya
dunia outbound di Indonesia
Agoes Sulilo JP
On fire Motivator
Penulis buku Outbound itu menyesatkan
Penulis buku Rahasia menjadi Outbound Trainer yang Luar biasa
3. Titik Nol dari Penulis
Dari titik nol penulis mengenal dunia outbound. Dunia aneh bin ajaib ini. Dunia yang dari awal
susah sekali untuk memahaminya tetapi dari awal sudah membuat jatuh hati. Buku ini sengaja
penulis beri judul Outbound dari titik nol lebih dari niat untuk mengingat, memotret dan
membagikan “kisah menarik” dari manusia-manusia yang sudah memutuskan hidupnya untuk
masuk, mandi dan berenang serta menyelami dunia outbound.
Membicarakan sebuah kata outbound sepertinya mengajak seseorang memasuki dunia lain
yang penuh dengan tantangan dan kegembiraan. Dikatakan sebagai tantangan karena dalam
melakukannya dibutuhkan sebuah keberanian. Keberanian menghadapi resiko cidera, atau
keberanian melakukan aktivitas yang baru pertama kali dijalankan, keberanian mendapatkan
pengalaman yang tidak pernah terbayangkan “sensasinya”.
Lalu apa hubungannya outbound dengan kegembiraan ? ya, karena setiap kegiatan outbound di
dalamnya akan berisi sebuah dunia yang penuh dengan senyum, canda dan suasana yang
membuat dunia serasa tidak mengenal kata sedih dan kesedihan. Jadi sebetulnya rumus
pertama kegiatan outbound dikatakan berhasil adalah didapatkannya keceriaan
dan kegembiraan. Nha kalau yang didapatkannya adalah hal-hal sebaliknya....berarti bukan
outbound lagi itu namanya.
Bahkan dalam tataran tertentu Outbound itu konon katanya bagaikan sulap. Outbound is like a
magic. Menyulap pikiran buntu menjadi longgar, membuat orang stress menjadi sehat dan
segar kembali, menjadikan produktivitas turun menjadi naik fantastis, membuat orang putus
asa menjadi semangat luar biasa. Menjadikan sesuatu yang awalnya sudah tidak ada harapan
lagi menjadi berbagai harapan dan kesempatan bermunculan dalam jumlah yang amat banyak.
Saat ini outbound bukan menjadi semacam hak eksklusif para trainer, provider dan para HRD
manager disebuah perusahaan. Outbound adalah sudah menjadi sebuah dunia yang setiap
orang dapat memasukinya tanpa syarat dan ketentuan tertentu. Dari mulai anak kecil hingga
4. kakek dan nenek, dari orang yang tidak berpendidikan hingga seorang professor, dari seorang
driver sampai owner sebuah perusahaan, dari staff paling rendah di perusahaan hingga CEO
sebuah perusahaan international, dari ibu – ibu rumah tangga hingga seorang direktris yang
powerful, dari seorang pengamat politik yang garang hingga seorang paranormal yang
flamboyan.
Cerita tentang dunia outbound ternyata merupakan sebuah pelangi yang tidak kalah dengan
pelanggi yang sesungguhnya. Warna warni kehidupan, corak ragam pengalaman, tragedi,
sensasi dan hampir cerita tentang anak manusia ada didalamnya. Satu lagi yang unik dari dunia
outbound adalah terdapatnya sebuah paradoks yang cukup menggelikan.
Buku ini akan mencoba berbagi cerita kepada para pembaca sekalian mengenai hal-hal di atas.
Kalau selama ini orang sering mengidentikan buku tentang outbound adalah buku mengenai
pengembangan sumber daya manusia. Atau sebuah buku yang menerangkan tentang 1001
cara dan bagaimana sebuah game / permainan dimainkan maka didalam buku ini penulis akan
menyajikan “cerita” yang berbeda. Buku ini akan mengajak para pembaca untuk sekedar
mengetahui, berempati hingga menyelami para “pemain” dalam dunia outbound training yang
selama ini belum ada yang
menyentuhnya sama sekali. Bagaimana mereka menghadapi kehidupan, bagaimana mereka
mencari sumber penghidupan dan bagaimana mereka menemukan kehidupan.
Saya berharap buku ini dapat turut mengenalkan lebih dekat lagi sebuah dunia outbound
ditengah-tengah masyarakat sehingga dapat memberikan informasi yang paling tidak, lebih luas
dan lebih lugas mengenai dunia outbound itu sendiri.
Terakhir saya sampaikan selamat memasuki sensasi dunia outbound. Are you ready ?
Bogor, Oktober 2011
Agoes Susilo JP
5. Daftar Isi
Titik Nol dari penulis..................................................................................... iv
Matur nuwun .......................................................................................... vi
Helooo ..Hai.................................................................................................... xii
1. Ferry .................................................................................................... 1
2. Rani .................................................................................................... 7
3. Dokter Aris ........................................................................................... 11
4. Pak Sujana ........................................................................................... 16
5. Bu Anik ................................................................................... 20
6. Surya .................................................................................................... 24
7. Rahmat ........................................................................................ 28
8. Zulham ......................................................................................... 33
9. Didit .......................................................................................... 36
10.Asep .................................................................................................... 39
11.Pandu .......................................................................................... 43
12.Bu Irma ................................................................................ 47
13.Mas Hadi .......................................................................................... 51
14.Ibu Sri.................................................................................................... 55
15.Pak Sam .......................................................................................... 59
16.Heru .................................................................................................... 65
17.Rojali .................................................................................................... 69
18.Pak Nanang .......................................................................................... 73
19.Mas Adam .......................................................................................... 77
20.Guntur .......................................................................................... 80
21.Herlambang .......................................................................................... 83
6. MATUR NUWUN
Penulis tidak pernah sebelumnya bercita-cita untuk bertemu, menemukan dan memasuki dunia
outbound training. Tetapi dengan berjalannya waktu dan kehidupan ternyata penulis sudah
dibawa jauh berjalan dan menyelam ke dalam dunia yang satu ini. Selama perjalanan tersebut
penulis tentunya bertemu, berdiskusi dan berinteraksi dengan pribadi-pribadi yang luar biasa.
Luar biasa semangatnya, luar biasa karakternya dan luar biasa pribadinya. Untuk itulah tidak
ada salahnya penulis akan memberikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada
mereka.
Yang pertama penulis ucapkan terima kasih kepada Mas Idris Balillah yang secara tidak sengaja
bahkan secara tidak sadar membujuk,mengajak hingga ”merayu” penulis untuk memasuki
dunia yang kala itu belum penulis artikan sebagai dunia outbound. Berkat ajakan beliaulah
yang tidak sengaja akhirnya penulis ”tercebur” di dunia outbound.
Kemudian kepada rekan-rekan di Mahawarman, Institut Pertanian Bogor. Mungkin dari sanalah
awalnya penulis mengenal sebuah dunia yang bersinggungan erat dengan dunia outbound.
Penulis pertama kali dikenalkan kepada sebuah dunia yang penuh dengan perjuangan, jiwa
korsa dan ”keunikan’ dari sebuah ikatan baret”. Penulis mulai lebih dikenalkan dengan
matahari, bulan, sungai, bukit dan lembah. Penulis mulai dikenalkan dengan aroma segar
rumput hijau, putihnya sebuah halimun, wanginya bau parafin bakar dan nikmatnya tomat
dikebun pak tani.
Kepada Bapak Haryanto SP. Kepada beliaulah banyak diantara kami yang berhutang budi.
Dengan kesempatan yang diberikan,dengan ”bimbingan” yang disampaikan, dengan ilmu yang
ditebarkan, dengan sentuhan spiritual yang digetarkan dan dengan pribadi yang penuh dengan
ke-unik-an maka penulis secara tidak sengaja dihadirkan dalam dunia outbound ini.
Kepada Mas Ihksan dan Mas Anto yang telah ”menyelamatkan” penulis dari salah satu
tantangan yang tidak pernah penulis lupakan. Berkat keikhlasan merekalah akhirnya penulis
7. dapat cepat ditangani oleh team dokter sehingga tidak jadi menderita sakit yang lebih serius
lagi.
Buat rekan-rekan fasilitator dan team suport lapangan, Marwan, Rahmat, Yoyok, Muhis,Mas
hadi ( alm ), Pak Surip ( Alm ), Udo, Engkus, Ugan yang senantiasa memberikan dukungan yang
terbaik dan tak pernah lelah. Adalah sebuah persahabatan luar biasa yang telah kita jalin
walaupun sifatnya sederhana tetapi pastilah itu sangat bermakna.
Buat pengelola lokasi outbound training di Tahura – Brastagi, di Lembah Anai – Padang,
Perhutani – Carita, Lembah hijau – Puncak, Batu tapak – Cidahu, Santa Monica – Cikreteg, Situ
Gunung – Cisaat, Lido, Buperta Cibubur –Jakarta,Umbul songgo – Kopeng, Kali urang dan Kali
kuning – Jogja, Songgoriti dan Trawas – Jawa Timur, Tabanan – Bali, Bangka, Belitung, Senakin –
Banjarmasin, Pulau Bidadari, Pulau On Rust dan Pulau Kelor – Kepulauan seribu dan tempat-
tempat yang pernah penulis singgahi, Penulis ucapkan banyak terima kasih karena tempat-
tempat tersebut telah membantu membesarkan penulis dalam membuat karya dan menjalin
persahabatan yang tiada tara maknanya.
Buat Septri, Riri, Watik, Yuslilawati, dan Anastasya. Selalu menarik dan menyenangkan kalau
mengingat masa-masa itu. Ketika melangkah bersama adalah sebuah kebahagiaan, ketika
berjalan bersama adalah sebuah keindahan dan ketika kita memandang di kejauhan adalah
sebuah lukisan pelangi yang tidak pernah hilang dari langit sore dan pagi. Bagaimanapun juga
perjalanan kemarin adalah sebuah kisah yang menarik dan menyenangkan. Terkadang
didalamnya rasa lelah menjadi sirna, rasa capek tiba-tiba lenyap dan sepertinya dunia outbound
yang saya geluti menjadi penuh warna.
Buat Elvi, Andhini Arinaya dan Kairina Mikani. Yang membuat hidup menjadi sebuah perjalanan
yang seru, rame dan indah untuk dinikmati. Tidak mudah untuk membuat kalian bangga tetapi
yakinlah bahwa karya ini mudah-mudahan merupakan upaya untuk mengingatkan bahwa kalian
pun juga mampu membuatnya kelak dikemudian hari dengan lebih luar biasa lagi.
8. Buat Ibu dan almarhum Budhe di Solo. Matur nuwun atas doa yang tiada pernah terputus dan
dukungannya selama ini
Terima kasih paling besar kepada Allah Swt yang dari hari ke hari senantiasa memberikan
karunia, keberkahan dan semangat yang tak ternilai untuk diri dan keluarga besar saya.
9. HELLOOO...HAI
Dunia outbound ternyata dipenuhi oleh pribadi-pribadi yang menarik dan unik. Di dalamnya
ada 1001 cerita yang tidak kalah seru dengan cerita dari dunia profesi yang lain. Dan karena
itulah dalam buku ini penulis akan mengajak para pembaca sekalian untuk menikmati asam
manisnya dunia outbound, melihat hitam putihnya dunia outbound.
Dalam sebuah dunia outbound ada beberapa ”jabatan” layaknya sebuah organisasi partai
politik, pemerintahan atau panitia 17- an. Ada seseorang yang disebut game master. Orang ini
harusnya kapasitasnya seperti Utut Adiyanto kalau di dunia Catur atau seorang Jet Li dalam film
Kungfu Master. Perannya adalah membawakan game atau permainan yang diikuti oleh seluruh
peserta pelatihan. Peserta pelatihan itu mulai dari jumlah beberapa orang hingga ribuan orang.
Jadi pastilah seorang game master adalah orang hebat. Kalau tidak maka nama master itu tidak
akan pernah diberikan kepadanya.
Kemudian ada jabatan yang menyebutnya instruktur tetapi ada juga yang menamakannya
fasilitator. Mereka adalah seseorang yang tugasnya memegang satu kelompok pelatihan.
Mereka selain harus memiliki kemampuan dalam men-deliver sebuah game juga harus mampu
menemukan “mutiara” yang ada dalam game tersebut. Tidak mudah untuk menjadi seorang
instruktur karena mereka dituntut untuk peka dalam menganalisa sebuah game yang
dibawakan. Jumlah peserta dalam kelompok tersebut juga bervariasi mulai dari 5 orang hingga
15 orang. Bahkan kalau mereka diberikan jumlah yang lebih pun, mereka juga bisa meng-
handle-nya tetapi memang sich jadinya kurang efektif.
Ada lagi jabatan sebagai MC. Untuk jabatan yang satu ini tidak jauh beda dengan MC untuk
acara pernikahan, khitanan atau acara ulang tahun di restoran-restoran cepat saji. Tugas
utamanya ya tentunya memandu acara pembukaan, penutupan, memanggil pejabat
perusahaan yang akan memberikan sambutan, mengenalkan team panitia. Seorang MC di
pelatihan outbound training juga dituntut mampu membawakan satu dua permainan yang
sifatnya meriah dan fun. Mereka biasanya kemampuan 0lah vocalnya bagus. Kalau MC itu
10. cowok ya kemampuan vocalnya paling tidak mirip Mas Pasha – Unggu. Kalau MC itu cewek ya
paling tidak kemampuan vocalnya kayak Mbak Bunga Citra Lestari. Seorang MC dalam
kegiatan outbound yang pasti harus mampu membuat hidup suasana. Dalam kondisi-kondisi
tertentu peran MC ini bisa menyatu dengan peran salah satu instruktur.
Rescue, wah kalau menyebutkan kata ini pasti konotasinya ke kecelakaan atau peristiwa
penanggulangan bencana ya. Memang tugas mereka special untuk menjaga jangan sampai
peserta outbound training mengalami cidera dalam mengikuti rangkaian kegiatan . Mereka
biasanya cukup trampil dan jago dalam urusan aman mengamankan suatu keadaan yang
memungkinkan terjadinya sebuah kecelakaan dalam sebuah permainan yang sifatnya high risk.
Peran rescue ini sifatnya on 0ff, maksudnya hanya akan muncul dan hadir manakala program
outbound yang dijalankan menggunakan beberapa permainan yang sifatnya high-risk. Jika
programnya tidak ada permainan yang high-risk maka peran rescue bisa tidak ada.
Logistic dan support. Mereka adalah team pamungkas. Team yang bertugas mempersiapkan
dan merapikan semua kebutuhan outbound training mulai dari memasang spanduk, nge-set
ruang kelas, mempersiapkan tempat untuk ”tampil” para fasilitator, mempersiapkan semua
perlengkapan permainan hingga merapikannya kembali. Kalau hitungannya adalah fisik maka
team logistic dan support inilah yang sebetulnya yang paling capek. Tim ini sebetulnya
merupakan tim yang sangat besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan sebuah kegiatan
outbound. Sayangnya masih banyak provider yang sepertinya menganggap tim ini sebagai tim
“kelas dua”. Memberikan fee yang biasa-biasa saja, tidak memberikan waktu cukup untuk
istirahat, waktu makannya diminta paling akhir setelah peserta, trainer dan yang lainnya dan
bahkan terkadang pembayarannya pakai acara tertunda beberapa waktu lamanya padahal bagi
mereka fee mereka yang tidak seberapa besar itu sangat berarti.
Mereka jarang diperkenalkan pada saat pembukaan, mereka jarang mendapatkan senyum dan
ucapan terima kasih, mereka sering mendapatkan perintah dan tugas baik yang biasa sampai
yang luar biasa ( pasang high rope dalam kondisi hujan atau sampai lewat malam, mencari alat
11. game yang lupa terbawa, belanja perlengkapan game dengan uang yang pas-pasan, tidur dan
istirahat yang seadanya ). Dan jarang sekali kalau sebuah program outbound berhasil mereka
mendapatkan ucapan terima kasih. Mereka hanya sepertinya pelengkap kegiatan outbound
saja. Padahal tanpa mereka biasanya kegiatan outbound akan kacau balau. Mereka sebetulnya
adalah orang-orang yang luar biasa.
Selain itu ada juga team dokter dan team observer serta team psikolog. Mereka adalah juga
pendukung dalam sebuah pelatihan outbound. Dari semua ”jabatan” di atas tidak ada yang
lebih penting satu dibandingkan yang lain karena satu dan lainnya harus saling mendukung.
Apakah dalam setiap pelatihan outbound mereka mampu bekerja sama dengan baik ? kalau
jawabannya ya maka sepertinya dunia rasanya hambar. Mereka pun terkadang ( juga ) tidak
dapat bekerja sama dengan baik satu dengan yang lain. Salah pengertian dan konflik kecil
adalah bumbu-bumbu penyedap bagi kegiatan outbound tersebut. Bagaimanapun juga
seorang game master, seorang fasilitator, seorang rescue, seorang logistic support, seorang
dokter dan seorang psikolog adalah juga manusia. Sama seperti rocker yang juga manusia.
Kemudian ada beberapa peran yang tidak begitu tampak tetapi juga tidak kalah perannya.
Mereka lebih sering dikatakan orang-orang dibelakang layar. Beberapa diantaranya adalah
team marketing sebuah provider outbound training. Tugasnya adalah mencari “mangsa”.
Team ini konon katanya adalah ujung tombaknya sebuah profider. Dari merekalah proses
sebuah kegiatan outbound mulai berlangsung. Mereka menawarkan, mempresentasikan,
mengajak survei ke lokasi kegiatan, memberikan cerita tentang klien-klien besar yang pernah
ditanganinya....pada akhirnya mereka merayu dan membuat percaya klien supaya mau
memakai jasa perusahaan atau lembaga outboundnya.
Mereka bekerja berdasarkan target, kalau targetnya tercapai mereka dapat tidur nyenyak.
Mendapatkan bonus di akhir tahun ( kalau Boss pemilik provider tidak lupa atau tidak pura-pura
lupa ). Kalau targetnya tidak tercapai maka mereka adalah orang pertama yang terkena marah
dan sindiran dengan kata-kata ”mesra” dari Sang Boss.
12. Selain team marketing ada juga orang keuangan yang tugas pokoknya cepat-cepat menagih
pembayaran setelah training selesai dilaksanakan. Kemudian team yang dibelakang layar yang
lain adalah team program. Biasanya dibeberapa provider jabatan ini dirangkap oleh senior
trainer-nya, tetapi ada juga yang terpisah. Orang ini tugasnya membuat disain pelatihan dalam
bentuk proposal lengkap. Terkadang kalau pas permintaan banyak biasanya orang program ini
jadi kurang tidur. Sehingga ciri khas orang program selain harus kuat membaca dan melihat
monitor komputer juga kuat minum kopi dan merokok. Tetapi nggak semua juga orang
program minum kopi dan merokok. Ada juga yang hanya minum air teh saja. Dan tidak
merokok.
Selain para pelaku utama lapangan di atas ada satu tokoh dalam dunia outbound yang
kehadirannya tidak terlalu tampak tetapi dialah yang menentukan segala-galanya. Sosoknya
jarang terlihat tetapi ucapannya bisa menjadikan sebuah proyek pelatihan outbound berhenti
total atau berjalan lancar layaknya sebuah mobil yang sedang melaju dijalan tol. Tokoh
tersebut adalah pemiliki provider. Mereka ada yang memang seorang bisnisman tulen, ada
yang ngaku-ngakunya sebagai seorang enterpreuneur tetapi ada juga yang tidak pernah ngaku
sama sekali ( lho ! )
Mungkin masih banyak tokoh lain dalam dunia outbound yang berperan baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam menyemarakkan dunia outbound training di negeri ini. Mereka
adalah pribadi-pribadi yang unik dan menarik yang mencoba memberikan warna bagi sebuah
kehidupan manusia. Kehadirannya banyak yang menunggu dan menanti tetapi ada juga yang
menghindari dan menganggapnya orang yang tidak jelas. Itulah sebuah romantika dalam
sebuah cerita yang berjudul outbound.
13. 1. FERRY
Ferry, saya biasa memanggilnya. Anak Palembang asli. Lulusan dari salah satu perguruan tinggi
negeri di kota Sungai Musi itu. Ferry adalah salah satu orang yang sangat beruntung. Sebelum
menyelesaikan jenjang pendidikan D3-nya, dia sudah lolos tes dan sudah diterima oleh salah
satu perusahaan kontraktor BUMN besar di negeri ini. Tepatnya satu tahun sebelum akhir
masa kuliahnya. Dan sejak itu Ferry terhitung sudah mendapatkan gaji bulanan oleh
perusahaan tersebut. Tetapi gaji itu baru bisa diambil ketika Ferry sudah benar-benar lulus dan
aktif bekerja.
Outbound Training yang kami berikan adalah semacam training pembekalan atau training
orientasi untuk pegawai baru. Model training ini bermacam-macam. Ada yang dengan cara
dimasukkan dalam sebuah barak militer dengan didik langsung oleh para Gumil ( guru militer )
sebuah satuan Angkatan bersenjata atau kepolisian. Ada juga yang mengambil model
gabungan antara pola training bagian diklat dan SDM dengan pola militer. Dan model-model
yang lainnya.
Selama kurang lebih satu bulan Ferry dan teman-temanya mengikuti training orientasi tersebut.
Mereka mendapatkan berbagai materi pembekalan tentang segala hal yang berhubungan
dengan perusahaan, apa dan bagaimana perusahaan tersebut. Mulai visi dan misi, budaya
perusahaan, keuangan dan akutansi, sistem manajemen dan lain lain. Termasuk mereka juga
mendapatkan pendididkan kedisiplinan dan outbound training.
Siang itu udara sangat cerah. Awan tidak tampak sedikitpun di langit dan matahari bersinar
dengan senyumnya yang menawan. Saat kami sedang beristirahat. Tiba-tiba datang sebuah
mobil berwarna putih ke lokasi training kami di daerah Cibubur – Jakarta. Salah seorang staff
personalia dari perusahaan BUMN tersebut datang.
Hari itu menurut informasi akan ada pembagian gaji selama satu tahun bagi para peserta
outbound training. Hari itu adalah hari pertama sebagian besar dari mereka akan merasakan
14. nikmatnya menerima gaji pertama. Dan tidak tanggung-tanggung mereka akan mendapatkan
gaji bukan satu bulan atau tiga bulan melainkan gaji selama 12 bulan sekaligus. Mereka
memang di tahun terakhirnya kuliah sudah dinyatakan sebagai karyawan perusahaan tersebut
tetapi gaji tersebut baru akan dibagikan sewaktu mereka mengikuti training orientasi.
Tampak wajah-wajah ceria dan gembira dari mereka. Ada yang tertawa-tawa kegirangan, ada
yang senyum malu-malu, ada yang masih agak kelihatan tidak yakin dan percaya tetapi ada juga
yang tampak matanya berkaca-kaca. Belakangan saya tahu hal itu karena terharu karena
akhirnya jerih payah orang tuanya dalam menyekolahkan dia sudah mulai menampakkan
hasilnya.
Satu minggu setelah dibagikannya gaji rapelan satu tahun itu. Kami ngobrol bersama beberapa
peserta training. Mereka bercerita tentang segala macam. Tetapi topik yang menarik
dibicarakan adalah bagaimana mereka membelanjakan gaji pertama tersebut. Mereka bercerita
sangat semangat dan heboh. Beberapa diantara mereka bahkan sangat antusias sekali
menceritakan pengalamanya menggunakan uang gaji pertamanya tersebut.
Diantara mereka ada yang langsung memborong baju dan celana kantor. “ saya belum punya
mas, jadi saya belikan baju dan celana untuk ke kantor saja mas. Saya beli langsung 4 stel
celana dan baju kantor mas” kata salah seorang diatara mereka dengan penuh semangat. “
kalau saya buat mentraktir teman dan sahabat saya mas. Saya kebetulan pernah janji mau
membelikan sate kambing kepada mereka mas.” “ kalau saya, saya tabung semua”, “ kalau
saya, buat membelikan ponakan sepeda baru” “ kalau saya buat traktir makan sama pacar saya
mas.” Sore itu kami semua saling berbagi cerita tentang rasanya membelanjankan gaji
pertama. Bisa dibayangkan bagaimana mereka dengan antusiasnya bercerita. Bagi sebagaian
besar orang, gaji pertama adalah sakral dan memiliki makna berarti. Bukan masalah besar atau
kecilnya tetapi arti penerimaan hasil jerih payah sekolah dan kuliah seakan-akan terbayar
sudah.
15. Ferry sore itu juga ikut bergabung dalam obrolan tersebut. Dihadapan kami dan teman-
temannya dia bercerita agak berbeda dengan yang lain. Dia mengatakan bahwa gaji
pertamanya kemarin sudah habis hari itu juga. Tidak bersisa sedikitpun. Jadi cuma satu hari
alias 24 jam gaji Ferry selama satu tahun itu habis. Kami semua bertanya-tanya buat apa ? kami
semua mengira Ferry boros. Kami semua menduga Ferry seperti orang yang sedang lupa diri.
Beberapa orang memang ada yang punya sifat kalau sudah memegang uang tidak bisa lama-
lama. Keinginan untuk membelanjakan uang tersebut selalu muncul dan begitu perkasa.
Apalagi dengan semakin gencar berbagai media promosi yang mengeluarkan jurus maut
rayuannya. Banyak yang tergoda karenanya.
“ ya, uang itu sudah Saya habiskan karena saya sudah janji kepada diriku sendiri. Uang itu
Saya belikan cincin emas untuk ibuku.” kata Fery dengan nada yang sedikit pelan. Mungkin dia
kembali teringat dengan ibunya setelah mengatakan kalimat itu. Sepertinya kalimat yang baru
saja diucapkan seperti menghentak hatinya. Kalimat itu begitu terasa kuat hingga Ferry
beberapa saat terdiam dan menunduk. Kami semua juga terdiam. Mulut kami seperti diberi
sebuah lem yang kuat hingga untuk beberapa saat kami tidak mampu berkata sepatah kata
pun. Kami bengong sebengong-bengongnya. Tidak percaya mendengar penuturan Fery
tentang bagaimana dia menghabiskan uang satu tahun gajinya.. ” dan saat ini ibu saya sudah
memakai cincin itu” lanjut Fery dengan senyum kecilnya untuk menutupi matanya yang sudah
mulai sedikit basah.
Ferry memang terlahir dari keluarga yang kurang mampu, tetapi dengan tekad yang kuat untuk
keluar dari ketidak mampuan itu maka dia sangat rajin belajar dan meningkatkan
kemampuannya. Keinginannya cuma satu yaitu ingin membahagiakan ibunya di kampung.
Ayahnya Ferry sudah meningal ketika Ferry kelas 3 SMP sehingga sejak saat itu hanya ibunya
saja yang berjuang membiayai sekolah Ferry. Suatu hari ketika sedang membutuhkan uang
sekolah. Karena uang sekolah itu lumayan besar dan Ibunya sudah tidak punya tabungan lagi
maka Ibunya dengan sangat berat hati menjual satu satunya harta kebanggaannya yaitu cincin
pernikahannya. Ferry saat itu sebetulnya ingin melarangnya tetapi sang ibu tetap ingin
16. menjualnya demi sekolah Ferry. “ tidak apa apa nak yang penting kamu tetap bisa sekolah. Ibu
ikhlas dan pasti Bapakmu di alam sana juga ikhlas kok nak”. Kata-kata ibunya tersebut begitu
membekas dalam ingatan Ferry. Jerih payah dan pengorbanan ibunya yang begitu besar
membuat Fery ingin segera menyelesaikan sekolahnya dan bekerja. Hampir setiap hari
keinginan untuk segera membelikan ibunya sebuah cincin hadir dalam dirinya. Tekadnya untuk
berhasil dalam belajar dan segera mendapatkan pekerjaan membuat Fery menjadi lebih
meyala-nyala. Dan akhirnya pada hari itu setelah perjuangan yang tidak mengenal putus asa
Ferry mampu mewujudkan tekadnya..
Kami semua yang sore itu duduk dan ngobrol bersama Ferry merasa bangga mempunyai
peserta training dan teman seperti Ferry. Walaupun masih muda tetapi pikirannya tidak egois
dan sudah memiliki tanggung jawab kepada keluarga. Terkadang kita begitu lupa dan egois
terhadap pencapaian karir atau jabatan bahkan kesuksesan yang kita dapat raih saat ini. Kita
begitu mudah melupakan jasa orang tua kita. Melupakan sahabat, kerabat dan orang-orang
yang membantu kita dalam mencapai kehidupan kita saat ini. Rasa sombong, egois dan lupa
diri terkadang muncul dengan tanpa sadar ketika kita mengucapkan kalimat “ saya sedang
sibuk” “ wah lain kali saja ya saya hubungi” “ saya sedang banyak urusan kantor” “ saya sedang
meeting” “ saya sedang ketemu tamu penting”. Kesibukan mengejar karir atau jabatan
akhirnya menjadi semacam alasan untuk melupakan jasa baik dari orang-orang disekitar kita.
Sayang.
Cerita Fery mudah-mudahan dapat mengingatkan kita semua untuk dapat lebih meningkatkan
bakti kepada orang tua kita. Terutama ibu kita.
PESERTA PELATIHAN OUTBOUND
Di awal-awal munculnya pelatihan outbound peserta yang tertarik adalah karyawan dari sebuah
perusahaan. Itu pun biasanya perusahaan yang sudah “melek” tentang pengembangan sumber
daya manusia. Setelah itu berkembang ke perusahaan-perusahaan yang mulai menyadari akan
arti pentingnya program pelatihan outbound.
17. Aktivitas outbound kemudian mulai begitu di kenal oleh masyarakat luas ketika di beberapa
tempat wisata memiliki arena flying fox. Setelah itu booming flying fox merambah ke hampir
semua resort dan hotel yang memilki lahan cukup untuk membuat wahana permainan
tersebut. Hal itu sebetulnya telah dimulainya babakan baru dalam dunia outbound di Indonesia
yaitu outbound masuk ke dunia retail.
Seiring dengan hal tersebut peminat dan peserta pelatihan outbound juga mulai beragam.
Berbagai perusahaan mulai yang multi nasional hingga lokal di kota kecil sudah mulai merasa
membutuhkan pelatihan outbound. Sekolah-sekolah dari mulai TK hingga program master
mulai memasukkan aktivitasnya dengan pelatihan outbound. Bahkan hingga saat ini hampir
semua lapisan masyarakat sudah tidak asing lagi dengan aktivitas ( yang mereka sebut ) sebagai
outbound.
Terminologi kata outbound akhirnya menjadi sedikit “liar”. Di satu sisi hal itu bagus karena bisa
menjangkau semua kalangan tetapi di sisi lain makna pelatihan dan pengembangan sumber
daya manusia menjadi sedikit kabur. Outbound akhirnya bisa identik dengan hanya sebatas
permainan flying fox, paint ball, ATV atau arung jeram saja.
Hal itu mungkin tidak terlalu dirisaukan secara berlebihan apabila para peminat dan praktisi
pelatihan outbound terus berupaya mengedukasi tentang arti yang lebih bermakna lagi tentang
pelatihan outbound itu sendiri.
Bagaimana cerita-cerita seru yang lainnya ?
Penasaran dengan cerita- cerita yang lain dari buku ini ?
Berminat untuk memiliki buku ini ?
Silakan pesan buku nya dan hubungi kami di
0812 9969 035 atau via Wa di 0896 7730 3195
Harga buku ini Rp 85.000
Khusus yang mengunjungi web outbounditu.com
Kami berikan harga special yaitu hanya Rp 50.000