SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH
‘KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA’
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Desak Putu Risky Vidika Apriyanthi, S.Si., M.Si.
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
KELOMPOK 2
NI PUTU MARSELLA LESTARI DEWI (18071001)
KOMANG AYU MARTINA YOSHI (18071002)
SANG AYU MADE ARY PURNAMI (18071006)
KADEK ANIDIA RASMI (18071019)
NI PUTU SARASWATI KRISTINA (18071020)
ADE AYU YASINTA DEWI (18071024)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tidak terhingga dihaturkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), karena atas rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul
“Laboratorium Mikrobiologi” dapat diselesaikan sesuai harapan.
Makalah ini disusun dengan mengerahkan segala pemikiran dan upaya yang ada,
termasuk bantuan dan bimbingan serta sumbang saran dari berbagai pihak, baik langsung
maupun tidak langsung.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari yang sempurna. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan penulis dalam pengetahuan, kemampuan menulis, mencari sumber dan
pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan. Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Denpasar, 27 Juni 2019
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
2.1 Pengertian Laboratorium Mikrobiologi........................................................ 4
2.2 Sarana dan Prasarana Laboratorium Mikrobiologi....................................... 4
2.3 Alat Pelindung Diri Laboratorium Mikrobiologi.......................................... 5
2.4 Standar Operasional Prosedur Laboratorium Mikrobiologi ......................... 10
2.5 Jenis-Jenis Bahaya di Laboratorium Mikrobiologi....................................... 15
2.6 Sistem Manajemen K3 Laboratorium Mikrobiologi...................................... 21
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 25
3.1 Simpulan........................................................................................................ 25
3.2 Saran.............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Safety Googles dan Safety Spectacles ............................................................. 6
Gambar 2.2 Jas Laboratorium.............................................................................................. 8
Gambar 2.3 Masker Bedah.................................................................................................. 9
Gambar 2.4 Masker N95...................................................................................................... 10
Gambar 2.5 Pelindung Kepala............................................................................................. 10
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor Kecelakaan Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya............. 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas laboratorium selalu dihadapkan pada bahaya-
bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik, peralatan listrik
maupun gelas yang digunakan secara rutin. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam
laboratorium dapat digolongkan dalam bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang
mudah terbakar atau meledak, bahan beracun, korosif dan kaustik, bahaya radiasi, luka
bakar, syok akibat aliran listrik, luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam,
dan bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit. Pada umumnya bahaya tersebut dapat
dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta
penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan ini akan dikemukakan manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja di laboratorium (Jhon, 2010).
UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang dijabarkan dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.5 tahun 1996 tentang SMK3 Pasal 3, menyebutkan bahwa
“setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih
dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan SMK3” (Jhon, 2010).
Keselamatan kerja dimaksudkan untuk mencegah, mengurangi, melindungi bahkan
menghilangkan resiko kecelakaan kerja (zero accident) pada tenaga kerja melalui
pencegahan timbulnya kecelakaan kerja yang diakibatkan dari mesin dan peralatan selama
melakukan kegiatan produksi (Jhon, 2010).
Secara lebih umum, laboratorium diartikan sebagai suatu tempat dilakukannya
percobaan dan penelitian. Dimana memiliki makna luas, karena tidak membatasi
laboratorium sebagai suatu ruangan. Laboratorium mikrobiologi adalah laboratorium yang
didesain secara khusus untuk keperluan praktikum atau eksperimen yang berhubungan
dengan mikrobiologi. Mikrobiologi merupakan cabang ilmu dari biologi yang khusus
mempelajari jasad-jasad renik. Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, micros yang
berarti kecil dan bios yang berarti hidup, serta logos yang berarti ilmu pengetahuan (Lab
Tech, 2017).
2
Makhluk-makhluk hidup yang kecil tersebut disebut juga dengan mikroorganisme,
mikrobia, mikroba, atau jasad renik. Di laboratorium mikrobiologi tersedia segala
alat/instrumen dan reagen/bahan kimia yang mendukung dalam analisis dan identifikasi
mikroorganisme (Lab Tech, 2017).
Di laboratorium mikrobiologi diperlukan prinsip-prinsip keamanan dan keselamatan
kerja, mengingat bekerja dengan mikroorganisme juga mempunyai risiko yang sama
bahayanya dengan penggunaan bahan kimia maupun radioaktif. Dalam beberapa studi
kasus di laboratorium ada sekitar 20% dari seluruh kasus yang terjadi di laboratorium
terjadi dikarenakan terinfeksi oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang merugikan, oleh
karena itu dalam bekerja di laboratorium perlu berhati-hati dan diperlukan prosedur
standar dan peralatan standar yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan personil
laboratorium (Vikayanti, 2016).
Mengingat betapa pentingnya K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dalam
melakukan kerja di laboratorium khususnya pada laboratorium mikrobiologi, maka
makalah ini disusun untuk menambah ilmu dan pengetahuan pembaca tentang K3 di
laboratorium mikrobiologi. Dari penjelasan di atas akan dibahas mengenai pengertian dan
fungsi laboratorium mikrobiologi, sarana dan prasarana, alat pelindung diri, Standar
Operasional Prosedur (SOP), jenis-jenis bahaya, dan Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang
ada dan berlaku di laboratorium mikrobiologi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka adapun rumusan masalah yang akan
dibahas, antara lain:
1. Apa itu laboratorium mikrobiologi?
2. Apa saja sarana dan prasarana di laboratorium mikrobiologi?
3. Apa saja Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan di laboratorium mikrobiologi?
4. Bagaimana SOP (Standar Operasional Prosedur) di laboratorium mikrobiologi?
5. Apa saja jenis-jenis bahaya di laboratorium mikrobiologi?
6. Bagaimana sistem manajemen K3 di laboratorium mikrobiologi?
3
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui tentang laboratorium mikrobiologi.
2. Untuk mengetahui sarana dan prasarana di laboratorium mikrobiologi.
3. Untuk mengetahui Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan di laboratorium
mikrobiologi.
4. Untuk mengetahui SOP (Standar Operasional Prosedur) di laboratorium mikrobiologi.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis bahaya di laboratorium mikrobiologi.
6. Untuk mengetahui Sistem Manajemen K3 di laboratorium mikrobiologi.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini, antara lain:
1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan penulis terkait disiplin ilmu yang
ditulis dalam makalah ini.
2. Bagi pelajar dan mahasiswa, makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu data dan
fakta sebagai bahan acuan yang digunakan dalam pembelajaran.
3. Bagi masyarakat, makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan
masyarakat.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Laboratorium Mikrobiologi
Secara umum laboratorium mikrobiologi mempelajari tentang mikrooganisme yaitu
virus, bakteri, jamur yang meliputi diagnostik (isolasi dan identifikasi), prognosis pada
kasus infeksi, pedoman dalam pengobatan, mencari sumber infeksi (misal pada kasus
ledakan penyakit infeksi). Laboratorium mikrobiologi sendiri merupakan laboratorium
yang mempelajari, menyimpan dan dan melakukan pelayanan dalam bidang mikrobiologi
yang meliputi bakteri, virus dan jamur. Fungsi utama laboratorium mikrobiologi,
membantu menegakkan diagnosis penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroba,
melakukan uji kepekaan serta penelitian-penelitian yang berkaitan dengan mikroba.
Mikroba yang diteliti sekalipun sterilitas merupakan hal yang mutlak pada pemeriksaan
mikrobiologi. Steritas yang tidak dilakukan akan mengakibatkan hasil yang yang diperoleh
bukanlah hal kuman yang sesungguhnya namun kuman kontaminan (Black, 2008).
2.2 Sarana dan Prasarana Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium Mikrobiologi harus mempunyai sejumlah alat yang dapat menunjang
proses praktikum dan penelitian di dalamnya. Di antara alat-alat tersebut, ada alat-alat
yang khusus digunakan di dalam Laboratorium Mikrobiologi dan ada juga yang tidak.
Alat-alat tersebut antara lain autoklaf, oven, inkubator statis, shaker incubator atau
inkubator kocok, waterbath shaker incubator, vorteks, desikator, transfer box, anaerobic
jar, sentrifugator, spektrofotometer, dan lain sebagainya. Beberapa contoh alat-alat
laboratorium mikrobiologi di antaranya adalah :
1. Ose / Jarum Inokulum (inoculating loop),
2. Mikropipet (Micropippete) dan Tip,
3. Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube),
4. Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask),
5. Beaker Glass,
6. Gelas ukur (Graduated Cylinder),
7. Cawan Petri (Petri Dish),
8. Batang L (L Rod),
9. Tabung Durham (Durham Tube),
10. Termometer (thermometer),
5
11. Pembakar Bunsen (Bunsen Burner),
12. Hot plate stirrer dan Stirre bar,
13. Autoklaf (Autoclave),
14. Oven,
15. Inkubator (Incubator),
16. Penangas air (Water bath),
17. PH Meter,
18. Timbangan digital / neraca digital,
19. Biological Safety Cabinet / Laminar Air Flow,
20. Colony counter,
21. Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope),
22. Mikroskop stereo (Zoom Stereo Microscope),
23. Desikator,
24. Vorteks,
25. Sentrifugator, dan
26. Spektrofotometer (Cappuccino dan Sherman, 2002).
2.3 Alat Pelindung Diri Laboratorium Mikrobiologi
Perlengkapan yang digunakan tergantung pada jenis pekerjaan, alat-alat, dan bahan
yang digunakan diantaranya:
1. Pelindung Mata
Pelindung mata digunakan pada semua area yang berpotensi untuk menghasilkan
cipratan atau luka pada mata. Tidak hanya berlaku bagi orang yang bekerja langsung,
tetapi juga bagi orang yang berada di area itu walaupun sementara. Jenis pelindung mata
yang diperlukan tergantung pada jenis bahaya. Untuk penanganan bahan kimia secara
umum, kaca mata pengaman dengan pelindung sudah cukup. Ketika ada resiko cipratan
bahan kimia, diperlukan google (Dennis, 1978).
Bagi pengguna lensa kontak, sebaiknya kontaknya lensa tidak digunakan
dilaboratorium, karena jika larutan korosif memercikan ke mata, reflex alami untuk
memejamkan mata akan menyulitkan pengembalian kontak lensa. Selain itu, bahan plastic
pembuat kontak lensa dapat tertembus beberapa jenis uap yang ada dilaboratorium. Uap
tersebut dapat terterjebak di belakang lensa dan menyebabkan iritasi yang luas pada mata
(Dennis, 1978).
6
Keberadaan lensa pun akan mencegah air mata untuk menghapus iritan. Jika kontak
lensa ingin tetap digunakan, maka harus dilindungi dengan goggle yang didesain khusus
untuk pengguna kontak lensa (Dennis, 1978).
Kacamata safety adalah kacamata safety equipment yang didesain khusus bagi para
penggunanya yang bekerja di area risiko tinggi dan juga standar kesehatan keselamaan
kerja (K3). Kacamata ini dapat melindungi mata dari bahan cairan berbahaya, partikel
mikro, dan juga bahan lain yang dapat membahayakan mata. Bahan dari kacamata ini
mempunyai ketahanan yang tinggi guna melindungi mata dengan lensa yang tahan oleh
benturan dan frame dari plastik atau logam (Dennis,1978).
Gambar 2.1 Safety Googles dan Safety Spectacles (Dennis, 1978)
Kacamata pelindung adalah alat yang digunakan untuk melindungi mata dari bahaya
loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil, mengurangi sinar yang menyilaukan
serta percikan bahan kimia (Suma’mur, 2009).
Kacamata pelindung terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Safety spectacles, berbentuk kacamata biasa dan hanya dapat melindungi mata dari
bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil dan mengurangi sinar yang
menyilaukan. Biasanya dipakai pada proses menyolder dan proses pemotongan kaki
komponen.
b. Safety googles, kacamata yang bentuknya menempel tepat pada muka. Dengan safety
googles, mata dapat terlindung dari bahaya percikan bahan kimia, asap, uap, debu dan
loncatan benda tajam. Biasanya dipakai oleh teknisi mesin produksi (Suma’mur,
2009).
2. Sarung Tangan
Banyak materi berbahaya yang dapat terserap masuk ke dalam kulit. Oleh karena itu,
sarung tangan pelindung harus digunakan ketika kulit berpotensi terkena tumpahan atau
kontaminasi. Sarung tangan yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan
(Suma’mur, 2009).
7
Untuk bekerja dengan larutan asam, alkali atau pelarut organic, sarung tangan dari
karet alami, neoprene atau nitrile yang sebaiknya digunakan. Untuk menangani onjek
panas, sarung tangan yang digunakan harus tahan panas sedangkan sarung tangan khusus
harus digunakan untuk menagani objek yang sangat dingin seperti nitrogen cair
(Suma’mur, 2009).
Sebelum digunakan, sarung tangan harus diperiksa terlebih dahulu jika terdapat
bagian yang luntur, sobek atau rusak. Sebelum dilepaskan, sarung tangan yang tidak
dibuang dan akan dipakai lagi harus dicuci seluruhnya baik dengan air atau dengan dengan
air dan sabun. Sarung tangan yang telah terkontaminasi harus dibuang secepatnya. Selalu
cuci tangan segera setelah membuang sarung tangan yang telah terkontaminasi dan
lepaslah sarung tangan sebelum meninggalkan tenpat kerja untuk mencegah kontaminasi
pada gagang pintu telepon, sakelar listrik, dan lain-lain (Suma’mur, 2009).
Sarung tangan adalah perlengkapan yang digunakan untuk melindungi tangan dari
kontak bahan kimia, tergores atau lukanya tangan akibat sentuhan dengan benda runcing
dan tajam. Sarung tangan biasanya dipakai pada proses persiapan bahan kimia,
pemasangan komponen yang agak tajam, proses pemanasan dan lain sebagainya
(Suma’mur, 2009).
Jenis-jenis sarung tangan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Sarung tangan katun (cotton gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari
tergores, tersayat dan luka ringan.
b. Sarung tangan kulit (leather gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari
tergores, tersayat dan luka ringan.
c. Sarung tangan karet (rubber gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari kontak
dengan bahan kimia seperti oli, minyak, perekat dan grease.
d. Sarung tangan electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari kontak dengan arus
listrik yang bertegangan rendah sampai tegangan tinggi (Suma’mur, 2009).
3. Pakaian (Jas Laboratorium)
Pakaian longgar atau sobek harus dihindari karena berpotensi untuk terbakar
terkecuali mengunakan jas laboratorium, absorpsi dan terkait pada mesin. Perhiasan yang
menggantung dan rambut panjan juga memiliki resiko yang serupa. Cincin atau perhiasan
yang yang sulit dilepaskan sebaiknya dihindai karena cairan yang korosif atau yang dapat
mengiritasi dapat mengiritasi kulit (Dennis, 1978).
8
Jas laboratorium harus digunakan selama berada di laboratorium ketika terdapat
infeksi atau bahaya bahan kimia. Jas laboratorium dan perlengkapan pelindung lainnya
jangan digunakan diluar laboratorium untuk mencegah kontaminasi luar area
laboratorium. Sepatu tertutup harus digunakan selama berada di laboratorium karena
sandal dan sepatu terbuka membuat kaki berisiko untuk terkena tumpahan zat kimia yang
mengiritasi atau korosif (Dennis, 1978).
Jas laboratorium adalah salah satu Alat Pelindung Diri yang wajib digunakan oleh
para pekerja di lingkungan laboratorium. Hal ini berarti bahwa jas lab tidak hanya
digunakan oleh para analis tapi juga para pekerja lain yang berada di laboratorium.
Penggunaan jas lab juga menjadi seragam sederhana bagi para profesiaonal di bidang
laboratorium. Jas laboratorium untuk mencegah kotornya pakaian. Pakaian pelindung
harus nyaman dipakai dan mudah untuk dilepaskan bila terjadi kecelakaan atau pengotoran
oleh bahan kimia (Dennis, 1978).
Gambar 2.2 Jas Laboratorium (Dennis, 1978)
4. Masker
Masker digunakan sebagai penutup mulut dan hidung untuk menyaring partikel-
partikel kimia maupun bahan partikulat. Masker merupakan perlindungan terhadap
masuknya bahan berbahaya ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan. Dalam
menggunakan masker sebaiknya dipakai hanyasatu kali saja, jadi setelah pemakaian
masker tersebut langsung dibuang (Suma’mur, 2009).
9
Dalam dunia kesehatan dikenal 2 macam jenis masker yang umum di gunakan antara
lain :
a. Masker Biasa
Masker biasa atau yang dikenal dengan nama masker bedah (surgical mask) yang
sudah umum digunakan masyarakat umum, biasanya memiliki bagian luar berwarna hijau
muda dan bagian dalamnya berwarna putih serta memiliki tali/karet untuk memudahkan
terpasang ke bagian belakang kepala atau telinga (Suma’mur, 2009).
Disebut masker bedah (surgical mask) karena biasanya dipergunakan oleh tenaga
kesehatan ketika melakukan tindakan operasi dan efektif sebagai penghalang cairan dari
mulut dan hidung sehingga tidak menkontaminasi sekeliling (Suma’mur, 2009).
Gambar 2.3 Masker Bedah (Suma’mur, 2009)
b. Masker N95
Sekilas masker N95 mungkin terlihat sama dengan masker umum lainnya. Namun
ternyata, masker ini memiliki fungsi yang berbeda. Jika masker bedah (yang biasa ditemui
berwarna hijau dengan sisi lain berwarna putih) mampu melindungi kuman bagi
pemakaianya, masker N95 justru melindungi pemakainya dari partikel udara di
sekitar. Penelitian juga mengatakan kalau masker N95 memiliki pori-pori lebih kecil dari
masker umumnya, karena itu masker ini mampu memberikan perlindungan lebih baik
terhadap partikel halus seperti debu (Dennis, 1978).
Masker N95 ini telah diuji coba oleh Personal Protective Laboratorium Teknologi
Nasional (NPPTL) dan telah melalui standardisasi Institut Nasional Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Amerika Serikat (NIOSH). Maka dari itu, akan lebih sering melihat
masker N95 digunakan oleh para pekerja industri atau lapangan (Dennis, 1978).
10
Gambar 2.4 Masker N95 (Dennis, 1978)
5. Pelindung Kepala
Maksud penggunaan tutup kepala yaitu menghindari jatuhnya mikroorganisme yang
ada di rambut dan kulit kepala petugas pada alat-alat/daerah steril serta demikian
sebaliknya membuat perlindungan kepala/rambut petugas dari percikan bahan-bahan dari
pasien (Dennis, 1978).
Gambar 2.5 Pelindung Kepala (Dennis, 1978).
2.4 Standar Operasional Prosedur Laboratorium Mikrobiologi
Standar Operasional Prosedur (SOP) di laboratorium mikrobiologi adalah sebagai
berikut.
1. Setiap orang yang akan masuk ke laboratorium, sebelumnya harus mendapat ijin dari
petugas laboratorium dan mengisi daftar hadir/buku pengguna lab.
2. Petugas laboratorium harus memberikan induksi keselamatan terlebih dahulu kepada
orang-orang yang baru masuk ke dalam laboratorium.
3. Kenali jenis bahaya dan risiko , kimia, biologi, listrik, ergonomic, kebakaran,
kejatuhan.
11
4. Gunakan jas Lab setiap akan memulai bekerja di laboratorium (untuk dosen, laboran,
dan praktikan).
5. Gunakan alat pelindung diri (APD), seperti : kacamata keselamatan/googles, sepatu
tertutup, sarung tangan/gloves, pelindung telinga (jika bekerja dalam kebisingan),
pelindung wajah, rambut diikat. Serta dilarang memakai sandal dan sepatu sandal.
6. Pastikan sarung tangan yang digunakan sesuai dengan bahan kimia yang digunakan.
7. Pengguna Laboratorium (Dosen, Mahasiswa, Laboran, Peneliti) dilarang Makan dan
Minum di seluruh ruangan laboratorium. Bila perlu dilakukan kegiatan makan dan
minum di laboratorium dalam rangka praktikum atau penelitian, maka harus dilakukan
di bawah pengawasan oleh dosen yang bersangkutan dan dilakukan di area yang
ditetapkan.
8. Dilarang memakai kosmetik/berdandan, merokok, menggunakan kontak lensa
(terutama saat dekat dengan bahan-bahan yang mudah terbakar), menggunakan
perhiasan.
9. Dilarang berlari-larian dan bercanda di dalam laboratorium.
10. Bekerja dengan bahan kimia karsinogenik, toksik, dan embriotoksin, cryogenic,
herbisida/pestisida, peroxide, bahan kimia yang sensitive terhadap bahan organic dan
goncangan, sianida, asam fluoride dan tabung gas harus selalu mengacu pada MSDS
(Material Safety Data Sheet).
11. Jangan memipet larutan dengan menggunakan mulut, gunakanlah alat pipet mekanis
secara hati-hati.
12. Ikuti semua prosedur penggunaan alat dan jangan gunakan peralatan atau instrument
apapun tanpa adanya pengawasan dari supervisor/dosen dan laboran, saat
menggunakan peralatan apapun di laboratorium.
13. Matikan semua peralatan listrik bila tidak digunakan.
14. Semua peralatan yang harus ditinggalkan menyala semalaman harus diberi label serta
dituliskan nama dan nomor telepon yang bisa dihubungi (diletakkan di sekitar alat dan
dipintu masuk laboratorium).
15. Pengguna lab harus melakukan “house keeping” yang baik, yaitu :
a. Menjaga kebersihan lantai dan jaga agar tetap kering
b. Jaga kebersihan dan kerapihan meja lab : bahan kimia dan peralatan yang tidak
digunakan jangan disimpan di atas meja lab.
c. Bersihkan tempat kerja dan peralatan setelah digunakan.
d. Pelihara kebersihan dan kerapihan bagian dalam dan sekitar lemari asam.
12
e. Amati semua tanda-tanda keselamatan setiap saat.
f. Bila meninggalkan laboratorium, matikan semua peralatan yang telah digunakan.
16. Cucilah kulit dengan air mengalir bila terkontaminasi oleh asam atau basa (jika perlu
mintalah pertolongan dokter).
17. Mata yang terkena bahan kimia harus dibilas dengan air mengalir selama 15 menit dan
perlu dicari pertolongan dokter secepatnya.
18. Segala tumpahan harus dilaporkan pada supervisor dan ditangani secepatnya. Material
harus segera dibersihkan dan disediakan tempat pembuangan untuk gelas dan material.
19. Cucilah tangan dan bukalah jas lab setelah menyelesaikan pekerjaan di laboratorium
(dosen, laboran, praktikan) sebelum meninggalkan labor (Benson, 2001).
Tata tertib laboratorium dapat dibedakan atas tata tertib umum dan tata tertib khusus.
Tata tertib umum adalah tata tertib yang berlaku bagi semua orang yang bekerja di
laboratorium baik itu siswa, guru ataupun pegawai lain yang memasuki laboratorium. Tata
tertib khusus menyangkut tata tertib yang berhubungan dengan prosedur kerja dan berlaku
di kalangan tertentu misalnya para guru atau pimpinan sekolah dan tidak perlu diketahui
siswa (Benson, 2001).
Hal-hal yang perlu diatur dan dikemukakan dalam tata tertib umum berhubungan
dengan :
a. Disiplin waktu melaksanakan dan mengikuti kegiatan laboratorium.
b. Cara berpakaian untuk bekerja di laboratorium.
c. Cara bertutur kata dan berperilaku di dalam laboratorium.
d. Barang bawaan yang boleh dan yang tidak boleh dibawa ke dalam dan luar
laboratorium.
e. Prosedur peminjaman, pemakaian dan pengembalian alat-alat laboratorium.
f. Keselamatan kerja dan keselamatan alat-alat laboratorium.
g. Pemeliharaan keamanan, kebersihan dan kenyamanan laboratorium (Benson, 2001).
Pertolongan pertama (First Aid) di tempat kerja merupakan usaha pertolongan segera
kepada penderita sakit atau cedera di tempat kerja dengan penanganan medis dasar. Medis
dasar adalah tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh
awam atau awam yang terlatih secara khusus. Batasannya adalah sesuai dengan sertifikat
yang dimiliki oleh Pelaku Pertolongan Pertama (First Aider). First Aider tidak dapat
menggantikan tenaga medis, tetapi hanya memberikan pertolongan awal terhadap korban
yang sakit atau cedera (Cappuccino dan Sherman, 2002).
13
Tujuan pertolongan pertama di tempat kerja adalah :
a. Menyelamatkan jiwa di tempat kerja.
b. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan.
c. Mencegah terjadinya hal yang lebih buruk pada korban.
d. Menenangkan penderita atau korban yang terluka di tempat kerja (Cappuccino dan
Sherman, 2002).
Peranan First Aider sangat penting dalam keadaan darurat, mereka bertanggungjawab
terhadap beberapa hal, yaitu:
a. Melakukan identifikasi dan evaluasi keadaan, bahwa tindakannya tidak
membahayakan dirinya maupun orang lain.
b. Melakukan penilaian dengan baik sehingga penatalaksanaan penderita dapat
dilakukan sebaik-baiknya dan memastikan bahwa tidak ada yang terlewat, dengan
cara melihat bagaimana kondisinya, kemungkinan apa saja yang akan terjadi, dan
bagaimana cara mengatasinya.
c. Memberikan pertolongan segera, tepat, memadai, dengan mengingat bahwa korban
bisa saja mengalami lebih dari satu cedera, dan bahwa korban yang satu lebih perlu
diperhatikan dari pada yang lainnya.
d. Jangan menunda-nunda pengiriman korban ke tenaga medis atau rumah sakit sesuai
dengan tingkat keseriusan sakit atau cedera korban setelah diberikan pertolongan
pertama seperlunya (Cappuccino dan Sherman, 2002).
Usaha yang dapat dilakukan oleh First Aider harus menekankan pada upaya:
a. Memelihara jalur udara bebas untuk masuk sistem pernafasan (Airway)
b. Memulihkan kembali fungsi sistem pernafasan (Breathing)
c. Memulihkan kembali sistem sirkulasi darah yang cukup (Circulation) (Cappuccino
dan Sherman, 2002).
Secara umum tahap yang harus dikerjakan dalam memberikan pertolongan pertama
pada saat datang di lokasi kejadian adalah :
a. Memastikan keselamatan penolong.
b. Penolong harus memperkenalkan diri bila memungkinkan, yaitu nama penolong,
nama organisasi/pekerjaan, permintaan izin untuk menolong kepada penderita atau
orang sekitar.
c. Menentukan keadaan umum kejadian dan mulai melakukan penilaian dini dari
penderita.
d. Mengenali dan mengatasi cedera yang mengancam nyawa.
14
e. Menstabilkan penderita dan meneruskan pemantauan.
f. Meminta bantuan bila dianggap perlu.
g. Menghentikan pendarahan dengan cara menekan langsung di atas luka.
h. Jangan memberi apapun kepada korban lewat mulut bila korban tidak sadar atau
setengah sadar.
i. Menenangkan kondisi korban dengan cara yang tepat dan penolong harus dalam
keadaan tenang pula.
j. Mengupayakan bantuan medis dengan cepat (Cappuccino dan Sherman, 2002).
Jhon (2010) menyebutkan kecelakaan yang terjadi di laboratorium mikrobiologi dapat
diakibatkan beberapa faktor dan penanggulangannya seperti berikut ini :
Tabel 2.1 Faktor Kecelakaan Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Jenis Kecelaakan Cara Pencegahannya Pertolongan yang Diberikan
Syok Listrik Tempelkan gambar orang
menggunakan sandal atau
sepatu saat
menghubungkan listrik
ke sumbernya di dinding-
dinding laboratorium.
Matikan sumber listrik, cabut
sambungan sumber, jangan
memegang korban kesetrum,
tenangkan korban, dan bawa
ke dokter.
Kebakaran Jauhkan zat yang mudah
terbakar dari api.
Basahi handuk dan kurungkan
ke atas api yang menyala,
siapkan tabung pemadam
kebakaran. Dan jauhkan
bahan-bahan lain yang mudah
terbakar dari api.
Terhirup gas beracun - Jangan menghirup gas
sembarangan.
- Gunakan masker jika
hendak praktikum kimia.
Usahakan pasien untuk
muntah, bawa ke tempat yang
tenang dan udara bersih,
berikan minum air hangat.
Tersiram zat kimia - Jangan letakkan zat
kimia di tepi meja.
- Gunakan pakaian khusus
ketika akan bekerja
Jangan langsung dilap bagian
kulit yang terkena cairan.
Alirkan air ke atas bagian kulit
yang terkena tumpahan.
15
dengan bahan-bahan
kimia.
- Bacalah dengan teliti
label zat yang ada di
botol.
2.5 Jenis-Jenis Bahaya di Laboratorium Mikrobiologi
Menurut Jhon (2010), jenis-jenis bahaya dalam laboratorium diantaranya adalah :
a. Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar
seperti pelarut organik, aseton, benzene, etil alcohol, etil eter, dll.
b. Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti oksidator.
c. Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll.
d. Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada mata
sebagai kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.
e. Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll
f. Sengatan listrik.
Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1. Bahan Kimia
Meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif, dan
gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik dalam industri
maupun laboratorium merupakan problem yang signifikan, baik karena sifatnya yang
berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya. Beberapa langkah yang
harus ditempuh dalam penanganan bahan kimia berbahaya meliputi manajemen, cara
pengatasan, penyimpanan dan pelabelan, keselamatan di laboratorium, pengendalian dan
pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi, disposal, prosedur keadaan darurat, kesehatan
pribadi para pekerja, dan pelatihan. Bahan kimia dapat menyebabkan kecelakaan melalui
pernafasan (seperti gas beracun), serapan pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui
mulut untuk padatan dan cairan. Bahan kimia berbahaya dapat digolongkan ke dalam
beberapa kategori yaitu, bahan kimia yang eksplosif (oksidator, logam aktif, hidrida, alkil
logam, senyawa tidak stabil secara termodinamika, gas yang mudah terbakar, dan uap
yang mudah terbakar) (Harley, 2002).
16
Bahan kimia yang korosif (asam anorganik kuat, asam anorganik lemah, asam organik
kuat, asam organik lemah, alkil kuat, pengoksidasi, pelarut organik). Bahan kimia yang
merusak paru-paru (asbes), bahan kimia beracun, dan bahan kimia karsinogenik (memicu
pertumbuhan sel kanker), dan teratogenik (Harley, 2002).
Keracunan akibat penyerapan zat kimia beracun (toxic) baik melalui oral maupun
kulit. Keracunan dapat bersifat akut atau kronis. Akut artinya dapat memberikan akibat
yang dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu singkat. Misalnya, keracunan fenol dapat
menyebabkan diare dan keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan pingsan atau
kematian dalam waktu singkat. Kronis artinya pengaruh dirasakan setelah waktu yang
lama, akibat penyerapan bahan kimia yang terakumulasi terus menerus. Contoh
menghirup udara benzena, kloroform, atau karbon tetraklorida terus menerus dapat
menyebabkan sakit hati (lever). Uap timbal dapat menyebabkan kerusakan dalam darah
(Harley, 2002).
Iritasi dapat berupa luka, atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan dan mata
akibat kontak dengan bahan kimia korosif, seperti asam sulfat, gas klor, dll. Luka kulit
dapat terjadi sebagai akibat bekerja dengan alat gelas. Kecelakaan ini sering terjadi pada
tangan atau mata karena pecahan kaca (Harley, 2002).
Luka bakar atau kebakaran disebabkan kurang hati-
hati dalam menangani pelarut- pelarut organik yang mudah terbakar, seperti eter dan
etanol. Hal yang sama dapat diakibatkan oleh peledakan bahan reaktif peroksida dan
perklorat (Harley, 2002).
2. Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-
kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus diperhatikan
antara lain:
a. Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan melebihi
limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
b. Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar keamanan dari
peralatan.
c. Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan untuk
menghindari kecelakaan kerja.
17
d. Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang memungkinkan
peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu juga dengan semburan
air yang langsung berinteraksi dengan peralatan listrik.
e. Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak
membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan tentang
spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
f. Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun isolator
sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif bahan kimia dapat menyebabkan
kerusakan pada komponen listrik.
g. Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak. Misalnya
pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang mudah terbakar.
h. Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada bahan
isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan mudah patah
dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik
digunakan pada suhu di bawah 0 ºC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50 ºC.
Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan. Bahan isolator
dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 ºC, sedangkan karet
silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 ºC (Harley, 2002).
3. Radiasi
Radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi atau radiasi internal
yang digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk ke dalam badan manusia
melalui pernafasan, atau serapan melalui kulit. Non-ionisasi radiasi seperti ultraviolet,
infra merah, frekuensi radio, laser, dan radiasi elektromagnetik dan medan magnet juga
harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber kecelakaan kerja (Harley, 2002).
4. Mekanik.
Walaupun industri dan laboratorium modern lebih didominasi oleh peralatan yang
terkontrol oleh komputer, termasuk di dalamnya robot pengangkat benda berat, namun
demikian kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi
bahan baku, penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara manual,
sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Peralatan
keselamatan kerja seperti helmet, sarung tangan, sepatu, dan lain-lain perlu mendapatkan
perhatian khusus dalam lingkup pekerjaan ini (Harley, 2002).
18
5. Api
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai
variasi penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan
mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau industri adalah
hidrokarbon (Harley, 2002).
Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton, benzen,
butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-lain. Para pekerja
harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi yang terdapat dalam Material
Safety Data Sheets (MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat
bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang
diperkenankan untuk disimpan secara aman (Harley, 2002).
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau tidak stabil.
Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi
dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya.
Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer
dari gas yang mudah terbakar (Harley, 2002).
Kebakaran merupakan salah satu bahaya di laboratorium. Berdasarkan klasifikasi oleh
NFPA (National Fire Protection Agency), api dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Kelas A, yaitu jenis api biasa yang berasal dari kertas, kayu, atau plastik yang
terbakar.
2) Kelas B, yaitu jenis api yang ditimbulkan oleh zat mudah terbakar dan mudah
menyala seperti bensin, kerosin, pelarut organic umum yang digunakan di
laboratorium.
3) Kelas C, yaitu jenis api yang timbul dari peralatan listrik.
4) Kelas D, yaitu jenis api yang timbul dari logam mudah menyala seperti magnesium,
titanium, kalium, dan natrium (Harley, 2002).
Jika terjadi kebakaran, alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) yang digunakan
harus disesuaikan dengan penyebab timbulnya api. Beberapa jenis pemadam kebakaran
yang dapat digunakan adalah:
a. Air (water extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A, tetapi tidak cocok untuk api
kelas B, C, dan D.
b. Uap air (watermist extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A dan C.
19
c. Bahan kimia kering (dry chemical extinguisher); Sangat berguna untuk api kelas A,
B, dan C dan merupakan pilihan terbaik untuk semua jenis kebakaran. Jenis dray
chemical extinguisher yang digunakan adalah :
1) Untuk api kelas B dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung natrium atau
kalium karbonat.
2) Untuk api kelas A, B, dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung
ammonium fosfat.
d. Karbondioksida (CO2 extinguisher); Dipergunakan bagi api kelas B dan C
pemadaman kebakaran dari karbondioksida lebih baik dari dry chemichhal karena
tidak meninggalkan zat berbahaya sesudahnya. Paling baik digunakan untuk api yang
berasal dari listrik.
e. Personal Protective Equipment (PPE); Perlengkapan pelindung individu (personal
protective equipment) yang umumnya harus digunakan adalah jas laboratorium,
sarung tangan, masker, sepatu pengaman, dan pelindung mata (Harley, 2002).
6. Suara (kebisingan).
Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada hampir semua
industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar. Generator pembangkit
listrik, instalasi pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari
peralatan yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan tersebut berpotensi
mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan
kerja. Selain angka kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin, para pekerja harus
memperhatikan berapa lama mereka bekerja dalam lingkungan tersebut. Pelindung telinga
dari kebisingan juga harus diperhatikan untuk menjamin keselamatan kerja (Suma’mur,
2009).
Laboratorium menghadapi beragam resiko, dari dalam laboratorium maupun dari luar
laboratorium. Beberapa resiko mungkin hanya mempengaruhi laboratorium itu sendiri,
tapi beberapa resiko bisa mempengaruhi perusahaan atau lembaga dimana laboratorium itu
berada, atau bahkan mempengaruhi masyarakat secara umum (Suma’mur, 2009).
20
7. Keadaan Darurat Skala Besar dan Situasi Sensitif
Ada banyak jenis kejadian skala besar dan situasi sensitif yang bisa mempengaruhi
perusahaan atau lembaga sampai ketingkat operasional perusahaan, misalnya :
a. Kebakaran.
b. Banjir.
c. Gempa bumi.
d. Pemadaman listrik.
e. Tumpahan atau lepasnya bahan berbahaya.
f. Peneliti atau penelitian berbau politis atau kontroversi.
g. Hilangnya bahan atau peralatan laboratorium.
h. Hilangnya data atau sistem komputer (Suma’mur, 2009).
8. Pelanggaran Keamanan
Pelanggaran keamanan secara sengaja atau tidak, bisa dilakukan oleh petugas,
pegawai atau orang luar. Beberapa pelanggaran keamanan, meliputi :
a. Pencurian atau penyalahgunaan peralatan bernilai tinggi.
b. Pencurian atau penyalah gunaan bahan kimia untuk kegiatan ilegal.
c. Pelepasan bahan kimia berbahaya secara sengaja atau tidak.
d. Eksperimentasi laboratorium secara tidak sah (Suma’mur, 2009).
9. Bahaya Hayati
Bahaya hayati merupakan masalah di laboratorium yang menangani mikroorganisme
atau bahan yang terkontaminasi mikroorganisme. Bahaya bahaya ini muncul biasanya
muncul di laboratorium penelitian kimia dan penyakit menular, dan tidak menutup
kemungkinan muncul di laboratorium mikrobiologi. Penilaian resiko bahan hayati
berbahaya perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti :
a. Organisme yang dimanipulasi.
b. Perubahan yang dilakukan terhadap organisme tersebut.
c. Aktifitas yang akan dilakukan dengan organisme tersebut (Suma’mur, 2009).
21
10. Limbah Berbahaya
Hampir setiap laboratorium menghasilkan limbah. Limbah adalah bahan yang dibuang
atau hendak dibuang, atau tidak lagi berguna sesuai peruntukannya. Limbah juga meliputi
item seperti bahan bekas laboratorium sekali pakai, media filter, larutan cair, dan bahan
kimia berbahaya. Limbah dianggap berbahaya jika memiliki salah satu sifat berikut ini :
a. Bisa menyulut api.
b. Korosif.
c. Reaktif.
d. Beracun (Suma’mur, 2009).
11. Bahaya Fisik
Beberapa kegiatan di laboratorium menimbulkan resiko fisik bagi petugas karena zat
atau peralatan yang digunakan, seperti misalnya :
a. Gas yang dimampatkan,
b. Kriogen tidak mudah menyala,
c. Reaksi tekanan tinggi,
d. Kerja vakum,
e. Bahaya frekuensi radio dan gelombang mikro, dan
f. Bahaya listrik (Suma’mur, 2009).
Petugas di laboratorium juga menghadapi bahaya di tempat kerja umum akibat
kondisi atau aktifitas di laboratorium, seperti luka terpotong, tergelincir, tersandung, dan
terjatuh (Suma’mur, 2009).
2.6 Sistem Manajemen K3 Laboratorium Mikrobiologi
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah pencapaian tujuan yang
sudah ditentukan sebelumnya, dengan mempergunakan bantuan orang lain. Untuk
mencapai tujuan tersebut, dia membagi kegiatan atau fungsi manajemen menjadi :
1. Planning (perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di
masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah
keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium. Dalam perencanaan, kegiatan yang
ditentukan meliputi apa, bagaimana, mengapa, siapa, kapan, dan dimana kegiatan harus
dikerjakan (Ramli, 2009).
22
Kegiatan laboratorium sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah
mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-metoda
yang dipakai makin banyak ragamnya; semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat
terjadi dalam laboratorium makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di
laboratorium harus ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja laboratorium
(Ramli, 2009).
2. Organizing (organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium dapat dibentuk dalam
beberapa jenjang, mulai dari tingkat laboratorium daerah (wilayah) sampai ke tingkat
pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung
atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang
terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah), di
samping memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah (wilayah)
dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk Komisi Keamanan Kerja Laboratorium yang
tugas dan wewenangnya dapat berupa :
a. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja laboratorium
b. Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksanaan keamanan kerja
laboratorium
c. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja laboratorium
d. Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin laboratorium.
e. Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu laboratorium
(Ramli, 2009).
Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi. Manajemen keselamatan kerja
profesi (PDS-Patklin) ataupun organisasi seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi
keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium ini. Anggota organisasi profesi atau seminat
yang terkait dengan kegiatan laboratorium dapat diangkat menjadi anggota komisi di
tingkat daerah (wilayah) maupun tingkat pusat (nasional). Selain itu organisasi-organisasi
profesi atau seminat tersebut dapat juga membentuk badan independen yang berfungsi
sebagai lembaga penasehat atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Laboratorium (Ramli, 2009).
23
3. Actuating (pelaksanaan)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat kerja
bawahan, mengerahkan aktivitas bawahan, mengkoordinasikan berbagai aktivitas bawahan
menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas bawahan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan dan
keselamatan kerja laboratorium sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk
itu setiap individu yang bekerja dalam laboratorium wajib mengetahui dan memahami
semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam
laboratorium (Ramli, 2009).
Selain itu, penting juga memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk
melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian
mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen
reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul
permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas manajer untuk
mengambil keputusan penyelesaiannya (Ramli, 2009).
4. Controlling (pengawasan)
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan
terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk
dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
a. Adanya rencana.
b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan (Ramli, 2009).
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang perlunya
disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di laboratorium.
Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang
bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam laboratorium perlu
dibentuk pengawasan labora- torium yang tugasnya antara lain :
a. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek laboratorium yang baik,
benar dan aman.
b. Memastikan semua petugas laboratorium memahami cara- cara menghindari risiko
bahaya dalam laboratorium.
c. Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau kecelakaan. 4.
mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja
laboratorium.
24
d. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah
meluasnya bahaya tersebut (Ramli, 2009).
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Secara umum laboratorium mikrobiologi mempelajari tentang mikrooganisme yaitu
virus, bakteri, jamur yang meliputi diagnostik (isolasi dan identifikasi), prognosis
pada kasus infeksi, pedoman dalam pengobatan, mencari sumber infeksi (misal pada
kasus ledakan penyakit infeksi).
2. Laboratorium Mikrobiologi harus mempunyai sejumlah alat yang dapat menunjang
proses praktikum dan penelitian di dalamnya. Di antara alat-alat tersebut, ada alat-alat
yang khusus digunakan di dalam Laboratorium Mikrobiologi dan ada juga yang tidak.
Alat-alat tersebut antara lain autoklaf, oven, inkubator statis, shaker incubator atau
inkubator kocok, waterbath shaker incubator, vorteks, desikator, transfer box,
anaerobic jar, sentrifugator, spektrofotometer, dan lain sebagainya.
3. Perlengkapan APD yang digunakan tergantung pada jenis pekerjaan, alat-alat, dan
bahan yang digunakan diantaranya penutup mata, sarung tangan, pakaian, masker, dan
penutup kepala.
4. Tata tertib laboratorium dapat dibedakan atas tata tertib umum dan tata tertib khusus.
Tata tertib umum adalah tata tertib yang berlaku bagi semua orang yang bekerja di
laboratorium baik itu siswa, guru ataupun pegawai lain yang memasuki laboratorium.
Tata tertib khusus menyangkut tata tertib yang berhubungan dengan prosedur kerja
dan berlaku di kalangan tertentu misalnya para guru atau pimpinan sekolah dan tidak
perlu diketahui siswa.
5. Menurut Jhon (2010), jenis-jenis bahaya dalam laboratorium diantaranya adalah
kebakaran, ledakan, keracunan, iritasi, luka pada kulit, dan sengatan listrik.
6. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah pencapaian tujuan yang
sudah ditentukan sebelumnya, dengan mempergunakan bantuan orang lain. Sistem
Manajemen K3 ada planning, organizing, actuating, dan controlling.
26
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari yang sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang “Laboratorium Mikrobiologi” dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan
itulah, penulis bisa berusaha untuk menyusun tulisan berikutnya dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Benson. 2001. Microbiological Application Lab Manual. Edisi 8. United States: Benjamin
Cummings.
Black, J. G. 2008. Microbiology. Edisi 7. Jakarta: PT Erlangga.
Cappuccino, J. G., N. Sherman. 2002. Microbiology: A Laboratory Manual. Yogyakarta:
Deepublish.
Dennis, M. 1978. Laboratory Management and Techniques for Schools and College. Penang:
Recsam Anthonian.
Harley, P. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology. Edisi 5. Yogyakarta: Deepublish.
Jhon, R. 2010. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: PT Erlangga.
Lab Tech. 2017. “Mengenal Laboratorium Mikrobiologi”. https://labtech-indonesia.com.
Diakses pada 27 Juni 2019.
Ramli, S. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001.
Jakarta: Dian Rakyat.
Suma’mur. 2009. Peranan K3 Menjamin Efisiensi Kerja. Seminar Nasional hal. 15,
Surakarta.
Vikayanti. 2016. “K3 di Laboratorium Mikrobiologi”. https://dokumen.tips. Diakses pada 27
Juni 2019.

More Related Content

Similar to 420197195-Makalah-Laboratorium-Mikrobiologi.docx

Laporan_Mikrobiologi_Pengenalan_Alat_Lab.docx
Laporan_Mikrobiologi_Pengenalan_Alat_Lab.docxLaporan_Mikrobiologi_Pengenalan_Alat_Lab.docx
Laporan_Mikrobiologi_Pengenalan_Alat_Lab.docx
SitiAsmaul2
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Rukmana Suharta
 
Penggunaan Alat dan Strilisasi
Penggunaan Alat dan StrilisasiPenggunaan Alat dan Strilisasi
Penggunaan Alat dan Strilisasidinmaul
 
MODUL_BAKTERIOLOGI_2.pdf
MODUL_BAKTERIOLOGI_2.pdfMODUL_BAKTERIOLOGI_2.pdf
MODUL_BAKTERIOLOGI_2.pdf
andinovriani1
 
Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019 seri keterampilan sputum 2
Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019   seri keterampilan sputum 2Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019   seri keterampilan sputum 2
Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019 seri keterampilan sputum 2
ihsanotriami
 
Buku pengetahuan-laboratorium-biologi
Buku pengetahuan-laboratorium-biologiBuku pengetahuan-laboratorium-biologi
Buku pengetahuan-laboratorium-biologi
kamaliyah
 
Praktek patologi
Praktek patologiPraktek patologi
Praktek patologi
pjj_kemenkes
 
Modul 4 patologi praktek
Modul 4 patologi praktekModul 4 patologi praktek
Modul 4 patologi praktek
pjj_kemenkes
 
DRAFT MODUL PBL KLS X.docx
DRAFT MODUL PBL KLS X.docxDRAFT MODUL PBL KLS X.docx
DRAFT MODUL PBL KLS X.docx
susan26225
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Kata pengantar
Kata pengantar  Kata pengantar
Kata pengantar
rioedogawa
 
Makalah k3
Makalah k3Makalah k3
Makalah k3
dhita ariefta
 
Hasna lathifah salma 2104068 alat listrik lab
Hasna lathifah salma 2104068 alat listrik labHasna lathifah salma 2104068 alat listrik lab
Hasna lathifah salma 2104068 alat listrik lab
HasnaLathifah1
 
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
AuliaRizkiRamadhanti
 
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docxmakalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
RatihWulandari26
 
Praktikum Modul 4 Fisika dan Biologi
Praktikum Modul 4 Fisika dan BiologiPraktikum Modul 4 Fisika dan Biologi
Praktikum Modul 4 Fisika dan Biologi
pjj_kemenkes
 
Sitohistoteknologi.pdf
Sitohistoteknologi.pdfSitohistoteknologi.pdf
Sitohistoteknologi.pdf
FatmaAdlifa
 
Bahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar SitohistoteknologiBahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar Sitohistoteknologi
Risa Wahyuningsih
 
Sitohistoteknologi-SC (1).pdf
Sitohistoteknologi-SC (1).pdfSitohistoteknologi-SC (1).pdf
Sitohistoteknologi-SC (1).pdf
AhmadIhsanSeptiawand
 

Similar to 420197195-Makalah-Laboratorium-Mikrobiologi.docx (20)

Laporan_Mikrobiologi_Pengenalan_Alat_Lab.docx
Laporan_Mikrobiologi_Pengenalan_Alat_Lab.docxLaporan_Mikrobiologi_Pengenalan_Alat_Lab.docx
Laporan_Mikrobiologi_Pengenalan_Alat_Lab.docx
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
 
Penggunaan Alat dan Strilisasi
Penggunaan Alat dan StrilisasiPenggunaan Alat dan Strilisasi
Penggunaan Alat dan Strilisasi
 
MODUL_BAKTERIOLOGI_2.pdf
MODUL_BAKTERIOLOGI_2.pdfMODUL_BAKTERIOLOGI_2.pdf
MODUL_BAKTERIOLOGI_2.pdf
 
Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019 seri keterampilan sputum 2
Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019   seri keterampilan sputum 2Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019   seri keterampilan sputum 2
Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019 seri keterampilan sputum 2
 
Buku pengetahuan-laboratorium-biologi
Buku pengetahuan-laboratorium-biologiBuku pengetahuan-laboratorium-biologi
Buku pengetahuan-laboratorium-biologi
 
Praktek patologi
Praktek patologiPraktek patologi
Praktek patologi
 
Modul 4 patologi praktek
Modul 4 patologi praktekModul 4 patologi praktek
Modul 4 patologi praktek
 
DRAFT MODUL PBL KLS X.docx
DRAFT MODUL PBL KLS X.docxDRAFT MODUL PBL KLS X.docx
DRAFT MODUL PBL KLS X.docx
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
 
Kata pengantar
Kata pengantar  Kata pengantar
Kata pengantar
 
Makalah k3
Makalah k3Makalah k3
Makalah k3
 
Hasna lathifah salma 2104068 alat listrik lab
Hasna lathifah salma 2104068 alat listrik labHasna lathifah salma 2104068 alat listrik lab
Hasna lathifah salma 2104068 alat listrik lab
 
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docxmakalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
 
Praktikum Modul 4 Fisika dan Biologi
Praktikum Modul 4 Fisika dan BiologiPraktikum Modul 4 Fisika dan Biologi
Praktikum Modul 4 Fisika dan Biologi
 
Sitohistoteknologi.pdf
Sitohistoteknologi.pdfSitohistoteknologi.pdf
Sitohistoteknologi.pdf
 
Bahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar SitohistoteknologiBahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar Sitohistoteknologi
 
Sitohistoteknologi-SC (1).pdf
Sitohistoteknologi-SC (1).pdfSitohistoteknologi-SC (1).pdf
Sitohistoteknologi-SC (1).pdf
 

Recently uploaded

Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 

Recently uploaded (20)

Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 

420197195-Makalah-Laboratorium-Mikrobiologi.docx

  • 1. MAKALAH ‘KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA’ Dosen Pengampu Mata Kuliah : Desak Putu Risky Vidika Apriyanthi, S.Si., M.Si. LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KELOMPOK 2 NI PUTU MARSELLA LESTARI DEWI (18071001) KOMANG AYU MARTINA YOSHI (18071002) SANG AYU MADE ARY PURNAMI (18071006) KADEK ANIDIA RASMI (18071019) NI PUTU SARASWATI KRISTINA (18071020) ADE AYU YASINTA DEWI (18071024) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI DENPASAR 2019
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji dan syukur yang tidak terhingga dihaturkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), karena atas rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Laboratorium Mikrobiologi” dapat diselesaikan sesuai harapan. Makalah ini disusun dengan mengerahkan segala pemikiran dan upaya yang ada, termasuk bantuan dan bimbingan serta sumbang saran dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari yang sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan penulis dalam pengetahuan, kemampuan menulis, mencari sumber dan pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca. Denpasar, 27 Juni 2019 Penulis,
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... iii DAFTAR TABEL................................................................................................................ iv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 3 1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4 2.1 Pengertian Laboratorium Mikrobiologi........................................................ 4 2.2 Sarana dan Prasarana Laboratorium Mikrobiologi....................................... 4 2.3 Alat Pelindung Diri Laboratorium Mikrobiologi.......................................... 5 2.4 Standar Operasional Prosedur Laboratorium Mikrobiologi ......................... 10 2.5 Jenis-Jenis Bahaya di Laboratorium Mikrobiologi....................................... 15 2.6 Sistem Manajemen K3 Laboratorium Mikrobiologi...................................... 21 BAB III PENUTUP............................................................................................................ 25 3.1 Simpulan........................................................................................................ 25 3.2 Saran.............................................................................................................. 26 DAFTAR PUSTAKA
  • 4. iii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Safety Googles dan Safety Spectacles ............................................................. 6 Gambar 2.2 Jas Laboratorium.............................................................................................. 8 Gambar 2.3 Masker Bedah.................................................................................................. 9 Gambar 2.4 Masker N95...................................................................................................... 10 Gambar 2.5 Pelindung Kepala............................................................................................. 10
  • 5. iv DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Faktor Kecelakaan Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya............. 13
  • 6. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pekerjaan sehari-hari petugas laboratorium selalu dihadapkan pada bahaya- bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik, peralatan listrik maupun gelas yang digunakan secara rutin. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam laboratorium dapat digolongkan dalam bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak, bahan beracun, korosif dan kaustik, bahaya radiasi, luka bakar, syok akibat aliran listrik, luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam, dan bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit. Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan ini akan dikemukakan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium (Jhon, 2010). UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang dijabarkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.5 tahun 1996 tentang SMK3 Pasal 3, menyebutkan bahwa “setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan SMK3” (Jhon, 2010). Keselamatan kerja dimaksudkan untuk mencegah, mengurangi, melindungi bahkan menghilangkan resiko kecelakaan kerja (zero accident) pada tenaga kerja melalui pencegahan timbulnya kecelakaan kerja yang diakibatkan dari mesin dan peralatan selama melakukan kegiatan produksi (Jhon, 2010). Secara lebih umum, laboratorium diartikan sebagai suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian. Dimana memiliki makna luas, karena tidak membatasi laboratorium sebagai suatu ruangan. Laboratorium mikrobiologi adalah laboratorium yang didesain secara khusus untuk keperluan praktikum atau eksperimen yang berhubungan dengan mikrobiologi. Mikrobiologi merupakan cabang ilmu dari biologi yang khusus mempelajari jasad-jasad renik. Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, micros yang berarti kecil dan bios yang berarti hidup, serta logos yang berarti ilmu pengetahuan (Lab Tech, 2017).
  • 7. 2 Makhluk-makhluk hidup yang kecil tersebut disebut juga dengan mikroorganisme, mikrobia, mikroba, atau jasad renik. Di laboratorium mikrobiologi tersedia segala alat/instrumen dan reagen/bahan kimia yang mendukung dalam analisis dan identifikasi mikroorganisme (Lab Tech, 2017). Di laboratorium mikrobiologi diperlukan prinsip-prinsip keamanan dan keselamatan kerja, mengingat bekerja dengan mikroorganisme juga mempunyai risiko yang sama bahayanya dengan penggunaan bahan kimia maupun radioaktif. Dalam beberapa studi kasus di laboratorium ada sekitar 20% dari seluruh kasus yang terjadi di laboratorium terjadi dikarenakan terinfeksi oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang merugikan, oleh karena itu dalam bekerja di laboratorium perlu berhati-hati dan diperlukan prosedur standar dan peralatan standar yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan personil laboratorium (Vikayanti, 2016). Mengingat betapa pentingnya K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dalam melakukan kerja di laboratorium khususnya pada laboratorium mikrobiologi, maka makalah ini disusun untuk menambah ilmu dan pengetahuan pembaca tentang K3 di laboratorium mikrobiologi. Dari penjelasan di atas akan dibahas mengenai pengertian dan fungsi laboratorium mikrobiologi, sarana dan prasarana, alat pelindung diri, Standar Operasional Prosedur (SOP), jenis-jenis bahaya, dan Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang ada dan berlaku di laboratorium mikrobiologi. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka adapun rumusan masalah yang akan dibahas, antara lain: 1. Apa itu laboratorium mikrobiologi? 2. Apa saja sarana dan prasarana di laboratorium mikrobiologi? 3. Apa saja Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan di laboratorium mikrobiologi? 4. Bagaimana SOP (Standar Operasional Prosedur) di laboratorium mikrobiologi? 5. Apa saja jenis-jenis bahaya di laboratorium mikrobiologi? 6. Bagaimana sistem manajemen K3 di laboratorium mikrobiologi?
  • 8. 3 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini, antara lain: 1. Untuk mengetahui tentang laboratorium mikrobiologi. 2. Untuk mengetahui sarana dan prasarana di laboratorium mikrobiologi. 3. Untuk mengetahui Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan di laboratorium mikrobiologi. 4. Untuk mengetahui SOP (Standar Operasional Prosedur) di laboratorium mikrobiologi. 5. Untuk mengetahui jenis-jenis bahaya di laboratorium mikrobiologi. 6. Untuk mengetahui Sistem Manajemen K3 di laboratorium mikrobiologi. 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini, antara lain: 1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan penulis terkait disiplin ilmu yang ditulis dalam makalah ini. 2. Bagi pelajar dan mahasiswa, makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu data dan fakta sebagai bahan acuan yang digunakan dalam pembelajaran. 3. Bagi masyarakat, makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan masyarakat.
  • 9. 4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Laboratorium Mikrobiologi Secara umum laboratorium mikrobiologi mempelajari tentang mikrooganisme yaitu virus, bakteri, jamur yang meliputi diagnostik (isolasi dan identifikasi), prognosis pada kasus infeksi, pedoman dalam pengobatan, mencari sumber infeksi (misal pada kasus ledakan penyakit infeksi). Laboratorium mikrobiologi sendiri merupakan laboratorium yang mempelajari, menyimpan dan dan melakukan pelayanan dalam bidang mikrobiologi yang meliputi bakteri, virus dan jamur. Fungsi utama laboratorium mikrobiologi, membantu menegakkan diagnosis penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroba, melakukan uji kepekaan serta penelitian-penelitian yang berkaitan dengan mikroba. Mikroba yang diteliti sekalipun sterilitas merupakan hal yang mutlak pada pemeriksaan mikrobiologi. Steritas yang tidak dilakukan akan mengakibatkan hasil yang yang diperoleh bukanlah hal kuman yang sesungguhnya namun kuman kontaminan (Black, 2008). 2.2 Sarana dan Prasarana Laboratorium Mikrobiologi Laboratorium Mikrobiologi harus mempunyai sejumlah alat yang dapat menunjang proses praktikum dan penelitian di dalamnya. Di antara alat-alat tersebut, ada alat-alat yang khusus digunakan di dalam Laboratorium Mikrobiologi dan ada juga yang tidak. Alat-alat tersebut antara lain autoklaf, oven, inkubator statis, shaker incubator atau inkubator kocok, waterbath shaker incubator, vorteks, desikator, transfer box, anaerobic jar, sentrifugator, spektrofotometer, dan lain sebagainya. Beberapa contoh alat-alat laboratorium mikrobiologi di antaranya adalah : 1. Ose / Jarum Inokulum (inoculating loop), 2. Mikropipet (Micropippete) dan Tip, 3. Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube), 4. Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask), 5. Beaker Glass, 6. Gelas ukur (Graduated Cylinder), 7. Cawan Petri (Petri Dish), 8. Batang L (L Rod), 9. Tabung Durham (Durham Tube), 10. Termometer (thermometer),
  • 10. 5 11. Pembakar Bunsen (Bunsen Burner), 12. Hot plate stirrer dan Stirre bar, 13. Autoklaf (Autoclave), 14. Oven, 15. Inkubator (Incubator), 16. Penangas air (Water bath), 17. PH Meter, 18. Timbangan digital / neraca digital, 19. Biological Safety Cabinet / Laminar Air Flow, 20. Colony counter, 21. Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope), 22. Mikroskop stereo (Zoom Stereo Microscope), 23. Desikator, 24. Vorteks, 25. Sentrifugator, dan 26. Spektrofotometer (Cappuccino dan Sherman, 2002). 2.3 Alat Pelindung Diri Laboratorium Mikrobiologi Perlengkapan yang digunakan tergantung pada jenis pekerjaan, alat-alat, dan bahan yang digunakan diantaranya: 1. Pelindung Mata Pelindung mata digunakan pada semua area yang berpotensi untuk menghasilkan cipratan atau luka pada mata. Tidak hanya berlaku bagi orang yang bekerja langsung, tetapi juga bagi orang yang berada di area itu walaupun sementara. Jenis pelindung mata yang diperlukan tergantung pada jenis bahaya. Untuk penanganan bahan kimia secara umum, kaca mata pengaman dengan pelindung sudah cukup. Ketika ada resiko cipratan bahan kimia, diperlukan google (Dennis, 1978). Bagi pengguna lensa kontak, sebaiknya kontaknya lensa tidak digunakan dilaboratorium, karena jika larutan korosif memercikan ke mata, reflex alami untuk memejamkan mata akan menyulitkan pengembalian kontak lensa. Selain itu, bahan plastic pembuat kontak lensa dapat tertembus beberapa jenis uap yang ada dilaboratorium. Uap tersebut dapat terterjebak di belakang lensa dan menyebabkan iritasi yang luas pada mata (Dennis, 1978).
  • 11. 6 Keberadaan lensa pun akan mencegah air mata untuk menghapus iritan. Jika kontak lensa ingin tetap digunakan, maka harus dilindungi dengan goggle yang didesain khusus untuk pengguna kontak lensa (Dennis, 1978). Kacamata safety adalah kacamata safety equipment yang didesain khusus bagi para penggunanya yang bekerja di area risiko tinggi dan juga standar kesehatan keselamaan kerja (K3). Kacamata ini dapat melindungi mata dari bahan cairan berbahaya, partikel mikro, dan juga bahan lain yang dapat membahayakan mata. Bahan dari kacamata ini mempunyai ketahanan yang tinggi guna melindungi mata dengan lensa yang tahan oleh benturan dan frame dari plastik atau logam (Dennis,1978). Gambar 2.1 Safety Googles dan Safety Spectacles (Dennis, 1978) Kacamata pelindung adalah alat yang digunakan untuk melindungi mata dari bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil, mengurangi sinar yang menyilaukan serta percikan bahan kimia (Suma’mur, 2009). Kacamata pelindung terdiri dari 2 jenis yaitu : a. Safety spectacles, berbentuk kacamata biasa dan hanya dapat melindungi mata dari bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil dan mengurangi sinar yang menyilaukan. Biasanya dipakai pada proses menyolder dan proses pemotongan kaki komponen. b. Safety googles, kacamata yang bentuknya menempel tepat pada muka. Dengan safety googles, mata dapat terlindung dari bahaya percikan bahan kimia, asap, uap, debu dan loncatan benda tajam. Biasanya dipakai oleh teknisi mesin produksi (Suma’mur, 2009). 2. Sarung Tangan Banyak materi berbahaya yang dapat terserap masuk ke dalam kulit. Oleh karena itu, sarung tangan pelindung harus digunakan ketika kulit berpotensi terkena tumpahan atau kontaminasi. Sarung tangan yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan (Suma’mur, 2009).
  • 12. 7 Untuk bekerja dengan larutan asam, alkali atau pelarut organic, sarung tangan dari karet alami, neoprene atau nitrile yang sebaiknya digunakan. Untuk menangani onjek panas, sarung tangan yang digunakan harus tahan panas sedangkan sarung tangan khusus harus digunakan untuk menagani objek yang sangat dingin seperti nitrogen cair (Suma’mur, 2009). Sebelum digunakan, sarung tangan harus diperiksa terlebih dahulu jika terdapat bagian yang luntur, sobek atau rusak. Sebelum dilepaskan, sarung tangan yang tidak dibuang dan akan dipakai lagi harus dicuci seluruhnya baik dengan air atau dengan dengan air dan sabun. Sarung tangan yang telah terkontaminasi harus dibuang secepatnya. Selalu cuci tangan segera setelah membuang sarung tangan yang telah terkontaminasi dan lepaslah sarung tangan sebelum meninggalkan tenpat kerja untuk mencegah kontaminasi pada gagang pintu telepon, sakelar listrik, dan lain-lain (Suma’mur, 2009). Sarung tangan adalah perlengkapan yang digunakan untuk melindungi tangan dari kontak bahan kimia, tergores atau lukanya tangan akibat sentuhan dengan benda runcing dan tajam. Sarung tangan biasanya dipakai pada proses persiapan bahan kimia, pemasangan komponen yang agak tajam, proses pemanasan dan lain sebagainya (Suma’mur, 2009). Jenis-jenis sarung tangan diantaranya adalah sebagai berikut : a. Sarung tangan katun (cotton gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari tergores, tersayat dan luka ringan. b. Sarung tangan kulit (leather gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari tergores, tersayat dan luka ringan. c. Sarung tangan karet (rubber gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari kontak dengan bahan kimia seperti oli, minyak, perekat dan grease. d. Sarung tangan electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari kontak dengan arus listrik yang bertegangan rendah sampai tegangan tinggi (Suma’mur, 2009). 3. Pakaian (Jas Laboratorium) Pakaian longgar atau sobek harus dihindari karena berpotensi untuk terbakar terkecuali mengunakan jas laboratorium, absorpsi dan terkait pada mesin. Perhiasan yang menggantung dan rambut panjan juga memiliki resiko yang serupa. Cincin atau perhiasan yang yang sulit dilepaskan sebaiknya dihindai karena cairan yang korosif atau yang dapat mengiritasi dapat mengiritasi kulit (Dennis, 1978).
  • 13. 8 Jas laboratorium harus digunakan selama berada di laboratorium ketika terdapat infeksi atau bahaya bahan kimia. Jas laboratorium dan perlengkapan pelindung lainnya jangan digunakan diluar laboratorium untuk mencegah kontaminasi luar area laboratorium. Sepatu tertutup harus digunakan selama berada di laboratorium karena sandal dan sepatu terbuka membuat kaki berisiko untuk terkena tumpahan zat kimia yang mengiritasi atau korosif (Dennis, 1978). Jas laboratorium adalah salah satu Alat Pelindung Diri yang wajib digunakan oleh para pekerja di lingkungan laboratorium. Hal ini berarti bahwa jas lab tidak hanya digunakan oleh para analis tapi juga para pekerja lain yang berada di laboratorium. Penggunaan jas lab juga menjadi seragam sederhana bagi para profesiaonal di bidang laboratorium. Jas laboratorium untuk mencegah kotornya pakaian. Pakaian pelindung harus nyaman dipakai dan mudah untuk dilepaskan bila terjadi kecelakaan atau pengotoran oleh bahan kimia (Dennis, 1978). Gambar 2.2 Jas Laboratorium (Dennis, 1978) 4. Masker Masker digunakan sebagai penutup mulut dan hidung untuk menyaring partikel- partikel kimia maupun bahan partikulat. Masker merupakan perlindungan terhadap masuknya bahan berbahaya ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan. Dalam menggunakan masker sebaiknya dipakai hanyasatu kali saja, jadi setelah pemakaian masker tersebut langsung dibuang (Suma’mur, 2009).
  • 14. 9 Dalam dunia kesehatan dikenal 2 macam jenis masker yang umum di gunakan antara lain : a. Masker Biasa Masker biasa atau yang dikenal dengan nama masker bedah (surgical mask) yang sudah umum digunakan masyarakat umum, biasanya memiliki bagian luar berwarna hijau muda dan bagian dalamnya berwarna putih serta memiliki tali/karet untuk memudahkan terpasang ke bagian belakang kepala atau telinga (Suma’mur, 2009). Disebut masker bedah (surgical mask) karena biasanya dipergunakan oleh tenaga kesehatan ketika melakukan tindakan operasi dan efektif sebagai penghalang cairan dari mulut dan hidung sehingga tidak menkontaminasi sekeliling (Suma’mur, 2009). Gambar 2.3 Masker Bedah (Suma’mur, 2009) b. Masker N95 Sekilas masker N95 mungkin terlihat sama dengan masker umum lainnya. Namun ternyata, masker ini memiliki fungsi yang berbeda. Jika masker bedah (yang biasa ditemui berwarna hijau dengan sisi lain berwarna putih) mampu melindungi kuman bagi pemakaianya, masker N95 justru melindungi pemakainya dari partikel udara di sekitar. Penelitian juga mengatakan kalau masker N95 memiliki pori-pori lebih kecil dari masker umumnya, karena itu masker ini mampu memberikan perlindungan lebih baik terhadap partikel halus seperti debu (Dennis, 1978). Masker N95 ini telah diuji coba oleh Personal Protective Laboratorium Teknologi Nasional (NPPTL) dan telah melalui standardisasi Institut Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Amerika Serikat (NIOSH). Maka dari itu, akan lebih sering melihat masker N95 digunakan oleh para pekerja industri atau lapangan (Dennis, 1978).
  • 15. 10 Gambar 2.4 Masker N95 (Dennis, 1978) 5. Pelindung Kepala Maksud penggunaan tutup kepala yaitu menghindari jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas pada alat-alat/daerah steril serta demikian sebaliknya membuat perlindungan kepala/rambut petugas dari percikan bahan-bahan dari pasien (Dennis, 1978). Gambar 2.5 Pelindung Kepala (Dennis, 1978). 2.4 Standar Operasional Prosedur Laboratorium Mikrobiologi Standar Operasional Prosedur (SOP) di laboratorium mikrobiologi adalah sebagai berikut. 1. Setiap orang yang akan masuk ke laboratorium, sebelumnya harus mendapat ijin dari petugas laboratorium dan mengisi daftar hadir/buku pengguna lab. 2. Petugas laboratorium harus memberikan induksi keselamatan terlebih dahulu kepada orang-orang yang baru masuk ke dalam laboratorium. 3. Kenali jenis bahaya dan risiko , kimia, biologi, listrik, ergonomic, kebakaran, kejatuhan.
  • 16. 11 4. Gunakan jas Lab setiap akan memulai bekerja di laboratorium (untuk dosen, laboran, dan praktikan). 5. Gunakan alat pelindung diri (APD), seperti : kacamata keselamatan/googles, sepatu tertutup, sarung tangan/gloves, pelindung telinga (jika bekerja dalam kebisingan), pelindung wajah, rambut diikat. Serta dilarang memakai sandal dan sepatu sandal. 6. Pastikan sarung tangan yang digunakan sesuai dengan bahan kimia yang digunakan. 7. Pengguna Laboratorium (Dosen, Mahasiswa, Laboran, Peneliti) dilarang Makan dan Minum di seluruh ruangan laboratorium. Bila perlu dilakukan kegiatan makan dan minum di laboratorium dalam rangka praktikum atau penelitian, maka harus dilakukan di bawah pengawasan oleh dosen yang bersangkutan dan dilakukan di area yang ditetapkan. 8. Dilarang memakai kosmetik/berdandan, merokok, menggunakan kontak lensa (terutama saat dekat dengan bahan-bahan yang mudah terbakar), menggunakan perhiasan. 9. Dilarang berlari-larian dan bercanda di dalam laboratorium. 10. Bekerja dengan bahan kimia karsinogenik, toksik, dan embriotoksin, cryogenic, herbisida/pestisida, peroxide, bahan kimia yang sensitive terhadap bahan organic dan goncangan, sianida, asam fluoride dan tabung gas harus selalu mengacu pada MSDS (Material Safety Data Sheet). 11. Jangan memipet larutan dengan menggunakan mulut, gunakanlah alat pipet mekanis secara hati-hati. 12. Ikuti semua prosedur penggunaan alat dan jangan gunakan peralatan atau instrument apapun tanpa adanya pengawasan dari supervisor/dosen dan laboran, saat menggunakan peralatan apapun di laboratorium. 13. Matikan semua peralatan listrik bila tidak digunakan. 14. Semua peralatan yang harus ditinggalkan menyala semalaman harus diberi label serta dituliskan nama dan nomor telepon yang bisa dihubungi (diletakkan di sekitar alat dan dipintu masuk laboratorium). 15. Pengguna lab harus melakukan “house keeping” yang baik, yaitu : a. Menjaga kebersihan lantai dan jaga agar tetap kering b. Jaga kebersihan dan kerapihan meja lab : bahan kimia dan peralatan yang tidak digunakan jangan disimpan di atas meja lab. c. Bersihkan tempat kerja dan peralatan setelah digunakan. d. Pelihara kebersihan dan kerapihan bagian dalam dan sekitar lemari asam.
  • 17. 12 e. Amati semua tanda-tanda keselamatan setiap saat. f. Bila meninggalkan laboratorium, matikan semua peralatan yang telah digunakan. 16. Cucilah kulit dengan air mengalir bila terkontaminasi oleh asam atau basa (jika perlu mintalah pertolongan dokter). 17. Mata yang terkena bahan kimia harus dibilas dengan air mengalir selama 15 menit dan perlu dicari pertolongan dokter secepatnya. 18. Segala tumpahan harus dilaporkan pada supervisor dan ditangani secepatnya. Material harus segera dibersihkan dan disediakan tempat pembuangan untuk gelas dan material. 19. Cucilah tangan dan bukalah jas lab setelah menyelesaikan pekerjaan di laboratorium (dosen, laboran, praktikan) sebelum meninggalkan labor (Benson, 2001). Tata tertib laboratorium dapat dibedakan atas tata tertib umum dan tata tertib khusus. Tata tertib umum adalah tata tertib yang berlaku bagi semua orang yang bekerja di laboratorium baik itu siswa, guru ataupun pegawai lain yang memasuki laboratorium. Tata tertib khusus menyangkut tata tertib yang berhubungan dengan prosedur kerja dan berlaku di kalangan tertentu misalnya para guru atau pimpinan sekolah dan tidak perlu diketahui siswa (Benson, 2001). Hal-hal yang perlu diatur dan dikemukakan dalam tata tertib umum berhubungan dengan : a. Disiplin waktu melaksanakan dan mengikuti kegiatan laboratorium. b. Cara berpakaian untuk bekerja di laboratorium. c. Cara bertutur kata dan berperilaku di dalam laboratorium. d. Barang bawaan yang boleh dan yang tidak boleh dibawa ke dalam dan luar laboratorium. e. Prosedur peminjaman, pemakaian dan pengembalian alat-alat laboratorium. f. Keselamatan kerja dan keselamatan alat-alat laboratorium. g. Pemeliharaan keamanan, kebersihan dan kenyamanan laboratorium (Benson, 2001). Pertolongan pertama (First Aid) di tempat kerja merupakan usaha pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera di tempat kerja dengan penanganan medis dasar. Medis dasar adalah tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih secara khusus. Batasannya adalah sesuai dengan sertifikat yang dimiliki oleh Pelaku Pertolongan Pertama (First Aider). First Aider tidak dapat menggantikan tenaga medis, tetapi hanya memberikan pertolongan awal terhadap korban yang sakit atau cedera (Cappuccino dan Sherman, 2002).
  • 18. 13 Tujuan pertolongan pertama di tempat kerja adalah : a. Menyelamatkan jiwa di tempat kerja. b. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan. c. Mencegah terjadinya hal yang lebih buruk pada korban. d. Menenangkan penderita atau korban yang terluka di tempat kerja (Cappuccino dan Sherman, 2002). Peranan First Aider sangat penting dalam keadaan darurat, mereka bertanggungjawab terhadap beberapa hal, yaitu: a. Melakukan identifikasi dan evaluasi keadaan, bahwa tindakannya tidak membahayakan dirinya maupun orang lain. b. Melakukan penilaian dengan baik sehingga penatalaksanaan penderita dapat dilakukan sebaik-baiknya dan memastikan bahwa tidak ada yang terlewat, dengan cara melihat bagaimana kondisinya, kemungkinan apa saja yang akan terjadi, dan bagaimana cara mengatasinya. c. Memberikan pertolongan segera, tepat, memadai, dengan mengingat bahwa korban bisa saja mengalami lebih dari satu cedera, dan bahwa korban yang satu lebih perlu diperhatikan dari pada yang lainnya. d. Jangan menunda-nunda pengiriman korban ke tenaga medis atau rumah sakit sesuai dengan tingkat keseriusan sakit atau cedera korban setelah diberikan pertolongan pertama seperlunya (Cappuccino dan Sherman, 2002). Usaha yang dapat dilakukan oleh First Aider harus menekankan pada upaya: a. Memelihara jalur udara bebas untuk masuk sistem pernafasan (Airway) b. Memulihkan kembali fungsi sistem pernafasan (Breathing) c. Memulihkan kembali sistem sirkulasi darah yang cukup (Circulation) (Cappuccino dan Sherman, 2002). Secara umum tahap yang harus dikerjakan dalam memberikan pertolongan pertama pada saat datang di lokasi kejadian adalah : a. Memastikan keselamatan penolong. b. Penolong harus memperkenalkan diri bila memungkinkan, yaitu nama penolong, nama organisasi/pekerjaan, permintaan izin untuk menolong kepada penderita atau orang sekitar. c. Menentukan keadaan umum kejadian dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita. d. Mengenali dan mengatasi cedera yang mengancam nyawa.
  • 19. 14 e. Menstabilkan penderita dan meneruskan pemantauan. f. Meminta bantuan bila dianggap perlu. g. Menghentikan pendarahan dengan cara menekan langsung di atas luka. h. Jangan memberi apapun kepada korban lewat mulut bila korban tidak sadar atau setengah sadar. i. Menenangkan kondisi korban dengan cara yang tepat dan penolong harus dalam keadaan tenang pula. j. Mengupayakan bantuan medis dengan cepat (Cappuccino dan Sherman, 2002). Jhon (2010) menyebutkan kecelakaan yang terjadi di laboratorium mikrobiologi dapat diakibatkan beberapa faktor dan penanggulangannya seperti berikut ini : Tabel 2.1 Faktor Kecelakaan Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya Jenis Kecelaakan Cara Pencegahannya Pertolongan yang Diberikan Syok Listrik Tempelkan gambar orang menggunakan sandal atau sepatu saat menghubungkan listrik ke sumbernya di dinding- dinding laboratorium. Matikan sumber listrik, cabut sambungan sumber, jangan memegang korban kesetrum, tenangkan korban, dan bawa ke dokter. Kebakaran Jauhkan zat yang mudah terbakar dari api. Basahi handuk dan kurungkan ke atas api yang menyala, siapkan tabung pemadam kebakaran. Dan jauhkan bahan-bahan lain yang mudah terbakar dari api. Terhirup gas beracun - Jangan menghirup gas sembarangan. - Gunakan masker jika hendak praktikum kimia. Usahakan pasien untuk muntah, bawa ke tempat yang tenang dan udara bersih, berikan minum air hangat. Tersiram zat kimia - Jangan letakkan zat kimia di tepi meja. - Gunakan pakaian khusus ketika akan bekerja Jangan langsung dilap bagian kulit yang terkena cairan. Alirkan air ke atas bagian kulit yang terkena tumpahan.
  • 20. 15 dengan bahan-bahan kimia. - Bacalah dengan teliti label zat yang ada di botol. 2.5 Jenis-Jenis Bahaya di Laboratorium Mikrobiologi Menurut Jhon (2010), jenis-jenis bahaya dalam laboratorium diantaranya adalah : a. Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti pelarut organik, aseton, benzene, etil alcohol, etil eter, dll. b. Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti oksidator. c. Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll. d. Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada mata sebagai kontak langsung dengan bahan-bahan korosif. e. Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll f. Sengatan listrik. Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Bahan Kimia Meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif, dan gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik dalam industri maupun laboratorium merupakan problem yang signifikan, baik karena sifatnya yang berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya. Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam penanganan bahan kimia berbahaya meliputi manajemen, cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan, keselamatan di laboratorium, pengendalian dan pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi, disposal, prosedur keadaan darurat, kesehatan pribadi para pekerja, dan pelatihan. Bahan kimia dapat menyebabkan kecelakaan melalui pernafasan (seperti gas beracun), serapan pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui mulut untuk padatan dan cairan. Bahan kimia berbahaya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu, bahan kimia yang eksplosif (oksidator, logam aktif, hidrida, alkil logam, senyawa tidak stabil secara termodinamika, gas yang mudah terbakar, dan uap yang mudah terbakar) (Harley, 2002).
  • 21. 16 Bahan kimia yang korosif (asam anorganik kuat, asam anorganik lemah, asam organik kuat, asam organik lemah, alkil kuat, pengoksidasi, pelarut organik). Bahan kimia yang merusak paru-paru (asbes), bahan kimia beracun, dan bahan kimia karsinogenik (memicu pertumbuhan sel kanker), dan teratogenik (Harley, 2002). Keracunan akibat penyerapan zat kimia beracun (toxic) baik melalui oral maupun kulit. Keracunan dapat bersifat akut atau kronis. Akut artinya dapat memberikan akibat yang dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu singkat. Misalnya, keracunan fenol dapat menyebabkan diare dan keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan pingsan atau kematian dalam waktu singkat. Kronis artinya pengaruh dirasakan setelah waktu yang lama, akibat penyerapan bahan kimia yang terakumulasi terus menerus. Contoh menghirup udara benzena, kloroform, atau karbon tetraklorida terus menerus dapat menyebabkan sakit hati (lever). Uap timbal dapat menyebabkan kerusakan dalam darah (Harley, 2002). Iritasi dapat berupa luka, atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan dan mata akibat kontak dengan bahan kimia korosif, seperti asam sulfat, gas klor, dll. Luka kulit dapat terjadi sebagai akibat bekerja dengan alat gelas. Kecelakaan ini sering terjadi pada tangan atau mata karena pecahan kaca (Harley, 2002). Luka bakar atau kebakaran disebabkan kurang hati- hati dalam menangani pelarut- pelarut organik yang mudah terbakar, seperti eter dan etanol. Hal yang sama dapat diakibatkan oleh peledakan bahan reaktif peroksida dan perklorat (Harley, 2002). 2. Aliran Listrik Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan- kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain: a. Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat. b. Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar keamanan dari peralatan. c. Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan untuk menghindari kecelakaan kerja.
  • 22. 17 d. Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan peralatan listrik. e. Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi. f. Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan pada komponen listrik. g. Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak. Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang mudah terbakar. h. Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 ºC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50 ºC. Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 ºC, sedangkan karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 ºC (Harley, 2002). 3. Radiasi Radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi atau radiasi internal yang digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk ke dalam badan manusia melalui pernafasan, atau serapan melalui kulit. Non-ionisasi radiasi seperti ultraviolet, infra merah, frekuensi radio, laser, dan radiasi elektromagnetik dan medan magnet juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber kecelakaan kerja (Harley, 2002). 4. Mekanik. Walaupun industri dan laboratorium modern lebih didominasi oleh peralatan yang terkontrol oleh komputer, termasuk di dalamnya robot pengangkat benda berat, namun demikian kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi bahan baku, penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara manual, sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti helmet, sarung tangan, sepatu, dan lain-lain perlu mendapatkan perhatian khusus dalam lingkup pekerjaan ini (Harley, 2002).
  • 23. 18 5. Api Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai variasi penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon (Harley, 2002). Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets (MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk disimpan secara aman (Harley, 2002). Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar (Harley, 2002). Kebakaran merupakan salah satu bahaya di laboratorium. Berdasarkan klasifikasi oleh NFPA (National Fire Protection Agency), api dapat diklasifikasikan menjadi : 1) Kelas A, yaitu jenis api biasa yang berasal dari kertas, kayu, atau plastik yang terbakar. 2) Kelas B, yaitu jenis api yang ditimbulkan oleh zat mudah terbakar dan mudah menyala seperti bensin, kerosin, pelarut organic umum yang digunakan di laboratorium. 3) Kelas C, yaitu jenis api yang timbul dari peralatan listrik. 4) Kelas D, yaitu jenis api yang timbul dari logam mudah menyala seperti magnesium, titanium, kalium, dan natrium (Harley, 2002). Jika terjadi kebakaran, alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) yang digunakan harus disesuaikan dengan penyebab timbulnya api. Beberapa jenis pemadam kebakaran yang dapat digunakan adalah: a. Air (water extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A, tetapi tidak cocok untuk api kelas B, C, dan D. b. Uap air (watermist extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A dan C.
  • 24. 19 c. Bahan kimia kering (dry chemical extinguisher); Sangat berguna untuk api kelas A, B, dan C dan merupakan pilihan terbaik untuk semua jenis kebakaran. Jenis dray chemical extinguisher yang digunakan adalah : 1) Untuk api kelas B dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung natrium atau kalium karbonat. 2) Untuk api kelas A, B, dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung ammonium fosfat. d. Karbondioksida (CO2 extinguisher); Dipergunakan bagi api kelas B dan C pemadaman kebakaran dari karbondioksida lebih baik dari dry chemichhal karena tidak meninggalkan zat berbahaya sesudahnya. Paling baik digunakan untuk api yang berasal dari listrik. e. Personal Protective Equipment (PPE); Perlengkapan pelindung individu (personal protective equipment) yang umumnya harus digunakan adalah jas laboratorium, sarung tangan, masker, sepatu pengaman, dan pelindung mata (Harley, 2002). 6. Suara (kebisingan). Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada hampir semua industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar. Generator pembangkit listrik, instalasi pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari peralatan yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan tersebut berpotensi mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja. Selain angka kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin, para pekerja harus memperhatikan berapa lama mereka bekerja dalam lingkungan tersebut. Pelindung telinga dari kebisingan juga harus diperhatikan untuk menjamin keselamatan kerja (Suma’mur, 2009). Laboratorium menghadapi beragam resiko, dari dalam laboratorium maupun dari luar laboratorium. Beberapa resiko mungkin hanya mempengaruhi laboratorium itu sendiri, tapi beberapa resiko bisa mempengaruhi perusahaan atau lembaga dimana laboratorium itu berada, atau bahkan mempengaruhi masyarakat secara umum (Suma’mur, 2009).
  • 25. 20 7. Keadaan Darurat Skala Besar dan Situasi Sensitif Ada banyak jenis kejadian skala besar dan situasi sensitif yang bisa mempengaruhi perusahaan atau lembaga sampai ketingkat operasional perusahaan, misalnya : a. Kebakaran. b. Banjir. c. Gempa bumi. d. Pemadaman listrik. e. Tumpahan atau lepasnya bahan berbahaya. f. Peneliti atau penelitian berbau politis atau kontroversi. g. Hilangnya bahan atau peralatan laboratorium. h. Hilangnya data atau sistem komputer (Suma’mur, 2009). 8. Pelanggaran Keamanan Pelanggaran keamanan secara sengaja atau tidak, bisa dilakukan oleh petugas, pegawai atau orang luar. Beberapa pelanggaran keamanan, meliputi : a. Pencurian atau penyalahgunaan peralatan bernilai tinggi. b. Pencurian atau penyalah gunaan bahan kimia untuk kegiatan ilegal. c. Pelepasan bahan kimia berbahaya secara sengaja atau tidak. d. Eksperimentasi laboratorium secara tidak sah (Suma’mur, 2009). 9. Bahaya Hayati Bahaya hayati merupakan masalah di laboratorium yang menangani mikroorganisme atau bahan yang terkontaminasi mikroorganisme. Bahaya bahaya ini muncul biasanya muncul di laboratorium penelitian kimia dan penyakit menular, dan tidak menutup kemungkinan muncul di laboratorium mikrobiologi. Penilaian resiko bahan hayati berbahaya perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti : a. Organisme yang dimanipulasi. b. Perubahan yang dilakukan terhadap organisme tersebut. c. Aktifitas yang akan dilakukan dengan organisme tersebut (Suma’mur, 2009).
  • 26. 21 10. Limbah Berbahaya Hampir setiap laboratorium menghasilkan limbah. Limbah adalah bahan yang dibuang atau hendak dibuang, atau tidak lagi berguna sesuai peruntukannya. Limbah juga meliputi item seperti bahan bekas laboratorium sekali pakai, media filter, larutan cair, dan bahan kimia berbahaya. Limbah dianggap berbahaya jika memiliki salah satu sifat berikut ini : a. Bisa menyulut api. b. Korosif. c. Reaktif. d. Beracun (Suma’mur, 2009). 11. Bahaya Fisik Beberapa kegiatan di laboratorium menimbulkan resiko fisik bagi petugas karena zat atau peralatan yang digunakan, seperti misalnya : a. Gas yang dimampatkan, b. Kriogen tidak mudah menyala, c. Reaksi tekanan tinggi, d. Kerja vakum, e. Bahaya frekuensi radio dan gelombang mikro, dan f. Bahaya listrik (Suma’mur, 2009). Petugas di laboratorium juga menghadapi bahaya di tempat kerja umum akibat kondisi atau aktifitas di laboratorium, seperti luka terpotong, tergelincir, tersandung, dan terjatuh (Suma’mur, 2009). 2.6 Sistem Manajemen K3 Laboratorium Mikrobiologi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan mempergunakan bantuan orang lain. Untuk mencapai tujuan tersebut, dia membagi kegiatan atau fungsi manajemen menjadi : 1. Planning (perencanaan) Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium. Dalam perencanaan, kegiatan yang ditentukan meliputi apa, bagaimana, mengapa, siapa, kapan, dan dimana kegiatan harus dikerjakan (Ramli, 2009).
  • 27. 22 Kegiatan laboratorium sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-metoda yang dipakai makin banyak ragamnya; semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat terjadi dalam laboratorium makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di laboratorium harus ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja laboratorium (Ramli, 2009). 2. Organizing (organisasi) Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat laboratorium daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah), di samping memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk Komisi Keamanan Kerja Laboratorium yang tugas dan wewenangnya dapat berupa : a. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja laboratorium b. Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksanaan keamanan kerja laboratorium c. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja laboratorium d. Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin laboratorium. e. Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu laboratorium (Ramli, 2009). Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi. Manajemen keselamatan kerja profesi (PDS-Patklin) ataupun organisasi seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium ini. Anggota organisasi profesi atau seminat yang terkait dengan kegiatan laboratorium dapat diangkat menjadi anggota komisi di tingkat daerah (wilayah) maupun tingkat pusat (nasional). Selain itu organisasi-organisasi profesi atau seminat tersebut dapat juga membentuk badan independen yang berfungsi sebagai lembaga penasehat atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Laboratorium (Ramli, 2009).
  • 28. 23 3. Actuating (pelaksanaan) Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat kerja bawahan, mengerahkan aktivitas bawahan, mengkoordinasikan berbagai aktivitas bawahan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas bawahan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja dalam laboratorium wajib mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam laboratorium (Ramli, 2009). Selain itu, penting juga memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas manajer untuk mengambil keputusan penyelesaiannya (Ramli, 2009). 4. Controlling (pengawasan) Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu : a. Adanya rencana. b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan (Ramli, 2009). Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di laboratorium. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam laboratorium perlu dibentuk pengawasan labora- torium yang tugasnya antara lain : a. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek laboratorium yang baik, benar dan aman. b. Memastikan semua petugas laboratorium memahami cara- cara menghindari risiko bahaya dalam laboratorium. c. Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau kecelakaan. 4. mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja laboratorium.
  • 29. 24 d. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah meluasnya bahaya tersebut (Ramli, 2009).
  • 30. 25 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Secara umum laboratorium mikrobiologi mempelajari tentang mikrooganisme yaitu virus, bakteri, jamur yang meliputi diagnostik (isolasi dan identifikasi), prognosis pada kasus infeksi, pedoman dalam pengobatan, mencari sumber infeksi (misal pada kasus ledakan penyakit infeksi). 2. Laboratorium Mikrobiologi harus mempunyai sejumlah alat yang dapat menunjang proses praktikum dan penelitian di dalamnya. Di antara alat-alat tersebut, ada alat-alat yang khusus digunakan di dalam Laboratorium Mikrobiologi dan ada juga yang tidak. Alat-alat tersebut antara lain autoklaf, oven, inkubator statis, shaker incubator atau inkubator kocok, waterbath shaker incubator, vorteks, desikator, transfer box, anaerobic jar, sentrifugator, spektrofotometer, dan lain sebagainya. 3. Perlengkapan APD yang digunakan tergantung pada jenis pekerjaan, alat-alat, dan bahan yang digunakan diantaranya penutup mata, sarung tangan, pakaian, masker, dan penutup kepala. 4. Tata tertib laboratorium dapat dibedakan atas tata tertib umum dan tata tertib khusus. Tata tertib umum adalah tata tertib yang berlaku bagi semua orang yang bekerja di laboratorium baik itu siswa, guru ataupun pegawai lain yang memasuki laboratorium. Tata tertib khusus menyangkut tata tertib yang berhubungan dengan prosedur kerja dan berlaku di kalangan tertentu misalnya para guru atau pimpinan sekolah dan tidak perlu diketahui siswa. 5. Menurut Jhon (2010), jenis-jenis bahaya dalam laboratorium diantaranya adalah kebakaran, ledakan, keracunan, iritasi, luka pada kulit, dan sengatan listrik. 6. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan mempergunakan bantuan orang lain. Sistem Manajemen K3 ada planning, organizing, actuating, dan controlling.
  • 31. 26 3.2 Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari yang sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang “Laboratorium Mikrobiologi” dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan itulah, penulis bisa berusaha untuk menyusun tulisan berikutnya dengan lebih baik.
  • 32. DAFTAR PUSTAKA Benson. 2001. Microbiological Application Lab Manual. Edisi 8. United States: Benjamin Cummings. Black, J. G. 2008. Microbiology. Edisi 7. Jakarta: PT Erlangga. Cappuccino, J. G., N. Sherman. 2002. Microbiology: A Laboratory Manual. Yogyakarta: Deepublish. Dennis, M. 1978. Laboratory Management and Techniques for Schools and College. Penang: Recsam Anthonian. Harley, P. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology. Edisi 5. Yogyakarta: Deepublish. Jhon, R. 2010. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: PT Erlangga. Lab Tech. 2017. “Mengenal Laboratorium Mikrobiologi”. https://labtech-indonesia.com. Diakses pada 27 Juni 2019. Ramli, S. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat. Suma’mur. 2009. Peranan K3 Menjamin Efisiensi Kerja. Seminar Nasional hal. 15, Surakarta. Vikayanti. 2016. “K3 di Laboratorium Mikrobiologi”. https://dokumen.tips. Diakses pada 27 Juni 2019.