Dokumen tersebut membahas tentang inventarisasi hutan dan bahan penetapan tebangan tahunan. Inventarisasi hutan dilakukan untuk mendapatkan data yang digunakan dalam perencanaan pengelolaan hutan. Metode yang digunakan antara lain sampling sistematis dan strip sampling dengan intensitas berbeda-beda tergantung jenis hutan. Bahan penetapan tebangan tahunan digunakan untuk menentukan luas, jumlah batang, dan volume kayu yang dapat d
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Bab2
1. - Inventarisasi dengan stratifikasi berdasarkan foto udara
BAB II. INVENTARISASI HUTAN
yang berkualitas baik : 0,05 %
- Inventarisasi dengan stratifikasi berdasarkan citra satelit
A. INVENTARISASI HUTAN TM/SPOT berkualitas baik (penutupan awan < 10 %) : 0,1
%.
Inventarisasi Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan - Inventarisasi dengan stratifikasi citra satelit kualitas kurang
penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya hutan untuk baik (penutupan awan > 10 %) : 0,3 %
perencanan pengelolaan sumber daya tersebut. - Inventarisasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(IUPHHK) terdiri dari :
Ruang lingkup Inventarisasi Hutan meliputi : survei mengenai ● RKUPHH sampling dengan intensitas 1 %
status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya ● RKLUPHH sampling dengan intensitas 5 %
manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan disekitar ● RKTUPHH sensus 100 %
hutan. Inventarisasi hutan wajib dilaksanakan karena hasilnya 3. Inventarisasi hutan tanaman :
digunakan sebagai bahan perencanan pengelolaan hutan agar - Kelas Umur I - II : 0,5 %
diperoleh kelestarian hasil. - Kelas Umur III - IV : 1 %
- > Kelas Umur V : 2,5 %
Hirarki inventarisasi hutan adalah Inventarisasi hutan - Masak tebang miskin riap : 2,5 %
tingkat Nasional, Inventarisasi hutan tingkat Wilayah, 4. Inventarisasi Rotan menggunakan metode Systematic Strip
Inventarisasi hutan tingkat Daerah Aliran Sungai, Inventarisasi Sampling dengan intensitas sampling 0,5 - 1,0 %,
hutan tingkat Unit Pengelolaan 5. Inventarisasi bambu menggunakan metode Systematic Strip
Sampling dengan intensitas sampling 0,05 % (apabila telah
Tujuan inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data tersedia peta hasil penafsiran potret udara) dan 0,1 % (apabila
yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai telah tersedia peta hasil penafsiran citra landsat TM/Spot).
bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis 6. Inventarisasi Sagu menggunakan metode Systematic Strip
jangka panjang, jangka menengah dan operasional jangka Sampling dengan intensitas sampling minimal 2 %.
pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalaman inventarisasi 7. Inventarisasi Nipah menggunakan metode Systimatic Sampling
yang dilaksanakan. dengan intensitas sampling 0,05 % (apabila telah tersedia peta
hasil penafsiran potret udara ) dan 0,1 % (apabila telah tersedia
Metode yang digunakan dalam inventarisasi hutan peta hasil penafsiran citra landsat TM/Spot).
adalah : 8. Inventarisasi fauna menggunakan metoda transek jalur.
1. Inventarisasi Hutan Nasional dengan systematic sampling 20
km x 20 km, dan bisa dirapatkan menjadi 10 km x 10 km Tahapan Pelaksanaan Inventarisasi Hutan :
dan 5 km x 5 km. 1. Tahap persiapan meliputi : penyiapan peta-peta dasar, rescoring
2. Inventarisasi Hutan menggunakan metode Systematic Strip dan evaluasi areal, penyiapan bahan, alat dan tenaga/organisasi,
Sampling with Random Start, dengan intensitas sampling : penstratifikasian dan penarikan contoh serta penyiapan rencana
- Inventarisasi dalam rangka pencadangan IUPHHK kerja disertai peta kerja.
menggunakan metode intensitas sampling 0,3% 2. Pelaksanaan Lapangan meliputi : pencarian titik awal, diikuti
(apabila belum tersedia hasil penafsiran citra landsat) pembuatan unit contoh/jalur serta pengumpulan data pohon
dan 0,1% (apabila telah tersedia hasil penafsiran citra /tumbuhan/fauna maupun data penunjang
landsat) 3. Pengolahan data
-8- -9-
2. 4. Analisis data 4. Inventarisasi Tk. - DAS lintas Provinsi - Baplan untuk Tk.
DAS diselenggarakan oleh Eselon I Provinsi
5. Pelaporan Dephut - Dinas Kehutanan
- DAS lintas Kab/Kota Provinsi untuk Tk.
diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten/Kota
Mekanisme : Kehutanan Prov.
Waktu : - DAS dalam wilayah Kab/Kota
diselenggarakan oleh Dinas
1. Inventarisasi Hutan Nasional : Kehutanan Kab/Kota
- Dilaksanakan secara periodik 5 tahun sekali. 5. Inventarisasi Tk. Unit Pengelola Eselon I terkait
- Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan nyata Unit Pengelolaan lingkup Dephut
kondisi sumber daya hutan seperti halnya karena
kebakaran, bencana alam, dll. Lokasi :
2. Inventarisasi Hutan Tingkat Provinsi : 1. Dalam Kawasan Hutan :
- Dilaksanakan secara periodik 5 tahun sekali. a. Hutan Produksi tetap dan Hutan Produksi Terbatas (HP dan
- Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan nyata HPT) :
kondisi sumber daya hutan seperti halnya karena - Inventarisasi hutan dalam rangka Izin Usaha
kebakaran, bencana alam, dll. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Hutan Alam
3. Inventarisasi Hutan Tingkat Kabupaten/Kota : dan Hutan Tanaman (pada HP).
- Dilaksanakan secara periodik 5 tahun sekali. - Inventarisasi hutan non kayu
- Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan nyata - Inventarisasi Fauna
kondisi sumber daya hutan seperti halnya karena b. Hutan Produksi (HP) untuk inventarisasi dalam rangka
kebakaran, bencana alam, dll. (IUPHHK)
4. Inventarisasi Hutan Tingkat Daerah Aliran Sungai : c. Hutan Lindung
- Dilaksanakan secara periodik 5 tahun sekali - Risalah Hutan Lindung
- Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan nyata d. Hutan Konservasi
kondisi sumber daya hutan seperti halnya karena - Inventarisasi Fauna
kebakaran, bencana alam. 2. Diluar Kawasan Hutan
5. Inventarisasi Tingkat Unit Pengelolaan : a. Inventarisasi Sosial Budaya
- Dilaksanakan dan atau dievaluasi secara periodik setiap b. Inventarisasi Hutan Rakyat
5 tahun untuk RKL.
- Untuk RKT dilaksanakan 1 tahun sekali.
Penyelenggara dan Pembina Inventarisasi Hutan :
TK. PENYELENGGARA PEMBINA
INVENTARISASI
NO
1 2 3 4
1. Inventarisasi Tk. Menteri Menteri
Nasional
2. Inventarisasi Tk. Gubernur Baplan, Ditjen PHKA,
Provinsi Ditjen RLPS dan Ditjen
BPK
3. Inventarisasi Tk. Bupati/Walikota Dinas Kehutanan
Kab/Kota Prov.
- 10 - - 11 -
3. B. BAHAN PENETAPAN TEBANGAN TAHUNAN (BPTT) Prinsip : Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Inventarisasi dan
♦ Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Tata Guna Hutan Nomor : 154/Kpts/VII-3/1994 tanggal 5 September
hutan alam yang sebelumnya disebut Hak Pengusahaan 1994 tentang Pedoman Perhitungan Etat Tebangan Tahunan Areal
Hutan (HPH) adalah izin untuk memanfaatkan hutan Hak Pengusahaan Hutan Selama Jangka Waktu Pengusahaan Hutan,
produksi yang kegiatannya terdiri dari penebangan, prinsip pembuatan BPTT adalah :
pengangkutan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, a. Pada hakekatnya etat volume tidak dibenarkan melebihi
pengolahan dan pemasaran hasil hutan kayu. pertumbuhan tegakan (riap).
♦ Areal Kerja Pengusahaan Hutan adalah areal hutan yang b. Pemanfaatan semua jenis kayu secara optimal kecuali jenis yang
dibebani Hak Pengusahaan Hutan. dilindungi.
♦ Etat adalah jumlah luas areal hutan yang dapat dipanen c. Menjamin kelestarian produksi dan kelestarian hutan
atau jumlah kayu yang dapat dipungut dalam suatu jangka d. Memperhatikan kebijaksanaan pemerintah dibidang pengusaha-
pengusahaan atau jangka waktu tertentu sedemikian rupa an hutan
sehingga terjamin kelestarian pengusahaan hutan, terdiri e. Menjamin fungsi perlindungan hutan.
dari Etat luas (hektar), Etat Volume (meter kubik) dan Etat f. Batas limit diameter yang dapat ditebang disesuaikan dengan
jumlah Pohon (batang). fungsi hutan :
♦ Etat Tebangan Tahunan adalah jumlah luas areal hutan - Hutan Produksi Tetap : Ø ≥ 50 cm - ke atas
yang dapat dipanen atau jumlah kayu yang dapat dipungut - Hutan Produksi terbatas : Ø ≥ 60 cm - ke atas
tiap-tiap tahun sedemikian rupa selama jangka waktu - Hutan Payau : Ø ≥ 10 cm - ke atas
pengusahaan hutan sehingga terjamin kelestarian
pengusahaan hutan, terdiri dari Etat Luas (hektar per Berdasarkan SK Menhut No. 88/Kpts-II/2003 tgl. 12 Maret 2003
tahun), Etat Volume (meter kubik per tahun) dan Etat tentang Kriteria Potensi Hutan Alam pada Hutan Produksi Yang
jumlah Pohon (batang per tahun). Dapat Dilakukan Pemanfaatan Hutan Secara Lestari. Pada pasal 3
♦ Jatah Produksi Tahunan adalah produksi kayu bulat yang ayat 1 menyatakan bahwa potensi hutan alam pada hutan produksi
ditetapkan dengan berdasarkan Etat Tebangan Tahunan ditetapkan berdasarkan jumlah pohon setiap hektar berdasarkan
dan aspek pengusahaan hutan/ faktor eksploitasi (fe) kelas diameter dari rata-rata setiap petak kerja tebangan pada hutan
♦ Faktor eksploitasi (fe) adalah intensitas pembalakan yang alam produksi sebelum dan setelah penebangan secara rayonisasi.
besarnya berkisar 0,7 sampai 0,9 yang ditetapkan
berdasarkan kemampuan perusahaan dalam menekan 1) Rayonisasi Potensi Hutan Minimal Pada Hutan Alam Tanah Kering
Klas Potensi Hutan Minimal Jumlah Pohon/Ha
besarnya limbah kegiatan eksploitasi hutan. N Dia- Minimal Jml Pohon sebelum Penebangan Minimal Jumlah Pohon Nagawi sehat setelah
o meter penebangan
Ø (cm) I II III IV V VI I II III IV V VI
Ruang lingkup Bahan Penetapan Tebangan Tahunan meliputi 1 10-19 10
8
108 108 108 108 108 75 75 75 75 75 75 I. Sumate-
ra
: penghitungan etat luas, etat jumlah batang dan etat volume 2
3
20-49
≥ 50
39
16
39
15
39
15
39
14
39
17
39
14
25
5
25
5
25
5
25
4
25
6
25
4
II. Kaliman
tan
yang mana etat tebangan tahunan ini akan dijadikan sebagai III. Sula-
Wesi
dasar untuk Bahan Penetapan Tebangan Tahunan, baik bagi IV. NTB
V. Maluku
permohonan IUPHHK Hutan Alam maupun untuk perpanjangan VI. Papua
IUPHHK Hutan Alam.
- 12 - - 13 -
4. 2) Rayonisasi Potensi Hutan Minimal Pada Hutan Alam Tanah c. Menghitung luas areal berhutan efektif (luas areal berhutan
Basah/rawa setelah dikurangi kawasan lindung : sempadan pantai,
Klas Potensi Hutan Minimal Jumlah Pohon/Ha sempadan sungai, buffer zone, plasma nutfah, kebun benih,
Diameter Minimal jumlah Minimal jumlah
No. Ø (cm) pohon Nagawi pohon Nagawi Ket. PUP, sarana prasarana, dan kawasan lindung dengan kelerengan
sehat sebelum sehat setelah > 40%)
penebangan penebangan d. Menghitung Etat Tebangan (luas dan potensi tegakan)
I II III I II III I. Sumatera
1. 10 - 19 108 108 108 75 75 75 II. Kalimantan
III. Papua
Mekanisme :
2. 20 - 39 39 39 39 25 25 25
3. ≥ 40 21 16 18 8 5 7 a. Proses :
- Peta Areal kerja ditetapkan oleh Pusat Pengukuhan dan
Hirarki : Penatagunaan Kawasan Hutan;
a. Bahan Penetapan Tebangan Tahunan Nasional (Quota). - Luas areal berhutan dan tidak berhutan berdasarkan peta
b. Bahan Penetapan Tebangan Tahunan Unit Pengelolaan kerja ditentukan atas dasar hasil survei lapangan, serta peta
penafsiran citra landsat atau potert udara yang dilaksanakan
Tujuan Perhitungan Etat Tebangan Tahunan adalah sebagai oleh Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Hutan;
dasar untuk Bahan Penetapan Tebangan Tahunan, baik bagi - Penghitungan luas areal berhutan efektif dan penghitungan
permohonan IUPHHK Hutan Alam maupun untuk perpanjangan etat tebangan oleh Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Hutan;
IUPHHK Hutan Alam. - Bahan Penetapan Tebangan Tahunan di tetapkan oleh Kepala
Badan Planologi Kehutanan.
Metode yang digunakan dalam Penghitungan Etat
Tebangan tahunan adalah : b. Waktu :
- 7 (tujuh) hari setelah diterimanya peta areal kerja (WA) dan
Luas areal berhutan efektif data pendukung lainnya antara lain peta hasil penafsiran citra
Etat Luas =
Rotasi Tebangan (daur) landsat.
Luas Areal Berhutan Efektif = Luas Areal berhutan – Luas Pemroses :
Kawasan Hutan Lindung dalam Areal a. Badan Planologi kehutanan cq. Pusat Inventarisasi dan
Etat Jml Batang = Etat Luas x Jumlah batang per Ha x Faktor Perpetaan Hutan.
Pengaman b. Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan.
Etat Volume = Etat Luas x Volume kayu per Ha x Faktor
Pengaman
Tahapan Pelaksanaan Penghitungan Etat Tebangan
Tahunan :
a. Penetapan peta areal kerja (WA) yang mencantumkan luas
areal kerja.
b. Perhitungan luas areal berhutan dan tidak berhutan
berdasarkan hasil survei potensi dan penafsiran citra landsat
2 tahun terakhir atau potret udara.
- 15 -
- 14 -
5. C. RISALAH HUTAN TANAMAN Intensitas sampling adalah perbandingan antara jumlah luas atau
unit contoh (plot) terpilih terhadap luas kawasan yang dirisalah atau
♦ Risalah Hutan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan unit populasi dinyatakan dalam persen. Intensitas sampling
dalam rangka memantau proses perkembangan keadaan ditetapkan 1,0 %.
tegakan hutan dan perubahan-perubahan atau kerusakan- Jarak antar jalur 200 meter dan jarak antar plot 500 meter.
kerusakan yang timbul akibat berbagai hal selama
pengelolaan Tahapan Pelaksanaan Risalah Hutan Tanaman :
♦ Hutan Tanaman adalah hutan yang dibentuk sebagai hasil 1. Persiapan; terdiri dari persiapan peralatan dan bahan
dari kegiatan penanaman di kawasan hutan tanaman. perlengkapan, peta kerja skala 1 : 50.000 atau 1 : 10.000,
pembuatan bagan penariak contoh, penyusunan tim pelaksana
Ruang lingkup Risalah Hutan Tanaman meliputi : seluruh dan organisasi kerja.
aspek teknis dan non teknis yang merupakan faktor-faktor yang 2. Pelaksanaan terdiri dari:
secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi a. Pengumpulan Data Sekunder (sejarah perkembangan, letak
perkembangan keadaan hutan. Aspek teknis meliputi fisik dan luas hutan, geologi dan tanah, iklim, sistem silvikultur
lapangan, sistem silvikultur yang digunakan dan keadaan dan data sosial ekonomi).
hutannya sendiri. Sedangkan aspek non teknis meliputi sejarah b. Pengumpulan Data Primer ( penentuan titik awal,
perkembangan dan keadaan sosial ekonomi dari masyarakat di pembuatan unit contoh, pengukuran).
sekitar hutan yang dirisalah. 3. Analisis Data, terdiri : dari perhitungan massa tegakan,
perhitungan derajat kesempurnaan bidang dasar.
Prinsip : Hutan Tanaman yang telah berumur 5 tahun ke atas 4. Pelaporan
dan merupakan hasil dari kegiatan Reboisasi.
Mekanisme :
Tujuan Risalah Hutan Tanaman adalah untuk mengetahui Perisalahan hutan tanaman hasil reboisasi diatur sbb. :
proses perkembangan keadaan tegakan hutan, perubahan- 1. Untuk jenis tanaman berdaur pendek (kurang dari 25 tahun),
perubahan atau kerusakan-kerusakan yang timbul sebagai seperti Paraserianthes falcataria, Eucalyptus sp dan lain-lain,
akibat adanya gangguan baik alami maupun oleh manusia serta perisalahan dilakukan setiap 5 (lima) atau 10 (sepuluh) tahun.
untuk menaksir kemampuan produksi dari hutan yang dirisalah. 2. Untuk tegakan dengan jenis tanaman berdaur panjang (25 tahun
dan lebih), seperti Shorea spp, Swietenia sp dan lain-lain,
Metode yang digunakan dalam Risalah Hutan Tanaman adalah perisalahan dilakukan tiap 10 (sepuluh) tahun sekali.
Stratified Systematic Line Plot Sampling untuk masing-masing 3. Dalam keadaaan khusus seperti terjadinya kebakaran hutan,
jenis tanaman. Kriteria stratifikasi adalah kelas umur tanaman perambahan hutan dan bencana alam lainnya yang dinilai kritis,
dengan interval kelas 2 tahun untuk tanaman berdaur pendek maka perisalahan dapat dilakukan lebih dari satu kali selama
dan interval kelas 5 tahun untuk jenis tanaman berdaur periode tersebut pada butir a dan b di atas.
panjang.
Bentuk unit contoh dalam jalur berupa lingkaran dengan luas Pelaksana :
0,1 Ha. Peletakan plot pertama pada jalur pertama dilakukan - Dinas Kehutanan (d/h. Sub Biphut)
secara acak (random) dan untuk plot berikutnya baik pada jalur - UPTD BIPHUT
pertama dan jalur berikutnya diletakan secara sistematik dengan
jarak antar plot sesuai dengan intensitas sampling.
- 16 - - 17 -
6. D. RISALAH HUTAN LINDUNG Intensitas sampling ditetapkan 1,0 %. Untuk tujuan tertentu yang
perisalahannya perlu dilakukan lebih detail maka intensitas penarikan
♦ Risalah Hutan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan contoh dapat diperbesar.
dalam rangka memantau proses perkembangan keadaan
tegakan hutan dan perubahan-perubahan atau kerusakan- Tahapan Pelaksanaan Risalah Hutan Lindung :
kerusakan yang timbul akibat berbagai hal selama 1. Persiapan; terdiri dari persiapan peralatan dan bahan
pengelolaan. perlengkapan (alat ukur diameter, kelerengan, kompas, alat
♦ Hutan Lindung adalah kawasan hutan yg mempunyai fungsi tulis, tally sheet dan lain-lain), peta-peta ( kerja skala 1 : 50.000
pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan atau 1 : 10.000, peta penafsiran citra landsat jika tersedia, peta
utk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan topografi dan lain-lain), pembuatan bagan penarikan contoh,
erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan (sampling), penyusunan tim pelaksana dan organisasi kerja.
tanah. 2. Pelaksanaan terdiri dari:
a. pengumpulan Data Sekunder (sejarah perkembangan, letak
Ruang lingkup Risalah Hutan Lindung meliputi : aspek fisik, dan luas hutan, geologi dan tanah, iklim, bentang alam
biotik dan sosial ekonomi. spesifik, debit dan kadar lumpur sungai, tipe hutan, data
Aspek Fisik terdiri dari letak dan luas, topografi, tanah, iklim, sosial ekonomi.
dan aspek fisik lainnya yang mempunyai nilai penting, seperti b. Pengumpulan Data Primer ( penentuan titik awal, penentuan
gua, air terjun. Aspek Biotik meliputi keadaan vegetasi hutan, unit contoh/jalur ukur, pengukuran; pencacahan jenis,
flora langka dan satwa. Aspek Sosial Ekonomi meliputi keadaaan pengukuran diameter pohon, pengukuran lereng lapangan,
penduduk dan sarana perhubungan. pengamatan flora langka, pengamatan satwa, pengamatan
bentang alam spesifik).
Prinsip : Kondisi hutan minimal baik (berhutan). Prioritas 3. Analisis Data; terdiri dari penyusunan daftar nama jenis
utama perisalahan adalah areal-areal hutan lindung yang tumbuhan dan satwa, perhitungan Indeks Nilai Penting (INP),
mendapat tekanan penduduk atau gangguan lainnya baik oleh kelerengan lapangan, keadaan tegakan.
adanya kegiatan usaha manusia maupun gangguan alam. 4. Pelaporan
Tujuan Risalah Hutan Lindung adalah untuk mengetahui Mekanisme :
proses perkembangan keadaan hutan, perubahan-perubahan Waktu :
atau kerusakan-kerusakan yang timbul sebagai akibat adanya Pelaksanaan Perisalahan hutan lindung dilakukan setiap 10 tahun,
gangguan baik alami maupun oleh manusia. Sehingga strategi kecuali terdapat keadaan khusus, misalnya terjadi kebakaran hutan,
pengamanan hutan dan usaha perbaikannya dapat dilakukan perambahan yang dinilai kritis atau bencana alam lainnya, maka
sedini mungkin. perisalahan dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam periode 10
tahun.
Metode yang digunakan dalam Risalah hutan lindung adalah
Systematic Strip Sampling With Random Start. Pada penarikan Pelaksana :
contoh ini, unit contoh berupa jalur ukur (lebar 20 m). 1. Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH).
Peletakan/pemilihan jalur ukur pertama dilakukan secara acak 2. Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten/Kota.
(random) dan jalur berikutnya diletakkan secara sistimatik
dengan jarak antar jalur sesuai intensitas sampling. Bentuk dan
ukuran unit contoh pada jalur ukur berupa petak persegi atau
bujur sangkar.
- 18 - - 19 -
7. E. ENUMERASI KLASTER TSP/PSP. 5. Membuat kerangka plot
Kerangka plot ditunjukkan pada gambar berikut :
♦ Klaster TSP/PSP adalah petak contoh yang terdiri dari 9
(sembilan) plot Temporer Sampel Plot (TSP) yang berbentuk
bujursangkar berukuran 100 x 100 m dan berjarak 500 m di
antara sisi-sisinya. Plot yang di tengah selain sebagai TSP
juga berlaku sebagai Permanen Sampel Plot (PSP).
♦ Enumerasi Klaster TSP/PSP adalah kegiatan pengumpulan
data pada klaster plot baik pada TSP maupun PSP.
Ruang lingkup enumerasi klaster TSP/PSP meliputi: survei
keadaan fisik hutan, anakan, pohon, rotan, bambu, sagu dan
nipah jika ada pada plot TSP dan PSP.
Lokasi klaster plot terletak di :
1. Kawasan hutan yang berhutan.
2. Hutan konifer, hutan tanaman dan hutan mangrove.
Tujuan Enumerasi Klaster TSP/PSP untuk mendapatkan
informasi awal mengenai potensi tegakan dan kondisi lahan.
Metode yang digunakan adalah systematic sampling. Plot-plot
klaster TSP/PSP tersebar secara sistematis di seluruh wilayah
Indonesia kecuali P. Jawa.
Tahapan Pelaksanaan Enumerasi Klaster TSP/PPSP
1. Perencanaan
2. Ketua Regu dan asistennya hendaknya menentukan satu
atau dua cara terbaik untuk menuju lokasi plot, mengecek
titik awal, azimut dan jarak plot, menjelaskan deskripsi plot,
mengecek peralatan serta lembar data.
3. Menuju plot Sembilan tract membentuk bujursangkar, tract seluas 100 m x
4. Menetapkan titik awal dengan tanda yang tidak mudah 100 m berjarak 500 m, kecuali di hutan pasang surut (bakau ,
hilang : sebuah patok atau pohon atau tiang yang ditandai tanaman dan nipah) yang berjarak 100 m dan ukuran tractnya
dengan nomor klaster plot dan azimut serta jarak ke sudut adalah 50 m x 50 m. Tract tengah (Nomor 5) berlaku sebagai
barat daya tract no. 5 dengan cat merah atau kuning. TSP/PSP. Untuk TSP ada 8 pusat subplot. Untuk PSP seluas 1
Dilanjutkan dengan membuat rintisan dengan membabat Ha dibagi ke dlm 16 record unit. Di hutan tanaman, hutan
dan menandai/mengecat setiap jarak tertentu sehingga konifer (Pinus, Cemara, Araucaria) dan tetap dibuat PSP
dapat ditemukan/diikuti dengan mudah walaupun sudah dengan ukuran 50 m x 50 m.
beberapa bulan.
- 21 -
- 20 -
8. Di hutan pasang surut klaster dienumerasi jika terdapat F. RE-ENUMERASI PSP
paling tidak tiga tract yg tidak berada di air.
- Plot Sampel Permanen (PSP) adalah plot yang terletak di tengah
6. Melakukan enumerasi klaster plot, seluas 1 Ha yang dibagi ke dalam 16 (enam belas)
- Menentukan pusat subplot record unit (RU) berukuran 25 m x 25 m, di tengah-tengahnya
- Mencatat nomor tract, nomor subplot dan mencatat diletakkan pusat RU sebagai pusat pengukuran.
deskripsi plot meliputi zone, easting, northing, - Re-enumerasi PSP adalah kegiatan pengulangan pengumpulan
Provinsi, system lahan, ketinggian, kategori data terhadap hasil pengukuran plot-plot permanen yang telah
tataguna lahan, kondisi tegakan, hamparan dan dienumerasi reguler.
kelerengan.
- Mengerjakan subplot berjari-jari 1 m untuk Ruang lingkup Re-enumerasi PSP meliputi: survei keadaan fisik
pencatatan semai (tinggi kurang dari 1,5 m) hutan, permudaan, pohon dan rotan pada plot PSP.
- Mengerjakan subplot berjari-jari 2 m untuk
pencatatan pancang (tinggi > 1,5 m tetapi dbh Prinsip:
kurang dari 5 cm) - Kondisi hutan masih baik
- Mengerjakan subplot barjari-jari 5 m untuk - Umur enumerasi 4 – 5 tahun
mengukur tiang (dbh dari 5 sampai 19,9 cm kecuali
di hutan tanaman, hutan konifer dan bakau dimana Tujuan Re-enumerasi PSP adalah untuk memantau pertumbuhan
tiang adalah dari 5 sampai dengan 9,9 cm) pohon dan perkembangan tegakan serta memantau perubahan
- Mengerjakan sub plot berjari-jari 10 m untuk hutan.
pencatatan rotan dan bambu.
- Melakukan sampling untuk pohon-pohon dengan Metode :
dbh minimal 20 cm (atau 10 cm di hutan tanaman, Systematik sampling sesuai dengan enumerasi terdahulu.
konifer dan bakau).
Tahapan Pelaksanaan Re-enumerasi PSP :
7. Waktu a. Mekanisme:
Pelaksanaan enumerasi TSP/PSP memerlukan waktu: Pengukuran ulang atau re-enumerasi PSP dilakukan apabila
- Hutan Dataran Rendah 24 hari kerja pengukuran sebelumnya sudah berumur 4 – 5 tahun dan
- Hutan Rawa 28 hari kerja keadaan klaster masih bagus. Klaster-klaster yang akan dire-
enumerasi harus dikoordinasikan lebih dahulu dengan Pusat
8. Lokasi : Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan.
Klaster TSP/PSP terletak di Hutan Rawa dan Hutan b. Proses:
Dataran Rendah, hutan mangrove dan hutan tanaman. - Perencanaan awal
Daftar klaster yang akan dire-enumerasi dikoordinasikan
9. Data: dengan Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Hutan
Sampai dengan tahun 1996 telah dibuat plot TSP/PSP - Perencanaan lapangan
sebanyak 2.735 klaster tersebar di seluruh fungsi hutan Ketua Regu dan Asistennya perlu melakukan pemeriksaan
yaitu Hutan Lindung 393 klaster, HAS-W 232 klaster, ulang data hasil enumerasi PSP (hasil pengukuran
Hutan Produksi 611 klaster, Hutan Produksi Terbatas 619 sebelumnya), menentukan cara terbaik untuk mendapatkan
klaster dan Hutan Produksi yang dapat diKonversi
sebanyak 713 klaster.
- 22 - - 23 -
9. pusat klaster di lapangan, pemeriksaan alat-alat yang G. INVENTARISASI SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA.
akan digunakan, mempersiapkan tally sheet dan
menentukan langkah-langkah yang akan dikerjakan Inventarisasi Sosial, ekonomi dan budaya adalah pengumpulan data
untuk melaksanakan re-enumerasi secara efisien. dan informasi mengenai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
- Pencapaian lokasi plot yang tinggal di dalam/sekitar hutan, yakni mengenai permasalahan-
- Rekonstruksi petak permasalahan mendasar serta potensi yang dimiliki oleh masyarakat
Petak PSP direkonstruksi ulang bentuk dan ukurannya setempat dalam pengelolaan hutan yang telah dan sedang berjalan.
dengan mengukur azimuth dan jarak datar lapangan
antar sudut-sudutnya. Ruang lingkup
- Deskripsi lahan 1. Sasaran kegiatan adalah diperolehnya data mengenai sosial,
Kondisi di wilayah petak PSP dan sekitarnya diamati ekonomi dan budaya masyarakat di dalam/sekitar hutan yang
deskripsi/informasi lahannya seperti Provinsi, sistem digunakan sebagai input perencanaan kehutanan bottom up.
lahan, ketinggian, kategori penggunaan lahan, tipe 2. Pelaksana adalah PNS dari pusat dan daerah yang ditunjuk
hutan, kondisi tegakan, tahun penebangan, hamparan, melalui surat perintah tugas, serta dapat juga dengan
kelerengan dan aspek. melibatkan LSM dan/atau konsultan diluar PNS yang
- Pengamatan tanah dan perubahan lahan berkompeten.
Pengamatan tanah yang dilakukan meliputi tekstur 3. Lokasi di dalam dan di lauar kawasan hutan.
tanah, warna tanah, batuan dan posisi kelerengan.
Pengamatan perubahan lahan meliputi perubahan areal Tujuan Inventarisasi sosial, ekonomi dan budaya
karena adanya faktor alam dan manusia seperti Adalah tersedianya data dan informasi mengenai sosial, ekonomi dan
kebakaran, tanah longsor, penebangan atau kegiatan budaya masyarakat setempat sebagai bahan perencanaan dan
lainnya. perumusan kebijakan pengelolaan hutan dalam mewujudkan
- Pencacahan dan Pengukuran Vegetasi kelestarian SDH sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat di
Pencacahan dan pengukuran dilakukan untuk semai, dalam/sekitar hutan.
sapihan, tiang, pohon serta rotan jika ditemukan pada
petak PSP. Metode yang digunakan adalah purposive sampling yakni
- Pelaporan pengambilan sample secara sengaja dengan beberapa pertimbangan
menyangkut wilayah/lokasi, informan (tokoh kunci), responden.
Waktu : Pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
Pelaksanaan re-enumerasi PSP memerlukan waktu: (Inventarisasi Bersama Masyarakat, yakni membangun hubungan
- Hutan Dataran Rendah 12 hari kerja baik dengan warga setempat sambil melakukan observasi dan
- Hutan Rawa 16 hari kerja wawancara).
Lokasi Re-Enumerasi PSP adalah petak PSP yang telah
dienumerasi dan terletak di Hutan Rawa dan Hutan dataran Tahapan pelaksanaan :
Rendah dengan ketinggian <1000 m dpl. 1. Mekanisme dan proses
Data sampai dengan Desember 2003 telah dilakukan re- a. Persiapan sebelum ke lapangan
enumerasi sebanyak 1.292 klaster dengan rincian 1.096 - Mencari informasi dan data dasar mengenai masyarakat
klaster masih dalam kondisi baik dan 196 klaster tidak dapat dan lokasi yang hendak dijadikan objek inventarisasi.
dianalisis lebih lanjut.
- 24 - - 25 -
10. - Menyiapkan peta kerja H. PENYUSUNAN NERACA SUMBER DAYA HUTAN (NSDH).
- Menyiapkan peralatan wawancara dan observasi;
blanko pedoman wawancara & kuestioner data Neraca Sumber Daya Hutan adalah suatu informasi yang dapat
primer, tape + kaset, buku tulis + alat tulis, serta menggambarkan cadangan sumber daya hutan, kehilangan dan
kamera. penggunaan sumber daya hutan, sehingga pada waktu tertentu
b. Pengumpulan Data dan Informasi Sosial Budaya dapat diketahui kecenderungannya, apakah surplus atau defisit jika
- Data Sekunder dibandingkan dengan waktu sebelumnya.
- Data primer
- Hasil observasi/pengamatan Ruang lingkup kegiatan penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan
c. Pengolahan dan analisa meliputi :
- Editing a. Sasaran kegiatan yaitu perubahan data luas dan potensi Sumber
- Koding Daya Hutan.
- Tabulasi data b. Tingkatan kegiatan terdiri dari :
- Analisa secara descriptive analysis berdasarkan hasil - Penyusunan NSDH Provinsi.
tabulasi data dan hasil observasi + hasil wawancara - Penyusunan NSDH Nasional.
secara mendalam dengan tokoh kunci (informan). c. Tahapan kegiatan terdiri dari :
d. Penyusunan laporan - Perencanaan
- Organisasi Pelaksana dan Tata Waktu,
2. Tata waktu - Pelaksanaan
a. Dapat mengikuti mekanisme waktu Inventarisasi Hutan, - Pengendalian dan Pengawasan.
yakni secara periodik 5 tahun sekali atau kurang dari 5
tahun bila terjadi suatu kasus. Tujuan Penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan adalah untuk
b. Kapan saja bilamana data/informasi sosial, ekonomi dan memperoleh informasi dan gambaran menyeluruh tentang kondisi
budaya masyarakat di dalam/sekitar hutan tersebut di dan keadaan Sumber Daya Hutan pada kurun waktu satu tahun
dapat dari studi pustaka atau literatur yang (Januari s/d Desember).
menyediakan informasi aktual dan dapat dipertanggung
jawabkan. Metode yang digunakan adalah metode obyektif praktis yaitu :
melalui pengumpulan data primer dan sekunder baik pada instansi
Data/Informasi Sosial, Ekonomi dan Budaya kehutanan maupun instansi terkait. Pengumpulan data dilakukan
1. Monografi dan Demografi Desa serta Kondisi Hutan dengan sistem pendekatan data numerik atau spasial yang diperoleh
Terdekat dengan Lokasi obyek. dari daftar isian.
2. Sistem Ekonomi masyarakat kaitannya dengan kehutanan
3. Organisasi dan pranata sosial masyarakat kaitannya dengan Tahapan Pelaksanaan :
kehutanan. a. Mekanisme dan Proses
4. Persepsi masyarakat terhadap hutan. Mekanisme dan proses dalam kegiatan penyusunan NSDH
5. Partisipasi masyarakat terhadap kelestarian hutan adalah :
6. permasalahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat - Pembentukan Tim Penyusun yang ditetapkan dengan
kaitannya dengan kehutanan. Keputusan Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan
(BPKH) bagi Provinsi tempat kedudukan BPKH dan Kepala
Dinas Provinsi yang menangani bidang kehutanan bagi
Provinsi bukan tempat kedudukan BPKH.
- 26 - - 27 -
11. - Tim Penyusun menyiapkan data Neraca Sumberdaya - Melaksanakan pembahasan dengan mengundang instansi
hutan (NSDH)/saldo akhir tahun terakhir sebagai saldo terkait dengan mengumpulkan koreksi guna perbaikan
awal. penyusunan NSDH termasuk untuk masa berikutnya.
- Memasukkan data pada program data entry NSDH. - Menyelesaikan penyusunan final buku NSDH termasuk
- Pengiriman buku NSDH beserta lampiran (peta) lampiran dan peta.
disampaikan kepada instansi terkait; untuk Provinsi : - Menggandakan buku NSDH, lampiran dan peta sesuai
Menteri Kehutanan, Kepala Badan Planologi Kehutanan, kebutuhan.
Gubernur Provinsi, Ketua BAPPEDA Provinsi, Instansi - Pengiriman buku NSDH, lampiran dan peta kepada instansi
Kehutanan terkait di Provinsi, sedangkan untuk Pusat : terkait; untuk NSDH Provinsi kepada Eselon I Dephut, Eselon
Menteri Kehutanan, Unit eselon I lingkup DEPHUT, Unit II lingkup Badan Planologi Kehutanan, Pemerintahan
Eselon II lingkup Badan Planologi Kehutanan, dan Provinsi, Dinas Kehutanan Provinsi, Bapeda, UPT Dephut,
Departemen terkait (sektoral). dan lain-lain dan untuk NSDH Nasional kepada Eselon I
- Mengumpulkan data perubahan dari instansi terkait Dephut, Eselon II lingkup Badan Planologi Kehutanan,
sesuai tugas dan fungsinya seperti Dinas Kehutanan Pemerintahan Provinsi, BPKH, Kementerian Lingkungan
Provinsi dan Unit Pelaksana Teknis Departemen Hidup, Sekretaris Negara, Bakosurtanal, dan lain-lain.
Kehutanan di Provinsi tersebut sesuai format dalam
lampiran petunjuk pelaksanaan termasuk peta lokasi b. Tata Waktu
perubahannya. Tata waktu pelaksanaan penyusunan NSDH adalah T-1 (T minus
- Memberikan penjelasan terhadap instansi tersebut satu).
untuk keperluan data sesuai format dimaksud untuk Contoh : NSDH tahun 2004 disusun pada tahun 2005.
tahun yang akan datang. - Penyusunan NSDH Provinsi dilaksanakan pada bulan Januari
- Merekap data yang telah diperoleh dari berbagai s/d Juli, dimana pada bulan Agustus diasumsikan NSDH
instansi dan menganalisa data yang sama dari instansi Provinsi telah sampai di Pusat.
yang berbeda untuk tidak terjadi pengulangan data - Penyusunan NSDH Nasional dilaksanakan pada bulan
pada format data untuk program NSDH. Agustus s/d Desember.
- Melakukan pengecekan data dan lokasi tersebut - Untuk pelaksanaan kegiatan lainnya yang menunjang
terhadap peta. kegiatan penyusunan NSDH ini seperti Bimbingan, Evaluasi,
- Memasukkan data pada program NSDH atau Monitoring dan Uji Petik dapat dilaksanakan sepanjang
dilaksanakan secara manual dengan aplikasi program tahun, baik untuk penyusunan NSDH Provinsi maupun
lain. penyusunan NSDH Nasional.
- Memasukkan data lokasi perubahan pada peta Keterkaitan tata waktu penyusunan NSDH Provinsi dan
(menggunakan sistim SIG atau manual ). Nasional yang sangat terbatas dan saling menunjang
- Mencetak hasil dari pengolahan data untuk bahan tersebut perlu diperhitungkan tentang sumber dana yang
penyusunan narasi. digunakan.
- Penyusunan narasi buku NSDH berdasarkan data yang
telah disiapkan. Pelaksana :
- Menyelesaikan draft buku NSDH termasuk lampiran dan a. NSDH Nasional dilaksanakan oleh Badan Planologi Kehutanan
petanya untuk bahan pembahasan. b. NSDH Provinsi dilaksanakan oleh Balai Pemantapan Kawasan
Hutan (BPKH) bagi Provinsi bukan tempat kedudukan BPKH.
- 28 -
- 29 -
12. c. Unit Eselon I lainnya lingkup Departemen Kehutanan 13 Cuon alpinus Ajag
memberikan data dan informasi. 14 Cynocephalus Kubung, Tando, Walangkekes
d. Unit Pelaksana Teknis lingkup Departemen Kehutanan variegates
memberikan data dan informasi sesuai bidang tugasnya, 15 Cynogate bennetti Musang air
e. Unit Pelaksana Teknis bidang Kehutanan lingkup Pemerintah 16 Cynopithecus niger Monyet hitam Sulawesi
Provinsi memberikan data dan informasi sesuai bidang 17 Dendrolagus spp Kanguru pohon (semua jenis dari
genus Dendrolagus)
tugasnya.
18 Dicerorphinus Badak Sumatera
sumatrensis
Lokasi 19 Delphinidae Lumba-lumba air laut (semua jenis
Di Pusat dan Provinsi (daerah). dari famili Delphinidae)
20 Dugong dugon Duyung
Data-Data. 21 Elephas indicus Gajah
- Luas kawasan hutan berdasarkan fungsi (Peta Penunjukkan 22 Felis badia Kucing merah
Kawasan Hutan dan Perairan bagi Provinsi yang telah ada 23 Felis bengalensis Kucing hutan, meong congkok
penunjukkan sesuai Keputusan Menteri, Peta Tata Guna 24 Felis marmorota Kuwuk
Hutan Kesepakatan bagi Provinsi yang belum ada 25 Felis Planiceps Kucing dampak
penunjukkan), dan type hutan. 26 Felis temmincki Kucing emas
- Kondisi penutupan lahan (hutan primer, hutan sekunder, 27 Felis viverinus Kucing bakau
hutan tanaman, tidak berhutan. 28 Helarctos malayanus Beruang madu
29 Hylobatidae Owa, kera tak berbuntut (semua jenis
dari famili Hylobatidae)
Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi :
30 Hytrix brachyura Landak
No. Nama Ilmiah Nama Indonesia 31 Iomys horsfieldi Bajing terbang ekor merah
1 2 3 32 Lariscus hosei Bajing tanah bergaris
Mamalia 33 Lariscus insignis Bajing tanah, Tupai tanah
(Menyusui) 34 Lutra intra Lutra
1. Anoa depressicornis Anoa dataran rendah, kerbau pendek 35 Lutra sumatrana Lutra Sumatera
2. Anoa quarlesi Anoa Pegunungan 36 Macaca brunnescens Monyet Sulawesi
3. Arctictis binturong Binturung 37 Macaca maura Monyet Sulawesi
4. Arctonic collaris Pulusan 38 Macaca pagenis Bokol, Beruk Mentawai
5 Babyrousa babyrussa Babirusa 39 Macaca tankeana Monyet jambul
6 Balaenoptera musculus Paus Biru 40 Macrogalidea Musang Sulawesi
7 Balaenoptera physalus Paus bersirip mussohenbrooki
8 Bos sondaicus Banteng 41 Manis javanica Trenggiling, Peusing
9 Capricornis Kambing Sumatera 42 Megaptera Paus bongkok
sumatrensis novaeangliae
10 Corvus Kuhli, Asis Rusa Bawean 43 Muntiacus muntjak Kidang, Muncak
Kuhli 44 Mydans javanensis Sigung
11 Corvus spp. Menjangan, Rusa, Sambar (semua 45 Nasalis larvatus Kabau, Bekantan
jenis dari genus Corvus) 46 Neofelis nebulusa Harimau dahan
12 Celusea Paus (semua jenis dari famili Cetacea 47 Nesolagus netscheri Kaleinci Sumatera
- 30 – - 31 -
13. 48 Nycticebus concarg Malu malu 78 Argusianus argus Kuau
49 Orcaella brevirostris Lumba lumba air tawar, pesut 79 Bubulcus ibis Kuntul, Bangau putih
50 Panthera pardus Macan kumbang, Macan tutul 80 Bucerotidae Julang, Enggang, Rangkong,
51 Panthera tigris Harimau jawa Kangkareng (semua jenis dari famili
sondaica Bucerotidae)
52 Panthera tigris Harimau Sumatera 81 Cacatua galerita Kakatua putih besar jambul kuning
sumatrae 82 Cacatua goffini Kakatua gofin
53 Petaurista elegans Cukbo, Bajing terbang 83 Cacatua meluccensis Kakatua seram
54 Phalanger spp. Kuskus (semua jenis dari genus 84 Cacatua sulphurea Kakatua kecil jambul kuning
Phalanger) 85 Cairina scutulata Itik liar
55 Pongo pygmaeus Orang utan, Mawas 86 Caloenas nicobarica Junai, Burungmas, Minata
56 Presbitys frontata Lutung dahi putih 87 Casuarius bennetti Kasuari kecil
57 Presbytis rubicunda Lutung mrah, Kelasi 88 Casuarius casuarius Kasuari
58 Presbytis aygula Surili 89 Casuarius Kasuari gelambir satu, Kasuari leher
59 Presbytis potenziani Joja, Lutung Mentawai unappenddiculatus kuning
60 Presbytis thomasi Rungka 90 Ciconia episcopus Bangau hitam, Sandanglawe
61 Prionodon linsang Musang congkok 91 Colluricinela Burung sohabe coklat
62 Prochidna bruijni Landak Irian, Landak semut megarhyncha
63 Ratufa bicolor Jelarang sanghirensis
64 Rhimoceras sondaicus Badak Jawa 92 Crocias albonotatus Burung matahari
65 Simias concolor Simpei Mentawai 93 Ducula whartoni Pergam raja
66 Tapirus indicus Tapir, Cipan, Tenuk 94 Egretta saera Kuntul karang
67 Tarsius spp. Binatang hantu, Singapuar (semua 95 Egretta spp Kuntul, Bangau putih (semua jenis
jenis dari genus Tarsius dari genus Egretta)
68 Thylogale spp. Kanguru tanah (semua jenis dari 96 Elanus caerulleus Alap-alap putih, alap-alap tikus
genus Thylogale) 97 Elanus hypoleucus Alap-alap putih, Alap-alap tikus
69 Tragulus spp. Kancil, Pelanduk, Napu (semua jenis 98 Eos histrio Nuri Sangir
dari genus Tragulus) 99 Esacus magnirostris Wili-wili, Uar, Bebek laut
70 Zephildae Lumba-lumba air laut (semua jenis 100 Eutrichomyias rowleyi Seriwang Sangihe
famili Ziphildae) 101 Falconidae Burung alap-alap, Elang (semua jenis
AVES (Burung) dari famili Falconidae)
71 Acciptiridae Burung alap-alap, Elang (semua jenis 102 Fregeta andrewsi Burung gunting, Bintayung
dari famili Accipitridae) 103 Garrulax rafifrons Burung kuda
72 Aethopyga exima Jantingan gunung 104 Goura spp. Burung dara mahkota, burung titi,
73 Aethopyga Burung Madu Sangihe Mambruk (semua jenis dari genus
duyvenbodei Goura)
74 Alcedinidae Burung Udang, Raja Udang (semua 105 Gracula religiosa Beo Flores
jenis dari famili Alcedinidae) mertensi
75 Alcippe pyrrhoptera Brencet wergan 106 Gracula religiosa Beo Nias
76 Anhinga melanogaster Pecuk ular robusta
77 Aramidopsis plateni Mandar Sulawesi
- 33 -
- 32 -
14. 136 Pavo muticus Burung Merak
107 Gracula religiosa Beo Sumbawa 137 Pelecanidae Gangsa Laut (semua jenis dari famili
venerata Pelecanidae
108 Grus spp Jenjang (semua jenis dari genus Grus) 138 Pittidae Burung paok, Burung cacing (semua
109 Himantopus Trulek lidi, Lilimo jenis dari famili Pittidae)
himantopus 139 Plegadis falcinellus Ibis hitam, roko-roko
110 Ibis cinereus Bluwok, Walangkadak 140 Polyplectron Merak kerdil
111 Ibis leucocephala Bluwok berwarna malacense
112 Lorius roratus Bayan 141 Probosciger aterimus Kakatua raja, Kakatua hitam
113 Leptoptilos javanicus Marabu, Bangau tongtong 142 Psatria exilis Glatik kecil, Glatik gunung
114 Leucopsar rothschildi Jalak Bali 143 Pseudibis davisoni Ibis hitam punggung putih
115 Limnodromus Blekek Asia 144 Psittrichas fulgidus Kasturi raja, Betet besar
semipalmatus 145 Ptilonorhynchidae Burung namdur, Burung dewata
116 Lophozosterops Burung kaca mata leher abu-abu 146 Rhipidura euryura Burung kipas perut putih, Kipas
javanica gunung
117 Lophura bulweri Beleang ekor putih 147 Rhipidura javanica Burung kipas
118 Loriculus catamene Serindit Sangihe 148 Rhipudura phoenicura Burung kipas ekor merah
119 Loriculus exilis Serindit Sulawesi 149 Satchyris grammiceps Burung kipas dada putih
120 Lorius domicellus Nori merah kepala hitam 150 Satchyris Burung tepus pipi perak
121 Macrocephalon maleo Burung maleo melanothoras
122 Megalaima armillaris Cangcarang 151 Sterna zimmermanni Dara laut berjambul
123 Megalaima corvine Haruku, ketuk-ketuk 152 Sternidae Burung dara laut (semua jenis dari
124 Megalaima javensis Tulung tumpuk, Bultok jawa famili Sternidae)
125 Megapodiidae Maleo, Burung gosong (semua jenis 153 Sturnus melanopterus Jalak putih , Kaleng putih
dari famili Megapodidae) 154 Sula abbotti Gangsa batu aboti
126 Megapodius Burung gosong 155 Sula dactylatra Gangsa batu muka biru
reintwardtii 156 Sula leucogaster Gangsa batu
127 Meliphagidae Burung sesap, Pengisap madu (semua 157 Sula sula Gangsa batu kaki merah
jenis dari famili Meliphagidae) 158 Tanygnathus Nuri Sulawesi
128 Musciscapa ruecki Burung kipas biru sumatranus
129 Mycteria cinerea Bangau putih susu, Bluwuk 159 Threskiornis Ibis putih, Platuk besi
130 Nectariniidae Burung madu, Jantingan, Klaces aethiopicus
(semua jenis dari famili Nectariniidae) 160 Trichoglossus ornatus Kasturi Sulawesi
131 Numenius spp. Gagajahan (semua jenis dari genus 161 Tringa guttifer Trinil tutul
Numenius) 162 Trogonidae Kasumba, Suruke, Burung luntur
132 Nycticorax caledonicus Kowak merah 163 Vanellus macropterus Trulek ekor putih
133 Otus migicus beccarii Burung hantu Biak
134 Pandionidae Burung alap-alap, Elang (semua jenis REPTILIA/MELATA
dari famili Pandionidae) 164 Batagur baska Tuntong
135 Paradiseidae Burung Cendrawasih (semua jenis dari 165 Caretta caretta Penyu tempayan
famili Paradiseidae)
- 34 - - 35 -
15. 166 Carettochelys Kura-kura Irian 198 Ornithoptera paradisea Kupu sayap burung surga
insculpta 199 Ornithoptera priamus Kupu burung priamus
167 Chelodina Kura Irian leher panjang 200 Ornithoptera rotschldi Kupu burung rotsil
novaeguineae 201 Ornithoptera tithonus Kupu burung titon
168 Chelonia mydas Penyu hijau 202 Trogonotera brookiana Kupu trogon
169 Chitra indica Labi-labi besar 203 Troides amphrysus Kupu raja
170 Chlamydosaurus kingii Soa payung 204 Troides andromanche Kupu raja
171 Chondropython viridis Sanca hijau 205 Troides criton Kupu raja
172 Crocodylus Buaya air tawar Irian 206 Troides haliphron Kupu raja
novaeguineae 207 Troides helena Kupu raja
173 Crocodylus porosus Buaya muara 208 Troides hypolitus Kupu raja
174 Crocodylus siamensis Buaya siam 209 Troides meoris Kupu raja
175 Dermochelys coriacea Penyu belimbing 210 Troides miranda Kupu raja
176 Elseya novaeguineae Kura Irian leher pendek 211 Troides plato Kupu raja
177 Eretmochelys Penyu sisik 212 Troides rhadamatus Kupu raja
imbricata 213 Troides riedeli Kupu raja
178 Gonychephalus Bunglon sisir 214 Troides vandepolli Kupu raja
dilophus PISCES (IKAN)
179 Hydrasaurus Soa-soa, Biawak Ambon, Biawak 215 Homaloptera gymnogaster Selusur Maninjau
amboinensis pohon 216 Latimeria chalumnae Ikan raja laut
180 Lepidochelys alivacea Penyu ridel 217 Notopterus spp. Belida Jawa, Lopis Jawa (semua
181 Natator depressa Penyu pipih jenis dari genus Notopterus)
182 Orlitia borneensis Kura-kura gading 218 Pritis spp Pari Sentani, Hiu Sentani (semua
183 Python molurus Sanca bodo jenis dari genus Pritis)
184 Python timorensis Sanca Timor 219 Puntius microps Wader goa
185 Tiliqua gigas Kadal panana 220 Scleropages formosus Peyang Malaya, Tangkelasa
186 Tomistoma schlegelii Senyulong, buaya sapit 221 Scleropages jardini Arowana Irian, Peyang Irian,
187 Varanus borneensis Biawak Kalimantan Kaloso
188 Varanus gouldi Biawak coklat
189 Varanus indicus Biawak Maluku ANTHOZOA
190 Varanus komodoensis Biawak Komodo, Ora 222 Antiphates spp. Akar bahar, Koral Hitam (semua
191 Varanus nebulosus Biawak abu-abu jenis dari genus Antiphates)
192 Varanus prasinus Biawak hijau
193 Varanus timorensis Biawak Timor BIVALVIA
194 Varanus togianus Biawak Togian 223 Birgus latro Ketam kelapa
INSECTA 224 Cassis cornuta Kepala kambing
(SERANGGA) 225 Charonia tritonis Triton terompet
195 Cethosia myrina Kupu bidadari 226 Hippopus hipopus Kima tapak kuda, Kima kuku
196 Ornithoptera chimaera Kupu sayap burung peri beruang
197 Ornithoptera goliath Kupu sayap burung goliat
- 36 -
- 37 -
16. 255 Cymbidium hartinaluanum Anggrek hartinah
227 Hippopus porcellanus Kima Cina 256 Dendrobium catinecloesum Anggrek karawai
228 Nautilus pompillius Nautilus berongga 257 Dendrobium d’albertisii Anggrek albert
229 Tachipleus gigas Ketam tapak kuda 258 Dendrobium lasianthera Anggrek stuberi
230 Tridacna crocea Kima kunai, Lubang 259 Dendrobium macrophyllum Anggrek jamrud
231 Tridacna derasa Kima Selatan 260 Dendrobium ostrinoglossum Anggrek karawai
232 Tridacna gigas Kima Raksasa 261 Dendrobium phalaenopsis Anggrek larat
233 Tridacna maxima Kima kecil 262 Grammatophyllum Anggrek raksasa Irian
234 Tridacma squamosa Kima sisik, Kima seruling papuanum
235 Trochus niloticus Troka, susur bundar 263 Grammatophyllum Anggrek tebu
236 Turbo marmoratus Batu laga, Siput hijau speciosum
264 Macodes petola Anggrek kiaksara
TUMBUHAN 265 Paphiopedilum Anggrek kasut kumis
1. Palmae chamberlainiamun
237 Amorphophallus Bunga bangkai jangkung 266 Paphiopedilum Anggrek kasut berbulu
docussilvae glaucophyllum
238 Amorphophallus tilamum Bunga bangkai raksasa 267 Paphiopedilum praestans Anggrek kasut pita
239 Borrassodendron Bindang, Budang 268 Paraphalaenopsis denevei Anggrek bulan bintang
borneensis 269 Paraphalaenopsis laycockii Anggrek bulan kalimantan tengah
240 Caryota no Palem Raja/Indonesia 270 Paraphalaenopsis Anggrek bulan kalimantan Barat
241 Ceratolobus glaucescens Palem Jawa serpentilingua
242 Cystotachys lakka Pinang Merah Kalimantan 271 Paraphalaenopsis Anggrek bulan ambon
243 Cystotachys ronda Pinang Merah Bangka amboinensis
244 Engeissona utilis Bertan 272 Paraphalaenopsis gigantean Anggrek bulan raksasa
245 Johanneste ijsanaria Daun payung 273 Paraphalaenopsis Anggrek bulan sumatera
altifrons sumatrana
246 Livistona spp Palem Kipas Sumatera (semua jenis 274 Paraphalaenopsis violacose Anggrek kelip
dari genus Livistona) 275 Renanthera matutina Anggrek jingga
247 Nonga gajah Palem Sumatera 276 Spatholottis zurea Anggrek Sendok
248 Phoenix paludosa Korma rawa 277 Vanda celebica Vanda mungil minahasa
249 Pigafatta filaris Manga 278 Vanda hookeriana Vanda pensil
250 Pinanga javana Pinang Jawa 279 Vanda pumela Vanda mini
280 Vanda sumatrana Vnda Sumatera
II. Rafflessiacea
251 Rafflesia spp. Rafflesia, Bunga Padina (semua IV. Nephentaceae
jenis dari genus Rafflesia) 281 Nephontes spp. Kantong Semar (semua jenis dari
genus Nephontes)
III. Orchidaceae
252 Ascocentrum miniatum Anggrek kebutan V. Dipterocarpaceae
253 Coelogyne pandurata Anggrek hitam 282 Shorea stenopten Tengkawang
254 Corybas fornicatus Anggrek koribas 283 Shorea stenoptera Tengkawang
- 38 -
- 39 -