Cerita ini menceritakan tentang Abu Dahdah, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang rela menukarkan kebun kurmanya yang berisi 500 pohon kurma hanya untuk mendapatkan satu pohon kurma di surga. Ia melakukan pertukaran ini setelah Nabi memberi isyarat bahwa ia akan mendapat surga jika membeli pohon kurma tetangga seorang anak yatim. Abu Dahdah kemudian gugur syahid dalam perang Uhud dem
2. Abu Dahdah,
Aku telah menjualnya kepada Allah
Penulis
Fahlul Amri
Penyunting
Bahrum Subagia
Perwajahan Isi
B.S. Gia
Penata Letak
Bahgia
Desain Sampul
Abu Abdil Hafiz
Penerbit
Melek Pustaka
Bogor: JL. KH. Sholeh Iskandar Km.2. Bogor 16162
Telp. 085813405685
e-mail: redaksimelek@yahoo.com
cetakan pertama, Desember 2013 M/ Shafar 1435 H
Melek adalah akronim dari Medium Intelektual yang awalnya sebuah komunitas
santri-santri Ulil Albaab Bogor. Komunitas ini terus berusaha memberikan
pencerahan-pencerahan kepada umat Islam menuju kejayaannya. Kami
berkomitmen untuk menebarkan ilmu-ilmu keislaman yang bermanfaat bagi
kaum muslimin.
1
3. D
ahulu, di zaman Rasulullah, hiduplah seorang
anak yatim yang masih kecil. Dia memiliki
sebuah kebun yang ditinggalkan orang tuanya
untuknnya. Ia hendak membangun sebuah dinding di
sekeliling kebun tersebut. Lalu, ia mendatangi sebuah
tempat, di mana di sekelilinginya terdapat banyak
pohon kurma milik tetangganya.
Untuk membangun dinding tersebut, ternyata
ada sebuah pohon kurma yang tumbuh tidak lurus,
pohon kurma itu pun sudah tampak tua. Lantas, ia
meminta tetangganya tersebut agar merelakan satu
pohon kurma tersebut agar menjadi miliknya, sehingga
ia bisa membangun dinding di kebunnya tersebut.
Namun sang tetangga menolak usulannya. Anak yatim
itupun berkata pada tetangganya itu, “Anda memiliki
banyak pohon kurma dan pohon kurma anda yang
bengkok ini tidak akan merugikan anda jika diberikan
kepadaku, sehingga aku bisa membangun sebuah
dinding di dalam kebunku.”
2
4. Tetangganya menolak. Dengan kesal, anak
yatim tersebut pergi dan mengadukan hal tersebut
kepada Rasulullah. Kemudian, Rasulullah memanggil
anak yatim itu dan tetangganya.
Dengan lemah lembut, Beliau meminta kepada
Si Tetangga untuk merelakan pohon kurmanya,
“Berikan satu pohon kurma itu kepada saudaramu...”
Akan tetapi, tetangganya itu tetap menolak dan
ia marah serta kesal atas pengaduan anak yatim
tersebut kepada Rasulullah. Tetangganya berkata, “Ini
adalah hak saya, ini pohon saya. Saya tidak akan
memberikannya kepada anak itu.”
Seketika itu, meneteslah air mata di wajah anak
yatim tersebut. Tidak ada bapak tempat ia mengadu
perihal masalah ini karena ayahnya telah meninggal.
Rasulullah sendiripun tidak bisa memaksa lelaki itu.
Karena itu merupakan haknya.
Rasulullah berkata, “Berikan pohon kurma itu
kepada saudaramu dan engkau akan mendapatkan
3
5. surga.” Lelaki itu menjawab dengan marah, “ Saya tidak
mau, saya tidak mau.” Lelaki itupun berdiri dan
Rasulullah hanya terdiam sesat, karena bagaimana bisa
seseorang menolak surga dan hal apa yang ganjarannya lebih besar daripada surga?
Pada saat itu, para sahabat yang sedang
berkumpul pada pertemuan itu. Datanglah Abu Dahdah
dan mendekat pada Rasulullah dan berkata,“Yaa
Rasulullah.. Jika saya beli pohon kurma itu dari lelaki
tadi, apakah saya akan tetap mendapatkan tawaran
yang sama (surga)?”
Rasulullah memberikan isyarat dan berkata, “Iya..”
Abu Dahdah memiliki sebuah kebun di kota
Madinah, dan semua orang tau akan hal itu. Di
dalamnya terdapat 500 pohon kurma, dan terdapat
sebuah rumah yang bagus. Cuma hal itu yang dimiliki
oleh
Abu
Dahdah.
Namun,
ketika
ia
melihat
kesempatan emas di depan matanya, yaitu bahwa
hasilnya adalah surga, Abu Dahdah menemui dan
4
6. berkata pada tetangga anak yatim tersebut dan
berkata, “Apakah kamu tahu tentang kebun kurma
saya di Madinah?”
Lelaki itupun menjawab, “Siapakah orang yang
tidak tahu dengan kebunmu yang terkenal itu?” Abu
Dahdah berkata, “Maukah kau menukarkan satu pohon
kurmamu itu dengan seluruh kebunku itu?”
Orang-orang berkomentar, “Apakah kau sudah
gila? Apakah kau mabuk? Ada apa denganmu?” Abu
Dahdah berkata, “Hai orang-orang, saksikanlah.” Lelaki
tadi menerima tawaran Abu Dahdah dan langsung
memberitahukan kepada anak yatim tersebut bahwa ia
bisa memiliki satu pohon kurma tersebut. Abu Dahdah
pun berbalik menuju Nabi, dan berkata, “Yaa
Rasulullah, apakah sudah ada pohon kurma di surga
buatku sekarang?”
Rasulullah menjawab, “Betapa banyak Pohon
kurma yang sedang berbuah, betapa banyak bagian
untuk Abu Dahdah sekarang di Surga.” Perawi
5
7. mengatakan bahwa Rasulullah mengulangi hal tersebut
tidak hanya sekali. Lantas Abu Dahdah bangkit
meninggalkan perkumpulan itu dan pergi ke kebunnya
di mana sekarang istri dan anak-anaknya berda di
dalam kebun tersebut.
Abu Dahdah memangggil istrinya dari luar
kebun tersebut. Istrinya menjawab, “Iya”. Abu Dahdah
menyuruhnya segera keluar dari kebun tersebut
sekarang. Istrinya bertanya , “Kenapa?”. Abu Dhadah
menjawab, “Aku telah menjualnya dengan sebatang
pohon kurma di Surga.” Lantas apakah yang diucapkan
istrinya? Apakah ia mengeluh, di manakah kita akan
tinggal? Apakah keuntungan dunia yang kita dapat?
Apakah ia mengeluh tentang uang yang telah habis?
Bagaimana bisa 1 batang pohon kurma ditukar dengan
500 pohon kurma? Istrinya menjawab, “Allahu Akbar.
Ini sungguh jual beli yang menguntungkan wahai Abu
Dahdah.” Kemudian Istrinya membawa anak-anaknya
keluar dari kebunnya tersebut. Kemudian istrinya tadi
mencari kantong yang dibawa anaknya yang berisi
6
8. kurma dan mengelurkan semua isinya sambil berkata,
“Ini bukan untuk kita anakku.. ini untuk Allah”
Inilah gambaran kepada kita saudara-saudaraku
tentang keadaan orang-orang yang sholeh sebelum
kita, mereka merasakan bahwa surga itu dekat
sehingga mereka rela mengorbankan segalanya untuk
Allah semata. Tapi puaskah Abu Dahdah terhadap apa
yang telah ia dapatkan? Sekali-kali Tidak!
Pada saat terjadi Perang Uhud, saat Rasulullah
terluka ketika Utbah bin Abi Waqqas melemparkan
sebuah batu ke arah Rasulullah sehingga gigi beliau
patah. Lalu Abdullah bin Qarnia datang dari arah
belakang, Rasulullah terluka karena lemparan batu ke
arah wajahnya. Dan dia memukulkan pedangnya ke
bahu Rasulullah, kemudian Abdulloh ibn Shihab az
Zuhri memukul kepala Rasulullah sehingga kepala
Rasulullah mengalir darah. Ketika itu Rasulullah tidak
mampu bangkit, dan berdiri dan saat itu pasukan
musuh semakin mendekat. Kemudian Rasulullah
7
9. berkata pada para sahabat, “Siapakah di antara kalian
yang akan menjadi tetanggaku di Surga maka
hentikanlah pasukan ini sampai mereka mati semua”.
Setelah pertempuran selesai, Rasulullah kembali
dan mencari para sahabat yang tewas dalam
pertempuran dan tahukah apa yang beliau temukan?
Beliau menemukan jasad Abu Dahdah telah terbujur
kaku bersimbah darah. Rasulullah pun berlutut sambil
menangis dan memperhatikan jasad Abu Dahdah dan
bersabda, “Sekarang Betapa banyak pohon kurma di
Surga untukmu Wahai Abu Dahdah?”
Inilah gambaran jelas bagi kita semua, betapa
bagi para sahabat Rodiyallohu anhum jami’an sangat
bersemangat terhadap perkara akhirat. Akhirat begitu
nampak jelas di hati mereka, sehingga harta, jiwa rela
mereka korbankan untuk surga. Nilai harta di dunia ini
yang
mereka
miliki,
tidak
sebanding
dengan
kenikmatan surga dan ridho Allah yang akan mereka
dapatkan. Sangat wajar sekali Allah telah memuji
8
10. mereka dari langit ketujuh, di atas Arsy-Nya. Keimanan
mereka tak perlu diragukan lagi. Mereka telah
membenarkan janji dan ancaman dari Rabbul Arsy Al
Adziim.
9