Teks tersebut membahas mengenai pemborosan waktu dan uang yang sering terjadi pada mahasiswa baru karena mereka belum bisa mengatur diri sendiri tanpa bantuan orang tua. Mahasiswa cenderung menghabiskan waktu untuk bermain daripada belajar dan mengeluarkan uang untuk kesenangan sesaat tanpa memikirkan kebutuhan esok hari. Untuk menanggulangi hal tersebut, mahasiswa perlu belajar mengatur waktu dan anggaran
1. BOROSNYA WAKTU DAN UANG
BAGI MAHASISWA BARU
UNLAM BANJARBARU
MUHAMMAD HASAN (J1F111236)
JURUSAN ILMU KOMPUTER, FAKULTAS MIPA, UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jalan Jendral A. Yani Km. 35,8 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
imou4wd@gmail.com
Abstrak
Pemborosan waktu dan uang sering terjadi di
setiap orang karena itu sudah menjadi kehidapan
yang harus kita lalui. Disini permasalahannya bagi
mahasiswa yang baru beradaptasi di dunia luar
yaitu kuliah. Yang mana disini mereka harus
mengatur pola hidupnya secara mandiri tanpa
bantuan orang tua lagi. Karena waktu
SMA/SMP/SD pasti kita selalu melakukan sesuatu
dengan bantuan orang tua. Sehingga disini mereka
harus bias memanajemenkan waktu dan uangnya
agar kehidupannya terjamin tidak terkatung-katung.
Pola hidup harus diatur karena dengan ini masa
depan akan terlihat apakah kita akan baik/buruk.
Jadi kita harus bias menyikapi tindakan kita dan
mengontrol pola hidup menjadi nyaman bagi kita
sendiri tanpa membuang-buang waktu dan uang
dengan sia-sia, manfaatkan waktu dan uang yang
kita peroleh sesuai yang kita butuhkan saja.
Kata Kunci : waktu, uang, mahasiswa, orang tua,
kesadaran, dan sikap.
I. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menguraikan mengenai
identifikasi, masalah, rumusan masalah dan dugaan
sementara
(hipotesa)
untuk
menjelaskan
permasalahan yang diangkat.
1.1 Identifikasi Masalah
Setiap
mahasiswa
baru
selalu
mempermasalahkan yang mengenai waktu dan
uang. Berkaca pada waktu mereka sekolah, mereka
terkontrol mengenai waktu dan uang karena
mungkin ada orang tua ataupun jadwal disekolah
teratur tidak seperti perkuliahan. Dan masalah uang
dan waktu sekolah tidaklah dipermasalahkan karena
kebutuhannya masih belum beragam dan mungkin
juga mereka masih tinggal di rumah bersama orang
tuanya. Saat kuliah mereka mau tidak mau harus
bisa memanajemen dirinya sendiri karena mereka
jauh dari orang tu. Apabila tidak bisa mengatur
hidupnya sendiri maka akan terjadi yang namanya
pemborosan itu.
Pada saat kuliah factor yang sangat
mempengaruhi adalah pergaulan, karena dengan
tanpa dampingan orang tua mereka akan semaunya
melakukan apa yang mereka inginkan. Sehingga
yang namanya boros waktu dan uang itu akan
seiringnya berjalan berbarengan. Disini juga akan
muncul yang namanya rasa gengsi pda mereka
karena mereka sudah menganggap dirinya lebih
baik daripada yang lain. Sehingga mereka merasa
bisa memutuskan apa yang mereka akan lakukan.
Dan rasa malas juga bersamaan datang dengan
sendirinya
karena
mereka
juga
yang
menimbulkannya.
Buktinya waktu bagi mahasiswa baru selalu
terjadi pemborosan lebih banyak bermain bersama
teman, bermain game ataupun melakukan hal yang
tidak bermnfaat lainnya. Mereka selalu melewatkan
jadwal kuliah maupun jadwal mengerjakan tugas
sehingga tugas tidak terselesaikan pada waktunya.
Dan tiap kali menggunakan uang mereka tanpa
pikir panjang mereka keluarkan sesuai keinginan
hasratnya tanpa memikirkan apa yang akan
dibutuhkan keesokan harinya. Sehingga mereka
pada saat keesokannya mereka tidak tau lagi apa
yang harus dilakukan. Maka timbullah yang
namanya stress dan galau kata orang saat ini.
Sehingga yang namanya borosnya waktu dan
uang akan tidak bisa lepas dari mereka kalau
2. mereka tidak menanggapinya dengan serius. Dan
apabila mereka tidak menyadarinya maka itu akan
terus berlanjut hingga mereka merasakan dampak
negatif dengan cara hidup itu. Dan bisa-bisa kuliah
mereka akan terbengkalai karena perilakunya itu
yang sering melalaikan waktu kuliah dengan
mementingkan bermain bersama teman maupun
game. Dan bisa juga mereka akan terbelit hutang
kepada teman-temannya karena sudah terbiasa
hidup boros maka mereka akan nerusaha terus
untuk memuaskan hasratnya dalam menuntaskan
keinginannya tanpa pikir panjang.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara menanggulangi pemborosan
waktu dan uang bagi mahasiswa baru ?
1.3 Dugaan Sementara (Hipotesa)
Kemungkinan besar masalah ini terjadi akibat
timbulnya rasa malas dan merasa bebas karena dulu
masih diawasi orang tua sekarang tidak karena jauh
dari mereka. Serta rasa ingin tahu dan coba-coba
yang sangat besar. Sehingga apabila melihat sesuatu
barang atau apapun itu tanpa pikir panjang langsung
mewujudkan keinginannya itu.
1.4 Tujuan Penelitian
Setiap mahasiswa dapat mengatur waktu dan
uangnya menjadi lebih teratur. Tidak ada yang
namanya pemborosan, seperti tidak sempat
mengerjakan tugas karena tidak ada waktu luang
padahal waktunya hanya diisi dengan bermain
game atau apapun. Dan pengeluaran harus diatur
stabil dengan pemasukan yang anda dapat.
Sehingga mahasiswa dapat menggunakannya
sebagaimana mestinya. Jadi, disini hanya untuk
melihat
bagaimana
mahasiswa
mengatasi
permasalahan inti yaitu pemborosan waktu dan
uang bagi mahasiswa baru.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada saat sekolah dulu mereka terjadwal
sekolahnya baik itu dirumah dengan orang tuanya
maupun disekolah yang jadwal pelajarannya sudah
teratus dari awal sampai akhir. Dan pada waktu
sekolah keuangan mereka masih diatur langsung
dari orang tuanya sehingga mereka apabila mau
melakukan sesuatu harus diketahui orang tua
sehingga orang tua bisa memilah mana yan baik
dan buruk bagi anaknya. Tetapi sekarang ssudah
berbeda mereka sudah besar dan kuliah yang
jaraknya jauh dari orang tuanya, sehingga mereka
merasa bahwa dirinya sudah dewasa tanpa
mengetahui apakah dirinya sudah cukup bekal
untuk mengarungi hidupnya sendiri tanpa orang
tuanya.
Disini mereka akan memutuskan tindakannya
sendiri tanpa meminta bantuan orang lain termasuk
orang tuanya karena mereka menganggap tindakan
itu pasti bisa mereka selesaikan sendiri. Tetapi
kebanyakan mahasiswa ini tidak tau tindakan itu
akan berakibat baik/buruk bagi dirinya sendiri.
Yang sering mereka lakukan yaitu perilaku
borosnya waktu dan uang bagi dirinya. Mereka
hanya mementingkan apa yang menurut mereka
nyaman bagi dirinya sendiri. Sehingga mereka
melpakan tujuan mereka kesini yaitu menuntut ilmu
dengan sungguh-ungguh untuk meraih pendidikan
yang tinggi. Tetapi sekarang malah mereka siasiakan hanya untuk bermain-main bersama teman,
pacaran, game, belanja yang tidak semestinya,
menghambur-hamburkan uang dari orang tuanya
dan banyak lagi. Mereka kebanyakan tanpa pikir
panjang mereka tunaikan hasrat keinginannya
semata tanpa memikirkan itu baik/buruk bagi
dirinya kelak.
Di dalam gaya hidup juga berhubungan dengan
waktu dan uang, demikian juga dengan leisure class
yang menghabiskan waktu mereka dengan
mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Jadi, bisa
dikatakan bahwa kelompok yang dimasukkan
dalam leisure class ini menjadikan gaya hidup
merupakan bagian dari diri mereka. Bertujuan
untuk meningkatkan status sosial, entah itu mereka
dengan sadar atau tidak sadar dan berlomba-lomba
dalam memanfaatkan barang yang dinilai bernilai
tinggi di masa sekarang ini (Okiriswandani,2013).
Teori dari Baudrillard menjelaskan bahwa
konsumsi diradikalkan menjadi konsumsi tanda.
Menurutnya masyarakat konsumen tidak lagi terikat
oleh suatu moralitas dan kebiasaan yang selama ini
dipegangnya. Mereka kini hidup dalam suatu
kebudayaan baru, suatu kebudayaan yang melihat
eksistensi diri mereka dari segi banyaknya tanda
yang dikonsumsi dan ditawarkan saat ini
(Okiriswandani,2013).
Masyarakat konsumen akan melihat identitas
diri ataupun kebebasan mereka sebagai kebebasan
mewujudkan keinginan pada barang-barang industri.
Konsumsi dipandang sebagai usaha masyarakat
untuk merebut makna-makna sosial atau posisi
sosial. Relasi bukan lagi terjadi antara manusia,
tetapi antara manusia dengan benda-benda
konsumsi. Oleh Baudrillard, moralitas hedonis yang
3. mengedepankan individualisme ini dihubungkan
dengan masyarakat konsumen, yang pasif dan
mendasarkan identitasnya pada tanda yang berada
di belakang barang komoditi yang dikonsumsinya.
Hal ini tentunya menjadi mungkin karena dalam
kapitalisme global kegiatan produksi sudah
bergeser dari penciptaan barang konsumsi, ke
penciptaan tanda (Okiriswandani,2013).
Hidup boros terjadi dikarenakan kita tidak
mempunyai perencanaan yang baik. Hal ini
membuat kita menggunakan sumber daya secara
tidak terencana seperti yang saya ilustrasikan di atas.
Di setiap lapisan perencanaan sangat diperlukan.
Dari tingkat individu, rumah tangga sampai dengan
tingkat tertinggi. Sayangnya, perencanaan ini sering
kali diabaikan khususnya di tingkat rumah tangga.
Padahal kita semua tahu bahwa perencanaan yang
baik berarti 50% sukses. Yang 50% nya adalah
pelaksanaan dari perencanaan tersebut. Selain itu,
bisa saja perencanaannya dibuat sedemikian rupa
sehingga terjadi pemborosan yang disengaja.
Banyak perencanaan di berbagai level itu dibuat
sedemikian rupa sehingga diperoleh anggaran yang
melebihi kebutuhan tapi masih dianggap rasional.
Nah, ini juga sumber pemborosan. Belum lagi
sistem pertanggungjawaban keuangan yang
sekarang ini dianut, dimana sistem ini mendorong
ke perbuatan manipulasi dan akhirnya korupsi
(Santoso,2013)
Perbuatan boros adalah gaya hidup gemar
berlebih-lebihan dalam menggunakan harta, uang
maupun sumber daya yang ada demi kesenangan
saja. Dengan terbiasa berbuat boros seseorang bisa
menjadi buta terhadap orang-orang membutuhkan
di sekitarnya,sulit membedakan antara yang halal
dan yang haram,mana boleh mana tidak boleh
dilakukan, dan lain sebagainya. Alloh SWT
menyuruh kita untuk hidup sederhana dan hemat,
karena jika semua orang menjadi boros maka suatu
bangsa bisa rusak/hancur(Organisasi,2013).
Di dalam Leisure class yang diartikan oleh
Veblen sebagai kelas pemboros yang mengeluarkan
banyak uang demi menghabiskan waktu luang.
Dengan menghabiskan uang dan waktu luang maka
akan memunculkan suatu konsumsi yang berlebihan
(high
consumption).
Veblen
memang
menambahkan kalau konsumsi berlebihan ini
diartikan sebagai pemakaian uang atau sumber daya
yang lain dengan tujuan meningkatkan status sosial.
Tetapi yang perlu diperjelas lagi bahwa sekelompok
mahasiswa penikmat starbucks ini tidak merasa
kalau dengan ke starbucks itu status sosialnya
menjadi lebih tinggi. Dilihat dari status sosial
sekelompok mahasiswa penikmat starbucks yang
bermacam-macam ada yang biasa saja sampai yang
tinggi tetapi yang bisa dilihat kalau ke starbucks itu
tidak juga menaikkan status sosial tetapi
memuaskan keinginannya untuk menikmati
minuman/snack di starbucks. Sehingga tidak
memperhatikan status sosial yang nantinya bisa
dihasilkan tetapi lebih kepada kepuasan pada rasa
yang enak dan suasana tempat yang nyaman
(Okiriswandani,2013).
Pendapat dari Veblen tentang masyarakat yang
mengejar status sosial dengan sedikit untuk
kebahagiaan mereka sendiri. Beberapa merk dan
toko dianggap sebagai “kelas tinggi” daripada yang
lain, dan orang mungkin membeli ketika orang lain
tidak mampu melakukannya. Bisa dilihat dari
pernyataan Veblen ini bahwa mengejar status sosial
agar menjadi lebih tinggi itu untuk kebahagiaannya
sendiri yang berusaha mengejar status sosial. Ini
memang dibenarkan dalam sekelompok mahasiswa
penikmat starbucks, mendapatkan kebahagiaan
berupa kepuasan dengan apa yang sudah diberikan
starbucks tetapi tidak dalam mengejar status sosial.
Mengambil dari pernyataan Veblen, sekelompok
mahasiswa mengikuti yang dilakukan leisure class
ini juga tidak berusaha membeli minuman/snack di
starbucks dibalik sebagian mahasiswa lainnya tidak
sanggup membeli karena memang tertarik pada
starbucks dengan apa yang sudah diberikan oleh
starbucks tanpa melihat sebagian mahasiswa
lainnya
yang
tidak
bisa
membeli
(Okiriswandani,2013).
Disini
saya
mengajukan
cara
menanggulanginya yaitu melalui dasar pemikiran
lean manufacturing yang merupakan hal mendasar
untuk mewujudkan sebuah value stream yang
ramping. Tujuannya untuk membangun dan
merancang sebuah manufaktur yang mampu
memproduksi
beberapa
produk
dengan
menggunakan jumlah waktu yang benar-benar
dibutuhkan membuat produk. Menunggu, waktu
antrian, dan penundaan lainnya dianggap
pemborosan dan sangat diminimumkan dalam lean
manufacturing(Arista,2011)
Maksudnya adalah kita harus menggunakan
waktu dan uang semestinya yang dibutuhkan dan
menghiraukan apa yang tidak kita butuhkan/ tidak
penting bagi kita. Apabila kebutuhan itu sesuai
dengan kita butuhkan maka itu diwujudkan tetapi
apabila tidak maka kita harus menghiraukannya.
Jadi kita harus memprioritaskan yang mana yang
lebih penting dan dibutuhkan bagi kita.
4. Beberapa dampak buruk perilaku/gaya hidup
boros :
Uang yang dimiliki cepat habis karena biaya
hidup yang tinggi
Menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa
menghalalkan uang haram
Malas membantu yang membutuhkan &
beramal shaleh
Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi
kebutuhan
Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka
pamer, dsb
Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak
mau jadi orang sederhana
Bisa stres atau gila jika hartanya habis
Bisa terlilit hutang besar yang sulit dilunasi
Sumber daya alam yang ada menjadi habis
Tidak punya tabungan untuk saat krisis
Oleh sebab itu mari kita hindari sifat boros
dalam hidup kita agar kita bisa hidup bahagia tanpa
harta yang banyak bersama seluruh anggota
keluarga kita. Ada peribahasa hemat pangkal kaya,
sehingga dengan menjadi orang yang bergaya hidup
sederhana walaupun kaya raya maka hartanya akan
berkah dan terus bertambahdari waktu ke waktu
(Organisasi,2013).
Pemborosan waktu dan uang pada saat sekolah
dulu mereka terjadwal sekolahnya baik itu dirumah
dengan orang tuanya maupun disekolah yang
jadwal pelajarannya sudah teratus dari awal sampai
akhir. Dan pada waktu sekolah keuangan mereka
masih diatur langsung dari orang tuanya sehingga
mereka apabila mau melakukan sesuatu harus
diketahui orang tua sehingga orang tua bisa
memilah mana yan baik dan buruk bagi anaknya.
Tetapi sekarang ssudah berbeda mereka sudah besar
dan kuliah yang jaraknya jauh dari orang tuanya,
sehingga mereka merasa bahwa dirinya sudah
dewasa tanpa mengetahui apakah dirinya sudah
cukup bekal untuk mengarungi hidupnya sendiri
tanpa orang tuanya.
Disini mereka akan memutuskan tindakannya
sendiri tanpa meminta bantuan orang lain termasuk
orang tuanya karena mereka menganggap tindakan
itu pasti bisa mereka selesaikan sendiri. Tetapi
kebanyakan mahasiswa ini tidak tau tindakan itu
akan berakibat baik/buruk bagi dirinya sendiri.
Yang sering mereka lakukan yaitu perilaku
borosnya waktu dan uang bagi dirinya. Mereka
hanya mementingkan apa yang menurut mereka
nyaman bagi dirinya sendiri. Sehingga mereka
melpakan tujuan mereka kesini yaitu menuntut ilmu
dengan sungguh-ungguh untuk meraih pendidikan
yang tinggi. Tetapi sekarang malah mereka siasiakan hanya untuk bermain-main bersama teman,
III.
METODE PENELITIAN
pacaran, game, belanja yang tidak semestinya,
menghambur-hamburkan uang dari orang tuanya
Penelitian ini melalui riset deskriptif yang
dan banyak lagi. Mereka kebanyakan tanpa pikir
bertujuan mengetahui cara penanggulangan
panjang mereka tunaikan hasrat keinginannya
pemborosan waktu dan uang. Penelitian ini juga
semata tanpa memikirkan itu baik/buruk bagi
merupakan survey research yang artinya penelitian
dirinya kelak.
ini dilakukan melalui kuesioner ataupun wawancara.
Disini saya akan melakukan research sampling
dimana akan tahu bagaimana hasil-hasil yang saya
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
peroleh melalui survey.
Disini saya akan memilih sampel dengan cara : 4.1 Hasil
1. Mengidentifikasi penyebab permasalahannya.
Dari hasil survey membuktikan bahwa
2. Mengidentifikasi berapa lama permasalahannya mahasiswa baru UNLAM Banjarbaru mengalami
yang terjaadi.
pemborosan waktu dan uang. Dari 14 sampel dari
3. Mengetahui
apakah
sudah
menyadari berbagai Fakultas di UNLAM Banjarbaru seperti
permasalahan pada dirinya itu.
MIPA 1 orang, Pertanian 1 orang, Teknik 3 orang,
4. Mengetahui apakah pernah menanggulangi PIK 4 orang dan Kehutanan 5 orang yang diteliti
permasalahannya sehingga apa yang terjadi semua mengatakan bahwa semuanya mengalami
setelah penanggulangan itu.
pemborosan tersebut. Sehingga hasil grafiknya
5. Menentukan cara penanggulangan secara tipe seperti dibawah ini yang menunjukkan bahwa yang
pribadinya masing-masing.
mengalami pemborosan semuanya dan tidak ad
6. Mengidentifikasi
reaksi
setelah yang tidak mengalami permasalahan tersebut.
penanggulangan itu terjadi dengan waktu yang
singkat.
5. V. KESIMPULAN DAN SARAN
14
12
10
8
6
4
2
0
Mahasiswa
Tidak Boros
Boros
Grafik 4.1.1 Pemborosan Waktu dan Uang
4.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian tersebut mereka masing –
masing mempunyai solusinya agar permasalahan
tersebut bisa teratasi dan adapula mereka belum
mau mengatasinya karena mereka masih mau
menikmati masa mudanya dan menunda
pemikirannya untuk ke hidupnya kelak.
Dari 14 sampel ini yang menyebabkan
terjadinya permasalahan pemborosan waktu dan
uang adalah :
1. Faktor gaya hidup di kalangannya seperti
kuliah dan teman kostnya,
2. Kurangnya pengwasan orang tua terhadap kita,
3. Adanya sifat malas pada diri kita,
4. Pada saat berlangsungnya kegiatan yang
memerlukan biaya dan waktu lebih kita,
5. Rasa ingin tahu masih sangat tinggi.
Dari sampel tersebut rata - rata cara mereka
mengatasi permasalahan ini sama yaitu :
1. Membuat jadwal sehari – hari apa yang harus
dilakukan pada hari tersebut agar waktunya
tidak terbuang percuma sehingga memudahkan
kegiatan tercapai sempurna,
2. Membuat daftar pengeluaran per harinya
dengan syarat pengeluaran tersebut penting
bagi kita, dan
3. Membuat skala prioritas untuk mengurangi
adanya terbuangnya waktu dan uang dengan
percuma, serta
4. Meminta bantuan pihak kedua seperti orang
tua/saudara/teman yang dianggap kita bisa
mengatur dan mengingatkan kita dalam
pengeluaran uang dan pengaturan waktu kita.
Dan dari cara tersebut ada beberapa yang
berhasil mengatasi permasalahannya meskipun
yang berhasil tersebut tidak langsung signifikan
terlihat tetapi sedikit demi sedikit ada mengalami
perubahan yang lebih baik atas permasalahan waktu
dan uang bagi dirinya. Dan membuat kehidupan
mereka lebih teratur dan baik.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini
adalah :
1. Dari 14 sampel tersebut semua mengalami
permasalahan waktu dan uang sehingga mereka
harus menyikapinya dengan beragam tipe
penyelesaianyan,
dan
hasilnya
cukup
memuaskan bagi mereka.
2. Kita harus bisa menyikapi tindakan kita dan
mengontrol pola hidup menjadi nyaman bagi
kita sendiri tanpa membuang-buang waktu dan
uang dengan sia-sia, manfaatkan waktu dan
uang yang kita peroleh sesuai yang kita
butuhkan saja.
3. Kita harus menggunakan waktu dan uang
semestinya yang dibutuhkan dan menghiraukan
apa yang tidak kita butuhkan/ tidak penting
bagi kita. Apabila kebutuhan itu sesuai dengan
kita butuhkan maka itu diwujudkan tetapi
apabila tidak maka kita harus menghiraukannya.
Jadi kita harus memprioritaskan yang mana
yang lebih penting dan dibutuhkan bagi kita.
5.2 Saran
Kita harus menggunakan waktu dan uang
semestinya yang dibutuhkan dan menghiraukan apa
yang tidak kita butuhkan/ tidak penting bagi kita.
Apabila kebutuhan itu sesuai dengan kita butuhkan
maka itu diwujudkan tetapi apabila tidak maka kita
harus
menghiraukannya.
Jadi
kita
harus
memprioritaskan yang mana yang lebih penting dan
dibutuhkan
bagi
kita.
Dan
kita
harus
mengatur/manajemen waktu dan uang dengan
sebaik-baiknya. Utamakan yang lebih prioritas
yaitu yang lebih penting/mendesak bagi diri anda.
Serta kurang kegiatan yang hanya merugikan anda.
REFERENSI
[1] Angger
Oscar
Arista,
Pengurangan
Pemborosan Waktu Tunggu Pada Pembuatan
Dining
Chair
Dengan
Menggunakan
Pendekatan Lean Manufacturing. Teknik
Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Surakarta, 2011.
[2] Fika Okiriswandani.. Gaya Hidup Santai
Mahasiswa: Suatu Studi Pada Mahasiswa
Universitas Negeri Penikmat Coffee Shop di
Starbucks Coffee, Departemen Sosiologi FISIP
Universitas Air Langga Surabaya, 2012.
6. [3] Komunitas & Perpustakaan Online Indonesia.
(2010) Allah SWT Melarang Perbuatan Boros
(pemborosan) - Larangan Agama Islam.
[Online].
Available
:
http://organisasi.org/allah-swt-melarangperbuatan-boros-pemborosan-larangan-agamaislam/
[4] Urip Santoso. (2012) Boros Itu Membahayakan.
[Online],
Available
:
http://uripsantoso.wordpress.
com/2012/01/19/boros-itu-membahayakan/
[5] Zainal A. Hasibuan, Metode Penelitian Pada
Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi
Informasi. Fakultas Ilmu Komputer Universitas
Indonesia, Depok, 2007.