SlideShare a Scribd company logo
PANDUAN PELAKSANAAN
EKSTRAKURIKULER WAJIB
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI
SEKOLAH DASAR
E D I S I R E V I S I
T A H U N 2 0 2 1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
DIREKTORAT SEKOLAH DASAR
I
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera bagi kita semua
Sejalan dengan Visi dan Misi Presiden
untuk mewujudkan Indonesia Maju yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
melalui terciptanya Pelajar Pancasila
yang bernalar kritis, kreatif, mandiri,
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia,
bergotong royong, dan berkebinekaan
global. Demikian halnya dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat pesat, telah
membawa perubahan yang signifikan
terhadap semua aspek kehidupan, tidak
terkecuali terhadap perubahan karakter
sumber daya manusia. Penguatan
pendidikan karakter peserta didik terus
kita upaya melalui berbagai program
dan kegiatan. Salah satunya melalui
revisi Panduan Pelaksanaan
Ekstrakulikuler Wajib Pendidikan
Kepramukaan di sekolah dasar.
Pembinaan peserta didik yang
berkualitas terus dilakukan baik melalui
intrakurikuler, kokurikuler, maupun
ekstrakurikuler. Implementasi
ekstrakurikuler dilaksanakan melalui
dua pola yang berkaitan, yakni pola
wajib dan pilihan. Ekstrakurikuler wajib
adalah Pendidikan Kepramukaan, bukan
berarti wajib menjadi anggota Pramuka.
Ekstrakurikuler pilihan dapat dipilih
peserta didik sesuai dengan bakat, dan
minat serta kemampuannya.
Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan
Kepramukaan dalam pelaksanaannya
perlu diatur dan dipandu agar dapat
dengan mudah diimplementasikan di
satuan pendidikan.
Harapan kami panduan ini dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas
dalam implementasi Ekstrakurikuler
Wajib Pendidikan Kepramukaan
khususnya di tingkat sekolah dasar.
Semoga panduan ini dapat membantu
dalam mengimplementasikan
pendidikan kepramukaan sebagai
ekstrakurikuler wajib, khususnya di
satuan pendidikan sekolah dasar.
Jakarta, Juni 2021
Direktur Sekolah Dasar
Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd.
NIP. 196807291988032001
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PANDUAN
C. DASAR HUKUM
D. HASIL YANG DIHARAPKAN
BAB II PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI
EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH DASAR
A. PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI
EKSTRAKULIKULER WAJIB DALAM KONTEKS KURIKULUM
2013
B. MODEL IMPLEMENTASI EKSTRAKULIKULER
WAJIB PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
C. PENGELOLA EKSTRAKULIKULER WAJIB
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI SEKOLAH DASAR
D. DAYA DUKUNG KETERLAKSANAAN PENDIDIKAN
KEPRAMUKAAN SEBAGAI EKSTRAKULIKULER WAJIB DI
SEKOLAH DASAR
BAB III PENERAPAN MODEL BLOK
A. KONSEP DASAR MODEL BLOK
B. SIFAT DAN BENTUK KEGIATAN MODEL BLOK
C. PENGORGANISASIAN DAN KONTEN KEGIATAN
MODEL BLOK
D. TAHAPAN MENYUSUN KEGIATAN MODEL BLOK
BAB IV PENERAPAN MODEL AKTUALISASI
A. KONSEP DASAR MODEL AKTUALISASI
B. SIFAT DAN BENTUK KEGIATAN MODEL
AKTUALISASI
C. PENGORGANISASIAN DAN KONTEN KEGIATAN MODEL
AKTUALISASI
D. TAHAPAN MENYUSUN KEGIATAN MODEL AKTUALISASI
BAB V PENERAPAN MODEL REGULER DI GUGUS DEPAN
A. GUGUS DEPAN DI SEKOLAH DASAR
B. PENERAPAN MODEL REGULER DI GUGUS DEPAN
C. PEMBINAAN PESERTA DIDIK DI GUGUS DEPAN
D. PERINDUKAN SIAGA
E. PASUKAN PENGGALANG
BAB VI PENUTUP
Lampiran-Lampiran
I I
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karakteristik kurikulum 2013 adalah dalam
setiap pembelajaran memiliki tujuan untuk
mengembangkan sikap spiritual, sosial,
pengetahuan, keterampilan sehingga dapat
diterapkan oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan bekal
pengalaman belajar yang didapatkan, peserta
didik akan menerapkannya dalam berbagai
situasi di sekolah dan masyarakat. Mata
pelajaran yang ada di dalam Kurikulum 2013
akan saling memperkuat dan memperkaya
antarmata pelajaran yang satu dengan yang
lain.
Dalam Kurikulum 2013, pendidikan
kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan
ekstrakurikuler wajib. Hal ini mengandung
makna bahwa pendidikan kepramukaan
merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang
secara sistemik diperankan sebagai wahana
penguatan psikologis-sosial-kultural
(reinforcement) perwujudan sikap dan
keterampilan Kurikulum 2013 yang secara
psikopedagogis koheren dengan
pengembangan sikap dan kecakapan dalam
pendidikan kepramukaan. Dengan demikian
pencapaian Kompetensi Inti Sikap Spiritual
(KI-1), Sikap Sosial (KI-2), dan Keterampilan
(KI-3) memperoleh penguatan bermakna
(meaningfull learning) melalui fasilitasi
sistemik-adaptif pendidikan kepramukaan di
lingkungan satuan pendidikan.
Pencapaian kompetensi inti dan kompetensi
dasar sebagaimana dimaksud dalam
Kurikulum 2013 tersebut dapat diwujudkan
melalui integrasi kegiatan intrakurikuler,
kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Melalui
kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik dapat
menemukan dan mengembangkan
potensinya, serta memberikan manfaat
sosial yang besar dalam mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan bekerja
sama dengan orang lain. Di samping itu,
kegiatan ekstrakurikuler berpotensi dapat
memfasilitasi bakat, minat, dan kreativitas
peserta didik yang berbeda-beda.
Pedoman pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler di satuan pendidikan telah
diatur dalam Permendikbud Nomor 62
Tahun 2014. Kegiatan ekstrakurikuler
sebagaimana yang dimaksud dalam
permendikbud ini dikelompokkan menjadi
kegiatan ekstrakurikuler wajib dan kegiatan
ekstrakurikuler pilihan. Kegiatan
ekstrakurikuler wajib adalah kegiatan
ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh
satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh
peserta didik, yakni Ekstrakurikuler Pendidikan
Kepramukaan. Sedangkan kegiatan
ekstrakurikuler pilihan meliputi kegiatan
yang mengacu pada minat, bakat, serta
kemampuan peserta didik sesuai pilihannya.
Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan
Kepramukaan (EWPK) bertujuan agar
peserta didik kuat karakter spiritual dan
sosial, mantap kebangsaan dan kenegaraan
Indonesia, dan kokoh kecakapan diri
sehingga peserta didik kelak mampu hidup
di tengah-tengah masyarakat. Selain itu,
EWPK juga dilaksanakan untuk Penguatan
Pendidikan Karakter bagi peserta didik.
Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun
2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
dijelaskan bahwa pembiasaan merupakan
serangkaian kegiatan yang harus dilakukan
peserta didik, guru, dan tenaga
kependidikan yang bertujuan untuk
menumbuhkan kebiasaan yang baik dan
2
membentuk generasi berkarakter positif.
Salah satu tujuan dari penumbuhan budi
pekerti antara lain adalah
menumbuhkembangkan lingkungan dan
budaya belajar yang serasi antara keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018
tentang Penguatan Pendidikan Karakter
pada Satuan Pendidikan Formal
mengamanatkan bahwa khusus bagi peserta
didik pada satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar atau satuan pendidikan
jenjang pendidikan menengah diberikan
ruang yang luas untuk mengembangkan
potensi melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
penanganan yang serius dalam
keterlaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah. Penyelenggaraan kegiatan
ekstrakurikuler membutuhkanpembina
yang bertanggung jawab, konsisten,
berkomitmen, dan tangguh. Pembina
tersebut harus berbekal penguasaan metode,
media, dan cara berkomunikasi yang tepat
menyesuaikan pola penguatan karakter yang
diharapkan.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa
guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
profesional. Salah satu prinsip
profesionalitas guru adalah memiliki
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugasnya. Kompetensi yang harus
dimiliki seorang guru meliputi empat aspek,
yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional. Keberhasilan dari
pembelajaran di sekolah selain dipengaruhi
oleh empat aspek kompetensi tersebut,
faktor lingkungan sekolah juga sangat
menentukan. Lingkungan sekolah yang
nyaman dan inspiratif merupakan faktor
penentu keberhasilan proses pembelajaran
yang dialami oleh peserta didik, guru, dan
tenaga kependidikan. Kenyamanan ini akan
didukung oleh pembiasaan sikap dan
pperilaku positif yang seharusnya menjadi
bagian dari proses belajar dan budaya setiap
sekolah sebagai wujud pencerminan nilai-
nilai Pancasila. Pembiasaan tersebut dapat
dilaksanakan ke dalam implementasi
Ekstrakuriluler Wajib Pendidikan
Kepramukaan.
Berdasarkan latar belakang itulah,
pelaksanaan Ekstrakurikuler Wajib
Pendidikan Kepramukaan senantiasa
memerhatikan aspek-aspek yang
dicanangkan dalam penumbuhan budi
pekerti untuk mengkristalisasi enam profil
Pelajar Pancasila, yaitu berakhlak mulia,
mandiri, bernalar kritis, berkebhinekaan
global, gotong royong, dan kreatif. Oleh
karenanya, perlu dibuat sebuah panduan
yang bersifat praktis dan sistematis dalam
upaya menerapkan pendidikan
kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib
di Sekolah Dasar mendorong untuk
penguatan pendidikan karakter.
B. Tujuan Panduan
Panduan ini dibuat sebagai acuan bagi
kepala sekolah, guru kelas/guru mata
pelajaran, dan pembina pramuka dalam
melaksanakan Pendidikan Kepramukaan
sebagai Ekstrakurikuler Wajib di satuan
pendidikan sesuai dengan tugas, fungsi, dan
perannya masing-masing termasuk Dinas
Pendidikan dalam merumuskan kebijakan
dan regulasi dalam mendukung
implementasi Permendikbud No. 63 Tahun
2014 tentang Pendidikan Kepramukaan
sebagai Ekstrakurikuler Wajib di Sekolah
Dasar dan Menengah.
C. Dasar Hukum
Dasar perundang-undangan dan peraturan
yang menjadi landasan panduan ini sebagai
berikut:
1
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3
Undang-undang Nomor 12 Tahun
2010 tentang Gerakan Pramuka;
D. Hasil yang Diharapkan
2
Dengan diterbitkannya panduan ini diharapkan seluruh Pemangku Kepentingan lebih
memahami teknis penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib
khususnya di tingkat sekolah dasar.
Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen;
3
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun
2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter;
4
Permendikbud Nomor 57 tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
5
Permendikbud Nomor 62 tahun 2014
tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada
Pendidikan Dasar dan Menengah;
6
Permendikbud Nomor 63 tahun 2014
tentang Pendidikan Kepramukaan
sebagai Ekstrakurikuler Wajib di
Sekolah Dasar dan Menengah;
7
Permendikbud Nomor 23 tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti;
8
Permendikbud Nomor 20 tahun 2016
tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah;
9
Permendikbud Nomor 21 tahun 2016
tentang Standar Isi Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah;
10
Permendikbud Nomor 22 tahun 2016
tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah;
11
Permendikbud Nomor 23 tahun 2016
tentang Standar Penilaian Pendidikan;
12
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018
tentang Penguatan Pendidikan
Karakter pada Satuan Pendidikan
Formal;
13
Permendikbud Nomor 37 tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013
pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
14
Keputusan Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka Nomor: 220 Tahun 2007
Tentang Petunjuk Penyelenggaraan
Pokok-Pokok Organisasi Gerakan
Pramuka;
15
Keputusan Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka Nomor: 231 Tahun 2007
Tentang Petunjuk Penyelenggaraan
Gugus Depan Gerakan Pramuka;
16
Keputusan Kwartir Nasional Nomor
225 Tahun 2007, Tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Majelis Pembimbing
Gerakan Pramuka;
17
Keputusan Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka Nomor: 198 Tahun 2011
Tentang Petunjuk Penyelenggaraan
Syarat Kecakapan Umum;
18
Keputusan Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka Nomor: 199 Tahun 2011
Tentang Panduan Penyelesaian Syarat
Kecakapan Umum;
19
Nota Kesepahaman (Memorandum of
Understanding) antara Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dengan
Kwarnas Nomor 08.1/VII/NK/2019
dan nomor 009/PK/MoU/2019
tentang Pendidikan Kepramukaan
pada Gugus Depan dan Satuan Karya
Pramuka Lingkup Pendidikan dan
Kebudayaan
20
4
BAB II
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
SEBAGAI EKSTRAKURIKULER WAJIB
DI SEKOLAH DASAR
A. PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI EKSTRAKURIKULER WAJIB
DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 mengamanatkan bahwa
setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan
menengah memiliki kompetensi pada tiga
dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Secara jelas, dimensi
kompetensi tersebut terdiri atas kompetensi
inti sikap spiritual (KI-1), kompetensi inti
sikap sosial (KI-2), kompetensi inti
pengetahuan (KI-3), dan kompetensi inti
keterampilan (KI-4).
Pencapaian kompetensi-kompetensi di atas,
pembelajaran dilaksanakan dengan pola
yang berpusat pada peserta didik secara
interaktif, aktif mencari, berbasis kelompok
(kooperatif), berbasis multimedia,
multidisiplin, dan kritis. Selain itu,
pencapaian kompetensi juga didukung oleh
penguatan tata kerja guru yang lebih bersifat
kolaboratif. Proses pembelajaran untuk
mencapai kompetensi-kompetensi tersebut,
dilaksanakan melalui kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler
yang dilaksanakan di satuan Pendidikan,
salah satu diantaranya adalah
Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan
Kepramukaan (EWPK).
Konteks yang diambil adalah penerapan
Metode dan Teknik Kepramukaan untuk
mendukung proses pembelajaran Kurikulum
2013 dalam menguatkan nilai-nilai sikap dan
keterampilan. Metode Kepramukaan
tersebut meliputi: (a) pengamalan Kode
Kehormatan Pramuka, (b) belajar sambil
melakukan, (c) kegiatan
berkelompok/bekerjasama/ berkompetisi,
(d) kegiatan yang menarik/menantang, (e)
kegiatan di alam terbuka, (f) kehadiran orang
dewasa yang memberikan
bimbingan/dorongan/dukungan,
(g) penghargaan berupa tanda kecakapan,
dan (h) satuan terpisah antara putra dan
putri. Sedangkan Teknik Kepramukaan
mencakup Praktik Langsung, Permainan,
Diskusi, Produktif, Lagu, Gerak, Widya
Wisata, Simulasi, Napak Tilas, Pioneering,
Berkemah, dan Penjelajahan. Penerapan
Metode dan Teknik Kepramukaan bermuara
pada tujuan akhir Pendidikan Kepramukaan
yaitu terbentuknya peserta didik yang
berkarakter dan memiliki kecakapan hidup
serta mencintai bangsa dan tanah airnya.
Satuan pendidikan sebagai penyelenggara
Kurikulum 2013 memiliki dua tanggung
jawab. Pertama, melaksanakan EWPK
melalui model blok dan model aktualisasi.
Kedua, menjalankan pembinaan pramuka
secara reguler melalui satuan Gugus Depan
yang berpangkalan di satuan pendidikan.
Model blok dan aktualisasi menjadi ranah
tanggung jawab guru sebagai bentuk
ketuntasan pembelajaran dalam kurikulum
2013. Guru berkewajiban menguatkan sikap
dan keterampilan peserta didik melalui
ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan
secara sistematis dan terencana. Pada model
ini tidak mewajibkan peserta didik menjadi
anggota Gerakan Pramuka. Sedangkan,
Model reguler menjadi tanggung jawab
pembina pramuka di Gugus Depan.
Pembina pramuka berkewajiban
melaksanakan pembinaan kepramukaan
dengan menerapkan aturan Gerakan
Pramuka.
5
1
B. MODEL IMPLEMENTASI EKSTRAKURIKULER WAJIB PENDIDIKAN
KEPRAMUKAAN
Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler di sekolah dasar dilaksanakan melalui 2
(dua) pendekatan yaitu melalui 1) EWPK dengan Model Blok dan Model Aktualisasi 2)
Ekstrakurikuler Kepramukaan dengan model Reguler. Model Blok dan Model Aktualisasi
adalah model sebagai Ekstrakurikuler Wajib yang diikuti oleh seluruh peserta didik. Sedangkan
Model Reguler adalah penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan di Gugus
Depan seperti umumnya yang diikuti oleh peserta didik yang berminat dan mendaftar
menjadi anggota Gerakan Pramuka.
PeImplemetasi Model Blok dan Model Aktualisasi sepenuhnya menjadi tanggungjawab sekolah
dan struktur diatas mulai dari Dinas Pendidikan di tingkat Kota/Kabupaten sampai di
Kementerian Pendidikan Kebudayaan. Sedangkan Model Reguler dikelola bersama antara
Pengurus Gugus Depan dan Satuan Pendidikan sebagai tempat bernaung (Pangkalan) dan di
bawah koordinasi Kwartir Ranting sampai Kwartir Nasional.
Model Blok dan Model Aktualisasi dalam implementasinya menggunakan Metode dan Teknik
Kepramukaan. Untuk memahami Metode Kepramukaan maka guru setidaknya mengikuti
Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) sebagaimana ketentuan yang dibuat
oleh Permendikbud.
Implemetasi Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di satuan Pendidikan
sekolah dasar, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab terhadap keterlaksanaan Kurikulum
2013 melalui Pendidikan Kepramukaan. Oleh karena itu kompetensi yang harus dimiliki
Kepala Sekolah dalam penerapan EWPK dan Pengelolaan Gugus Depan:
a. Minimal mempunyai sertifikat kursus orientasi dan/atau berijazah Kursus Pembina
Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD).
b. Memahami peran kepala sekolah selaku Ketua Majelis Pembimbing Gugus Depan Gerakan
Pramuka di sekolahnya.
c. Mengelola Gugus Depan dengan baik dan benar.
d. Memberikan bimbingan dan bantuan yang bersifat moral, organisatoris, material,
finansial, dan konsultatif kepada pembina pramuka, guru, peserta didik, dan Gugus Depan
di sekolahnya.
e. Memecahkan masalah-masalah organisatoris, moral, mental, psikologis, finansial yang
terjadi dalam pelaksanaan pendidikan kepramukaan Gugus Depan yang berpangkalan di
satuan pendidikan.
f. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana, prasarana, dan sumber belajar dalam
pelaksanaan pendidikan kepramukaan.
g. Menyerap aspirasi masyarakat untuk pengembangan pendidikan kepramukaan di
sekolahnya.
h. Mengadakan hubungan koordinasi, kerjasama dan saling memberi informasi dengan
pemangku kebijakan, Gugus Depan dan kwartir ranting/cabang.
i. Memberikan laporan pelaksanaan ekstrakurikuler pendidikan Kepramukaan kepada orang
tua melalui raport peserta didik dan lembaga lain yang terkait secara periodik maupun
secara insidentil.
j. Menghadiri musyawarah Gugus Depan, musyawarah kwartir ranting dan kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh Gugus Depan atau di tingkat kwartir.
6
1
C. PENGELOLA EKSTRAKURIKULER WAJIB PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
DI SEKOLAH DASAR
Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan dikelola oleh guru bekerjasama dengan
Pembina Pramuka di satuan pendidikan di bawah tanggung jawab kepala sekolah. Guru
berperan sebagai fasilitator ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan (blok dan
aktualisasi), sedangkan Pembina Pramuka sebagai konsultan penerapan metode dan teknik
kepramukaan.
Pada Pengelolaan Gugus Depan (model reguler), Kepala Sekolah sebagai Ketua Majelis
Pembimbing Gugus Depan (Mabigus) dan Pembina Pramuka sebagai Pembina Satuan
Pendidikan dan pengelola Gugus Depan yang berpangkalan di sekolah dasar.
Kompetensi Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Satuan Pendidikan dan Ketua
Majelis Pembimbing Gugus Depan (Kamabigus).
1.
2. Kompetensi Guru sebagai Pembina Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan
Kepramukaan
Pendidikan Kepramukaan dikembangkan dalam upaya mewujudkan pelaksanaan Kurikulum
2013, oleh karena itu guru harus mempunyai kompetensi pendidikan kepramukaan. Guru
harus memilki kemampuan mengaitkan tema/topik mata pelajaran dengan Metode dan
Teknik kepramukaan. Guru memiliki tugas sebagai pendidik di kelas dan sebagai Pembina
EWPK pada model blok dan model aktualisasi.
7
1
Orang tua yang dapat memberi penjelasan, nasihat, pengarahan, dan bimbingan.
Guru yang mengajarkan berbagai keterampilan dan pengetahuan.
Kakak yang dapat melindungi, mendampingi, dan membimbing adik-adiknya, yang
memberi kesempatan untuk memimpin dan mengelola.
Mitra, teman yang dapat dipercaya, bersama-sama menggerakkan kegiatan-kegiatan agar
menarik, menyenang-kan dan penuh tantangan sesuai usia golongan Pramuka.
Konsultan, tempat bertanya, dan berdiskusi tentang berbagai masalah.
Motivator, memotivasi untuk meningkatkan kualitas diri dengan berkreativitas, berinovasi,
dan aktualisasi diri, dan membangun semangat untuk maju.
Fasilitator, memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan peserta didik.
Kompetensi yang harus dimilki guru dalam penerapan EWPK:
a. Memahami pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib di sekolahnya
dan wahana penguatan sikap serta keterampilan peserta didik.
b. Mengaktualisasikan materi pembelajaran dengan endidikan kepramukaan.
c. Memiliki kemampuan membina peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan
kepramukaan.
d. Mengikuti perkembangan kegiatan kepramukaan bernuansa kekinian (up to date),
bermanfaat bagi peserta didik, dan masyarakat lingkungannya, serta tetap berada dalam
koridor ketaatan terhadap Kode Kehormatan Pramuka.
e. Memerankan diri sebagai:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
3. Kompetensi Pembina Pramuka sebagai Pembina Satuan Gugus Depan
Pembina Pramuka adalah anggota dewasa yang secara sukarela bergiat bersama peserta didik,
sebagai mitra yang peduli terhadap kebutuhan peserta didik, dengan penuh kesabaran
memotivasi, membimbing, membantu, serta memfasilitasi kegiatan pembinaan peserta didik.
Kompetensi Pembina Pramuka sesuai dengan Petunjuk Penyelenggaraan yang diterbitkan oleh
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
D. DAYA DUKUNG KETERLAKSANAAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
SEBAGAI EKSTRAKURIKULER WAJIB DI SEKOLAH DASAR
Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di sekolah dasar akan terlaksana
dengan baik jika didukung dengan aspek-aspek berikut:
1. Kompetensi Pengelola
Peningkatan kualitas pelaksanaan pendidikan kepramukaan di satuan pendidikan dilakukan
dengan upaya meningkatkan kompetensi pengelola melalui; kursus, bimbingan teknis, in-
house training, seminar, lokakarya, gelang ajar, karang pamitran, dan magang.
2. Pembiayaan
Sekolah mengalokasikan biaya dalam Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) dalam
pelaksanaan model Blok dan Aktualisasi yang diikuti oleh seluruh siswa sebagai Ekstrakurikuler
Wajib dan Gugus Depan pada model reguler.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam menunjang pelaksanaan EWPK di sekolah antara lain; sanggar
Gugus Depan, peralatan latihan, tempat latihan. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi melalui
pendanaan yang tercantum dalam RKAS, dan menjalin kemitraan.
4. Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan
Pengembangan EWPK dapat berjalan dengan baik jika satuan pendidikan menjalin kemitraan
dengan berbagai unsur, antara lain: orang tua, tokoh masyarakat, dinas/instansi, dan dunia
usaha atau dunia industri.
Permendikbud mengisyaratkan agar Dinas Pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota dapat
menjalin kemitraan dan kerjasama yang baik untuk mendukung implementasi dari
Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan terlaksana dengan baik sesuai dengan
tujuannya.
8
BAB III
PENERAPAN MODEL BLOK
A. KONSEP DASAR MODEL BLOK
Model blok merupakan bagian kegiatan dalam penerapan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan
Kepramukaan. Kegiatan model blok di satuan pendidikan dikemas dalam kegiatan
perkemahan. Muatan materi kegiatan model blok meliputi materi pelajaran, pengenalan
lingkungan sekolah, pendidikan kepramukaan, dan penguatan karakter.
Sebagai ilustrasi, dalam muatan mata pelajaran ditemukan materi-materi yang butuh
dipraktikkan di luar jam pelajaran dan membutuhkan waktu malam, karena jam belajar di
sekolah hanya sampai siang hari. Maka melalui perkemahan model blok, peserta didik
berkesempatan mengamati perbedaan siang dan malam dalam kondisi yang sebenarnya
dalam bimbingan guru. Hal ini dapat dilakukan dengan metode kepramukaan alam terbuka
dengan teknik perkemahan.
Kegiatan model blok diisi juga dengan pembiasaan-pembiasaan positif sebagai sarana untuk
penguatan karakter peserta didik. Pembiasaan positif dapat berupa ibadah secara berjamaah,
apel kedisiplinan di tiap pagi, korve/ pergantian jaga di tenda, dan sebagainya.
https://wisataka.com/tempat-camping-cibodas-puncak/
9
1
B. SIFAT DAN BENTUK KEGIATAN MODEL BLOK
Pelaksanaan model blok bagi peserta didik kelas I, kelas II, dan kelas III, dilaksanakan dalam
format perkemahan sehari tanpa menginap selama 9-18 jam;
Pelaksanaan model blok bagi peserta didik kelas IV, kelas V dan kelas VI, dilaksanakan
dengan menginap semalam di perkemahan selama 18 jam;
Pada pelaksanaan kegiatan model blok tidak harus menggunakan seragam pramuka.
Pelaksanaan model blok sebagaimana tercantum dalam Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014
sebagai berikut: (1) bersifat wajib, (2) dilaksanakan setahun sekali, (3) berlaku bagi seluruh
peserta didik, (4) terjadwal, dan (5) penilaian umum. Kegiatan model blok bersifat wajib bagi
seluruh peserta didik, dilaksanakan setahun sekali di awal tahun pembelajaran untuk peserta
didik kelas I yang diintegrasikan dengan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Sedangkan untuk peserta didik kelas II-VI dapat dilaksanakan sesuai dengan program satuan
pendidikan (tidak harus di awal tahun).
Kegiatan model blok di sekolah dasar dilaksanakan dalam bentuk perkemahan, dengan
ketentuan sebagai berikut:
1.
2.
3.
C. PENGORGANISASIAN DAN KONTEN KEGIATAN MODEL BLOK
Kegiatan model blok dikelola secara kolaboratif antara guru sebagai Pembina Ekstrakurikuler
dan Pembina Satuan Gugus Depan di bawah pengendalian kepala sekolah sebagai penanggung
jawab keterlaksanaan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib dalam
Kurikulum 2013. Dalam melaksanakan kegiatan blok, kepala sekolah dapat membentuk
kepanitiaan dengan melibatkan semua guru dan pembina pramuka di Gugus Depan.
Kolaboratif yang dimaksud adalah guru dapat bekerja sama dengan pembina pramuka di
Gugus Depan untuk membantu merancang dan melaksanakan kegiatan perkemahan model
blok. Hal ini diperlukan karena pembina pramuka di Gugus Depan dipandang lebih menguasai
kegiatan lapangan dengan berbagai risiko yang dapat terjadi.
D. TAHAPAN MENYUSUN KEGIATAN MODEL BLOK
Tahapan yang dilakukan dalam menyusun kegiatan Model Blok.
1. Menyusun Struktur Materi Kegiatan Model Blok
Struktur materi kegiatan model blok berisi orientasi pendidikan kepramukaan, muatan nilai
sikap dan keterampilan (KI-1, KI-2, dan KI-4) mata pelajaran yang perlu dikuatkan melalui
kegiatan perkemahan, ditambah aktivitas penumbuhan karakter dalam upaya mewujudkan
Profil Pelajar Pancasila.
Guru dan Pembina Pramuka bermusyawarah untuk mengidentifikasi materi yang akan
disajikan dalam kegiatan model blok. Hasil musyawarah berupa struktur materi kegiatan
model blok dengan konten materi orientasi pendidikan kepramukaan, muatan mata pelajaran,
dan penumbuhan karakter sesuai jenjang kelas peserta didik.
1 0
1
Materi kegiatan model blok kelas II-VI dikembangkan sesuai tujuan masing-masing kelas,
tanpa materi pengenalan lingkungan sekolah. Selanjutnya, untuk tiap materi diperinci oleh
pengelola kegiatan model blok.
2. Menyusun Silabus Kegiatan Model Blok
Silabus kegiatan blok disusun sesuai dengan yang berlaku dalam kurikulum 2013. Penyusunan
silabus dimulai dengan mengidentifikasi muatan nilai sikap dan keterampilan (KI-1, KI-2, dan
KI-4) yang perlu disajikan dalam kegiatan model blok. Sebagai acuan untuk memudahkan
identifikasi dapat melihat pemetaan kompetensi dasar dan ruang lingkup pembelajaran dalam
buku pegangan bagi guru dalam Kurikulum 2013. Contoh Silabus Kelas I s.d Kelas VI dapat
dilihat pada lampiran.
3. Menyusun Jadwal Kegiatan Model Blok
Berdasarkan silabus yang telah dibuat bersama melalui musyawarah, selanjutnya guru kelas,
guru agama, guru olahraga, dan Pembina pramuka menyusun jadwal kegiatan blok selama 18
jam. Untuk kelas rendah dirancang tanpa menginap, sedangkan untuk kelas tinggi dirancang
dengan jadwal menginap di perkemahan. Kegiatan blok tiap kelas memiliki tujuan khusus yang
menjadi target tiap-tiap kelas. Namun, dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan kolaboratif
antar kelas sesuai jadwal yang dirancang. Contoh Jadwal Kegiatan Model Blok Kelas I s.d VI
dapat dilihat pada lampiran.
4. Menyusun Kepanitiaan Pelaksana Kegiatan Model Blok
Dalam menjalankan kegiatan model blok, kepala sekolah dapat membentuk kepanitian untuk
mengelola kegiatan perkemahan terdiri atas unsur guru, Pembina pramuka, dan pihak lain
yang dapat menunjang keberhasilan program blok yang telah dirancang. Susunan panitia dapat
disesuaikan dengan perencanaan kegiatan model blok yang telah dibuat.
5. Menyusun Perangkat Penilaian Kegiatan Model Blok
Penilaian kegiatan model blok bersifat umum berbentuk penilaian kualitatif. Kriteria
keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan peserta didik. Proses penilaian
Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib menitikberatkan pada ranah nilai
sikap. Keterampilan kepramukaan merupakan pendukung terhadap penilaian pendidikan
kepramukaan itu sendiri. Teknik penilaian sikap dilakukan melalui teknik non test (observasi,
wawancara, catatan anekdot. Teknik penilaian keterampilan dilakukan melalui demonstrasi
dan unjuk kerja. Hasil penilaian kegiatan blok diakumulasi dengan penilaian latihan model
aktualisasi.
Penilaian model blok meliputi aspek: 1) karakter, 2) kepramukaan, 3) pengenalan lingkungan
sekolah, dan 4) muatan mata pelajaran.
Skor penilaian untuk setiap aspek model blok:
1 = cukup
2 = baik
3 = sangat baik
Contoh format penilaian model blok terlampir
1 1
1
1 2
BAB IV
PENERAPAN MODEL AKTUALISASI
A. KONSEP DASAR MODEL AKTUALISASI
Kegiatan aktualisasi adalah kegiatan pembelajaran di luar kelas yang difungsikan sebagai
wahana mengaktualisasikan muatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan KI-1, KI-2, KI-3
dan KI-4 mata pelajaran yang tidak selesai di kelas dan/atau membutuhkan penguatan di
luar kelas dengan menggunakan metode dan teknik kepramukaan. Kegiatan aktualisasi di
satuan pendidikan dikemas dalam kegiatan serupa latihan kepramukaan.
B. SIFAT DAN BENTUK KEGIATAN MODEL AKTUALISASI
Kegiatan model aktualisasi bersifat wajib bagi seluruh peserta didik, dilaksanakan sekali tiap
minggu di luar jam pelajaran sekolah selama 120 menit, terjadwal, dengan sistem penilaian
formal. Bentuk kegiatan aktualisasi serupa dengan latihan rutin kepramukaan di Gugus
Depan.
Urutan pelaksanaan kegiatan aktualisasi sebagai berikut:
1. Upacara Pembukaan Kegiatan
Upacara pembukaan kegiatan Model Aktualisasi dilakukan sebagai bagian dari penanaman
nilai-nilai patriotisme, kedisiplinan, religiusitas, dan penjelasan kegiatan yang akan
dilaksanakan.
1 3
1
2. Kegiatan Inti
Berisi materi mata pelajaran yang dikemas melalui teknik dan metode kepramukaan. Teknik
kepramukaan yang dapat digunakan sebagai kemasan mata pelajaran antara lain:
a) Penjelajahan,
b) Penaksiran,
c) Pertolongan pertama
d) Sandi, semboyan, isyarat,
e) Simpul dan Ikatan,
f) Sketsa dan Panorama,
g) Kemampuan Indera Manusia (KIM)
h) Berkemah,
i) Memasak.
3. Upacara Penutupan
Upacara penutupan kegiatan Model Aktualisasi dilakukan sebagai bagian dari refleksi nilai-nilai
yang telah dilakukan dalam kegiatan inti dan pemberian apresiasi kepada peserta didik.
C. PENGORGANISASIAN KEGIATAN MODEL AKTUALISASI
Kegiatan aktualisasi dikelola guru di bawah pengendalian Kepala Sekolah. Guru dalam
kegiatan aktualisasi dapat berkolaborasi dengan Pembina Gugus Depan. Peran Pembina
Gugus Depan merupakan konsultan dalam merancang proses pembelajaran dengan metode
dan teknik kepramukaan, sedangkan guru bertindak sebagai pembina dalam kegiatan
aktualisasi.
D. TAHAPAN MENYUSUN KEGIATAN MODEL AKTUALISASI
Penyusunan kegiatan aktualisasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi KD Materi Pelajaran yang Diaktualisasikan
Identifikasi materi pelajaran yang akan disajikan melalui kegiatan aktualisasi. Identifikasi dapat
melihat pemetaan kompetensi dasar dan ruang lingkup pembelajaran pada buku pegangan
bagi guru dalam kurikulum 2013. Selanjutnya disusun silabus setiap materi pelajaran.
2. Menyusun Silabus Latihan Aktualisasi
Silabus kegiatan aktualisasi disusun sesuai dengan yang berlaku dalam kurikulum 2013.
Tahapan penyusunan silabus didasarkan pada hasil identifikasi muatan pengetahuan, sikap dan
keterampilan KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4 mata pelajaran yang tidak selesai di kelas. (contoh
terlampir).
3. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Agar aktivitas kegiatan dapat berjalan dengan baik dan lancar, perlu dibuat sebuah perencanaan
sebagai rambu-rambu dalam menjalankan model aktualisasi, dengan demikian akan
memudahkan guru kelas dalam melakukan persiapan hingga pelaksanaan kegiatan. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dikembangkan berdasarkan silabus yang telah dibuat
sebelumnya dengan penguatan pada metode kepramukaan (contoh terlampir).
1 4
1
4. Menyusun Perangkat Evaluasi/Penilaian Model Aktualisasi
Penilaian kegiatan model aktualisasi bersifat umum berbentuk penilaian kualitatif. Kriteria
keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan peserta didik. Proses penilaian
Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib menitikberatkan pada ranah nilai
sikap. Keterampilan kepramukaan merupakan pendukung terhadap penilaian pendidikan
kepramukaan itu sendiri. Teknik penilaian sikap dilakukan melalui teknik non test (observasi,
wawancara, catatan anekdot, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik). Teknik penilaian
keterampilan dilakukan melalui demonstrasi dan unjuk kerja.
Hasil penilaian kegiatan aktualisasi diakumulasi dengan penilaian latihan model blok. Penilaian
sikap KI 1, KI 2, dan KI 4 menjadi nilai ekstrakurikuler dalam rapor.
1.Ketentuan Umum
Menjalankan Gugus Depan di Sekolah Dasar, perlu memerhatikan hal-hal berikut:
a. Gugus Depan dibentuk melalui Musyawarah Gugus Depan (Mugus) yang dilaksanakan
secara berkala tiap 3 tahun sekali.
b. Anggota putra dan anggota putri dihimpun dalam Gugus Depan yang terpisah, masing
masing merupakan Gugus Depan yang berdiri sendiri.
c. Tiap Gugus Depan berkewajiban untuk menerima kaum muda yang bertempat tinggal di
sekitar pangkalan Gugus Depan tersebut, sehingga memungkinkan dibentuk Gugus Depan
lengkap.
d. Dalam menerima anggota, Gugus Depan tidak boleh membedakan suku, ras, golongan,
dan agama.
e. Gugus Depan dikoordinasikan, dibina, dan dikendalikan oleh kwartir ranting, kecuali
Gugus Depan yang berpangkalan di Kampus Perguruan Tinggi pembinaan dan
pengembangannya dilakukan oleh Kwartir Cabang.
f. Setiap Gugus Depan menggunakan nomor yang diatur oleh Kwartir Cabang, kecuali Gugus
Depan yang ada di Perwakilan RI diatur oleh Kwartir Nasional. Gugus Depan putra
bernomor gasal, sedangkan Gugus Depan putri bernomor genap.
g. Gugus Depan dapat menggunakan nama pahlawan, tokoh masyarakat atau tokoh dalam
cerita rakyat, nama tempat yang bersejarah, nama benda-benda di jagat raya, yang
memiliki keistimewaan seperti galaksi dan sebagainya yang dapat memotivasi kehidupan
anggota Gugus Depannya. Nama Gugus Depan didaftarkan ke Kwarcab bersama-sama
dengan pendaftaran Gugus Depan tersebut untuk mendapatkan pengesahan dan nomor
Gugus Depan.
2. Struktur Organisasi
Gugus Depan di Sekolah Dasar kecenderungannya hanya memiliki Perindukan Siaga dan
Pasukan Penggalang saja. Gugus Depan di Sekolah Dasar dikelola oleh tim Pembina Gugus
Depan yang dipimpin seorang Ketua Gugus Depan dan dibimbing oleh Majelis Pembimbing
Gugus Depan (Mabigus). Secara skematis dapat ditunjukkan dengan struktur organisasi berikut:
1 5
BAB V
PENERAPAN MODEL REGULER DI
GUGUS DEPAN
A. GUGUS DEPAN DI SEKOLAH DASAR
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2010 menyebutkan bahwa Gugus Depan adalah satuan
pendidikan dan satuan organisasi terdepan penyelenggara pendidikan kepramukaan. Hal ini
bermakna bahwa Gugus Depan merupakan organisasi penyelenggara sekaligus pengelola
pendidikan kepramukaan di satuannya. Gugus Depan dapat berada atau berpangkalan di
lingkungan masyarakat seperti di balai rakyat, masjid, gereja dan sebagainya atau di Satuan
Pendidikan seperti di Sekolah, Universitas atau Pesantren.
Sekolah Dasar sebagai satuan pendidikan harus memastikan bahwa di tempatnya ada Gugus
Depan Gerakan Pramuka untuk mewadahi para peserta didik yang tertarik dan berminat
untuk aktif berlatih kepramukaan dan menjadi anggota Gerakan Pramuka. Pengorganisasian
Gugus Depan di Sekolah Dasar mengikuti ketentuan-ketentuan berikut:
1 6
1
a. Mabigus
1) Mabigus berasal dari unsur-unsur: orangtua peserta didik yang merupakan perwakilan dari
tiap satuan, tokoh-tokoh masyarakat, Dunia Usaha dan Industri yang memiliki perhatian
dan rasa tanggungjawab terhadap Gerakan Pramuka, serta mampu menjalankan peran
majelis pembimbing.
2) Ketua Gugus Depan secara ex-officio anggota Mabigus
3) Mabigus terdiri atas:
a) seorang Ketua
b) seorang Wakil Ketua
c) seorang Sekretaris
d) seorang Ketua Harian (bila perlu)
e) beberapa orang anggota
4) Ketua Mabigus dipilih di antara anggota Mabigus yang ada. Di Sekolah Dasar, kepala
sekolah sekaligus bertindak sebagai Ketua Mabigus (Ex Officio).
Tanda Jabatan Mabigus
b. Dewan Kehormatan Gugus Depan
1) Dewan Kehormatan Gugus Depan merupakan badan tetap yang dibentuk oleh Pembina
Gugus Depan sebagai badan yang menetapkan pemberian anugerah, penghargaan dan
sanksi, dengan tugas:
a) menilai sikap, perilaku dan jasa seseorang untuk mendapatkan anugerah, penghargaan
berupa tanda jasa.
b) menilai sikap dan perilaku anggota Gerakan Pramuka yang melanggar kode
kehormatan atau merugikan nama baik Gerakan Pramuka.
2) Dewan Kehormatan beranggotakan lima orang yang terdiri atas unsur sebagai berikut:
a) Anggota Majelis Pembimbing Gugus Depan
b) Ketua Gugus Depan
c) Dua orang Pembina Satuan
d) Dewan Penegak atau Dewan Pandega apabila diperlukan
3) Susunan Dewan Kehormatan Gugus Depan sebagai berikut :
a) Ketua Dewan Kehormatan adalah Ketua Gugus Depan
b) Wakil Ketua
c) Sekretaris
d) 2 (dua) orang anggota
c. Pembina Gugus Depan
1) Pembina Gugus Depan terdiri atas Ketua Gugus Depan dibantu oleh Pembina Satuan dan
Pembantu Pembina Satuan.
2) Ketua Gugus Depan dipilih dari Pembina Pramuka yang ada dalam Gugus Depan yang
bersangkutan pada Musyawarah Gugus Depan.
1 7
1
Tanda Jabatan Pembina Gugus Depan
d. Tim Pembina Satuan
1) Tim Pembina Perindukan Siaga disingkat Tim Pembina Siaga yang terdiri atas satu orang
Pembina Siaga dibantu oleh tiga orang Pembantu Pembina Siaga.
Tanda Pembina Siaga (kiri) dan Tanda Pembantu Pembina Siaga (kanan)
2) Tim Pembina Pasukan Penggalang disingkat Tim Pembina Penggalang yang terdiri atas
satu orang Pembina Penggalang dibantu oleh tiga orang Pembantu Pembina Penggalang.
1 8
Tanda Pembina Penggalang (kiri) dan
Tanda Pembantu Pembina Penggalang (kanan)
B. PENERAPAN MODEL REGULER DI GUGUS DEPAN
Model reguler adalah kegiatan kepramukaan yang diselenggarakan oleh Gugus Depan.
Peserta Didik di Sekolah Dasar yang berminat dapat menjadi anggota Gerakan Pramuka di
Gugus Depan dan mengenakan Seragam Gerakan Pramuka sesuai ketentuan yang berlaku di
Gerakan Pramuka. Gugus Depan yang berpangkalan di Sekolah Dasar berfungsi sebagai
konsultan yang memberikan masukan tentang pola latihan/ kegiatan pendidikan
kepramukaan kepada sekolah/ guru dalam pelaksanaan model blok dan model aktualisasi.
Pelaksanan kegiatan kepramukaan di Gugus Depan merujuk kepada seluruh Petunjuk
Penyelenggaraan dan Pedoman yang diterbitkan oleh Gerakan Pramuka. Panduan ini tidak
memberikan penjelasan khusus terkait pengelolan Gugus Depan dan kegiatan kepramukaan.
Pembinaan Gugus Depan merupakan tanggungjawab dari Gerakan Pramuka mulai dari
Kwartir Ranting sampai Kwartir Nasional.
1. Prinsip Dasar Kepramukaan dalam Pembinaan Peserta Didik
Prinsip Dasar Kepramukaan merupakan azas dalam pelaksaan Pendidikan Kepramukaan yang
dilaksanakan di alam terbuka yang menarik dan menantang dengan sasaran akhir
pembentukan karakter.
Prinsip Dasar Kepramukaan merupakan landasan berpikir dan bertindak (fondasi) bagi seorang
Pramuka sehingga semua prinsip merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Prinsip Dasar Kepramukaan terdiri atas:
a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
c. Peduli terhadap diri pribadinya; dan
d. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka
Kegiatan Kepramukaan dilaksanakan dengan tidak bertentangan dengan 4 (empat) prinsip
dasar Kepramukaan di atas, artinya berarti:
a. Seorang Pramuka senantiasa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
menganut ajaran agama dan menjalankannya sesuai tuntunan agama yang dianutnya;
b. Seorang Pramuka senantiasa peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam
seisinya. Seorang Pramuka mencintai tanah air dan bangsanya, memiliki toleransi tinggi
sesama manusia, dan tidak berbuat kerusakan terhadap alam lingkungannya;
c. Seorang Pramuka peduli terhadap dirinya sendiri. Seorang Pramuka menjaga kesehatan
dirinya dengan berperilaku hidup bersih dan berolahraga, memelihara diri dari
kemelaratan dengan bekerja atau berwirausaha, dan perilaku hidup lainnya yang
menunjukkan kepedulian terhadap dirinya sendiri tanpa merugian orang lain;
d. Seorang Pramuka senantiasa mengamalkan kode kehormatannya yang berupa Satya dan
Darma Pramuka dalam kehidupannya sehari-hari.
2. Metode Kepramukaan dan Penerapannya dalam Membina Peserta Didik
Ciri utama Gerakan Pramuka adalah pendidikan Kepramukaan yang berbasis belajar sambil
melakukan (Learning by Doing) di alam terbuka dengan pola berkelompok melalui
keterampilan yang menarik dan menyenangkan. Ciri itulah yang menjadi pembeda dengan
lembaga atau organisasi lain yang sama-sama menangani pendidikan.
Berikut ini komponen metode Kepramukaan yang yang merupakan sistem, berkait, dan saling
memberikan makna bagi kompetensi siswa.
1 9
C. PEMBINAAN PESERTA DIDIK DI GUGUS DEPAN
Pembinaan peserta didik Gerakan Pramuka berpondasikan Prinsip Dasar Kepramukaan,
dilaksanakan dengan Metode Kepramukaan, dan pembinanya bergerak dengan sistem
among dalam proses pembinaan peserta didik.
2 0
Sintaks Metode Kepramukaan
Takwa kepada Tuhan yang Maha Esa;
Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia;
Patriot yang sopan dan ksatria;
Patuh dan suka bermusyawarah;
Rela menolong dan tabah;
Rajin, terampil, dan gembira;
Hemat, cermat, dan bersahaja;
Disiplin, berani, dan setia;
Bertanggungjawab dan dapat dipercaya;
Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
a) Kode Kehormatan
Kode kehormatan dalam metode Kepramukaan adalah norma belajar. Sebuah proses belajar
haruslah dipagari dengan seperangkat norma yang mengikat peserta didik dalam berproses.
Norma belajar bagi seorang Pramuka yang juga menjadi norma hidupnya berupa Dasadarma.
Jadi, seorang Pramuka dalam menjalani hidup dan kehidupannya tidak boleh terlepas dari
darmanya.
Dasadarma:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
b) Kegiatan di Alam Terbuka
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dilakukan dalam konteks yang sebenarnya.
Alam terbuka dalam metode Kepramukaan adalah sebagai tempat belajar, konteks belajar, dan
wahana belajar. Di alam terbuka, peserta didik dapat belajar dengan leluasa dan lebih bebas
bergerak. Alam terbuka memungkinkan membuka pikiran-pikiran baru yang terbelenggu
ruang, memberi kesempatan melihat lebih luas, dan belajar dalam keadaan yang senyatanya.
c) Belajar Sambil Melakukan
Prinsip metode belajar sambil melakukan adalah belajar dari pengalaman. Peserta didik diberi
kesempatan mencoba, praktik langsung, berkreasi tanpa takut salah, dan mengalami proses
belajar.
Hal ini berbeda dengan apabila peserta didik diceramahi atau diberi instruksi terlebih dahulu.
Dalam proses ini tidak terjadi trial and error, tidak terjadi kreativitas, karena telah
diinstruksikan sebelumnya. Peserta didik tidak diberikan ruang bebas dalam pikiran mereka
untuk mencoba ide-ide orisinal mereka.
Belajar sambil melakukan dimaksudkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
lebih banyak mencoba keterampilan-keterampilan yang diinginkan dan belajar dari
pengalaman mencoba. Peran pembina sebagai pengamat proses yang dilakukan peserta didik,
kemudian memberi umpan balik untuk mencoba dengan lebih baik.
2 1
Alam Terbuka Memberi Ruang Belajar yang Bebas dan Dinamis
Belajar Sambil Melakukan melalui Praktik Langsung
d) Kegiatan Menarik dan Menantang
Kegiatan menarik dan menantang dalam metode Kepramukaan adalah suasana belajar yang
penuh kejutan, kebaruan, tantangan, dan dalam kegembiraan. Ragam aktivitas belajar
dimainkan sedemikian hingga peserta didik dalam suasana belajar tapi tidak merasa belajar.
Ragam aktivitas tersebut dapat berbentuk permainan, menyanyikan lagu, menerapkan ragam
tepuk kinestetis, dan bentuk aktivitas menarik lainnya.
Suasana yang menarik dan menyenangkan, dapat membawa peserta didik belajar dalam
kondisi pikiran rileks tanpa tekanan yang memudahkan dalam penyerapan materi
pembelajaran.
e) Kegiatan Berkelompok, Bekerjasama dan Berkompetisi
Berkelompok hakikatnya sudah menjadi ciri manusia. Kelompok memungkinkan terjadi
interaksi sosial, interaksi fisik, dan juga interaksi psikis. Belajar dalam kelompok dapat memacu
kecepatan belajar, karena terjadi komunikasi dan kerjasama dalam tim. Kelemahan salah satu
anggota kelompok akan diminimalisir dengan kekuatan anggota kelompok lainnya.
2 2
Belajar dalam Kelompok Memungkinkan Terjadi Percepatan Belajar
f) Penghargaan Berupa Tanda Kecakapan
Prinsip dari pemberian tanda penghargaan adalah untuk memotivasi,
pengakuan harga diri, aktualisasi diri, dan memberikan kenyamanan
belajar bagi peserta didik. Tanda penghargaan tidak selalu berupa benda
materi, tetapi dapat pula berupa
pujian, pemberian penghormatan di depan teman lain, dan tanda
kecakapan sesuai dengan kompetensi yang telah ditempuh peserta
didik dalam SKU atau SKK.
Tanda Kecakapan Khusus
g) Satuan Terpisah
Satuan terpisah dalam metode Kepramukaan dimaksudkan untuk memacu kepercayaan diri
peserta didik. Dengan mereka beraktivitas dalam kelompok gender, perempuan berlatih
sesama perempuan dengan Pembina perempuan dan sebaliknya, diharapkan terbangun jadi
diri dan kepercayaan diri mereka. Laki-laki berlatih menjadi sejatinya laki-laki dan perempuan
berlatih menjadi sejatinya perempuan.
2 3
Berlatih dalam Satuan Terpisah memungkinkan Eksplorasi
Kemampuan dengan lebih mendalam
h) Kehadiran Orang Dewasa yang Memberikan Bimbingan, Dorongan dan Dukungan
Orang Dewasa dalam metode Kepramukaan adalah pembina yang berperan sebagai fasilitator,
organisator, dan motivator, sehingga kegiatan belajar yang dilakukan terpola, tersistem serta
terencana sehingga perkembangan peserta didik teramati dan terkendali.
Untuk dapat mengarahkan, memotivasi, dan mengendalikan perkembangan peserta didik,
tentu pembina harus mengetahui proses yang dijalani peserta didiknya, sehingga dalam setiap
latihan kehadiran pembina adalah mutlak.
i) Kiasan Dasar
Kiasan dasar adalah sebagai sarana pemudahan, pemaknaan, penguatan, penyimbolan, dan
sebagai skenario kemasan pembelajaran. Peserta didik akan lebih mudah memahami sebuah
konsep jika dibungkus dengan simbol atau kiasan.
Untuk memberi pesan kepada peserta didik agar kelak mereka menjadi pemimpin hebat, kita
dapat menyajikan pesan dengan kiasan berikut “Adik-adikku, kelak jika kalian menjadi
pemimpin maka tirulah matahari”.Dari kalimat “tirulah matahari”, tersirat pesan bahwa
pemimpin itu berlaku adil sebagaimana matahari membagi adil sinarnya, dan seterusnya.
Kiasan dasar adalah “Tanda” dan “Penanda”. Dalam ilustrasi pemimpin matahari di atas “Tanda
= Matahari” sebagai “Penanda = Kepemimpinan”. Seseorang belajar dari memaknai tanda-
tanda atau simbol-simbol pengetahuan yang sengaja diciptakan atau yang telah ada secara
alamiah.
ING NGARSA SUNG TULADA (di depan memberi teladan);
ING MADYA MANGUN KARSA (di tengah membangun kemauan);
TUT WURI HANDAYANI (dari belakang memberi dorongan dan pengaruh yang baik ke
arah kemandirian).
j) Sistem Among
Sistem Among merupakan salah satu cara pelaksanaan pendidikan dalam Gerakan Pramuka.
Dengan Sistem ini Pembina memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat
bergerak dan bertindak secara leluasa, dengan sejauh mungkin menghindari unsur-unsur
perintah, keharusan paksaan sepanjang tidak merugikan baik bagi diri sendiri maupun
masyarakat sekitarnya. Tujuannya untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya
diri dan kreativitas sesuai dengan aspirasi peserta didik.
Sistem Among dalam bentuk kalimat adalah:
2 4
D. PERINDUKAN SIAGA
Siaga Mula, mengiaskan tingkatan kecakapan mula-mula (awal) yang dimiliki Siaga.
Siaga Bantu, mengiaskan tingkatan kecakapan siaga yang dapat membantu pekerjaan-
pekerjaan tertentu.
Siaga Tata, mengiaskan tingkat kecakapan Siaga sudah diikutsertakan untuk menata karya
kesiagaan. Menata karya artinya menyusun dan mengatur pekerjaan dengan rapih dan
bersih.
1. Kehidupan Pramuka Siaga
Kehidupan anak seusia Siaga masih berkisar di seputar keluarga, yaitu kehidupan yang ada
ayah dan ibu bahkan kadang ada paman dan bibi tinggal bersama keluarga tersebut. Keluarga
merupakan pusat aktivitas bagi para Siaga. Yanda dan Bunda merupakan sebutan bagi Pembina
Siaga, sedangkan pakcik dan Bucik merupakan sebutan bagi Pembantu Pembina Siaga.
Pembinaan Siaga mengikuti metode satuan terpisah, yakni para Siaga putera dibina oleh Yanda
dan Pakcik, sedangkan para Siaga puteri dibina oleh Bunda dan Bucik.
Tingkatan Pramuka Siaga di ungkapan secara simbolik dalam penyelenggaraan pendidikan
Kepramukaan, dan merupakan salah satu metode untuk mengembangkan imajinasi Siaga,
mendorong kreativitas dan keikutsertaannya dalam setiap kegiatan. Ungkapan secara simbolik
dalam Kepramukaan disebut sebagai Kiasan Dasar.
2. Kiasan Dasar
Kiasan Dasar yang digunakan dalam golongan Pramuka Siaga antara lain sebagai berikut:
a. Pramuka usia 7 – 10 tahun disebut Siaga. Nama Siaga diambil dari kiasan dasar yang
bersumber pada romantika perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan dari
penjajahan Belanda yaitu masa “menyiagakan” rakyat yang merupakan awal dimulainya
perjuangan baru yaitu tanggal 20 Mei 1908.
b. Sebutan tingkatan golongan Pramuka Siaga terdiri atas:
c. Sebutan “Barung” yang berarti tempat penjaga ramuan bangunan mengkiaskan kelompok
kecil Siaga beranggotakan 6 sampai dengan 8 anak.
d. Sebutan “Perindukan” yang berarti tempat anak cucu berkumpul, mengiaskan kelompok
iaga yang terdiri dari 3 sampai 4 barung.
3. Syarat Kecakapan
Syarat Kecakapan Umum dan Tanda Kecakapan Umum Pramuka Siaga diatur sesuai dengan
tingkatan Pramuka Siaga yaitu:
a. Siaga Mula, yaitu tingkatan kecakapan umum bagi Pramuka Siaga yang telah memenuhi
syarat kecakapan umum tingkat Siaga Mula.
b. Siaga Bantu, yaitu tingkatan kecakapan umum bagi Pramuka Siaga yang telah memenuhi
syarat kecakapan umum tingkat Siaga Bantu.
c. Siaga Tata, yaitu tingkatan kecakapan umum bagi Pramuka Siaga yang telah memenuhi
syarat kecakapan umum tingkat Siaga Tata.
Lebih lengkap dapat dibaca dalam Keputusan Kwartir Nasional Nomor 199 Tahun 2011 tentang
Panduan Penyelesaian SKU Gulongan Siaga.
2 5
Tanda Kecakapan Umum Pramuka Siaga
Bidang Agama, Mental, Moral, Spiritual, Pembentukan Pribadi dan Watak (berwarna dasar
kuning).
Bidang Patriotisme dan Seni Budaya (berwarna dasar merah).
Bidang Ketangkasan dan Kesehatan (berwarna dasar putih).
Bidang Keterampilan dan Teknik Pembangunan (berwarna dasar hijau).
Bidang Sosial Perikemanusiaan, Gotong Royong, Ketertiban Masyarakat, Perdamaian Dunia
dan Lingkungan Hidup. (berwarna dasar biru).
Syarat Kecakapan Khusus Pramuka Siaga
Seorang Pramuka Siaga yang telah menempuh syarat kecakapan umum dan dilantik oleh
Yanda atau Bundanya, dapat menempuh syarat kecakapan khusus sesuai dengan bidang
keahliannya.
Bidang keahlian kecakapan khusus Pramuka Siaga meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
Tanda kecakapan khusus (TKK) siaga hanya terdiri atas satu tingkatan, berbentuk segitiga
dengan ujung lancip di sisi bawah dengan warna dasar sesuai bidang keahlian.
Telah menyelesaikan Syarat Kecakapan Umum (SKU), tingkat Siaga Tata, dan berlatih
sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan setelah dilantik.
Telah memiliki Tanda Kecakapan Khusus (TKK) untuk Pramuka Siaga, sekurang-kurangnya
4 (empat) macam dari masing-masing bidang Kecakapan Khusus.
Dapat menunjukan hasil hasta karyanya, sekurang-kurangnya 3 (tiga) macam.
Pernah mengikuti pertemuan Pramuka Siaga di kwartirnya.
Pernah mengikuti Perkemahan Satu Hari (Persari).
Dapat menggunakan perangkat komputer.
Syarat Kecakapan Pramuka Garuda
Setelah menyelesaikan SKU Siaga Tata dan menempuh sedikitnya 6 (enam) SKK dari 3 (tiga)
bidang keahlian yang berbeda, seorang Pramuka Siaga dapat menempuh jenjang Pramuka
Garuda dengan syarat berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Informasi lebih mendetail dapat dilihat dalam Keputusan Kwartir Nasional Nomor 38 tahun
2017 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pramuka Garuda.
Informasi detail dapat dilihat dalam Keputusan Kwartir Nasional Nomor 134/KN/76 Tahun
1976 Tentang Syarat-syarat dan Gambar Tanda Kecakapan Khusus Gerakan Pramuka.
2 6
Contoh TKK Pramuka Siaga
Tanda Kecakapan Pramuka Siaga Garuda
Penggalang Ramu, Mengkiaskan sejarah perjuangan bangsa untuk mencari ramuan atau
cara atau bahan-bahan.
Penggalang Rakit, Mengkiaskan ramuan atau cara atau bahan kemudian yang sudah
didapatkan dirakit atau disusun.
Penggalang Terap, Mengkiaskanbahan yang telah dirakit atau cara yang telah disusun yang
kemudian akhirnya dapat diterapkan dalam pembangunan bangsa dan negara.
1. Kehidupan Pramuka Penggalang
Pramuka usia 11 – 15 tahun disebut Penggalang. Nama Penggalang diambil dari kiasan dasar
Gerakan Pramuka yang bersumber pada romantika perjuangan bangsa dalam meraih
kemerdekaan dari penjajahan Belanda yaitu “masa menggalang persatuan” yang diwujudkan
dalam ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
2. Kiasan Dasar
Kiasan Dasar yang digunakan dalam golongan Pramuka Penggalang antara lain sebagai berikut:
a. Kelompok kecil Pramuka Penggalang beranggotakan 6 s.d. 8 orang yang disebut regu,
yang berarti gardu tempat berjaga.
b. Sebutan tingkatan golongan Pramuka Penggalang terdiri atas:
c. Kelompok kecil Pasukan Penggalang beranggotakan 6 s.d 8 orang disebut “Regu” yang
berarti gardu tempat berjaga. Regu dipimpin oleh seorang “Pinru” (Pemimpin Regu) dan
diwakili oleh seorang “Wapinru” (Wakil Pemimpin Regu).
d. Kumpulan 3 sampai 4 regu disebut Pasukan, berasal dari kata “Pasukuan” yang berarti
tempat suku berkumpul atau satu kelompok prajurit. Kiasan kehidupan Pramuka
Penggalang adalah menjelajah wilayah baru dengan teman sebaya. Pasukan penggalang
diketuai oleh seorang “Pratama” (Pemimpin Regu Utama).
3. Syarat Kecakapan
Sistem tanda kecakapan terdiri dari Syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat Kecakapan Khusus
(SKK), dan Syarat Pramuka Garuda (SPG). Pemenuhan atau penyelesaian syarat kecakapan
melalui proses pendidikan dalam bentuk kegiatan, antara lain latihan mingguan, perkemahan,
dan proses ujian.
Kecakapan Pramuka Penggalang berfungsi sebagai kurikulum pembinaan Penggalang.
Terdapat dua jenis kecakapan, yakni kecakapan umum dan kecakapan khusus. Kecakapan
umum selanjutnya disebut Syarat Kecakapan Umum (SKU) Pramuka Penggalang dan
kecakapan khusus selanjutnya disebut Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Pramuka Penggalang.
Syarat Kecakapan Umum Pramuka Penggalang
Syarat Kecakapan Umum dan Tanda Kecakapan Umum Pramuka Penggalang terdiri atas:
a. Penggalang Ramu, yaitu tingkatan kecakapan umum bagi Pramuka Penggalang yang telah
memenuhi syarat kecakapan umum tingkat Penggalang Ramu.
b. Penggalang Rakit, yaitu tingkatan kecakapan umum bagi Pramuka Penggalang yang telah
memenuhi syarat kecakapan umum tingkat Penggalang Rakit.
c. Penggalang Terap, yaitu tingkatan kecakapan umum bagi Pramuka Penggalang yang telah
memenuhi syarat kecakapan umum tingkat Penggalang Terap.
2 7
E. PASUKAN PENGGALANG
bidang agama, mental, moral, spirituil, pembentukan pribadi dan watak, berwarna dasar
kuning.
bidang patriotisme dan seni budaya, berwarna dasar merah.
bidang keterampilan dan tehnik pembangunan, berwarna dasar hijau.
bidang ketangkasan dan kesehatan, berwarna dasar putih.
bidang sosial, perikemanusiaan, gotong royong, ketertiban masyarakat, perdamaian dunia
dan lingkungan hidup, berwarna dasar biru.
Tingkat Purwa, yaitu apabila Pramuka tersebut telah tahu dan menaruh minat atau
perhatian pada kecakapan tertentu.
Tingkat Madya, yaitu apabila Pramuka tersebut telah memperlihatkan perhatian dan
kecakapannya dalam salah satu jenis kecakapan.
Tingkat Utama, yaitu apabila Pramuka tersebut telah memperlihatkan
kemahiran/keahliannya dan memperlihatkan penghasilannya yang didapat dari kecakapan
yang dipunyainya.
Syarat Kecakapan Khusus Pramuka Penggalang
Macam dan Tanda Kecakapan Khusus digolongkan dalam 5 (lima) bidang yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Tanda Kecakapan Khusus untuk Pramuka Penggalang, diadakan dalam tiga tingkat, sebagai
berikut:
1.
2.
3.
Bentuk TKK untuk Pramuka Penggalang seperti tampak pada gambar berikut:
2 8
Tanda Kecakapan Umum Pramuka Penggalang
Contoh Gambar TKK Pramuka Penggalang
Telah menyelesaikan SKU tingkat Penggalang Terap dan berlatih sekurang-kurangnya 2
(dua) bulan setelah dilantik.
Telah memiliki Tanda Kecakapan Khusus (TKK) untuk Pramuka Penggalang sekurang
kurangnya 5 (lima) macam dari masing-masing bidang Kecakapan Khusus, sekurang
kurangnya 2 (dua) macam Tingkatan Utama dan 3 (tiga) macam Tingkat Madya. Jenis TKK
yang diwajibkan berdasarkan ketentuan Gugus Depan dimana Penggalang berada.
Menjadi contoh yang baik dalam Pasukan Penggalang, di rumah, di sekolah, dan
bermanfaat bagi lingkungan pergaulannya, sesuai dengan satya dan darma Pramuka.
Dapat membuat hasta karya, sekurang-kurangnya 6 (enam) macam.
Dapat menggunakan Komputer, teknologi informasi minimal internet.
Dapat berkomunikasi menggunakan salah satu bahasa international.
Syarat Pramuka Penggalang Garuda
Seorang Pramuka Penggalang ditetapkan sebagai Pramuka Garuda, jia telah memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2 9
Tanda Kecakapan Pramuka Penggalang Garuda
3 0
BAB VI
PENUTUP
Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan merupakan wahana pembinaan dan
pembelajaran bagi peserta didik untuk menguatkan sikap dan keterampilan KI 1, KI 2, dan KI
4 pada mata pelajaran dengan lebih banyak belajar sambil melakukan, mengalami langsung,
bersosialisasi, berinteraksi dengan alam dalam kondisi yang senyatanya.
Melalui penerapan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan ini diharapkan peserta
didik dapat menjadi manusia Indonesia yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan
berkebinekaan global berkarakter, untuk membangun Indonesia Maju di masa depan.
Semoga panduan ini dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam menerapkan
Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan di sekolah dasar sebagaimana yang
diamanatkan dalam Permendikbud No. 63 Tahun 2014. Panduan ini memberikan gambaran
teknis bagaimana menerapkan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan kepramukaan di sekolah
dasar secara bertahap, sistematis, dan menyeluruh.
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf
00. PANDUAN EWPK SD.pdf

More Related Content

Similar to 00. PANDUAN EWPK SD.pdf

05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf
05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf
05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf
marufahsyafii
 
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sdNia Piliang
 
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
Sofyan Nardi Saputra
 
Lampiran Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...
Lampiran Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...Lampiran Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...
Lampiran Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...alvinnoor
 
1.3. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
1.3. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd1.3. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
1.3. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sdAmrizal Ahmad
 
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
Arfa Mantoeng
 
05 b-salinan-lampiran-permendikbud-no-67-th-2013-ttg-kurikulum-sd
05 b-salinan-lampiran-permendikbud-no-67-th-2013-ttg-kurikulum-sd05 b-salinan-lampiran-permendikbud-no-67-th-2013-ttg-kurikulum-sd
05 b-salinan-lampiran-permendikbud-no-67-th-2013-ttg-kurikulum-sd
Hendrijanto Mazhend
 
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m tsIrma Muthiara Sari
 
1.4. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
1.4. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts1.4. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
1.4. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
Amrizal Ahmad
 
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m tsSofyan Nardi Saputra
 
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
Arfa Mantoeng
 
Kurikulum 2013 smp
Kurikulum 2013 smpKurikulum 2013 smp
Kurikulum 2013 smp
Sriwijaya University
 
Permendikbud 68 13_lampiran
Permendikbud 68 13_lampiranPermendikbud 68 13_lampiran
Permendikbud 68 13_lampiran
iwan coy
 
Lampiran Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...
Lampiran Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...Lampiran Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...
Lampiran Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...alvinnoor
 
10. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
10. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts10. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
10. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m tsAmrizal Ahmad
 
06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts
06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts
06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts
Anita Juliani
 
06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts
06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts
06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts
DianaPutri PuspitaDewi
 
Permendikbud68 th2013
Permendikbud68 th2013Permendikbud68 th2013
Permendikbud68 th2013
nailal muna
 
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m tsNia Piliang
 
Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014
Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014
Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014
Guss No
 

Similar to 00. PANDUAN EWPK SD.pdf (20)

05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf
05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf
05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf
 
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
 
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
 
Lampiran Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...
Lampiran Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...Lampiran Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...
Lampiran Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...
 
1.3. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
1.3. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd1.3. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
1.3. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
 
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
 
05 b-salinan-lampiran-permendikbud-no-67-th-2013-ttg-kurikulum-sd
05 b-salinan-lampiran-permendikbud-no-67-th-2013-ttg-kurikulum-sd05 b-salinan-lampiran-permendikbud-no-67-th-2013-ttg-kurikulum-sd
05 b-salinan-lampiran-permendikbud-no-67-th-2013-ttg-kurikulum-sd
 
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
 
1.4. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
1.4. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts1.4. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
1.4. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
 
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
 
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
 
Kurikulum 2013 smp
Kurikulum 2013 smpKurikulum 2013 smp
Kurikulum 2013 smp
 
Permendikbud 68 13_lampiran
Permendikbud 68 13_lampiranPermendikbud 68 13_lampiran
Permendikbud 68 13_lampiran
 
Lampiran Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...
Lampiran Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...Lampiran Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...
Lampiran Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum S...
 
10. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
10. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts10. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
10. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
 
06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts
06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts
06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts
 
06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts
06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts
06. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-68-th-2013-ttg-kurikulum-smp-m ts
 
Permendikbud68 th2013
Permendikbud68 th2013Permendikbud68 th2013
Permendikbud68 th2013
 
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
 
Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014
Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014
Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014
 

Recently uploaded

Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
ahyani72
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 

00. PANDUAN EWPK SD.pdf

  • 1. PANDUAN PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER WAJIB PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI SEKOLAH DASAR E D I S I R E V I S I T A H U N 2 0 2 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI DIREKTORAT SEKOLAH DASAR
  • 2. I KATA PENGANTAR Salam sejahtera bagi kita semua Sejalan dengan Visi dan Misi Presiden untuk mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Demikian halnya dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, telah membawa perubahan yang signifikan terhadap semua aspek kehidupan, tidak terkecuali terhadap perubahan karakter sumber daya manusia. Penguatan pendidikan karakter peserta didik terus kita upaya melalui berbagai program dan kegiatan. Salah satunya melalui revisi Panduan Pelaksanaan Ekstrakulikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan di sekolah dasar. Pembinaan peserta didik yang berkualitas terus dilakukan baik melalui intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Implementasi ekstrakurikuler dilaksanakan melalui dua pola yang berkaitan, yakni pola wajib dan pilihan. Ekstrakurikuler wajib adalah Pendidikan Kepramukaan, bukan berarti wajib menjadi anggota Pramuka. Ekstrakurikuler pilihan dapat dipilih peserta didik sesuai dengan bakat, dan minat serta kemampuannya. Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan dalam pelaksanaannya perlu diatur dan dipandu agar dapat dengan mudah diimplementasikan di satuan pendidikan. Harapan kami panduan ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dalam implementasi Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan khususnya di tingkat sekolah dasar. Semoga panduan ini dapat membantu dalam mengimplementasikan pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib, khususnya di satuan pendidikan sekolah dasar. Jakarta, Juni 2021 Direktur Sekolah Dasar Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd. NIP. 196807291988032001
  • 3. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN PANDUAN C. DASAR HUKUM D. HASIL YANG DIHARAPKAN BAB II PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH DASAR A. PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI EKSTRAKULIKULER WAJIB DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013 B. MODEL IMPLEMENTASI EKSTRAKULIKULER WAJIB PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN C. PENGELOLA EKSTRAKULIKULER WAJIB PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI SEKOLAH DASAR D. DAYA DUKUNG KETERLAKSANAAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH DASAR BAB III PENERAPAN MODEL BLOK A. KONSEP DASAR MODEL BLOK B. SIFAT DAN BENTUK KEGIATAN MODEL BLOK C. PENGORGANISASIAN DAN KONTEN KEGIATAN MODEL BLOK D. TAHAPAN MENYUSUN KEGIATAN MODEL BLOK BAB IV PENERAPAN MODEL AKTUALISASI A. KONSEP DASAR MODEL AKTUALISASI B. SIFAT DAN BENTUK KEGIATAN MODEL AKTUALISASI C. PENGORGANISASIAN DAN KONTEN KEGIATAN MODEL AKTUALISASI D. TAHAPAN MENYUSUN KEGIATAN MODEL AKTUALISASI BAB V PENERAPAN MODEL REGULER DI GUGUS DEPAN A. GUGUS DEPAN DI SEKOLAH DASAR B. PENERAPAN MODEL REGULER DI GUGUS DEPAN C. PEMBINAAN PESERTA DIDIK DI GUGUS DEPAN D. PERINDUKAN SIAGA E. PASUKAN PENGGALANG BAB VI PENUTUP Lampiran-Lampiran I I DAFTAR ISI
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakteristik kurikulum 2013 adalah dalam setiap pembelajaran memiliki tujuan untuk mengembangkan sikap spiritual, sosial, pengetahuan, keterampilan sehingga dapat diterapkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bekal pengalaman belajar yang didapatkan, peserta didik akan menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. Mata pelajaran yang ada di dalam Kurikulum 2013 akan saling memperkuat dan memperkaya antarmata pelajaran yang satu dengan yang lain. Dalam Kurikulum 2013, pendidikan kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib. Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan kepramukaan merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang secara sistemik diperankan sebagai wahana penguatan psikologis-sosial-kultural (reinforcement) perwujudan sikap dan keterampilan Kurikulum 2013 yang secara psikopedagogis koheren dengan pengembangan sikap dan kecakapan dalam pendidikan kepramukaan. Dengan demikian pencapaian Kompetensi Inti Sikap Spiritual (KI-1), Sikap Sosial (KI-2), dan Keterampilan (KI-3) memperoleh penguatan bermakna (meaningfull learning) melalui fasilitasi sistemik-adaptif pendidikan kepramukaan di lingkungan satuan pendidikan. Pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagaimana dimaksud dalam Kurikulum 2013 tersebut dapat diwujudkan melalui integrasi kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik dapat menemukan dan mengembangkan potensinya, serta memberikan manfaat sosial yang besar dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Di samping itu, kegiatan ekstrakurikuler berpotensi dapat memfasilitasi bakat, minat, dan kreativitas peserta didik yang berbeda-beda. Pedoman pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di satuan pendidikan telah diatur dalam Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014. Kegiatan ekstrakurikuler sebagaimana yang dimaksud dalam permendikbud ini dikelompokkan menjadi kegiatan ekstrakurikuler wajib dan kegiatan ekstrakurikuler pilihan. Kegiatan ekstrakurikuler wajib adalah kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik, yakni Ekstrakurikuler Pendidikan Kepramukaan. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler pilihan meliputi kegiatan yang mengacu pada minat, bakat, serta kemampuan peserta didik sesuai pilihannya. Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan (EWPK) bertujuan agar peserta didik kuat karakter spiritual dan sosial, mantap kebangsaan dan kenegaraan Indonesia, dan kokoh kecakapan diri sehingga peserta didik kelak mampu hidup di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, EWPK juga dilaksanakan untuk Penguatan Pendidikan Karakter bagi peserta didik. Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti dijelaskan bahwa pembiasaan merupakan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan yang bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan yang baik dan
  • 5. 2 membentuk generasi berkarakter positif. Salah satu tujuan dari penumbuhan budi pekerti antara lain adalah menumbuhkembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal mengamanatkan bahwa khusus bagi peserta didik pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar atau satuan pendidikan jenjang pendidikan menengah diberikan ruang yang luas untuk mengembangkan potensi melalui kegiatan ekstrakurikuler. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan penanganan yang serius dalam keterlaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler membutuhkanpembina yang bertanggung jawab, konsisten, berkomitmen, dan tangguh. Pembina tersebut harus berbekal penguasaan metode, media, dan cara berkomunikasi yang tepat menyesuaikan pola penguatan karakter yang diharapkan. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional. Salah satu prinsip profesionalitas guru adalah memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru meliputi empat aspek, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keberhasilan dari pembelajaran di sekolah selain dipengaruhi oleh empat aspek kompetensi tersebut, faktor lingkungan sekolah juga sangat menentukan. Lingkungan sekolah yang nyaman dan inspiratif merupakan faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan. Kenyamanan ini akan didukung oleh pembiasaan sikap dan pperilaku positif yang seharusnya menjadi bagian dari proses belajar dan budaya setiap sekolah sebagai wujud pencerminan nilai- nilai Pancasila. Pembiasaan tersebut dapat dilaksanakan ke dalam implementasi Ekstrakuriluler Wajib Pendidikan Kepramukaan. Berdasarkan latar belakang itulah, pelaksanaan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan senantiasa memerhatikan aspek-aspek yang dicanangkan dalam penumbuhan budi pekerti untuk mengkristalisasi enam profil Pelajar Pancasila, yaitu berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebhinekaan global, gotong royong, dan kreatif. Oleh karenanya, perlu dibuat sebuah panduan yang bersifat praktis dan sistematis dalam upaya menerapkan pendidikan kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di Sekolah Dasar mendorong untuk penguatan pendidikan karakter. B. Tujuan Panduan Panduan ini dibuat sebagai acuan bagi kepala sekolah, guru kelas/guru mata pelajaran, dan pembina pramuka dalam melaksanakan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di satuan pendidikan sesuai dengan tugas, fungsi, dan perannya masing-masing termasuk Dinas Pendidikan dalam merumuskan kebijakan dan regulasi dalam mendukung implementasi Permendikbud No. 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di Sekolah Dasar dan Menengah. C. Dasar Hukum Dasar perundang-undangan dan peraturan yang menjadi landasan panduan ini sebagai berikut: 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
  • 6. 3 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka; D. Hasil yang Diharapkan 2 Dengan diterbitkannya panduan ini diharapkan seluruh Pemangku Kepentingan lebih memahami teknis penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib khususnya di tingkat sekolah dasar. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; 3 Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter; 4 Permendikbud Nomor 57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah; 5 Permendikbud Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Menengah; 6 Permendikbud Nomor 63 tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di Sekolah Dasar dan Menengah; 7 Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti; 8 Permendikbud Nomor 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah; 9 Permendikbud Nomor 21 tahun 2016 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 10 Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah; 11 Permendikbud Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan; 12 Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal; 13 Permendikbud Nomor 37 tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah; 14 Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 220 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pokok-Pokok Organisasi Gerakan Pramuka; 15 Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 231 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugus Depan Gerakan Pramuka; 16 Keputusan Kwartir Nasional Nomor 225 Tahun 2007, Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Majelis Pembimbing Gerakan Pramuka; 17 Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 198 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Syarat Kecakapan Umum; 18 Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 199 Tahun 2011 Tentang Panduan Penyelesaian Syarat Kecakapan Umum; 19 Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kwarnas Nomor 08.1/VII/NK/2019 dan nomor 009/PK/MoU/2019 tentang Pendidikan Kepramukaan pada Gugus Depan dan Satuan Karya Pramuka Lingkup Pendidikan dan Kebudayaan 20
  • 7. 4 BAB II PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI EKSTRAKURIKULER WAJIB DI SEKOLAH DASAR A. PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI EKSTRAKURIKULER WAJIB DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013 Kurikulum 2013 mengamanatkan bahwa setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Secara jelas, dimensi kompetensi tersebut terdiri atas kompetensi inti sikap spiritual (KI-1), kompetensi inti sikap sosial (KI-2), kompetensi inti pengetahuan (KI-3), dan kompetensi inti keterampilan (KI-4). Pencapaian kompetensi-kompetensi di atas, pembelajaran dilaksanakan dengan pola yang berpusat pada peserta didik secara interaktif, aktif mencari, berbasis kelompok (kooperatif), berbasis multimedia, multidisiplin, dan kritis. Selain itu, pencapaian kompetensi juga didukung oleh penguatan tata kerja guru yang lebih bersifat kolaboratif. Proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi-kompetensi tersebut, dilaksanakan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di satuan Pendidikan, salah satu diantaranya adalah Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan (EWPK). Konteks yang diambil adalah penerapan Metode dan Teknik Kepramukaan untuk mendukung proses pembelajaran Kurikulum 2013 dalam menguatkan nilai-nilai sikap dan keterampilan. Metode Kepramukaan tersebut meliputi: (a) pengamalan Kode Kehormatan Pramuka, (b) belajar sambil melakukan, (c) kegiatan berkelompok/bekerjasama/ berkompetisi, (d) kegiatan yang menarik/menantang, (e) kegiatan di alam terbuka, (f) kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan/dorongan/dukungan, (g) penghargaan berupa tanda kecakapan, dan (h) satuan terpisah antara putra dan putri. Sedangkan Teknik Kepramukaan mencakup Praktik Langsung, Permainan, Diskusi, Produktif, Lagu, Gerak, Widya Wisata, Simulasi, Napak Tilas, Pioneering, Berkemah, dan Penjelajahan. Penerapan Metode dan Teknik Kepramukaan bermuara pada tujuan akhir Pendidikan Kepramukaan yaitu terbentuknya peserta didik yang berkarakter dan memiliki kecakapan hidup serta mencintai bangsa dan tanah airnya. Satuan pendidikan sebagai penyelenggara Kurikulum 2013 memiliki dua tanggung jawab. Pertama, melaksanakan EWPK melalui model blok dan model aktualisasi. Kedua, menjalankan pembinaan pramuka secara reguler melalui satuan Gugus Depan yang berpangkalan di satuan pendidikan. Model blok dan aktualisasi menjadi ranah tanggung jawab guru sebagai bentuk ketuntasan pembelajaran dalam kurikulum 2013. Guru berkewajiban menguatkan sikap dan keterampilan peserta didik melalui ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan secara sistematis dan terencana. Pada model ini tidak mewajibkan peserta didik menjadi anggota Gerakan Pramuka. Sedangkan, Model reguler menjadi tanggung jawab pembina pramuka di Gugus Depan. Pembina pramuka berkewajiban melaksanakan pembinaan kepramukaan dengan menerapkan aturan Gerakan Pramuka.
  • 8. 5 1 B. MODEL IMPLEMENTASI EKSTRAKURIKULER WAJIB PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler di sekolah dasar dilaksanakan melalui 2 (dua) pendekatan yaitu melalui 1) EWPK dengan Model Blok dan Model Aktualisasi 2) Ekstrakurikuler Kepramukaan dengan model Reguler. Model Blok dan Model Aktualisasi adalah model sebagai Ekstrakurikuler Wajib yang diikuti oleh seluruh peserta didik. Sedangkan Model Reguler adalah penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan di Gugus Depan seperti umumnya yang diikuti oleh peserta didik yang berminat dan mendaftar menjadi anggota Gerakan Pramuka. PeImplemetasi Model Blok dan Model Aktualisasi sepenuhnya menjadi tanggungjawab sekolah dan struktur diatas mulai dari Dinas Pendidikan di tingkat Kota/Kabupaten sampai di Kementerian Pendidikan Kebudayaan. Sedangkan Model Reguler dikelola bersama antara Pengurus Gugus Depan dan Satuan Pendidikan sebagai tempat bernaung (Pangkalan) dan di bawah koordinasi Kwartir Ranting sampai Kwartir Nasional. Model Blok dan Model Aktualisasi dalam implementasinya menggunakan Metode dan Teknik Kepramukaan. Untuk memahami Metode Kepramukaan maka guru setidaknya mengikuti Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) sebagaimana ketentuan yang dibuat oleh Permendikbud.
  • 9. Implemetasi Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di satuan Pendidikan sekolah dasar, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab terhadap keterlaksanaan Kurikulum 2013 melalui Pendidikan Kepramukaan. Oleh karena itu kompetensi yang harus dimiliki Kepala Sekolah dalam penerapan EWPK dan Pengelolaan Gugus Depan: a. Minimal mempunyai sertifikat kursus orientasi dan/atau berijazah Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD). b. Memahami peran kepala sekolah selaku Ketua Majelis Pembimbing Gugus Depan Gerakan Pramuka di sekolahnya. c. Mengelola Gugus Depan dengan baik dan benar. d. Memberikan bimbingan dan bantuan yang bersifat moral, organisatoris, material, finansial, dan konsultatif kepada pembina pramuka, guru, peserta didik, dan Gugus Depan di sekolahnya. e. Memecahkan masalah-masalah organisatoris, moral, mental, psikologis, finansial yang terjadi dalam pelaksanaan pendidikan kepramukaan Gugus Depan yang berpangkalan di satuan pendidikan. f. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana, prasarana, dan sumber belajar dalam pelaksanaan pendidikan kepramukaan. g. Menyerap aspirasi masyarakat untuk pengembangan pendidikan kepramukaan di sekolahnya. h. Mengadakan hubungan koordinasi, kerjasama dan saling memberi informasi dengan pemangku kebijakan, Gugus Depan dan kwartir ranting/cabang. i. Memberikan laporan pelaksanaan ekstrakurikuler pendidikan Kepramukaan kepada orang tua melalui raport peserta didik dan lembaga lain yang terkait secara periodik maupun secara insidentil. j. Menghadiri musyawarah Gugus Depan, musyawarah kwartir ranting dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Gugus Depan atau di tingkat kwartir. 6 1 C. PENGELOLA EKSTRAKURIKULER WAJIB PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI SEKOLAH DASAR Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan dikelola oleh guru bekerjasama dengan Pembina Pramuka di satuan pendidikan di bawah tanggung jawab kepala sekolah. Guru berperan sebagai fasilitator ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan (blok dan aktualisasi), sedangkan Pembina Pramuka sebagai konsultan penerapan metode dan teknik kepramukaan. Pada Pengelolaan Gugus Depan (model reguler), Kepala Sekolah sebagai Ketua Majelis Pembimbing Gugus Depan (Mabigus) dan Pembina Pramuka sebagai Pembina Satuan Pendidikan dan pengelola Gugus Depan yang berpangkalan di sekolah dasar. Kompetensi Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Satuan Pendidikan dan Ketua Majelis Pembimbing Gugus Depan (Kamabigus). 1. 2. Kompetensi Guru sebagai Pembina Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan Pendidikan Kepramukaan dikembangkan dalam upaya mewujudkan pelaksanaan Kurikulum 2013, oleh karena itu guru harus mempunyai kompetensi pendidikan kepramukaan. Guru harus memilki kemampuan mengaitkan tema/topik mata pelajaran dengan Metode dan Teknik kepramukaan. Guru memiliki tugas sebagai pendidik di kelas dan sebagai Pembina EWPK pada model blok dan model aktualisasi.
  • 10. 7 1 Orang tua yang dapat memberi penjelasan, nasihat, pengarahan, dan bimbingan. Guru yang mengajarkan berbagai keterampilan dan pengetahuan. Kakak yang dapat melindungi, mendampingi, dan membimbing adik-adiknya, yang memberi kesempatan untuk memimpin dan mengelola. Mitra, teman yang dapat dipercaya, bersama-sama menggerakkan kegiatan-kegiatan agar menarik, menyenang-kan dan penuh tantangan sesuai usia golongan Pramuka. Konsultan, tempat bertanya, dan berdiskusi tentang berbagai masalah. Motivator, memotivasi untuk meningkatkan kualitas diri dengan berkreativitas, berinovasi, dan aktualisasi diri, dan membangun semangat untuk maju. Fasilitator, memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan peserta didik. Kompetensi yang harus dimilki guru dalam penerapan EWPK: a. Memahami pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib di sekolahnya dan wahana penguatan sikap serta keterampilan peserta didik. b. Mengaktualisasikan materi pembelajaran dengan endidikan kepramukaan. c. Memiliki kemampuan membina peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan kepramukaan. d. Mengikuti perkembangan kegiatan kepramukaan bernuansa kekinian (up to date), bermanfaat bagi peserta didik, dan masyarakat lingkungannya, serta tetap berada dalam koridor ketaatan terhadap Kode Kehormatan Pramuka. e. Memerankan diri sebagai: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 3. Kompetensi Pembina Pramuka sebagai Pembina Satuan Gugus Depan Pembina Pramuka adalah anggota dewasa yang secara sukarela bergiat bersama peserta didik, sebagai mitra yang peduli terhadap kebutuhan peserta didik, dengan penuh kesabaran memotivasi, membimbing, membantu, serta memfasilitasi kegiatan pembinaan peserta didik. Kompetensi Pembina Pramuka sesuai dengan Petunjuk Penyelenggaraan yang diterbitkan oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. D. DAYA DUKUNG KETERLAKSANAAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI EKSTRAKURIKULER WAJIB DI SEKOLAH DASAR Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di sekolah dasar akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan aspek-aspek berikut: 1. Kompetensi Pengelola Peningkatan kualitas pelaksanaan pendidikan kepramukaan di satuan pendidikan dilakukan dengan upaya meningkatkan kompetensi pengelola melalui; kursus, bimbingan teknis, in- house training, seminar, lokakarya, gelang ajar, karang pamitran, dan magang. 2. Pembiayaan Sekolah mengalokasikan biaya dalam Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) dalam pelaksanaan model Blok dan Aktualisasi yang diikuti oleh seluruh siswa sebagai Ekstrakurikuler Wajib dan Gugus Depan pada model reguler. 3. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana dalam menunjang pelaksanaan EWPK di sekolah antara lain; sanggar Gugus Depan, peralatan latihan, tempat latihan. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi melalui pendanaan yang tercantum dalam RKAS, dan menjalin kemitraan. 4. Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan Pengembangan EWPK dapat berjalan dengan baik jika satuan pendidikan menjalin kemitraan dengan berbagai unsur, antara lain: orang tua, tokoh masyarakat, dinas/instansi, dan dunia usaha atau dunia industri. Permendikbud mengisyaratkan agar Dinas Pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota dapat menjalin kemitraan dan kerjasama yang baik untuk mendukung implementasi dari Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuannya.
  • 11. 8 BAB III PENERAPAN MODEL BLOK A. KONSEP DASAR MODEL BLOK Model blok merupakan bagian kegiatan dalam penerapan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan. Kegiatan model blok di satuan pendidikan dikemas dalam kegiatan perkemahan. Muatan materi kegiatan model blok meliputi materi pelajaran, pengenalan lingkungan sekolah, pendidikan kepramukaan, dan penguatan karakter. Sebagai ilustrasi, dalam muatan mata pelajaran ditemukan materi-materi yang butuh dipraktikkan di luar jam pelajaran dan membutuhkan waktu malam, karena jam belajar di sekolah hanya sampai siang hari. Maka melalui perkemahan model blok, peserta didik berkesempatan mengamati perbedaan siang dan malam dalam kondisi yang sebenarnya dalam bimbingan guru. Hal ini dapat dilakukan dengan metode kepramukaan alam terbuka dengan teknik perkemahan. Kegiatan model blok diisi juga dengan pembiasaan-pembiasaan positif sebagai sarana untuk penguatan karakter peserta didik. Pembiasaan positif dapat berupa ibadah secara berjamaah, apel kedisiplinan di tiap pagi, korve/ pergantian jaga di tenda, dan sebagainya. https://wisataka.com/tempat-camping-cibodas-puncak/
  • 12. 9 1 B. SIFAT DAN BENTUK KEGIATAN MODEL BLOK Pelaksanaan model blok bagi peserta didik kelas I, kelas II, dan kelas III, dilaksanakan dalam format perkemahan sehari tanpa menginap selama 9-18 jam; Pelaksanaan model blok bagi peserta didik kelas IV, kelas V dan kelas VI, dilaksanakan dengan menginap semalam di perkemahan selama 18 jam; Pada pelaksanaan kegiatan model blok tidak harus menggunakan seragam pramuka. Pelaksanaan model blok sebagaimana tercantum dalam Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 sebagai berikut: (1) bersifat wajib, (2) dilaksanakan setahun sekali, (3) berlaku bagi seluruh peserta didik, (4) terjadwal, dan (5) penilaian umum. Kegiatan model blok bersifat wajib bagi seluruh peserta didik, dilaksanakan setahun sekali di awal tahun pembelajaran untuk peserta didik kelas I yang diintegrasikan dengan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Sedangkan untuk peserta didik kelas II-VI dapat dilaksanakan sesuai dengan program satuan pendidikan (tidak harus di awal tahun). Kegiatan model blok di sekolah dasar dilaksanakan dalam bentuk perkemahan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. 2. 3. C. PENGORGANISASIAN DAN KONTEN KEGIATAN MODEL BLOK Kegiatan model blok dikelola secara kolaboratif antara guru sebagai Pembina Ekstrakurikuler dan Pembina Satuan Gugus Depan di bawah pengendalian kepala sekolah sebagai penanggung jawab keterlaksanaan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib dalam Kurikulum 2013. Dalam melaksanakan kegiatan blok, kepala sekolah dapat membentuk kepanitiaan dengan melibatkan semua guru dan pembina pramuka di Gugus Depan. Kolaboratif yang dimaksud adalah guru dapat bekerja sama dengan pembina pramuka di Gugus Depan untuk membantu merancang dan melaksanakan kegiatan perkemahan model blok. Hal ini diperlukan karena pembina pramuka di Gugus Depan dipandang lebih menguasai kegiatan lapangan dengan berbagai risiko yang dapat terjadi. D. TAHAPAN MENYUSUN KEGIATAN MODEL BLOK Tahapan yang dilakukan dalam menyusun kegiatan Model Blok. 1. Menyusun Struktur Materi Kegiatan Model Blok Struktur materi kegiatan model blok berisi orientasi pendidikan kepramukaan, muatan nilai sikap dan keterampilan (KI-1, KI-2, dan KI-4) mata pelajaran yang perlu dikuatkan melalui kegiatan perkemahan, ditambah aktivitas penumbuhan karakter dalam upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Guru dan Pembina Pramuka bermusyawarah untuk mengidentifikasi materi yang akan disajikan dalam kegiatan model blok. Hasil musyawarah berupa struktur materi kegiatan model blok dengan konten materi orientasi pendidikan kepramukaan, muatan mata pelajaran, dan penumbuhan karakter sesuai jenjang kelas peserta didik.
  • 13. 1 0 1 Materi kegiatan model blok kelas II-VI dikembangkan sesuai tujuan masing-masing kelas, tanpa materi pengenalan lingkungan sekolah. Selanjutnya, untuk tiap materi diperinci oleh pengelola kegiatan model blok. 2. Menyusun Silabus Kegiatan Model Blok Silabus kegiatan blok disusun sesuai dengan yang berlaku dalam kurikulum 2013. Penyusunan silabus dimulai dengan mengidentifikasi muatan nilai sikap dan keterampilan (KI-1, KI-2, dan KI-4) yang perlu disajikan dalam kegiatan model blok. Sebagai acuan untuk memudahkan identifikasi dapat melihat pemetaan kompetensi dasar dan ruang lingkup pembelajaran dalam buku pegangan bagi guru dalam Kurikulum 2013. Contoh Silabus Kelas I s.d Kelas VI dapat dilihat pada lampiran. 3. Menyusun Jadwal Kegiatan Model Blok Berdasarkan silabus yang telah dibuat bersama melalui musyawarah, selanjutnya guru kelas, guru agama, guru olahraga, dan Pembina pramuka menyusun jadwal kegiatan blok selama 18 jam. Untuk kelas rendah dirancang tanpa menginap, sedangkan untuk kelas tinggi dirancang dengan jadwal menginap di perkemahan. Kegiatan blok tiap kelas memiliki tujuan khusus yang menjadi target tiap-tiap kelas. Namun, dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan kolaboratif antar kelas sesuai jadwal yang dirancang. Contoh Jadwal Kegiatan Model Blok Kelas I s.d VI dapat dilihat pada lampiran.
  • 14. 4. Menyusun Kepanitiaan Pelaksana Kegiatan Model Blok Dalam menjalankan kegiatan model blok, kepala sekolah dapat membentuk kepanitian untuk mengelola kegiatan perkemahan terdiri atas unsur guru, Pembina pramuka, dan pihak lain yang dapat menunjang keberhasilan program blok yang telah dirancang. Susunan panitia dapat disesuaikan dengan perencanaan kegiatan model blok yang telah dibuat. 5. Menyusun Perangkat Penilaian Kegiatan Model Blok Penilaian kegiatan model blok bersifat umum berbentuk penilaian kualitatif. Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan peserta didik. Proses penilaian Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib menitikberatkan pada ranah nilai sikap. Keterampilan kepramukaan merupakan pendukung terhadap penilaian pendidikan kepramukaan itu sendiri. Teknik penilaian sikap dilakukan melalui teknik non test (observasi, wawancara, catatan anekdot. Teknik penilaian keterampilan dilakukan melalui demonstrasi dan unjuk kerja. Hasil penilaian kegiatan blok diakumulasi dengan penilaian latihan model aktualisasi. Penilaian model blok meliputi aspek: 1) karakter, 2) kepramukaan, 3) pengenalan lingkungan sekolah, dan 4) muatan mata pelajaran. Skor penilaian untuk setiap aspek model blok: 1 = cukup 2 = baik 3 = sangat baik Contoh format penilaian model blok terlampir 1 1 1
  • 15. 1 2 BAB IV PENERAPAN MODEL AKTUALISASI A. KONSEP DASAR MODEL AKTUALISASI Kegiatan aktualisasi adalah kegiatan pembelajaran di luar kelas yang difungsikan sebagai wahana mengaktualisasikan muatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4 mata pelajaran yang tidak selesai di kelas dan/atau membutuhkan penguatan di luar kelas dengan menggunakan metode dan teknik kepramukaan. Kegiatan aktualisasi di satuan pendidikan dikemas dalam kegiatan serupa latihan kepramukaan. B. SIFAT DAN BENTUK KEGIATAN MODEL AKTUALISASI Kegiatan model aktualisasi bersifat wajib bagi seluruh peserta didik, dilaksanakan sekali tiap minggu di luar jam pelajaran sekolah selama 120 menit, terjadwal, dengan sistem penilaian formal. Bentuk kegiatan aktualisasi serupa dengan latihan rutin kepramukaan di Gugus Depan. Urutan pelaksanaan kegiatan aktualisasi sebagai berikut: 1. Upacara Pembukaan Kegiatan Upacara pembukaan kegiatan Model Aktualisasi dilakukan sebagai bagian dari penanaman nilai-nilai patriotisme, kedisiplinan, religiusitas, dan penjelasan kegiatan yang akan dilaksanakan.
  • 16. 1 3 1 2. Kegiatan Inti Berisi materi mata pelajaran yang dikemas melalui teknik dan metode kepramukaan. Teknik kepramukaan yang dapat digunakan sebagai kemasan mata pelajaran antara lain: a) Penjelajahan, b) Penaksiran, c) Pertolongan pertama d) Sandi, semboyan, isyarat, e) Simpul dan Ikatan, f) Sketsa dan Panorama, g) Kemampuan Indera Manusia (KIM) h) Berkemah, i) Memasak. 3. Upacara Penutupan Upacara penutupan kegiatan Model Aktualisasi dilakukan sebagai bagian dari refleksi nilai-nilai yang telah dilakukan dalam kegiatan inti dan pemberian apresiasi kepada peserta didik. C. PENGORGANISASIAN KEGIATAN MODEL AKTUALISASI Kegiatan aktualisasi dikelola guru di bawah pengendalian Kepala Sekolah. Guru dalam kegiatan aktualisasi dapat berkolaborasi dengan Pembina Gugus Depan. Peran Pembina Gugus Depan merupakan konsultan dalam merancang proses pembelajaran dengan metode dan teknik kepramukaan, sedangkan guru bertindak sebagai pembina dalam kegiatan aktualisasi. D. TAHAPAN MENYUSUN KEGIATAN MODEL AKTUALISASI Penyusunan kegiatan aktualisasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi KD Materi Pelajaran yang Diaktualisasikan Identifikasi materi pelajaran yang akan disajikan melalui kegiatan aktualisasi. Identifikasi dapat melihat pemetaan kompetensi dasar dan ruang lingkup pembelajaran pada buku pegangan bagi guru dalam kurikulum 2013. Selanjutnya disusun silabus setiap materi pelajaran. 2. Menyusun Silabus Latihan Aktualisasi Silabus kegiatan aktualisasi disusun sesuai dengan yang berlaku dalam kurikulum 2013. Tahapan penyusunan silabus didasarkan pada hasil identifikasi muatan pengetahuan, sikap dan keterampilan KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4 mata pelajaran yang tidak selesai di kelas. (contoh terlampir). 3. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Agar aktivitas kegiatan dapat berjalan dengan baik dan lancar, perlu dibuat sebuah perencanaan sebagai rambu-rambu dalam menjalankan model aktualisasi, dengan demikian akan memudahkan guru kelas dalam melakukan persiapan hingga pelaksanaan kegiatan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dikembangkan berdasarkan silabus yang telah dibuat sebelumnya dengan penguatan pada metode kepramukaan (contoh terlampir).
  • 17. 1 4 1 4. Menyusun Perangkat Evaluasi/Penilaian Model Aktualisasi Penilaian kegiatan model aktualisasi bersifat umum berbentuk penilaian kualitatif. Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan peserta didik. Proses penilaian Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib menitikberatkan pada ranah nilai sikap. Keterampilan kepramukaan merupakan pendukung terhadap penilaian pendidikan kepramukaan itu sendiri. Teknik penilaian sikap dilakukan melalui teknik non test (observasi, wawancara, catatan anekdot, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik). Teknik penilaian keterampilan dilakukan melalui demonstrasi dan unjuk kerja. Hasil penilaian kegiatan aktualisasi diakumulasi dengan penilaian latihan model blok. Penilaian sikap KI 1, KI 2, dan KI 4 menjadi nilai ekstrakurikuler dalam rapor.
  • 18. 1.Ketentuan Umum Menjalankan Gugus Depan di Sekolah Dasar, perlu memerhatikan hal-hal berikut: a. Gugus Depan dibentuk melalui Musyawarah Gugus Depan (Mugus) yang dilaksanakan secara berkala tiap 3 tahun sekali. b. Anggota putra dan anggota putri dihimpun dalam Gugus Depan yang terpisah, masing masing merupakan Gugus Depan yang berdiri sendiri. c. Tiap Gugus Depan berkewajiban untuk menerima kaum muda yang bertempat tinggal di sekitar pangkalan Gugus Depan tersebut, sehingga memungkinkan dibentuk Gugus Depan lengkap. d. Dalam menerima anggota, Gugus Depan tidak boleh membedakan suku, ras, golongan, dan agama. e. Gugus Depan dikoordinasikan, dibina, dan dikendalikan oleh kwartir ranting, kecuali Gugus Depan yang berpangkalan di Kampus Perguruan Tinggi pembinaan dan pengembangannya dilakukan oleh Kwartir Cabang. f. Setiap Gugus Depan menggunakan nomor yang diatur oleh Kwartir Cabang, kecuali Gugus Depan yang ada di Perwakilan RI diatur oleh Kwartir Nasional. Gugus Depan putra bernomor gasal, sedangkan Gugus Depan putri bernomor genap. g. Gugus Depan dapat menggunakan nama pahlawan, tokoh masyarakat atau tokoh dalam cerita rakyat, nama tempat yang bersejarah, nama benda-benda di jagat raya, yang memiliki keistimewaan seperti galaksi dan sebagainya yang dapat memotivasi kehidupan anggota Gugus Depannya. Nama Gugus Depan didaftarkan ke Kwarcab bersama-sama dengan pendaftaran Gugus Depan tersebut untuk mendapatkan pengesahan dan nomor Gugus Depan. 2. Struktur Organisasi Gugus Depan di Sekolah Dasar kecenderungannya hanya memiliki Perindukan Siaga dan Pasukan Penggalang saja. Gugus Depan di Sekolah Dasar dikelola oleh tim Pembina Gugus Depan yang dipimpin seorang Ketua Gugus Depan dan dibimbing oleh Majelis Pembimbing Gugus Depan (Mabigus). Secara skematis dapat ditunjukkan dengan struktur organisasi berikut: 1 5 BAB V PENERAPAN MODEL REGULER DI GUGUS DEPAN A. GUGUS DEPAN DI SEKOLAH DASAR Undang-Undang Nomor 12 tahun 2010 menyebutkan bahwa Gugus Depan adalah satuan pendidikan dan satuan organisasi terdepan penyelenggara pendidikan kepramukaan. Hal ini bermakna bahwa Gugus Depan merupakan organisasi penyelenggara sekaligus pengelola pendidikan kepramukaan di satuannya. Gugus Depan dapat berada atau berpangkalan di lingkungan masyarakat seperti di balai rakyat, masjid, gereja dan sebagainya atau di Satuan Pendidikan seperti di Sekolah, Universitas atau Pesantren. Sekolah Dasar sebagai satuan pendidikan harus memastikan bahwa di tempatnya ada Gugus Depan Gerakan Pramuka untuk mewadahi para peserta didik yang tertarik dan berminat untuk aktif berlatih kepramukaan dan menjadi anggota Gerakan Pramuka. Pengorganisasian Gugus Depan di Sekolah Dasar mengikuti ketentuan-ketentuan berikut:
  • 19. 1 6 1 a. Mabigus 1) Mabigus berasal dari unsur-unsur: orangtua peserta didik yang merupakan perwakilan dari tiap satuan, tokoh-tokoh masyarakat, Dunia Usaha dan Industri yang memiliki perhatian dan rasa tanggungjawab terhadap Gerakan Pramuka, serta mampu menjalankan peran majelis pembimbing. 2) Ketua Gugus Depan secara ex-officio anggota Mabigus 3) Mabigus terdiri atas: a) seorang Ketua b) seorang Wakil Ketua c) seorang Sekretaris d) seorang Ketua Harian (bila perlu) e) beberapa orang anggota 4) Ketua Mabigus dipilih di antara anggota Mabigus yang ada. Di Sekolah Dasar, kepala sekolah sekaligus bertindak sebagai Ketua Mabigus (Ex Officio). Tanda Jabatan Mabigus
  • 20. b. Dewan Kehormatan Gugus Depan 1) Dewan Kehormatan Gugus Depan merupakan badan tetap yang dibentuk oleh Pembina Gugus Depan sebagai badan yang menetapkan pemberian anugerah, penghargaan dan sanksi, dengan tugas: a) menilai sikap, perilaku dan jasa seseorang untuk mendapatkan anugerah, penghargaan berupa tanda jasa. b) menilai sikap dan perilaku anggota Gerakan Pramuka yang melanggar kode kehormatan atau merugikan nama baik Gerakan Pramuka. 2) Dewan Kehormatan beranggotakan lima orang yang terdiri atas unsur sebagai berikut: a) Anggota Majelis Pembimbing Gugus Depan b) Ketua Gugus Depan c) Dua orang Pembina Satuan d) Dewan Penegak atau Dewan Pandega apabila diperlukan 3) Susunan Dewan Kehormatan Gugus Depan sebagai berikut : a) Ketua Dewan Kehormatan adalah Ketua Gugus Depan b) Wakil Ketua c) Sekretaris d) 2 (dua) orang anggota c. Pembina Gugus Depan 1) Pembina Gugus Depan terdiri atas Ketua Gugus Depan dibantu oleh Pembina Satuan dan Pembantu Pembina Satuan. 2) Ketua Gugus Depan dipilih dari Pembina Pramuka yang ada dalam Gugus Depan yang bersangkutan pada Musyawarah Gugus Depan. 1 7 1 Tanda Jabatan Pembina Gugus Depan d. Tim Pembina Satuan 1) Tim Pembina Perindukan Siaga disingkat Tim Pembina Siaga yang terdiri atas satu orang Pembina Siaga dibantu oleh tiga orang Pembantu Pembina Siaga. Tanda Pembina Siaga (kiri) dan Tanda Pembantu Pembina Siaga (kanan)
  • 21. 2) Tim Pembina Pasukan Penggalang disingkat Tim Pembina Penggalang yang terdiri atas satu orang Pembina Penggalang dibantu oleh tiga orang Pembantu Pembina Penggalang. 1 8 Tanda Pembina Penggalang (kiri) dan Tanda Pembantu Pembina Penggalang (kanan) B. PENERAPAN MODEL REGULER DI GUGUS DEPAN Model reguler adalah kegiatan kepramukaan yang diselenggarakan oleh Gugus Depan. Peserta Didik di Sekolah Dasar yang berminat dapat menjadi anggota Gerakan Pramuka di Gugus Depan dan mengenakan Seragam Gerakan Pramuka sesuai ketentuan yang berlaku di Gerakan Pramuka. Gugus Depan yang berpangkalan di Sekolah Dasar berfungsi sebagai konsultan yang memberikan masukan tentang pola latihan/ kegiatan pendidikan kepramukaan kepada sekolah/ guru dalam pelaksanaan model blok dan model aktualisasi. Pelaksanan kegiatan kepramukaan di Gugus Depan merujuk kepada seluruh Petunjuk Penyelenggaraan dan Pedoman yang diterbitkan oleh Gerakan Pramuka. Panduan ini tidak memberikan penjelasan khusus terkait pengelolan Gugus Depan dan kegiatan kepramukaan. Pembinaan Gugus Depan merupakan tanggungjawab dari Gerakan Pramuka mulai dari Kwartir Ranting sampai Kwartir Nasional.
  • 22. 1. Prinsip Dasar Kepramukaan dalam Pembinaan Peserta Didik Prinsip Dasar Kepramukaan merupakan azas dalam pelaksaan Pendidikan Kepramukaan yang dilaksanakan di alam terbuka yang menarik dan menantang dengan sasaran akhir pembentukan karakter. Prinsip Dasar Kepramukaan merupakan landasan berpikir dan bertindak (fondasi) bagi seorang Pramuka sehingga semua prinsip merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Prinsip Dasar Kepramukaan terdiri atas: a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya; c. Peduli terhadap diri pribadinya; dan d. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka Kegiatan Kepramukaan dilaksanakan dengan tidak bertentangan dengan 4 (empat) prinsip dasar Kepramukaan di atas, artinya berarti: a. Seorang Pramuka senantiasa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menganut ajaran agama dan menjalankannya sesuai tuntunan agama yang dianutnya; b. Seorang Pramuka senantiasa peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya. Seorang Pramuka mencintai tanah air dan bangsanya, memiliki toleransi tinggi sesama manusia, dan tidak berbuat kerusakan terhadap alam lingkungannya; c. Seorang Pramuka peduli terhadap dirinya sendiri. Seorang Pramuka menjaga kesehatan dirinya dengan berperilaku hidup bersih dan berolahraga, memelihara diri dari kemelaratan dengan bekerja atau berwirausaha, dan perilaku hidup lainnya yang menunjukkan kepedulian terhadap dirinya sendiri tanpa merugian orang lain; d. Seorang Pramuka senantiasa mengamalkan kode kehormatannya yang berupa Satya dan Darma Pramuka dalam kehidupannya sehari-hari. 2. Metode Kepramukaan dan Penerapannya dalam Membina Peserta Didik Ciri utama Gerakan Pramuka adalah pendidikan Kepramukaan yang berbasis belajar sambil melakukan (Learning by Doing) di alam terbuka dengan pola berkelompok melalui keterampilan yang menarik dan menyenangkan. Ciri itulah yang menjadi pembeda dengan lembaga atau organisasi lain yang sama-sama menangani pendidikan. Berikut ini komponen metode Kepramukaan yang yang merupakan sistem, berkait, dan saling memberikan makna bagi kompetensi siswa. 1 9 C. PEMBINAAN PESERTA DIDIK DI GUGUS DEPAN Pembinaan peserta didik Gerakan Pramuka berpondasikan Prinsip Dasar Kepramukaan, dilaksanakan dengan Metode Kepramukaan, dan pembinanya bergerak dengan sistem among dalam proses pembinaan peserta didik.
  • 23. 2 0 Sintaks Metode Kepramukaan Takwa kepada Tuhan yang Maha Esa; Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia; Patriot yang sopan dan ksatria; Patuh dan suka bermusyawarah; Rela menolong dan tabah; Rajin, terampil, dan gembira; Hemat, cermat, dan bersahaja; Disiplin, berani, dan setia; Bertanggungjawab dan dapat dipercaya; Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. a) Kode Kehormatan Kode kehormatan dalam metode Kepramukaan adalah norma belajar. Sebuah proses belajar haruslah dipagari dengan seperangkat norma yang mengikat peserta didik dalam berproses. Norma belajar bagi seorang Pramuka yang juga menjadi norma hidupnya berupa Dasadarma. Jadi, seorang Pramuka dalam menjalani hidup dan kehidupannya tidak boleh terlepas dari darmanya. Dasadarma: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. b) Kegiatan di Alam Terbuka Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dilakukan dalam konteks yang sebenarnya. Alam terbuka dalam metode Kepramukaan adalah sebagai tempat belajar, konteks belajar, dan wahana belajar. Di alam terbuka, peserta didik dapat belajar dengan leluasa dan lebih bebas bergerak. Alam terbuka memungkinkan membuka pikiran-pikiran baru yang terbelenggu ruang, memberi kesempatan melihat lebih luas, dan belajar dalam keadaan yang senyatanya.
  • 24. c) Belajar Sambil Melakukan Prinsip metode belajar sambil melakukan adalah belajar dari pengalaman. Peserta didik diberi kesempatan mencoba, praktik langsung, berkreasi tanpa takut salah, dan mengalami proses belajar. Hal ini berbeda dengan apabila peserta didik diceramahi atau diberi instruksi terlebih dahulu. Dalam proses ini tidak terjadi trial and error, tidak terjadi kreativitas, karena telah diinstruksikan sebelumnya. Peserta didik tidak diberikan ruang bebas dalam pikiran mereka untuk mencoba ide-ide orisinal mereka. Belajar sambil melakukan dimaksudkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk lebih banyak mencoba keterampilan-keterampilan yang diinginkan dan belajar dari pengalaman mencoba. Peran pembina sebagai pengamat proses yang dilakukan peserta didik, kemudian memberi umpan balik untuk mencoba dengan lebih baik. 2 1 Alam Terbuka Memberi Ruang Belajar yang Bebas dan Dinamis Belajar Sambil Melakukan melalui Praktik Langsung
  • 25. d) Kegiatan Menarik dan Menantang Kegiatan menarik dan menantang dalam metode Kepramukaan adalah suasana belajar yang penuh kejutan, kebaruan, tantangan, dan dalam kegembiraan. Ragam aktivitas belajar dimainkan sedemikian hingga peserta didik dalam suasana belajar tapi tidak merasa belajar. Ragam aktivitas tersebut dapat berbentuk permainan, menyanyikan lagu, menerapkan ragam tepuk kinestetis, dan bentuk aktivitas menarik lainnya. Suasana yang menarik dan menyenangkan, dapat membawa peserta didik belajar dalam kondisi pikiran rileks tanpa tekanan yang memudahkan dalam penyerapan materi pembelajaran. e) Kegiatan Berkelompok, Bekerjasama dan Berkompetisi Berkelompok hakikatnya sudah menjadi ciri manusia. Kelompok memungkinkan terjadi interaksi sosial, interaksi fisik, dan juga interaksi psikis. Belajar dalam kelompok dapat memacu kecepatan belajar, karena terjadi komunikasi dan kerjasama dalam tim. Kelemahan salah satu anggota kelompok akan diminimalisir dengan kekuatan anggota kelompok lainnya. 2 2 Belajar dalam Kelompok Memungkinkan Terjadi Percepatan Belajar f) Penghargaan Berupa Tanda Kecakapan Prinsip dari pemberian tanda penghargaan adalah untuk memotivasi, pengakuan harga diri, aktualisasi diri, dan memberikan kenyamanan belajar bagi peserta didik. Tanda penghargaan tidak selalu berupa benda materi, tetapi dapat pula berupa pujian, pemberian penghormatan di depan teman lain, dan tanda kecakapan sesuai dengan kompetensi yang telah ditempuh peserta didik dalam SKU atau SKK. Tanda Kecakapan Khusus
  • 26. g) Satuan Terpisah Satuan terpisah dalam metode Kepramukaan dimaksudkan untuk memacu kepercayaan diri peserta didik. Dengan mereka beraktivitas dalam kelompok gender, perempuan berlatih sesama perempuan dengan Pembina perempuan dan sebaliknya, diharapkan terbangun jadi diri dan kepercayaan diri mereka. Laki-laki berlatih menjadi sejatinya laki-laki dan perempuan berlatih menjadi sejatinya perempuan. 2 3 Berlatih dalam Satuan Terpisah memungkinkan Eksplorasi Kemampuan dengan lebih mendalam h) Kehadiran Orang Dewasa yang Memberikan Bimbingan, Dorongan dan Dukungan Orang Dewasa dalam metode Kepramukaan adalah pembina yang berperan sebagai fasilitator, organisator, dan motivator, sehingga kegiatan belajar yang dilakukan terpola, tersistem serta terencana sehingga perkembangan peserta didik teramati dan terkendali. Untuk dapat mengarahkan, memotivasi, dan mengendalikan perkembangan peserta didik, tentu pembina harus mengetahui proses yang dijalani peserta didiknya, sehingga dalam setiap latihan kehadiran pembina adalah mutlak. i) Kiasan Dasar Kiasan dasar adalah sebagai sarana pemudahan, pemaknaan, penguatan, penyimbolan, dan sebagai skenario kemasan pembelajaran. Peserta didik akan lebih mudah memahami sebuah konsep jika dibungkus dengan simbol atau kiasan. Untuk memberi pesan kepada peserta didik agar kelak mereka menjadi pemimpin hebat, kita dapat menyajikan pesan dengan kiasan berikut “Adik-adikku, kelak jika kalian menjadi pemimpin maka tirulah matahari”.Dari kalimat “tirulah matahari”, tersirat pesan bahwa pemimpin itu berlaku adil sebagaimana matahari membagi adil sinarnya, dan seterusnya. Kiasan dasar adalah “Tanda” dan “Penanda”. Dalam ilustrasi pemimpin matahari di atas “Tanda = Matahari” sebagai “Penanda = Kepemimpinan”. Seseorang belajar dari memaknai tanda- tanda atau simbol-simbol pengetahuan yang sengaja diciptakan atau yang telah ada secara alamiah.
  • 27. ING NGARSA SUNG TULADA (di depan memberi teladan); ING MADYA MANGUN KARSA (di tengah membangun kemauan); TUT WURI HANDAYANI (dari belakang memberi dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian). j) Sistem Among Sistem Among merupakan salah satu cara pelaksanaan pendidikan dalam Gerakan Pramuka. Dengan Sistem ini Pembina memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak secara leluasa, dengan sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah, keharusan paksaan sepanjang tidak merugikan baik bagi diri sendiri maupun masyarakat sekitarnya. Tujuannya untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri dan kreativitas sesuai dengan aspirasi peserta didik. Sistem Among dalam bentuk kalimat adalah: 2 4 D. PERINDUKAN SIAGA Siaga Mula, mengiaskan tingkatan kecakapan mula-mula (awal) yang dimiliki Siaga. Siaga Bantu, mengiaskan tingkatan kecakapan siaga yang dapat membantu pekerjaan- pekerjaan tertentu. Siaga Tata, mengiaskan tingkat kecakapan Siaga sudah diikutsertakan untuk menata karya kesiagaan. Menata karya artinya menyusun dan mengatur pekerjaan dengan rapih dan bersih. 1. Kehidupan Pramuka Siaga Kehidupan anak seusia Siaga masih berkisar di seputar keluarga, yaitu kehidupan yang ada ayah dan ibu bahkan kadang ada paman dan bibi tinggal bersama keluarga tersebut. Keluarga merupakan pusat aktivitas bagi para Siaga. Yanda dan Bunda merupakan sebutan bagi Pembina Siaga, sedangkan pakcik dan Bucik merupakan sebutan bagi Pembantu Pembina Siaga. Pembinaan Siaga mengikuti metode satuan terpisah, yakni para Siaga putera dibina oleh Yanda dan Pakcik, sedangkan para Siaga puteri dibina oleh Bunda dan Bucik. Tingkatan Pramuka Siaga di ungkapan secara simbolik dalam penyelenggaraan pendidikan Kepramukaan, dan merupakan salah satu metode untuk mengembangkan imajinasi Siaga, mendorong kreativitas dan keikutsertaannya dalam setiap kegiatan. Ungkapan secara simbolik dalam Kepramukaan disebut sebagai Kiasan Dasar. 2. Kiasan Dasar Kiasan Dasar yang digunakan dalam golongan Pramuka Siaga antara lain sebagai berikut: a. Pramuka usia 7 – 10 tahun disebut Siaga. Nama Siaga diambil dari kiasan dasar yang bersumber pada romantika perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda yaitu masa “menyiagakan” rakyat yang merupakan awal dimulainya perjuangan baru yaitu tanggal 20 Mei 1908. b. Sebutan tingkatan golongan Pramuka Siaga terdiri atas: c. Sebutan “Barung” yang berarti tempat penjaga ramuan bangunan mengkiaskan kelompok kecil Siaga beranggotakan 6 sampai dengan 8 anak. d. Sebutan “Perindukan” yang berarti tempat anak cucu berkumpul, mengiaskan kelompok iaga yang terdiri dari 3 sampai 4 barung.
  • 28. 3. Syarat Kecakapan Syarat Kecakapan Umum dan Tanda Kecakapan Umum Pramuka Siaga diatur sesuai dengan tingkatan Pramuka Siaga yaitu: a. Siaga Mula, yaitu tingkatan kecakapan umum bagi Pramuka Siaga yang telah memenuhi syarat kecakapan umum tingkat Siaga Mula. b. Siaga Bantu, yaitu tingkatan kecakapan umum bagi Pramuka Siaga yang telah memenuhi syarat kecakapan umum tingkat Siaga Bantu. c. Siaga Tata, yaitu tingkatan kecakapan umum bagi Pramuka Siaga yang telah memenuhi syarat kecakapan umum tingkat Siaga Tata. Lebih lengkap dapat dibaca dalam Keputusan Kwartir Nasional Nomor 199 Tahun 2011 tentang Panduan Penyelesaian SKU Gulongan Siaga. 2 5 Tanda Kecakapan Umum Pramuka Siaga Bidang Agama, Mental, Moral, Spiritual, Pembentukan Pribadi dan Watak (berwarna dasar kuning). Bidang Patriotisme dan Seni Budaya (berwarna dasar merah). Bidang Ketangkasan dan Kesehatan (berwarna dasar putih). Bidang Keterampilan dan Teknik Pembangunan (berwarna dasar hijau). Bidang Sosial Perikemanusiaan, Gotong Royong, Ketertiban Masyarakat, Perdamaian Dunia dan Lingkungan Hidup. (berwarna dasar biru). Syarat Kecakapan Khusus Pramuka Siaga Seorang Pramuka Siaga yang telah menempuh syarat kecakapan umum dan dilantik oleh Yanda atau Bundanya, dapat menempuh syarat kecakapan khusus sesuai dengan bidang keahliannya. Bidang keahlian kecakapan khusus Pramuka Siaga meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. Tanda kecakapan khusus (TKK) siaga hanya terdiri atas satu tingkatan, berbentuk segitiga dengan ujung lancip di sisi bawah dengan warna dasar sesuai bidang keahlian.
  • 29. Telah menyelesaikan Syarat Kecakapan Umum (SKU), tingkat Siaga Tata, dan berlatih sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan setelah dilantik. Telah memiliki Tanda Kecakapan Khusus (TKK) untuk Pramuka Siaga, sekurang-kurangnya 4 (empat) macam dari masing-masing bidang Kecakapan Khusus. Dapat menunjukan hasil hasta karyanya, sekurang-kurangnya 3 (tiga) macam. Pernah mengikuti pertemuan Pramuka Siaga di kwartirnya. Pernah mengikuti Perkemahan Satu Hari (Persari). Dapat menggunakan perangkat komputer. Syarat Kecakapan Pramuka Garuda Setelah menyelesaikan SKU Siaga Tata dan menempuh sedikitnya 6 (enam) SKK dari 3 (tiga) bidang keahlian yang berbeda, seorang Pramuka Siaga dapat menempuh jenjang Pramuka Garuda dengan syarat berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Informasi lebih mendetail dapat dilihat dalam Keputusan Kwartir Nasional Nomor 38 tahun 2017 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pramuka Garuda. Informasi detail dapat dilihat dalam Keputusan Kwartir Nasional Nomor 134/KN/76 Tahun 1976 Tentang Syarat-syarat dan Gambar Tanda Kecakapan Khusus Gerakan Pramuka. 2 6 Contoh TKK Pramuka Siaga Tanda Kecakapan Pramuka Siaga Garuda
  • 30. Penggalang Ramu, Mengkiaskan sejarah perjuangan bangsa untuk mencari ramuan atau cara atau bahan-bahan. Penggalang Rakit, Mengkiaskan ramuan atau cara atau bahan kemudian yang sudah didapatkan dirakit atau disusun. Penggalang Terap, Mengkiaskanbahan yang telah dirakit atau cara yang telah disusun yang kemudian akhirnya dapat diterapkan dalam pembangunan bangsa dan negara. 1. Kehidupan Pramuka Penggalang Pramuka usia 11 – 15 tahun disebut Penggalang. Nama Penggalang diambil dari kiasan dasar Gerakan Pramuka yang bersumber pada romantika perjuangan bangsa dalam meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda yaitu “masa menggalang persatuan” yang diwujudkan dalam ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. 2. Kiasan Dasar Kiasan Dasar yang digunakan dalam golongan Pramuka Penggalang antara lain sebagai berikut: a. Kelompok kecil Pramuka Penggalang beranggotakan 6 s.d. 8 orang yang disebut regu, yang berarti gardu tempat berjaga. b. Sebutan tingkatan golongan Pramuka Penggalang terdiri atas: c. Kelompok kecil Pasukan Penggalang beranggotakan 6 s.d 8 orang disebut “Regu” yang berarti gardu tempat berjaga. Regu dipimpin oleh seorang “Pinru” (Pemimpin Regu) dan diwakili oleh seorang “Wapinru” (Wakil Pemimpin Regu). d. Kumpulan 3 sampai 4 regu disebut Pasukan, berasal dari kata “Pasukuan” yang berarti tempat suku berkumpul atau satu kelompok prajurit. Kiasan kehidupan Pramuka Penggalang adalah menjelajah wilayah baru dengan teman sebaya. Pasukan penggalang diketuai oleh seorang “Pratama” (Pemimpin Regu Utama). 3. Syarat Kecakapan Sistem tanda kecakapan terdiri dari Syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat Kecakapan Khusus (SKK), dan Syarat Pramuka Garuda (SPG). Pemenuhan atau penyelesaian syarat kecakapan melalui proses pendidikan dalam bentuk kegiatan, antara lain latihan mingguan, perkemahan, dan proses ujian. Kecakapan Pramuka Penggalang berfungsi sebagai kurikulum pembinaan Penggalang. Terdapat dua jenis kecakapan, yakni kecakapan umum dan kecakapan khusus. Kecakapan umum selanjutnya disebut Syarat Kecakapan Umum (SKU) Pramuka Penggalang dan kecakapan khusus selanjutnya disebut Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Pramuka Penggalang. Syarat Kecakapan Umum Pramuka Penggalang Syarat Kecakapan Umum dan Tanda Kecakapan Umum Pramuka Penggalang terdiri atas: a. Penggalang Ramu, yaitu tingkatan kecakapan umum bagi Pramuka Penggalang yang telah memenuhi syarat kecakapan umum tingkat Penggalang Ramu. b. Penggalang Rakit, yaitu tingkatan kecakapan umum bagi Pramuka Penggalang yang telah memenuhi syarat kecakapan umum tingkat Penggalang Rakit. c. Penggalang Terap, yaitu tingkatan kecakapan umum bagi Pramuka Penggalang yang telah memenuhi syarat kecakapan umum tingkat Penggalang Terap. 2 7 E. PASUKAN PENGGALANG
  • 31. bidang agama, mental, moral, spirituil, pembentukan pribadi dan watak, berwarna dasar kuning. bidang patriotisme dan seni budaya, berwarna dasar merah. bidang keterampilan dan tehnik pembangunan, berwarna dasar hijau. bidang ketangkasan dan kesehatan, berwarna dasar putih. bidang sosial, perikemanusiaan, gotong royong, ketertiban masyarakat, perdamaian dunia dan lingkungan hidup, berwarna dasar biru. Tingkat Purwa, yaitu apabila Pramuka tersebut telah tahu dan menaruh minat atau perhatian pada kecakapan tertentu. Tingkat Madya, yaitu apabila Pramuka tersebut telah memperlihatkan perhatian dan kecakapannya dalam salah satu jenis kecakapan. Tingkat Utama, yaitu apabila Pramuka tersebut telah memperlihatkan kemahiran/keahliannya dan memperlihatkan penghasilannya yang didapat dari kecakapan yang dipunyainya. Syarat Kecakapan Khusus Pramuka Penggalang Macam dan Tanda Kecakapan Khusus digolongkan dalam 5 (lima) bidang yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Tanda Kecakapan Khusus untuk Pramuka Penggalang, diadakan dalam tiga tingkat, sebagai berikut: 1. 2. 3. Bentuk TKK untuk Pramuka Penggalang seperti tampak pada gambar berikut: 2 8 Tanda Kecakapan Umum Pramuka Penggalang Contoh Gambar TKK Pramuka Penggalang
  • 32. Telah menyelesaikan SKU tingkat Penggalang Terap dan berlatih sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan setelah dilantik. Telah memiliki Tanda Kecakapan Khusus (TKK) untuk Pramuka Penggalang sekurang kurangnya 5 (lima) macam dari masing-masing bidang Kecakapan Khusus, sekurang kurangnya 2 (dua) macam Tingkatan Utama dan 3 (tiga) macam Tingkat Madya. Jenis TKK yang diwajibkan berdasarkan ketentuan Gugus Depan dimana Penggalang berada. Menjadi contoh yang baik dalam Pasukan Penggalang, di rumah, di sekolah, dan bermanfaat bagi lingkungan pergaulannya, sesuai dengan satya dan darma Pramuka. Dapat membuat hasta karya, sekurang-kurangnya 6 (enam) macam. Dapat menggunakan Komputer, teknologi informasi minimal internet. Dapat berkomunikasi menggunakan salah satu bahasa international. Syarat Pramuka Penggalang Garuda Seorang Pramuka Penggalang ditetapkan sebagai Pramuka Garuda, jia telah memenuhi syarat- syarat sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 2 9 Tanda Kecakapan Pramuka Penggalang Garuda
  • 33. 3 0 BAB VI PENUTUP Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan merupakan wahana pembinaan dan pembelajaran bagi peserta didik untuk menguatkan sikap dan keterampilan KI 1, KI 2, dan KI 4 pada mata pelajaran dengan lebih banyak belajar sambil melakukan, mengalami langsung, bersosialisasi, berinteraksi dengan alam dalam kondisi yang senyatanya. Melalui penerapan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan ini diharapkan peserta didik dapat menjadi manusia Indonesia yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global berkarakter, untuk membangun Indonesia Maju di masa depan. Semoga panduan ini dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam menerapkan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan di sekolah dasar sebagaimana yang diamanatkan dalam Permendikbud No. 63 Tahun 2014. Panduan ini memberikan gambaran teknis bagaimana menerapkan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan kepramukaan di sekolah dasar secara bertahap, sistematis, dan menyeluruh.