SlideShare a Scribd company logo
~1~
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74
TAHUN 2008 TENTANG GURU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang

: a.

b.

Mengingat

: 1.
2.

bahwa dalam rangka mengakomodasikan berbagai perkembangan terkait
dengan perencanaan, pengangkatan, penempatan, pemindahan, pembinaan,
dan pengembangan guru perlu dilakukan perubahan terhadap beberapa
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG
GURU.
Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4941), diubah sebagai berikut:
1.

Ketentuan Pasal 1 angka 8 diubah sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1
1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~2~
menengah
2. Kualifikasi Akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki
oleh Guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat
penugasan.
3. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk Guru.
4. Sertifikat Pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
Guru sebagai tenaga profesional.
5. Gaji adalah hak yang diterima oleh Guru atas pekerjaannya dari penyelenggara
pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
6. Organisasi Profesi Guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan
dan diurus oleh Guru untuk mengembangkan profesionalitas Guru.
7. Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama adalah perjanjian tertulis antara
Guru dan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang memuat syaratsyarat kerja serta hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan dan
kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
8. Guru Tetap adalah Guru yang diangkat oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, satuan
pendidikan, atau penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat untuk
jangka waktu paling singkat 3 (tiga) tahun secara terus menerus, dan tercatat pada
satuan administrasi pangkal di satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari
Pemerintah atau Pemerintah Daerah serta melaksanakan tugas utama sebagai Guru.
9. Guru Dalam Jabatan adalah Guru pegawai negeri sipil dan Guru bukan pegawai
negeri sipil yang sudah mengajar pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan
Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun penyelenggara pendidikan yang sudah
mempunyai Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama.
10. Pemutusan Hubungan Kerja atau Pemberhentian Kerja adalah pengakhiran Perjanjian
Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama Guru karena suatu hal yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara Guru dan penyelenggara pendidikan atau
satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
11. Taman Kanak-kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan
Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan
program pendidikan bagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun
12.Raudhatul Athfal yang selanjutnya disingkat RA dan Bustanul Athfal yang
selanjutnya disebut BA adalah salah satu bentuk satuan Pendidikan Anak Usia Dini
pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan dengan
kekhasan agama Islam bagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam)
tahun
13. Pendidikan Dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang
melandasi jenjang pendidikan menengah yang diselenggarakan pada satuan
pendidikan yang berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk
lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan
pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah,
atau bentuk lain yang sederajat.

Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~3~
14. Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat SD adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang
Pendidikan Dasar.
15. Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disingkat MI adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan
umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan Dasar.
16. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disingkat SMP adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang
Pendidikan Dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau
lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI
17. Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disingkat MTs adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan
pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan Dasar
sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil
belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI.
18. Pendidikan Menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang
merupakan lanjutan Pendidikan Dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah
Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan atau bentuk lain
yang sederajat.
19. Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disingkat SMA adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang
Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.
20. Madrasah Aliyah yang selanjutnya disingkat MA adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan
umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai
lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil
belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.
21. Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada
jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.
22. Madrasah Aliyah Kejuruan yang selanjutnya disebut MAK adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan
pendidikan kejuruan dengan kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan
Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau
lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs
23. Sarjana yang selanjutnya disingkat S-1.
24. Diploma Empat yang selanjutnya disingkat D-IV.
25. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
26.Pemerintah Daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, atau
pemerintah kota.
27. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia non Pemerintah yang
mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.
Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~4~
28. Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah

dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan
negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial, atau
daerah yang berada dalam keadaan darurat lain.
29. Departemen adalah departemen yang menangani urusan pemerintahan
dalam bidang pendidikan nasional.
30. Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintahan dalam bidang
pendidikan nasional.
2.

Ketentuan Pasal 4 ditambah 1 (satu) ayat yakni ayat (3) sehingga Pasal 4 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 4
(1) Sertifikat Pendidik bagi Guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun
Masyarakat, dan ditetapkan oleh Pemerintah.
(2) Program pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diikuti oleh
peserta didik yang telah memiliki Kualifikasi Akademik S-1 atau D-IV sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penyelenggaraan pendidikan profesi guru oleh perguruan tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempertimbangkan:
a. proyeksi kebutuhan guru;
b. proses pengembangan kemampuan guru profesional; dan
c. tindak lanjut pembinaan dan pengembangan profesi guru.

3.

Ketentuan Pasal 9 diubah, ketentuan ayat (2) diubah, ketentuan ayat (3) dihapus
dan substansinya diintegrasikan ke dalam ayat (2), ketentuan ayat (4) dan ayat (5)
diubah sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 9
(1) Jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh
Menteri.
(2) Program pendidikan profesi diakhiri dengan ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai
dengan standar kompetensi.
(3) Dihapus.
(4) Ujian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan secara
komprehensif yang mencakup penguasaan:
a. wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,
pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, dan
evaluasi hasil belajar;
b. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata
pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya; dan

Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~5~
c. konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang secara konseptual
menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang
diampunya.
(5) Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan secara
holistis dalam bentuk ujian praktik pembelajaran yang mencerminkan
penguasaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional pada satuan pendidikan yang relevan.
4.

Ketentuan Pasal 10 diubah, ketentuan ayat (5) dan ketentuan ayat (6) diubah
sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 10

5.

(1) Sertifikat Pendidik bagi calon Guru dipenuhi sebelum yang bersangkutan diangkat
menjadi Guru.
(2) Calon Guru yang tidak memiliki Sertifikat Pendidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat
menjadi pendidik setelah lulus uji kelayakan.
(3) Calon Guru yang tidak memiliki Sertifikat Pendidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tetapi diperlukan oleh Daerah Khusus yang membutuhkan Guru dapat
diangkat menjadi pendidik setelah lulus uji kelayakan.
(4) Sertifikat Pendidik sah berlaku untuk melaksanakan tugas sebagai Guru setelah
mendapat nomor registrasi Guru dari Departemen.
(5) Calon Guru dapat memperoleh dan menggunakan lebih dari satu Sertifikat
Pendidik, tetapi hanya dengan satu nomor registrasi Guru dari Departemen.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan uji kelayakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), lebih satu Sertifikat Pendidik sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Menteri.
Ketentuan Pasal 11 ditambah 2 (dua) ayat yakni ayat (2) dan ayat (3) sehingga Pasal
11 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 11
(1)

(2)

(3)

6.

Sertifikat Pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang diperoleh Guru
berlaku selama yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagai Guru sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah melakukan pendataan ulang dan validasi guru yang telah
memperoleh Sertifikat Pendidik secara berkala dalam rangka menjaga efektivitas
pemberlakuan Sertifikat Pendidik dan perencanaan kebutuhan guru.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pendataan ulang dan validasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Ketentuan Pasal 12 diubah, antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 3 (tiga) ayat
yakni ayat (1a), ayat (1b), dan ayat (1c), ketentuan ayat (2) diubah, ketentuan ayat
(3) dihapus, ketentuan ayat (4) dihapus, ketentuan ayat (5) dihapus, antara ayat (5)
dan ayat (6) disisipkan 5 (lima) ayat, yakni ayat (5a), ayat (5b), ayat (5c), ayat (5d),
dan ayat (5e), dan ketentuan ayat (6) diubah penjelasan ayat (1c) sehingga Pasal 12

Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~6~
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 12
(1)

Guru Dalam Jabatan yang telah memiliki Kualifikasi Akademik S-1 atau D-IV dapat
langsung mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh Sertifikat Pendidik.
(1a)
Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. pendidikan dan pelatihan profesi guru; atau
b. pendidikan profesi.
(1b)
Pendidikan dan pelatihan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1a)
huruf a merupakan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan pendidik dan tenaga kependidikan terakreditasi.
(1c) Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) huruf b merupakan
pendidikan profesional guru yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan
pendidik dan tenaga kependidikan terakreditasi.
Penjelasan 1c:
Pendidikan profesi termasuk program pendidikan guru yang diselenggarakan
di luar negeri yang dinilai setara oleh Pemerintah Republik Indonesia
(2) Jumlah peserta sertifikasi pendidik ditetapkan oleh Menteri.
(3) Dihapus.
(4) Dihapus.
(5) Dihapus
(5a)
Guru Dalam Jabatan yang telah memperoleh sertifikat pendidik tidak linier
dengan kualifikasi akademiknya wajib:
a. mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kualifikasi akademiknya
untuk mengampu mata pelajaran yang serumpun/mata pelajaran sesuai
dengan kualifikasi akademiknya; atau
Penjelasan ayat (5a)
Mata pelajaran serumpun seperti IPA dan matematika, IPS dan pendidikan
kewarganegaraan.
b. mengikuti pendidikan untuk memperoleh kualifikasi akademik S-1/D-IV atau
S2 yang lain sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
Penjelasan ayat (5a):
Mata pelajaran yang diampu oleh guru disebut tidak linier apabila mata
pelajaran tersebut tidak termasuk dalam rumpun bidang keilmuan yang
dikuasai sesuai dengan kualifikasi akademik yang dimiliki.
(5b)
Guru Dalam Jabatan yang telah memperoleh sertifikat pendidik mata
pelajaran adaptif dan normatif di SMK/MAK atau mata pelajaran tertentu di
SMA/MA dapat mengampu mata pelajaran produktif di SMK/MAK setelah
mengikuti pendidikan dan pelatihan guna memperoleh sertifikat pendidik untuk
mata pelajaran produktif di SMK/MAK.
(5c)
Guru Dalam Jabatan yang telah memperoleh sertifikat pendidik mata
pelajaran produktif di SMK/MAK dapat mengampu mata pelajaran adaptif dan
normatif di SMK/MAK atau mata pelajaran yang relevan di SMA/MA. setelah
Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~7~
mengikuti pendidikan dan pelatihan guna memperoleh sertifikat pendidik.
(5d)
Guru Dalam Jabatan yang memiliki sertifikat pendidik sebagai guru kelas di
SD/MI, dapat mengampu mata pelajaran pada SMP/MTs atau SMA/MA/SMK/
MAK setelah:
a. mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kualifikasi akademiknya
untuk menjadi guru mata pelajaran;
b. mengikuti pendidikan untuk memperoleh kualifikasi akademik S-1/D-IV
yang lain sesuai dengan mata pelajaran yang diampu melalui program
pengakuan pengalaman kerja dan hasil belajar; atau
c. mengikuti pendidikan untuk memperoleh kualifikasi akademik S-2
sesuai dengan mata pelajaran yang diampu melalui program pengakuan
pengalaman kerja dan hasil belajar.
(5e)
Guru Dalam Jabatan yang memiliki sertifikat pendidik sebagai guru mata
pelajaran pada SMP/MTs atau SMA/MA/SMK/MAK, dapat menjadi guru kelas di
SD/MI setelah:
a. mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kualifikasi akademiknya
untuk menjadi guru kelas; atau
b. mengikuti pendidikan untuk memperoleh kualifikasi akademik S-1/D-IV
untuk guru kelas melalui program pengakuan pengalaman kerja dan hasil
belajar.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai perolehan sertifikat pendidik sebagaimana
dimaksud pada pada ayat (1), ayat (1a), ayat (5a), ayat (5b), ayat (5c), ayat (5d),
dan ayat (5e) diatur dalam Peraturan Menteri.
7.

Diantara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 12A yang
berbunyi sebagai berikut.
Pasal 12A
Pemberian sertifikat pendidik secara langsung diperuntukkan bagi Guru Dalam
Jabatan yang memenuhi kriteria:
a. kualifikasi akademik magister (S-2) atau doktor (S-3) dari perguruan tinggi
terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan
mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran yang diampunya, atau guru kelas dan
guru bimbingan dan konseling atau konselor, dengan golongan paling rendah IV/b
atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b; atau
b. golongan paling rendah IV/c, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara
dengan golongan IV/c.

8.

Ketentuan Pasal 15 diubah, ketentuan ayat (1) ditambah huruf g, diantara ayat
(1) dan ayat (2) disisipkan satu ayat yakni ayat (1a) dan ketentuan ayat (4) diubah,
sehingga Pasal 15 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 15
(1) Tunjangan profesi diberikan kepada Guru yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:

Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~8~
a. memiliki satu atau lebih Sertifikat Pendidik yang telah diberi satu nomor
registrasi Guru oleh Departemen;
b. memenuhi beban kerja sebagai Guru;
c. mengajar sebagai Guru mata pelajaran dan/atau Guru kelas pada satuan
pendidikan yang sesuai dengan peruntukan Sertifikat Pendidik yang
dimilikinya;
d. terdaftar pada Departemen sebagai Guru Tetap;
e. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun;
f. tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain satuan pendidikan tempat
bertugas; dan
g. menjadi anggota organisasi profesi guru.
(1a)
Guru Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d mencakup:
a. Guru yang diangkat Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan berstatus
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS);
b. Guru yang diangkat Pemerintah atau pemerintah daerah atau kepala satuan
pendidikan berstatus bukan Pegawai Negeri Sipil (bukan PNS); dan
c. Guru berstatus bukan Pegawai Negeri Sipil (bukan PNS) yang diangkat oleh
kepala satuan pendidikan atau penyelenggara pendidikan oleh masyarakat,
yang bertugas pada satuan pendidikan.
(2) Seorang Guru hanya berhak mendapat satu tunjangan profesi terlepas dari
banyaknya Sertifikat Pendidik yang dimilikinya dan banyaknya satuan pendidikan
atau kelas yang memanfaatkan jasanya sebagai Guru.
(3) Guru pemegang sertifikat pendidik yang memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kecuali huruf c berhak memperoleh tunjangan profesi jika
mendapat tugas tambahan sebagai:
a. kepala satuan pendidikan dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja kepala
satuan pendidikan;
b. wakil kepala satuan pendidikan dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja
wakil kepala satuan pendidikan;
c. ketua program keahlian satuan pendidikan dengan beban kerja sesuai dengan
beban kerja ketua program keahlian satuan pendidikan;
d. kepala perpustakaan satuan pendidikan dengan beban kerja sesuai dengan beban
kerja kepala perpustakaan satuan pendidikan;
e. kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan dengan
beban kerja sesuai dengan beban kerja kepala laboratorium, bengkel, atau unit
produksi satuan produksi;
f. guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan beban kerja sesuai dengan
beban kerja guru bimbingan dan konseling atau konselor; atau
g. pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu dengan beban kerja sesuai dengan
beban kerja pembimbing khusus pada satuan pendidikan.
(4) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan formal atau
penilik untuk pendidikan anak usia dini formal, tetap diberi tunjangan profesi
Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~9~
guru apabila yang bersangkutan tetap melaksanakan tugas sebagai pendidik dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berpengalaman sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau
kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun;
b. memenuhi persyaratan akademik sebagai Guru sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
c. memiliki Sertifikat Pendidik; dan
d. melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan tugas
kepengawasan atau kepenilikan.
(5) Tunjangan profesi diberikan terhitung mulai awal tahun anggaran berikut setelah
yang bersangkutan mendapatkan nomor registrasi Guru dari Departemen.
(6) Nomor registrasi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bersifat unik dan
diperoleh setelah Guru yang bersangkutan memenuhi Kualifikasi Akademik dan
memperoleh Sertifikat Pendidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Guru tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1a)
diatur dalam Peraturan Menteri.
9.

Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 40
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi guru, dan/
atau satuan pendidikan wajib memberikan pelindungan terhadap guru dalam
pelaksanaan tugas.
(2) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Guru dalam bentuk:
a. pelindungan hukum;
b. pelindungan profesi; dan
c. pelindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian pelindungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

10. Pasal 44 ditambahkan 1 (satu) ayat yaitu ayat (3) sehingga berbunyi sebagai berikut:

(1)

Pasal 44
Guru memiliki kebebasan untuk berserikat dalam Organisasi Profesi Guru.

(2)

Kebebasan untuk berserikat dalam Organisasi Profesi Guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan tetap mengutamakan
pelaksanaan tugas proses pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

(3)

Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~ 10 ~
a. Keanggotaannya terdata dan tersebar diseluruh provinsi dan

kabupaten/kota minimal 25% dari jumlah guru di wilayah yang
bersangkutan;
b. Kepengurusannya berada di Pusat dan disemua provinsi serta

minimal 75% di kabupaten/kota.;
c. Memiliki kode etik yang mengikat perilaku guru dalam tugas

keprofesionalan;
d. Memiliki dewan pusat kehormatan guru sampai ditingkat

kabupaten/kota.

11. Di antara Pasal 47 dan Pasal 48 disisipkan satu Pasal yakni Pasal 47A yang berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 47A
(1)

(2)

(3)

Program pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik guru dalam
jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. Pengakuan pengalaman kerja dan hasil belajar guru untuk percepatan
penyelesaian capaian kualifikasi akademik Sarjana/Diploma IV bagi guru
dalam jabatan.
b. Peningkatan kerjasama lembaga pendidikan pendidik dan tenaga
kependidikan dengan Perguruan Tinggi Non-Kependidikan untuk
peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi guru bagi guru-guru yang
bertugas pada SMK kelompok mata pelajaran produktif.
Pengakuan pengalaman kerja dan hasil belajar guru dilakukan melalui
penilaian kesetaraan pengalaman dengan mata kuliah- mata kuliah yang relevan
dan pengakuan beban kredit pada program sarjana/diploma IV
Menteri melakukan kebijakan khusus bagi lembaga pendidikan pendidik dan
tenaga kependidikan pelaksana program pengembangan dan peningkatan
kualifikasi akademik guru untuk mendorong terlaksananya program.
Penjelasan ayat (2)
Kebijakan khusus antara lain penyediaan dana tambahan, pemberian tambahan
fasilitas, pemberian afirmasi dan/atau sanksi.

12. Ketentuan Pasal 48 diubah, diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 3 (tiga) ayat
yakni ayat (1a), ayat (1b), dan (1c), sehingga Pasal 48 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 48

Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~ 11 ~
(1) Pengembangan dan peningkatan kompetensi Guru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 ayat (4) dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan
keprofesian Guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit
jabatan fungsional.
(1a)
Pembinaan dan pengembangan keprofesionalan guru berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan hasil uji kompetensi
dan penilaian kinerja guru.
(1b)
Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) mencakup penilaian
penguasaan kompetensi pedagogik dan profesional.
(1c)
Penilaian kinerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) dilakukan
melalui:
a. evaluasi diri; dan
penjelasan a:
evaluasi diri mencakup penilaian/refleksi personal atas kompetensinya sebagai
pendidik profesional.
b.penilaian pelaksanaan tugas utama.
penjelasan b:
penilaian pelaksanaan tugas utama mencakup penilaian holistik terhadap
seluruh unsur kompetensi guru.
c.Uji kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1b) huruf b dilakukan
setiap 5 (lima) tahun.
(2) Kegiatan untuk memperoleh angka kredit jabatan fungsional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diperoleh Guru sekurang-kurangnya melalui:
a. kegiatan kolektif Guru yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian
Guru;
b. pendidikan dan pelatihan;
c. pemagangan;
d. publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif;
e. karya inovatif;
f. presentasi pada forum ilmiah;
g. publikasi buku teks pelajaran yang lolos penilaian oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan;
h. publikasi buku pengayaan;
i. publikasi buku pedoman Guru;
j. publikasi pengalaman lapangan pada pendidikan khusus dan/atau pendidikan
layanan khusus; dan/atau
k. penghargaan atas prestasi atau dedikasi sebagai Guru yang diberikan oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem pembinaan dan pengembangan
keprofesian Guru berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
13. Ketentuan Pasal 54 diubah, ketentuan ayat (1), ayat (8), dan ayat (9) diubah,
sehingga Pasal 54 berbunyi sebagai berikut:
Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~ 12 ~
Pasal 54
(1)

Beban kerja kepala satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan profesi dan
maslahat tambahan adalah paling sedikit 3 (tiga) jam tatap muka dalam 1 (satu)
minggu atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan
pendidikan yang berasal dari Guru bimbingan dan konseling atau konselor.
(2) Beban kerja wakil kepala satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan profesi
dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu atau membimbing 80 (delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala
satuan pendidikan yang berasal dari Guru bimbingan dan konseling atau konselor.
(3) Beban kerja ketua program keahlian satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan
profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu.
(4) Beban kerja kepala perpustakaan satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan
profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu.
(5) Beban kerja kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan
yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12
(dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
(6) Beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memperoleh
tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan
konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu
atau lebih satuan pendidikan.
(7) Beban kerja pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu yang memperoleh tunjangan profesi dan
maslahat tambahan adalah paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu)
minggu.
(8) Beban kerja pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau
pengawas kelompok mata pelajaran, dan penilik satuan pendidikan anak usia
dini formal dalam melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional
Guru dan pengawasan atau penilikan yang ekuivalen dengan paling sedikit 24
(dua puluh empat) jam pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
(9) Ketentuan lebih lanjut tentang beban kerja kepala satuan pendidikan yang
ekuivalen dengan 6 (enam) jam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
pengawas atau penilik yang ekuivalen dengan 24 (dua puluh empat) jam tatap
muka sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditetapkan oleh Menteri.
14. Diantara Pasal 54 dan Pasal 55 disisipkan satu pasal yaitu Pasal 54A yang berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 54A
(1)

Beban kerja guru dalam melaksanakan kegiatan lain seperti wali kelas, pembina
kegiatan ekstra kurikuler, penilai kinerja guru, guru pembimbing, koordinator
pengembangan keprofesian berkelanjutan, melaksanakan pembelajaran pada
pendidikan non-formal, pembelajaran secara tim, atau tugas lain yang relevan

Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~ 13 ~

(2)
(3)

dengan fungsi guru dihargai paling sedikit 6 (enam) jam paling banyak 12 (dua
belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
Beban kerja guru SMK/MAK dapat dilaksanakan dengan sistem blok.
Ketentuan lebih lanjut mengenai beban kerja guru dalam melaksanakan kegiatan
lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan
Menteri.

15. Ketentuan Pasal 58 diubah, diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat
yakni (1a), diantara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 2 (dua) ayat yakni ayat (2a)
dan ayat (2b), ketentuan ayat (3) diubah, dan ditambah satu ayat yakni ayat (4)
serta ditambah penjelasan ayat (1a), penjelasan ayat (2a), dan penjelasan ayat (2b)
sehingga Pasal 58 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 58
(1) Pengangkatan dan penempatan Guru yang diangkat oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(1a)
Pengangkatan guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
lulus seleksi yang mencakup:
a. ujian tertulis;
b. wawancara; dan
c. praktik mengajar.
Penjelasan ayat (1a):
Praktik mengajar dapat dilakukan melalui simulasi sejawat (peer teaching),
pengajaran mikro (micro teaching), dan pengajaran riil.
(2) Departemen melakukan koordinasi perencanaan kebutuhan Guru secara nasional
dalam rangka pengangkatan dan penempatan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(2a)
Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan
analisis dan proyeksi kebutuhan guru secara nasional sekurang-kurangnya setiap
5 (lima) tahun.
Penjelasan ayat (2a):
Koordinasi dilakukan melalui perencanaan terpadu sehingga kebutuhan terkait
pengadaan dan pemindahan guru tidak terlepas dari kebijakan dan keutuhan
porgram pengelolaan guru secara nasional.
(2b) Menteri dapat melakukan pengangkatan dan penempatan Guru hasil program
khusus dalam rangka pemenuhan kebutuhan guru secara nasional.
Penjelasan ayat (2b):
Program khusus antara lain program pengadaan guru ilmu-ilmu dasar, program
sarjana mengajar di daerah terpencil, terluar dan terdepan, program pendidikan
guru untuk ditugaskan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
program pendidikan guru teknologi.
(3)
Perencanaan kebutuhan Guru secara nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan dengan mempertimbangkan:
Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~ 14 ~
a. pemerataan Guru antar satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah,
Pemerintah Daerah atau masyarakat, antarkabupaten atau antarkota, dan
antarprovinsi; serta
b. pemerataan mata pelajaran/rumpun mata pelajaran.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan, pengangkatan, dan penempatan
guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (1a), ayat (2), ayat (2a), ayat (2b),
dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.
16. Ketentuan Pasal 62 diubah, ketentuan ayat (1) diubah, diantara ayat (1) dan ayat (2)
disisipkan 1(satu) ayat yakni (1a), dan ditambah 1(satu) ayat yakni ayat (5) sehingga
Pasal 62 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 62
Daerah
(1) Pemindahan Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah
dapat dilakukan antarprovinsi, antarkabupaten atau antarkota, antarkecamatan,
antarsatuan pendidikan, antar- jenjang pendidikan, antarjenis pendidikan, dan
antarmatapelajaran/rumpun mata pelajaran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(1a)
Pemindahan guru antarjenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah,
antarjenis pendidikan, dan antarmatapelajaran/rumpun mata pelajaran dengan
memperhatikan kesesuaian sertifikat pendidik atau latar belakang pendidikan
program S-1/D-IV yang dimiliki oleh guru.
(2)Pemindahan Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kebutuhan Guru di
tingkat nasional maupun di tingkat daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Pemindahan Guru yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan
pendidikan yang didirikan Masyarakat baik atas permintaan sendiri maupun
kepentingan penyelenggara pendidikan, dilakukan berdasarkan Perjanjian Kerja atau
Kesepakatan Kerja Bersama.
(4)Pemindahan Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah Guru yang bersangkutan
bertugas pada satuan pendidikan paling singkat selama 4 (empat) tahun, kecuali Guru
yang bertugas di Daerah Khusus.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemindahan guru sebagaimana dimaksud ayat (1)
sampai dengan ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.
17. Ketentuan Pasal 65 diubah, ketentuan huruf b dan huruf c dihapus sehingga Pasal
65 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 65
Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen:
a.
Guru Dalam Jabatan yang belum memiliki Sertifikat Pendidik memperoleh
tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional dan maslahat tambahan;
Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~ 15 ~
b.
c.
d.

dihapus.
dihapus.
Guru yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)
dan ayat (3) pada satuan pendidikan yang belum memenuhi ketentuan rasio peserta
didik terhadap Guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 tetap menerima
tunjangan profesi.

18. Ketentuan Pasal 66 diubah sehingga Pasal 66 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 66
Dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini,
Guru Dalam Jabatan yang belum memenuhi Kualifikasi Akademik S-1 atau D-IV,
dapat mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh Sertifikat Pendidik apabila sudah:
a. mencapai usia 50 (lima puluh) tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 (dua
puluh) tahun sebagai Guru; atau
b. mempunyai golongan IV/a, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara
dengan golongan IV/a.
Pasal II
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal ..............

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~ 16 ~

PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TAHUN 2012
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008
TENTANG GURU
I.

UMUM

II.

PASAL . . .

II.
PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Angka 1
Pasal 1
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 4
Cukup jelas.
Angka 3
Pasal 9
Cukup jelas.
Angka 4
Pasal 10
Cukup jelas
Angka 5
Pasal 11
Cukup jelas
Angka 6
Pasal 12
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat (1a)
Cukup jelas
Ayat (1b)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~ 17 ~
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Pengalaman organisasi termasuk keterlibatan dalam bidang
keilmuan
Huruf j
Cukup jelas
Ayat (1c)
Cukup jelas
Ayat (1d)
Pendidikan profesi termasuk program pendidikan guru yang
diselenggarakan di luar negeri yang dinilai setara oleh Pemerintah
Republik Indonesia
Ayat (1e)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (5a)
Huruf a
Mata pelajaran serumpun seperti IPA dan matematika, IPS
dan pendidikan kewarganegaraan.
Huruf b
Mata pelajaran yang diampu oleh guru disebut tidak linier
apabila mata pelajaran tersebut tidak termasuk dalam
rumpun bidang keilmuan yang dikuasai sesuai dengan
kualifikasi akademik yang dimiliki.
Ayat (5b)
Cukup jelas
Ayat (5c)
Cukup jelas
Ayat (5d)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Angka 7
Pasal 15
Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~ 18 ~
Cukup jelas.
Angka 8
Pasal 40
Cukup jelas.
Angka 9
Pasal 47A
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kebijakan khusus antara lain penyediaan dana tambahan,
pemberian tambahan fasilitas, pemberian afirmasi dan/atau sanksi.
Angka 10
Pasal 48
Cukup jelas.
Angka 11
Pasal 54
Cukup jelas.
Angka 12
Pasal 54A
Cukup jelas.
Angka 13.
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (1a)
Praktik mengajar dapat dilakukan melalui simulasi sejawat
(peer teaching), pengajaran mikro (micro teaching), dan
pengajaran riil.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (2a)
Koordinasi dilakukan melalui perencanaan terpadu
sehingga kebutuhan terkait pengadaan dan pemindahan
guru tidak terlepas dari kebijakan dan keutuhan porgram
pengelolaan guru secara nasional.
Ayat (2b)
Program khusus antara lain program pengadaan guru ilmuilmu dasar, program sarjana mengajar di daerah terpencil,
terluar dan terdepan, program pendidikan guru untuk
ditugaskan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan program pendidikan guru teknologi.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
~ 19 ~
Cukup jelas.
Pasal 12A
Cukup jelas.
Angka 14
Pasal 62
Cukup jelas.
Angka 15
Pasal 65
Cukup jelas
Angka 16
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal II
Cukup jelas

Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12

More Related Content

What's hot

Pp no.-66-2010-tentang-perubahan-atas-pp-no.-17-tahun-2010
Pp no.-66-2010-tentang-perubahan-atas-pp-no.-17-tahun-2010Pp no.-66-2010-tentang-perubahan-atas-pp-no.-17-tahun-2010
Pp no.-66-2010-tentang-perubahan-atas-pp-no.-17-tahun-2010
Lela Novita Sari
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Nandang Sukmara
 
Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008M. ALI AMIRUDDIN
 
Pp 17 2010 ttg pengelolaan & penyelenggaraan pendidikan
Pp 17 2010 ttg pengelolaan & penyelenggaraan pendidikanPp 17 2010 ttg pengelolaan & penyelenggaraan pendidikan
Pp 17 2010 ttg pengelolaan & penyelenggaraan pendidikanالشيخ شريف الدين
 
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (pdf)
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (pdf)5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (pdf)
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (pdf)Harun Ar
 
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)Harun Ar
 

What's hot (6)

Pp no.-66-2010-tentang-perubahan-atas-pp-no.-17-tahun-2010
Pp no.-66-2010-tentang-perubahan-atas-pp-no.-17-tahun-2010Pp no.-66-2010-tentang-perubahan-atas-pp-no.-17-tahun-2010
Pp no.-66-2010-tentang-perubahan-atas-pp-no.-17-tahun-2010
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
 
Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008
 
Pp 17 2010 ttg pengelolaan & penyelenggaraan pendidikan
Pp 17 2010 ttg pengelolaan & penyelenggaraan pendidikanPp 17 2010 ttg pengelolaan & penyelenggaraan pendidikan
Pp 17 2010 ttg pengelolaan & penyelenggaraan pendidikan
 
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (pdf)
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (pdf)5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (pdf)
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (pdf)
 
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)
 

Viewers also liked

عائض سعيدان آل فطيح
عائض سعيدان آل فطيحعائض سعيدان آل فطيح
عائض سعيدان آل فطيحAYIDHALYIMY
 
toefl converted_score
toefl converted_scoretoefl converted_score
toefl converted_score
ajibaskara
 
κάνονταςτονκόσμοκαλύτερο
κάνονταςτονκόσμοκαλύτεροκάνονταςτονκόσμοκαλύτερο
κάνονταςτονκόσμοκαλύτερο
Ειρήνη
 
Evaluation4m
Evaluation4mEvaluation4m
Evaluation4mtiapeek
 
Melinda Thompson Resume
Melinda Thompson ResumeMelinda Thompson Resume
Melinda Thompson ResumeMindy Thompson
 
Clonacion
ClonacionClonacion
Clonacion
Alex Jaimes
 
Opinión del Sen. Manuel Camacho en El Universal
Opinión del Sen. Manuel Camacho en El UniversalOpinión del Sen. Manuel Camacho en El Universal
Opinión del Sen. Manuel Camacho en El UniversalSenadores PRD
 
W kent2003 the-unsolvableidentityproblem
W kent2003 the-unsolvableidentityproblemW kent2003 the-unsolvableidentityproblem
W kent2003 the-unsolvableidentityproblem
Bill Anderson
 

Viewers also liked (16)

Tips blackberry
Tips blackberryTips blackberry
Tips blackberry
 
عائض سعيدان آل فطيح
عائض سعيدان آل فطيحعائض سعيدان آل فطيح
عائض سعيدان آل فطيح
 
First Day Jitters
First Day JittersFirst Day Jitters
First Day Jitters
 
Makalah pertumbuhan ekonbomi
Makalah pertumbuhan ekonbomiMakalah pertumbuhan ekonbomi
Makalah pertumbuhan ekonbomi
 
toefl converted_score
toefl converted_scoretoefl converted_score
toefl converted_score
 
Oasp ame a
Oasp ame aOasp ame a
Oasp ame a
 
κάνονταςτονκόσμοκαλύτερο
κάνονταςτονκόσμοκαλύτεροκάνονταςτονκόσμοκαλύτερο
κάνονταςτονκόσμοκαλύτερο
 
Evaluation4m
Evaluation4mEvaluation4m
Evaluation4m
 
Clunk card
Clunk cardClunk card
Clunk card
 
Melinda Thompson Resume
Melinda Thompson ResumeMelinda Thompson Resume
Melinda Thompson Resume
 
Lluvia de ideas
Lluvia de ideasLluvia de ideas
Lluvia de ideas
 
Clonacion
ClonacionClonacion
Clonacion
 
Opinión del Sen. Manuel Camacho en El Universal
Opinión del Sen. Manuel Camacho en El UniversalOpinión del Sen. Manuel Camacho en El Universal
Opinión del Sen. Manuel Camacho en El Universal
 
Tugas bahasa indonesia
Tugas bahasa indonesiaTugas bahasa indonesia
Tugas bahasa indonesia
 
W kent2003 the-unsolvableidentityproblem
W kent2003 the-unsolvableidentityproblemW kent2003 the-unsolvableidentityproblem
W kent2003 the-unsolvableidentityproblem
 
Permenpan2013 033
Permenpan2013 033Permenpan2013 033
Permenpan2013 033
 

Similar to 6. draff perubahanpp no74tahun2008tentangguru

Pp 74 tahun 2008 tentang guru
Pp 74 tahun 2008 tentang guruPp 74 tahun 2008 tentang guru
Pp 74 tahun 2008 tentang guruJhon Maifive E R
 
Pp no 74_tahun_2008_tentang_guru1
Pp no 74_tahun_2008_tentang_guru1Pp no 74_tahun_2008_tentang_guru1
Pp no 74_tahun_2008_tentang_guru1
anak ceria muslim preschool
 
Pp 74 th 2010
Pp 74 th 2010Pp 74 th 2010
Pp 74 th 2010
Made Artika
 
03. pp no. 74 tahun 2008 tentang guru
03. pp no. 74 tahun 2008 tentang guru03. pp no. 74 tahun 2008 tentang guru
03. pp no. 74 tahun 2008 tentang guruAmrizal Ahmad
 
Pp no 74 th 2008
Pp no 74 th 2008Pp no 74 th 2008
Pp no 74 th 2008
imam soetopo
 
Pp 74 tahun 2008 tentang guru
Pp 74 tahun 2008 tentang guruPp 74 tahun 2008 tentang guru
Pp 74 tahun 2008 tentang guru
Agussalim Masry
 
Pp no. 74 tahun 2008 Tentang GURU
Pp no. 74 tahun 2008 Tentang GURUPp no. 74 tahun 2008 Tentang GURU
Pp no. 74 tahun 2008 Tentang GURUWelly Indriany
 
Pp no 74 tahun 2008 tentang guru
Pp no 74 tahun 2008 tentang guruPp no 74 tahun 2008 tentang guru
Pp no 74 tahun 2008 tentang guruMA'ARIF NU CILACAP
 
Pp no 74 tahun 2008 tentang guru
Pp no 74 tahun 2008 tentang guruPp no 74 tahun 2008 tentang guru
Pp no 74 tahun 2008 tentang guruMA'ARIF NU CILACAP
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasNandang Sukmara
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Nandang Sukmara
 
Pp17 2010-pengelolaan penyelenggaraan pendidikan
Pp17 2010-pengelolaan penyelenggaraan pendidikanPp17 2010-pengelolaan penyelenggaraan pendidikan
Pp17 2010-pengelolaan penyelenggaraan pendidikanjardikmas
 
Pp 17 tahun 2010
Pp 17 tahun 2010Pp 17 tahun 2010
Pp 17 tahun 2010rinisuryana
 
Pp 17 tahun 2010
Pp 17 tahun 2010Pp 17 tahun 2010
Pp 17 tahun 2010
PVB Jatim
 
Pp 17 tahun 2010
Pp 17 tahun 2010Pp 17 tahun 2010
Pp 17 tahun 2010
gatothp
 
Pp 17 penyelenggaraan pendidikan
Pp 17 penyelenggaraan pendidikanPp 17 penyelenggaraan pendidikan
Pp 17 penyelenggaraan pendidikan
Nandang Sukmara
 

Similar to 6. draff perubahanpp no74tahun2008tentangguru (20)

Pp 74 tahun 2008 tentang guru
Pp 74 tahun 2008 tentang guruPp 74 tahun 2008 tentang guru
Pp 74 tahun 2008 tentang guru
 
Pp no 74_tahun_2008_tentang_guru1
Pp no 74_tahun_2008_tentang_guru1Pp no 74_tahun_2008_tentang_guru1
Pp no 74_tahun_2008_tentang_guru1
 
Pp 74 th 2010
Pp 74 th 2010Pp 74 th 2010
Pp 74 th 2010
 
03. pp no. 74 tahun 2008 tentang guru
03. pp no. 74 tahun 2008 tentang guru03. pp no. 74 tahun 2008 tentang guru
03. pp no. 74 tahun 2008 tentang guru
 
Pp no 74 th 2008
Pp no 74 th 2008Pp no 74 th 2008
Pp no 74 th 2008
 
Pp74tahun20081
Pp74tahun20081Pp74tahun20081
Pp74tahun20081
 
Pp 74 tahun 2008 tentang guru
Pp 74 tahun 2008 tentang guruPp 74 tahun 2008 tentang guru
Pp 74 tahun 2008 tentang guru
 
Pp 74 2008 guru
Pp 74 2008 guruPp 74 2008 guru
Pp 74 2008 guru
 
Pp no. 74 tahun 2008 Tentang GURU
Pp no. 74 tahun 2008 Tentang GURUPp no. 74 tahun 2008 Tentang GURU
Pp no. 74 tahun 2008 Tentang GURU
 
4. pp no74th2008
4. pp no74th20084. pp no74th2008
4. pp no74th2008
 
Pp74 tahun2008
Pp74 tahun2008Pp74 tahun2008
Pp74 tahun2008
 
Pp no 74 tahun 2008 tentang guru
Pp no 74 tahun 2008 tentang guruPp no 74 tahun 2008 tentang guru
Pp no 74 tahun 2008 tentang guru
 
Pp no 74 tahun 2008 tentang guru
Pp no 74 tahun 2008 tentang guruPp no 74 tahun 2008 tentang guru
Pp no 74 tahun 2008 tentang guru
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
 
Pp17 2010-pengelolaan penyelenggaraan pendidikan
Pp17 2010-pengelolaan penyelenggaraan pendidikanPp17 2010-pengelolaan penyelenggaraan pendidikan
Pp17 2010-pengelolaan penyelenggaraan pendidikan
 
Pp 17 tahun 2010
Pp 17 tahun 2010Pp 17 tahun 2010
Pp 17 tahun 2010
 
Pp 17 tahun 2010
Pp 17 tahun 2010Pp 17 tahun 2010
Pp 17 tahun 2010
 
Pp 17 tahun 2010
Pp 17 tahun 2010Pp 17 tahun 2010
Pp 17 tahun 2010
 
Pp 17 penyelenggaraan pendidikan
Pp 17 penyelenggaraan pendidikanPp 17 penyelenggaraan pendidikan
Pp 17 penyelenggaraan pendidikan
 

More from Sofyan Saputra

16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)Sofyan Saputra
 
15 model-pembelajaran-saintifik-mp-prakarya
15 model-pembelajaran-saintifik-mp-prakarya15 model-pembelajaran-saintifik-mp-prakarya
15 model-pembelajaran-saintifik-mp-prakaryaSofyan Saputra
 
10 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-inggris
10 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-inggris10 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-inggris
10 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-inggrisSofyan Saputra
 
9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia
9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia
9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesiaSofyan Saputra
 
9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia (1)
9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia (1)9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia (1)
9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia (1)
Sofyan Saputra
 
8 model-pembelajaran-saintifik-mp-sosiologi
8 model-pembelajaran-saintifik-mp-sosiologi8 model-pembelajaran-saintifik-mp-sosiologi
8 model-pembelajaran-saintifik-mp-sosiologi
Sofyan Saputra
 
7 model-pembelajaran-saintifik-mp-geografi
7 model-pembelajaran-saintifik-mp-geografi7 model-pembelajaran-saintifik-mp-geografi
7 model-pembelajaran-saintifik-mp-geografiSofyan Saputra
 
6 model-pembelajaran-saintifik-mp-ekonomi
6 model-pembelajaran-saintifik-mp-ekonomi6 model-pembelajaran-saintifik-mp-ekonomi
6 model-pembelajaran-saintifik-mp-ekonomiSofyan Saputra
 
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budayaSofyan Saputra
 
Overview penilaian kinerja kepala sekolah 29 mei 2012
Overview penilaian kinerja kepala sekolah 29 mei 2012Overview penilaian kinerja kepala sekolah 29 mei 2012
Overview penilaian kinerja kepala sekolah 29 mei 2012Sofyan Saputra
 
Analisiskonteks-110710230254-phpapp01
Analisiskonteks-110710230254-phpapp01Analisiskonteks-110710230254-phpapp01
Analisiskonteks-110710230254-phpapp01Sofyan Saputra
 
9. permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
9. permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan9. permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
9. permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikanSofyan Saputra
 

More from Sofyan Saputra (20)

16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)
 
15 model-pembelajaran-saintifik-mp-prakarya
15 model-pembelajaran-saintifik-mp-prakarya15 model-pembelajaran-saintifik-mp-prakarya
15 model-pembelajaran-saintifik-mp-prakarya
 
10 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-inggris
10 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-inggris10 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-inggris
10 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-inggris
 
9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia
9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia
9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia
 
9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia (1)
9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia (1)9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia (1)
9 model-pembelajaran-saintifik-mp-bhs-indonesia (1)
 
8 model-pembelajaran-saintifik-mp-sosiologi
8 model-pembelajaran-saintifik-mp-sosiologi8 model-pembelajaran-saintifik-mp-sosiologi
8 model-pembelajaran-saintifik-mp-sosiologi
 
7 model-pembelajaran-saintifik-mp-geografi
7 model-pembelajaran-saintifik-mp-geografi7 model-pembelajaran-saintifik-mp-geografi
7 model-pembelajaran-saintifik-mp-geografi
 
6 model-pembelajaran-saintifik-mp-ekonomi
6 model-pembelajaran-saintifik-mp-ekonomi6 model-pembelajaran-saintifik-mp-ekonomi
6 model-pembelajaran-saintifik-mp-ekonomi
 
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya
 
Perpres2014 002
Perpres2014 002Perpres2014 002
Perpres2014 002
 
Permenpan2014 041
Permenpan2014 041Permenpan2014 041
Permenpan2014 041
 
Permenpan2013 045
Permenpan2013 045Permenpan2013 045
Permenpan2013 045
 
Permenpan2013 042
Permenpan2013 042Permenpan2013 042
Permenpan2013 042
 
Permenpan2013 035
Permenpan2013 035Permenpan2013 035
Permenpan2013 035
 
Perpres2014 001
Perpres2014 001Perpres2014 001
Perpres2014 001
 
Overview pk guru
Overview pk guruOverview pk guru
Overview pk guru
 
Overview penilaian kinerja kepala sekolah 29 mei 2012
Overview penilaian kinerja kepala sekolah 29 mei 2012Overview penilaian kinerja kepala sekolah 29 mei 2012
Overview penilaian kinerja kepala sekolah 29 mei 2012
 
Analisiskonteks-110710230254-phpapp01
Analisiskonteks-110710230254-phpapp01Analisiskonteks-110710230254-phpapp01
Analisiskonteks-110710230254-phpapp01
 
Mendiknasp2009 10
Mendiknasp2009 10Mendiknasp2009 10
Mendiknasp2009 10
 
9. permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
9. permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan9. permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
9. permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
 

Recently uploaded

Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 

Recently uploaded (20)

Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 

6. draff perubahanpp no74tahun2008tentangguru

  • 1. ~1~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. Mengingat : 1. 2. bahwa dalam rangka mengakomodasikan berbagai perkembangan terkait dengan perencanaan, pengangkatan, penempatan, pemindahan, pembinaan, dan pengembangan guru perlu dilakukan perubahan terhadap beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4941), diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 1 angka 8 diubah sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 2. ~2~ menengah 2. Kualifikasi Akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh Guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. 3. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk Guru. 4. Sertifikat Pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada Guru sebagai tenaga profesional. 5. Gaji adalah hak yang diterima oleh Guru atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan 6. Organisasi Profesi Guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh Guru untuk mengembangkan profesionalitas Guru. 7. Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama adalah perjanjian tertulis antara Guru dan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang memuat syaratsyarat kerja serta hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 8. Guru Tetap adalah Guru yang diangkat oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, satuan pendidikan, atau penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat untuk jangka waktu paling singkat 3 (tiga) tahun secara terus menerus, dan tercatat pada satuan administrasi pangkal di satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah serta melaksanakan tugas utama sebagai Guru. 9. Guru Dalam Jabatan adalah Guru pegawai negeri sipil dan Guru bukan pegawai negeri sipil yang sudah mengajar pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun penyelenggara pendidikan yang sudah mempunyai Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama. 10. Pemutusan Hubungan Kerja atau Pemberhentian Kerja adalah pengakhiran Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama Guru karena suatu hal yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara Guru dan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 11. Taman Kanak-kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun 12.Raudhatul Athfal yang selanjutnya disingkat RA dan Bustanul Athfal yang selanjutnya disebut BA adalah salah satu bentuk satuan Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan dengan kekhasan agama Islam bagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun 13. Pendidikan Dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah yang diselenggarakan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat. Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 3. ~3~ 14. Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat SD adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Dasar. 15. Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disingkat MI adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan Dasar. 16. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disingkat SMP adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI 17. Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disingkat MTs adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan Dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI. 18. Pendidikan Menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutan Pendidikan Dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan atau bentuk lain yang sederajat. 19. Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disingkat SMA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. 20. Madrasah Aliyah yang selanjutnya disingkat MA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. 21. Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. 22. Madrasah Aliyah Kejuruan yang selanjutnya disebut MAK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs 23. Sarjana yang selanjutnya disingkat S-1. 24. Diploma Empat yang selanjutnya disingkat D-IV. 25. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat. 26.Pemerintah Daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, atau pemerintah kota. 27. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia non Pemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 4. ~4~ 28. Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain. 29. Departemen adalah departemen yang menangani urusan pemerintahan dalam bidang pendidikan nasional. 30. Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintahan dalam bidang pendidikan nasional. 2. Ketentuan Pasal 4 ditambah 1 (satu) ayat yakni ayat (3) sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut: Pasal 4 (1) Sertifikat Pendidik bagi Guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun Masyarakat, dan ditetapkan oleh Pemerintah. (2) Program pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diikuti oleh peserta didik yang telah memiliki Kualifikasi Akademik S-1 atau D-IV sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Penyelenggaraan pendidikan profesi guru oleh perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertimbangkan: a. proyeksi kebutuhan guru; b. proses pengembangan kemampuan guru profesional; dan c. tindak lanjut pembinaan dan pengembangan profesi guru. 3. Ketentuan Pasal 9 diubah, ketentuan ayat (2) diubah, ketentuan ayat (3) dihapus dan substansinya diintegrasikan ke dalam ayat (2), ketentuan ayat (4) dan ayat (5) diubah sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut: Pasal 9 (1) Jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh Menteri. (2) Program pendidikan profesi diakhiri dengan ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan standar kompetensi. (3) Dihapus. (4) Ujian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup penguasaan: a. wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; b. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya; dan Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 5. ~5~ c. konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya. (5) Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan secara holistis dalam bentuk ujian praktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional pada satuan pendidikan yang relevan. 4. Ketentuan Pasal 10 diubah, ketentuan ayat (5) dan ketentuan ayat (6) diubah sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut: Pasal 10 5. (1) Sertifikat Pendidik bagi calon Guru dipenuhi sebelum yang bersangkutan diangkat menjadi Guru. (2) Calon Guru yang tidak memiliki Sertifikat Pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah lulus uji kelayakan. (3) Calon Guru yang tidak memiliki Sertifikat Pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapi diperlukan oleh Daerah Khusus yang membutuhkan Guru dapat diangkat menjadi pendidik setelah lulus uji kelayakan. (4) Sertifikat Pendidik sah berlaku untuk melaksanakan tugas sebagai Guru setelah mendapat nomor registrasi Guru dari Departemen. (5) Calon Guru dapat memperoleh dan menggunakan lebih dari satu Sertifikat Pendidik, tetapi hanya dengan satu nomor registrasi Guru dari Departemen. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan uji kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), lebih satu Sertifikat Pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Menteri. Ketentuan Pasal 11 ditambah 2 (dua) ayat yakni ayat (2) dan ayat (3) sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut : Pasal 11 (1) (2) (3) 6. Sertifikat Pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang diperoleh Guru berlaku selama yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagai Guru sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemerintah melakukan pendataan ulang dan validasi guru yang telah memperoleh Sertifikat Pendidik secara berkala dalam rangka menjaga efektivitas pemberlakuan Sertifikat Pendidik dan perencanaan kebutuhan guru. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendataan ulang dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri. Ketentuan Pasal 12 diubah, antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 3 (tiga) ayat yakni ayat (1a), ayat (1b), dan ayat (1c), ketentuan ayat (2) diubah, ketentuan ayat (3) dihapus, ketentuan ayat (4) dihapus, ketentuan ayat (5) dihapus, antara ayat (5) dan ayat (6) disisipkan 5 (lima) ayat, yakni ayat (5a), ayat (5b), ayat (5c), ayat (5d), dan ayat (5e), dan ketentuan ayat (6) diubah penjelasan ayat (1c) sehingga Pasal 12 Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 6. ~6~ berbunyi sebagai berikut: Pasal 12 (1) Guru Dalam Jabatan yang telah memiliki Kualifikasi Akademik S-1 atau D-IV dapat langsung mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh Sertifikat Pendidik. (1a) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui: a. pendidikan dan pelatihan profesi guru; atau b. pendidikan profesi. (1b) Pendidikan dan pelatihan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) huruf a merupakan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pendidik dan tenaga kependidikan terakreditasi. (1c) Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) huruf b merupakan pendidikan profesional guru yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pendidik dan tenaga kependidikan terakreditasi. Penjelasan 1c: Pendidikan profesi termasuk program pendidikan guru yang diselenggarakan di luar negeri yang dinilai setara oleh Pemerintah Republik Indonesia (2) Jumlah peserta sertifikasi pendidik ditetapkan oleh Menteri. (3) Dihapus. (4) Dihapus. (5) Dihapus (5a) Guru Dalam Jabatan yang telah memperoleh sertifikat pendidik tidak linier dengan kualifikasi akademiknya wajib: a. mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kualifikasi akademiknya untuk mengampu mata pelajaran yang serumpun/mata pelajaran sesuai dengan kualifikasi akademiknya; atau Penjelasan ayat (5a) Mata pelajaran serumpun seperti IPA dan matematika, IPS dan pendidikan kewarganegaraan. b. mengikuti pendidikan untuk memperoleh kualifikasi akademik S-1/D-IV atau S2 yang lain sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Penjelasan ayat (5a): Mata pelajaran yang diampu oleh guru disebut tidak linier apabila mata pelajaran tersebut tidak termasuk dalam rumpun bidang keilmuan yang dikuasai sesuai dengan kualifikasi akademik yang dimiliki. (5b) Guru Dalam Jabatan yang telah memperoleh sertifikat pendidik mata pelajaran adaptif dan normatif di SMK/MAK atau mata pelajaran tertentu di SMA/MA dapat mengampu mata pelajaran produktif di SMK/MAK setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan guna memperoleh sertifikat pendidik untuk mata pelajaran produktif di SMK/MAK. (5c) Guru Dalam Jabatan yang telah memperoleh sertifikat pendidik mata pelajaran produktif di SMK/MAK dapat mengampu mata pelajaran adaptif dan normatif di SMK/MAK atau mata pelajaran yang relevan di SMA/MA. setelah Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 7. ~7~ mengikuti pendidikan dan pelatihan guna memperoleh sertifikat pendidik. (5d) Guru Dalam Jabatan yang memiliki sertifikat pendidik sebagai guru kelas di SD/MI, dapat mengampu mata pelajaran pada SMP/MTs atau SMA/MA/SMK/ MAK setelah: a. mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kualifikasi akademiknya untuk menjadi guru mata pelajaran; b. mengikuti pendidikan untuk memperoleh kualifikasi akademik S-1/D-IV yang lain sesuai dengan mata pelajaran yang diampu melalui program pengakuan pengalaman kerja dan hasil belajar; atau c. mengikuti pendidikan untuk memperoleh kualifikasi akademik S-2 sesuai dengan mata pelajaran yang diampu melalui program pengakuan pengalaman kerja dan hasil belajar. (5e) Guru Dalam Jabatan yang memiliki sertifikat pendidik sebagai guru mata pelajaran pada SMP/MTs atau SMA/MA/SMK/MAK, dapat menjadi guru kelas di SD/MI setelah: a. mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kualifikasi akademiknya untuk menjadi guru kelas; atau b. mengikuti pendidikan untuk memperoleh kualifikasi akademik S-1/D-IV untuk guru kelas melalui program pengakuan pengalaman kerja dan hasil belajar. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai perolehan sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud pada pada ayat (1), ayat (1a), ayat (5a), ayat (5b), ayat (5c), ayat (5d), dan ayat (5e) diatur dalam Peraturan Menteri. 7. Diantara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 12A yang berbunyi sebagai berikut. Pasal 12A Pemberian sertifikat pendidik secara langsung diperuntukkan bagi Guru Dalam Jabatan yang memenuhi kriteria: a. kualifikasi akademik magister (S-2) atau doktor (S-3) dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran yang diampunya, atau guru kelas dan guru bimbingan dan konseling atau konselor, dengan golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b; atau b. golongan paling rendah IV/c, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/c. 8. Ketentuan Pasal 15 diubah, ketentuan ayat (1) ditambah huruf g, diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan satu ayat yakni ayat (1a) dan ketentuan ayat (4) diubah, sehingga Pasal 15 berbunyi sebagai berikut: Pasal 15 (1) Tunjangan profesi diberikan kepada Guru yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 8. ~8~ a. memiliki satu atau lebih Sertifikat Pendidik yang telah diberi satu nomor registrasi Guru oleh Departemen; b. memenuhi beban kerja sebagai Guru; c. mengajar sebagai Guru mata pelajaran dan/atau Guru kelas pada satuan pendidikan yang sesuai dengan peruntukan Sertifikat Pendidik yang dimilikinya; d. terdaftar pada Departemen sebagai Guru Tetap; e. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun; f. tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain satuan pendidikan tempat bertugas; dan g. menjadi anggota organisasi profesi guru. (1a) Guru Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d mencakup: a. Guru yang diangkat Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS); b. Guru yang diangkat Pemerintah atau pemerintah daerah atau kepala satuan pendidikan berstatus bukan Pegawai Negeri Sipil (bukan PNS); dan c. Guru berstatus bukan Pegawai Negeri Sipil (bukan PNS) yang diangkat oleh kepala satuan pendidikan atau penyelenggara pendidikan oleh masyarakat, yang bertugas pada satuan pendidikan. (2) Seorang Guru hanya berhak mendapat satu tunjangan profesi terlepas dari banyaknya Sertifikat Pendidik yang dimilikinya dan banyaknya satuan pendidikan atau kelas yang memanfaatkan jasanya sebagai Guru. (3) Guru pemegang sertifikat pendidik yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali huruf c berhak memperoleh tunjangan profesi jika mendapat tugas tambahan sebagai: a. kepala satuan pendidikan dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja kepala satuan pendidikan; b. wakil kepala satuan pendidikan dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja wakil kepala satuan pendidikan; c. ketua program keahlian satuan pendidikan dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja ketua program keahlian satuan pendidikan; d. kepala perpustakaan satuan pendidikan dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja kepala perpustakaan satuan pendidikan; e. kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan produksi; f. guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja guru bimbingan dan konseling atau konselor; atau g. pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja pembimbing khusus pada satuan pendidikan. (4) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan formal atau penilik untuk pendidikan anak usia dini formal, tetap diberi tunjangan profesi Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 9. ~9~ guru apabila yang bersangkutan tetap melaksanakan tugas sebagai pendidik dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. berpengalaman sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun; b. memenuhi persyaratan akademik sebagai Guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan; c. memiliki Sertifikat Pendidik; dan d. melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan tugas kepengawasan atau kepenilikan. (5) Tunjangan profesi diberikan terhitung mulai awal tahun anggaran berikut setelah yang bersangkutan mendapatkan nomor registrasi Guru dari Departemen. (6) Nomor registrasi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bersifat unik dan diperoleh setelah Guru yang bersangkutan memenuhi Kualifikasi Akademik dan memperoleh Sertifikat Pendidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Guru tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) diatur dalam Peraturan Menteri. 9. Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 40 (1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi guru, dan/ atau satuan pendidikan wajib memberikan pelindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas. (2) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Guru dalam bentuk: a. pelindungan hukum; b. pelindungan profesi; dan c. pelindungan keselamatan dan kesehatan kerja. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri. 10. Pasal 44 ditambahkan 1 (satu) ayat yaitu ayat (3) sehingga berbunyi sebagai berikut: (1) Pasal 44 Guru memiliki kebebasan untuk berserikat dalam Organisasi Profesi Guru. (2) Kebebasan untuk berserikat dalam Organisasi Profesi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan tetap mengutamakan pelaksanaan tugas proses pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. (3) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 10. ~ 10 ~ a. Keanggotaannya terdata dan tersebar diseluruh provinsi dan kabupaten/kota minimal 25% dari jumlah guru di wilayah yang bersangkutan; b. Kepengurusannya berada di Pusat dan disemua provinsi serta minimal 75% di kabupaten/kota.; c. Memiliki kode etik yang mengikat perilaku guru dalam tugas keprofesionalan; d. Memiliki dewan pusat kehormatan guru sampai ditingkat kabupaten/kota. 11. Di antara Pasal 47 dan Pasal 48 disisipkan satu Pasal yakni Pasal 47A yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 47A (1) (2) (3) Program pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) dilaksanakan melalui: a. Pengakuan pengalaman kerja dan hasil belajar guru untuk percepatan penyelesaian capaian kualifikasi akademik Sarjana/Diploma IV bagi guru dalam jabatan. b. Peningkatan kerjasama lembaga pendidikan pendidik dan tenaga kependidikan dengan Perguruan Tinggi Non-Kependidikan untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi guru bagi guru-guru yang bertugas pada SMK kelompok mata pelajaran produktif. Pengakuan pengalaman kerja dan hasil belajar guru dilakukan melalui penilaian kesetaraan pengalaman dengan mata kuliah- mata kuliah yang relevan dan pengakuan beban kredit pada program sarjana/diploma IV Menteri melakukan kebijakan khusus bagi lembaga pendidikan pendidik dan tenaga kependidikan pelaksana program pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik guru untuk mendorong terlaksananya program. Penjelasan ayat (2) Kebijakan khusus antara lain penyediaan dana tambahan, pemberian tambahan fasilitas, pemberian afirmasi dan/atau sanksi. 12. Ketentuan Pasal 48 diubah, diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 3 (tiga) ayat yakni ayat (1a), ayat (1b), dan (1c), sehingga Pasal 48 berbunyi sebagai berikut: Pasal 48 Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 11. ~ 11 ~ (1) Pengembangan dan peningkatan kompetensi Guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (4) dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian Guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional. (1a) Pembinaan dan pengembangan keprofesionalan guru berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan hasil uji kompetensi dan penilaian kinerja guru. (1b) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) mencakup penilaian penguasaan kompetensi pedagogik dan profesional. (1c) Penilaian kinerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) dilakukan melalui: a. evaluasi diri; dan penjelasan a: evaluasi diri mencakup penilaian/refleksi personal atas kompetensinya sebagai pendidik profesional. b.penilaian pelaksanaan tugas utama. penjelasan b: penilaian pelaksanaan tugas utama mencakup penilaian holistik terhadap seluruh unsur kompetensi guru. c.Uji kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1b) huruf b dilakukan setiap 5 (lima) tahun. (2) Kegiatan untuk memperoleh angka kredit jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Guru sekurang-kurangnya melalui: a. kegiatan kolektif Guru yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian Guru; b. pendidikan dan pelatihan; c. pemagangan; d. publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif; e. karya inovatif; f. presentasi pada forum ilmiah; g. publikasi buku teks pelajaran yang lolos penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan; h. publikasi buku pengayaan; i. publikasi buku pedoman Guru; j. publikasi pengalaman lapangan pada pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus; dan/atau k. penghargaan atas prestasi atau dedikasi sebagai Guru yang diberikan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian Guru berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. 13. Ketentuan Pasal 54 diubah, ketentuan ayat (1), ayat (8), dan ayat (9) diubah, sehingga Pasal 54 berbunyi sebagai berikut: Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 12. ~ 12 ~ Pasal 54 (1) Beban kerja kepala satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 3 (tiga) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang berasal dari Guru bimbingan dan konseling atau konselor. (2) Beban kerja wakil kepala satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 80 (delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan pendidikan yang berasal dari Guru bimbingan dan konseling atau konselor. (3) Beban kerja ketua program keahlian satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. (4) Beban kerja kepala perpustakaan satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. (5) Beban kerja kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. (6) Beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan. (7) Beban kerja pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. (8) Beban kerja pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata pelajaran, dan penilik satuan pendidikan anak usia dini formal dalam melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan pengawasan atau penilikan yang ekuivalen dengan paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu. (9) Ketentuan lebih lanjut tentang beban kerja kepala satuan pendidikan yang ekuivalen dengan 6 (enam) jam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pengawas atau penilik yang ekuivalen dengan 24 (dua puluh empat) jam tatap muka sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditetapkan oleh Menteri. 14. Diantara Pasal 54 dan Pasal 55 disisipkan satu pasal yaitu Pasal 54A yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 54A (1) Beban kerja guru dalam melaksanakan kegiatan lain seperti wali kelas, pembina kegiatan ekstra kurikuler, penilai kinerja guru, guru pembimbing, koordinator pengembangan keprofesian berkelanjutan, melaksanakan pembelajaran pada pendidikan non-formal, pembelajaran secara tim, atau tugas lain yang relevan Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 13. ~ 13 ~ (2) (3) dengan fungsi guru dihargai paling sedikit 6 (enam) jam paling banyak 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Beban kerja guru SMK/MAK dapat dilaksanakan dengan sistem blok. Ketentuan lebih lanjut mengenai beban kerja guru dalam melaksanakan kegiatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri. 15. Ketentuan Pasal 58 diubah, diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat yakni (1a), diantara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 2 (dua) ayat yakni ayat (2a) dan ayat (2b), ketentuan ayat (3) diubah, dan ditambah satu ayat yakni ayat (4) serta ditambah penjelasan ayat (1a), penjelasan ayat (2a), dan penjelasan ayat (2b) sehingga Pasal 58 berbunyi sebagai berikut: Pasal 58 (1) Pengangkatan dan penempatan Guru yang diangkat oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (1a) Pengangkatan guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah lulus seleksi yang mencakup: a. ujian tertulis; b. wawancara; dan c. praktik mengajar. Penjelasan ayat (1a): Praktik mengajar dapat dilakukan melalui simulasi sejawat (peer teaching), pengajaran mikro (micro teaching), dan pengajaran riil. (2) Departemen melakukan koordinasi perencanaan kebutuhan Guru secara nasional dalam rangka pengangkatan dan penempatan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (2a) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan analisis dan proyeksi kebutuhan guru secara nasional sekurang-kurangnya setiap 5 (lima) tahun. Penjelasan ayat (2a): Koordinasi dilakukan melalui perencanaan terpadu sehingga kebutuhan terkait pengadaan dan pemindahan guru tidak terlepas dari kebijakan dan keutuhan porgram pengelolaan guru secara nasional. (2b) Menteri dapat melakukan pengangkatan dan penempatan Guru hasil program khusus dalam rangka pemenuhan kebutuhan guru secara nasional. Penjelasan ayat (2b): Program khusus antara lain program pengadaan guru ilmu-ilmu dasar, program sarjana mengajar di daerah terpencil, terluar dan terdepan, program pendidikan guru untuk ditugaskan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan program pendidikan guru teknologi. (3) Perencanaan kebutuhan Guru secara nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan mempertimbangkan: Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 14. ~ 14 ~ a. pemerataan Guru antar satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah, Pemerintah Daerah atau masyarakat, antarkabupaten atau antarkota, dan antarprovinsi; serta b. pemerataan mata pelajaran/rumpun mata pelajaran. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan, pengangkatan, dan penempatan guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (1a), ayat (2), ayat (2a), ayat (2b), dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri. 16. Ketentuan Pasal 62 diubah, ketentuan ayat (1) diubah, diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1(satu) ayat yakni (1a), dan ditambah 1(satu) ayat yakni ayat (5) sehingga Pasal 62 berbunyi sebagai berikut: Pasal 62 Daerah (1) Pemindahan Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah dapat dilakukan antarprovinsi, antarkabupaten atau antarkota, antarkecamatan, antarsatuan pendidikan, antar- jenjang pendidikan, antarjenis pendidikan, dan antarmatapelajaran/rumpun mata pelajaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (1a) Pemindahan guru antarjenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, antarjenis pendidikan, dan antarmatapelajaran/rumpun mata pelajaran dengan memperhatikan kesesuaian sertifikat pendidik atau latar belakang pendidikan program S-1/D-IV yang dimiliki oleh guru. (2)Pemindahan Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kebutuhan Guru di tingkat nasional maupun di tingkat daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Pemindahan Guru yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang didirikan Masyarakat baik atas permintaan sendiri maupun kepentingan penyelenggara pendidikan, dilakukan berdasarkan Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama. (4)Pemindahan Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah Guru yang bersangkutan bertugas pada satuan pendidikan paling singkat selama 4 (empat) tahun, kecuali Guru yang bertugas di Daerah Khusus. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemindahan guru sebagaimana dimaksud ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri. 17. Ketentuan Pasal 65 diubah, ketentuan huruf b dan huruf c dihapus sehingga Pasal 65 berbunyi sebagai berikut: Pasal 65 Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen: a. Guru Dalam Jabatan yang belum memiliki Sertifikat Pendidik memperoleh tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional dan maslahat tambahan; Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 15. ~ 15 ~ b. c. d. dihapus. dihapus. Guru yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (3) pada satuan pendidikan yang belum memenuhi ketentuan rasio peserta didik terhadap Guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 tetap menerima tunjangan profesi. 18. Ketentuan Pasal 66 diubah sehingga Pasal 66 berbunyi sebagai berikut: Pasal 66 Dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini, Guru Dalam Jabatan yang belum memenuhi Kualifikasi Akademik S-1 atau D-IV, dapat mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh Sertifikat Pendidik apabila sudah: a. mencapai usia 50 (lima puluh) tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 (dua puluh) tahun sebagai Guru; atau b. mempunyai golongan IV/a, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a. Pasal II Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal .............. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 16. ~ 16 ~ PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU I. UMUM II. PASAL . . . II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas. Angka 2 Pasal 4 Cukup jelas. Angka 3 Pasal 9 Cukup jelas. Angka 4 Pasal 10 Cukup jelas Angka 5 Pasal 11 Cukup jelas Angka 6 Pasal 12 Ayat 1 Cukup jelas Ayat (1a) Cukup jelas Ayat (1b) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 17. ~ 17 ~ Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Huruf g Cukup jelas Huruf h Cukup jelas Huruf i Pengalaman organisasi termasuk keterlibatan dalam bidang keilmuan Huruf j Cukup jelas Ayat (1c) Cukup jelas Ayat (1d) Pendidikan profesi termasuk program pendidikan guru yang diselenggarakan di luar negeri yang dinilai setara oleh Pemerintah Republik Indonesia Ayat (1e) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (5a) Huruf a Mata pelajaran serumpun seperti IPA dan matematika, IPS dan pendidikan kewarganegaraan. Huruf b Mata pelajaran yang diampu oleh guru disebut tidak linier apabila mata pelajaran tersebut tidak termasuk dalam rumpun bidang keilmuan yang dikuasai sesuai dengan kualifikasi akademik yang dimiliki. Ayat (5b) Cukup jelas Ayat (5c) Cukup jelas Ayat (5d) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Angka 7 Pasal 15 Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 18. ~ 18 ~ Cukup jelas. Angka 8 Pasal 40 Cukup jelas. Angka 9 Pasal 47A Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Kebijakan khusus antara lain penyediaan dana tambahan, pemberian tambahan fasilitas, pemberian afirmasi dan/atau sanksi. Angka 10 Pasal 48 Cukup jelas. Angka 11 Pasal 54 Cukup jelas. Angka 12 Pasal 54A Cukup jelas. Angka 13. Pasal 58 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (1a) Praktik mengajar dapat dilakukan melalui simulasi sejawat (peer teaching), pengajaran mikro (micro teaching), dan pengajaran riil. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (2a) Koordinasi dilakukan melalui perencanaan terpadu sehingga kebutuhan terkait pengadaan dan pemindahan guru tidak terlepas dari kebijakan dan keutuhan porgram pengelolaan guru secara nasional. Ayat (2b) Program khusus antara lain program pengadaan guru ilmuilmu dasar, program sarjana mengajar di daerah terpencil, terluar dan terdepan, program pendidikan guru untuk ditugaskan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan program pendidikan guru teknologi. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12
  • 19. ~ 19 ~ Cukup jelas. Pasal 12A Cukup jelas. Angka 14 Pasal 62 Cukup jelas. Angka 15 Pasal 65 Cukup jelas Angka 16 Pasal 66 Cukup jelas Pasal II Cukup jelas Draf Revisi PP 74 ttg Guru 03.12.12