1. 27
BAB IV
INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN
4.1 Uraian Sistem
Lokasi sumber kebakaran (alarm zone) ditunjukkan berdasarkan titik lokasinya
(letak detector) untuk detektor analog, sedangkan detektor jenis konvensional
berdasarkan area lokasinya (zone detector). Jenis detector yang dipasang pada tempat-
tempat umum disesuaikan dengan fungsi dan luas ruangan. Manual call point yang
dilengkapi intercom ditempatkan dilintasan umum, didalam / dekat hydrant box atau
dekat pintu keluar dari ruangan yang cukup besar.
Lampu flasher (Flasher lamp) dipasang pada tempat yang mudah terlihat oleh umum. Bel
tanda bahaya (Alarm bell) mempunyai sound level minimum 15 dB di atas noise level
pada saat keadaan mulai gawat (emergency). Master control panel fire alarm (MCPFA)
ditempatkan di ruang kontrol elektronik lantai dasar. Network Annunciator ditempatkan
di ruang security dan pusat pengendali kebakaran lantai dasar.
Pembagian Daerah Kebakaran (Zone Alarm Area) untuk :
a. Memudahkan petugas menentukan route gerak yang cepat menuju daerah
kebakaran.
b. Membantu petugas mengetahui ada atau tidak adanya personil ditempat
kebakaran.
c. Memudahkan petugas menentukan lokasi kebakaran.
d. Membantu petugas mengetahui bekerja atau tidaknya alat pemadam kebakaran.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
2. 28
Apabila terjadi kebakaran disuatu lantai pada zone area tertentu, maka pada
MCPFA akan terindikasi zone area tersebut. Petugas datang memeriksa apakah benar
terjadi kebakaran atau hanya alarm palsu. Alarm bell pada lantai tersebut serta satu lantai
diatas dan dibawahnya akan berbunyi dan VRF akan dimatikan pada lantai bersangkutan,
bila kebakaran memang terjadi pada area yang terindikasi.
Kondisi ini memberikan kesempatan pada petugas untuk mengatasi terjadinya
kebakaran apabila bisa diatasi maka untuk menghindari panik pada panel MCPFA dapat
dimatikan bunyi alarm bell. Apabila kondisi tidak bisa diatasi maka dapat dilakukan
petunjuk evakuasi paging dari sentral tata suara. Kalaupun kondisi diatas tetap tidak bisa
diatasi maka akan diaktifkan general alarm, dimana seluruh alarm bell akan berbunyi dan
lift akan diturunkan kelantai dasar.
Setiap indikasi dari detektor, titik panggil manual, akan diteruskan ke sistem
panel kontrol (MCPFA), tanda bahaya kebakaran. Dengan adanya indikasi ini maka panel
kontrol akan membunyikan tanda bahaya dimana alat ini ditempatkan, membunyikan bel
elektronik buzzer dipanel kontrol. Petugas yang telah ditunjuk dapat menghentikan untuk
sementara bunyi bell tanda bahaya dengan menekan tombol SILENCE dan selanjutnya
petugas harus memeriksa keadaan. Jika api berada dilokasi kebakaran, maka petugas
akan segera bergerak mengikuti petunjuk route yang paling effektif dan cepat menuju ke
lantai yang bersangkutan.
Setelah berada pada arah zone alarm kebakaran yang tepat maka petugas dapat
langsung menuju lokasi dimana terjadi kebakaran, mengambil tindakan pemadaman dan
melaporkan situasi ke sentral melalui intercom atau handi talki. Bila keadaan tidak dapat
dikuasai, barulah dibunyikan / diaktifkan general alarm. Fungsi dari fire intercom sebagai
alat komunikasi antara fireman (petugas pemadam kebakaran) dengan
operator MCPFA pada saat kebakaran terjadi sehingga informasi / kondisi
dilapangan dapat diterima / diketahui dengan baik.
Koordinasi untuk menangani kebakaran tersebut dapat berjalan dengan baik dan
lancar. Untuk tujuan tersebut maka diperlukan kabel Instalasi dari jenis Fire Resistance
Cable (FRC) sehingga walaupun kabel tersebut terbakar, komunikasi tetap dapat
dilakukan dengan baik. Kabel FRC tidak hanya untuk instalasi pada alat intercom akan
tetapi kabel FRC juga digunakan untuk peralatan seperti manual push button, bel tanda
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
3. 29
bahaya (alarm bell), lampu flasher (flasher lamp), panel lift, pressurize fan, tamper
switch, flow switch, panel genset, panel listrik dll.
Bila terjadi kebakaran :
a. MCPFA mengirimkan sinyal / informasi ke key telepon, supaya key telepon
mendial-up line direct yang disediakan khusus untuk Dinas Pemadam Kebakaran
terdekat (disediakan 1 line direct khusus untuk ke Dinas Pemadam Kebakaran).
b. MCPFA juga mengirimkan sinyal ke panel kontrol Lift, sehingga panel kontrol
lift secara otomatis memberikan perintah ke lift untuk turun ke lantai dasar / lantai
1.
c. MCPFA mengirimkan sinyal ke sentral tata suara untuk memberi petunjuk
evakuasi bila kondisi kebakaran telah dapat diatasi.
d. Car lift yang dapat diaktifkan secara manual oleh petugas DPK hanya car lift
service, apabila tidak ada car lift service maka petugas DPK bisa mengaktifkan lift
penumpang.
MCPFA bekerja, jika ada indikasi dari detektor yang didahului adanya
kenaikan suhu dengan cepat diluar normal, tingkat suhu melebihi tingkat normal, dan
kepekatan asap melebihi kepekatan asap yang normal serta adanya bunga api. Indikasi ini
di deteksi oleh detektor & kemudian diteruskan ke panel MCPFA sebagai pusat kontrol
dari tanda bahaya kebakaran, dari indikasi tersebut maka panel kontrol akan
membunyikan tanda bahaya dengan cara membunyikan bell elektronik buzzer di panel
kontrol.
Bila terjadi kebakaran maka kamera CCTV secara otomatis langsung merekam
kejadian tersebut. Perangkat DVR (Digital Video Recorder) perangkat yang merekam
pada sistem CCTV, akan merekam kejadian tersebut setelah mendapat inputan dari
MCPFA berupa tegangan 24 volt.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
4. 30
Sistem Yang Dibutuhkan
a. Adanya gejala sumber api yang bisa menimbulkan bahaya kebakaran harus bisa
diketahui lebih awal, dengan mengamati gejala-gejala sbb :
- Kenaikan suhu dengan cepat diluar normal.
- Tingkat suhu melebihi tingkat yang normal.
- Kepekatan asap melebihi kepekatan asap yang normal pada ruangan yang
memang biasanya ada asap misal pada ruangan dimana orang diperbolehkan
merokok. Sedangkan pada ruangan yang biasanya tidak ada asap maka adanya
asap memberikan pertanda adanya gejala sumber api.
- Adanya bunga api (flame).
b. Indikasi lokasi api harus memberikan informasi yang cepat dan effektif kepada
operator, petugas kebakaran, petugas keamanan gedung dan petugas utility
gedung untuk mengambil tindakan penyelamatan orang dan material serta
tindakan pemadam api.
c. Pemberitahuan adanya bahaya api kepada umum harus bisa selektif sesuai dengan
tingkat bahayanya agar tidak menimbulkan kepanikan dan kemacetan arus orang.
Tetapi bila diperlukan bisa juga all-call serempak keseluruhan bagian bila
keadaan sudah sangat gawat. Sistem tanda bahaya atau pemberitahuan
emergency harus mendapat prioritas pertama (dominant) mengatasi (override)
system background music, panggilan atau acara-acara lainnya.
d. Dalam keadaan supply listrik dari PLN terputus, sistem ini harus di backup
oleh supply cadangan selama 24 jam agar sistem masih tetap bisa mendeteksi
api. Back-up dilakukan oleh battery dan genset. Sedangkan dalam keadaan sistem
diaktifkan oleh adanya sumber api dimana sistem kontrol, monitoring dan alarm
bell harus dibunyikan maka untuk menghindari bahaya orang terkena arus hubung
singkat ada kemungkinan aliran listrik dari PLN maupun dari genset diputuskan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
5. 31
maka sistem ini harus tetap sanggup bekerja dengan supply dari battery selama 4
jam (general alarm). Kapasitas battery sebesar 100 AH.
e. Sistem harus effektif, tidak berlebihan, murah tapi bisa dipromosikan sebagai
sistem yang cukup memberikan rasa aman.
f. Sistem alarm terhubung dengan panel AC dan sistem M/E lainnya.
Fasilitas interkoneksi yaitu hubungan antara sentral deteksi kebakaran
(MCPFA) dengan sistem ME lainnya untuk keperluan :
a. Mengindikasikan tertutup atau tidaknya control valve pada sistem fire fighting.
b. Mengindikasikan bekerjanya flow switch yang ada di tiap control valve.
c. Mematikan panel utama tegangan rendah pada waktu terjadinya general alarm.
d. Memerintahkan hidup pressurized fan pada waktu terjadinya kebakaran.
e. Memerintahkan seluruh car lift turun ke lantai dasar.
f. mengirimkan sinyal ke system tata suara untuk evakuasi.
Untuk memudahkan petugas Dinas Pemadam Kebakaran (DPK) bekerja, maka di
ruang kontrol/ruang pusat kendali kebakaran dipasang tombol/switch manual serta kabel
Fire Resistance Cable (FRC) dari Main Control Fire Alarm (MCPFA) ke pressurized fan
di lantai atap masing-masing tangga kebakaran. Pressurized fan diperintahkan hidup oleh
panel alarm secara otomatis, apabila perintah secara otomatis tidak berfungsi sistem akan
di hidupkan secara manual.dari ruang kontrol elektronik, panel manual akan di letakkan
diruang kontrol untuk memindahkan apabila ada kendala di sistem MCPFA. Semua panel
deteksi kebakaran harus diberi pentanahan dengan kawat NYA 4 mm dan MDF dengan
kawat NYA 50 mm2
. Pentanahan yang digunakan adalah sistem Pembumian Pengaman
(sistem PP).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
6. 32
4.2Bahan dan Peralatan Utama
4.2.1 Tipe Detektor
- Detektor asap Photoelektrik konvensional (Conventional Addressable
Photoelectric Smoke Detectors).
- Detektor asap photoelektrik analog dilengkapi sirine dan LED indikator
(untuk kamar).
- Detektor Panas Konvensional Tipe Kombinasi (Conventional Rate Of Rise
Heat Detektor).
- Detektor Panas Analog Tipe Temperature Tetap (Conventional Fixed
Temperature Heat Detector).
- Detektor Gas Tipe LPG.
- Titik Panggil Manual (Manual Push Button).
- Bel Tanda Bahaya (Alarm Bell).
- Lampu Flasher (Flasher Lamp).
4.2.2 Tipe Panel
Main control panel fire alarm (MCPFA) 1 loop = 127 address, total 4 loop.
4.2.3 Kabel
- STP 16 AWG (1,3 mm2
), 2 pair.
- FRC STP 16 AWG (1,3 mm2
), 1 pair.
- FRC 2 x 2,5 mm2
.
- FRC 2 x 1,5 mm2
.
- FRC 4 x 1,5 mm2
.
- NYA 4 mm2
.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
7. 33
4.3Gambar Instalasi
Gambar 4.1 Gambar Instalasi Panel Di Ruang Kontrol
Gambar 4.2 Gambar Instalasi Gas Detekor dan Fix Temperature
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
8. 34
Gambar 4.3 Gambar Instalasi Photoelectric Smoke Detekor di kamar
Gambar 4.4 Gambar Instalasi Hydrant Box di koridor
http://digilib.mercubuana.ac.id/z