1. 1
PENDAHULUAN
Dunia akan senantiasa dihantui oleh badai krisis ekonomi. Beberapa waktu
terakhir ini ekonomi dunia kembali tergoncang, krisis keuangan AS mencapai titik
yang memprihatinkan para ahli. AS pun kini bergeser dari dari pemberi utang
menjadi pengutang terbesar. Lalu dari mana AS mendanai defisitnya? Inilah ironi
terbesar abad ini. Amerika Serikat, sebuah negara yang secara akuntansi telah
kolaps, tapi karena uang kertasnya digunakan oleh 60 persen penduduk bumi,
mereka terus mendapatkan free lunch. Federal Reserve of United States (Bank
Sentral AS) terus-menerus mencetak dolar. Sementara dunia ketiga membayar
inflasi yang ditimbulkannya dengan menyerahkan emas, kayu, tuna, kopi, dan
kekayaan alam lainnya. Sebuah konstruksi eksploitatif system moneter yang pelan
tapi pasti membawa dunia ke arah disekuilibrium: kehancuran ekonomi.
Rapuhnya Dolar
Fiat money adalah uang kertas yang secara legal diakui pemerintah melalui
dekrit sebagai uang resmi, namun tidak ditopang dengan logam mulia seperti
emas dan perak. Uang kertas itulah yang sekarang digunakan oleh negara-negara
kapitalis seperti Amerika Serikat dengan mata uang Dolarnya ($). Sejak
berakhirnya sistem Bretton Woods yang mengaitkan dolar dengan emas (1
ons/28,35 gram emas = 35 dolar AS) pada tahun 1970-an, dolar tidak ditopang
lagi dengan emas dan dapat berlaku hanya kepercayaan orang pada dolar.
(Hamidi, 2007). Saat ini dolar AS menjadi mata uang yang paling banyak dipakai
di berbagai negara. Kenapa kebanyakan negara berlomba menyimpan dolar?
2. 2
Boleh jadi karena peranan Amerika sebagai mesin ekonomi dunia. Diperkirakan
75 persen dari total impor dunia diserap oleh Amerika sendiri.
Ketika kemudian dalam perdagangan dunia, impor AS melebihi jumlah
ekspornya, maka dolar membanjiri pasar dunia. Para eksportir dari berbagai
belahan dunia menerima pembayaran impor dari AS dengan dolar. Kemudian
mereka menukarkan sebagian dolar itu ke dalam uang domestik ke bank sentral.
Ketika dolar masih di-backing dengan emas, sebagian aliran dolar oleh bank
sentral dikonversi menjadi emas dengan menukarnya ke bank sentral AS, The
Fed.
Namun ketika tuntutan konversi dari dolar ke emas mulai menggunung dan
mulai sulat dipenuhi (karena besarnya konsumsi AS), AS pun memainkan
kartunya dengan menghentikan konvertibiltas dolar tahun 1971. Presiden AS
waktu itu, Richard Nixon menghentikan sistem Bretton Woods, yang menghargai
satu ons emas senilai dengan 35 dolar AS. Hal ini praktis menyetop para
pemegang dolar yang hendak menukarkan dolarnya dengan emas ke Bank Sentral
AS. Mulai saat itu, para eksportir dari seluruh belahan dunia menerima
pembayaran komoditinya dengan uang kertas yang tak segram pun didukung
dengan emas.
Kemampuan dolar untuk terus bisa bertahan menjadi alat pembayaran utama
bisa dideteksi dari tingkat kepercayaan para penggunanya. Kepercayaan para
pengguna dolar akan sangat tergantung pada kemampuan AS dalam memelihara
stabilitas dan kesinambungan fundamental ekonominya. Hal itu bisa diamati dari
beberapa indikator ekonomi seperti tingkat inflasi, pengangguran, dan utang.
Dengan dikeluarkannya paket bail out 700 milyar dolar, tahun depan diperkirakan
3. 3
AS akan mengalami hiper inflasi, inflasi yang luar biasa akibat penambahan
jumlah supply dolar. Kondisi ini akan meningkatkan jumlah angka pengangguran
di AS karena berhentinya kredit dan investasi. Adapun total out standing utang
AS (pemerintah dan swasta) pada akhir tahun 2002 sebesar 6,2 triliun dolar AS,
lebih besar 16,5 kali lipat dibanding total utang 52 negara miskin (375 miliar dolar
AS).
Dengan melihat beberapa indikator tersebut, tingkat sustainibilitas
ekonomi AS sangat mengkhawatirkan. Siapa yang akan menutup defisit itu? Dari
mana akan diperoleh dana untuk membayar lautan utang AS itu? Mencetak uang
dolar lebih banyak hanya akan memperburuk situasi karena mengerek laju inflasi
(penurunan nilai mata uang). Maka, tergerusnya komposisi dolar seiring dengan
meningkatnya resiko memegang dolar tinggal menunggu waktu.
Kehandalan Emas Sebagai Alat Pembayaran
Penggunaan sistem emas dan perak mengharuskan ditetapkan satuan mata
uang dasar dari emas dan perak dengan timbangan dan bentuk tertentu dan
bersifat permanen (Zallum, 2002). Mata uang Islam (dinar dan dirham) berbeda
dengan mata uang dalam Kapitalisme. Dinar dan dirham terbukti dalam sejarah
sangat kecil sekali inflasinya. Setelah lebih dari 14 abad daya beli/nilai tukar dinar
memiliki nilai yang tetap. Hal ini terbukti dengan daya beli 1 dinar pada masa
Rosulullah yang bisa ditukar dengan 1 ekor kambing. Saat ini pun 1 dinar dapat
ditukarkan dengan 1 ekor kambing (Iqbal, 2007). Pada masa Rasulullah saw.,
dengan uang 1 dinar (4,25 gram emas) orang dapat membeli seekor kambing, dan
dengan uang 1 dirham (2,975 gram perak) dapat dibeli seekor ayam. Pada masa
4. 4
sekarang ini, tahun 2007, dengan uang senilai 1 dinar orang masih dapat membeli
seekor kambing; dan dengan uang senilai 1 dirham orang sekarang masih dapat
membeli seekor ayam. Luar biasa, bukan?.
Pada mata uang kertas, nilai intrinsiknya tidak sama dengan nilai
nominalnya. Ini jelas tidak adil. Misal: untuk mencetak uang dengan nilai nominal
1 dolar AS diperlukan biaya yang besarnya hanya 4 sen dolar AS. Jadi, nilai
intrinsik uang 1 dolar sebenarnya hanya 4 sen dolar. Kalau kurs 1 dolar AS,
misalnya, senilai Rp 10.000, berarti 4 sen dolar hanya sebesar Rp 400. Nah,
sekarang kalau mau mencetak uang 100 dolar AS, berapa biaya produksi yang
diperlukan? Jelas sekali tidak akan jauh berbeda dengan biaya mencetak uang 1
dolar AS. (Hamidi, 2007).
Berbeda dengan uang kertas, pada dinar dan dirham nilai intrinsik dan
nominalnya menyatu, tidak bakal ada perbedaan. Mengapa? Sebab, nilai nominal
dinar atau dirham ditentukan semata oleh berat logamnya itu sendiri yang
sekaligus menjadi nilai intrinsiknya, bukan ditentukan oleh dekrit atau
pengumuman bank sentral. Kalau kita menyimpan uang Rp 100 ribu sebanyak
satu karung, lalu Bank Indonesia mengumumkan uang itu tidak berlaku lagi dan
tidak bisa ditukar dengan uang baru, kita tak bisa berbuat apa-apa. Sekarung uang
itu hanya menjadi sampah tak bernilai. Berbeda halnya kalau kita mempunyai
dinar emas seberat 100 gram, misalnya. Dinar emas akan tetap berlaku sebagai
alat tukar di mana pun dan kapan pun, tidak bergantung pada dekrit pemerintah
atau bank sentral.
Keunggulan dinar dan dirham Islam itu tidak dimiliki oleh dolar AS yang
dominan sekarang. Jika dinar dan dirham memperkokoh ekonomi karena tahan
5. 5
inflasi, dolar AS justru akan merapuhkan ekonomi lantaran rentan inflasi.
Pasalnya, ketika dolar tidak ditopang dengan emas lagi, pemerintah AS akan
gampang tergoda mencetak dolar dalam jumlah tak terbatas (unlimited).
Penciptaan dolar yang terus-menerus oleh Federal Reserve (Bank Sentral) AS
inilah yang dianggap para pakar seperti Friedman dan Schwartz (1983) sebagai
biang keladi di balik depresi terburuk sepanjang sejarah Amerika. Mereka
mengatakan, Federal Reserve-lah yang menyebabkan inflasi terus-menerus karena
mencetak dolar yang melebihi nilai barang dan jasa yang ada (Hamidi, 2007).
Keandalan emas di kancah sejarah tak terbantahkan. Walau emas telah
dihentikan fungsinya sebagai uang, tetap saja emas diterima sebagai alat
pembayaran perdagangan internasional, karena nilainya. Logam mulia memiliki
nilai jual, yang tidak dimiliki uang kertas.
Berbeda dengan fiat money, emas sulit mengalami inflasi. Pemerintah tak
mungkin secara tidak terbatas (unlimited) mencetak uang emas atau uang kertas
yang diback-up emas. Karena pencetakan itu sangat tergantung pada tersedianya
logam emas itu sendiri yang sifatnya langka (scarce) dan terbatas (limited).
Begitu juga, emas tidak bisa didevaluasi (diturunkan nilainya) melalui
sebuah dekrit oleh pemerintahan tertentu, karena emas akan mengikuti harga pasar
yang berlaku. Dengan kata lain, emas adalah aset yang benar-benar mandiri yang
nilainya tidak tergantung pada keputusan politis pemerintahan mana pun.
Stabilitas emas, diyakini sebagai faktor kuat yang bisa menjaga
perekonomian berada dalam jalurnya.Emas semestinya dikembalikan ke posisi
terhormat sebagai mata uang dunia. Emas semestinya menjadi alat pembayaran
6. 6
universal (universal money) karena ia bisa digunakan dimanapun, dan diterima
sebagai alat pembayaran.
Bagi pihak yang meragukan keandalan emas sebagai media alat tukar
(exchange currency) dengan alasan emas juga bisa menjadi obyek manipulasi, hal
ini bisa ditampik dengan argumen bahwa tidak mudah memanipulasi emas seperti
halnya komoditi yang lain. Tidak ada seorang pun yang mau menjual emas
dibawah harga pasar emas. Terlebih lagi, tidak ada celah sedikitpun untuk
menimbun emas dalam wilayah Daulah Khilafah. Khalifah akan memberi sanksi
tegas bagi pihak yang berani melakukannya.
Lanskap Moneter Masa Depan
Sesungguhnya aktifitas penggantian mata uang lama yang dicetak atau
dibuat di negeri-negeri kaum Muslim, ke mata uang emas dan perak, dapat
dilakukan menurut langkah-langkah berikut:
1. Pada masa awal, Negara Islam (Daulah Khilafah) pertama sejak
pemerintahan Rosulullah SAW di Madinah melakukan pembatasan jumlah
uang lokal yang ada dan dicatat di dalam pembukuan khusus. Hal ini agar
tidak terjadi lagi pemalsuan-pemalsuan mata uang yang baru atau
memasukkan mata uang palsu melalui tapal batas negara. Setelah aktifitas
penghitungan dan pencatatn selesai, pemilik uang lama itu diberi surat
berharga dengan nominal sesuai nilai harta mereka sampai ketika bisa
secara langsung dilakukan penukaran mata uang resmi yaitu emas dan
perak. Aktifitas ini memerlukan petugas-petugas khusus. Daulah Khilafah
7. 7
bisa memilihnya dari orang-orang yang menguasai teknik akuntansi,
lokasi, dan pengarsipan.
2. Petugas-petugas tersebut melakukan penghitungan nilai berbagai mata
uang dengan emas dan perak sesuai harga emas dan perak di pasar
internasional. Juga sesuai dengan nilai-nilai mata uang lokal yang dicetak
sebelum berdirinya Daulah Khilafah. Nilai-nilai itu disimpan dalam
catatan khusus.
3. Daulah Khilafah mengumpulkan emas dan perak yang ada di dalam
Daulah dan mencatatnya di dalam catatan resmi. Daulah juga mendata dan
menghitung berbagai komoditas di dalam negeri yang mungkin
dipertukarkan dengan mata uang lokal, mata uang internasional, batangan,
atau lempengan emas dan perak. Yaitu yang mungkin dilakukan
pertukaran dalam aktifitas jual beli dengan semua itu.
4. Daulah Khilafah wajib memperhatikan berbagai kebutuhan pokok
masyarakat terhadap barang dan jasa sebelum memperhatikan aktifitas
pertukaran mata uang lama dengan emas dan perak atau sesuatu yang
berharga. Daulah juga wajib memperhatikan kebutuhan Daulah akan mata
uang dan benda berharga untuk bertahan menghadapi embargo dan
permusuhan dari kaum kafir. Kedua masalah ini jauh lebih penting dan
mendesak bagi Daulah dan masyarakat dari pada aktifitas penggantian
mata uang lama. Karena lebih menyibukkan diri dengan penggantian mata
uang lama dan mendistribusikan kekayaan atau surat-surat berharga
kepada masyarakat dan mengabaikan bahaya-bahaya yang mengancam
Daulah, merupakan tindakan yang tidak bijaksana, dan tidak boleh lebih
8. 8
menyibukkan diri dengannya dan meninggalkan perhatian akan bahaya
tersebut. Berbagai kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan Daulah
untuk tetap bertahan lebih penting daripada mengkompensasi nilai
simpanan harta masyarakat dalam surat-surat berharga.
5. Daulah Khilafah mengganti sebagian dari simpanan masyarakat dengan
kadar yang menjamin pelaksanaan berbagai urusan keseharian mereka dan
memenuhi berbagai kebutuhan pokok mereka. Sedangkan nilai sisa surat
berharga itu tetap dijaga di dalam catatan Daulah sampai Daulah benar-
benar stabil dan setelah itu memiliki kemampuan untuk menggantinya
secara total.
6. Daulah Khilafah wajib memilih dan mengangkat para ahli ekonomi yang
bertugas melakukan pengkajian secara mendalam pada setiap masa. Hal
itu untuk menentukan jumlah mata uang lama yang bisa diganti oleh
Daulah. Misalnya pada bulan pertama, Daulah mampu mengganti 10%
dari harga mata uang tersebut, dan pada bulan kedua sebesar 10% dst.
Sesuai hasil kajian atas berbagai kebutuhan pokok masyarakat dan
kebutuhan Daulah dalam rngka tetap bertahan dan terus berjalan dalam
mengahadapi berbagai bahaya.
7. Berkaitan dengan uang kertas asing seperti Dolar Amerika, Yen jepang,
Franc Perancis dll, semuanya diperlakukan seperti mata uang kertas (fiat
money) dalam negeri dari masa sebelumnya. Kecuali aktifitas pencatatan
dalam rangka penggantiannya pada masa datang dalam aktifitas
penggantian barang dan jasa. Dalam aktifitas pertukaran barang dan jasa
ditetapkan batasan sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap
9. 9
berbagai kebutuhan pokok dan kebutuhan Daulah untuk tetap berjalan.
Misalnya, jika seseorang memiliki uang satu juta dolar Amerika, maka
orang itu tidak dibebaskan --pada awal masa kesulitan—untuk membeli
barang dan jasa apa saja yang ia inginkan, sementara orang lain tidak bisa
mendapatkan kebutuhan pokoknya. Adapun berkaitan dengan aktifitas
pertukaran dengan luar negeri jika pemilik uang itu mampu
melakukannya, tidak ditetapkan batasan kecuali jika bertentangan dengan
kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan Daulah.
8. Daulah Khilafah melakukan pengumpulan emas dan perak secara detil
yaitu untuk mengumpulkan emas dan perak yang ada serta yang mungkin
diperoleh dalam waktu singkat. Hal itu sebagai pendahuluan bagi aktifitas
pencetakan dan pembentukan mata uang syar’i. Dan pada tahap ini Daulah
mengkonsentrasikan semua potensinya untuk memperoleh emas dan perak
dan mendorong masyarakat untuk memberikan sumbangan sesuai
kemampuan mereka disamping masyarakat juga didorong untuk
menghutangkan batangan dan simpnana emas mereka, atau mata uang
asing yang mereka miliki. Hal itu agar Daulah mampu menghimpun
sebesar mungkin back up mata uang dengan emas dan perak. Apa yang
diambil oleh Daulah pada masa ini dinilai sebagai utang Daulah baik
emas, perak, mata uang asing atau barang berharga lainnya. Daulah
mencatatnya sampai saat Daulah memiliki kemampuan untuk
melunasinya. Pada hakikatnya, masalah berhutangnya Daulah kepada
individu-individu rakyat kadang kala menjadi suatu kebutuhan mendesak
10. 10
pada masa awal, khususnya jika Daulah mengahadapi embargo ekonomi
dan terjun dalam kancah pertempuran melawan kaum kafir.
9. Daulah Khilafah dengan segala upaya berusaha memperoleh emas dan
perak, baik dengan eksploitasi, penyelundupan dari luar, berhutang atau
jalan lainnya. Hal itu sebagai pendahuluan bagi aktifitas pewajiban sistem
mata uang uang syar’i semaksimal mungkin.
10. Aktifitas pencetakan mata uang syar’i wajib dilakukan secara cepat. Yaitu
sesuai dengan hukum-hukum syara’ yang ditetapkan menurut timbangan
dinar emas dan dirham perak. Maka, daulah wajib mencetak mata uang
berdasarkan karakter tersebut. Dan pada saat yang sama dikeluarkan uang-
uang kertas yang merepresentasikan surat-surat berharga yang memiliki
back up emas dan perak.
11. 11
DAFTAR PUSTAKA
An-Nabhani. Taqiyuddin. 2002. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif. Penerbit:
Risalah Gusti.
Hamidi, M. Luthfi. 2007. Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan
Berkeadilan. Jakarta: Senayan Publishing.
Iqbal. Muhammad. 2007. Mengembalikan Kemakmuran Islam Dengan Dinar dan
Dirham. Depok: Spritual Learning Centre & Dinar Club.
Zallum. Abdul Qodim. 1988. Sistem keuangan di Negara Khilafah. Terjemahan
oleh Ahmad S. 2002. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah.