SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
6 Selodang Mayang, Vol. 5 No. 2, Bulan 2019:8
ISSN: 2620-3332 Selodang Mayang
ANALISIS JEMBATAN KAYU KOMPOSIT BERBASIS
MATERIAL DAN KEARIFAN LOKAL
(STUDI KASUS : KABUPATEN INDRAGIRI HILIR)
Ali Murtono1
, Ari Sandhyavitri2
, Zulfikar Djauhari3
1,2,3
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru
Email: amurtono81@gmail.com
Received : 15 Juli 2019; Accepted : 3 Agustus 2019
Abstract
Availability of wood with properties suitable for bridge construction is increasingly scarce.
The reason is the diminishing size of the forest as a source of timber. To anticipate this, an
innovation is needed by utilizing wood that is still widely available, but its nature does not
meet the requirements. The method used is the application of wood composites as the raw
material for bridge construction. In this regard, the purpose of this study is to examine the
behavior of class I and class III wood composites. To achieve these objectives, wood
composite applications are used as raw material for bridge construction
The results of flexural testing of meranti-balau composite wood samples with a composition
of 10% high grade wood obtained an average flexural strength of 559.89 kg / cm2 (E11).
Meranti-balau composite wood with a composition of 20% high grade wood obtained an
average flexural strength of 597.79 kg / cm2 (E11). Whereas meranti-balau composite wood
with 30% high grade wood composition obtained an average flexural strength of 673.92 kg /
cm2 (E13). This of course can provide alternative substitution for the use of strong-grade
wood that has been difficult to find.
So it can be concluded that the use of class I and class III composite wood is suitable for
bridge structures with a maximum load of 500 kg.
.
Keywords: Bridge, Wood, Composite, Lamination
Abstrak
Ketersediaan kayu dengan sifat yang sesuai untuk konstruksi jembatan sudah semakin
langka. Penyebabnya adalah semakin berkurangnya luasan hutan sebagai sumber penghasil
kayu. Untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan suatu inovasi dengan memanfaatkan
kayu-kayu yang masih banyak tersedia tetapi sifatnya tidak memenuhi syarat. Terkait
dengan hal tersebut, tujuan penelitian ini mengkaji perilaku komposit kayu kelas I dan kayu
kelas III. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan aplikasi komposit kayu sebagai bahan
baku kontruksi jembatan. Hasil pengujian lentur sampel kayu komposit meranti-balau
dengan komposisi kayu kelas tinggi 10% diperoleh nilai kuat lentur rerata sebesar 559,89
kg/cm2 (E11) . Kayu komposit meranti-balau dengan komposisi kayu kelas tinggi 20%
diperoleh nilai kuat lentur rerata sebesar 597,79 kg/cm2 (E11). Sedangkan Kayu komposit
meranti-balau dengan komposisi kayu kelas tinggi 30% diperoleh nilai kuat lentur rerata
sebesar 673,92 kg/cm2 (E13). Hal ini tentunya dapat memberikan alternatif subtitusi
penggunaan kayu kelas kuat yang sudah sulit ditemui. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penggunaan kayu komposit kelas I dan kelas III layak untuk struktur jembatan dengan
beban maksimal 500 kg.
.
Kata Kunci : Jembatan, Kayu, Komposit, Laminasi
1. PENDAHULUAN
Kondisi alam dengan banyaknya sungai-
sungai baik kecil maupun besar merupakan
salah satu penghambat dalam aksesibilitas
transportasi darat masyarakat dibeberapa
daerah di Provinsi Riau terutama di wilayah
pesisir seperti Kabupaten Indragiri Hilir,
Indragiri Hulu, Rokan Hilir, Siak dan Meranti.
7
ISSN:Jurnal BAPPEDA Nama Jurnal:
Kabupaten Indragiri Hilir terdapat 709
jembatan dengan panjang total 15.108,70
Km [1]. Hal inilah yang membuat Kabupaten
Indragiri Hilir dijuluki negeri seribu parit.
Untuk meningkatkan sistem tatanan
transportasi yang baik diperlukan prasarana
infrastruktur yang mendukung salah satunya
adalah jembatan. Jembatan merupakan
sarana infrastruktur yang dapat
menghubungkan antar wilayah satu dengan
yang lainnya untuk dapat meningkatkan
pergerakan ekonomi antar wilayah [2].
Keterbatasan akan sumber daya manusia
lokal di daerah terpencil mengakibatkan
sulitnya membuat jembatan yang memiliki
kontruksi pengerjaan dengan menggunakan
teknologi tinggi seperti pengelasan. Pada
Gambar dibawah ini merupakan salah satu
kondisi jembatan eksisting di lokasi
penelitian yaitu jembatan dengan komponen
struktur yang dibuat dengan sistem
pengelasan namun terlalu cepat mengalami
korosi. Oleh karena itu diperlukan alternatif
material konstruksi yang dapat dilakukan
dalam menanggulangi masalah tersebut
salah satunya adalah material kayu.
Gambar 1 Jembatan di Desa Sialang
Panjang Kecamatan Tembilahan Hulu
Ketersediaan kayu dengan sifat yang sesuai
dengan jembatan sudah semakin langka
diperoleh seperti kayu Kulim (Pongamia
pinnata), kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri),
kayu Merbau (Intsia bijuga), Meranti Batu
(Shorea sp) dan beberapa jenis kayu kelas
kuat satu lainnya [3]. Untuk mengantisipasi
hal tersebut dibutuhkan suatu inovasi
dengan memanfaatkan kayu-kayu yang
masih banyak tersedia tetapi sifatnya tidak
memenuhi syarat. Cara yang dilakukan
adalah dengan aplikasi komposit kayu serta
peningkatan ketahanan, kekuatan serta
keawetan dari kayu yang dijadikan sebagai
bahan baku kontruksi jembatan [4].
Masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir
memiliki keterampilan dalam membuat kapal
dari kayu. Keahlian inilah yang menjadi
motivasi untuk pemberdayaan masyarakat
dalam hal konstruksi jembatan kayu.
Gambar 2 Salah Satu Keahlian Masyarakat
Indragiri Hilir Dalam Konstruksi Kapal Kayu
Semakin menurunnya kualitas dan kuantitas
kayu hutan alam, perlu dilakukan upaya
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
kayu sebagai bahan konstruksi dapat
dilakukan dengan pemanfaatan kayu lokal
mutu rendah dari jenis-jenis kayu cepat
tumbuh (fast growing) dengan teknologi
kayu komposit. Jenis-jenis kayu cepat
tumbuh pada umumnya mempunyai ciri
berdiameter kecil dan mutu rendah,
misalnya; kayu Agatis, Acacia Magnium,
Mahang, dan Sengon. Apabila jenis-jenis
kayu tersebut dimanfaatkan sebagai bahan
pengisi kayu komposit, selain dapat
menghemat penggunaan kayu berkualitas
lebih tinggi, dapat pula diaplikasikan untuk
keperluan konstruksi beban berat yang
relatif murah dan relatif tahan lama.
Penelitian ini bertujuan untuk (i)
Mengidentifikasi beberapa jenis kayu dari
material kayu lokal yang umum dijadikan
jembatan di area relatif sulit dijangkau di
Kabupaten Indragiri Hilir ; (ii) Menguji sifat
fisik (density dan kadar air) serta sifat
mekanik (kuat lentur, tekan dan geser) kayu
lokal dan material komposit (termasuk
aplikasi pengeringan dan sambungan
konvensional) dan (iii) Analisa Keamanan
struktur gelagar jembatan kayu komposit.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jembatan Kayu (Wood Bridges)
Jembatan kayu merupakan jembatan
sederhana yang mempunyai panjang relatif
pendek dengan beban yang diterima relatif
ringan. Meskipun pembuatannya
menggunakan bahan utama kayu, struktur
dalam perencanaan atau pembuatannya
tetap memperhatikan dan
mempertimbangkan ilmu gaya (mekanika)
[5].
8 Selodang Mayang, Vol. 5 No. 2, Bulan 2019:8
ISSN: 2620-3332 Selodang Mayang
2.2 Pengertian Tentang Struktur Kayu
Struktur kayu merupakan suatu struktur
yang elemen susunannya adalah kayu.
Dalam perkembangannya, struktur kayu
banyak digunakan sebagai alternatif dalam
perencanaan pekerjaan-pekerjaan sipil,
diantaranya adalah: rangka kuda-kuda,
rangka dan gelagar jembatan, struktur
perancah, kolom, dan balok lantai bangunan
[6].
Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam
yang banyak memiliki kelemahan struktural,
sehingga pengunaan kayu sebagai bahan
struktur perlu memperhatikan sifat- sifat
tersebut. Oleh sebab itu, maka struktur
kayu kurang popular dibandingkan dengan
beton dan baja. Akibatnya saatini terdapat
kecenderungan beralihnya peran kayu dari
bahan struktur menjadi bahan pemerindah
(dekoratif) [7].
Namun demikian pada kondisi tertentu
(misalnya: pada daerah tertentu, dimana
secara ekonomis kayu lebih
menguntungkan dari padapenggunaan
bahan yanglain) peranan kayu sebagai
bahan struktur masih digunakan.
2.3 Sifat Fisik dan Mekanik Kayu
Kayu memiliki perbedaan kekuatan dan
kekakuan bukan saja antar spesies, namun
juga dalan species yang sama [8]. Hal
tersebut di atas disebabkan oleh beberapa
kondisi antara lain; karena sifat
pertumbuhan kayu, iklim, kepadatan hutan,
lokasi pengolahan kayu, kadar air, dan
cacat-cacat kayu sehingga berpengaruh pula
pada sifat fisik dan mekanik kayu yang
dihasilkan [9].
Pada umumnya kayu-kayu yang terberat
merupakan kayu yang terkuat dan bahwa
keteguhan, kekerasan dan hampir semua
sifat-sifat teknis lainnya berbanding lurus
dengan berat jenis. Penyimpangan-
penyimpangan dapat terjadi antara lain
disebabkan oleh kadar ekstraktiv yang tinggi
atau endapan-endapan diantara serabut-
serabut kayu. Zat-zat tersebut tidak
meningkatkan kekuatan mekanik kayu,
tetapi umumnya pertambahan tebal dinding
serabut-serabut dan sel-sel menyebabkan
kenaikan berat jenis kayu [10].
2.4 Kayu Laminasi (glulam)
Kayu laminasi atau dikenal juga secara luas
dengan istilah glulam (glue laminated) mulai
diperkenalkan di Eropa pada akhir abad ke
19, berupa lapisan-lapisan kayu gergajian
(lumbers) yang dilekatkan dengan bahan
resin tertentu sehingga semua lapisan
seratnya sejajar pada arah memanjang.
Pembuatan struktur kayu glulam telah
dimulai di Jerman pada tahun 1906
menggunakan jenis perekat casein,
kemudian di Switzerland dan Scandinavia,
tetapi produksi balok laminasi dalam skala
besar dimulai di Amerika beberapa tahun
sebelum perang dunia ke II, seiring
berkembangnya teknologi dalam pembuatan
resin sintetis [11]. Glulam berbentuk
lengkungan (arch erected) mulai dibuat di
Laboratorium Forest Products U.S.D.A.
Madison, Wisconsin pada tahun 1934.
Aplikasi struktur glulam lainnya telah dibuat
bentuk curved arches dan kubah dengan
panjang bentangan masing-masing
mencapai 91 dan 115 meter.
Struktur glulam memiliki beberapa kelebihan
dibanding kayu gegajian yang solid, yakni;
ukuran dapat dibuat lebih tinggi, lebih lebar,
bentangan yang lebih panjang, bentuk
penampang lengkung (curved) dan
konfigurasi bentuk lonjong dapat difabrikasi
dengan mudah, mutu kayu lebih rendah
dapat digunakan pada daerah tegangan
rendah, pengeringan awal tiap lapisan kayu
dapat mengurangi perubahan bentuk, serta
reduksi kekuatan akibat adanya cacat cacat
kayu (misalnya mata kayu) menjadi lebih
acak di sepanjang volume balok [12].
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Indragiri
Hilir untuk survey tentang jenis kayu lokal.
Lokasi penelitian ini di pilih karena
Kabupaten ini merupakan salah satu daerah
yang memiliki jumlah parit dan sungai yang
banyak di Provinsi Riau.
Gambar 3 Peta Administrasi Kabupaten
Indragiri Hilir, Provinsi Riau
9
ISSN:Jurnal BAPPEDA Nama Jurnal:
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan dalam penelitian ini
adalah (i) Dua jenis kayu potensial lokal
(Kayu Balau untuk kayu kelas I dan Kayu
Meranti untuk kayu kelas III) ; (ii)
Komponen Perekat Epoxybond berbasis
Epoxy dan Crossbond berbasis PVAc–
modifikasi.
Gambar 4 Bahan Dasar Sampel Kayu yang
di Jual di Pasaran
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
ini dikelompokan menjadi:
1. Alat untuk pengolahan dan penyiapan
bahan
Alat-alat yang digunakan yakni : a.
Mesin gergaji band saw untuk
membelah kayu ; b. Mesin gergaji
circular saw untuk membuat sampel
uji sifat fisik dan mekanik ; c. Mesin
planner untuk meyerut kayu ; d.
Meteran untuk mengukur panjang,
lebar dan tinggi bahan baku, meteran
yang digunakan panjang pengukuran
sampai 5 meter ; e. Alat-alat
kelengkapan untuk membuat benda
uji blok geser laminasi seperti klem
penjepit, wadah tempat adukan
perekat, alat pengaduk (stick), pelat
baja lentur dan sarung tangan ; f.
Timbangan meja untuk menimbang
bahan perekat, bahan pengisi (filler)
dan pengeras (hardener) ; g. Clamp
2. Alat uji sifat fisik dan mekanik kayu
Peralatan pengamatan dan
pengukuran sifat-sifat fisik dan sifat
mekanik kayu, yakni : a. Moisture-
meter untuk menentukan persentase
kadar air atau kadar lengas kayu ; b.
Oven untuk mengeringkan kayu yang
berguna untuk penentuan kadar
lengas sampel kayu. ; c. Timbangan
meja untuk menimbang berat sampel
kayu. Timbangan yang digunakan
dengan ketelitian 0.001 gram ; d.
Kaliper untuk mengukur panjang,
lebar dan tebal sampel kayu, kaliper
yang digunakan yang mempunyai
panjang pengukuran sampai 300 mm,
ketelitian sampai 0,05 mm ;e. Gelas
ukur untuk penimbangan berat
immersion sampel kayu. Gelas ukur
yang digunakan kapasitas 500 cc ; f.
Universal Testing Machine (UTM),
untuk pengujian sifat-sifat mekanik
kayu.
3. Alat untuk membuat balok glulam
yaitu : a. Gelas ukur untuk tempat
(wadah) bahan perekat. Gelas ukur
yang digunakan kapasitas 100 cc, 250
cc dan 500 cc. ; b. Meteran untuk
mengukur panjang balok glulam,
panjang pengukuran sampai 5 meter.
; c. Alat-alat kelengkapan untuk
membuat balok laminasi seperti klem
penjepit, wadah tempat adukan
perekat, alat pengaduk (stick), pelat
baja lentur, kuas dan sarung tangan
3.3 Benda Uji
1. Benda uji pendahuluan
Ukuran benda uji untuk pengujian sifat fisik
dan mekanik kayu menggunakan standar
ASTM D 143-94 dan SNI 03-3960-1995.
Pengujian sifat fisik dan mekanik meliputi da
uji kerapatan kayu, kadar lengas kayu, uji
lentur, uji geser laminasi. Masing-masing
benda uji dibuat tiga ulangan.
Benda uji geser laminasi dibuat dua variasi
jenis perekat (Epoxy dan Crossbond),
masing-masing tiga ulangan, pengempaan
dilakukan dengan mengencangkan baut
pada baja profil, lama waktu pengempaan
ditetapkan selama 10 jam. Jumlah benda uji
untuk pengujian pendahuluan secara
lengkap sebagai berikut :
2. Pembuatan benda uji sifat fisik dan
mekanik
Benda uji untuk pengujian sifat fisik dan
mekanik kayu diambil dari sampel kayu
yang bebas dari cacat-cacat, meliputi benda
uji kerapatan kayu, kadar lengas kayu, uji
lentur, serta uji geser laminasi. Ukuran
benda uji balok lentur dibuat ukuran 50 x 50
x 760 mm, sesuai standar menurut ASTM D
143-94, masing-masing benda uji dibuat
tiga ulangan.
3. Pembuatan benda uji geser laminasi
Papan-papan ukuran masing-masing benda
uji sebanyak 2 x( 25 x 90 x 200 mm) serta
50 x 90 x 200 disiapkan untuk pembuatan
sampel uji geser laminasi. Permukaan kayu
10 Selodang Mayang, Vol. 5 No. 2, Bulan 2019:8
ISSN: 2620-3332 Selodang Mayang
pada bidang yang akan direkat dibersihkan
dari debu. Bahan perekat disiapkan dan
ditimbang untuk tiap lapis papan.
Bahan perekat Epoxy dan hardener
ditimbang sesuai kebutuhan. Perekat Epoxy
dan hardener dicampur perbandingan 1 : 1,
kemudian diaduk dengan kecepatan konstan
menggunakan tongkat kayu sampai adonan
rata dan tidak terlihat gumpalan.
Permukaan bidang rekat papan dilaburkan
dengan alat pelat baja tipis pada kedua sisi
bidang rekat papan sampai rata. Selanjutnya
dilakukan pengempaan kedua sisi tersebut
dengan tekanan kempa antara 1 sampai 1,1
MPa. Pengempaan dilakukan selama 10 jam
pada suhu ruangan. Setelah pengempaan
selesai, dibiarkan selama satu hari, lalu
dipotong menjadi benda uji geser, bentuk
pemotongan bahan seperti terlihat pada
gambar 5.
Gambar 5 Benda Uji Blok Geser Laminasi
3.4 Pengujian sifat fisik dan mekanik
kayu
Pengujian sifat fisik dan mekanik kayu
meliputi kerapatan kayu, kadar lengas
kayu, uji lentur serta uji geser laminasi.
Pengujian kerapatan kayu dilakukan dengan
cara menimbang berat sampel kayu dengan
ketelitian 0,001 gram. Kadar air masing-
masing benda uji dikontrol menggunakan
alat moisture meter serta dicacat besarnya
kadar air kayu yang diperoleh. Benda uji
kemudian diukur volumenya (sisi lebar x
tebal x tinggi) menggunakan kaliper (sampai
ketelitian 0,1 mm) lalu dicatat. Benda uji
kemudian diukur volumenya menggunakan
alat kaliper dengan ketelitian sampai 0,01.
Perhitungan kerapatan kayu dihitung
dengan rumus berikut:
w =
w
V
mw
…….……………………..……(1)
mw = berat sampel kayu pada kondisi
kadar air tertentu (gram), Vw = volume
kayu ((tebal x lebar x tinggi), (dalam mm)).
Pengujian kadar air benda uji dilakukan
dengan cara dikeringkan dalam oven sampai
berat benda uji konstan pada 103 ± 2o
C.
Berat konstan dicapai bila dalam dua kali
penimbangan berturutan selang waktu enam
jam, selisih berat benda uji hanya berbeda
maksimum 0,5 persen. Bila kondisi kadar air
kering oven tercapai, maka benda uji
dikeluarkan dari oven untuk selanjutnya
didinginkan dalam desikator dan ditutup
rapat selama 15 menit untuk mencegah
kayu menyerap air di udara lebih dari 0,1
persen.
Kadar air kayu, uu dihitung dengan rumus
berikut:
100
x
w
w
w
u
o
o
u
u

 (%) …………..(2)
wu = berat benda uji awal (kering udara),
wo = berat benda uji kering oven.
Pengujian sifat mekanik kayu dilakukan
dengan mesin uji UTM. Setelah dilakukan
pengujian, kadar air benda uji dikontrol
menggunakan alat moisture meter lalu
harga yang terbaca pada alat dicatat.
Pengujian-pengujian sifat mekanik kayu
dimulai dengan mengukur sisi tebal, lebar
dan panjang penampang benda uji dengan
ketelitian 0,1 mm. Benda uji diletakkan pada
posisinya pada alat UTM dan dilakukan
pembebanan pada kecepatan pembebanan
konstan dan diusahakan benda uji rusak
hanya dalam 1,5 sampai 2 menit.
Pengujian lentur dilakukan dengan
mengukur dimensi benda uji di tengah-
tengah penampang memanjangnya dengan
ketelitian 0,1 mm (posisi lebar pada bidang
radial dan tinggi atau tebal bidang
tangensial). Jarak antar tumpuan (sendi rol)
adalah sebesar 12 sampai 16 kali tinggi
benda uji.
Pengujian modulus elastisitas bahan
dilakukan dengan mengukur dimensi benda
uji pada penampang memanjangnya dengan
ketelitian 0,1 mm (posisi lebar pada bidang
radial dan tinggi atau tebal bidang
tangensial). Pembebanan dilakukan dua titik
dengan jarak sepertiga panjang bentang.
Pengujian dilakukan dengan kecepatan
pembebanan yang konstan sampai 18 MPa
dalam waktu 30 detik. Kemudian kurangi
pembebanan pelan-pelan sampai 5 MPa,
selanjutnya naikkan laig sampai 18 MPa lalu
diturunkan lagi menjadi 5 MPa. Selama
siklus naik-turun pembebanan, dicacat
defleksi yang terjadi dalam waktu kurang
dari 10 detik pada saat pembebanan 7 MPa
dan 18 MPa.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kadar Air dan Kerapatan
Kayu
Pengamatan terhadap kadar air benda uji
dilakukan terhadap dua jenis kayu yakni
kayu Balau dan kayu Meranti. Kayu Balau
11
ISSN:Jurnal BAPPEDA Nama Jurnal:
merupakan jenis kayu mutu tinggi, kelas
kuat I sampai II, serta kayu Meranti
mewakili jenis kayu mutu rendah. Hasil
pengujian terhadap kadar air kayu Balau
diperoleh hasil pada kisaran 17,83% sampai
19,76% dengan nilai rata-rata kadar air
sebesar 18,40%. Sedangkan hasil pengujian
terhadap kadar air kayu Meranti diperoleh
hasil pada kisaran 16,67% sampai 14,07%
dengan nilai rata-rata kadar air sebesar
15,30% sebagaimana terlihat pada Tabel 1,
dengan demikian berarti kadar air benda uji
telah mencapai kadar air yang diharapkan
yakni kadar air kering udara, dimana kadar
air kering udara di Indonesia berkisar antara
12 sampai 20 persen [13].
Tabel 1 Data Hasil Pengujian Kadar Air dan Kerapatan Kayu
N
O
KODE
SAMPE
L UJI
DIMENSI (cm)
VOLUM
E
(cm3
)
BERA
T
AWA
L
(gr)
BERA
T
AKHI
R
(gr)
KADAR AIR KERAPATAN
KELAS
KAYU
P L T (%)
RERATA
(%)
(gr/c
m3
)
RERAT
A
(gr/cm
3
)
1
Balau
(BL 01) 6,20 2,10
2,2
0 28,64 30,40 25,80
17,8
3
18,40
1,06
1,09
Balau
(BL 02) 6,20 2,10
2,0
0 26,04 29,40 25,00
17,6
0 1,13
I
Balau
(BL 03) 6,10 2,10
2,2
0 28,18 30,30 25,30
19,7
6 1,08
2
Meranti
(MR 01) 6,20 2,10
2,3
0 29,95 16,10 13,80
16,6
7
15,30
0,54
0,58
Meranti
(MR 02) 6,10 2,00
2,1
0 25,62 15,20 13,20
15,1
5 0,59
III
Meranti
(MR 03) 6,20 2,00
2,0
0 24,80 15,40 13,50
14,0
7 0,62
Sumber: Data olahan, 2018
Bila mengacu pada ketentuan yang
disyaratkan untuk kayu laminasi, kadar air
yang disaran yakni sebesar 16 persen atau
kurang. Kadar air mempengaruhi kedalaman
penembusan (penetrasi) perekat dan juga
lamanya waktu pengerasan (masa curing)
perekat [14]. Bila perekat cair diberikan
pada kayu kering (kadar air kurang dari 5
persen), kayu akan dengan cepat menyerap
banyak sekali air dari perekatnya, pada
kadar air kayu 15 sampai 30 persen, kayu
akan kehilangan air lebih kecil dan akan
lebih bergerak (mobile) karena dapat
menyerap air lebih sedikit. Untuk perekatan
kayu pada suhu normal, digunakan kadar air
sebesar 15 persen, namun hal ini juga
tergantung dari jenis perekat yang
digunakan.
Hasil pengujian terhadap kerapatan masing-
masing benda uji diperoleh sebagai berikut:
Rata-rata kerapatan kayu Balau adalah
sebesar 1,09 g/cm3, sedangkan untuk
benda uji kayu Meranti sebesar 0,58 g/cm3.
4.2 Analisis Kuat Lentur Material Kayu
untuk Konstruksi Emergency Bridge
Berdasarkan hasil pengujian lentur balok
mengacu standar ASTM D 143-94 diperoleh
nilai kuat lentur rerata kayu balau sebesar
1237,21 kg/cm2 (E24) dan kuat lentur
rerata kayu meranti sebesar 481,18 kg/cm2
(E9). Sedangkan untuk sampel kayu
komposit meranti-balau dengan komposisi
kayu kelas tinggi 10% diperoleh nilai kuat
lentur rerata sebesar 559,89 kg/cm2 (E11) .
Kayu komposit meranti-balau dengan
komposisi kayu kelas tinggi 20% diperoleh
nilai kuat lentur rerata sebesar 597,79
kg/cm2 (E11). Sedangkan Kayu komposit
meranti-balau dengan komposisi kayu kelas
tinggi 30% diperoleh nilai kuat lentur rerata
sebesar 673,92 kg/cm2 (E13). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
Dari gambar 6 dibawah dapat dinyatakan
bahwa teknologi komposit laminasi kayu
memanfaatkan kayu mutu rendah sebagai
bahan pengisi balok dapat meningkatkan
kuat lentur dan modulus elastisitas bahan
12 Selodang Mayang, Vol. 5 No. 2, Bulan 2019:8
ISSN: 2620-3332 Selodang Mayang
Gambar 6 Grafik Hasil Uji Kuat Lentur Berdasarkan SNI 03-3960-1995
Sumber: Data olahan, 2018
4.3 Model Kerusakan Balok Akibat Kuat
Lentur
Dari grafik hasil pengujian lentur diperoleh
gambaran bahwa hasil uji lentur kayu Balau
dan kayu Meranti memperlihatkan sifat
daktail bahan yang mana benda uji mampu
untuk mempertahankan beban dengan
regangan yang relatif cukup besar, dari hasil
pengamatan secara visual terhadap
kerusakan benda uji (Gambar 7) terlihat
kerusakan serat kayu terjadi secara sobekan
atau pecah searah serat kayu, di sisi
bawah, type kerusakan tersebut dikenal
dengan type kerusakan simple tension, cross
grain tension, dan splintering tension [15].
Gambar 7 Model Kerusakan Kayu Komposit
30%
Hasil uji balok kayu Meranti yang
dikompositkan dengan kayu Balau (30%)
terlihat dua benda uji terlihat model
kerusakan mulai terjadi pada bagian lapisan
bawah kayu Meranti, selanjutnya diikuti
lepasnya lapisan bidang rekat kayu yang
menyebar sepanjang lapisan bidang rekatan
antara kayu Meranti dan kayu Balau.
4.4 Analisa Kuat Geser Material Kayu
Pengujian balok geser laminasi kayu yang
dikompositkan menggunakan dua jenis
bahan perekat type exterior (perekat Merek
Epoxybond berbahan dasar Epoxy dan
Crossbond X4 yang berbahan dasar PVAC)
diperoleh nilai kuat geser kayu komposit
meranti – balau sebesar 27,01 kg/cm2
dapat dinyatakan bahwa dari hasil uji kuat
geser laminasi untuk jenis kayu Meranti dan
kayu Balau memenuhi syarat untuk jenis
perekat Epoxybond dan Crossbond X4.
Untuk perekatan menggunakan bahan
perekat Epoxybond dan Crossbond X4
memenuhi syarat untuk semua jenis kayu
yang diuji.
Gambar 8 Hasil Uji Geser Laminasi Kayu
Meranti-Balau menggunakan Perekat Epoxy
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
BALAU MERANTI MR-BL 10% MR-BL 20% MR-BL 30%
1237.210462
481.18032
559.892 597.7856
673.9224
HASIL PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU
SAMPEL KAYU
13
ISSN:Jurnal BAPPEDA Nama Jurnal:
4.5 Analisis Pengujian Kuat Tekan
Material Kayu
Berdasarkan hasil pengujian tekanbalok
mengacu standar ASTM D 143-94 diperoleh
nilai kuat tekan rerata kayu balau sebesar
743,93 kg/cm2 yang mana termasuk
kedalam kayu kelas I dan kuat tekan rerata
kayu meranti sebesar 330,68 kg/cm2 yang
mana jenis kayu ini termasuk kayu kelas III.
Gambar 9 Grafik Hasil Uji Kuat Tekan Material Kayu
4.6 Analisis Struktur Jembatan
Pada penelitian ini pemodelan jembatan
dilakukan untuk memberikan gambaran
desain sederhana tentang jembatan yang
mudah diaplikasikan oleh masyarakat lokal.
Jembatan didesain sedemikian rupa dengan
tetap memperhatikan prinsip keseimbangan
dan kekuatan struktur jembatan. Adapun
spesifikasi jembatan yang direncanakan
adalah sebagai berikut :
Data Teknis Jembatan Emergency Bridge
1. Panjang Bentang, L : 10 m
2. Lebar Jembatan, B : 2,75 m
3. Ukuran Gelagar: h = 0,7 m ; b =
0,4 m (Gelagar menggunakan
double gelagar 60/20)
4. Berat Jenis Kayu : 800 kg/m3
5. Tebal Lantai : 0,03 m
6. Jumlah Gelagar : 4 buah
Analisa Perhitungan Struktur Jembatan
1. Menghitung beban jembatan
Beban Mati
a. Berat sendiri gelagar = h x b x Bj.
Kayu
= 0,7 m x 0,4 m x 800 kg/m3
= 224 kg /m
b. Berat Lantai Jembatan = Bj. Kayu x
(B/4) x Tebal Lantai
= 800 kg/m3 x (2,75/4) x 0,03 m
= 16,5 kg/m
Total B. mati Jembatan = 240, 5 kg/m
Beban Hidup
Beban Lajur
untuk lebar lantai < 5 m : P =
12 ton ; q = 2,2 ton/m (untuk L , 30 m)
maka nilai p = 4,36 dan q = 0,80
koefisien kejut = 1,333
Jarak antar gelagar, s = 0,917 m
Beban Kendaraan ( Beban D)
a. Beban Terpusat = p x Koef. Kejut x s
= 4,36 x 1,333 x 0,917
= 5,33 ton ≈ 5333,33 kg
Total Pembebanan (1,6 LL)
= 1,6 x 5333,33 = 8.533,33 kg
≈ 85.333,33 Nm
b. Beban Merata = q x Koef. Kejut x s
= 0,80 x 1,333 x 0,917
= 0,98 ton ≈ 977,78 kg/m
Total Pembebanan (1,2DL +1,6LL)
= 1.853,04 kg ≈ 18.530,44 Nm
2. Menghitung Gaya-Gaya Dalam
a. Akibat Beban Merata
𝑀𝑢 =
𝑞𝑢. 𝑙2
8
𝑀𝑢 =
18530,44 𝑁𝑚. 102
8
𝑀𝑢 = 231.630, 56 𝑁𝑚
b. Akibat Beban Terpusat
0
200
400
600
800
Balau Meranti
Balau,
743.9293228
Meranti,
330.6840967
KUAT
TEKAN
(KG/CM2)
Kayu
Hasil Pengujian Kuat Tekan
14 Selodang Mayang, Vol. 5 No. 2, Bulan 2019:8
ISSN: 2620-3332 Selodang Mayang
𝑀𝑢 =
𝑞𝑢. 𝑙
4
𝑀𝑢 =
85.333,33 𝑁𝑚. 10
4
𝑀𝑢 = 213.333,33 𝑁𝑚
Maka, Total gaya-gaya
dalam
= 444.963,89 Nm
≈ 444.963.888,89 Nmm
3. Menghitung Dimensi Gelagar
Untuk dimensi gelagar dicoba
menggunakan gelagar 70/20 double,
maka
Fb’ = Fb(Cm)(Ct)(Ci)(Cf)(Cfu)(Cr)(Ci)
Fb’ = 27(0,8)(1)(1)(1)(1)(1,15)(1)
Fb’ = 24,84 Mpa
S perlu =
𝑀𝑢
𝐹𝑏′
S perlu =
444.963.888,89 Nmm
24,84 Mpa
S perlu = 17.913.200,04 mm3
dipakai dimensi gelagar 70/20 (ganda),
maka :
S = 1
6
⁄ 𝑏ℎ2
S = 1
6
⁄ 400. 7002
S = 32.666.667 mm3
S > Sperlu ... ok!!
4. Cek Lentur Balok
M’ = 𝐹𝑏′
𝑆
M’ = 24,84 𝑀𝑝𝑎 𝑥 32.666.667 mm
M’ = 811.440.000,0 Nmm
≈ 811,44 KNm
Mu ≤ M'*θb*λ
444,96 ≤ 811,44 x 0,85 x 0,8
444,96 ≤ 551,78 lentur ok !!!
5. Cek Geser Balok
Menghitung nilai, Vu
Vu = (18530,44 𝑥
10
2
+
85333,33
2
)
Vu = 135.318,89 N ≈ 135,32 KNm
Menghitung nilai, Fv’
Fv’ = Fv (Cm) (Ct) (Ci)
Fv’ = 4,8 (0,87) (1) (1)
Fv’ = 4,176 Mpa
Menghitung nilai, V’
V’ =
2
3
𝐹𝑣′
𝑏. 𝑑
V’ =
2
3
4,176 𝑥 700.400
V’ = 779.520 N ≈ 780 KN
Syarat Vu ≤ V'*θv*λ, maka : Vu ≤
V'*θv*λ
135,32 ≤ 780 *0,75*0,8
135,32 ≤ 468 geser ok!!!
6. Cek Lendutan
E1 = 12.797 Mpa
E2 = 7.706 Mpa
Untuk itu maka dihitung nilai I transformasi
berdasarkan rumus,
Ukuran Gelagar
h = 0,7 m = 700 mm
h1 = 0,1 m x 700 mm = 70 mm
b = 0,4 m = 400 mm
h2 = 700 – 70 – 70 = 560 mm
maka,
It = 15.119.430.504,37 mm4
= 1.511.943,05 cm4
Ew’ = 7.706 Mpa
Maka diperoleh besaran lendutan yang
terjadi:
Akibat beban merata, ∆𝑙=
5𝑤𝐿𝐿4
384𝐸′𝐼
∆𝑙=
5 𝑥 9,8 𝑥 10.0004
384 𝑥 15.119.430.504,37 x 7.706
∆𝑙= 10,9273412 𝑚𝑚
≈ 1,09 cm
Akibat beban terpusat, ∆𝑙=
𝑄𝑢𝐿3
48𝐸′𝐼
∆𝑙=
85333,33 𝑥 10.0003
48 𝑥 15.119.430.504,37 x 7.706
∆𝑙= 15,2585 𝑚𝑚 ≈ 1,53 cm
Total lendutan
= Total lendutan Akibat Beban Merata +
Total lendutan Akibat Beban Terpusat
Total lendutan = 26,186 mm ,
sedangkan
Lendutan izin ∆𝑖𝑧𝑖𝑛=
𝑙
360
=
27,78𝑚𝑚, 𝑚𝑎𝑘𝑎
Total lendutan < Lendutan izin
26,186 mm < 27,78 mm .... ok!!!
Kesimpulannya, jembatan yang didesain
dengan rencana panjang bentang 10 m dan
lebar 2,75 m dengan mengunakan dimensi
gelagar ganda ukuran 70/20 mm memenuhi
persyaratan teknis dalam analisa
perhitungan struktur
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian yang telah dilakukan adalah:
1. Berdasarkan hasil penelitian komposit
kayu meranti – balau layak digunakan
sebagai bahan elemen struktur
jembatan di Kabupaten Indragiri Hilir.
2. Berdasarkan hasil pengujian kadar air
sampel kayu Balau (shorea spp)
15
ISSN:Jurnal BAPPEDA Nama Jurnal:
diperoleh nilai rerata 18,40 % dan nilai
rerata kerapatan (density) 1,09 gr/cm3.
Sedangkan sampel kayu meranti
(shorea multiflora) diperoleh nilai rerata
kadar air 15,30 % dan nilai kerapatan
(density) rerata 0,58 gr/cm3.
3. Hsil pengujian kuat lentur sampel kayu
Balau (shorea spp) diperoleh nilai kuat
lentur rerata 1237,11 Kg/cm2 (E24).
Kayu Meranti (shorea multiflora)
diperoleh nilai kuat lentur rerata 481,18
kg/cm2 (E9).
4. Komposit meranti-balau dengan
komposisi kayu kelas tinggi 10%
diperoleh nilai kuat lentur rerata
sebesar 559,89 kg/cm2 (E11), naik
16,35%. Kayu komposit meranti-balau
dengan komposisi kayu kelas tinggi
20% diperoleh nilai kuat lentur rerata
sebesar 597,79 kg/cm2 (E11), naik
24,23%. Sedangkan Kayu komposit
meranti-balau dengan komposisi kayu
kelas tinggi 30% diperoleh nilai kuat
lentur rerata sebesar 673,92 kg/cm2
(E13), naik 40,05%. Hal ini tentunya
dapat memberikan alternatif subtitusi
penggunaan kayu kelas kuat yang
sudah sulit ditemui
5. Berdasarkan analisis struktur jembatan
yang didesain dengan rencana panjang
bentang 10 m dan lebar 2,75 m dengan
mengunakan dimensi gelagar ganda
ukuran 70/20 mm memenuhi
persyaratan teknis dalam analisa
perhitungan struktur, didapatkan nilai
lendutan 26 mm < lendutan ijin 27 mm
dan nilai geser 135 KN < 468 KN (
geser ijin).
E. SARAN
Ada beberapa saran penting yang harus
diperhatikan yaitu:
1. Penerapan teknologi komposit laminasi
memerlukan beberapa kriteria yang
perlu diperhatikan, terutama teknik dan
proses perekatan kayu serta perlunya
perlakuan perlindungan kayu terhadap
pengaruh cuaca luar, serta perawatan
secara berkala selama masa layan
konstruksi. Oleh karena itu perlu diteliti
teknik perawatan kayu yang baik untuk
dikompositkan.
2. Perlu diteliti lebih lanjut tentang jenis
kayu lainnya yang dapat dijadikan
material konstruksi jembatan kayu
komposit di Kabupaten Indragiri Hilir.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA), Dinas Binas Marga
Kabupaten Indragiri Hilir serta pihak-pihak
Uiversitas Riau yang terlibat dalam
membantu keperluan data dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten Indragiri Hilir, “Data
Dasar Prasarana Jembatan,”2014.
[2] Balitbang Provinsi Riau, “Pemanfaatan
Teknologi Komposit Untuk Emergency
Bridge Daerah-Daerah Yang Mengalami
Hambatan Pada Akses Jembatan,”2016
[3] BPS, Statistics of Forestry Production
2017. Badan Pusat Statistik republik
Indonesia, 2018
[4] Bohannan, B. dan Moody, R.C.,
Evolution of Glulam Strength Criteria,
Forest Product Journal, Vol. 23, No. 6,
pp.19-24, 1973.
[5] Breyer, Donald. E., Design of Wood
Structures, Second Edition, McGraw-
Hill, Inc. New York, 1988.
[6] Anonim, ---, Peraturan Konstruksi Kayu
Indonesia NI-5, Departemen
Pekerjaan Umum, PKKI-1961.
[7] Gurfinkel, G., “Wood Engineering,
Second Edition”, Kendall/Hunt
Publishing Company, Dubuque, Iowa,
1981.
[8] Blass, H.J. dkk., Timber Engineering
Step I, First Edition, Centrum Hout, The
Nedherlands, 1995
[9] Somayaji, S., Civil Engginering
Materials, Prentice Hall, Englewood,
Cliffs, New jersey, 1995.
[10] Soewarsono P. H., Pengumuman Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan N.13; Berat Jenis dari Jenis-jenis
Kayu Indonesia dan Pengertian
Beratnya Kayu untuk Keperluan
Praktek, (Terjemahan), Departemen
Kehutanan, Bogor, 1990
[11] Tsoumis, G., Science and Technology of
Wood, Vannostrand Reinhold, Newyork,
1991
[12] Robert H. Falk and Francois Colling,
Laminating Effects in Glued-Laminated
Timber Beams, Journal of Structural
Engineering, Vol.121 No.12, pp. 1857-
1863, 1995
[13] Prayitno, T. A., “The Effect of White
Clay Extention, Particle Size and Glue
Spread on Urea Formaldehide-Wood
16 Selodang Mayang, Vol. 5 No. 2, Bulan 2019:8
ISSN: 2620-3332 Selodang Mayang
Bond Strength”, Bulletin Fakultas
Kehutanan, No. 25, pp. 21-42, 1994
[14] Madsen, B., “Duration of Load Test for
Dry Lumber in Bending”, Forest Product
Journal, Vol. 23, No. 2, pp. 21-28, 1972
[15] Nurhadi, H., “Trends in Timber
Engineering for Structural Purphoses
Part-I”, The Eight International
Advanced Course on Seismology and
Earthquake Engineering for Building
Engineer, 14-25 Januari 1989.

More Related Content

Similar to 123-Article Text-234-1-10-1267378e-20190917.docx

Proposal tugas akhir tinjauan kuat lentur balok komposit kayu beton
Proposal tugas akhir   tinjauan kuat lentur balok komposit kayu betonProposal tugas akhir   tinjauan kuat lentur balok komposit kayu beton
Proposal tugas akhir tinjauan kuat lentur balok komposit kayu beton
Paul Alves
 
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayuBio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
KEHATI
 
ss_hdjdhdhdjd_gsgdh_jshhsddg_hgdbcgdys2016.pdf
ss_hdjdhdhdjd_gsgdh_jshhsddg_hgdbcgdys2016.pdfss_hdjdhdhdjd_gsgdh_jshhsddg_hgdbcgdys2016.pdf
ss_hdjdhdhdjd_gsgdh_jshhsddg_hgdbcgdys2016.pdf
Gidion Turuallo
 
Kbb_UII_Arsi 14_ a_kiki cs_kayu-lengkap_okky
Kbb_UII_Arsi 14_ a_kiki cs_kayu-lengkap_okkyKbb_UII_Arsi 14_ a_kiki cs_kayu-lengkap_okky
Kbb_UII_Arsi 14_ a_kiki cs_kayu-lengkap_okky
Kiki Zakiyah
 
130 229-1-pb
130 229-1-pb130 229-1-pb
130 229-1-pb
frans2014
 
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
John Kelik
 

Similar to 123-Article Text-234-1-10-1267378e-20190917.docx (20)

RPP SMK Konstruksi Bangunan Kelas X
RPP SMK Konstruksi Bangunan Kelas XRPP SMK Konstruksi Bangunan Kelas X
RPP SMK Konstruksi Bangunan Kelas X
 
Proposal tugas akhir tinjauan kuat lentur balok komposit kayu beton
Proposal tugas akhir   tinjauan kuat lentur balok komposit kayu betonProposal tugas akhir   tinjauan kuat lentur balok komposit kayu beton
Proposal tugas akhir tinjauan kuat lentur balok komposit kayu beton
 
Teknologi bahan
Teknologi bahanTeknologi bahan
Teknologi bahan
 
Kayu _ Material dan Konstruksi
Kayu _ Material dan KonstruksiKayu _ Material dan Konstruksi
Kayu _ Material dan Konstruksi
 
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayuBio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
 
kelompok struktur kayu 9.pptx
kelompok struktur kayu 9.pptxkelompok struktur kayu 9.pptx
kelompok struktur kayu 9.pptx
 
Kayu
KayuKayu
Kayu
 
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkanPenentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
 
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
 
PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU
 PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU
PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU
 
Laporan akhir ilmu kayu
Laporan akhir ilmu kayuLaporan akhir ilmu kayu
Laporan akhir ilmu kayu
 
ss_hdjdhdhdjd_gsgdh_jshhsddg_hgdbcgdys2016.pdf
ss_hdjdhdhdjd_gsgdh_jshhsddg_hgdbcgdys2016.pdfss_hdjdhdhdjd_gsgdh_jshhsddg_hgdbcgdys2016.pdf
ss_hdjdhdhdjd_gsgdh_jshhsddg_hgdbcgdys2016.pdf
 
Kbb_UII_Arsi 14_ a_kiki cs_kayu-lengkap_okky
Kbb_UII_Arsi 14_ a_kiki cs_kayu-lengkap_okkyKbb_UII_Arsi 14_ a_kiki cs_kayu-lengkap_okky
Kbb_UII_Arsi 14_ a_kiki cs_kayu-lengkap_okky
 
Pertemuan 2 pengetahuan dasar konstruksi kayu
Pertemuan 2 pengetahuan dasar konstruksi kayuPertemuan 2 pengetahuan dasar konstruksi kayu
Pertemuan 2 pengetahuan dasar konstruksi kayu
 
130 229-1-pb
130 229-1-pb130 229-1-pb
130 229-1-pb
 
Konstruksi kayu
Konstruksi kayuKonstruksi kayu
Konstruksi kayu
 
Bahan bangunan
Bahan bangunanBahan bangunan
Bahan bangunan
 
KAYU
KAYUKAYU
KAYU
 
Sabut Kelapa dan Serbuk Gergaji Kayu Pinus sebagai Papan Partikel Bahan Bang...
Sabut Kelapa dan Serbuk Gergaji Kayu Pinus  sebagai Papan Partikel Bahan Bang...Sabut Kelapa dan Serbuk Gergaji Kayu Pinus  sebagai Papan Partikel Bahan Bang...
Sabut Kelapa dan Serbuk Gergaji Kayu Pinus sebagai Papan Partikel Bahan Bang...
 
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
 

Recently uploaded

ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARUATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
sayangkamuu240203
 
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
langkahgontay88
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
FORTRESS
 

Recently uploaded (20)

BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
 
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxMedia Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
 
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptPelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
 
Pernyataan SAK 1 Pelaporan Keuangan.pptx
Pernyataan SAK 1 Pelaporan Keuangan.pptxPernyataan SAK 1 Pelaporan Keuangan.pptx
Pernyataan SAK 1 Pelaporan Keuangan.pptx
 
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxLAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
 
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARUATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
 
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
 
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdfPPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
 
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotecabortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
 
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOTSTRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
 
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael RadaAPAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
 
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
 
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
 
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita taniAdministrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
 

123-Article Text-234-1-10-1267378e-20190917.docx

  • 1. 6 Selodang Mayang, Vol. 5 No. 2, Bulan 2019:8 ISSN: 2620-3332 Selodang Mayang ANALISIS JEMBATAN KAYU KOMPOSIT BERBASIS MATERIAL DAN KEARIFAN LOKAL (STUDI KASUS : KABUPATEN INDRAGIRI HILIR) Ali Murtono1 , Ari Sandhyavitri2 , Zulfikar Djauhari3 1,2,3 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru Email: amurtono81@gmail.com Received : 15 Juli 2019; Accepted : 3 Agustus 2019 Abstract Availability of wood with properties suitable for bridge construction is increasingly scarce. The reason is the diminishing size of the forest as a source of timber. To anticipate this, an innovation is needed by utilizing wood that is still widely available, but its nature does not meet the requirements. The method used is the application of wood composites as the raw material for bridge construction. In this regard, the purpose of this study is to examine the behavior of class I and class III wood composites. To achieve these objectives, wood composite applications are used as raw material for bridge construction The results of flexural testing of meranti-balau composite wood samples with a composition of 10% high grade wood obtained an average flexural strength of 559.89 kg / cm2 (E11). Meranti-balau composite wood with a composition of 20% high grade wood obtained an average flexural strength of 597.79 kg / cm2 (E11). Whereas meranti-balau composite wood with 30% high grade wood composition obtained an average flexural strength of 673.92 kg / cm2 (E13). This of course can provide alternative substitution for the use of strong-grade wood that has been difficult to find. So it can be concluded that the use of class I and class III composite wood is suitable for bridge structures with a maximum load of 500 kg. . Keywords: Bridge, Wood, Composite, Lamination Abstrak Ketersediaan kayu dengan sifat yang sesuai untuk konstruksi jembatan sudah semakin langka. Penyebabnya adalah semakin berkurangnya luasan hutan sebagai sumber penghasil kayu. Untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan suatu inovasi dengan memanfaatkan kayu-kayu yang masih banyak tersedia tetapi sifatnya tidak memenuhi syarat. Terkait dengan hal tersebut, tujuan penelitian ini mengkaji perilaku komposit kayu kelas I dan kayu kelas III. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan aplikasi komposit kayu sebagai bahan baku kontruksi jembatan. Hasil pengujian lentur sampel kayu komposit meranti-balau dengan komposisi kayu kelas tinggi 10% diperoleh nilai kuat lentur rerata sebesar 559,89 kg/cm2 (E11) . Kayu komposit meranti-balau dengan komposisi kayu kelas tinggi 20% diperoleh nilai kuat lentur rerata sebesar 597,79 kg/cm2 (E11). Sedangkan Kayu komposit meranti-balau dengan komposisi kayu kelas tinggi 30% diperoleh nilai kuat lentur rerata sebesar 673,92 kg/cm2 (E13). Hal ini tentunya dapat memberikan alternatif subtitusi penggunaan kayu kelas kuat yang sudah sulit ditemui. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan kayu komposit kelas I dan kelas III layak untuk struktur jembatan dengan beban maksimal 500 kg. . Kata Kunci : Jembatan, Kayu, Komposit, Laminasi 1. PENDAHULUAN Kondisi alam dengan banyaknya sungai- sungai baik kecil maupun besar merupakan salah satu penghambat dalam aksesibilitas transportasi darat masyarakat dibeberapa daerah di Provinsi Riau terutama di wilayah pesisir seperti Kabupaten Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Rokan Hilir, Siak dan Meranti.
  • 2. 7 ISSN:Jurnal BAPPEDA Nama Jurnal: Kabupaten Indragiri Hilir terdapat 709 jembatan dengan panjang total 15.108,70 Km [1]. Hal inilah yang membuat Kabupaten Indragiri Hilir dijuluki negeri seribu parit. Untuk meningkatkan sistem tatanan transportasi yang baik diperlukan prasarana infrastruktur yang mendukung salah satunya adalah jembatan. Jembatan merupakan sarana infrastruktur yang dapat menghubungkan antar wilayah satu dengan yang lainnya untuk dapat meningkatkan pergerakan ekonomi antar wilayah [2]. Keterbatasan akan sumber daya manusia lokal di daerah terpencil mengakibatkan sulitnya membuat jembatan yang memiliki kontruksi pengerjaan dengan menggunakan teknologi tinggi seperti pengelasan. Pada Gambar dibawah ini merupakan salah satu kondisi jembatan eksisting di lokasi penelitian yaitu jembatan dengan komponen struktur yang dibuat dengan sistem pengelasan namun terlalu cepat mengalami korosi. Oleh karena itu diperlukan alternatif material konstruksi yang dapat dilakukan dalam menanggulangi masalah tersebut salah satunya adalah material kayu. Gambar 1 Jembatan di Desa Sialang Panjang Kecamatan Tembilahan Hulu Ketersediaan kayu dengan sifat yang sesuai dengan jembatan sudah semakin langka diperoleh seperti kayu Kulim (Pongamia pinnata), kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri), kayu Merbau (Intsia bijuga), Meranti Batu (Shorea sp) dan beberapa jenis kayu kelas kuat satu lainnya [3]. Untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan suatu inovasi dengan memanfaatkan kayu-kayu yang masih banyak tersedia tetapi sifatnya tidak memenuhi syarat. Cara yang dilakukan adalah dengan aplikasi komposit kayu serta peningkatan ketahanan, kekuatan serta keawetan dari kayu yang dijadikan sebagai bahan baku kontruksi jembatan [4]. Masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir memiliki keterampilan dalam membuat kapal dari kayu. Keahlian inilah yang menjadi motivasi untuk pemberdayaan masyarakat dalam hal konstruksi jembatan kayu. Gambar 2 Salah Satu Keahlian Masyarakat Indragiri Hilir Dalam Konstruksi Kapal Kayu Semakin menurunnya kualitas dan kuantitas kayu hutan alam, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi dapat dilakukan dengan pemanfaatan kayu lokal mutu rendah dari jenis-jenis kayu cepat tumbuh (fast growing) dengan teknologi kayu komposit. Jenis-jenis kayu cepat tumbuh pada umumnya mempunyai ciri berdiameter kecil dan mutu rendah, misalnya; kayu Agatis, Acacia Magnium, Mahang, dan Sengon. Apabila jenis-jenis kayu tersebut dimanfaatkan sebagai bahan pengisi kayu komposit, selain dapat menghemat penggunaan kayu berkualitas lebih tinggi, dapat pula diaplikasikan untuk keperluan konstruksi beban berat yang relatif murah dan relatif tahan lama. Penelitian ini bertujuan untuk (i) Mengidentifikasi beberapa jenis kayu dari material kayu lokal yang umum dijadikan jembatan di area relatif sulit dijangkau di Kabupaten Indragiri Hilir ; (ii) Menguji sifat fisik (density dan kadar air) serta sifat mekanik (kuat lentur, tekan dan geser) kayu lokal dan material komposit (termasuk aplikasi pengeringan dan sambungan konvensional) dan (iii) Analisa Keamanan struktur gelagar jembatan kayu komposit. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jembatan Kayu (Wood Bridges) Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana yang mempunyai panjang relatif pendek dengan beban yang diterima relatif ringan. Meskipun pembuatannya menggunakan bahan utama kayu, struktur dalam perencanaan atau pembuatannya tetap memperhatikan dan mempertimbangkan ilmu gaya (mekanika) [5].
  • 3. 8 Selodang Mayang, Vol. 5 No. 2, Bulan 2019:8 ISSN: 2620-3332 Selodang Mayang 2.2 Pengertian Tentang Struktur Kayu Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya adalah kayu. Dalam perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif dalam perencanaan pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah: rangka kuda-kuda, rangka dan gelagar jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan [6]. Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki kelemahan struktural, sehingga pengunaan kayu sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifat- sifat tersebut. Oleh sebab itu, maka struktur kayu kurang popular dibandingkan dengan beton dan baja. Akibatnya saatini terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur menjadi bahan pemerindah (dekoratif) [7]. Namun demikian pada kondisi tertentu (misalnya: pada daerah tertentu, dimana secara ekonomis kayu lebih menguntungkan dari padapenggunaan bahan yanglain) peranan kayu sebagai bahan struktur masih digunakan. 2.3 Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Kayu memiliki perbedaan kekuatan dan kekakuan bukan saja antar spesies, namun juga dalan species yang sama [8]. Hal tersebut di atas disebabkan oleh beberapa kondisi antara lain; karena sifat pertumbuhan kayu, iklim, kepadatan hutan, lokasi pengolahan kayu, kadar air, dan cacat-cacat kayu sehingga berpengaruh pula pada sifat fisik dan mekanik kayu yang dihasilkan [9]. Pada umumnya kayu-kayu yang terberat merupakan kayu yang terkuat dan bahwa keteguhan, kekerasan dan hampir semua sifat-sifat teknis lainnya berbanding lurus dengan berat jenis. Penyimpangan- penyimpangan dapat terjadi antara lain disebabkan oleh kadar ekstraktiv yang tinggi atau endapan-endapan diantara serabut- serabut kayu. Zat-zat tersebut tidak meningkatkan kekuatan mekanik kayu, tetapi umumnya pertambahan tebal dinding serabut-serabut dan sel-sel menyebabkan kenaikan berat jenis kayu [10]. 2.4 Kayu Laminasi (glulam) Kayu laminasi atau dikenal juga secara luas dengan istilah glulam (glue laminated) mulai diperkenalkan di Eropa pada akhir abad ke 19, berupa lapisan-lapisan kayu gergajian (lumbers) yang dilekatkan dengan bahan resin tertentu sehingga semua lapisan seratnya sejajar pada arah memanjang. Pembuatan struktur kayu glulam telah dimulai di Jerman pada tahun 1906 menggunakan jenis perekat casein, kemudian di Switzerland dan Scandinavia, tetapi produksi balok laminasi dalam skala besar dimulai di Amerika beberapa tahun sebelum perang dunia ke II, seiring berkembangnya teknologi dalam pembuatan resin sintetis [11]. Glulam berbentuk lengkungan (arch erected) mulai dibuat di Laboratorium Forest Products U.S.D.A. Madison, Wisconsin pada tahun 1934. Aplikasi struktur glulam lainnya telah dibuat bentuk curved arches dan kubah dengan panjang bentangan masing-masing mencapai 91 dan 115 meter. Struktur glulam memiliki beberapa kelebihan dibanding kayu gegajian yang solid, yakni; ukuran dapat dibuat lebih tinggi, lebih lebar, bentangan yang lebih panjang, bentuk penampang lengkung (curved) dan konfigurasi bentuk lonjong dapat difabrikasi dengan mudah, mutu kayu lebih rendah dapat digunakan pada daerah tegangan rendah, pengeringan awal tiap lapisan kayu dapat mengurangi perubahan bentuk, serta reduksi kekuatan akibat adanya cacat cacat kayu (misalnya mata kayu) menjadi lebih acak di sepanjang volume balok [12]. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Indragiri Hilir untuk survey tentang jenis kayu lokal. Lokasi penelitian ini di pilih karena Kabupaten ini merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah parit dan sungai yang banyak di Provinsi Riau. Gambar 3 Peta Administrasi Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau
  • 4. 9 ISSN:Jurnal BAPPEDA Nama Jurnal: 3.2 Bahan dan Alat Penelitian Adapun bahan-bahan dalam penelitian ini adalah (i) Dua jenis kayu potensial lokal (Kayu Balau untuk kayu kelas I dan Kayu Meranti untuk kayu kelas III) ; (ii) Komponen Perekat Epoxybond berbasis Epoxy dan Crossbond berbasis PVAc– modifikasi. Gambar 4 Bahan Dasar Sampel Kayu yang di Jual di Pasaran Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokan menjadi: 1. Alat untuk pengolahan dan penyiapan bahan Alat-alat yang digunakan yakni : a. Mesin gergaji band saw untuk membelah kayu ; b. Mesin gergaji circular saw untuk membuat sampel uji sifat fisik dan mekanik ; c. Mesin planner untuk meyerut kayu ; d. Meteran untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi bahan baku, meteran yang digunakan panjang pengukuran sampai 5 meter ; e. Alat-alat kelengkapan untuk membuat benda uji blok geser laminasi seperti klem penjepit, wadah tempat adukan perekat, alat pengaduk (stick), pelat baja lentur dan sarung tangan ; f. Timbangan meja untuk menimbang bahan perekat, bahan pengisi (filler) dan pengeras (hardener) ; g. Clamp 2. Alat uji sifat fisik dan mekanik kayu Peralatan pengamatan dan pengukuran sifat-sifat fisik dan sifat mekanik kayu, yakni : a. Moisture- meter untuk menentukan persentase kadar air atau kadar lengas kayu ; b. Oven untuk mengeringkan kayu yang berguna untuk penentuan kadar lengas sampel kayu. ; c. Timbangan meja untuk menimbang berat sampel kayu. Timbangan yang digunakan dengan ketelitian 0.001 gram ; d. Kaliper untuk mengukur panjang, lebar dan tebal sampel kayu, kaliper yang digunakan yang mempunyai panjang pengukuran sampai 300 mm, ketelitian sampai 0,05 mm ;e. Gelas ukur untuk penimbangan berat immersion sampel kayu. Gelas ukur yang digunakan kapasitas 500 cc ; f. Universal Testing Machine (UTM), untuk pengujian sifat-sifat mekanik kayu. 3. Alat untuk membuat balok glulam yaitu : a. Gelas ukur untuk tempat (wadah) bahan perekat. Gelas ukur yang digunakan kapasitas 100 cc, 250 cc dan 500 cc. ; b. Meteran untuk mengukur panjang balok glulam, panjang pengukuran sampai 5 meter. ; c. Alat-alat kelengkapan untuk membuat balok laminasi seperti klem penjepit, wadah tempat adukan perekat, alat pengaduk (stick), pelat baja lentur, kuas dan sarung tangan 3.3 Benda Uji 1. Benda uji pendahuluan Ukuran benda uji untuk pengujian sifat fisik dan mekanik kayu menggunakan standar ASTM D 143-94 dan SNI 03-3960-1995. Pengujian sifat fisik dan mekanik meliputi da uji kerapatan kayu, kadar lengas kayu, uji lentur, uji geser laminasi. Masing-masing benda uji dibuat tiga ulangan. Benda uji geser laminasi dibuat dua variasi jenis perekat (Epoxy dan Crossbond), masing-masing tiga ulangan, pengempaan dilakukan dengan mengencangkan baut pada baja profil, lama waktu pengempaan ditetapkan selama 10 jam. Jumlah benda uji untuk pengujian pendahuluan secara lengkap sebagai berikut : 2. Pembuatan benda uji sifat fisik dan mekanik Benda uji untuk pengujian sifat fisik dan mekanik kayu diambil dari sampel kayu yang bebas dari cacat-cacat, meliputi benda uji kerapatan kayu, kadar lengas kayu, uji lentur, serta uji geser laminasi. Ukuran benda uji balok lentur dibuat ukuran 50 x 50 x 760 mm, sesuai standar menurut ASTM D 143-94, masing-masing benda uji dibuat tiga ulangan. 3. Pembuatan benda uji geser laminasi Papan-papan ukuran masing-masing benda uji sebanyak 2 x( 25 x 90 x 200 mm) serta 50 x 90 x 200 disiapkan untuk pembuatan sampel uji geser laminasi. Permukaan kayu
  • 5. 10 Selodang Mayang, Vol. 5 No. 2, Bulan 2019:8 ISSN: 2620-3332 Selodang Mayang pada bidang yang akan direkat dibersihkan dari debu. Bahan perekat disiapkan dan ditimbang untuk tiap lapis papan. Bahan perekat Epoxy dan hardener ditimbang sesuai kebutuhan. Perekat Epoxy dan hardener dicampur perbandingan 1 : 1, kemudian diaduk dengan kecepatan konstan menggunakan tongkat kayu sampai adonan rata dan tidak terlihat gumpalan. Permukaan bidang rekat papan dilaburkan dengan alat pelat baja tipis pada kedua sisi bidang rekat papan sampai rata. Selanjutnya dilakukan pengempaan kedua sisi tersebut dengan tekanan kempa antara 1 sampai 1,1 MPa. Pengempaan dilakukan selama 10 jam pada suhu ruangan. Setelah pengempaan selesai, dibiarkan selama satu hari, lalu dipotong menjadi benda uji geser, bentuk pemotongan bahan seperti terlihat pada gambar 5. Gambar 5 Benda Uji Blok Geser Laminasi 3.4 Pengujian sifat fisik dan mekanik kayu Pengujian sifat fisik dan mekanik kayu meliputi kerapatan kayu, kadar lengas kayu, uji lentur serta uji geser laminasi. Pengujian kerapatan kayu dilakukan dengan cara menimbang berat sampel kayu dengan ketelitian 0,001 gram. Kadar air masing- masing benda uji dikontrol menggunakan alat moisture meter serta dicacat besarnya kadar air kayu yang diperoleh. Benda uji kemudian diukur volumenya (sisi lebar x tebal x tinggi) menggunakan kaliper (sampai ketelitian 0,1 mm) lalu dicatat. Benda uji kemudian diukur volumenya menggunakan alat kaliper dengan ketelitian sampai 0,01. Perhitungan kerapatan kayu dihitung dengan rumus berikut: w = w V mw …….……………………..……(1) mw = berat sampel kayu pada kondisi kadar air tertentu (gram), Vw = volume kayu ((tebal x lebar x tinggi), (dalam mm)). Pengujian kadar air benda uji dilakukan dengan cara dikeringkan dalam oven sampai berat benda uji konstan pada 103 ± 2o C. Berat konstan dicapai bila dalam dua kali penimbangan berturutan selang waktu enam jam, selisih berat benda uji hanya berbeda maksimum 0,5 persen. Bila kondisi kadar air kering oven tercapai, maka benda uji dikeluarkan dari oven untuk selanjutnya didinginkan dalam desikator dan ditutup rapat selama 15 menit untuk mencegah kayu menyerap air di udara lebih dari 0,1 persen. Kadar air kayu, uu dihitung dengan rumus berikut: 100 x w w w u o o u u   (%) …………..(2) wu = berat benda uji awal (kering udara), wo = berat benda uji kering oven. Pengujian sifat mekanik kayu dilakukan dengan mesin uji UTM. Setelah dilakukan pengujian, kadar air benda uji dikontrol menggunakan alat moisture meter lalu harga yang terbaca pada alat dicatat. Pengujian-pengujian sifat mekanik kayu dimulai dengan mengukur sisi tebal, lebar dan panjang penampang benda uji dengan ketelitian 0,1 mm. Benda uji diletakkan pada posisinya pada alat UTM dan dilakukan pembebanan pada kecepatan pembebanan konstan dan diusahakan benda uji rusak hanya dalam 1,5 sampai 2 menit. Pengujian lentur dilakukan dengan mengukur dimensi benda uji di tengah- tengah penampang memanjangnya dengan ketelitian 0,1 mm (posisi lebar pada bidang radial dan tinggi atau tebal bidang tangensial). Jarak antar tumpuan (sendi rol) adalah sebesar 12 sampai 16 kali tinggi benda uji. Pengujian modulus elastisitas bahan dilakukan dengan mengukur dimensi benda uji pada penampang memanjangnya dengan ketelitian 0,1 mm (posisi lebar pada bidang radial dan tinggi atau tebal bidang tangensial). Pembebanan dilakukan dua titik dengan jarak sepertiga panjang bentang. Pengujian dilakukan dengan kecepatan pembebanan yang konstan sampai 18 MPa dalam waktu 30 detik. Kemudian kurangi pembebanan pelan-pelan sampai 5 MPa, selanjutnya naikkan laig sampai 18 MPa lalu diturunkan lagi menjadi 5 MPa. Selama siklus naik-turun pembebanan, dicacat defleksi yang terjadi dalam waktu kurang dari 10 detik pada saat pembebanan 7 MPa dan 18 MPa. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kadar Air dan Kerapatan Kayu Pengamatan terhadap kadar air benda uji dilakukan terhadap dua jenis kayu yakni kayu Balau dan kayu Meranti. Kayu Balau
  • 6. 11 ISSN:Jurnal BAPPEDA Nama Jurnal: merupakan jenis kayu mutu tinggi, kelas kuat I sampai II, serta kayu Meranti mewakili jenis kayu mutu rendah. Hasil pengujian terhadap kadar air kayu Balau diperoleh hasil pada kisaran 17,83% sampai 19,76% dengan nilai rata-rata kadar air sebesar 18,40%. Sedangkan hasil pengujian terhadap kadar air kayu Meranti diperoleh hasil pada kisaran 16,67% sampai 14,07% dengan nilai rata-rata kadar air sebesar 15,30% sebagaimana terlihat pada Tabel 1, dengan demikian berarti kadar air benda uji telah mencapai kadar air yang diharapkan yakni kadar air kering udara, dimana kadar air kering udara di Indonesia berkisar antara 12 sampai 20 persen [13]. Tabel 1 Data Hasil Pengujian Kadar Air dan Kerapatan Kayu N O KODE SAMPE L UJI DIMENSI (cm) VOLUM E (cm3 ) BERA T AWA L (gr) BERA T AKHI R (gr) KADAR AIR KERAPATAN KELAS KAYU P L T (%) RERATA (%) (gr/c m3 ) RERAT A (gr/cm 3 ) 1 Balau (BL 01) 6,20 2,10 2,2 0 28,64 30,40 25,80 17,8 3 18,40 1,06 1,09 Balau (BL 02) 6,20 2,10 2,0 0 26,04 29,40 25,00 17,6 0 1,13 I Balau (BL 03) 6,10 2,10 2,2 0 28,18 30,30 25,30 19,7 6 1,08 2 Meranti (MR 01) 6,20 2,10 2,3 0 29,95 16,10 13,80 16,6 7 15,30 0,54 0,58 Meranti (MR 02) 6,10 2,00 2,1 0 25,62 15,20 13,20 15,1 5 0,59 III Meranti (MR 03) 6,20 2,00 2,0 0 24,80 15,40 13,50 14,0 7 0,62 Sumber: Data olahan, 2018 Bila mengacu pada ketentuan yang disyaratkan untuk kayu laminasi, kadar air yang disaran yakni sebesar 16 persen atau kurang. Kadar air mempengaruhi kedalaman penembusan (penetrasi) perekat dan juga lamanya waktu pengerasan (masa curing) perekat [14]. Bila perekat cair diberikan pada kayu kering (kadar air kurang dari 5 persen), kayu akan dengan cepat menyerap banyak sekali air dari perekatnya, pada kadar air kayu 15 sampai 30 persen, kayu akan kehilangan air lebih kecil dan akan lebih bergerak (mobile) karena dapat menyerap air lebih sedikit. Untuk perekatan kayu pada suhu normal, digunakan kadar air sebesar 15 persen, namun hal ini juga tergantung dari jenis perekat yang digunakan. Hasil pengujian terhadap kerapatan masing- masing benda uji diperoleh sebagai berikut: Rata-rata kerapatan kayu Balau adalah sebesar 1,09 g/cm3, sedangkan untuk benda uji kayu Meranti sebesar 0,58 g/cm3. 4.2 Analisis Kuat Lentur Material Kayu untuk Konstruksi Emergency Bridge Berdasarkan hasil pengujian lentur balok mengacu standar ASTM D 143-94 diperoleh nilai kuat lentur rerata kayu balau sebesar 1237,21 kg/cm2 (E24) dan kuat lentur rerata kayu meranti sebesar 481,18 kg/cm2 (E9). Sedangkan untuk sampel kayu komposit meranti-balau dengan komposisi kayu kelas tinggi 10% diperoleh nilai kuat lentur rerata sebesar 559,89 kg/cm2 (E11) . Kayu komposit meranti-balau dengan komposisi kayu kelas tinggi 20% diperoleh nilai kuat lentur rerata sebesar 597,79 kg/cm2 (E11). Sedangkan Kayu komposit meranti-balau dengan komposisi kayu kelas tinggi 30% diperoleh nilai kuat lentur rerata sebesar 673,92 kg/cm2 (E13). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Dari gambar 6 dibawah dapat dinyatakan bahwa teknologi komposit laminasi kayu memanfaatkan kayu mutu rendah sebagai bahan pengisi balok dapat meningkatkan kuat lentur dan modulus elastisitas bahan
  • 7. 12 Selodang Mayang, Vol. 5 No. 2, Bulan 2019:8 ISSN: 2620-3332 Selodang Mayang Gambar 6 Grafik Hasil Uji Kuat Lentur Berdasarkan SNI 03-3960-1995 Sumber: Data olahan, 2018 4.3 Model Kerusakan Balok Akibat Kuat Lentur Dari grafik hasil pengujian lentur diperoleh gambaran bahwa hasil uji lentur kayu Balau dan kayu Meranti memperlihatkan sifat daktail bahan yang mana benda uji mampu untuk mempertahankan beban dengan regangan yang relatif cukup besar, dari hasil pengamatan secara visual terhadap kerusakan benda uji (Gambar 7) terlihat kerusakan serat kayu terjadi secara sobekan atau pecah searah serat kayu, di sisi bawah, type kerusakan tersebut dikenal dengan type kerusakan simple tension, cross grain tension, dan splintering tension [15]. Gambar 7 Model Kerusakan Kayu Komposit 30% Hasil uji balok kayu Meranti yang dikompositkan dengan kayu Balau (30%) terlihat dua benda uji terlihat model kerusakan mulai terjadi pada bagian lapisan bawah kayu Meranti, selanjutnya diikuti lepasnya lapisan bidang rekat kayu yang menyebar sepanjang lapisan bidang rekatan antara kayu Meranti dan kayu Balau. 4.4 Analisa Kuat Geser Material Kayu Pengujian balok geser laminasi kayu yang dikompositkan menggunakan dua jenis bahan perekat type exterior (perekat Merek Epoxybond berbahan dasar Epoxy dan Crossbond X4 yang berbahan dasar PVAC) diperoleh nilai kuat geser kayu komposit meranti – balau sebesar 27,01 kg/cm2 dapat dinyatakan bahwa dari hasil uji kuat geser laminasi untuk jenis kayu Meranti dan kayu Balau memenuhi syarat untuk jenis perekat Epoxybond dan Crossbond X4. Untuk perekatan menggunakan bahan perekat Epoxybond dan Crossbond X4 memenuhi syarat untuk semua jenis kayu yang diuji. Gambar 8 Hasil Uji Geser Laminasi Kayu Meranti-Balau menggunakan Perekat Epoxy 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 BALAU MERANTI MR-BL 10% MR-BL 20% MR-BL 30% 1237.210462 481.18032 559.892 597.7856 673.9224 HASIL PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU SAMPEL KAYU
  • 8. 13 ISSN:Jurnal BAPPEDA Nama Jurnal: 4.5 Analisis Pengujian Kuat Tekan Material Kayu Berdasarkan hasil pengujian tekanbalok mengacu standar ASTM D 143-94 diperoleh nilai kuat tekan rerata kayu balau sebesar 743,93 kg/cm2 yang mana termasuk kedalam kayu kelas I dan kuat tekan rerata kayu meranti sebesar 330,68 kg/cm2 yang mana jenis kayu ini termasuk kayu kelas III. Gambar 9 Grafik Hasil Uji Kuat Tekan Material Kayu 4.6 Analisis Struktur Jembatan Pada penelitian ini pemodelan jembatan dilakukan untuk memberikan gambaran desain sederhana tentang jembatan yang mudah diaplikasikan oleh masyarakat lokal. Jembatan didesain sedemikian rupa dengan tetap memperhatikan prinsip keseimbangan dan kekuatan struktur jembatan. Adapun spesifikasi jembatan yang direncanakan adalah sebagai berikut : Data Teknis Jembatan Emergency Bridge 1. Panjang Bentang, L : 10 m 2. Lebar Jembatan, B : 2,75 m 3. Ukuran Gelagar: h = 0,7 m ; b = 0,4 m (Gelagar menggunakan double gelagar 60/20) 4. Berat Jenis Kayu : 800 kg/m3 5. Tebal Lantai : 0,03 m 6. Jumlah Gelagar : 4 buah Analisa Perhitungan Struktur Jembatan 1. Menghitung beban jembatan Beban Mati a. Berat sendiri gelagar = h x b x Bj. Kayu = 0,7 m x 0,4 m x 800 kg/m3 = 224 kg /m b. Berat Lantai Jembatan = Bj. Kayu x (B/4) x Tebal Lantai = 800 kg/m3 x (2,75/4) x 0,03 m = 16,5 kg/m Total B. mati Jembatan = 240, 5 kg/m Beban Hidup Beban Lajur untuk lebar lantai < 5 m : P = 12 ton ; q = 2,2 ton/m (untuk L , 30 m) maka nilai p = 4,36 dan q = 0,80 koefisien kejut = 1,333 Jarak antar gelagar, s = 0,917 m Beban Kendaraan ( Beban D) a. Beban Terpusat = p x Koef. Kejut x s = 4,36 x 1,333 x 0,917 = 5,33 ton ≈ 5333,33 kg Total Pembebanan (1,6 LL) = 1,6 x 5333,33 = 8.533,33 kg ≈ 85.333,33 Nm b. Beban Merata = q x Koef. Kejut x s = 0,80 x 1,333 x 0,917 = 0,98 ton ≈ 977,78 kg/m Total Pembebanan (1,2DL +1,6LL) = 1.853,04 kg ≈ 18.530,44 Nm 2. Menghitung Gaya-Gaya Dalam a. Akibat Beban Merata 𝑀𝑢 = 𝑞𝑢. 𝑙2 8 𝑀𝑢 = 18530,44 𝑁𝑚. 102 8 𝑀𝑢 = 231.630, 56 𝑁𝑚 b. Akibat Beban Terpusat 0 200 400 600 800 Balau Meranti Balau, 743.9293228 Meranti, 330.6840967 KUAT TEKAN (KG/CM2) Kayu Hasil Pengujian Kuat Tekan
  • 9. 14 Selodang Mayang, Vol. 5 No. 2, Bulan 2019:8 ISSN: 2620-3332 Selodang Mayang 𝑀𝑢 = 𝑞𝑢. 𝑙 4 𝑀𝑢 = 85.333,33 𝑁𝑚. 10 4 𝑀𝑢 = 213.333,33 𝑁𝑚 Maka, Total gaya-gaya dalam = 444.963,89 Nm ≈ 444.963.888,89 Nmm 3. Menghitung Dimensi Gelagar Untuk dimensi gelagar dicoba menggunakan gelagar 70/20 double, maka Fb’ = Fb(Cm)(Ct)(Ci)(Cf)(Cfu)(Cr)(Ci) Fb’ = 27(0,8)(1)(1)(1)(1)(1,15)(1) Fb’ = 24,84 Mpa S perlu = 𝑀𝑢 𝐹𝑏′ S perlu = 444.963.888,89 Nmm 24,84 Mpa S perlu = 17.913.200,04 mm3 dipakai dimensi gelagar 70/20 (ganda), maka : S = 1 6 ⁄ 𝑏ℎ2 S = 1 6 ⁄ 400. 7002 S = 32.666.667 mm3 S > Sperlu ... ok!! 4. Cek Lentur Balok M’ = 𝐹𝑏′ 𝑆 M’ = 24,84 𝑀𝑝𝑎 𝑥 32.666.667 mm M’ = 811.440.000,0 Nmm ≈ 811,44 KNm Mu ≤ M'*θb*λ 444,96 ≤ 811,44 x 0,85 x 0,8 444,96 ≤ 551,78 lentur ok !!! 5. Cek Geser Balok Menghitung nilai, Vu Vu = (18530,44 𝑥 10 2 + 85333,33 2 ) Vu = 135.318,89 N ≈ 135,32 KNm Menghitung nilai, Fv’ Fv’ = Fv (Cm) (Ct) (Ci) Fv’ = 4,8 (0,87) (1) (1) Fv’ = 4,176 Mpa Menghitung nilai, V’ V’ = 2 3 𝐹𝑣′ 𝑏. 𝑑 V’ = 2 3 4,176 𝑥 700.400 V’ = 779.520 N ≈ 780 KN Syarat Vu ≤ V'*θv*λ, maka : Vu ≤ V'*θv*λ 135,32 ≤ 780 *0,75*0,8 135,32 ≤ 468 geser ok!!! 6. Cek Lendutan E1 = 12.797 Mpa E2 = 7.706 Mpa Untuk itu maka dihitung nilai I transformasi berdasarkan rumus, Ukuran Gelagar h = 0,7 m = 700 mm h1 = 0,1 m x 700 mm = 70 mm b = 0,4 m = 400 mm h2 = 700 – 70 – 70 = 560 mm maka, It = 15.119.430.504,37 mm4 = 1.511.943,05 cm4 Ew’ = 7.706 Mpa Maka diperoleh besaran lendutan yang terjadi: Akibat beban merata, ∆𝑙= 5𝑤𝐿𝐿4 384𝐸′𝐼 ∆𝑙= 5 𝑥 9,8 𝑥 10.0004 384 𝑥 15.119.430.504,37 x 7.706 ∆𝑙= 10,9273412 𝑚𝑚 ≈ 1,09 cm Akibat beban terpusat, ∆𝑙= 𝑄𝑢𝐿3 48𝐸′𝐼 ∆𝑙= 85333,33 𝑥 10.0003 48 𝑥 15.119.430.504,37 x 7.706 ∆𝑙= 15,2585 𝑚𝑚 ≈ 1,53 cm Total lendutan = Total lendutan Akibat Beban Merata + Total lendutan Akibat Beban Terpusat Total lendutan = 26,186 mm , sedangkan Lendutan izin ∆𝑖𝑧𝑖𝑛= 𝑙 360 = 27,78𝑚𝑚, 𝑚𝑎𝑘𝑎 Total lendutan < Lendutan izin 26,186 mm < 27,78 mm .... ok!!! Kesimpulannya, jembatan yang didesain dengan rencana panjang bentang 10 m dan lebar 2,75 m dengan mengunakan dimensi gelagar ganda ukuran 70/20 mm memenuhi persyaratan teknis dalam analisa perhitungan struktur 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah: 1. Berdasarkan hasil penelitian komposit kayu meranti – balau layak digunakan sebagai bahan elemen struktur jembatan di Kabupaten Indragiri Hilir. 2. Berdasarkan hasil pengujian kadar air sampel kayu Balau (shorea spp)
  • 10. 15 ISSN:Jurnal BAPPEDA Nama Jurnal: diperoleh nilai rerata 18,40 % dan nilai rerata kerapatan (density) 1,09 gr/cm3. Sedangkan sampel kayu meranti (shorea multiflora) diperoleh nilai rerata kadar air 15,30 % dan nilai kerapatan (density) rerata 0,58 gr/cm3. 3. Hsil pengujian kuat lentur sampel kayu Balau (shorea spp) diperoleh nilai kuat lentur rerata 1237,11 Kg/cm2 (E24). Kayu Meranti (shorea multiflora) diperoleh nilai kuat lentur rerata 481,18 kg/cm2 (E9). 4. Komposit meranti-balau dengan komposisi kayu kelas tinggi 10% diperoleh nilai kuat lentur rerata sebesar 559,89 kg/cm2 (E11), naik 16,35%. Kayu komposit meranti-balau dengan komposisi kayu kelas tinggi 20% diperoleh nilai kuat lentur rerata sebesar 597,79 kg/cm2 (E11), naik 24,23%. Sedangkan Kayu komposit meranti-balau dengan komposisi kayu kelas tinggi 30% diperoleh nilai kuat lentur rerata sebesar 673,92 kg/cm2 (E13), naik 40,05%. Hal ini tentunya dapat memberikan alternatif subtitusi penggunaan kayu kelas kuat yang sudah sulit ditemui 5. Berdasarkan analisis struktur jembatan yang didesain dengan rencana panjang bentang 10 m dan lebar 2,75 m dengan mengunakan dimensi gelagar ganda ukuran 70/20 mm memenuhi persyaratan teknis dalam analisa perhitungan struktur, didapatkan nilai lendutan 26 mm < lendutan ijin 27 mm dan nilai geser 135 KN < 468 KN ( geser ijin). E. SARAN Ada beberapa saran penting yang harus diperhatikan yaitu: 1. Penerapan teknologi komposit laminasi memerlukan beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, terutama teknik dan proses perekatan kayu serta perlunya perlakuan perlindungan kayu terhadap pengaruh cuaca luar, serta perawatan secara berkala selama masa layan konstruksi. Oleh karena itu perlu diteliti teknik perawatan kayu yang baik untuk dikompositkan. 2. Perlu diteliti lebih lanjut tentang jenis kayu lainnya yang dapat dijadikan material konstruksi jembatan kayu komposit di Kabupaten Indragiri Hilir. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Binas Marga Kabupaten Indragiri Hilir serta pihak-pihak Uiversitas Riau yang terlibat dalam membantu keperluan data dan lainnya. DAFTAR PUSTAKA [1] Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Indragiri Hilir, “Data Dasar Prasarana Jembatan,”2014. [2] Balitbang Provinsi Riau, “Pemanfaatan Teknologi Komposit Untuk Emergency Bridge Daerah-Daerah Yang Mengalami Hambatan Pada Akses Jembatan,”2016 [3] BPS, Statistics of Forestry Production 2017. Badan Pusat Statistik republik Indonesia, 2018 [4] Bohannan, B. dan Moody, R.C., Evolution of Glulam Strength Criteria, Forest Product Journal, Vol. 23, No. 6, pp.19-24, 1973. [5] Breyer, Donald. E., Design of Wood Structures, Second Edition, McGraw- Hill, Inc. New York, 1988. [6] Anonim, ---, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5, Departemen Pekerjaan Umum, PKKI-1961. [7] Gurfinkel, G., “Wood Engineering, Second Edition”, Kendall/Hunt Publishing Company, Dubuque, Iowa, 1981. [8] Blass, H.J. dkk., Timber Engineering Step I, First Edition, Centrum Hout, The Nedherlands, 1995 [9] Somayaji, S., Civil Engginering Materials, Prentice Hall, Englewood, Cliffs, New jersey, 1995. [10] Soewarsono P. H., Pengumuman Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan N.13; Berat Jenis dari Jenis-jenis Kayu Indonesia dan Pengertian Beratnya Kayu untuk Keperluan Praktek, (Terjemahan), Departemen Kehutanan, Bogor, 1990 [11] Tsoumis, G., Science and Technology of Wood, Vannostrand Reinhold, Newyork, 1991 [12] Robert H. Falk and Francois Colling, Laminating Effects in Glued-Laminated Timber Beams, Journal of Structural Engineering, Vol.121 No.12, pp. 1857- 1863, 1995 [13] Prayitno, T. A., “The Effect of White Clay Extention, Particle Size and Glue Spread on Urea Formaldehide-Wood
  • 11. 16 Selodang Mayang, Vol. 5 No. 2, Bulan 2019:8 ISSN: 2620-3332 Selodang Mayang Bond Strength”, Bulletin Fakultas Kehutanan, No. 25, pp. 21-42, 1994 [14] Madsen, B., “Duration of Load Test for Dry Lumber in Bending”, Forest Product Journal, Vol. 23, No. 2, pp. 21-28, 1972 [15] Nurhadi, H., “Trends in Timber Engineering for Structural Purphoses Part-I”, The Eight International Advanced Course on Seismology and Earthquake Engineering for Building Engineer, 14-25 Januari 1989.