SlideShare a Scribd company logo
ANALISA KERJA RECLOSER
       TIPE VWVE MEREK COOPER
DI WILAYAH PT.(Persero)PLN APJ SURAKARTA


                        SKRIPSI
       Untuk memperoleh gelar Sarjana Tehnik Elektro
             pada Universitas Negeri Semarang




                        Oleh
                 Muh.Qomarudin ma’sum
                   NIM 5350403023




          FAKULTAS TEKNIK
    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
                 2007
ii




                                   SKRIPSI

                    ANALISA KERJA RECLOSER
              TIPE VWVE MEREK COOPER DI WILAYAH
                  PT.(Persero)PLN APJ SURAKARTA

                      yang dipersiapkan dan disusun oleh
                           Muh.Qomarudin ma’sum
                                 5350403023
                 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
                           pada tanggal 4 Juli 2007

                           Susunan Dewan Penguji



Pembimbing Utama                                  Anggota Tim Penguji Lain




Dr. Ir. Sasongko Pramono Hadi, DEA                 Drs. Ngadirin, M.T.
NIP. 130 815 059                                   NIP. 130 422 773


Pembimbing Pendamping




Drs. Subiyanto, M.T.
NIP. 130 687 603

            Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
                   untuk memperoleh derajat sarjana teknik
                              tanggal :    Juli 2007




                        Drs. Djoko Adi Widodo, M.T.
                              NIP. 131 570 064

                       Pengelola Jurusan Teknik Elektro
                         Universitas Negeri Semarang


                                       ii
iii



                                 PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.



                                                     Semarang,    Juli 2007




                                                     Muh.Qomarudin Ma’sum
                                                     NIM 5350403023




                                        iii
iv



                                  INTISARI



       Sistem tenaga listrik sangat memegang peranan penting dalam semua
aspek. Sehingga untuk memperoleh kontinuitas pelayanan diperlukan penerapan
dan penggunaan peralatan proteksi untuk mengatasi gangguan. Recloser
merupakan salah satu peralatan pengaman yang dapat mendeteksi arus lebih
karena gangguan antara fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah, dimana recloser
ini dapat memutus arus dan menutup kembali secara otomatis.
       Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecepatan kerja dari
recloser tipe VWVE (vaccum withstand voltage elektronical) jika mendapat arus
gangguan sebesar 200%,300%,400%,dan 500% dari arus setting kumparan trip.
Manfaat penelitian ini untuk mengetahui apakah recloser tersebut masih layak
digunakan sebagai sistem proteksi pada jaringan distribusi 20kV dimana metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen one shoot case study.
       Dari hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa hasil pemutus
yang sebenarnya dari recloser tipe VWVE merek cooper masih dibawah garis
kurva arus, ini berarti bawa recloser tipe VWVE merek cooper tersebut masih
dapat digunakan sebagai sistem proteksi pada jaringan distribusi 20 kV. Selama
melakukan pengujian badan alat ukur tidak ditanahkan oleh karena itu PT.PLN
(persero) hendaknya memasang kabel pentanahan untuk keselamatan pengujian.


Kata kunci    : Energi listrik, PLN,Recloser tipe VWVE




                                       iv
v



                                   ABSTRACT


        System electric power very important playing a part in all aspect. So that
to obtain;get service kontinuitas needed by applying and usage of equipments of
proteksi to overcome trouble. Recloser represent one of equipments of
peacemaker of which can detect current more because trouble between fasa with
or fasa of fasa with land;ground, where this recloser can break current and close
again automatically.

        Target of this research is to know speed of [job/activity] of type recloser of
VWVE ( elektronical voltage withstand vaccum) if getting trouble current equal to
200%,300%,400%,dan 500% from current of setting bobbin of trip. this Research
benefit to know do used as competent still the recloser [of] system of proteksi
distribution network 20kV where method which is used in this research is
experiment of one study case shoot.
        From result of research which [is] [is] to be concluded that result of
pemutus which in fact from type recloser of VWVE brand of cooper still
below/under current curve line, this means bringing type recloser of VWVE brand
of cooper the admit of to be used as system of proteksi distribution network 20
kV. During conducting examination of land;ground measuring instrument body
donot therefore PT.PLN ( persero) shall install land ground cable for the safety of
examination

Keyword : Energi Electrics, PLN,RECLOSER type of VWVE




                                          v
vi



                      MOTTO DAN PERSEMBAHAN


MOTTO :
“ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ” (QS. Ar Ra’d : 11).
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yag telah
diusahakannya” (An Najm : 39).
“Barangsiapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang seharusnya yang
ditunjukan untuk mencari ridho Allah bahkan hanya untuk mendapatkan
kedudukan/kekayaan duniawi maka ia tidak akan mendapatkan baunya surga
nanti pada hari kiamat (riwayat Abu Hurairah radhiallahu anhu)”.
“Jangan sia-siakan hidupmu untuk masa depan yang akan kamu jalani”.
“Bersungguh-sungguhlah dalam menjalani hidup ini”.




                             PERSEMBAHAN
           Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT
              Sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada :
          Keluargaku yang selalu memberikan motivasi dalam hidupku
                Dan selalu memberikan inspirasi dalam hidupku
            Kekasihku yang aku cintai, terima kasih atas semuanya
                       Teman-teman TE 2003 UNNES
                          Pihak PLN APJ Surakarta




                                      vi
vii



                            KATA PENGANTAR



Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Ta’ala, Tuhan pencipta alam

semesta pengatur hidup dan kehidupan manusia, yang menguasai alam raya

beserta isinya serta yang memberikan kasih sayangNya kepada setiap

makhlukNya. Sehingga dengan keridloanNya skripsi dengan judul “Analisis

Analisa Kerja Recloser Tipe VWVE diwilayah APJ Surakarta” dalam rangka

menyelesaikan studi Strata Satu untuk mencapai gelar Sarjana di Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang dapat diselesaikan. Untuk itu ucapan terima kasih

disampaikan kepada:

   1   Drs. Djoko Adi Widodo, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Elekto

       Universitas Negeri Semarang.

   2   Dr.Ir. Sasongko Pramono Hadi,DEA, Dosen Pembimbing utama dari

       Universitas Gadjah Mada

   3   Bapak Nur Muhammad sebagai pembantu penulisan skripsi ini dari pihak

       APJ surakarta.

   4   Keluarga besar penulis (Bpk Muh.Kamil, Ibu Siti Imro’atun serta semua

       kakak-kakakku (Juned-Nur,Muh-Nur,Udin-Lely,Arsad-Ida)) yang banyak

       membantu pembuatan media pembelajaran ini dan yang banyak memberi

       semangat lebih.

   5   Kekasih saya yang memberikan suport keteguhan hati atau yang

       mendukung terselesainya skripsi ini.




                                       vii
viii



   6   Teman-teman (TE 2003) yang telah memberikan sumbangsih pikiran,

       semangat juga do’a, hingga terselesianya Skripsi ini.

   7   Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

       dan memberikan dorongan dalam penyelesaian skripsi.

       Masukan berupa saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

dunia pendidikan pada khususnya.




                                                    Semarang,   Juli 2007



                                                    Penulis




                                       viii
ix



                                                 DAFTAR ISI

                                                                                                          Halaman

JUDUL............................................................................................................     i

PENGESAHAN..............................................................................................             ii

PERNYATAAN............................................................................................              iii

INTISARI......................................................................................................      iv

ABSTRAK......................................................................................................        v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................. vi

KATA PENGANTAR.................................................................................... vii

DAFTAR ISI...................................................................................................       ix

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................                 xi

BAB I PENDAHULUAN

     A. Latar Belakang......................................................................................         1

     B. Permasalah...........................................................................................        3

     C. Tujuan Penelitian..................................................................................          4

     D. Manfaat Penelitian................................................................................           5

     E. Penegasan Istilah...................................................................................         5

     F. Sistematika Skripsi................................................................................          6

BAB II LANDASAN TEORI

     A. Sistem Jaringan Distribusi.....................................................................              7

     B. Sistem Pengaman................................................................................... 13

     C. Rele Pengaman....................................................................................... 16

     D. Penutup Balik Otomatis (Auto Circuit Recloser)................................... 22


                                                            ix
x



  E. Recloser Tipe VWVE (Vaccum Withstand Voltage Electronical)

       Merek Cooper........................................................................................      32

BAB III METODE PENELITIAN

  A. Waktu Dan Tempat Penelitian............................................................                     39

  B. Jenis Penelitian...................................................................................         39

  C. Variable Penelitian ............................................................................            40

  D. Alat dan Bahan .................................................................................            40

  E. Desain Eksperimen ...........................................................................               40

  F. Pengambilan Data .............................................................................              41

  G. Rangkaian Eksperimen.......................................................................                 42

  H. Analisa Data.......................................................................................         47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  A. Hasil Penelitian....................................................................................        51

  B. Analisis Hasil Penelitian.......................................................................            59

BAB V PENUTUP

   A. Kesimpulan.........................................................................................        65

   B. Saran...................................................................................................   65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN




                                                        x
xi



                         DAFTAR GAMBAR


Gambar 1, Daerah Proteksi…………………………………………………..                         15

Gambar 2a.Rangkaian Kotak Kontrol Elektronik……………………..……..             27

Gambar 2b.Diagram Satu Garis Current Transformer Pada Recloser.……...   27

Gambar3.Elektronic Control Box……………………………………………                        29

Gambar 4. Recloser Tipe VWVE Merek Cooper……………..………………                 33

Gambar 5a. Tampak Atas     ………………………………………….……                         33

Gambar 5b.Tampak Samping………………………...………………………                          33

Gambar 5c. Tampak Depan ………………………………………..………                           33

Gambar 6. Bagian-bagian Dari Recloser Tipe VWVE Merek Cooper………        34

Gambar 7. Gangguan Permanen Pada Jaringan …………………..…………                35

Gambar 8. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Tetap…………      35

Gambar 9. Recloser Mengalami Gangguan Sesaat……………………..……               36

Gambar 10. Grafik Pemutus Recloser Jikaterjadi Gangguan Sesaat...………   36

Gambar 11. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Semi

           Permanen………………….……………………………………                              37

Gambar 12. Pemasangan Recloser Pada Tiang Jaringan……………………             37

Gambar 13. Pemasangan Recloser Pada Jaringan Yang Beroperasi Secara

           Radial …………………………………………………………..                             38

Gambar 14. Desain Experiment One Shot Case Study………………………              41

Gambar 15. Diagram Blok Pengukuran…………………………………...…                    42

Gambar 16. Rangkain Penguji Recloser Tipe VWVE Merek Cooper..………       43



                                    xi
xii



Gambar 17. Alat Uji Jenis MET Mc. Graw Edison…………………….....…                44

Gambar 18, Grafik Kurva Fasa Trip…………………………………………                          49

Gambar 19, Grafik Kurva Ground Trip…………………………………...…                       50

Gambar 20, Blok Diagram Recloser…………………………………………                           51

Gambar 21, Perbandingan Antara Grafik Kurva Arus Referensi Fasa Trip Dan

            Hasil Pemutusan Fasa Trip Yang Sebenarnya…………………               60

Gambar 22, Perbandingan Antara Grafik Kurva Arus Referensi Ground Trip Dan

            Hasil Pemutusan Ground Trip Yang Sebenarnya………...……            62




                                    xii
BAB I

                              PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

       Sistem tenaga listrik sangat memegang peranan penting dalam semua

aspek, sehingga faktor keamanan pada pusat pembangkit listrik maupun pada

jaringan tegangan menengah sangat diperlukan.

       Dalam jaringan distribusi terdapat banyak sekali gangguan yang

mengakibatkan penurunan kapasitas daya listrik yang disalurkan ke beban. Hal

tersebut dapat mengganggu mekanisme kerja penggunaan energi listrik. Maka dari

itu untuk memperoleh kontinuitas pelayanan tersebut penerapan dan penggunaan

peralatan proteksi dalam mengatasai gangguan mempunyai peranan yang sangat

penting.

       Peralatan pengaman dalam        sistem tenaga listrik, digunakan sebagai

pengaman pada daerah - daerah tertentu. Daerah pengaman tersebut dibuat

sedemikian rupa sehingga dibeberapa bagian dalam saluran terjadi tumpang tindih

sehingga tidak ada daerah didalam sistem tenaga listrik yang tidak terlindungi.

       Alat proteksi yang digunakan adalah sebuah rele dan perlengkapannya

yang bekerja memberi perintah kepada pemutus tenaga untuk membuka atau

memisahkan bagian bila terjadi gangguan.

       Untuk memudahkan pengamanan terhadap gangguan, digunakan rele yang

berfungsi membuka dan menutup secara otomatis yang disebut ”reclosing

(recloser)” dimana sistem kendalinya ada pada kotak kontrol elektronik.




                                        1
2



       Recloser merupakan suatu peralatan pengaman yang dapat mendeteksi

arus lebih karena hubung singkat antara fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah,

dimana recloser ini memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan

selang waktu yang dapat diatur misal dengan setting interval reclose 1 sampai 5

detik dan setting interval reclose 2 sampai 10 detik dan pada trip ketiga recloser

akan membuka tetap dengan sendirinya karena gangguan itu bersifat permanen.

Peralatan ini digunakan sebagai pelindung saluran distrbusi      dan mempunyai

peranan penting dalam perlindungan sistem daya karena saluran distribusi

merupakan elemen vital suatu jala-jala, yang menghubungkan gardu induk (GI) ke

pusat - pusat beban.

       Pembatasan gangguan pelayanan dapat diukur untuk daerah sesempit

mungkin dengan cara memasang saklar-saklar bersekering yang dipasang pada

tempat-tempat strategis dan diberi pengaman lebur. Ini akan menjamin bahwa

sekering ditempat yang terdekat dengan letak gangguan akan bekerja terlebih

dahulu pada saat ganguan itu terjadi. Pada jaringan distribusi diperoleh data

bahwa 70% sampai 80% gangguan bersifat permanen yaitu gangguan yang dapat

dihilangkan atau diperbaiki setelah bagian yang terganggu itu diisolir dengan

bekerjanya pemutus daya (TS. Hautaruk,1991:4).

       Permasalahan yang sering muncul pada saluran distribusi atau jaringan

tegangan menengah 20kV adalah bagaimana mengatasi suatu gangguan yang

menghambat kelancaran sistem penyaluran beban. Ada banyak jenis recloser yang

digunakan dalam mengatasi gangguan salah satunya memasang sebuah rele
3



otomatis yang dapat mempersempit daerah gangguan. Jenis recloser menurut

media peredaman busur apinya adalah (PLN, Pusdiklat.1997):

       1.Vaccum (hampa udara)

                - Nova

       2. Gas SF6

                -Brush

                -Nullec

       3. Oil (minyak)

                -MVE

                -VWVE

       Recloser tipe MVE dan recloser tipe VWVE keduanya mempunyai prinsip

kerja yang sama hanya dibedakan pada media pemutusnya saja. Recloser tipe

MVE menggunakan motor listrik 220 V dengan daya sebesar 0,75 HP, sedangkan

recloser tipe VWVE menggunakan closing selenoid 20 Kv. Recloser tipe VWVE

lebih banyak dipakai dari pada recloser tipe MVE, sebab dilihat dari segi

ekonomisnya lebih mudah perawatan dan lebih sederhana.

       Bertolak dari permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk malakukan

analisis kerja recloser tipe VWVE (Vaccum Withstand Voltage Electronical)

merek Cooper.



B. Permasalah

       Untuk menghindari presepsi yang salah dan meluasnya pembahasan, maka

pembatasan masalah penelitian ini adalah pada analisis kerja dari sebuah recloser
4



tipe VWVE (Vaccum Withstand Voltage Elektronical) merek cooper dengan arus

pengaturan pemutusan sebesar 200%,300%,400%,500% dari arus setting

kumparan trip yang sebesar 100A atau bisa disebut dengan I nominal, karena

recloser yang digunakan di wilayah kerja PT.PLN (Persero) cabang Surakarta

menggunakan arus pengaturan setting kumparan trip yang besarnya 100A.

   Rumusan masalah skripsi ini adalah :

1. Bagaimana recloser tipe VWVE bekerja mulai dari mendapatkan arus

   gangguan trip sampai dengan recloser kembali beroperasi seperti sebelum

   terjadinya gangguan.

2. Seberapa cepat sebuah recloser tipe VWVE merek cooper akan trip jika terjadi

   arus gangguan sebesar 200%,300%,400%,500% dari I nominal yang mungkin

   terjadi pada jaringan tegangan menengah 20 kV.

3. Mengapa terjadi perbedaan waktu pemutusan antara waktu pengaturan dengan

   waktu nyata dan waktu pemutusan antara fasa trip dan ground trip.



C. Tujuan Penelitian

   Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

a. Untuk mengetahui kemampuan sistem proteksi dari recloser tipe VWVE merek

   cooper jika terjadi gangguan pada jaringan distribusi tegangan menengah 20

   kV.

b. Untuk mengetahui seberapa besar cepat recloser tipe VWVE merek cooper

   melokalisir daerah yang terjadi gangguan.
5



c. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan waktu trip jika terjadi gangguan

   phase-trip dan ground-trip pada recloser tipe VWVE merek cooper.



D. Manfaat Penelitian

   Manfaat penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang keandalan recloser tipe

   VWVE merek cooper sebagai sistem proteksi pada jaringan distribusi 20 kV.

2. Manfaat bagi peneliti adalah memperdalam pengetahuan tentang karakteristik

   dan pengaturan recloser tipe VWVE merek cooper di wilayah kerja PT.PLN

   (Persero) Cabang Surakarta.



E. Penegasan Istilah

   Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan suatu persoalan, penegasan

istilah yang penulis gunakan adalah:

1. Recloser adalah fasilitas tembahan pada system distribusi untuk menghindari

   pemutusan transient (KG.jacson, 1981:302).

2. Sistem adalah sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja bersama-

   sama untuk melakukan suatu maksud (WJS. Poerwodarminto, 1996 : 955).

3. Proteksi adalah piranti yang dirancang untuk melindungi komponen peralatan

   atau sistem listrik dari berbagai efek yang merusak ketika kondisi ab-normal

   muncul selama operasi (KG.Jacson,1981:291).

4. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui

   keadaan yang sebenarnya.(Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001:43).
6



F.   Sistematika Sekripsi

      Skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

1. Bagian pendahuluan skripsi yang berisi halaman judul, halaman pengesahan,

     pernyataan, intisari, abstract, halaman motto dan persembahan, kata pengantar,

     daftar isi, dan daftar gambar.

2. bagian isi sekripsi,yang terdiri atas lima bab, yaitu :

BAB I     PENDAHULUAN

          Dalam bab ini berisi: latar belakang, permasalah, tujuan penelitian,

          manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika sekripsi

BAB II LANDASAN TEORI

          Dalam bab ini berisi: sistem jaringan distribusi, sistem pengaman rele

          pengaman penutup, balik otomatis (auto circuit recloser), dan Recloser

          tipe VWVE (vaccum withstand voltage electronical) merek cooper.

BAB III METODE PENELITIAN DAN RANGKAIAN EKSPERIMEN
          Dalam bab ini berisi: jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian,

          variable penelitian, alat dan bahan , desain eksperimen , pengambilan

          data , rangkaian eksperimen, dan analisa data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

          Dalam bab ini berisi: hasil penelitian, dan analisis hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

           Dalam bab ini berisi: simpulan dan saran.
BAB II

                                  LANDASAN TEORI

A.    Sistem Jaringan Distribusi

          Sistem jaringan distribusi ditinjau dari sistem tegangannya dapat di

kelompokkan menjadi dua tegangan, yaitu distribusi tegangan rendah dan

distribusi tegangan menengah. Sistem distribusi tegangan menengah di PLN

mempunyai sistem radial dengan saluran udara dan saluran kabel tanah pada kota-

kota besar. Tegangan menengah yang digunakan saat ini adalah 20 kV.

          Bila dikelompokkan berdasarkan sumber pemasukan tegangan sistem

distribusi, dapat berasal dari:

          1. Pusat pembangkit tegangan rendah, disalurkan pada sistem distribusi

             yang umumnya pada listrik desa.

          2. Pusat pembangkit tegangan menengah, didistribusikan pada tegangan

             menengah dan tegangan rendah umumnya di dapatkan di pula - pulau

             sedang atau kecil.

          3. Dari sistem tegangan tinggi menggunakan trafo daya pada GI.

          Sistem distribusi mempunyai fungsi menyalurkan dan mendistribusikan

tenaga listrik dari gardu induk atau pusat pembangkit ke pusat - pusat atau

kelompok beban, dengan mutu yang memadai dan keterhandalan sistem yang

tinggi.

          Jadi tingkat kehandalan tinggi dapat diperoleh dengan tingkat komunitas

pelayannan yang tinggi dan frekuensi pemadaman karena gangguan rendah.




                                         7
8



Frekuansi pemadaman karena gangguan dapat diperkecil dengan sistem proteksi

yang sesuai, baik dan memadai.

a. Gangguan

       Gangguan adalah suatu keadaan sistem yang tidak normal, sehingga

gangguan pada umumnya terdiri dari hubung singkat dan rangkaian terbuka (open

circuit). Bila hubung singkat dibiarkan berlangsung lama pada suatu sistem daya,

akan muncul pengaruh-pengaruh berikut ini :

   1) Berkurangnya batas - batas keseimbangan untuk sistem daya itu.

   2) Rusaknya peralatan yang berada dekat dengan gangguan yang disebabakan

       oleh arus yang besar, arus yang tidak seimbang atau tegangan - tegangan

       rendah yang disebabkan oleh hubung singkat.

   3) Ledakan - ledakan yang mungkin terjadi pada peralatan yang mengandung

       minyak isolasi sewaktu hubung singkat, dan mungkin menimbulkan

       kebakaran sehingga dapat membahayakan orang yang menanganinya dan

       merusak peralatan yang lain.

   4) Terpecah - pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya itu oleh

       suatu rentetan tindakan pengaman yang diambil oleh sistem - sistem

       pengaman yang berbeda - beda.

b. Sebab - Sebab Terjadinya Gangguan

       Menurut Hutauruk (1991:4), ada beberapa macam gangguan tranmisi,

yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor lainnya. Faktor - faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem transmisi ialah :

   1. Surja petir atau surja hubung.
9



     Petir sering menyebabkan gangguan pada sistem tegangan tinggi sampai

     150 - 500kV. Sedangkan pada sistem dibawah 20kV, yang menjadi sebab

     utama adalah surja hubung.

  2. Burung

     Jika burung dekat pada isolator gantung dari saluran transmisi, maka

     clearance (jarak aman) menjadi berkurang sehingga ada kemungkinan

     terjadi loncatan api.

  3. Polusi (debu)

     Debu - debu yang menempel pada isolator merupakan konduktor yang

     bisa menyebabkan terjadinya loncatan bunga api.

  4. Pohon - pohon yang tumbuh dekat saluran transmisi.

  5. Retak - retak pada isolator.

     Dengan adanya retak - retak isolator maka secara mekanis apabila ada

     petir yang menyambar akan tembus (break down) pada isolator.

c. Macam–macam Gangguan

  1. Gangguan pada saluran :

         a) Gangguan dua fasa atau tiga fasa melalui tahap hubung tanah.

         b) Gangguan dua fasa.

         c) Gangguan dua fasa ketanah.

         d) Gangguan satu fasa ketanah atau gangguan tanah.

  2. Lamanya waktu gangguan :

         a) Gangguan permanen baru dapat dihilangkan atau diperbaiki setelah

              bagian terganggu itu di isoler dengan bekerjanya pemutus daya.
10



          b) Gangguan temporer

              Gangguan temporer yaitu gangguan yang terjadi hanya dalam

              waktu singkat kemudian sistem kembali pada keadaan normal.

              Misalnya gangguan yang disebabkan oleh petir atau burung,

              dimana terjadi loncatan api pada isolasi udara atau minyak.



              Dari berbagai macam penyebab gangguan tersebut, jenis gangguan

       dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

   1. Gangguan akibat hubung singkat. Termasuk hubung singkat satu atau dua

       fasa ketanah (ground), hubung singkat antara dua fasa dengan tiga fasa,

       atau hubung singkat antara tiga fasa dengan tanah.

   2. Gangguan akibat putusnya kawat penghantar (Open Circuit) dapat terjadi

       pada penghantar satu fasa, dua fasa dan tiga fasa. Dari gangguan ini

       menimbulkan :

          a) Kontinuitas penyaluran daya terputus.

          b) Penurunan tegangan yang cukup besar dapat menyebabkan

              rendahnya kualitas tenaga listrik.

          c) Peralatan - peralatan yang terdapat pada tempat terjadinya

              gangguan akan rusak.

d. Pencegahan Gangguan

       Sistem tenaga listrik dikatakan baik apabila dapat mencatu atau

menyalurkan tenaga listrik ke konsumen dengan tingkat kehandalan yang tinggi.

Kehandalan disini meliputi kelangsungan, dan stabilitas penyaluran sistem tenaga
11



listrik. Pemadaman listrik sering terjadi akibat gangguan yang tidak dapat diatasi

oleh sistem pengamanannya. Kehandalan ini akan sangat mempengaruhi

kelangsungan penyaluran tenaga listrik. Naik turunnya kondisi tegangan dan catu

daya listrik bisa merusak peralatan listrik.

       Sebagaimana di jelaskan didepan, ada beberapa jenis gangguan pada

saluran tenaga listrik yang memang tidak semuanya bisa dihindarkan. Untuk itu

perlu dicari upaya pencegahan agar bisa memperkecil kerusakan pada peralatan

listrik, terutama pada manusia akibat adanya gangguan. Pencegahan gangguan

pada sistem tenaga listrik biasa di kategorikan menjadi dua langkah sebagai

berikut (supriyadi,1999:13) :

   1) Usaha memperkecil terjadinya gangguan

       Cara yang ditempuh antara lain :

           a. Membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan.

           b. Membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahanan isolasi

               peralatan dan penangkal petir (arrester).

           c. Memakai kawat tanah dan membuat tahanan tanah sekecil

               mungkin pada kaki menara, serta selalu mengadakan pengecekan.

           d. Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar

               mekanis dan mengurangi atau menghindarkan sebab - sebab

               gangguan karena binatang, polusi, kontaminasi, dan lain - lain.

           e. Pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus

               mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku.
12



        f. Menghindarkan kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan

            membuat prosedur tata cara operasional dan membuat jadwal

            pemeliharaan yang rutin.

        g. Memasang kawat tanah pada SUTT dan GI untuk melindungi

            terhadap sambaran petir.

        h. Memasang lighting arrester (penangkal petir) untuk mencegah

            kerusakan pada peralatan akibat sambaran petir.

2) Usaha mengurangi kerusakan akibat gangguan

        Beberapa cara untuk mengurangi akibat gangguan, antara lain sebagai

berikut :

a. Mengurangi akibat gangguan misalnya dengan membatasi arus hubung

    singkat, caranya dengan menghindari konsentrasi pembangkitan atu

    dengan memakai impedansi pembatas arus, pemasangan tahanan, atau

    reaktansi untuk sistem pentanahannya sehingga arus gangguan satu fasa

    terbatas. Pemakaian peralatan yang tahan atau handal terhadap terjadinya

    arus hubung singkat.

b. Secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan memakai

    pengaman lebur atau rele pengaman pemutus beban dengan kapasitas

    pemutusan yang memadai.

c. Merencanakan agar bagian sistem yang terganggu bila harus dipisahkan

    dari sistem tidak akan mengganggu operasi sistem secara keseluruhan atau

    penyaluran tenaga listrik ke konsumen tidak terganggu. Hal ini dapat

    dilakukan, misal dengan :
13



           1) Memakai saluran ganda atau saluran yang membentuk lingkaran.

           2) Memakai penutup balik otomatis.

           3) Memakai generator cadangan.

   d. Mempertahankan stabilitas system selama terjadinya gangguan, yaitu

       dengan memakai pengatur tegangan otomatis yang cepat dan karakteristik

       kestabilan generator yang memadai.

   e. Membuat data pengamatan gangguan sistematis dan efektif, misalnya

       dengan menggunakan alat pencatat gangguan untuk mengambil langkah -

       langkah lebih lanjut.

B. Sistem Pengaman

   a. Pengertian Pengaman

           Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada

   peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti

   generator, bus bar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel

   bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi ab-normal operasi sistem

   tenaga listrik tersebut.

   b. Fungsi Pengaman

               Kegunaan pengaman tenaga listrik antara lain (Supriadi, 1999 : 3) :

           1) Mencegah kerusakan peralatan - peralatan pada sistem tenaga

               listrik akibat terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem yang

               tidak normal.

           2) Mempersempit daerah yang terganggu sehingga gangguan tidak

               melebar pada sistem yang lebih luas.
14



       3) Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu

            tinggi kepada konsumen.

       4) Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga

            listrik.

   Pada saat terjadi gangguan atau ketidak normalan pada sistem tenaga

listrik, misal adanya arus lebih, tegangan lebih, dan sebagainya, maka perlu

diambil suatu tindakan untuk mengatasi kondisi gangguan tersebut. Jika

dibiarkan gangguan itu akan meluas keseluruh sistem sehingga bisa merusak

semua peralatan sistem tenaga listrik yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut

diperlukan suatu sistem pengaman yang handal.

       Pengaman pada sisatem tenaga listrik pada dasarnya terdiri atas

pemutus tenaga (PMT) atau circuit breaker (CB) yang bekerja memutus

rangkaian jika terjadi gangguan yang operasinya dikendalikan oleh rele

pengaman.

            Rusaknya peralatan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada

sistem daya, dimana pada sistem daya proses peniadaan hubung singkat di

laksanakan secara otomatis tanpa campur tangan manusia. Peralatan ini

sebagai sistem perlindungan atau sistem pengaman (protection system).

c. Daerah-Daerah Perlindungan Pengaman (Proteksi)

       Batas setiap daerah menentukan bagian sistem daya sedemikian rupa

sehingga untuk gangguan yang terjadi didalam daerah tersebut, sistem proteksi

yang bertanggung jawab akan bertindak untuk memisahkan semua gangguan

yang berada di daerah itu untuk seluruh bagian yang lain dari sistem. Karena
15



   pemisah (pemutus daya = de-energization) dalam keadaan terganggu tadi

   dialakukan oleh pemutus rangkaiaan, jelas bahwa pada setiap titik hubungan

   antara peralatan didalam daerah itu dengan bagian lainnya dari sistem harus

   menyisipkan pemutus rangkaian (Stevenson,1990 : 319)




                          Gambar 1, Daerah Proteksi

Keterangan gambar :

          1) Daerah pelindungan pembangkiat.            B=Breaker

          2) Daerah pelindungan trafo tenaga.           P=Daerah Gangguan

          3) Daerah pelindungan ril.                      T=Transduser

          4) Daerah pelindungan saluran tranmisi          R=Rele

          5) Daerah pelindungan ril.                      G=Generator



       Pada gambar diatas bagian sistem daya terdiri dari satu generator, dua

transformator, dua saluran transmisi dan tiga buah ril dilukiskan oleh diagram

segaris. Garis putus-putus dan tertutup menunjukkan pembagian sistem daya

kedalam lima daerah proteksi. Masing-masing daerah mengandung satu atau

beberapa komponen sistem daya disamping dua buah pemutus rangkaian. Setiap
16



pemutus dimasukkan kedalam dua daerah proteksi yang berdekatan. Daerah 1,

misal mengandung generator, transformatornya yang berhubungan, dan saluran

penghubung antara generator dan transformator itu. Daerah 3 hanya suatu saluran

transmisi. Daerah 1 dan 5 masing-masing mengandung dua komponen sistem

daya.

        Aspek penting lainnya tentang daerah proteksi adalah bahwa daerah yang

berdekatan selalu tumpang tindih (overlap). Hal ini memang perlu karena jika

tidak demikian, maka bagian kecil sistem yang berada diantara daerah yang

berdekatan, betapapun kecilnya akan dibiarkan tanpa proteksi, jika kebetulan

terjadi gangguan dibagian yang saling menutupi, maka bagian yang lebih besar

dari sistem daya ( yaitu yang berhubungan dengan kedua daerah yang saling

tumpang tindih ) akan dipisah dan tidak akan memberikan pelayanan. Untuk itu

mengurangi kemungkinan semacam ini hingga sekecil-kecilnya, bagian yang

tumpang tindih dibuat sekecil mungkin.

C. Rele Pengaman

   a) Pengertian

        Pada saat terjadi gangguan atau ketidak normalan pada sistem tenaga

listrik misalnya ada arus lebih, tegangan lebih, atau sebagainya, maka perlu

diambil suatu tindakan untuk mengatasi kondisi gangguan tersebut. Jika

dibiarkan, gangguan itu akan meluas ke seluruah sistem sehingga bisa merusak

seluruh peralatan sistem tenaga listrik yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut,

mutlak diperlukan suatu sistem pengaman yang handal. Salah satu komponen
17



yang penting untuk pengaman tenaga listrik adalah rele pengaman (protection

relay).

          Rele pengaman adalah suatu piranti, baik elektronik atau magnetic yang

direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidak normalan pada peralatan

listrik yang bisa membahayakan atau tidak diinginkan. Jika bahaya itu muncul

maka rele pengaman secara otomatis memberikan sinyal atau perintah untuk

membuka pemutus tenaga agar bagian terganggu dapat dipisahkan dari sistem

yang normal. Rele pengaman dapat mengetahui adanya gangguan pada peralatan

yang perlu diamankan dengan mengukur atau membandingkan besaran - besaran

yang diterimanya, misalnya arus, tegangan, daya, sudut fasa, frekuensi, dan lain

sebagainya sesuai dengan besaran yang telah ditentukan. Alat tersebut kemudian

akan mengambil keputusan seketika dengan perlambatan waktu membuka

pemutus tenaga atau hanya memberikan tanda tanpa membuka pemutus tenaga.

Pemutus tenaga dalam hal ini harus mempunyai kemampuan untuk memutus arus

hubung singkat maksimum yang melewatinya dan harus mampu menutup

rangkaian     dalam    keadaan    hubung    singkat   dan   kemudian   membuka

kembali.(Supriyadi,1999 : 21).

   b) Fungsi Rele

          Pada prinsipnya rele pengaman yang di pasang pada sistem tenaga listrik

mempunyai tiga macam fungsi (Supriyadi, 1999 : 22) yaitu :

          1) Merasakan, mengukur, dan menentukan bagian sistem yang terganggu

             serta memisahkan secepatnya.
18



       2) Mengurangi gangguan kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang

           terganggu.

       3) Mengurangi pengaruh gangguan terhadap sistem yang lain yang tidak

           terganggu dalam sistem tersebut serta dapat beroperasi normal, juga

           untuk mencegah meluasnya gangguan.

   c) Persyaratan Rele Pengaman

       Pada sistem tenaga listrik, rele memegang peran yang sangat penting.

Pengaman berkualitas yang baik memerlukan rele pengaman yang baik pula.

Untuk itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh rele pengaman

(Supriyadi, 1999 : 22), seperti tersebut dibawah ini

   1) Keterandalan (reliability)

           Pada kondisi normal atau tidak ada gangguan, mungkin selama

     berbulan - bulan atau lebih rele tidak bekerja. Seandainya suatu saat terjadi

     gangguan maka rele tidak boleh gagal bekerja dalam mengatasi gangguan

     tersebut. Kegagalan kerja rele dapat mengakibatkan alat yang diamankan

     rusak berat atau gangguannya meluas sehingga daerah yang mengalami

     pemadaman semakin luas.

           Rele tidak boleh gagal kerja, artinya rele yang seharusnya tidak

     bekerja, tetapi bekerja. Hal ini menimbulkan pemadaman yang tidak

     seharusnya dan menyulitkan analisa gangguan yang terjadi. Keandalan rele

     pengaman di tentukan dari rancangan, pengerjaan, beban yang digunakan,

     dan perawatan.
19



2) Selektivitas (selectivity)

       Selektivitas berarti rele harus mempunyai daya beda (discrimination)

 terhadap bagian yang terganggu, sehingga mampu dengan tepat memilih

 bagian dari sistem tenaga listrik yang terkena gangguan. Kemudian rele

 bertugas mengamankan peralatan atau bagian sistem dalam jangkauan

 pengamanannya. Tugas rele untuk mendeteksi adanya gangguan yang terjadi

 pada daerah dan pengamanannya dan memberikan perintah untuk membuka

 pemutus tenaga dan memisahkan bagian dari sistem yang terganggu. Letak

 pemutus tenaga sedemikian rupa sehingga setiap bagian dari sistem dapat

 dipisahkan. Dengan demikian bagian sistem lainnya yang tidak terganggu

 jangan sampai dilepas dan masih beroperasi secara normal, sehingga tidak

 terjadi pemutus pelayanan. Jika terjadi pemutusan atau pemadaman hanya

 terbatas pada daerah yang terganggu.

3) Sensitivitas (sensitivity)

       Rele harusnya mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap besaran

 minimal (kritis) sebagaimana direncanakan. Rele harus dapat bekerja pada

 awal terjadinya gangguan. Oleh karena itu, gangguan lebih mudah diatasi

 pada awal kejadian. Hal ini memberikan keuntungan dimana kerusakan

 peralatan yang harus diamankan menjadi kecil.

       Namun demikian rele harus stabil, artinya

       a. Rele harus dapat membedakan antara arus gangguan atau arus

           beban maksimum.
20



      b. Pada saat pemasukan trafo daya, rele tidak boleh bekerja karena

          adanya arus inrush, yang besarnya seperti gangguan, yaitu 3

          sampai 5 kali arus beban maksimum.

      c. Rele harus dapat membedakan adanya gangguan atau ayunan

          beban.

4) Kecepatan kerja

      Rele pengaman harus dapat bekerja dengan cepat jika ada gangguan,

 misalnya isolasi bocor akibat adanya gangguan tegangan lebih terlalu lama

 sehingga peralatan listrik yang diamankan dapat mengalami kerusakan. Pada

 sistem yang besar atau luas, kecepatan kerja rele pengaman mutlak

 diperlukan karena untuk menjaga kestabilan sistem agar tidak terganggu.

 Hal ini untuk mencegah rele salah kerja karena transient akibat surja petir.

5) Ekonomis

      Satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai persyaratan rele

 pengaman adalah masalah harga atau biaya. Rele tidak akan diaplikasikan

 dalam sistem tenaga listrik jika harganya mahal. Persyaratan reabilitas,

 sensitivitas, selektivitas, dan kecepatan kerja rele hendaknya tidak

 menyebabkan harga rele menjadi mahal.

      Pada dasarnya sistem perlindungan arus lebih yang digunakan pada

 saluran distribusi maupun pada saluran transmisi tidak berdiri sendiri artinya

 dalam pengoperasiannya, dibantu oleh rele lain, yaitu (Sulasno, 1993: 345)
21



a. Rele arus lebih

       Adalah rele perlindungan yang bekerja apabila arus yang melewati

daerah pengaman (zone protection) melebihi arus penyetelan dari rele arus

tersebut dan memerintahkan PMT (pemutus tenaga) untuk segera memisahkan

daerah terganggu secara otomatis.

b. Rele arah

       Adalah reale yang bekerja bila arus gangguan mempunyai arah tertentu

dan arah sebaliknya tidak bekerja. Apabila rele arah ini digabung dengan rele

arus lebih maka rele tersebut akan diakatakan sebagai rele arus lebih terarah.

c. Rele gangguan tanah

       Adalah rele yang bekerja apabila terjadi gangguan hubung singkat

ketanah atau antara fasa ketanah.

d. Rele penutup kembali (auto reclosing)

       Apabila pemutus tenaga yang dibuka pada waktu terjadi gangguan

dapat ditutup kembali secara otomatis sesudah waktu tertentu maka proses ini

dinamakan penutup kembali.

e. Rele jarak atau impedansi

       Rele jarak bekerja atas dasar perbandingan tegangan (V) dan arus (I)

yang terukur pada lokasi rele dimana rele tersebut ditempatkan pada saat

terjadinya gangguan. Apabila V / I yang terukur lebih kecil dari V / I yang

diamankan atau impedansi (L) saluran yang diamankan rele bekerja. Oleh

karena impedansi saluran transmisi sebanding dengan jarak maka rele

impedansi juga disebut rele jarak.
22



   f. Rele turun tegangan

           Apabila terjadi gangguan pada saluran transmisi yang mengakibatkan

   tegangan sistem turun dibawah harga penyetelan rele ini, maka rele turun

   tegangan bekerja.

   g. Rele waktu

           Rele waktu ini akan bekerja sesuai sifat penyetelan dan berfungsi

   sebagai penghambat kerja penjatuhan pemutus tenaga yang disesuaikan

   dengan lokasi gangguan.

   h. Rele perasa (statter)

           Rele ini bekerja paling awal untuk merasakan gangguan yang

   selanjutnya menghidupkan rele yang lain untuk beroperasi (menghidupkan

   rele pengukur atau rele waktu).

D. Penutup Balik Otomatis (Auto Circuit Recloser)

       Recloser adalah rangkaian listrik yang terdiri pemutus tenaga yang

dilengkapi kotak kontrol elektonik (Electronic Control Box) recloser, yaitu suatu

peralatan elektronik sebagai kelengkapan recloser dimana peralatan ini tidak

berhubungan dengan tegangan menengah dan pada peralatan ini recloser dapat

dikendalikan cara pelepasannya. Dari dalam kotak kontrol inilah pengaturan

(setting) recloser dapat ditentukan.

       Alat pengaman ini bekerja secara otomatis guna mengamankan suatu

sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Cara

bekerjanya adalah untuk menutup balik dan membuka secara otomatis yang dapat

diatur selang waktunya, dimana pada sebuah gangguan temporer, recloser tidak
23



membuka tetap (lock out), kemudian recloser akan menutup kembali setelah

gangguan itu hilang. Apabila gangguan bersifat permanen, maka setelah membuka

atau menutup balik sebanyak setting yang telah ditentukan kemudian recloser

akan membuka tetap (lock out).

   a) Fungsi Recloser

          Pada suatu gangguan permanen, recloser berfungsi memisahkan

   daerah atau jaringan yang terganggu sistemnya secara cepat sehingga dapat

   memperkecil daerah yang terganggu pada gangguan sesaat, recloser akan

   memisahkan daerah gangguan secara sesaat sampai gangguan tersebut akan

   dianggap hilang, dengan demikian recloser akan masuk kembali sesuai

   settingannya sehingga jaringan akan aktif kembali secara otomatis.

          Untuk lebih lengkapnya dibawah ini adalah beberapa setting waktu

   pada gangguan yang terjadi (PT.PLN (Persero) Cabang Surakarta : Recloser) :

          1) Setting recloser terhadap gangguan prmanen

              Interval

              1 st                           :5 detik

              2 nd                           :10 detik

              Lock out                       :3X trip (reclose 2X)

              Reset delay                    :90 detik

          2) Setting recloser terhadp gangguan sesaat sama dengan gangguan

              permanen yang membedakan adalah tidak ada trip ke 3.
24



b) Selang Waktu Penutup Balik Recloser

       Ada bermacam-macam selang penutup kembali atau recloser interval

dari recloser adalah sebagai berikut terjadi (PT.PLN (Persero) Cabang

Surakarta : Recloser) :

1. Menutup balik seketika atau instantaneous reclosing

Membuaka kontak paling singkat, agar tidak mengganggu daerah-daerah

beban yang terdiri dari motor industri,irigasi,dan daerah yang tidak boleh

padam terlalu lama.

Ini sering dikerjakan untuk reclosering pertama dari urutan reclosering.

Kerugian dari penutup pertama adalah cukup waktu untuk menghilangkan

gangguan transient, seperti gangguan akibat cabang pohon yang mengenai

penghantar, benang layang-layang, ionisasi gas dari bunga api yang timbul

waktu gangguan dan belum hilang dalam waktu-waktu yang relatif singkat.

2. Waktu tunda (time delay)

a. Menutup kembali 2 detik

Diharapkan dalam selang waktu ini telah cukup waktu untuk menghilangkan

gangguan, transient dan menghilangkan ionisasi gas. Bila digunakan diantara

fuse trip operational, maka waktu 2 detik ini cukup untuk mendinginkan di

fuse beban.

b. Menutup kembali 5 detik.

Selang waktu ini sering digunakan diantara operasi penjatuh tunda dari

recloser substantion untuk memberikan kesempatan guna pendingin fuse disisi

sumber, maka waktu 5 detik ini cukup untuk mendinginkan fuse disisi beban.
25



c. Waktu reclosing yang lebih lama (longer reclosing interval)

Yaitu selang 10 detik, 15 detik dan seterusnya, biasanya digunakan bila

pengaman cadangan terdiri dari breaker yang terkontrol rele. Ini

memungkinkan timing disc pada rele lebih mempunyai cukup waktu untuk

reset.

c) Cara Kerja Recloser

         Waktu membuka dan menutup pada recloser dapat diatur pada kurva

karakteristiknya. Secara garis besarnya adalah sebagai berikut (PLN (Persero)

1997 : PBO) :

1. Arus yang mengalir normal bila tidak terjadi gangguan.

2. Ketika terjadi sebuah gangguan, arus yang mengalir melalui recloser

    membuka dengan operasi “fast”.

3. Kontak recloser akan menutup kembali setelah beberapa detik, sesuai

    setting yang ditentukan. Tujuan memberikan selang waktu adalah memberi

    kesempatan agar gangguan tersebut hilang dari sistem, terutama gangguan

    yang bersifat temporer.

4. Apabila yang terjadi adalah gangguan permanen, maka recloser akan

    membuka dan menutup balik sesuai setting yang ditentukan dan kemudian

    lock out.

5. Setelah gangguan permanen dibebaskan oleh petugas, baru dapat

    dikembalikan pada keadaan normal.
26



d) Klasifikasi Recloser

       Reclose dapat diklasifikasiakan sebagai berikut :

Menurut jumlah fasanya recloser dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Fasa tunggal

Recloser ini dipergunakan sebagai pengaman saluran fasa tunggal, misalnya

saluran cabang fasa tunggal dari saluran utama fasa tiga.

2. Fasa tiga

Fas tiga umumnya untuk mengamankan saluran tiga fasa terutama pada

saluran utama.

Menurut media redam busbar apinya adalah :

1. Media minyak (Bulb Oil)

2. Media hampa udara (Vaccum)

3. Media gas SF 6

Menurut peralatan pengendalinya adalah :

1. Recloser terkendali hidraulik

Recloser ini mengguanakan kumparan penjatuh yang dipasang seri terhadap

beban (seri trip coil). Bila arus yang mengalir pada recloser 200% dari arus

setting-nya, maka kumparan penjatuh akan menarik tuas yang secara mekanik

membuka kontak utama recloser.

2. Recloser terkontrol elektronis

Cara kontrol elektronis lebih fleksibel, lebih mudah diatur dan diuji secara

lebih teliti dibanding recloser terkontrol hidrolis. Perlengkapan elektrolis

diletakkan dalam kotak yang terpisah. Pengubah karakteristik, tingkat arus
27



penjatuh, urutan operasi dari recloser terkontrol elektronis dapat dilakukan

dengan mudah tanpa mematikan dan mengeluarkan dari tangki recloser.

e) Cara Pengoperasian Recloser

       Dalam pendeteksian gangguan recloser yang akan kita bahas yaitu

recloser tipe VWVE menggunakan kotak kontrol elektronik sebagai

pengaturannya maka dari itu kita perlu mengetahui tentang kotak kontrol

elektroniknya.

       Dibawah ini adalah gambar rangkaian kotak kontrol elektronis pada

recloser




                 Gambar 2a.Rangkaian Kotak Kontrol Elektronik




   Gambar 2b.Diagram Satu Garis Current Transformer Pada Recloser
28



       Pada gambar 2a diatas arus jaringan yang dirasakan oleh ke3 buah

bushing pada bagian recloser circuit yang telah diturunkan oleh current

transformer terlebih dahulu dengan perbandingan 1000/1A (gambar 2b) akan

dikirim ke kotak kontrol pada bagian sensing circuit (melalui control cable)

yang secara terus menerus memonitor kondisi arus. Bila arus yang mengalir

melewati harga dari minimum trip resistor maka level detection and timming

circuit akan bekerja dengan mengirim sinyal ke trip circuit sesuai dengan

kurva arus waktu yang ditentukan dalam time current plug dan trip circuit ini

akan mengirim perintah ke recloser trip coil untuk bekerja. Setelah recloser

trip coil bekerja maka sequence relay mulai bekerja sesuai dengan urutan

waktu yang telah ditentukan dari waktu kerja (trip) pertama, setelah waktu

yang ditentukan selesai maka sequence relay akan mengirim sinyal ke

reclosing circuit yang selanjutnya mengirim perintah ke reloser close

initiating solenoid untuk bekerja. Jika gangguan tersebut adalah gangguan

permanen maka kotak kontrol elektronik tersebut akan bekerja sebanyak tiga

kali dan pada trip yang ke tiga sequence relay pada trip circuit akan membuka

sehingga recloser akan lock out.

       Jika gangguan yang terjadi bersifat sesaat maka setelah reloser close

initiating solenoid bekerja kembali dan sensing circuit tidak merasakan

adanya arus yang melewati dari harga minimum trp resistor waktu yang telah

ditentukan dalam reset delay plug maka reset akan bekerja dan seluruh

rangkaian akan kembali seperti semula (sebelum terjadi ganggua).
29




                       Gambar3.Elektronic Control Box

Keterangan gambar :

1. Phase trip sequence selector

   Untuk memilih jumlah trip cepat pada gangguan fasa yang kurva arus

   waktunya diprogram seperti pada pase trip timming socket 1.

2. lock out selector

   Untuk memilih jumlah total operasi sampai lock out (mengunci).

3. Ground trip sequence selector

   Untuk memilih jumlah operasi trip cepat pada gangguan tanah yang kurva

   arusnya diprogram seperti pada ground trip timming socket 1.
30



4. Minimum Trip Resistor

   Untuk menyetel level arus trip minimum untuk ground dan masing -

   masing fasa. Tahanan catrige ini ditandai dengan arus primer.

5. Operation counter

   Menunjukkan jumlah total trip.

6. Sequence Relay.

   langkah-langkah kontrol melalui uirutan operasinya

7. Ground Trip Blok/Normal Operation Switch

   Memblok semua trip gangguan tanah dalam posisi keatas menengah

   operasi tanpa sengaja.

8. Manual Control Switch Ada 2 Posisi

   Posisi trip :

   Penutup balik mengunci, memberikan urutan rele sampai           urutan

   mengunci dan memutus baterai.

   Posisi close :

   Penutup balik menutup mengembalikan rele urutan (sequence relay)

   keposisi start dan menghubungkan kembali batterai.

   Dipertahankan dalam posisi close menolak cold load inrush dengan

   memblok operasi trip cepat. Tetapi akan mengunci dalam posisi close,

   untuk gangguan permanen.

9. Control fuse

   Memproteksi terhadap aliran battere jika sumber rangkaian tegangan

   demikian rendah untuk menutup balik (recloser).
31



10. Non reclosing / normal closing switch

   Menyetel kotrol untuk sekali buka tutup dan lock out (mengunci) dalam

   posisi non reclosing tanpa mengganggu penyetelan operasi to lock out

   selector.

11. Lamp test / lock out indicating switch.

   Menguji kondisi lampu signal dan mengecek untuk lock out (mengunci).

12. Lock out indikator signal lamp

   Memberi indikasi secara visual untuk kontrol lock out bila lock out test

   switch dioperasikan.

13.Batery test terminals

   Memberikan jalan untuk test tegangan battery dan laju pengisian.

14.Reset Delay Plug

   Menentukan interval tunda waktu sebelum kontol reset setelah penutupan

   berhasil selama urutan operasi. Nilai penundaan ditentukan oleh posisi dari

   plug dalam socket.

15.Pase Trip Timming Plugs

   Memberikan suatu variasi kurva arus yang diintegrasikan pada individu

   plug, untuk mengkoordinasi operasi trip fasa terhadap pengaman cadangan

   dan pengaman disisi hilir.

16.Ground Trip Timming Plug

   Memberikan suatu variasi kurva arus waktu yang diintegrasikan pada

   individu plug untuk mengkoordinasi operasi trip ground terhadap

   pengaman cadangan dan pengaman disisi hilir.
32



     17.Reclosing Interval Plug

        Menentukan interval tunda untuk masing - masing operasi penutup balik.

        Harga tunda waktu ini ditentukan oleh posisi dari plug soket. Instant plug

        hanya untuk interval reclose (penutup balik) pertama.

            Pada recloser tipe VWVE merek cooper, busur api yang ditimbilkan

     pada   saat   pelepasan   maupun    pemasukannya      di   padamkan     dengan

     menggunakan media minyak. Sarana pemasukannya digerakkan oleh selenoid

     closing oil yang mendapat sumber tegangan 20kV pada sisi sumber, sedang

     pengendaliannya menggunakan remot melalui elektronik control box dengan

     tegangan 24 volt yang diperoleh dari batere yang diisi terus menerus.

            Syarat pemasuakan recloser tipe VWVE merek cooper :

     1. Recloser tipe VWVE merek cooper pemasukannya sepenuhnya dilakukan

        oleh selenoid closing oil, di mana alat ini terpasang didalam recloser dan

        tersambung dengan tegangan 20 kV maka syarat umumnya adalah harus

        ada tegangan 20 kV.

     2. Sumber tegangan DC 24 volt dari battery cadmium.

     3. DC fuse 0,38 A, dalam keadaan baik.

     4. Reset trip manual stik, yang ada diujung samping atas recloser harus

        selalu pada posisi reset.

E.    Recloser Tipe VWVE (Vaccum Withstand Voltage Electronical) Merek

      Cooper

            Recloser adalah sebuah alat proteksi atau pengaman pada jaringan

     tegangan menengah 20 kV. Cara kerja recloser mengamankan dan melindungi
33



manusia atau komponen listrik yang vital yaitu dengan memutus aliran listrk

pada daerah yang terjadi gangguan secara otomatis secepat mungkin sehingga

tidak mengganggu sistem jaringan yang lain.

       Ganbar 4 dibawah ini adalah sebuah recloser tipeVWVE merek cooper,

sedang pada gambar 5 a,b,dan c menunjukkan ukuran fisik dari recloser. Pada

gambar 6 menunjukkan bagian - bagian recloser tipe VWVE merek cooper.




             Gambar 4. Recloser Tipe VWVE Merek Cooper




   Gambar 5a. Tampak Atas




   `Gambar 5c. Tampak Depan                   Gambar 5b.Tampak Samping
34




   Gambar 6. Bagian-bagian Dari Recloser Tipe VWVE Merek Cooper.

Keteranagan gambar :

1. Closing tool untuk memasukkan tongkat yang digunakan untuk mereclose

   recloser secara manual.

2. Closing selenoid contactor sebagai tenaga untuk mereclose recloser secara

   otomatis setelah mendapat sinyal dari kotak kontrol.

3. Fuse berfungsi untuk melindungi sistem ketika closing selenoid gagal

   bekerja.

4. Insulating support sebagai penopang vaccum interrupter yang terbuat dari

   fiberglass.

5. Sleet hold tempat operasi manual dan sebagi petunjuk indicator posisi.

6. Current exchange terbuat dari beryllium-cooper untuk hambatan yang

   rendah dan ketahanan yang tinggi.

7. Vaccum interrupter sebagai tenaga recloser untuk trip dan sebagai media

   peredam bunga api.
35



a. Recloser Sebagai Sistem Proteksi Pada Jaringan 20 Kv.

1. Gangguan Permanen




              Gambar 7. Gangguan Permanen Pada Jaringan



        Jika pada daerah A (pada gambar 7 diatas) terjadi gangguan permanen

atau gangguan tetap maka recloser akan memutus (trip) selama tiga kali dan

recloser akan reclose sebanyak dua kali. Untuk lebih jelasnya kita lihat grafik

berikut :




      Gambar 8. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Tetap



        Jika terjadi gangguan permanen (gambar 8) maka recloser akan

memutus dan dalam waktu 5 detik recloser akan reclose atau masuk

(menutup) dan karena gangguan yang terjadi adalah gangguan tetap maka

recloser akan kembali memutus dan dalam waktu 10 detik akan kembali

menutup (reclose) dan selanjutnya akan kembali membuka untuk yang ketiga

kalinya untuk kemudian recloser akan lock out dan baru dapat dihubungkan

lagi secara manual setelah daerah yang terjadi gangguan dapat diatasi.
36



2. Gangguan Sesaat

         Jika terjadi gangguan sesaat akibat sambaran petir (pada gambar 9 dan

10) maka recloser akan membuka (trip) dan 5 detik kemudian akan menutup

(reclose) kembali dan setelah itu recloser akan kembali beroperasi seperti

biasa.




             Gambar 9. Recloser Mengalami Gangguan Sesaat




    Gambar 10. Grafik Pemutus Recloser Jikaterjadi Gangguan Sesaat



3. Gangguan Semi Permanen

         Jika terjadi gangguan semi permanen (biasa disebabkan oleh dahan

pohon yang melintang diatas jaringan akibat terkena tiupan angin), recloser

akan reclose berulang - ulang setiap gangguan terjadi tetapi apabila gangguan

tersebut sudah melewati reset time (gambar 11). Reset time ini diatur (setting)

dalam jangka waktu 60-120 detik.
37




Gambar 11. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Semi Permanen

b. Pemasangan Recloser Pada Jaringan




           Gambar 12. Pemasangan Recloser Pada Tiang Jaringan

         Recloser dipasang pada jarak 8 Km (PLN, Recloser 1999). Jarak

tersebut dipasang antara PMT pada gardu induk dengan recloser yang pertama

(terdekat). Sedangkan untuk memasang recloser yang kedua tetap sama

dengan      pemasangan     recloser    yang    kesatu      atau   juga   dengan

mempertimbangkan kondisi yng dilewati jaringan.

         Tujuan dari dipasang recloser tersebut adalah (PLN,Recloser 1999) :

1. Melindungi suatu peralatan listrik yang relative nilai harganya lebih mahal

  atau penting, agar tidak terjadi kerusakan yang total.
38



   2. Sebagai pengaman terhadap keselamatan pekerja atau mesyarakat terhadap

     bahaya listrik.

           Pemasangan recloser sebagai sietem proteksi pada jaringan distribusi

tegangan menengah 20 KV sederhana, sepanjang jaringan tersebut beroperasi

secara radial atau satu arah (gambar 13).




Gambar 13. Pemasangan Recloser Pada Jaringan Yang Beroperasi Secara Radial
BAB III

       METODE PENELITIAN DAN RANGKAIAN EKSPERIMEN


I. Waktu Dan Tempat Penelitian

       Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 14 Mei 2007 sampai selesai dengan

   mengambil tempat di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta.


J. Jenis Penelitian

       Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sebuah recloser tipe VWVE (Vaccum

Withstand Voltage Electronical) merek Cooper dengan sebuah kotak kontrol Mc.

Graw Edison dengan arus trip sebesar 200%, 300%,400%,500% dari arus setting

kumparan trip yang sebesar 100 A atau I nominal untuk diteliti.

       Untuk mendapatkan data yang akan dianalisis lebih lanjut dilakukan

pengukuran atau pengamatan langsung. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui:

   a. Waktu pemutus recloser tipe VWVE merek Cooper jika mendapat arus

       gangguan sebesar 200%,300%,400%,500% dari arus settingnya atau I

       nominal.

   b. Perbedaan waktu pemutus yang sebenarnya dari recloser tipe VWVE

       merek Cooper dengan kurva arus.

   c. Perbedaan waktu pemutus Fasa Trip dengan Ground Trip.




                                       39
40



K. Variable Penelitian

      Menurut Suharsimi Arikunto (1997 : 99) variable adalah objek penelitian

   atau apa yang menjadi titik perhatian suatu peneliti. Dalam penelitian ini

   terdapat dua buah variable penelitian yaitu :

   1. Variabel Bebas

      Variable bebas adalah variable yang diduga memberi suatu pengaruh atau

   efek terhadap peristiwa lain. (Sujana, 1989 : 12). Dalam penelitian ini variable

   bebas adalah arus gangguan yang sebesar 200%,300%,400%, dan 500% dari

   arus setting kumparan trip yang sebesar100 A atau I nominal.

   2. Variabel Terikat

      Variable terikat adalah variable yang ditimbulkan atau efek dari variable

   bebas (Sujana, 1989 : 12). Dalam penelitian ini variable terikatnya adalah

   waktu pemutus dari Recloser Tipe VWVE Merek Cooper.



L. Alat dan Bahan

      Untuk melakukan analisis kerja recloser tipe VWVE merek Cooper

   menggunakan:

   a. Recloser tipe VWVE merek Cooper dengan kotak kontrol elektronik tipe

      ME Mc. Graw Edison.

   b. Alat uji (Electronic Recloser Control Tester) tipe MET Mc. Graw Edison.



M. Desain Eksperimen

      Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimen One Shot Case Study yaitu : memberikan perlakuan tertentu pada
41



subyek kemudian dilakukan pengukuran terhadap variable tanpa adanya

kelompok pembanding dan tes awal (Suharsini, 1997 : 83).

       Metode tersebut mempuinyai pola X – O. dimana X adalah perlakuan

khusus dan O adalah tes akhir. Pada perencanaan penelitian recloser tipe VWVE

merek Cooper dapat diperlihatkan pada gambar 14.




                X                                             O

                 Gambar 14. Desain Experiment One Shot Case Study

       Dimana X adalah perlakuan terhadap alat yang akan diuji yaitu dengan

merencanakan rangkaian dan O adalah hasil dari perlakuan tersebut yang berupa

pengujian waktu trip



N. Pengambilan Data

       Data penelitian yang dibutuhkan diambil dengan cara melakukan :

   1. Pengukuran besar waktu fasa trip dengan arus gangguan sebesar

       200%,300,400%, dan 500% dari arus setting kumparan trip sebesar 100 A

       atau I nominal.

                                   Tabel 1

                            Waktu Pemutus Fasa Trip

           Arus          Operasi Trip     Operasi Trip     Operasi Trip
         Gangguan        Pertama (dt)      Kedua (dt)      Ketiga (dt)
       200% X 100A
       300% X 100A
       400% X 100A
       500% X 100A
42



   2. Pengukuran besar waktu Ground trip dengan arus gangguan sebesar

       200%,300%,400%, dan 500% dari arus setting kontinyu kumparan trip

       yang sebesar 100 A atau I nominalnya.

                                         Table 2

                            Waktu Pemutus Ground Trip

           Arus           Operasi Trip       Operasi Trip   Operasi Trip
         Gangguan         Pertama (dt)        Kedua (dt)    Ketiga (dt)
       200% X 100A
       300% X 100A
       400% X 100A
       500% X 100A

O. Rangkaian Eksperimen




                                    KOTAK
     ALAT UJI                      KONTROL                    TIMER
                     Gambar 15. Diagram Blok Pengukuran

       Pada bagian perencanaan alat ini dibahas tentang perencanaan rangkaiaan

alat yang akan dipakai dan langkah kerja pengujian.

   1. Perencanaan Rangkaian

       Sebelum melakukan pengujian ada beberapa prosedur pengujian tentang

   kondisi awal dan kotak kontrol dan alat uji yaitu :

   a. Kotak kontrol elektronik

   1. Catu daya batere dalam kondisi tersambung.

   2. Kotak kontrol ndalam keadaan lock out.

   3. Switch non reclosing pada posisi kebawah dalam posisi normal reclosing.
43



    4. Switch ground trip dalam posisi normal.

    5. Setting kontrol diatur sesuai dengan kondisi yang diinginkan.

    b. Alat uji

    1. Semua switch dalam posisi OFF atau menunjukkan paling kiri kecuali S6

        pada posisi batt 40 V.

    2. Kabel power dari alat uji dihubungkan kesumber tegangan 220 V AC.

    3. Badan alat uji dengan kotak kontrol dengan kabel yang telah disediakan.




        Gambar 16. Rangkain Penguji Recloser Tipe VWVE Merek Cooper

        Adapun gambar dari rangkaian yang akan diuji dengan menggunakan alat

uji met adalah seperti diatas.

        1. Alat yang dipakai

        Pada rangkaian penguji ini menggunakan sebuah alat uji/tester MET Mc.

Graw Edison merek cooper. Adapun bagian-bagian dari alat uji tersebut akan

dijelaskan berikut ini :
44




              Gambar 17. Alat Uji Jenis MET Mc. Graw Edison

Keterangan gambar :

 No    H. DESAIN                 URAIAN                       FUNGSI
 1        S–1         220 V AC power switch (115 Untuk memberi tegangan 220
                      V AC)                        V AC ke input alat uji 115 V A
 2        (F – 1)     Power fuse (2A-250V type Memproteksi rangkaian power
                      AGC)                         input
 3        S–6         Test selector switch         Memilih skala meter DC
 4        S–7         Battery load test switch     Memeriksa tegangan battery
                                                   dalam keadaan berbeban
 5        (F - 2)     Meter fuse (2A-250V type Memproteksi meter DC
                      AGC)
 6       (MA – 2)     DC meter                     Mengukur tegangan atau arus
                                                   DC
 7       (J3 – J4)    Battery test terminal        Interface kabel uji recloser
45



     8         (         )   Recloser cable receptacle         Interface kabel uji recloser
     9         S–8           Recloser test switch              Mengoperasikan            recloser
                                                               secara listrik
 10            L–1           Recloser simulator open light     Mengindikasikan          recloser
                                                               membuka      selama     pengujian
                                                               kontrol
 11            L–2           Recloser    simulator      closed Mengindikasikan          recloser
                             light                             membuka      selama     pengujian
                                                               kontrol
 12            (C)           Timer                             Mengukur waktu
 13                ( )       Control cable receptacle          Interface kabel uji recloser
 14          (J1 – J2)       Exsternal ammeter jack            Menghubungkan ammeter luar
                                                               (externa) ke alat uji
 15           MA – 1         AC Ammeter                        Mengukur arus uji AC
 16            S–4           Ammeter range switch              Memilih skala ammeter AC
 17           TR – 1         Fault current adjust control      Menentukan level arus AC
 18            S–2           Fault current switch              Mengijinkan      arus   gangguan
                                                               presetting dan arus uji kontrol
 19            S–3           Time selector switch              Memilih fungsi kontrol untuk
                                                               diperiksa
 20            S–5           Phase selector switch             Memilih fasa yang diuji



         2.Langkah kerja pengujian

a.       Pengujian operesi fasa trip

1.       Atur kontrol dan alat uji pada kondisi awal.

2.       Pindahkan switch ground trip (pada kotak kontrol) keposisi block untuk

         menghilangkan fungsi ground trip.
46



3.    Ubah S1 keposisi ON maka lampu hijau pada alat uji akan menyala

      menunjukkan recloser dalam keadaan terbuka.

4.    Atur S4 keposisi range (rentang) yang sesuai dengan setting arus minimum

      trip yang sesuai atau I nominal.

5.    Sambil memegang sakalar (S2) dalam posisi kalibrasi, atur fault current

      adjust control (TR1), sampai harga trip yang akan diuji (200%,300%,400%,

      dan 500%) minimum trip dan lepaskan S2.

6.    Pindahkan switch control manual (pada kotak kontrol) ke posisi close dan

      lepaskan. Lampu hijau akan padam dan lampu merah akan menyala.

7.    Atur time selector switch (S3) ke posisi recloser clearing reset timer.

8.    Bandingkan urutan kerja yang terjadi dengan penagturan           kontrol yang

      diinginkan.

9.    Ulangi langkah 6,7,dan 8 dengan mengatur phase selector switch (S5) pada

      posisi fasa B dan C.

10.   Kembalikan kotak kontrol dan alat uji pada kondisi awal.



b.    Pengujian operasi ground trip

1.    Atur box control dan alat uji pada kondisi awal.

2.    Tempatkan jumper hubung singkat (pada kotak kontrol) pada resistor trip

      fasa A untuk menghilangkan fungsi fasa trip.

3.    Ubah S1 ke posisi ON maka lampu hijau pada alat uji akan menyala

      menunjukkan recloser dalam keadaan terbuka.

4.    Atur S4 ke posisi range (rentang) yang sesuai dengan setting arus minimum

      trip yang sesuai.
47



5.   Sambil memegang saklar S2 dalam posisi kalibrasi, atur fault current adjust

     control (TR1), sampai harga trip yang akan diuji (200%,300%,400%,dan

     500%) minimum trip dan lepaskan S2.

6.   Pindahkan switch control manual (pada kotak kontrol) ke posisi close dan

     lepaxskan. Lampu hijau akan padam dan lampu merah akan menyala.

7.   Atur time selector switch (S3) keposisi recloser clearing reset timer.

8.   Bandingkan urutan kerja yang terjadi dengan pengaturan kontrol yang

     diinginkan.

9.   Kembalikan kotak kontrol dan alat uji pada kondiosi awal.



P.   Analisa Data

       Setelah data hasil penelitian didapatkan, hasil pengukuran tersebut

dibandingkan dengan data referensi kurva arus. Jika hasil dari pengukuran

tersebut ada ketidak sesuaian dengan data referensi kurva arus, maka penyebabnya

dianalisis   sehingga   didapat   kesimpulan    yang    dapat   digunakan     untuk

menyempurnakan setting recloser tipe VWVE merek cooper, atau sering disebut

analisis data. Pada recloser tipe VWVE merek Cooper ini untuk setting fasa trip-

nya menggunaklan kurva A untuk operasi trip pertama dan kurva D untuk operasi

trip kedua dan ketiga. Untuk operasi ground trip menggunakan setting kurva 1

untuk operasi cepat pertama dan kurva 2 untuk operasi trip kedua dan ketiga.

Waktu pemutus dari recloser tipe VWVE merek Cooper ini tidak boleh melebihi

dari grafik kurva arus, jika recloser bekerja terlalu lama dapat mengakibatkan

peralatan listrik yang diamankan mengalami kerusakan (Supriyadi, 1999 :24).

Waktu pemutusan diusahakan sesingkat mungkin sehingga kerusakan yang terjadi
48



semakin kecil, serta dapat mengurangi meluasnya akibat dari adanya gangguan itu

sendiri sehingga stabilitas sistem dapat lebih baik (Sulasno 1993 : 349). Berikut

ini adalah grafik dari kurva Fasa Trip Dan Ground Trip. Namun dengan batasan –

batasan tertentu sebagai berikut :

 •   Apabila hasil pengukuaran waktu trip lebih cepat atau sama dengan waktu

     trip pada referensi maka recloser dapat dikatakan masih bekerja baik atau

     dikatakan masih layak pakai.

 •   Apabila hasil pengukuran waktu trip melebihi dengan waktu trip pada

     referensi dan lebih cepat (hanya 5 % dari data trip referensinya) maka

     recloser dikatakan sudah bekerja tidak baik atau sudah tidak layak pakai.
49




Sumber : PT.PLN (Persero) Control Response Time

                 Gambar 18, Grafik Kurva Fasa Trip
50




Sumber : PT.PLN (Persero) Control Response Time
               Gambar 19, Grafik Kurva Ground Trip
BAB IV

                HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



C. Hasil Penelitian

     Hasil penelitian merupakan hasil pengamatan data yang di peroleh dari

observasi, referensi, dan pengujian waktu pemutusan dari recloser tipe VWVE

(Vaccum Withstand Voltage Electronical) merek cooper dengan kotak kontrol tipe

ME Mc. Graw Edison dengan menggunakan alat uji jenis MET Mc. Graw Edison.

     Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

   1. Urutan Kerja Recloser




                         Gambar 20. Blok Diagram Recloser



     Pada saat recloser dipasang pada jaringan (gambar 20), arus jaringan akan

dirasakan oleh ke-3 buah bushing pada sisi beban dan dikirim ke rangkaian perasa

yang secara terus menerus memonitor kondisi arus beban. Bila arus yang mengalir

melampaui setting yang telah ditentukan maka tingkat deteksi waktu akan bekerja

dengan mengirimkan sinyal ke rangkaian trip dan dari rangkaian trip ini akan

mengirimkan perintah ke PMT untuk trip. Setelah recloser trip maka rele waktu

                                        51
52



mulai bekerja sesuai dengan urutan waktu yang telah ditentukan dengan urutan

waktu yang telah ditentukan yaitu selama 5 detik dari waktu trip pertama, setelah

5 detik maka rele waktu akan mengirim sinyal kerangkaian pemasukan kembali

yang selanjutnya mengirimkan perintah ke PMT untuk masuk kembali (reclose).

Jika arus gangguan masih dirasakan oleh rangkaian perasa maka recloser akan

kembali trip dan rele waktu mulai meng hitung lagi selama 10 detik yang

selanjutnya akan mengirim sinyal kerangkaian pemasukan kembali dan

memerintahkan PMT untuk masuk kembali dan jika masih terjadi gangguan maka

recloser tersebut akan kembali trip dan langsung membuka tetap (lock out) karena

pada rangkaian trip disetting untuk trip sebanyak 3 kali.

     Jika gangguan yang terjadi bersifat sesaat maka setelah recloser reclose

kembali dan rangkaian perasa tidak merasakan adanya arus gangguan selama 60

detik maka reset akan bekerja dan seluruh rangkaian akan kembali seperti semula

(sebelum terjadi gangguan).



   2. Hasil Pengukuran

   a. Fasa Trip

     Pengukuran fasa trip ini dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing - masing

fasanya yaitu fasa A, B, dan fasa C dengan arus gangguan sebesar

200%,300%,400%,dan 500% dari arus setting kumparan trip yang sebesar 100A.

atau I nominal. Dari pengukuran fasa trip diperoleh hasil sebagi berikut:
53



1. Fasa A

                               Table 3
                 Percobaan 1 Pengukuran Fasa Trip A

       Arus       Operasi Trip     Operasi Trip   Operasi Trip
     Gangguan     Pertama (dt)      Kedua (dt)    Ketiga (dt)
   200% X 100A      0.0253           0.7658         0.7657
   300% X 100A      0.0129           0.2003         0.2006
   400% X 100A      0.0117           0.1346         0.1341
   500% X 100A      0.0042           0.0743         0.0740

                               table 4
                 Percobaan 2 Pengukuran Fasa Trip A

       Arus       Operasi Trip     Operasi Trip   Operasi Trip
     Gangguan     Pertama (dt)      Kedua (dt)    Ketiga (dt)
   200% X 100A      0.0251           0.7658         0.7655
   300% X 100A      0.0127           0.2003         0.2003
   400% X 100A      0.0117           0.1344         0.1343
   500% X 100A      0.0040           0.0742         0.0744

                               Table 5
                 Percobaan 3 Pengukuran Fasa Trip A

       Arus       Operasi Trip     Operasi Trip   Operasi Trip
     Gangguan     Pertama (dt)      Kedua (dt)    Ketiga (dt)
   200% X 100A      0.0253           0.7658         0.7657
   300% X 100A      0.0128           0.2004         0.2003
   400% X 100A      0.0115           0.1344         0.1343
   500% X 100A      0.0040           0.0743         0.0742


2. Fasa B

                              Table 6
                 Percobaan 1 Pengukuran Fasa Trip B

       Arus       Operasi Trip     Operasi Trip   Operasi Trip
     Gangguan     Pertama (dt)      Kedua (dt)    Ketiga (dt)
   200% X 100A      0.0252           0.7657         0.7655
   300% X 100A      0.0129           0.2000         0.2003
   400% X 100A      0.0116           0.1344         0.1346
   500% X 100A      0.0042           0.0742         0.0742
54



                              Table 7
                 Percobaan 2 Pengukuran Fasa Trip B

       Arus       Operasi Trip     Operasi Trip   Operasi Trip
     Gangguan     Pertama (dt)      Kedua (dt)    Ketiga (dt)
   200% X 100A      0.0253           0.7655         0.7656
   300% X 100A      0.0130           0.2002         0.2003
   400% X 100A      0.0117           0.1345         0.1345
   500% X 100A      0.0043           0.0741         0.0741

                              Table 8
                 Percobaan 3 Pengukuran Fasa Trip B

       Arus       Operasi Trip     Operasi Trip   Operasi Trip
     Gangguan     Pertama (dt)      Kedua (dt)    Ketiga (dt)
   200% X 100A      0.0252           0.7656         0.7655
   300% X 100A      0.0128           0.2000         0.2002
   400% X 100A      0.0118           0.1345         0.1344
   500% X 100A      0.0042           0.0741         0.0742


3. Fasa C

                              Table 9
                 Percobaan 1 Pengukuran Fasa Trip C

       Arus       Operasi Trip     Operasi Trip   Operasi Trip
     Gangguan     Pertama (dt)      Kedua (dt)    Ketiga (dt)
   200% X 100A       0.0254          0.7658         0.7656
   300% X 100A       0.0128          0.2002         0.2002
   400% X 100A       0.0116          0.1345         0.1344
   500% X 100A      0.00401          0.0742         0.0742

                              Table 10
                 Percobaan 2 Pengukuran Fasa Trip C

       Arus       Operasi Trip     Operasi Trip   Operasi Trip
     Gangguan     Pertama (dt)      Kedua (dt)    Ketiga (dt)
   200% X 100A      0.0253           0.7455         0.7455
   300% X 100A      0.0129           0.2001         0.2002
   400% X 100A      0.0117           0.1346         0.1345
   500% X 100A      0.0041           0.0743         0.0743
55



                                  Table 11
                     Percobaan 3 Pengukuran Fasa Trip C

        Arus           Operasi Trip      Operasi Trip      Operasi Trip
      Gangguan         Pertama (dt)       Kedua (dt)       Ketiga (dt)
    200% X 100A          0.0252            0.7456            0.7456
    300% X 100A          0.0131            0.2000            0.2001
    400% X 100A          0.0119            0.1346            0.1345
    500% X 100A          0.0041            0.0742            0.0742




   Dari data pengukuran Fasa Trip Recloser Tipe VWVE Merek Cooper yang

dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing - masing fasanya, diperoleh hasil

rata - rata untuk setiap pengukuran fasa trip sebagai berikut :



                                   Table 12
                          Hasil Rata-Rata Fasa Trip A

        Arus           Operasi Trip      Operasi Trip      Operasi Trip
      Gangguan         Pertama (dt)       Kedua (dt)       Ketiga (dt)
    200% X 100A          0.0252            0.7658            0.7656
    300% X 100A          0.0128            0.2003            0.2004
    400% X 100A          0.0116            0.1344            0.1342
    500% X 100A          0.0040            0.0742            0.0742

                                   Table 13
                          Hasil Rata-Rata Fasa Trip B

        Arus           Operasi Trip      Operasi Trip      Operasi Trip
      Gangguan         Pertama (dt)       Kedua (dt)       Ketiga (dt)
    200% X 100A          0.0252            0.7656            0.7655
    300% X 100A          0.0129            0.2000            0.2002
    400% X 100A          0.0117            0.1344            0.1345
    500% X 100A          0.0042            0.0741            0.0741
56



                                      Table 14
                             Hasil Rata-Rata Fasa Trip C

            Arus          Operasi Trip       Operasi Trip     Operasi Trip
          Gangguan        Pertama (dt)        Kedua (dt)      Ketiga (dt)
        200% X 100A         0.0253             0.7523           0.7522
        300% X 100A         0.0129             0.2001           0.2001
        400% X 100A         0.0117             0.1346           0.1344
        500% X 100A         0.0040             0.0742           0.0742


   Dari data pengukuran rata-rata Trip Fasa Recloser Tipe VWVE Merek Cooper,

   di peroleh hasil rata - rata untuk pengukuran fasa trip sebagai berikut :

                                    Table 15
                       Hasil Pengukuran Rata-Rata Fasa Trip

            Arus          Operasi Trip       Operasi Trip     Operasi Trip
          Gangguan        Pertama (dt)        Kedua (dt)      Ketiga (dt)
        200% X 100A         0.0252             0.7612           0.7611
        300% X 100A         0.0128             0.2001           0.2002
        400% X 100A         0.0116             0.1344           0.1343
        500% X 100A         0.0040             0.0741           0.0741

   b. Ground Trip

       Pada pengukuran ground trip ini juga dilakukan sebanyak 3 kali dengan

arus gangguan sebesar 200%,300%,400%, dan 500%arus setting kumparan trip

yang besarnya 100A atau I nominal. Dari pengukuran ground trip diperoleh hasil

sebagai berikut :

                                     Table 16
                        Percobaan 1 Pengukuran Ground Trip

            Arus          Operasi Trip       Operasi Trip     Operasi Trip
          Gangguan        Pertama (dt)        Kedua (dt)      Ketiga (dt)
        200% X 100A         0.0179             0.0654           0.0654
        300% X 100A         0.0024             0.0275           0.0275
        400% X 100A         0.0020             0.0215           0.0215
        500% X 100A         0.0013             0.0193           0.0193
57



                                      Table 17
                         Percobaan 2 Pengukuran Ground Trip

            Arus           Operasi Trip       Operasi Trip     Operasi Trip
          Gangguan         Pertama (dt)        Kedua (dt)      Ketiga (dt)
        200% X 100A          0.0179             0.0654           0.0654
        300% X 100A          0.0023             0.0275           0.0275
        400% X 100A          0.0021             0.0215           0.0215
        500% X 100A          0.0013             0.0193           0.0193



                                      Table 18
                         Percobaan 3 Pengukuran Ground Trip

            Arus           Operasi Trip       Operasi Trip     Operasi Trip
          Gangguan         Pertama (dt)        Kedua (dt)      Ketiga (dt)
        200% X 100A          0.0178             0.0654           0.0654
        300% X 100A          0.0024             0.0275           0.0275
        400% X 100A          0.0021             0.0215           0.0215
        500% X 100A          0.0013             0.0193           0.0193


         Dari data pengaturan ground trip recloser tipe VWVE merek cooper yang

dilakukan sebanyak tiga kali diperoleh hasil rata - rata sebagai berikut :




                                    Table 19
                     Hasil Pengukuran Rata-Rata Ground Trip

            Arus           Operasi Trip       Operasi Trip     Operasi Trip
          Gangguan         Pertama (dt)        Kedua (dt)      Ketiga (dt)
        200% X 100A          0.0178             0.0654           0.0654
        300% X 100A          0.0023             0.0275           0.0275
        400% X 100A          0.0020             0.0215           0.0215
        500% X 100A          0.0013             0.0193           0.0193
58



         3. Besar Perbedaan Waktu Pemutus Fasa Trip Dan Ground Trip

                                        Table 20
                Perbandingan Besar Waktu Antara Fasa Trip Dan Ground Trip

        ARUS              Operasi Trip       Operasi Trip          Operasi Trip
      GANGGUAN            Pertama (dt)        Kedua (dt)            ketiga (dt)
                        Fasa      Ground    Fasa    Ground       Fasa      Ground
      200% X 100A      0.0252     0.0178   0.7612    0.0654     0.7611      0.0654
      300% X 100A      0.0128     0.0023   0.2001    0.0275     0.2002      0.0275
      400% X 100A      0.0116     0.0020   0.1344    0.0217     0.1343      0.0215
      500% X 100A      0.0040     0.0013   0.0741    0.0193     0.0741      0.0193



         4. Perbedaan Waktu Yang Sebenarnya Dengan Table Kurva Arus


                                        Table 21
                Perbandingan Besar Waktu Pemutus Pengukuran Fasa Trip Dan
                                    Table Kurva Arus

  ARUS              Operasi Trip             Operasi Trip              Operasi Trip
GANGGUAN            Pertama (Dt)              Kedua (Dt)                Ketiga (Dt)
               Pengukuran Referensi     Pengukuran Referensi      Pengukuran Referensi
200% X 100A      0.0252       0.0340      0.7612       1.2500       0.7611       1.2500
300% X 100A      0.0128       0.0150      0.2001       0.4700       0.2002       0.4700
400% X 100A      0.0116      <0.015       0.1344       0.2600       0.1343       0.2600
500% X 100A      0.0040      <0.015       0.0741       0.1500       0.0741       0.1500



                                      Table 22
              Perbandingan Besar Waktu Pemutus Pengukuran Ground Trip Dan
                                   Table Kurva Arus

  ARUS             Operasi Trip              Operasi Trip               Operasi Trip
GANGGUAN           Pertama (Dt)               Kedua (dt)                Ketiga (Dt)
              Pengukuran    Referensi   Pengukuran Referensi      Pengukuran Referensi
200% X 100A     0.0178       0.0450       0.0654       3.9500       0.0654        3.9500
300% X 100A     0.0023       0.0180       0.0275       2.0000       0.0275        2.0000
400% X 100A     0.0020       0.0120       0.0217       1.4500       0.0215        1.4500
500% X 100A     0.0013       <0.012       0.0193       1.2550       0.0193        1.2550
59



   D. Analisis Hasil Penelitian

      -Analisis hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah yang terjadi

      perbedaan antara hasil penelitian yang dilakukan dengan grafik kurva arus.

                  Adapun analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut :

                                        Tabel 23
              Perbandingan Besar Waktu Pemutus Pengukuran Fasa Trip Dan
                                    Table Kurva Arus
  ARUS             Operasi Trip         Operasi Trip         Operasi Trip
GANGGUAN           Pertama (Dt)         Kedua (Dt)           Ketiga (Dt)
              Pengukuran Referensi Pengukuran Referensi Pengukuran Referensi
200% X 100A     0.0252      0.0340   0.7612      1.2500   0.7611      1.2500
300% X 100A     0.0128      0.0150   0.2001      0.4700   0.2002      0.4700
400% X 100A     0.0116      <0.015   0.1344      0.2600   0.1343      0.2600
500% X 100A     0.0040      <0.015   0.0741      0.1500   0.0741      0.1500


              Pada hasil pengukuran besar trip pada fasa trip recloser tipe VWVE

   merek cooper dibanding dengan kurva A untuk operasi fasa trip pertama

   sedangkan untuk operasi kedua dan ketiga hasil percobaan dibanding dengan

   kuirva D, garis grafik untuk kurva A dan kurva D dapat dilihat pada gambar 21.
60




Sumber : PT PLN (Persero) Contol Response Time
Gambar 21, Perbandingan Antara Grafik Kurva Arus Referensi Fasa Trip Dan
           Hasil Pemutusan Fasa Trip Yang Sebenarnya
Keterangan :

A = Garis Grafik Fasa Trip Operasi Trip Pertama

D = Garis Grafik Fasa Trip Operasi Trip Kedua Dan Ketiga

A`= Garis Grafik Pemutus Yang Sebenarnya Dari Operasi Fasa Trip Pertama

D`= Garis Grafik Pemutus Yang Sebenarnya Dari Operasi Fasa Trip Kedua

     Dan Ketiga
61



                                         Tabel 24

              Perbandingan Besar Waktu Pemutus Pengukuran Ground Trip Dan

                                     Table Kurva Arus



  ARUS             Operasi Trip              Operasi Trip               Operasi Trip
GANGGUAN           Pertama (Dt)               Kedua (dt)                 Ketiga (Dt)
              Pengukuran Referensi      Pengukuran Referensi       Pengukuran Referensi
200% X 100A     0.0178       0.0450       0.0654       3.9500        0.0654       3.9500
300% X 100A     0.0023       0.0180       0.0275       2.0000        0.0275       2.0000
400% X 100A     0.0020       0.0120       0.0217       1.4500        0.0215       1.4500
500% X 100A     0.0013      <0.012        0.0193       1.2550        0.0193       1.2550


                    Sedangkan pada hasil pengukuran besar waktu trip pada ground

         trip recloser tipe VWVE merek cooper dibanding dengan kurva 1 untuk

         operasi ground trip pertama sedang untuk operasi kedua dan ketiga hasil

         percobaan dibanding dengan kurva 2, garis grafik untuk kurva 1 dan 2 dapat

         dilihat pada gambar 22.
62




   Sumber : PT PLN (Persero) control response time
    Gambar 22, Perbandingan Antara Grafik Kurva Arus Referensi Ground Trip
               Dan Hasil Pemutusan Ground Trip Yang Sebenarnya
Keterangan :

1 = Garis Grafik Ground Trip Operasi Trip Pertama

2 = Garis Grafik Ground Trip Operasi Trip Kedua Dan Ketiga

1`= Garis Grafik Pemutus Yang Sebenarnya Dari Operasi Ground Trip Pertama

2`= Garis Grafik Pemutus Yang Sebenarnya Dari Operasi Ground Trip Kedua

     Dan Ketiga
63



           Dari data rata-rata yang diperoleh baik fasa trip maupun ground trip

juga dibandingkan dengan garis grafik kurva A dan kurva D untuk fasa trip serta

garis grafik kurva 1 dan garis grafik kurva 2 untuk ground trip maka hasil data

pemutus yang sebenarnya dari recloser tipe VWVE merek cooper tersebut masih

dibawah garis grafik kurva. Hal ini bisa dilihat pada gambar 21 dan 22, dimana

garis grafik hasil pengukuran dari recloser tipe VWVE merek cooper ditunjukkan

dengan garis merah.

           Ini berarti bahwa recloser tipe VWVE merek cooper tersebut masih

dapat digunakan sebagai sistem proteksi pada jaringan 20 kV. Karena recloser

tipe VWVE merek cooper dapat bekerja dengan cepat sehingga kerusakan yang

diakibatkan oleh gangguan semakin kecil, serta dapat mengurangi meluasnya

akibat dari adanya gangguan itu sendiri sehingga stabilitas sistem dapat lebih baik

(Sulasno, 1993 : 349).

                                     Tabel 25

           Perbandingan Besar Waktu Antara Fasa Trip Dan Ground Trip

  ARUS               Operasi Trip           Operasi Trip          Operasi Trip
GANGGUAN             Pertama (dt)            Kedua (dt)            ketiga (dt)
                   Fasa      Ground        Fasa    Ground       Fasa      Ground
200% X 100A       0.0252     0.0178       0.7612    0.0654     0.7611      0.0654
300% X 100A       0.0128     0.0023       0.2001    0.0275     0.2002      0.0275
400% X 100A       0.0116     0.0020       0.1344    0.0217     0.1343      0.0215
500% X 100A       0.0040     0.0013       0.0741    0.0193     0.0741      0.0193


           Pada hasil pemutus diketahui bahwa ground trip lebih cepat dari fasa

trip yang berarti recloser bekerja sesuai dengan settingnya. Ground trip di setting

bekerja lebih cepat dari fasa trip dengan pertimbangan bahwa gangguan yang

paling banyak terjadi adalah gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah atau
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes

More Related Content

What's hot

PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Transmisi Daya Listrik
Transmisi Daya ListrikTransmisi Daya Listrik
Transmisi Daya Listrik
Mulia Damanik
 
PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS
PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS
PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
9 sistem 3 phasa beban seimbang
9  sistem  3 phasa beban seimbang9  sistem  3 phasa beban seimbang
9 sistem 3 phasa beban seimbang
Simon Patabang
 
Pltg pdf
Pltg pdfPltg pdf
Pltg pdf
tchakap
 
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Macam relay proteksi
Macam relay proteksiMacam relay proteksi
Macam relay proteksiRidwan Satria
 
makalah trafo 3 fasa Elektro UnDip
makalah trafo 3 fasa Elektro UnDipmakalah trafo 3 fasa Elektro UnDip
makalah trafo 3 fasa Elektro UnDip
rezon arif
 
8 rangkaian-dasar-kontrol-motor-listrik
8 rangkaian-dasar-kontrol-motor-listrik8 rangkaian-dasar-kontrol-motor-listrik
8 rangkaian-dasar-kontrol-motor-listrikpprawira11
 
GARDU INDUK TENAGA LISTRIK
GARDU INDUK TENAGA LISTRIK GARDU INDUK TENAGA LISTRIK
GARDU INDUK TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Motor induksi
Motor induksiMotor induksi
Motor induksi
Bambang Haryono
 
Pemeliharaan peralatan cubicle out going 20 k v gi
Pemeliharaan peralatan cubicle out going 20 k v giPemeliharaan peralatan cubicle out going 20 k v gi
Pemeliharaan peralatan cubicle out going 20 k v gi
Suyono Suyono
 
Tegangan Tinggi DC
Tegangan Tinggi DCTegangan Tinggi DC
Tegangan Tinggi DCGredi Arga
 
Kegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan Tinggi
Kegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan TinggiKegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan Tinggi
Kegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan Tinggi
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURANTEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIKPEMBANGKITAN DAN PENGUKURANTEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
Gangguan Pada Sistem Tenaga ListrikGangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
derrydwipermata
 
Proteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrikProteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrikJohari Zhou Hao Li
 
proteksi sistem tenaga listrik
 proteksi sistem tenaga listrik proteksi sistem tenaga listrik
proteksi sistem tenaga listrik
Anwar Sapi'i
 
Tegangan Tinggi AC
Tegangan Tinggi ACTegangan Tinggi AC
Tegangan Tinggi ACGredi Arga
 

What's hot (20)

PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
 
Transmisi Daya Listrik
Transmisi Daya ListrikTransmisi Daya Listrik
Transmisi Daya Listrik
 
PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS
PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS
PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS
 
9 sistem 3 phasa beban seimbang
9  sistem  3 phasa beban seimbang9  sistem  3 phasa beban seimbang
9 sistem 3 phasa beban seimbang
 
Pltg pdf
Pltg pdfPltg pdf
Pltg pdf
 
Teknik tegangan tinggi
Teknik tegangan tinggiTeknik tegangan tinggi
Teknik tegangan tinggi
 
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
 
Macam relay proteksi
Macam relay proteksiMacam relay proteksi
Macam relay proteksi
 
makalah trafo 3 fasa Elektro UnDip
makalah trafo 3 fasa Elektro UnDipmakalah trafo 3 fasa Elektro UnDip
makalah trafo 3 fasa Elektro UnDip
 
8 rangkaian-dasar-kontrol-motor-listrik
8 rangkaian-dasar-kontrol-motor-listrik8 rangkaian-dasar-kontrol-motor-listrik
8 rangkaian-dasar-kontrol-motor-listrik
 
GARDU INDUK TENAGA LISTRIK
GARDU INDUK TENAGA LISTRIK GARDU INDUK TENAGA LISTRIK
GARDU INDUK TENAGA LISTRIK
 
Motor induksi
Motor induksiMotor induksi
Motor induksi
 
Pemeliharaan peralatan cubicle out going 20 k v gi
Pemeliharaan peralatan cubicle out going 20 k v giPemeliharaan peralatan cubicle out going 20 k v gi
Pemeliharaan peralatan cubicle out going 20 k v gi
 
Tegangan Tinggi DC
Tegangan Tinggi DCTegangan Tinggi DC
Tegangan Tinggi DC
 
Kegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan Tinggi
Kegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan TinggiKegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan Tinggi
Kegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan Tinggi
 
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURANTEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIKPEMBANGKITAN DAN PENGUKURANTEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
 
Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
Gangguan Pada Sistem Tenaga ListrikGangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
 
Proteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrikProteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrik
 
proteksi sistem tenaga listrik
 proteksi sistem tenaga listrik proteksi sistem tenaga listrik
proteksi sistem tenaga listrik
 
Tegangan Tinggi AC
Tegangan Tinggi ACTegangan Tinggi AC
Tegangan Tinggi AC
 

Viewers also liked

Teknik Distribusi
Teknik DistribusiTeknik Distribusi
Teknik Distribusisulsandy
 
Instalasi listrik Ir. Damar Aji
 Instalasi listrik  Ir. Damar Aji Instalasi listrik  Ir. Damar Aji
Instalasi listrik Ir. Damar AjiMuhammad Firzy Adha
 
Modul teori so
Modul teori soModul teori so
Modul teori so
joko2016
 
Soal perencanaan sistem tenaga listrik
Soal perencanaan sistem tenaga listrikSoal perencanaan sistem tenaga listrik
Soal perencanaan sistem tenaga listrik
dewayudha_21
 
Aplikasi accessories pada windows oleh desi anita
Aplikasi accessories pada windows oleh desi anitaAplikasi accessories pada windows oleh desi anita
Aplikasi accessories pada windows oleh desi anitadesi anita
 
Dasar Teknik Tegangan Tinggi
Dasar Teknik Tegangan TinggiDasar Teknik Tegangan Tinggi
Dasar Teknik Tegangan Tinggiedofredika
 
Teknik tenaga listrik 2
Teknik tenaga listrik 2Teknik tenaga listrik 2
Teknik tenaga listrik 2haafizah
 
Fenomena Petir
Fenomena PetirFenomena Petir
Fenomena Petir
derrydwipermata
 
Materi Teknik Tegangan Tinggi
Materi Teknik Tegangan TinggiMateri Teknik Tegangan Tinggi
Materi Teknik Tegangan TinggiGredi Arga
 
Soal Analisa Sistem Tenaga Listrik
Soal Analisa Sistem Tenaga ListrikSoal Analisa Sistem Tenaga Listrik
Soal Analisa Sistem Tenaga Listrik
azikin09
 
Pertemuan 13 cara penyimpanan data
Pertemuan 13 cara penyimpanan dataPertemuan 13 cara penyimpanan data
Pertemuan 13 cara penyimpanan datajumiathyasiz
 
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1Faizin Pass
 
Materi Teknik Tenaga Listrik
Materi Teknik Tenaga ListrikMateri Teknik Tenaga Listrik
Materi Teknik Tenaga Listrik
Charis Muhammad
 
Soal Ujian Utama Pembangkit
Soal Ujian Utama PembangkitSoal Ujian Utama Pembangkit
Soal Ujian Utama Pembangkit
Hermawan Hermawan
 
Teknik distribusi tenaga listrik jilid 1
Teknik distribusi tenaga listrik jilid 1Teknik distribusi tenaga listrik jilid 1
Teknik distribusi tenaga listrik jilid 1
86WILDAN
 
Maintenance and Repair "Genset and Transformers"
Maintenance and Repair "Genset and Transformers"Maintenance and Repair "Genset and Transformers"
Maintenance and Repair "Genset and Transformers"
Alfia Estitika
 

Viewers also liked (20)

Teknik Distribusi
Teknik DistribusiTeknik Distribusi
Teknik Distribusi
 
Instalasi listrik Ir. Damar Aji
 Instalasi listrik  Ir. Damar Aji Instalasi listrik  Ir. Damar Aji
Instalasi listrik Ir. Damar Aji
 
Modul teori so
Modul teori soModul teori so
Modul teori so
 
Soal perencanaan sistem tenaga listrik
Soal perencanaan sistem tenaga listrikSoal perencanaan sistem tenaga listrik
Soal perencanaan sistem tenaga listrik
 
Aplikasi accessories pada windows oleh desi anita
Aplikasi accessories pada windows oleh desi anitaAplikasi accessories pada windows oleh desi anita
Aplikasi accessories pada windows oleh desi anita
 
Fluida
FluidaFluida
Fluida
 
Rangkuman Teknik Tenaga Listrik
Rangkuman Teknik Tenaga ListrikRangkuman Teknik Tenaga Listrik
Rangkuman Teknik Tenaga Listrik
 
Dasar Teknik Tegangan Tinggi
Dasar Teknik Tegangan TinggiDasar Teknik Tegangan Tinggi
Dasar Teknik Tegangan Tinggi
 
Teknik tenaga listrik 2
Teknik tenaga listrik 2Teknik tenaga listrik 2
Teknik tenaga listrik 2
 
Fenomena Petir
Fenomena PetirFenomena Petir
Fenomena Petir
 
Spln 68 2-1986
Spln 68 2-1986Spln 68 2-1986
Spln 68 2-1986
 
Materi Teknik Tegangan Tinggi
Materi Teknik Tegangan TinggiMateri Teknik Tegangan Tinggi
Materi Teknik Tegangan Tinggi
 
Soal Analisa Sistem Tenaga Listrik
Soal Analisa Sistem Tenaga ListrikSoal Analisa Sistem Tenaga Listrik
Soal Analisa Sistem Tenaga Listrik
 
Wiring diagram penerangan
Wiring diagram peneranganWiring diagram penerangan
Wiring diagram penerangan
 
Pertemuan 13 cara penyimpanan data
Pertemuan 13 cara penyimpanan dataPertemuan 13 cara penyimpanan data
Pertemuan 13 cara penyimpanan data
 
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1
 
Materi Teknik Tenaga Listrik
Materi Teknik Tenaga ListrikMateri Teknik Tenaga Listrik
Materi Teknik Tenaga Listrik
 
Soal Ujian Utama Pembangkit
Soal Ujian Utama PembangkitSoal Ujian Utama Pembangkit
Soal Ujian Utama Pembangkit
 
Teknik distribusi tenaga listrik jilid 1
Teknik distribusi tenaga listrik jilid 1Teknik distribusi tenaga listrik jilid 1
Teknik distribusi tenaga listrik jilid 1
 
Maintenance and Repair "Genset and Transformers"
Maintenance and Repair "Genset and Transformers"Maintenance and Repair "Genset and Transformers"
Maintenance and Repair "Genset and Transformers"
 

Similar to 86656891 study-recloser-unnes

Simulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedung
Simulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedungSimulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedung
Simulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedungOhen Razak
 
Proses pembuatan jeregen
Proses pembuatan jeregenProses pembuatan jeregen
Proses pembuatan jeregenAlen Pepa
 
ELECTRICAL FUNDAMENTALS IN ARC WELDING
ELECTRICAL FUNDAMENTALS IN ARC WELDINGELECTRICAL FUNDAMENTALS IN ARC WELDING
ELECTRICAL FUNDAMENTALS IN ARC WELDING
Thomas Riggleman
 
Sistem kendali
Sistem kendaliSistem kendali
Sistem kendali
Kevin Maulana
 
31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdf31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdf
ssuser087c2d
 
PENGGUNAAN SENSOR LIGHT DEPENDENT RESISTOR (LDR) PADA SISTEM PENGGERAK PANEL...
PENGGUNAAN SENSOR LIGHT DEPENDENT RESISTOR (LDR)  PADA SISTEM PENGGERAK PANEL...PENGGUNAAN SENSOR LIGHT DEPENDENT RESISTOR (LDR)  PADA SISTEM PENGGERAK PANEL...
PENGGUNAAN SENSOR LIGHT DEPENDENT RESISTOR (LDR) PADA SISTEM PENGGERAK PANEL...
Ethelbert Phanias
 
4250406037
42504060374250406037
4250406037
Mimin Setiadi
 
RANCANG BANGUN MINI GENERATOR FLUKS AKSIAL 1 FASA PUTARAN RENDAH MENGGUNAKAN ...
RANCANG BANGUN MINI GENERATOR FLUKS AKSIAL 1 FASA PUTARAN RENDAH MENGGUNAKAN ...RANCANG BANGUN MINI GENERATOR FLUKS AKSIAL 1 FASA PUTARAN RENDAH MENGGUNAKAN ...
RANCANG BANGUN MINI GENERATOR FLUKS AKSIAL 1 FASA PUTARAN RENDAH MENGGUNAKAN ...
Puja Setia
 
Hmi dan pengontrolan labview menggunakan sistem pid pada prototipe rotary sta...
Hmi dan pengontrolan labview menggunakan sistem pid pada prototipe rotary sta...Hmi dan pengontrolan labview menggunakan sistem pid pada prototipe rotary sta...
Hmi dan pengontrolan labview menggunakan sistem pid pada prototipe rotary sta...
Rahmad Noviali
 
4213100058 Rachmat Gunawan Skripsi.Pdf
4213100058 Rachmat Gunawan Skripsi.Pdf4213100058 Rachmat Gunawan Skripsi.Pdf
4213100058 Rachmat Gunawan Skripsi.Pdf
Joe Andelija
 
Analisis perhitungankapasitas daya dukung pondasi tiang pancang diameter 50 c...
Analisis perhitungankapasitas daya dukung pondasi tiang pancang diameter 50 c...Analisis perhitungankapasitas daya dukung pondasi tiang pancang diameter 50 c...
Analisis perhitungankapasitas daya dukung pondasi tiang pancang diameter 50 c...
AndriArrahman1
 
PENGARUH PENGGANTIAN COMBUSTION LINER TERHADAP PERFORMA TURBIN GAS PLTGU UNIT...
PENGARUH PENGGANTIAN COMBUSTION LINER TERHADAP PERFORMA TURBIN GAS PLTGU UNIT...PENGARUH PENGGANTIAN COMBUSTION LINER TERHADAP PERFORMA TURBIN GAS PLTGU UNIT...
PENGARUH PENGGANTIAN COMBUSTION LINER TERHADAP PERFORMA TURBIN GAS PLTGU UNIT...
M. Rio Rizky Saputra
 
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 2 - TKR
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 2 - TKRAlat ukur dan teknik pengukuran jilid 2 - TKR
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 2 - TKREko Supriyadi
 
e-learning berbasis web menggunakan cms open source
e-learning berbasis web menggunakan cms open sourcee-learning berbasis web menggunakan cms open source
e-learning berbasis web menggunakan cms open source
lamone41
 
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3Eko Supriyadi
 
Cover kp
Cover kpCover kp
Cover kp
Kokoh Ali
 

Similar to 86656891 study-recloser-unnes (20)

Simulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedung
Simulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedungSimulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedung
Simulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedung
 
Proses pembuatan jeregen
Proses pembuatan jeregenProses pembuatan jeregen
Proses pembuatan jeregen
 
ELECTRICAL FUNDAMENTALS IN ARC WELDING
ELECTRICAL FUNDAMENTALS IN ARC WELDINGELECTRICAL FUNDAMENTALS IN ARC WELDING
ELECTRICAL FUNDAMENTALS IN ARC WELDING
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Sistem kendali
Sistem kendaliSistem kendali
Sistem kendali
 
31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdf31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdf
 
PENGGUNAAN SENSOR LIGHT DEPENDENT RESISTOR (LDR) PADA SISTEM PENGGERAK PANEL...
PENGGUNAAN SENSOR LIGHT DEPENDENT RESISTOR (LDR)  PADA SISTEM PENGGERAK PANEL...PENGGUNAAN SENSOR LIGHT DEPENDENT RESISTOR (LDR)  PADA SISTEM PENGGERAK PANEL...
PENGGUNAAN SENSOR LIGHT DEPENDENT RESISTOR (LDR) PADA SISTEM PENGGERAK PANEL...
 
Tugas ta
Tugas taTugas ta
Tugas ta
 
4250406037
42504060374250406037
4250406037
 
RANCANG BANGUN MINI GENERATOR FLUKS AKSIAL 1 FASA PUTARAN RENDAH MENGGUNAKAN ...
RANCANG BANGUN MINI GENERATOR FLUKS AKSIAL 1 FASA PUTARAN RENDAH MENGGUNAKAN ...RANCANG BANGUN MINI GENERATOR FLUKS AKSIAL 1 FASA PUTARAN RENDAH MENGGUNAKAN ...
RANCANG BANGUN MINI GENERATOR FLUKS AKSIAL 1 FASA PUTARAN RENDAH MENGGUNAKAN ...
 
Hmi dan pengontrolan labview menggunakan sistem pid pada prototipe rotary sta...
Hmi dan pengontrolan labview menggunakan sistem pid pada prototipe rotary sta...Hmi dan pengontrolan labview menggunakan sistem pid pada prototipe rotary sta...
Hmi dan pengontrolan labview menggunakan sistem pid pada prototipe rotary sta...
 
4213100058 Rachmat Gunawan Skripsi.Pdf
4213100058 Rachmat Gunawan Skripsi.Pdf4213100058 Rachmat Gunawan Skripsi.Pdf
4213100058 Rachmat Gunawan Skripsi.Pdf
 
Analisis perhitungankapasitas daya dukung pondasi tiang pancang diameter 50 c...
Analisis perhitungankapasitas daya dukung pondasi tiang pancang diameter 50 c...Analisis perhitungankapasitas daya dukung pondasi tiang pancang diameter 50 c...
Analisis perhitungankapasitas daya dukung pondasi tiang pancang diameter 50 c...
 
Perencanaan sprinkler
Perencanaan sprinklerPerencanaan sprinkler
Perencanaan sprinkler
 
4 d5f81c1d01
4 d5f81c1d014 d5f81c1d01
4 d5f81c1d01
 
PENGARUH PENGGANTIAN COMBUSTION LINER TERHADAP PERFORMA TURBIN GAS PLTGU UNIT...
PENGARUH PENGGANTIAN COMBUSTION LINER TERHADAP PERFORMA TURBIN GAS PLTGU UNIT...PENGARUH PENGGANTIAN COMBUSTION LINER TERHADAP PERFORMA TURBIN GAS PLTGU UNIT...
PENGARUH PENGGANTIAN COMBUSTION LINER TERHADAP PERFORMA TURBIN GAS PLTGU UNIT...
 
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 2 - TKR
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 2 - TKRAlat ukur dan teknik pengukuran jilid 2 - TKR
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 2 - TKR
 
e-learning berbasis web menggunakan cms open source
e-learning berbasis web menggunakan cms open sourcee-learning berbasis web menggunakan cms open source
e-learning berbasis web menggunakan cms open source
 
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3
 
Cover kp
Cover kpCover kp
Cover kp
 

86656891 study-recloser-unnes

  • 1. ANALISA KERJA RECLOSER TIPE VWVE MEREK COOPER DI WILAYAH PT.(Persero)PLN APJ SURAKARTA SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Tehnik Elektro pada Universitas Negeri Semarang Oleh Muh.Qomarudin ma’sum NIM 5350403023 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007
  • 2. ii SKRIPSI ANALISA KERJA RECLOSER TIPE VWVE MEREK COOPER DI WILAYAH PT.(Persero)PLN APJ SURAKARTA yang dipersiapkan dan disusun oleh Muh.Qomarudin ma’sum 5350403023 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 4 Juli 2007 Susunan Dewan Penguji Pembimbing Utama Anggota Tim Penguji Lain Dr. Ir. Sasongko Pramono Hadi, DEA Drs. Ngadirin, M.T. NIP. 130 815 059 NIP. 130 422 773 Pembimbing Pendamping Drs. Subiyanto, M.T. NIP. 130 687 603 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh derajat sarjana teknik tanggal : Juli 2007 Drs. Djoko Adi Widodo, M.T. NIP. 131 570 064 Pengelola Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang ii
  • 3. iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Semarang, Juli 2007 Muh.Qomarudin Ma’sum NIM 5350403023 iii
  • 4. iv INTISARI Sistem tenaga listrik sangat memegang peranan penting dalam semua aspek. Sehingga untuk memperoleh kontinuitas pelayanan diperlukan penerapan dan penggunaan peralatan proteksi untuk mengatasi gangguan. Recloser merupakan salah satu peralatan pengaman yang dapat mendeteksi arus lebih karena gangguan antara fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah, dimana recloser ini dapat memutus arus dan menutup kembali secara otomatis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecepatan kerja dari recloser tipe VWVE (vaccum withstand voltage elektronical) jika mendapat arus gangguan sebesar 200%,300%,400%,dan 500% dari arus setting kumparan trip. Manfaat penelitian ini untuk mengetahui apakah recloser tersebut masih layak digunakan sebagai sistem proteksi pada jaringan distribusi 20kV dimana metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen one shoot case study. Dari hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa hasil pemutus yang sebenarnya dari recloser tipe VWVE merek cooper masih dibawah garis kurva arus, ini berarti bawa recloser tipe VWVE merek cooper tersebut masih dapat digunakan sebagai sistem proteksi pada jaringan distribusi 20 kV. Selama melakukan pengujian badan alat ukur tidak ditanahkan oleh karena itu PT.PLN (persero) hendaknya memasang kabel pentanahan untuk keselamatan pengujian. Kata kunci : Energi listrik, PLN,Recloser tipe VWVE iv
  • 5. v ABSTRACT System electric power very important playing a part in all aspect. So that to obtain;get service kontinuitas needed by applying and usage of equipments of proteksi to overcome trouble. Recloser represent one of equipments of peacemaker of which can detect current more because trouble between fasa with or fasa of fasa with land;ground, where this recloser can break current and close again automatically. Target of this research is to know speed of [job/activity] of type recloser of VWVE ( elektronical voltage withstand vaccum) if getting trouble current equal to 200%,300%,400%,dan 500% from current of setting bobbin of trip. this Research benefit to know do used as competent still the recloser [of] system of proteksi distribution network 20kV where method which is used in this research is experiment of one study case shoot. From result of research which [is] [is] to be concluded that result of pemutus which in fact from type recloser of VWVE brand of cooper still below/under current curve line, this means bringing type recloser of VWVE brand of cooper the admit of to be used as system of proteksi distribution network 20 kV. During conducting examination of land;ground measuring instrument body donot therefore PT.PLN ( persero) shall install land ground cable for the safety of examination Keyword : Energi Electrics, PLN,RECLOSER type of VWVE v
  • 6. vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO : “ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ” (QS. Ar Ra’d : 11). “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yag telah diusahakannya” (An Najm : 39). “Barangsiapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang seharusnya yang ditunjukan untuk mencari ridho Allah bahkan hanya untuk mendapatkan kedudukan/kekayaan duniawi maka ia tidak akan mendapatkan baunya surga nanti pada hari kiamat (riwayat Abu Hurairah radhiallahu anhu)”. “Jangan sia-siakan hidupmu untuk masa depan yang akan kamu jalani”. “Bersungguh-sungguhlah dalam menjalani hidup ini”. PERSEMBAHAN Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT Sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada : Keluargaku yang selalu memberikan motivasi dalam hidupku Dan selalu memberikan inspirasi dalam hidupku Kekasihku yang aku cintai, terima kasih atas semuanya Teman-teman TE 2003 UNNES Pihak PLN APJ Surakarta vi
  • 7. vii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Ta’ala, Tuhan pencipta alam semesta pengatur hidup dan kehidupan manusia, yang menguasai alam raya beserta isinya serta yang memberikan kasih sayangNya kepada setiap makhlukNya. Sehingga dengan keridloanNya skripsi dengan judul “Analisis Analisa Kerja Recloser Tipe VWVE diwilayah APJ Surakarta” dalam rangka menyelesaikan studi Strata Satu untuk mencapai gelar Sarjana di Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dapat diselesaikan. Untuk itu ucapan terima kasih disampaikan kepada: 1 Drs. Djoko Adi Widodo, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Elekto Universitas Negeri Semarang. 2 Dr.Ir. Sasongko Pramono Hadi,DEA, Dosen Pembimbing utama dari Universitas Gadjah Mada 3 Bapak Nur Muhammad sebagai pembantu penulisan skripsi ini dari pihak APJ surakarta. 4 Keluarga besar penulis (Bpk Muh.Kamil, Ibu Siti Imro’atun serta semua kakak-kakakku (Juned-Nur,Muh-Nur,Udin-Lely,Arsad-Ida)) yang banyak membantu pembuatan media pembelajaran ini dan yang banyak memberi semangat lebih. 5 Kekasih saya yang memberikan suport keteguhan hati atau yang mendukung terselesainya skripsi ini. vii
  • 8. viii 6 Teman-teman (TE 2003) yang telah memberikan sumbangsih pikiran, semangat juga do’a, hingga terselesianya Skripsi ini. 7 Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam penyelesaian skripsi. Masukan berupa saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dunia pendidikan pada khususnya. Semarang, Juli 2007 Penulis viii
  • 9. ix DAFTAR ISI Halaman JUDUL............................................................................................................ i PENGESAHAN.............................................................................................. ii PERNYATAAN............................................................................................ iii INTISARI...................................................................................................... iv ABSTRAK...................................................................................................... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................. vi KATA PENGANTAR.................................................................................... vii DAFTAR ISI................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...................................................................................... 1 B. Permasalah........................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian................................................................................ 5 E. Penegasan Istilah................................................................................... 5 F. Sistematika Skripsi................................................................................ 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Jaringan Distribusi..................................................................... 7 B. Sistem Pengaman................................................................................... 13 C. Rele Pengaman....................................................................................... 16 D. Penutup Balik Otomatis (Auto Circuit Recloser)................................... 22 ix
  • 10. x E. Recloser Tipe VWVE (Vaccum Withstand Voltage Electronical) Merek Cooper........................................................................................ 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian............................................................ 39 B. Jenis Penelitian................................................................................... 39 C. Variable Penelitian ............................................................................ 40 D. Alat dan Bahan ................................................................................. 40 E. Desain Eksperimen ........................................................................... 40 F. Pengambilan Data ............................................................................. 41 G. Rangkaian Eksperimen....................................................................... 42 H. Analisa Data....................................................................................... 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian.................................................................................... 51 B. Analisis Hasil Penelitian....................................................................... 59 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................................... 65 B. Saran................................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x
  • 11. xi DAFTAR GAMBAR Gambar 1, Daerah Proteksi………………………………………………….. 15 Gambar 2a.Rangkaian Kotak Kontrol Elektronik……………………..…….. 27 Gambar 2b.Diagram Satu Garis Current Transformer Pada Recloser.……... 27 Gambar3.Elektronic Control Box…………………………………………… 29 Gambar 4. Recloser Tipe VWVE Merek Cooper……………..……………… 33 Gambar 5a. Tampak Atas ………………………………………….…… 33 Gambar 5b.Tampak Samping………………………...……………………… 33 Gambar 5c. Tampak Depan ………………………………………..……… 33 Gambar 6. Bagian-bagian Dari Recloser Tipe VWVE Merek Cooper……… 34 Gambar 7. Gangguan Permanen Pada Jaringan …………………..………… 35 Gambar 8. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Tetap………… 35 Gambar 9. Recloser Mengalami Gangguan Sesaat……………………..…… 36 Gambar 10. Grafik Pemutus Recloser Jikaterjadi Gangguan Sesaat...……… 36 Gambar 11. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Semi Permanen………………….…………………………………… 37 Gambar 12. Pemasangan Recloser Pada Tiang Jaringan…………………… 37 Gambar 13. Pemasangan Recloser Pada Jaringan Yang Beroperasi Secara Radial ………………………………………………………….. 38 Gambar 14. Desain Experiment One Shot Case Study……………………… 41 Gambar 15. Diagram Blok Pengukuran…………………………………...… 42 Gambar 16. Rangkain Penguji Recloser Tipe VWVE Merek Cooper..……… 43 xi
  • 12. xii Gambar 17. Alat Uji Jenis MET Mc. Graw Edison…………………….....… 44 Gambar 18, Grafik Kurva Fasa Trip………………………………………… 49 Gambar 19, Grafik Kurva Ground Trip…………………………………...… 50 Gambar 20, Blok Diagram Recloser………………………………………… 51 Gambar 21, Perbandingan Antara Grafik Kurva Arus Referensi Fasa Trip Dan Hasil Pemutusan Fasa Trip Yang Sebenarnya………………… 60 Gambar 22, Perbandingan Antara Grafik Kurva Arus Referensi Ground Trip Dan Hasil Pemutusan Ground Trip Yang Sebenarnya………...…… 62 xii
  • 13. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem tenaga listrik sangat memegang peranan penting dalam semua aspek, sehingga faktor keamanan pada pusat pembangkit listrik maupun pada jaringan tegangan menengah sangat diperlukan. Dalam jaringan distribusi terdapat banyak sekali gangguan yang mengakibatkan penurunan kapasitas daya listrik yang disalurkan ke beban. Hal tersebut dapat mengganggu mekanisme kerja penggunaan energi listrik. Maka dari itu untuk memperoleh kontinuitas pelayanan tersebut penerapan dan penggunaan peralatan proteksi dalam mengatasai gangguan mempunyai peranan yang sangat penting. Peralatan pengaman dalam sistem tenaga listrik, digunakan sebagai pengaman pada daerah - daerah tertentu. Daerah pengaman tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga dibeberapa bagian dalam saluran terjadi tumpang tindih sehingga tidak ada daerah didalam sistem tenaga listrik yang tidak terlindungi. Alat proteksi yang digunakan adalah sebuah rele dan perlengkapannya yang bekerja memberi perintah kepada pemutus tenaga untuk membuka atau memisahkan bagian bila terjadi gangguan. Untuk memudahkan pengamanan terhadap gangguan, digunakan rele yang berfungsi membuka dan menutup secara otomatis yang disebut ”reclosing (recloser)” dimana sistem kendalinya ada pada kotak kontrol elektronik. 1
  • 14. 2 Recloser merupakan suatu peralatan pengaman yang dapat mendeteksi arus lebih karena hubung singkat antara fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah, dimana recloser ini memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan selang waktu yang dapat diatur misal dengan setting interval reclose 1 sampai 5 detik dan setting interval reclose 2 sampai 10 detik dan pada trip ketiga recloser akan membuka tetap dengan sendirinya karena gangguan itu bersifat permanen. Peralatan ini digunakan sebagai pelindung saluran distrbusi dan mempunyai peranan penting dalam perlindungan sistem daya karena saluran distribusi merupakan elemen vital suatu jala-jala, yang menghubungkan gardu induk (GI) ke pusat - pusat beban. Pembatasan gangguan pelayanan dapat diukur untuk daerah sesempit mungkin dengan cara memasang saklar-saklar bersekering yang dipasang pada tempat-tempat strategis dan diberi pengaman lebur. Ini akan menjamin bahwa sekering ditempat yang terdekat dengan letak gangguan akan bekerja terlebih dahulu pada saat ganguan itu terjadi. Pada jaringan distribusi diperoleh data bahwa 70% sampai 80% gangguan bersifat permanen yaitu gangguan yang dapat dihilangkan atau diperbaiki setelah bagian yang terganggu itu diisolir dengan bekerjanya pemutus daya (TS. Hautaruk,1991:4). Permasalahan yang sering muncul pada saluran distribusi atau jaringan tegangan menengah 20kV adalah bagaimana mengatasi suatu gangguan yang menghambat kelancaran sistem penyaluran beban. Ada banyak jenis recloser yang digunakan dalam mengatasi gangguan salah satunya memasang sebuah rele
  • 15. 3 otomatis yang dapat mempersempit daerah gangguan. Jenis recloser menurut media peredaman busur apinya adalah (PLN, Pusdiklat.1997): 1.Vaccum (hampa udara) - Nova 2. Gas SF6 -Brush -Nullec 3. Oil (minyak) -MVE -VWVE Recloser tipe MVE dan recloser tipe VWVE keduanya mempunyai prinsip kerja yang sama hanya dibedakan pada media pemutusnya saja. Recloser tipe MVE menggunakan motor listrik 220 V dengan daya sebesar 0,75 HP, sedangkan recloser tipe VWVE menggunakan closing selenoid 20 Kv. Recloser tipe VWVE lebih banyak dipakai dari pada recloser tipe MVE, sebab dilihat dari segi ekonomisnya lebih mudah perawatan dan lebih sederhana. Bertolak dari permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk malakukan analisis kerja recloser tipe VWVE (Vaccum Withstand Voltage Electronical) merek Cooper. B. Permasalah Untuk menghindari presepsi yang salah dan meluasnya pembahasan, maka pembatasan masalah penelitian ini adalah pada analisis kerja dari sebuah recloser
  • 16. 4 tipe VWVE (Vaccum Withstand Voltage Elektronical) merek cooper dengan arus pengaturan pemutusan sebesar 200%,300%,400%,500% dari arus setting kumparan trip yang sebesar 100A atau bisa disebut dengan I nominal, karena recloser yang digunakan di wilayah kerja PT.PLN (Persero) cabang Surakarta menggunakan arus pengaturan setting kumparan trip yang besarnya 100A. Rumusan masalah skripsi ini adalah : 1. Bagaimana recloser tipe VWVE bekerja mulai dari mendapatkan arus gangguan trip sampai dengan recloser kembali beroperasi seperti sebelum terjadinya gangguan. 2. Seberapa cepat sebuah recloser tipe VWVE merek cooper akan trip jika terjadi arus gangguan sebesar 200%,300%,400%,500% dari I nominal yang mungkin terjadi pada jaringan tegangan menengah 20 kV. 3. Mengapa terjadi perbedaan waktu pemutusan antara waktu pengaturan dengan waktu nyata dan waktu pemutusan antara fasa trip dan ground trip. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : a. Untuk mengetahui kemampuan sistem proteksi dari recloser tipe VWVE merek cooper jika terjadi gangguan pada jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV. b. Untuk mengetahui seberapa besar cepat recloser tipe VWVE merek cooper melokalisir daerah yang terjadi gangguan.
  • 17. 5 c. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan waktu trip jika terjadi gangguan phase-trip dan ground-trip pada recloser tipe VWVE merek cooper. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang keandalan recloser tipe VWVE merek cooper sebagai sistem proteksi pada jaringan distribusi 20 kV. 2. Manfaat bagi peneliti adalah memperdalam pengetahuan tentang karakteristik dan pengaturan recloser tipe VWVE merek cooper di wilayah kerja PT.PLN (Persero) Cabang Surakarta. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan suatu persoalan, penegasan istilah yang penulis gunakan adalah: 1. Recloser adalah fasilitas tembahan pada system distribusi untuk menghindari pemutusan transient (KG.jacson, 1981:302). 2. Sistem adalah sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja bersama- sama untuk melakukan suatu maksud (WJS. Poerwodarminto, 1996 : 955). 3. Proteksi adalah piranti yang dirancang untuk melindungi komponen peralatan atau sistem listrik dari berbagai efek yang merusak ketika kondisi ab-normal muncul selama operasi (KG.Jacson,1981:291). 4. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.(Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001:43).
  • 18. 6 F. Sistematika Sekripsi Skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: 1. Bagian pendahuluan skripsi yang berisi halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan, intisari, abstract, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar gambar. 2. bagian isi sekripsi,yang terdiri atas lima bab, yaitu : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi: latar belakang, permasalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika sekripsi BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini berisi: sistem jaringan distribusi, sistem pengaman rele pengaman penutup, balik otomatis (auto circuit recloser), dan Recloser tipe VWVE (vaccum withstand voltage electronical) merek cooper. BAB III METODE PENELITIAN DAN RANGKAIAN EKSPERIMEN Dalam bab ini berisi: jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, variable penelitian, alat dan bahan , desain eksperimen , pengambilan data , rangkaian eksperimen, dan analisa data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi: hasil penelitian, dan analisis hasil penelitian. BAB V PENUTUP Dalam bab ini berisi: simpulan dan saran.
  • 19. BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Jaringan Distribusi Sistem jaringan distribusi ditinjau dari sistem tegangannya dapat di kelompokkan menjadi dua tegangan, yaitu distribusi tegangan rendah dan distribusi tegangan menengah. Sistem distribusi tegangan menengah di PLN mempunyai sistem radial dengan saluran udara dan saluran kabel tanah pada kota- kota besar. Tegangan menengah yang digunakan saat ini adalah 20 kV. Bila dikelompokkan berdasarkan sumber pemasukan tegangan sistem distribusi, dapat berasal dari: 1. Pusat pembangkit tegangan rendah, disalurkan pada sistem distribusi yang umumnya pada listrik desa. 2. Pusat pembangkit tegangan menengah, didistribusikan pada tegangan menengah dan tegangan rendah umumnya di dapatkan di pula - pulau sedang atau kecil. 3. Dari sistem tegangan tinggi menggunakan trafo daya pada GI. Sistem distribusi mempunyai fungsi menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari gardu induk atau pusat pembangkit ke pusat - pusat atau kelompok beban, dengan mutu yang memadai dan keterhandalan sistem yang tinggi. Jadi tingkat kehandalan tinggi dapat diperoleh dengan tingkat komunitas pelayannan yang tinggi dan frekuensi pemadaman karena gangguan rendah. 7
  • 20. 8 Frekuansi pemadaman karena gangguan dapat diperkecil dengan sistem proteksi yang sesuai, baik dan memadai. a. Gangguan Gangguan adalah suatu keadaan sistem yang tidak normal, sehingga gangguan pada umumnya terdiri dari hubung singkat dan rangkaian terbuka (open circuit). Bila hubung singkat dibiarkan berlangsung lama pada suatu sistem daya, akan muncul pengaruh-pengaruh berikut ini : 1) Berkurangnya batas - batas keseimbangan untuk sistem daya itu. 2) Rusaknya peralatan yang berada dekat dengan gangguan yang disebabakan oleh arus yang besar, arus yang tidak seimbang atau tegangan - tegangan rendah yang disebabkan oleh hubung singkat. 3) Ledakan - ledakan yang mungkin terjadi pada peralatan yang mengandung minyak isolasi sewaktu hubung singkat, dan mungkin menimbulkan kebakaran sehingga dapat membahayakan orang yang menanganinya dan merusak peralatan yang lain. 4) Terpecah - pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya itu oleh suatu rentetan tindakan pengaman yang diambil oleh sistem - sistem pengaman yang berbeda - beda. b. Sebab - Sebab Terjadinya Gangguan Menurut Hutauruk (1991:4), ada beberapa macam gangguan tranmisi, yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor lainnya. Faktor - faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem transmisi ialah : 1. Surja petir atau surja hubung.
  • 21. 9 Petir sering menyebabkan gangguan pada sistem tegangan tinggi sampai 150 - 500kV. Sedangkan pada sistem dibawah 20kV, yang menjadi sebab utama adalah surja hubung. 2. Burung Jika burung dekat pada isolator gantung dari saluran transmisi, maka clearance (jarak aman) menjadi berkurang sehingga ada kemungkinan terjadi loncatan api. 3. Polusi (debu) Debu - debu yang menempel pada isolator merupakan konduktor yang bisa menyebabkan terjadinya loncatan bunga api. 4. Pohon - pohon yang tumbuh dekat saluran transmisi. 5. Retak - retak pada isolator. Dengan adanya retak - retak isolator maka secara mekanis apabila ada petir yang menyambar akan tembus (break down) pada isolator. c. Macam–macam Gangguan 1. Gangguan pada saluran : a) Gangguan dua fasa atau tiga fasa melalui tahap hubung tanah. b) Gangguan dua fasa. c) Gangguan dua fasa ketanah. d) Gangguan satu fasa ketanah atau gangguan tanah. 2. Lamanya waktu gangguan : a) Gangguan permanen baru dapat dihilangkan atau diperbaiki setelah bagian terganggu itu di isoler dengan bekerjanya pemutus daya.
  • 22. 10 b) Gangguan temporer Gangguan temporer yaitu gangguan yang terjadi hanya dalam waktu singkat kemudian sistem kembali pada keadaan normal. Misalnya gangguan yang disebabkan oleh petir atau burung, dimana terjadi loncatan api pada isolasi udara atau minyak. Dari berbagai macam penyebab gangguan tersebut, jenis gangguan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. Gangguan akibat hubung singkat. Termasuk hubung singkat satu atau dua fasa ketanah (ground), hubung singkat antara dua fasa dengan tiga fasa, atau hubung singkat antara tiga fasa dengan tanah. 2. Gangguan akibat putusnya kawat penghantar (Open Circuit) dapat terjadi pada penghantar satu fasa, dua fasa dan tiga fasa. Dari gangguan ini menimbulkan : a) Kontinuitas penyaluran daya terputus. b) Penurunan tegangan yang cukup besar dapat menyebabkan rendahnya kualitas tenaga listrik. c) Peralatan - peralatan yang terdapat pada tempat terjadinya gangguan akan rusak. d. Pencegahan Gangguan Sistem tenaga listrik dikatakan baik apabila dapat mencatu atau menyalurkan tenaga listrik ke konsumen dengan tingkat kehandalan yang tinggi. Kehandalan disini meliputi kelangsungan, dan stabilitas penyaluran sistem tenaga
  • 23. 11 listrik. Pemadaman listrik sering terjadi akibat gangguan yang tidak dapat diatasi oleh sistem pengamanannya. Kehandalan ini akan sangat mempengaruhi kelangsungan penyaluran tenaga listrik. Naik turunnya kondisi tegangan dan catu daya listrik bisa merusak peralatan listrik. Sebagaimana di jelaskan didepan, ada beberapa jenis gangguan pada saluran tenaga listrik yang memang tidak semuanya bisa dihindarkan. Untuk itu perlu dicari upaya pencegahan agar bisa memperkecil kerusakan pada peralatan listrik, terutama pada manusia akibat adanya gangguan. Pencegahan gangguan pada sistem tenaga listrik biasa di kategorikan menjadi dua langkah sebagai berikut (supriyadi,1999:13) : 1) Usaha memperkecil terjadinya gangguan Cara yang ditempuh antara lain : a. Membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan. b. Membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahanan isolasi peralatan dan penangkal petir (arrester). c. Memakai kawat tanah dan membuat tahanan tanah sekecil mungkin pada kaki menara, serta selalu mengadakan pengecekan. d. Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar mekanis dan mengurangi atau menghindarkan sebab - sebab gangguan karena binatang, polusi, kontaminasi, dan lain - lain. e. Pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku.
  • 24. 12 f. Menghindarkan kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan membuat prosedur tata cara operasional dan membuat jadwal pemeliharaan yang rutin. g. Memasang kawat tanah pada SUTT dan GI untuk melindungi terhadap sambaran petir. h. Memasang lighting arrester (penangkal petir) untuk mencegah kerusakan pada peralatan akibat sambaran petir. 2) Usaha mengurangi kerusakan akibat gangguan Beberapa cara untuk mengurangi akibat gangguan, antara lain sebagai berikut : a. Mengurangi akibat gangguan misalnya dengan membatasi arus hubung singkat, caranya dengan menghindari konsentrasi pembangkitan atu dengan memakai impedansi pembatas arus, pemasangan tahanan, atau reaktansi untuk sistem pentanahannya sehingga arus gangguan satu fasa terbatas. Pemakaian peralatan yang tahan atau handal terhadap terjadinya arus hubung singkat. b. Secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan memakai pengaman lebur atau rele pengaman pemutus beban dengan kapasitas pemutusan yang memadai. c. Merencanakan agar bagian sistem yang terganggu bila harus dipisahkan dari sistem tidak akan mengganggu operasi sistem secara keseluruhan atau penyaluran tenaga listrik ke konsumen tidak terganggu. Hal ini dapat dilakukan, misal dengan :
  • 25. 13 1) Memakai saluran ganda atau saluran yang membentuk lingkaran. 2) Memakai penutup balik otomatis. 3) Memakai generator cadangan. d. Mempertahankan stabilitas system selama terjadinya gangguan, yaitu dengan memakai pengatur tegangan otomatis yang cepat dan karakteristik kestabilan generator yang memadai. e. Membuat data pengamatan gangguan sistematis dan efektif, misalnya dengan menggunakan alat pencatat gangguan untuk mengambil langkah - langkah lebih lanjut. B. Sistem Pengaman a. Pengertian Pengaman Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator, bus bar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi ab-normal operasi sistem tenaga listrik tersebut. b. Fungsi Pengaman Kegunaan pengaman tenaga listrik antara lain (Supriadi, 1999 : 3) : 1) Mencegah kerusakan peralatan - peralatan pada sistem tenaga listrik akibat terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal. 2) Mempersempit daerah yang terganggu sehingga gangguan tidak melebar pada sistem yang lebih luas.
  • 26. 14 3) Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu tinggi kepada konsumen. 4) Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga listrik. Pada saat terjadi gangguan atau ketidak normalan pada sistem tenaga listrik, misal adanya arus lebih, tegangan lebih, dan sebagainya, maka perlu diambil suatu tindakan untuk mengatasi kondisi gangguan tersebut. Jika dibiarkan gangguan itu akan meluas keseluruh sistem sehingga bisa merusak semua peralatan sistem tenaga listrik yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu sistem pengaman yang handal. Pengaman pada sisatem tenaga listrik pada dasarnya terdiri atas pemutus tenaga (PMT) atau circuit breaker (CB) yang bekerja memutus rangkaian jika terjadi gangguan yang operasinya dikendalikan oleh rele pengaman. Rusaknya peralatan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem daya, dimana pada sistem daya proses peniadaan hubung singkat di laksanakan secara otomatis tanpa campur tangan manusia. Peralatan ini sebagai sistem perlindungan atau sistem pengaman (protection system). c. Daerah-Daerah Perlindungan Pengaman (Proteksi) Batas setiap daerah menentukan bagian sistem daya sedemikian rupa sehingga untuk gangguan yang terjadi didalam daerah tersebut, sistem proteksi yang bertanggung jawab akan bertindak untuk memisahkan semua gangguan yang berada di daerah itu untuk seluruh bagian yang lain dari sistem. Karena
  • 27. 15 pemisah (pemutus daya = de-energization) dalam keadaan terganggu tadi dialakukan oleh pemutus rangkaiaan, jelas bahwa pada setiap titik hubungan antara peralatan didalam daerah itu dengan bagian lainnya dari sistem harus menyisipkan pemutus rangkaian (Stevenson,1990 : 319) Gambar 1, Daerah Proteksi Keterangan gambar : 1) Daerah pelindungan pembangkiat. B=Breaker 2) Daerah pelindungan trafo tenaga. P=Daerah Gangguan 3) Daerah pelindungan ril. T=Transduser 4) Daerah pelindungan saluran tranmisi R=Rele 5) Daerah pelindungan ril. G=Generator Pada gambar diatas bagian sistem daya terdiri dari satu generator, dua transformator, dua saluran transmisi dan tiga buah ril dilukiskan oleh diagram segaris. Garis putus-putus dan tertutup menunjukkan pembagian sistem daya kedalam lima daerah proteksi. Masing-masing daerah mengandung satu atau beberapa komponen sistem daya disamping dua buah pemutus rangkaian. Setiap
  • 28. 16 pemutus dimasukkan kedalam dua daerah proteksi yang berdekatan. Daerah 1, misal mengandung generator, transformatornya yang berhubungan, dan saluran penghubung antara generator dan transformator itu. Daerah 3 hanya suatu saluran transmisi. Daerah 1 dan 5 masing-masing mengandung dua komponen sistem daya. Aspek penting lainnya tentang daerah proteksi adalah bahwa daerah yang berdekatan selalu tumpang tindih (overlap). Hal ini memang perlu karena jika tidak demikian, maka bagian kecil sistem yang berada diantara daerah yang berdekatan, betapapun kecilnya akan dibiarkan tanpa proteksi, jika kebetulan terjadi gangguan dibagian yang saling menutupi, maka bagian yang lebih besar dari sistem daya ( yaitu yang berhubungan dengan kedua daerah yang saling tumpang tindih ) akan dipisah dan tidak akan memberikan pelayanan. Untuk itu mengurangi kemungkinan semacam ini hingga sekecil-kecilnya, bagian yang tumpang tindih dibuat sekecil mungkin. C. Rele Pengaman a) Pengertian Pada saat terjadi gangguan atau ketidak normalan pada sistem tenaga listrik misalnya ada arus lebih, tegangan lebih, atau sebagainya, maka perlu diambil suatu tindakan untuk mengatasi kondisi gangguan tersebut. Jika dibiarkan, gangguan itu akan meluas ke seluruah sistem sehingga bisa merusak seluruh peralatan sistem tenaga listrik yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, mutlak diperlukan suatu sistem pengaman yang handal. Salah satu komponen
  • 29. 17 yang penting untuk pengaman tenaga listrik adalah rele pengaman (protection relay). Rele pengaman adalah suatu piranti, baik elektronik atau magnetic yang direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidak normalan pada peralatan listrik yang bisa membahayakan atau tidak diinginkan. Jika bahaya itu muncul maka rele pengaman secara otomatis memberikan sinyal atau perintah untuk membuka pemutus tenaga agar bagian terganggu dapat dipisahkan dari sistem yang normal. Rele pengaman dapat mengetahui adanya gangguan pada peralatan yang perlu diamankan dengan mengukur atau membandingkan besaran - besaran yang diterimanya, misalnya arus, tegangan, daya, sudut fasa, frekuensi, dan lain sebagainya sesuai dengan besaran yang telah ditentukan. Alat tersebut kemudian akan mengambil keputusan seketika dengan perlambatan waktu membuka pemutus tenaga atau hanya memberikan tanda tanpa membuka pemutus tenaga. Pemutus tenaga dalam hal ini harus mempunyai kemampuan untuk memutus arus hubung singkat maksimum yang melewatinya dan harus mampu menutup rangkaian dalam keadaan hubung singkat dan kemudian membuka kembali.(Supriyadi,1999 : 21). b) Fungsi Rele Pada prinsipnya rele pengaman yang di pasang pada sistem tenaga listrik mempunyai tiga macam fungsi (Supriyadi, 1999 : 22) yaitu : 1) Merasakan, mengukur, dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta memisahkan secepatnya.
  • 30. 18 2) Mengurangi gangguan kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu. 3) Mengurangi pengaruh gangguan terhadap sistem yang lain yang tidak terganggu dalam sistem tersebut serta dapat beroperasi normal, juga untuk mencegah meluasnya gangguan. c) Persyaratan Rele Pengaman Pada sistem tenaga listrik, rele memegang peran yang sangat penting. Pengaman berkualitas yang baik memerlukan rele pengaman yang baik pula. Untuk itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh rele pengaman (Supriyadi, 1999 : 22), seperti tersebut dibawah ini 1) Keterandalan (reliability) Pada kondisi normal atau tidak ada gangguan, mungkin selama berbulan - bulan atau lebih rele tidak bekerja. Seandainya suatu saat terjadi gangguan maka rele tidak boleh gagal bekerja dalam mengatasi gangguan tersebut. Kegagalan kerja rele dapat mengakibatkan alat yang diamankan rusak berat atau gangguannya meluas sehingga daerah yang mengalami pemadaman semakin luas. Rele tidak boleh gagal kerja, artinya rele yang seharusnya tidak bekerja, tetapi bekerja. Hal ini menimbulkan pemadaman yang tidak seharusnya dan menyulitkan analisa gangguan yang terjadi. Keandalan rele pengaman di tentukan dari rancangan, pengerjaan, beban yang digunakan, dan perawatan.
  • 31. 19 2) Selektivitas (selectivity) Selektivitas berarti rele harus mempunyai daya beda (discrimination) terhadap bagian yang terganggu, sehingga mampu dengan tepat memilih bagian dari sistem tenaga listrik yang terkena gangguan. Kemudian rele bertugas mengamankan peralatan atau bagian sistem dalam jangkauan pengamanannya. Tugas rele untuk mendeteksi adanya gangguan yang terjadi pada daerah dan pengamanannya dan memberikan perintah untuk membuka pemutus tenaga dan memisahkan bagian dari sistem yang terganggu. Letak pemutus tenaga sedemikian rupa sehingga setiap bagian dari sistem dapat dipisahkan. Dengan demikian bagian sistem lainnya yang tidak terganggu jangan sampai dilepas dan masih beroperasi secara normal, sehingga tidak terjadi pemutus pelayanan. Jika terjadi pemutusan atau pemadaman hanya terbatas pada daerah yang terganggu. 3) Sensitivitas (sensitivity) Rele harusnya mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap besaran minimal (kritis) sebagaimana direncanakan. Rele harus dapat bekerja pada awal terjadinya gangguan. Oleh karena itu, gangguan lebih mudah diatasi pada awal kejadian. Hal ini memberikan keuntungan dimana kerusakan peralatan yang harus diamankan menjadi kecil. Namun demikian rele harus stabil, artinya a. Rele harus dapat membedakan antara arus gangguan atau arus beban maksimum.
  • 32. 20 b. Pada saat pemasukan trafo daya, rele tidak boleh bekerja karena adanya arus inrush, yang besarnya seperti gangguan, yaitu 3 sampai 5 kali arus beban maksimum. c. Rele harus dapat membedakan adanya gangguan atau ayunan beban. 4) Kecepatan kerja Rele pengaman harus dapat bekerja dengan cepat jika ada gangguan, misalnya isolasi bocor akibat adanya gangguan tegangan lebih terlalu lama sehingga peralatan listrik yang diamankan dapat mengalami kerusakan. Pada sistem yang besar atau luas, kecepatan kerja rele pengaman mutlak diperlukan karena untuk menjaga kestabilan sistem agar tidak terganggu. Hal ini untuk mencegah rele salah kerja karena transient akibat surja petir. 5) Ekonomis Satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai persyaratan rele pengaman adalah masalah harga atau biaya. Rele tidak akan diaplikasikan dalam sistem tenaga listrik jika harganya mahal. Persyaratan reabilitas, sensitivitas, selektivitas, dan kecepatan kerja rele hendaknya tidak menyebabkan harga rele menjadi mahal. Pada dasarnya sistem perlindungan arus lebih yang digunakan pada saluran distribusi maupun pada saluran transmisi tidak berdiri sendiri artinya dalam pengoperasiannya, dibantu oleh rele lain, yaitu (Sulasno, 1993: 345)
  • 33. 21 a. Rele arus lebih Adalah rele perlindungan yang bekerja apabila arus yang melewati daerah pengaman (zone protection) melebihi arus penyetelan dari rele arus tersebut dan memerintahkan PMT (pemutus tenaga) untuk segera memisahkan daerah terganggu secara otomatis. b. Rele arah Adalah reale yang bekerja bila arus gangguan mempunyai arah tertentu dan arah sebaliknya tidak bekerja. Apabila rele arah ini digabung dengan rele arus lebih maka rele tersebut akan diakatakan sebagai rele arus lebih terarah. c. Rele gangguan tanah Adalah rele yang bekerja apabila terjadi gangguan hubung singkat ketanah atau antara fasa ketanah. d. Rele penutup kembali (auto reclosing) Apabila pemutus tenaga yang dibuka pada waktu terjadi gangguan dapat ditutup kembali secara otomatis sesudah waktu tertentu maka proses ini dinamakan penutup kembali. e. Rele jarak atau impedansi Rele jarak bekerja atas dasar perbandingan tegangan (V) dan arus (I) yang terukur pada lokasi rele dimana rele tersebut ditempatkan pada saat terjadinya gangguan. Apabila V / I yang terukur lebih kecil dari V / I yang diamankan atau impedansi (L) saluran yang diamankan rele bekerja. Oleh karena impedansi saluran transmisi sebanding dengan jarak maka rele impedansi juga disebut rele jarak.
  • 34. 22 f. Rele turun tegangan Apabila terjadi gangguan pada saluran transmisi yang mengakibatkan tegangan sistem turun dibawah harga penyetelan rele ini, maka rele turun tegangan bekerja. g. Rele waktu Rele waktu ini akan bekerja sesuai sifat penyetelan dan berfungsi sebagai penghambat kerja penjatuhan pemutus tenaga yang disesuaikan dengan lokasi gangguan. h. Rele perasa (statter) Rele ini bekerja paling awal untuk merasakan gangguan yang selanjutnya menghidupkan rele yang lain untuk beroperasi (menghidupkan rele pengukur atau rele waktu). D. Penutup Balik Otomatis (Auto Circuit Recloser) Recloser adalah rangkaian listrik yang terdiri pemutus tenaga yang dilengkapi kotak kontrol elektonik (Electronic Control Box) recloser, yaitu suatu peralatan elektronik sebagai kelengkapan recloser dimana peralatan ini tidak berhubungan dengan tegangan menengah dan pada peralatan ini recloser dapat dikendalikan cara pelepasannya. Dari dalam kotak kontrol inilah pengaturan (setting) recloser dapat ditentukan. Alat pengaman ini bekerja secara otomatis guna mengamankan suatu sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Cara bekerjanya adalah untuk menutup balik dan membuka secara otomatis yang dapat diatur selang waktunya, dimana pada sebuah gangguan temporer, recloser tidak
  • 35. 23 membuka tetap (lock out), kemudian recloser akan menutup kembali setelah gangguan itu hilang. Apabila gangguan bersifat permanen, maka setelah membuka atau menutup balik sebanyak setting yang telah ditentukan kemudian recloser akan membuka tetap (lock out). a) Fungsi Recloser Pada suatu gangguan permanen, recloser berfungsi memisahkan daerah atau jaringan yang terganggu sistemnya secara cepat sehingga dapat memperkecil daerah yang terganggu pada gangguan sesaat, recloser akan memisahkan daerah gangguan secara sesaat sampai gangguan tersebut akan dianggap hilang, dengan demikian recloser akan masuk kembali sesuai settingannya sehingga jaringan akan aktif kembali secara otomatis. Untuk lebih lengkapnya dibawah ini adalah beberapa setting waktu pada gangguan yang terjadi (PT.PLN (Persero) Cabang Surakarta : Recloser) : 1) Setting recloser terhadap gangguan prmanen Interval 1 st :5 detik 2 nd :10 detik Lock out :3X trip (reclose 2X) Reset delay :90 detik 2) Setting recloser terhadp gangguan sesaat sama dengan gangguan permanen yang membedakan adalah tidak ada trip ke 3.
  • 36. 24 b) Selang Waktu Penutup Balik Recloser Ada bermacam-macam selang penutup kembali atau recloser interval dari recloser adalah sebagai berikut terjadi (PT.PLN (Persero) Cabang Surakarta : Recloser) : 1. Menutup balik seketika atau instantaneous reclosing Membuaka kontak paling singkat, agar tidak mengganggu daerah-daerah beban yang terdiri dari motor industri,irigasi,dan daerah yang tidak boleh padam terlalu lama. Ini sering dikerjakan untuk reclosering pertama dari urutan reclosering. Kerugian dari penutup pertama adalah cukup waktu untuk menghilangkan gangguan transient, seperti gangguan akibat cabang pohon yang mengenai penghantar, benang layang-layang, ionisasi gas dari bunga api yang timbul waktu gangguan dan belum hilang dalam waktu-waktu yang relatif singkat. 2. Waktu tunda (time delay) a. Menutup kembali 2 detik Diharapkan dalam selang waktu ini telah cukup waktu untuk menghilangkan gangguan, transient dan menghilangkan ionisasi gas. Bila digunakan diantara fuse trip operational, maka waktu 2 detik ini cukup untuk mendinginkan di fuse beban. b. Menutup kembali 5 detik. Selang waktu ini sering digunakan diantara operasi penjatuh tunda dari recloser substantion untuk memberikan kesempatan guna pendingin fuse disisi sumber, maka waktu 5 detik ini cukup untuk mendinginkan fuse disisi beban.
  • 37. 25 c. Waktu reclosing yang lebih lama (longer reclosing interval) Yaitu selang 10 detik, 15 detik dan seterusnya, biasanya digunakan bila pengaman cadangan terdiri dari breaker yang terkontrol rele. Ini memungkinkan timing disc pada rele lebih mempunyai cukup waktu untuk reset. c) Cara Kerja Recloser Waktu membuka dan menutup pada recloser dapat diatur pada kurva karakteristiknya. Secara garis besarnya adalah sebagai berikut (PLN (Persero) 1997 : PBO) : 1. Arus yang mengalir normal bila tidak terjadi gangguan. 2. Ketika terjadi sebuah gangguan, arus yang mengalir melalui recloser membuka dengan operasi “fast”. 3. Kontak recloser akan menutup kembali setelah beberapa detik, sesuai setting yang ditentukan. Tujuan memberikan selang waktu adalah memberi kesempatan agar gangguan tersebut hilang dari sistem, terutama gangguan yang bersifat temporer. 4. Apabila yang terjadi adalah gangguan permanen, maka recloser akan membuka dan menutup balik sesuai setting yang ditentukan dan kemudian lock out. 5. Setelah gangguan permanen dibebaskan oleh petugas, baru dapat dikembalikan pada keadaan normal.
  • 38. 26 d) Klasifikasi Recloser Reclose dapat diklasifikasiakan sebagai berikut : Menurut jumlah fasanya recloser dapat dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Fasa tunggal Recloser ini dipergunakan sebagai pengaman saluran fasa tunggal, misalnya saluran cabang fasa tunggal dari saluran utama fasa tiga. 2. Fasa tiga Fas tiga umumnya untuk mengamankan saluran tiga fasa terutama pada saluran utama. Menurut media redam busbar apinya adalah : 1. Media minyak (Bulb Oil) 2. Media hampa udara (Vaccum) 3. Media gas SF 6 Menurut peralatan pengendalinya adalah : 1. Recloser terkendali hidraulik Recloser ini mengguanakan kumparan penjatuh yang dipasang seri terhadap beban (seri trip coil). Bila arus yang mengalir pada recloser 200% dari arus setting-nya, maka kumparan penjatuh akan menarik tuas yang secara mekanik membuka kontak utama recloser. 2. Recloser terkontrol elektronis Cara kontrol elektronis lebih fleksibel, lebih mudah diatur dan diuji secara lebih teliti dibanding recloser terkontrol hidrolis. Perlengkapan elektrolis diletakkan dalam kotak yang terpisah. Pengubah karakteristik, tingkat arus
  • 39. 27 penjatuh, urutan operasi dari recloser terkontrol elektronis dapat dilakukan dengan mudah tanpa mematikan dan mengeluarkan dari tangki recloser. e) Cara Pengoperasian Recloser Dalam pendeteksian gangguan recloser yang akan kita bahas yaitu recloser tipe VWVE menggunakan kotak kontrol elektronik sebagai pengaturannya maka dari itu kita perlu mengetahui tentang kotak kontrol elektroniknya. Dibawah ini adalah gambar rangkaian kotak kontrol elektronis pada recloser Gambar 2a.Rangkaian Kotak Kontrol Elektronik Gambar 2b.Diagram Satu Garis Current Transformer Pada Recloser
  • 40. 28 Pada gambar 2a diatas arus jaringan yang dirasakan oleh ke3 buah bushing pada bagian recloser circuit yang telah diturunkan oleh current transformer terlebih dahulu dengan perbandingan 1000/1A (gambar 2b) akan dikirim ke kotak kontrol pada bagian sensing circuit (melalui control cable) yang secara terus menerus memonitor kondisi arus. Bila arus yang mengalir melewati harga dari minimum trip resistor maka level detection and timming circuit akan bekerja dengan mengirim sinyal ke trip circuit sesuai dengan kurva arus waktu yang ditentukan dalam time current plug dan trip circuit ini akan mengirim perintah ke recloser trip coil untuk bekerja. Setelah recloser trip coil bekerja maka sequence relay mulai bekerja sesuai dengan urutan waktu yang telah ditentukan dari waktu kerja (trip) pertama, setelah waktu yang ditentukan selesai maka sequence relay akan mengirim sinyal ke reclosing circuit yang selanjutnya mengirim perintah ke reloser close initiating solenoid untuk bekerja. Jika gangguan tersebut adalah gangguan permanen maka kotak kontrol elektronik tersebut akan bekerja sebanyak tiga kali dan pada trip yang ke tiga sequence relay pada trip circuit akan membuka sehingga recloser akan lock out. Jika gangguan yang terjadi bersifat sesaat maka setelah reloser close initiating solenoid bekerja kembali dan sensing circuit tidak merasakan adanya arus yang melewati dari harga minimum trp resistor waktu yang telah ditentukan dalam reset delay plug maka reset akan bekerja dan seluruh rangkaian akan kembali seperti semula (sebelum terjadi ganggua).
  • 41. 29 Gambar3.Elektronic Control Box Keterangan gambar : 1. Phase trip sequence selector Untuk memilih jumlah trip cepat pada gangguan fasa yang kurva arus waktunya diprogram seperti pada pase trip timming socket 1. 2. lock out selector Untuk memilih jumlah total operasi sampai lock out (mengunci). 3. Ground trip sequence selector Untuk memilih jumlah operasi trip cepat pada gangguan tanah yang kurva arusnya diprogram seperti pada ground trip timming socket 1.
  • 42. 30 4. Minimum Trip Resistor Untuk menyetel level arus trip minimum untuk ground dan masing - masing fasa. Tahanan catrige ini ditandai dengan arus primer. 5. Operation counter Menunjukkan jumlah total trip. 6. Sequence Relay. langkah-langkah kontrol melalui uirutan operasinya 7. Ground Trip Blok/Normal Operation Switch Memblok semua trip gangguan tanah dalam posisi keatas menengah operasi tanpa sengaja. 8. Manual Control Switch Ada 2 Posisi Posisi trip : Penutup balik mengunci, memberikan urutan rele sampai urutan mengunci dan memutus baterai. Posisi close : Penutup balik menutup mengembalikan rele urutan (sequence relay) keposisi start dan menghubungkan kembali batterai. Dipertahankan dalam posisi close menolak cold load inrush dengan memblok operasi trip cepat. Tetapi akan mengunci dalam posisi close, untuk gangguan permanen. 9. Control fuse Memproteksi terhadap aliran battere jika sumber rangkaian tegangan demikian rendah untuk menutup balik (recloser).
  • 43. 31 10. Non reclosing / normal closing switch Menyetel kotrol untuk sekali buka tutup dan lock out (mengunci) dalam posisi non reclosing tanpa mengganggu penyetelan operasi to lock out selector. 11. Lamp test / lock out indicating switch. Menguji kondisi lampu signal dan mengecek untuk lock out (mengunci). 12. Lock out indikator signal lamp Memberi indikasi secara visual untuk kontrol lock out bila lock out test switch dioperasikan. 13.Batery test terminals Memberikan jalan untuk test tegangan battery dan laju pengisian. 14.Reset Delay Plug Menentukan interval tunda waktu sebelum kontol reset setelah penutupan berhasil selama urutan operasi. Nilai penundaan ditentukan oleh posisi dari plug dalam socket. 15.Pase Trip Timming Plugs Memberikan suatu variasi kurva arus yang diintegrasikan pada individu plug, untuk mengkoordinasi operasi trip fasa terhadap pengaman cadangan dan pengaman disisi hilir. 16.Ground Trip Timming Plug Memberikan suatu variasi kurva arus waktu yang diintegrasikan pada individu plug untuk mengkoordinasi operasi trip ground terhadap pengaman cadangan dan pengaman disisi hilir.
  • 44. 32 17.Reclosing Interval Plug Menentukan interval tunda untuk masing - masing operasi penutup balik. Harga tunda waktu ini ditentukan oleh posisi dari plug soket. Instant plug hanya untuk interval reclose (penutup balik) pertama. Pada recloser tipe VWVE merek cooper, busur api yang ditimbilkan pada saat pelepasan maupun pemasukannya di padamkan dengan menggunakan media minyak. Sarana pemasukannya digerakkan oleh selenoid closing oil yang mendapat sumber tegangan 20kV pada sisi sumber, sedang pengendaliannya menggunakan remot melalui elektronik control box dengan tegangan 24 volt yang diperoleh dari batere yang diisi terus menerus. Syarat pemasuakan recloser tipe VWVE merek cooper : 1. Recloser tipe VWVE merek cooper pemasukannya sepenuhnya dilakukan oleh selenoid closing oil, di mana alat ini terpasang didalam recloser dan tersambung dengan tegangan 20 kV maka syarat umumnya adalah harus ada tegangan 20 kV. 2. Sumber tegangan DC 24 volt dari battery cadmium. 3. DC fuse 0,38 A, dalam keadaan baik. 4. Reset trip manual stik, yang ada diujung samping atas recloser harus selalu pada posisi reset. E. Recloser Tipe VWVE (Vaccum Withstand Voltage Electronical) Merek Cooper Recloser adalah sebuah alat proteksi atau pengaman pada jaringan tegangan menengah 20 kV. Cara kerja recloser mengamankan dan melindungi
  • 45. 33 manusia atau komponen listrik yang vital yaitu dengan memutus aliran listrk pada daerah yang terjadi gangguan secara otomatis secepat mungkin sehingga tidak mengganggu sistem jaringan yang lain. Ganbar 4 dibawah ini adalah sebuah recloser tipeVWVE merek cooper, sedang pada gambar 5 a,b,dan c menunjukkan ukuran fisik dari recloser. Pada gambar 6 menunjukkan bagian - bagian recloser tipe VWVE merek cooper. Gambar 4. Recloser Tipe VWVE Merek Cooper Gambar 5a. Tampak Atas `Gambar 5c. Tampak Depan Gambar 5b.Tampak Samping
  • 46. 34 Gambar 6. Bagian-bagian Dari Recloser Tipe VWVE Merek Cooper. Keteranagan gambar : 1. Closing tool untuk memasukkan tongkat yang digunakan untuk mereclose recloser secara manual. 2. Closing selenoid contactor sebagai tenaga untuk mereclose recloser secara otomatis setelah mendapat sinyal dari kotak kontrol. 3. Fuse berfungsi untuk melindungi sistem ketika closing selenoid gagal bekerja. 4. Insulating support sebagai penopang vaccum interrupter yang terbuat dari fiberglass. 5. Sleet hold tempat operasi manual dan sebagi petunjuk indicator posisi. 6. Current exchange terbuat dari beryllium-cooper untuk hambatan yang rendah dan ketahanan yang tinggi. 7. Vaccum interrupter sebagai tenaga recloser untuk trip dan sebagai media peredam bunga api.
  • 47. 35 a. Recloser Sebagai Sistem Proteksi Pada Jaringan 20 Kv. 1. Gangguan Permanen Gambar 7. Gangguan Permanen Pada Jaringan Jika pada daerah A (pada gambar 7 diatas) terjadi gangguan permanen atau gangguan tetap maka recloser akan memutus (trip) selama tiga kali dan recloser akan reclose sebanyak dua kali. Untuk lebih jelasnya kita lihat grafik berikut : Gambar 8. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Tetap Jika terjadi gangguan permanen (gambar 8) maka recloser akan memutus dan dalam waktu 5 detik recloser akan reclose atau masuk (menutup) dan karena gangguan yang terjadi adalah gangguan tetap maka recloser akan kembali memutus dan dalam waktu 10 detik akan kembali menutup (reclose) dan selanjutnya akan kembali membuka untuk yang ketiga kalinya untuk kemudian recloser akan lock out dan baru dapat dihubungkan lagi secara manual setelah daerah yang terjadi gangguan dapat diatasi.
  • 48. 36 2. Gangguan Sesaat Jika terjadi gangguan sesaat akibat sambaran petir (pada gambar 9 dan 10) maka recloser akan membuka (trip) dan 5 detik kemudian akan menutup (reclose) kembali dan setelah itu recloser akan kembali beroperasi seperti biasa. Gambar 9. Recloser Mengalami Gangguan Sesaat Gambar 10. Grafik Pemutus Recloser Jikaterjadi Gangguan Sesaat 3. Gangguan Semi Permanen Jika terjadi gangguan semi permanen (biasa disebabkan oleh dahan pohon yang melintang diatas jaringan akibat terkena tiupan angin), recloser akan reclose berulang - ulang setiap gangguan terjadi tetapi apabila gangguan tersebut sudah melewati reset time (gambar 11). Reset time ini diatur (setting) dalam jangka waktu 60-120 detik.
  • 49. 37 Gambar 11. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Semi Permanen b. Pemasangan Recloser Pada Jaringan Gambar 12. Pemasangan Recloser Pada Tiang Jaringan Recloser dipasang pada jarak 8 Km (PLN, Recloser 1999). Jarak tersebut dipasang antara PMT pada gardu induk dengan recloser yang pertama (terdekat). Sedangkan untuk memasang recloser yang kedua tetap sama dengan pemasangan recloser yang kesatu atau juga dengan mempertimbangkan kondisi yng dilewati jaringan. Tujuan dari dipasang recloser tersebut adalah (PLN,Recloser 1999) : 1. Melindungi suatu peralatan listrik yang relative nilai harganya lebih mahal atau penting, agar tidak terjadi kerusakan yang total.
  • 50. 38 2. Sebagai pengaman terhadap keselamatan pekerja atau mesyarakat terhadap bahaya listrik. Pemasangan recloser sebagai sietem proteksi pada jaringan distribusi tegangan menengah 20 KV sederhana, sepanjang jaringan tersebut beroperasi secara radial atau satu arah (gambar 13). Gambar 13. Pemasangan Recloser Pada Jaringan Yang Beroperasi Secara Radial
  • 51. BAB III METODE PENELITIAN DAN RANGKAIAN EKSPERIMEN I. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 14 Mei 2007 sampai selesai dengan mengambil tempat di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. J. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sebuah recloser tipe VWVE (Vaccum Withstand Voltage Electronical) merek Cooper dengan sebuah kotak kontrol Mc. Graw Edison dengan arus trip sebesar 200%, 300%,400%,500% dari arus setting kumparan trip yang sebesar 100 A atau I nominal untuk diteliti. Untuk mendapatkan data yang akan dianalisis lebih lanjut dilakukan pengukuran atau pengamatan langsung. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui: a. Waktu pemutus recloser tipe VWVE merek Cooper jika mendapat arus gangguan sebesar 200%,300%,400%,500% dari arus settingnya atau I nominal. b. Perbedaan waktu pemutus yang sebenarnya dari recloser tipe VWVE merek Cooper dengan kurva arus. c. Perbedaan waktu pemutus Fasa Trip dengan Ground Trip. 39
  • 52. 40 K. Variable Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (1997 : 99) variable adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu peneliti. Dalam penelitian ini terdapat dua buah variable penelitian yaitu : 1. Variabel Bebas Variable bebas adalah variable yang diduga memberi suatu pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain. (Sujana, 1989 : 12). Dalam penelitian ini variable bebas adalah arus gangguan yang sebesar 200%,300%,400%, dan 500% dari arus setting kumparan trip yang sebesar100 A atau I nominal. 2. Variabel Terikat Variable terikat adalah variable yang ditimbulkan atau efek dari variable bebas (Sujana, 1989 : 12). Dalam penelitian ini variable terikatnya adalah waktu pemutus dari Recloser Tipe VWVE Merek Cooper. L. Alat dan Bahan Untuk melakukan analisis kerja recloser tipe VWVE merek Cooper menggunakan: a. Recloser tipe VWVE merek Cooper dengan kotak kontrol elektronik tipe ME Mc. Graw Edison. b. Alat uji (Electronic Recloser Control Tester) tipe MET Mc. Graw Edison. M. Desain Eksperimen Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen One Shot Case Study yaitu : memberikan perlakuan tertentu pada
  • 53. 41 subyek kemudian dilakukan pengukuran terhadap variable tanpa adanya kelompok pembanding dan tes awal (Suharsini, 1997 : 83). Metode tersebut mempuinyai pola X – O. dimana X adalah perlakuan khusus dan O adalah tes akhir. Pada perencanaan penelitian recloser tipe VWVE merek Cooper dapat diperlihatkan pada gambar 14. X O Gambar 14. Desain Experiment One Shot Case Study Dimana X adalah perlakuan terhadap alat yang akan diuji yaitu dengan merencanakan rangkaian dan O adalah hasil dari perlakuan tersebut yang berupa pengujian waktu trip N. Pengambilan Data Data penelitian yang dibutuhkan diambil dengan cara melakukan : 1. Pengukuran besar waktu fasa trip dengan arus gangguan sebesar 200%,300,400%, dan 500% dari arus setting kumparan trip sebesar 100 A atau I nominal. Tabel 1 Waktu Pemutus Fasa Trip Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 300% X 100A 400% X 100A 500% X 100A
  • 54. 42 2. Pengukuran besar waktu Ground trip dengan arus gangguan sebesar 200%,300%,400%, dan 500% dari arus setting kontinyu kumparan trip yang sebesar 100 A atau I nominalnya. Table 2 Waktu Pemutus Ground Trip Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 300% X 100A 400% X 100A 500% X 100A O. Rangkaian Eksperimen KOTAK ALAT UJI KONTROL TIMER Gambar 15. Diagram Blok Pengukuran Pada bagian perencanaan alat ini dibahas tentang perencanaan rangkaiaan alat yang akan dipakai dan langkah kerja pengujian. 1. Perencanaan Rangkaian Sebelum melakukan pengujian ada beberapa prosedur pengujian tentang kondisi awal dan kotak kontrol dan alat uji yaitu : a. Kotak kontrol elektronik 1. Catu daya batere dalam kondisi tersambung. 2. Kotak kontrol ndalam keadaan lock out. 3. Switch non reclosing pada posisi kebawah dalam posisi normal reclosing.
  • 55. 43 4. Switch ground trip dalam posisi normal. 5. Setting kontrol diatur sesuai dengan kondisi yang diinginkan. b. Alat uji 1. Semua switch dalam posisi OFF atau menunjukkan paling kiri kecuali S6 pada posisi batt 40 V. 2. Kabel power dari alat uji dihubungkan kesumber tegangan 220 V AC. 3. Badan alat uji dengan kotak kontrol dengan kabel yang telah disediakan. Gambar 16. Rangkain Penguji Recloser Tipe VWVE Merek Cooper Adapun gambar dari rangkaian yang akan diuji dengan menggunakan alat uji met adalah seperti diatas. 1. Alat yang dipakai Pada rangkaian penguji ini menggunakan sebuah alat uji/tester MET Mc. Graw Edison merek cooper. Adapun bagian-bagian dari alat uji tersebut akan dijelaskan berikut ini :
  • 56. 44 Gambar 17. Alat Uji Jenis MET Mc. Graw Edison Keterangan gambar : No H. DESAIN URAIAN FUNGSI 1 S–1 220 V AC power switch (115 Untuk memberi tegangan 220 V AC) V AC ke input alat uji 115 V A 2 (F – 1) Power fuse (2A-250V type Memproteksi rangkaian power AGC) input 3 S–6 Test selector switch Memilih skala meter DC 4 S–7 Battery load test switch Memeriksa tegangan battery dalam keadaan berbeban 5 (F - 2) Meter fuse (2A-250V type Memproteksi meter DC AGC) 6 (MA – 2) DC meter Mengukur tegangan atau arus DC 7 (J3 – J4) Battery test terminal Interface kabel uji recloser
  • 57. 45 8 ( ) Recloser cable receptacle Interface kabel uji recloser 9 S–8 Recloser test switch Mengoperasikan recloser secara listrik 10 L–1 Recloser simulator open light Mengindikasikan recloser membuka selama pengujian kontrol 11 L–2 Recloser simulator closed Mengindikasikan recloser light membuka selama pengujian kontrol 12 (C) Timer Mengukur waktu 13 ( ) Control cable receptacle Interface kabel uji recloser 14 (J1 – J2) Exsternal ammeter jack Menghubungkan ammeter luar (externa) ke alat uji 15 MA – 1 AC Ammeter Mengukur arus uji AC 16 S–4 Ammeter range switch Memilih skala ammeter AC 17 TR – 1 Fault current adjust control Menentukan level arus AC 18 S–2 Fault current switch Mengijinkan arus gangguan presetting dan arus uji kontrol 19 S–3 Time selector switch Memilih fungsi kontrol untuk diperiksa 20 S–5 Phase selector switch Memilih fasa yang diuji 2.Langkah kerja pengujian a. Pengujian operesi fasa trip 1. Atur kontrol dan alat uji pada kondisi awal. 2. Pindahkan switch ground trip (pada kotak kontrol) keposisi block untuk menghilangkan fungsi ground trip.
  • 58. 46 3. Ubah S1 keposisi ON maka lampu hijau pada alat uji akan menyala menunjukkan recloser dalam keadaan terbuka. 4. Atur S4 keposisi range (rentang) yang sesuai dengan setting arus minimum trip yang sesuai atau I nominal. 5. Sambil memegang sakalar (S2) dalam posisi kalibrasi, atur fault current adjust control (TR1), sampai harga trip yang akan diuji (200%,300%,400%, dan 500%) minimum trip dan lepaskan S2. 6. Pindahkan switch control manual (pada kotak kontrol) ke posisi close dan lepaskan. Lampu hijau akan padam dan lampu merah akan menyala. 7. Atur time selector switch (S3) ke posisi recloser clearing reset timer. 8. Bandingkan urutan kerja yang terjadi dengan penagturan kontrol yang diinginkan. 9. Ulangi langkah 6,7,dan 8 dengan mengatur phase selector switch (S5) pada posisi fasa B dan C. 10. Kembalikan kotak kontrol dan alat uji pada kondisi awal. b. Pengujian operasi ground trip 1. Atur box control dan alat uji pada kondisi awal. 2. Tempatkan jumper hubung singkat (pada kotak kontrol) pada resistor trip fasa A untuk menghilangkan fungsi fasa trip. 3. Ubah S1 ke posisi ON maka lampu hijau pada alat uji akan menyala menunjukkan recloser dalam keadaan terbuka. 4. Atur S4 ke posisi range (rentang) yang sesuai dengan setting arus minimum trip yang sesuai.
  • 59. 47 5. Sambil memegang saklar S2 dalam posisi kalibrasi, atur fault current adjust control (TR1), sampai harga trip yang akan diuji (200%,300%,400%,dan 500%) minimum trip dan lepaskan S2. 6. Pindahkan switch control manual (pada kotak kontrol) ke posisi close dan lepaxskan. Lampu hijau akan padam dan lampu merah akan menyala. 7. Atur time selector switch (S3) keposisi recloser clearing reset timer. 8. Bandingkan urutan kerja yang terjadi dengan pengaturan kontrol yang diinginkan. 9. Kembalikan kotak kontrol dan alat uji pada kondiosi awal. P. Analisa Data Setelah data hasil penelitian didapatkan, hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan data referensi kurva arus. Jika hasil dari pengukuran tersebut ada ketidak sesuaian dengan data referensi kurva arus, maka penyebabnya dianalisis sehingga didapat kesimpulan yang dapat digunakan untuk menyempurnakan setting recloser tipe VWVE merek cooper, atau sering disebut analisis data. Pada recloser tipe VWVE merek Cooper ini untuk setting fasa trip- nya menggunaklan kurva A untuk operasi trip pertama dan kurva D untuk operasi trip kedua dan ketiga. Untuk operasi ground trip menggunakan setting kurva 1 untuk operasi cepat pertama dan kurva 2 untuk operasi trip kedua dan ketiga. Waktu pemutus dari recloser tipe VWVE merek Cooper ini tidak boleh melebihi dari grafik kurva arus, jika recloser bekerja terlalu lama dapat mengakibatkan peralatan listrik yang diamankan mengalami kerusakan (Supriyadi, 1999 :24). Waktu pemutusan diusahakan sesingkat mungkin sehingga kerusakan yang terjadi
  • 60. 48 semakin kecil, serta dapat mengurangi meluasnya akibat dari adanya gangguan itu sendiri sehingga stabilitas sistem dapat lebih baik (Sulasno 1993 : 349). Berikut ini adalah grafik dari kurva Fasa Trip Dan Ground Trip. Namun dengan batasan – batasan tertentu sebagai berikut : • Apabila hasil pengukuaran waktu trip lebih cepat atau sama dengan waktu trip pada referensi maka recloser dapat dikatakan masih bekerja baik atau dikatakan masih layak pakai. • Apabila hasil pengukuran waktu trip melebihi dengan waktu trip pada referensi dan lebih cepat (hanya 5 % dari data trip referensinya) maka recloser dikatakan sudah bekerja tidak baik atau sudah tidak layak pakai.
  • 61. 49 Sumber : PT.PLN (Persero) Control Response Time Gambar 18, Grafik Kurva Fasa Trip
  • 62. 50 Sumber : PT.PLN (Persero) Control Response Time Gambar 19, Grafik Kurva Ground Trip
  • 63. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN C. Hasil Penelitian Hasil penelitian merupakan hasil pengamatan data yang di peroleh dari observasi, referensi, dan pengujian waktu pemutusan dari recloser tipe VWVE (Vaccum Withstand Voltage Electronical) merek cooper dengan kotak kontrol tipe ME Mc. Graw Edison dengan menggunakan alat uji jenis MET Mc. Graw Edison. Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Urutan Kerja Recloser Gambar 20. Blok Diagram Recloser Pada saat recloser dipasang pada jaringan (gambar 20), arus jaringan akan dirasakan oleh ke-3 buah bushing pada sisi beban dan dikirim ke rangkaian perasa yang secara terus menerus memonitor kondisi arus beban. Bila arus yang mengalir melampaui setting yang telah ditentukan maka tingkat deteksi waktu akan bekerja dengan mengirimkan sinyal ke rangkaian trip dan dari rangkaian trip ini akan mengirimkan perintah ke PMT untuk trip. Setelah recloser trip maka rele waktu 51
  • 64. 52 mulai bekerja sesuai dengan urutan waktu yang telah ditentukan dengan urutan waktu yang telah ditentukan yaitu selama 5 detik dari waktu trip pertama, setelah 5 detik maka rele waktu akan mengirim sinyal kerangkaian pemasukan kembali yang selanjutnya mengirimkan perintah ke PMT untuk masuk kembali (reclose). Jika arus gangguan masih dirasakan oleh rangkaian perasa maka recloser akan kembali trip dan rele waktu mulai meng hitung lagi selama 10 detik yang selanjutnya akan mengirim sinyal kerangkaian pemasukan kembali dan memerintahkan PMT untuk masuk kembali dan jika masih terjadi gangguan maka recloser tersebut akan kembali trip dan langsung membuka tetap (lock out) karena pada rangkaian trip disetting untuk trip sebanyak 3 kali. Jika gangguan yang terjadi bersifat sesaat maka setelah recloser reclose kembali dan rangkaian perasa tidak merasakan adanya arus gangguan selama 60 detik maka reset akan bekerja dan seluruh rangkaian akan kembali seperti semula (sebelum terjadi gangguan). 2. Hasil Pengukuran a. Fasa Trip Pengukuran fasa trip ini dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing - masing fasanya yaitu fasa A, B, dan fasa C dengan arus gangguan sebesar 200%,300%,400%,dan 500% dari arus setting kumparan trip yang sebesar 100A. atau I nominal. Dari pengukuran fasa trip diperoleh hasil sebagi berikut:
  • 65. 53 1. Fasa A Table 3 Percobaan 1 Pengukuran Fasa Trip A Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0253 0.7658 0.7657 300% X 100A 0.0129 0.2003 0.2006 400% X 100A 0.0117 0.1346 0.1341 500% X 100A 0.0042 0.0743 0.0740 table 4 Percobaan 2 Pengukuran Fasa Trip A Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0251 0.7658 0.7655 300% X 100A 0.0127 0.2003 0.2003 400% X 100A 0.0117 0.1344 0.1343 500% X 100A 0.0040 0.0742 0.0744 Table 5 Percobaan 3 Pengukuran Fasa Trip A Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0253 0.7658 0.7657 300% X 100A 0.0128 0.2004 0.2003 400% X 100A 0.0115 0.1344 0.1343 500% X 100A 0.0040 0.0743 0.0742 2. Fasa B Table 6 Percobaan 1 Pengukuran Fasa Trip B Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0252 0.7657 0.7655 300% X 100A 0.0129 0.2000 0.2003 400% X 100A 0.0116 0.1344 0.1346 500% X 100A 0.0042 0.0742 0.0742
  • 66. 54 Table 7 Percobaan 2 Pengukuran Fasa Trip B Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0253 0.7655 0.7656 300% X 100A 0.0130 0.2002 0.2003 400% X 100A 0.0117 0.1345 0.1345 500% X 100A 0.0043 0.0741 0.0741 Table 8 Percobaan 3 Pengukuran Fasa Trip B Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0252 0.7656 0.7655 300% X 100A 0.0128 0.2000 0.2002 400% X 100A 0.0118 0.1345 0.1344 500% X 100A 0.0042 0.0741 0.0742 3. Fasa C Table 9 Percobaan 1 Pengukuran Fasa Trip C Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0254 0.7658 0.7656 300% X 100A 0.0128 0.2002 0.2002 400% X 100A 0.0116 0.1345 0.1344 500% X 100A 0.00401 0.0742 0.0742 Table 10 Percobaan 2 Pengukuran Fasa Trip C Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0253 0.7455 0.7455 300% X 100A 0.0129 0.2001 0.2002 400% X 100A 0.0117 0.1346 0.1345 500% X 100A 0.0041 0.0743 0.0743
  • 67. 55 Table 11 Percobaan 3 Pengukuran Fasa Trip C Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0252 0.7456 0.7456 300% X 100A 0.0131 0.2000 0.2001 400% X 100A 0.0119 0.1346 0.1345 500% X 100A 0.0041 0.0742 0.0742 Dari data pengukuran Fasa Trip Recloser Tipe VWVE Merek Cooper yang dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing - masing fasanya, diperoleh hasil rata - rata untuk setiap pengukuran fasa trip sebagai berikut : Table 12 Hasil Rata-Rata Fasa Trip A Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0252 0.7658 0.7656 300% X 100A 0.0128 0.2003 0.2004 400% X 100A 0.0116 0.1344 0.1342 500% X 100A 0.0040 0.0742 0.0742 Table 13 Hasil Rata-Rata Fasa Trip B Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0252 0.7656 0.7655 300% X 100A 0.0129 0.2000 0.2002 400% X 100A 0.0117 0.1344 0.1345 500% X 100A 0.0042 0.0741 0.0741
  • 68. 56 Table 14 Hasil Rata-Rata Fasa Trip C Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0253 0.7523 0.7522 300% X 100A 0.0129 0.2001 0.2001 400% X 100A 0.0117 0.1346 0.1344 500% X 100A 0.0040 0.0742 0.0742 Dari data pengukuran rata-rata Trip Fasa Recloser Tipe VWVE Merek Cooper, di peroleh hasil rata - rata untuk pengukuran fasa trip sebagai berikut : Table 15 Hasil Pengukuran Rata-Rata Fasa Trip Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0252 0.7612 0.7611 300% X 100A 0.0128 0.2001 0.2002 400% X 100A 0.0116 0.1344 0.1343 500% X 100A 0.0040 0.0741 0.0741 b. Ground Trip Pada pengukuran ground trip ini juga dilakukan sebanyak 3 kali dengan arus gangguan sebesar 200%,300%,400%, dan 500%arus setting kumparan trip yang besarnya 100A atau I nominal. Dari pengukuran ground trip diperoleh hasil sebagai berikut : Table 16 Percobaan 1 Pengukuran Ground Trip Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0179 0.0654 0.0654 300% X 100A 0.0024 0.0275 0.0275 400% X 100A 0.0020 0.0215 0.0215 500% X 100A 0.0013 0.0193 0.0193
  • 69. 57 Table 17 Percobaan 2 Pengukuran Ground Trip Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0179 0.0654 0.0654 300% X 100A 0.0023 0.0275 0.0275 400% X 100A 0.0021 0.0215 0.0215 500% X 100A 0.0013 0.0193 0.0193 Table 18 Percobaan 3 Pengukuran Ground Trip Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0178 0.0654 0.0654 300% X 100A 0.0024 0.0275 0.0275 400% X 100A 0.0021 0.0215 0.0215 500% X 100A 0.0013 0.0193 0.0193 Dari data pengaturan ground trip recloser tipe VWVE merek cooper yang dilakukan sebanyak tiga kali diperoleh hasil rata - rata sebagai berikut : Table 19 Hasil Pengukuran Rata-Rata Ground Trip Arus Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip Gangguan Pertama (dt) Kedua (dt) Ketiga (dt) 200% X 100A 0.0178 0.0654 0.0654 300% X 100A 0.0023 0.0275 0.0275 400% X 100A 0.0020 0.0215 0.0215 500% X 100A 0.0013 0.0193 0.0193
  • 70. 58 3. Besar Perbedaan Waktu Pemutus Fasa Trip Dan Ground Trip Table 20 Perbandingan Besar Waktu Antara Fasa Trip Dan Ground Trip ARUS Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip GANGGUAN Pertama (dt) Kedua (dt) ketiga (dt) Fasa Ground Fasa Ground Fasa Ground 200% X 100A 0.0252 0.0178 0.7612 0.0654 0.7611 0.0654 300% X 100A 0.0128 0.0023 0.2001 0.0275 0.2002 0.0275 400% X 100A 0.0116 0.0020 0.1344 0.0217 0.1343 0.0215 500% X 100A 0.0040 0.0013 0.0741 0.0193 0.0741 0.0193 4. Perbedaan Waktu Yang Sebenarnya Dengan Table Kurva Arus Table 21 Perbandingan Besar Waktu Pemutus Pengukuran Fasa Trip Dan Table Kurva Arus ARUS Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip GANGGUAN Pertama (Dt) Kedua (Dt) Ketiga (Dt) Pengukuran Referensi Pengukuran Referensi Pengukuran Referensi 200% X 100A 0.0252 0.0340 0.7612 1.2500 0.7611 1.2500 300% X 100A 0.0128 0.0150 0.2001 0.4700 0.2002 0.4700 400% X 100A 0.0116 <0.015 0.1344 0.2600 0.1343 0.2600 500% X 100A 0.0040 <0.015 0.0741 0.1500 0.0741 0.1500 Table 22 Perbandingan Besar Waktu Pemutus Pengukuran Ground Trip Dan Table Kurva Arus ARUS Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip GANGGUAN Pertama (Dt) Kedua (dt) Ketiga (Dt) Pengukuran Referensi Pengukuran Referensi Pengukuran Referensi 200% X 100A 0.0178 0.0450 0.0654 3.9500 0.0654 3.9500 300% X 100A 0.0023 0.0180 0.0275 2.0000 0.0275 2.0000 400% X 100A 0.0020 0.0120 0.0217 1.4500 0.0215 1.4500 500% X 100A 0.0013 <0.012 0.0193 1.2550 0.0193 1.2550
  • 71. 59 D. Analisis Hasil Penelitian -Analisis hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah yang terjadi perbedaan antara hasil penelitian yang dilakukan dengan grafik kurva arus. Adapun analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut : Tabel 23 Perbandingan Besar Waktu Pemutus Pengukuran Fasa Trip Dan Table Kurva Arus ARUS Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip GANGGUAN Pertama (Dt) Kedua (Dt) Ketiga (Dt) Pengukuran Referensi Pengukuran Referensi Pengukuran Referensi 200% X 100A 0.0252 0.0340 0.7612 1.2500 0.7611 1.2500 300% X 100A 0.0128 0.0150 0.2001 0.4700 0.2002 0.4700 400% X 100A 0.0116 <0.015 0.1344 0.2600 0.1343 0.2600 500% X 100A 0.0040 <0.015 0.0741 0.1500 0.0741 0.1500 Pada hasil pengukuran besar trip pada fasa trip recloser tipe VWVE merek cooper dibanding dengan kurva A untuk operasi fasa trip pertama sedangkan untuk operasi kedua dan ketiga hasil percobaan dibanding dengan kuirva D, garis grafik untuk kurva A dan kurva D dapat dilihat pada gambar 21.
  • 72. 60 Sumber : PT PLN (Persero) Contol Response Time Gambar 21, Perbandingan Antara Grafik Kurva Arus Referensi Fasa Trip Dan Hasil Pemutusan Fasa Trip Yang Sebenarnya Keterangan : A = Garis Grafik Fasa Trip Operasi Trip Pertama D = Garis Grafik Fasa Trip Operasi Trip Kedua Dan Ketiga A`= Garis Grafik Pemutus Yang Sebenarnya Dari Operasi Fasa Trip Pertama D`= Garis Grafik Pemutus Yang Sebenarnya Dari Operasi Fasa Trip Kedua Dan Ketiga
  • 73. 61 Tabel 24 Perbandingan Besar Waktu Pemutus Pengukuran Ground Trip Dan Table Kurva Arus ARUS Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip GANGGUAN Pertama (Dt) Kedua (dt) Ketiga (Dt) Pengukuran Referensi Pengukuran Referensi Pengukuran Referensi 200% X 100A 0.0178 0.0450 0.0654 3.9500 0.0654 3.9500 300% X 100A 0.0023 0.0180 0.0275 2.0000 0.0275 2.0000 400% X 100A 0.0020 0.0120 0.0217 1.4500 0.0215 1.4500 500% X 100A 0.0013 <0.012 0.0193 1.2550 0.0193 1.2550 Sedangkan pada hasil pengukuran besar waktu trip pada ground trip recloser tipe VWVE merek cooper dibanding dengan kurva 1 untuk operasi ground trip pertama sedang untuk operasi kedua dan ketiga hasil percobaan dibanding dengan kurva 2, garis grafik untuk kurva 1 dan 2 dapat dilihat pada gambar 22.
  • 74. 62 Sumber : PT PLN (Persero) control response time Gambar 22, Perbandingan Antara Grafik Kurva Arus Referensi Ground Trip Dan Hasil Pemutusan Ground Trip Yang Sebenarnya Keterangan : 1 = Garis Grafik Ground Trip Operasi Trip Pertama 2 = Garis Grafik Ground Trip Operasi Trip Kedua Dan Ketiga 1`= Garis Grafik Pemutus Yang Sebenarnya Dari Operasi Ground Trip Pertama 2`= Garis Grafik Pemutus Yang Sebenarnya Dari Operasi Ground Trip Kedua Dan Ketiga
  • 75. 63 Dari data rata-rata yang diperoleh baik fasa trip maupun ground trip juga dibandingkan dengan garis grafik kurva A dan kurva D untuk fasa trip serta garis grafik kurva 1 dan garis grafik kurva 2 untuk ground trip maka hasil data pemutus yang sebenarnya dari recloser tipe VWVE merek cooper tersebut masih dibawah garis grafik kurva. Hal ini bisa dilihat pada gambar 21 dan 22, dimana garis grafik hasil pengukuran dari recloser tipe VWVE merek cooper ditunjukkan dengan garis merah. Ini berarti bahwa recloser tipe VWVE merek cooper tersebut masih dapat digunakan sebagai sistem proteksi pada jaringan 20 kV. Karena recloser tipe VWVE merek cooper dapat bekerja dengan cepat sehingga kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan semakin kecil, serta dapat mengurangi meluasnya akibat dari adanya gangguan itu sendiri sehingga stabilitas sistem dapat lebih baik (Sulasno, 1993 : 349). Tabel 25 Perbandingan Besar Waktu Antara Fasa Trip Dan Ground Trip ARUS Operasi Trip Operasi Trip Operasi Trip GANGGUAN Pertama (dt) Kedua (dt) ketiga (dt) Fasa Ground Fasa Ground Fasa Ground 200% X 100A 0.0252 0.0178 0.7612 0.0654 0.7611 0.0654 300% X 100A 0.0128 0.0023 0.2001 0.0275 0.2002 0.0275 400% X 100A 0.0116 0.0020 0.1344 0.0217 0.1343 0.0215 500% X 100A 0.0040 0.0013 0.0741 0.0193 0.0741 0.0193 Pada hasil pemutus diketahui bahwa ground trip lebih cepat dari fasa trip yang berarti recloser bekerja sesuai dengan settingnya. Ground trip di setting bekerja lebih cepat dari fasa trip dengan pertimbangan bahwa gangguan yang paling banyak terjadi adalah gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah atau