3. Jaringan kampus yang kuat dan komunikatif
Penyebaran komisariat yang didukung dengan wilayah strategis
Tradisi intelektual dan berorganisasi yang tumbuh di setiap kampus
Jumlah kader yang tersebar di berbagai kampus yang komisariat
maupun non-komisariat
Pencitraan KAMMI yang positif di lingkungan kampus
Program Akreditasi Komisariat yang strategis dalam
memperkokoh, mengevaluasi, dan mengembangkan organisasi dan
kaderisasi
4. Keaktifan yang kurang membudaya di lingkungan KAMMI
Terlalu mengandalkan personal tertentu dalam menggaggas ide gerakan
Terbatasnya para pemikir dan penggerak KAMMI di komisariat
Pengawasan Akreditasi Komisariat yang kurang intensif dan spesifik
Pendataan internal komisariat dan analisa kampus yang belum terurut secara
administratif
Program kerja KAMMI yang kurang konstitusional dari minimalisnya
informasi terhadap konstitusi KAMMI
Terbatasnya SDM yang fokus dalam pegembangan organisasi KAMMI
5. Tersedianya kelengkapan perangkat-perangkat organisasi KAMMI
Pendataan melalui akreditasi yang cukup responsif dari Komisariat
Ruang komunikasi yang terbuka untuk menumbuhkan KAMMI di berbagai
kampus
Sistem akreditasi yang tersedia dalam mengukur dan mengevaluasi kinerja
organisasi secara berkala
Adanya keinginan yang kuat ditingkatan Daerah, Komisariat dan masyarakat
dalam mengembangan organisasi KAMMI yang lebih maju
Pembagian peran yang meluas di kepengurusan KAMMI Daerah Bandung yang
makin memperluas cakupan kerja
6. Belum beradaptasinya trend gerakan mahasiswa baru di tengah menguatnya
kultur hedonisme dan apatisme di Kampus
Kekurangan SDA dan SDM yang berkualitas yang dialami beberapa komisariat
yang mengalami kemunduran
Belum meratanya kapasitas jaringan dan komunikasi Kammi di stakeholder
kampus dan masyarakat sebagai sebab kelambatan adaptasi
Citra gerakan mahasiswa yang kurang produktif di kampus dan masyarakat
Belum seimbangnya tuntutan percepatan antara trend akademik dan
organisasi