SlideShare a Scribd company logo
1 of 100
Perpajakan
Indonesia
Agenda
Subyek Pajak
Obyek Pajak
Cara Menghitung Pajak
Pelunasan Pajak
Fasilitas Pajak
2
UU PAJAK PENGHASILAN (UU 36/2008)
Perubahan keempat dari UU 7/1983
Ketentuan Umum
Subyek Pajak
• Obyek; bukan obyek; pengurang dan bukan pengurang
Obyek Pajak
• Tarif, struktur modal, harga transaksi, revaluasi
Cara Menghitung Pajak
• PPh 21; 22; 23; 24; 25; 26
Pelunasan pajak dalam Tahun Berjalan
• PPh 28; PPh 29
Perhitungan pajak akhir tahun
Ketentuan lain-lain; Peralihan dan Penutup
3
Landasan Hukum:
Pasal 2 s/ d Pasal 3
UU Pajak Penghasilan
4
Subyek dan Obyek Pajak
Pajak penghasilan (PPh) dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.
• PPh dapat dikenakan atas bagian tahun
pajak jika kewajiban subjektif mulai dari
bagian tahun.
• Tahun pajak adalah tahun takwim. Jika
tahun buku tidak sama, dapat
menggunakan tahun buku asalkan
berdurasi 12 bulan.
Undang – Undang (UU) No. 36 Tahun
2008
Tentang
Perubahan Keempat atas
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan
• Peraturan Pemerintah (PP)
• Keputusan Presiden (Keppres)
• Peraturan & Keputusan Menkeu (PMK & KMK
• Peraturan, Keputusan, dan Surat Edaran Dirje
(PER, KEP, dan SE DJP)
Dasar Hukum
Orang Pribadi (OP)
Badan
Bentuk usaha tetap (BUT), merupakan
subyek pajak yang perlakuan pajaknya
dipersamakan dengan subyek pajak
badan.
Warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan, bersifat menggantikan
yang berhak.
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (2)
Dalam Negeri Luar Negeri
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)
9
Orang Pribadi :
Bertempat tinggal/ berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam 12 bulan; atau
Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
Warisan yang belum terbagi:
Menggantikan yang berhak.
Badan:
Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
Pembentukannya berdasarkan peraturan perundangan.
Pembiayaan bersumber APBN/ APBD.
Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD.
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negara.
Subjek Pajak Dalam Negeri
Pasal 2 Ayat (3)
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia/ berada di Indonesia tidak lebih dari 183
hari dalam 12 bulan.
Menerima atau
memperoleh penghasilan
dari Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau
kegiatan melalui BUT di
Indonesia.
Subjek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 Ayat (4)
Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia.
Menjalankan usaha atau
kegiatan melalui BUT di
Indonesia.
Bentuk usaha yang dipergunakan oleh:
Orang pribadi sebagai
subjek pajak LN
Untuk menjalankan usaha atau
kegiatan di Indonesia.
Bentuk Usaha Tetap (1)
Pasal 2 Ayat (5)
Badan sebagai
subjek pajak LN
a. Tempat kedudukan
manajemen;
b. Cabang perusahaan;
c. Kantor perwakilan;
d. Gedung kantor;
e. Pabrik;
f. Bengkel;
g. Gudang;
h. Ruang untuk promosi dan
penjualan;
i. Pertambangan dan
penggalian sumber alam;
j. Wilayah kerja pertambangan
minyak dan gas bumi;
k. Perikanan, peternakan,
pertanian, perkebunan, atau
m.Pemberian jasa, sepanjang
dilakukan lebih dari 60 (enam
puluh) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan;
n. Orang atau badan selaku agen
yang kedudukannya tidak
bebas;
o. Agen atau pegawai dari
perusahan asuransi yang tidak
didirikan dan berkedudukan di
Indonesia yang menerima
premi asuransi atau
menanggung risiko di
Indonesia; dan
p. Komputer, agen elektronik,
atau peralatan otomatis yang
Bentuk Usaha Tetap (1)
Pasal 2 Ayat (5)
Peraturan perpajakan membedakan Subjek Pajak Dalam
Negeri (SPDN), Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN), dan
bukan subjek pajak. Berikut informasi identitas orang pribadi
dan badan. Bagaimanakah status pajaknya pada tahun pajak
2017?
Ilustrasi Indentifikasi Subjek Pajak
No Nama Tempat
Tinggal /
Kedudukan
Keterangan Statu
1. Budi Palembang Tinggal dan bekerja di kota kelahiran. SPDN Orang
Pribadi
2. Beri Makassar Sejak 1 April 2017 pindah ke New York,
berencana menetap dan bekerja di kota
tersebut.
Bukan Subjek
Pajak
3. Berna Medan Berada di Indonesia antara 2 Februari
2017 – 11 November 2017.
SPDN Orang
Pribadi
4, Bambang Bandung Bekerja selama 1 bulan dan berencana
menetap.
SPDN Orang
Pribadi
5. Ben Washington Pemilik saham satu perusahaan yang
beroperasi di Indonesia.
SPLN
6 Heri Jakarta Penulis cilik 10 tahun memperoleh
penghasilan dari royalty buku
SPDN Orang
Pribadi
Ilustrasi 2.1 (2) (Subjek Pajak)
No. Nama Tempat
Tinggal /
Kedudukan
Keterangan Status
6. PT.
Bianglala
Jakarta Didirikan di Indonesia oleh WNA. SPDN BUT
7. PT. Biara Medan Berkedudukan di Indonesia, namun
seluruh penghasilannya bersumber dari
investasi di luar negeri.
SPDN Badan
8. PT. Buana Lombok Didirikan di Indonesia, namun berencana
untuk memindahkan kedudukan dan
operasinya ke luar negeri.
SPDN Badan
9. Bart & Co. Berlin Berkedudukan di luar negeri, namun
memiliki investasi saham atas satu
perusahaan di Indonesia.
SPLN
10. Bush & Co London Berkedudukan di luar negeri, dan
memiliki showroom di Indonesia.
SPLN
Ditetapkan oleh Dirjen Pajak
Tempat Tinggal
Orang Pribadi
Menurut keadaan yang sebenarnya.
Tempat Tinggal / Kedudukan WP
Pasal 2 Ayat (6)
Tempat Kedudukan
Badan
Warisan yang
belum terbagi
Mulai:
Saat timbulnya
warisan.
Berakhir:
Saat warisan
selesai dibagikan.
Subjek Pajak Dalam Negeri
Orang Pribadi
Mulai:
- Saat dilahirkan.
- Saat berada atau
berniat tinggal
di Indonesia.
Berakhir:
- Saat meninggal.
- Meninggalkan
Indonesia
untuk
selamanya.
Badan
Mulai:
Saat didirikan/
berkedudukan di
Indonesia.
Berakhir:
Saat dibubarkan
atau tidak lagi
berkedudukan di
Indonesia.
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (1)
Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)
Subjek Pajak Luar Negeri
Orang Pribadi
Mulai:
Saat menerima/memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
Berakhir:
Saat tidak lagi menerima/
memperoleh penghasilan
dari Indonesia.
Badan
Mulai:
Saat melakukan usaha/
kegiatan melalui BUT di
Indonesia.
Berakhir:
Saat tidak lagi menjalankan
usaha melalui BUT di
Indonesia.
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (2)
Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)
Kewajiban pajak subjektif
orang pribadi yang
berada atau bertempat tinggal
di Indonesia
Kewajiban Pajak Subjektif
Pasal 2A Ayat (6)
Bagian tahun pajak tersebut menggantikan tahun pajak.
Hanya meliputi sebagian dari
tahun pajak
a. Kantor perwakilan negara asing;
b. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing dan orang yang diperbantukan/ yang bekerja dan
bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat :
Bukan warga negara Indonesia; dan
Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di
luar jabatan atau pekerjaannya tersebut; serta
Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
c. Organisasi - organisasi internasional, yang ditetapkan Menkeu,
dengan syarat:
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan
pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran
para anggota;
d. Pejabat - pejabat perwakilan organisasi internasional (c) dengan
Tidak Termasuk Subjek Pajak
Pasal 3
Landasan Hukum:
Pasal 4 s/ d Pasal 15
UU Pajak Penghasilan
21
Merupakan setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang:
- Diterima atau diperoleh wajib pajak.
- Berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia.
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak.
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)
Dengan nama dan dalam bentuk apapun
Klasifikasi Umum Penghasilan
Penghasilan dari pekerjaan dan hubungan kerja dan
pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, dan sebagainya.
Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
Penghasilan dari modal berupa harga gerak ataupun tidak
gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa dan
keuntungan penjualan harga atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha.
Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan
hadiah.
Ketentuan Khusus atas Penghasilan
 Semua penghasilan digabungkan dalam
satu tahun pajak.
 Jika menderita kerugian dikompensasikan
dengan penghasilan lain kecuali kerugian
dari luar negeri.
 Untuk penghasilan dikenakan final atau
dikecualikan dari objek pajak tidak boleh
digabungkan.
Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (1)
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya,
kecuali ditentukan lain dalam UU Pajak
Penghasilan;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau
kegiatan, dan penghargaan;
c. Laba usaha;
Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (1)
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk:
i. Keuntungan karena pengalihan harta sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal;
ii. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang
saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya;
iii. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau
reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
iv. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,
bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada
keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat dan
badan keagamaan, pendidikan, sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (1)
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan
pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
karena jaminan pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (1)
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak;
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang
- Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum
dan tata cara perpajakan; dan
s. Surplus Bank Indonesia.
Definisi Pajak Final
Pajak yang terutang dan dibayarkan seketika penghasilan
diperoleh atau diterima. Pemotongan dilakukan oleh
pemberi penghasilan, atau pihak lain yang ditentukan.
Ketika dilakukan penghitungan pajak terutang di akhir
tahun, penghasilan yang dikenakan pajak final bukan
sebagai penambah penghasilan dan pajak final tidak
dapat menjadi kredit pajak.
Pajak Final = pajak selesai dengan pembayaran tersebut
Pertimbangan Pengenaan
Kesederhanaan Pemotongan
Pengurangan Beban Administratif
Pemerataan Pengenaan Pajak
Dorongan Pengembangan
Investasi dan Tabungan
Perkembangan Ekonomi dan
Moneter
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan
saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
Objek Pajak Dikenai Pajak Final
Pasal 4 Ayat (2)
Penghasilan dari persewaan tanah dan/ atau
bangunan. PP No. 5 Tahun 2002
Penghasilan dari hadiah undian. PP No. 132 Tahun
2000
Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan.
PP No. 71 Tahun 2008
Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan serta
diskonto SBI.
PP No. 131 Tahun 2000
Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa
efek.
PP No. 14 Tahun 1997
Penghasilan berupa bunga/ diskonto obligasi yang
dijual di bursa efek.
PP No. 16 tahun 2009
Penghasilan dari usaha jasa konstruksi. PP No. 40
Tahun 2009
Peraturan Pelaksana Pajak Final
Penghasilan dari UMKM. PP No. 23 Tahun 2018
Peraturan Pemerintah 23 Tahun 2018 – Pajak UKM Final
• Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018, Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu menggantikan Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 46 Tahun 2013.
• Peredaran bruto tertentu adalah Penghasilan dari USAHA yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak
melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak. Peredaran bruto (omzet)
merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet
atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.
• Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah pajak Final
• Efektif berlaku mulai 1 Juli 2018
• Perbedaan ketentuan
• Pengenaan tarif pajak final berubah dari 1% menjadi 0,.5%
• Penyempurnaan ketenuan lain
• Pengenaan 0,5% final bersifat opsional
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Latar Belakang
• UKM mendominasi perekonomian
• Jumlah unit usaha 98.9% dari total unit usaha
• Tenaga kerja 96.99 total tenaga kerja
• Produk domestic bruto 60,3%
• Usaha mikro lebh resilience, tahan terhadap gejolak perekonomian
dan cukup stabil.
• Kontribusi PPh UKM sebesar 2.2% dari total penerimaan PPh.
• Alasan perubahan
• Keberatan dari UKM karena pengenaan 1% terlalu besar. Tarif
pajak final 1% mengasumsikan margin laba sebelum pajak
sebesar 4%.
• Penyempurnaan pengaturan
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan
• Pemerintah menetapkan tarif PPh Final menjadi 0,5%, bersifat
opsional
• wajib pajak dapat memilih untuk mengikuti tarif dengan skema final
0,5%, atau menggunakan skema normal yang mengacu pada
pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.
• Sifat opsional ini memberi keuntungan bagi wajib pajak karena:
• Bagi WP pribadi dan badan yang belum dapat menyelenggarakan
pembukuan dengan tertib, penerapan PPh Final 0,5% memberikan
kemudahan bagi mereka untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.
Sebab, perhitungan pajak menjadi sederhana yakni 0,5% dari peredaran
bruto/omzet. Penerapan PPh Final memiliki konsekuensi yakni WP tetap
harus membayar pajak meski dalam keadaan rugi.
• WP badan yang telah melakukan pembukuan dengan baik dapat memilih
untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan pasal 17 UU No. 36.
Konsekuensinya, perhitungan tarif PPh akan mengacu pada lapisan
penghasilan kena pajak. Selain itu, WP juga terbebas dari PPh bila
mengalami kerugian fiskal.
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan
• Pengenaan Tarif PPh Final 0,5% Punya Batas Waktu
• Kebijakan terbaru tentang PPh Final 0,5% punya grace period alias
batasan waktu.
• Batasan waktu yang diberikan pemerintah bagi WP yang ingin
memanfaatkan tarif PPh Final 0,5% adalah:
• 7 tahun pajak untuk WP orang pribadi.
• 4 tahun pajak untuk WP badan berbentuk koperasi, CV, atau
firma.
• 3 tahun pajak bagi WP badan berbentuk PT.
• Setelah batas waktu tersebut berakhir, WP akan kembali
menggunakan skema normal seperti diatur oleh pasal 17 UU No.36.
Hal ini ditujukan untuk mendorong wajib pajak menyelenggarakan
pembukuan dan pengembangan usaha.
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan
• WP yang Dikenai PPh Final Berpenghasilan di Bawah Rp 4,8 M
• Ambang batas penghasilan wajib pajak yang dikenai PPh Final
tidak berubah yakni senilai Rp 4,8 miliar. Batasan nilai tersebut
secara eksplisit menargetkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) sebagai target pajak. Pemerintah memang ingin
merangkul sebanyak mungkin UMKM untuk masuk dalam
sistem perpajakan.
• Siapa yang Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%?
• Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai
PPh Final 0,5% adalah:
• Wajib Pajak orang pribadi
• Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, CV, firma, atau PT
yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan
peredaran bruto di bawah Rp 4,8 miliar.
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan
• Siapa yang Tidak Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%
• Wajib Pajak orang pribadi dengan penghasilan yang diperoleh
dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas. Ini termasuk
persekutuan atau firma yang terdiri dari WP orang pribadi
berkeahlian sejenis seperti firma hukum, kantor akuntan dan
lain sebagainya.
• Wajib pajak dengan penghasilan yang diperoleh di luar negeri
yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri.
• Wajib pajak yang penghasilannya telah dikenai PPh yang
bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan tersendiri.
• Wajib pajak dengan penghasilan yang dikecualikan sebagai
objek pajak.
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan
• Bayar PPh Final 0,5% Lebih Mudah Melalui PajakPay
• PPh dapat dibayar melalui kantor pos/bank perspesi termasuk segala
fasilitas yang disediakan oleh Lembaga tersebut seperti ATM. Namun, bagi
wajib pajak yang ingin menghemat waktu dan upaya untuk membayar
pajak, sekarang Anda bisa menyetorkan pajak Anda melalui PajakPay.
• Fitur ini memungkinkan membayar pajak online lebih mudah dan aman
bahkan cukup dengan satu klik. Berikut ini 7 keuntungan bayar pajak
menggunakan PajakPay:
• Aman karena adanya teknologi enkripsi dan firewall berlapis.
• ID Billing dan NTPN yang diperoleh dari OnlinePajak sah.
• Akurat karena meminimalisir kesalahan saat melakukan input data
manual.
• Buat banyak ID billing secara instan.
• BPN/NTPN tersimpan secara digital dalam waktu lama.
• Bisa tambah saldo tanpa batas dengan beragam metode transfer.
• Hemat waktu dan bebas biaya.
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan
• Jika Ingin Mengikuti Tarif Skema Normal, Wajib Pajak Perlu
Mengajukan Diri
• Jika tidak ingin berstatus sebagai wajib pajak PPh 0,5%, Anda
harus lebih dulu mengajukan permohonan pada Ditjen Pajak.
Selanjutnya, Anda akan mendapatkan keterangan sebagai wajib
pajak yang dikenai PPh yang mengacu pada pasal 17 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
• Namun, wajib pajak yang sudah memilih untuk dikenai PPh
dengan skema normal tidak dapat memilih untuk dikenai PPh
Final 0,5%. (#)
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (3)
a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh
badan/ lembaga amil zakat yang disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat
yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah
garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan,
badan pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi,
atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (3)
c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam
bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak
atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan
WP, WP yang dikenakan pajak secara final atau WP
dengan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3)
g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
PT sebagai WP dalam negeri, koperasi, badan usaha
milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara
dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah modal yang disetor;
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (3)
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana
pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan
modal ventura berupa bagian laba dari badan
pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha
tersebut:
Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah,
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (5)
Pasal 4 Ayat (3)
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan PMK;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau
lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/
atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka
waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan
Firma Mulia menjual mobil yang digunakan untuk kegiatan
usaha. Nilai buku menurut fiskal Rp 200.000.000,00. Mobil
tersebut dijual dengan harga Rp 300.000.000,00.
a. Bagaimanakah pengakuan penghasilan oleh Firma
Mulia?
b. Bagaimana jika mobil tersebut dijual kepada
seorang sekutu dengan harga Rp 260.000.000,00?
Jawaban:
a. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan mobil
sebesar Rp 100.000.000,00 diakui sebagai
penghasilan oleh Firma Kelana dan merupakan
objek pajak.
b. Firma Mulia tetap mengakui penghasilan atas
penjualan mobil sebesar Rp 100.000.000,00.
Ilustrasi 2.2 - (Objek Pajak)
Penghasilan dari:
- Usaha/ kegiatan BUT.
- Harta yang dimiliki/ dikuasai BUT
Penghasilan kantor pusat dari:
- Usaha atau kegiatan.
- Penjualan barang-barang.
- Pemberian jasa.
Dilakukan di Indonesia dan sejenis
dengan yang dilakukan BUT.
Penghasilan sebagaimana tersebut
dalam Pasal 26, yang diterima atau
diperoleh kantor pusat:
Sepanjang ada hubungan efektif
antara BUT dengan harta/ kegiatan yang
memberikan penghasilan.
Objek Pajak BUT
Pasal 5 Ayat (1)
Arctic Co. didirikan dan berkedudukan di luar negeri, serta
memiliki BUT di Indonesia. Arctic Co. Dan BUTnya
melakukan kegiatan penjualan chassis bus di Indonesia.
Selama 2012, penjualan yang dilakukan sendiri oleh Arctic
Co. Rp 3.500.000.000,00, penjualan BUTnya Rp
8.250.000.000,00. Arctic Co. Juga melakukan transaksi
penjualan mesin bis senilai Rp 1.525.000.000,00. BUTnya
tidak menyediakan produk tersebut. Berapakah nilai objek
pajak penghasilan atas BUT milik Arctic Co.?
Jawaban:
Objek pajak bagi BUT meliputi penghasilan oleh BUT sendiri
dan penghasilan kantor pusat atas kegiatan bisnis yang
serupa dengan kegiatan BUT.
Ilustrasi 2.3 - (Objek Pajak BUT)
Berca Inc. berkedudukan di luar negeri dan memiliki Bentuk
Usaha Tetap di Indonesia. Kemenkes RI mengadakan
perjanjian langsung dengan Berca Inc. untuk membayar
royalti atas paten vaksin senilai Rp 2.750.000.000,00 agar
vaksin tersebut dapat diproduksi oleh BUMN Farmasi. Dalam
kontrak dipersyaratkan bahwa Kemenkes wajib
menggunakan jasa konsultansi teknis dari BUT dengan
kontrak terpisah senilai Rp 325.000.000,00. Berapakah nilai
objek pajak penghasilan atas BUT milik Berca Co.?
Jawaban:
Objek pajak bagi BUT meliputi penghasilan oleh BUT sendiri
dan penghasilan kantor pusat atas atas harta (paten) yang
memiliki hubungan efektif dengan BUT.
Objek pajak penghasilan = 2.750.000.000 + 375.000.000
Ilustrasi 2.4 - (Objek Pajak BUT)
Meliputi biaya yang berkenaan dengan penghasilan kantor pusat:
Sehubungan dengan:
- usaha atau kegiatan;
- penjualan barang;
- pemberian jasa;
g sejenis dengan yang dijalankan BUT
di Indonesia.
Deductible Expenses atas Penghasilan BUT
Pasal 5 Ayat (2)
Penghasilan sebagaimana tersebut da
Pasal 26, selama terdapat hubunga
efektif antara BUT dengan harta/ kegi
yang memberikan penghasilan.
Pembayaran dari kantor pusat yang bukan sebagai
penghasilan BUT meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan harta,
paten, dan hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa
Biaya administrasi kantor pusat yang boleh dibebankan
adalah biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan
BUT, berdasar besaran yang ditentukan oleh Dirjen Pajak.
Penentuan Laba BUT
Pasal 5 Ayat (3)
Pembayaran kepada kantor pusat yang tidak boleh
dibebankan sebagai biaya meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan harta,
paten, dan hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa
lainnya.
Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha
perbankan.
Biaya 3M bersifat dapat dikurangkan (deductible) atas
penghasilan bruto :
a. Biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha, meliputi:
i. Biaya pembelian bahan baku;
ii. Biaya tenaga kerja;
iii. Bunga, sewa, dan royalti;
iv. Biaya perjalanan;
v. Biaya pengolahan limbah;
vi. Premi asuransi;
vii. Biaya promosi, sesuai ketentuan PMK;
viii. Biaya administrasi
ix. Pajak selain PPh.
b. Biaya penyusutan fiskal dan/atau amortisasi;
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menkeu;
Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan Memelihara (3M) Penghasilan (1)
Pasal 6 Ayat (1)
e. Kerugian dari selisih kurs;
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang
dilakukan di Indonesia;
g. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan;
h. Piutang yang nyata – nyata tak dapat ditagih, dengan
syarat:
• Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba
rugi komersial;
• Daftar piutang yang tidak dapat ditagih telah diserahkan
kepada Ditjen Pajak;
• Telah diserahkan perkara penagihannya kepada PN
atau BUPLN;
• Ada perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/
pembebasan utang antara kreditur dan debitur;
• Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum dan
khusus.
aya untuk Mendapatkan, Menagih, dan Memelihara (3M) Penghasilan (
Pasal 6 Ayat (1)
Ketentuan Khusus Atas Biaya 3M
 Biaya 3M yang dapat dibebankan hanyalah biaya – biaya
yang dikeluarkan terkait penghasilan yang ditetapkan
sebagai objek pajak.
 Biaya 3M yang dikeluarkan terkait penghasilan yang
dikenai pajak final atau penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak, tidak dapat dibebankan.
 Jika diketahui nilai biaya secara total, penghitungan biaya
3M yang dapat dibebankan atau tidak, dapat ditetapkan
berdasar metode pro rata berdasar proporsi penghasilan
Ilustrasi 2.5 - (Deductible Expenses)
PT. Mulia memiliki total penghasilan 600 milyar dan beban yang dapat
dikurangkan sebesar 450 milyar. Beban tersebut dikeluarkan untuk
memperoleh semua penghasilan yang diterimanya. Dari penghasilan
tersebut 100 milyar merupakan penghasilan final. Perusahaan tidak dapat
mengindentifikasi secara spesifik beban yang terkait dengan penghasilan
final tersebut. Berapakah penghasilan kena pajak perusahaan?
Jawab:
Penghasilan dikenakan pajak final sebesar 100 milyar dikeluarkan dari
perhitungan penghasilan.
Beban yang akan menjadi pengurang dari penghasilan yang tidak final
sebesar 500/600 x 450 = 375.
Penghasilan kena pajak
Penghasilan 500
Beban yang boleh dikurangkan 375
Penghasilan kena pajak 125
Kompensasi Kerugian
Pasal 6 Ayat (2)
Atas penanaman modal di bidang – bidang usaha
tertentu atau di daerah – daerah tertentu,
kompensasi kerugian dapat diberikan hingga paling
lama 10 tahun.
Kerugian dapat dikompensasikan dengan
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya, berturut-
turut sampai dengan 5 tahun.
PT. Melati perusahaan yang didirikan di tahun 2011.
Pada awal operasinya menghadapi pasang surut
usaha. Berikut laba dan rugi fiskal semenjak pertama
kali berdiri.
Tahun 2011 Rugi Rp 1.750.000.000,00
2012 Rugi Rp 825.000.000,00
2013 Laba Rp 215.000.000,00
2014 Rugi Rp 65.000.000,00
2015 Laba Rp 765.000.000,00
2016 Rugi Rp 12.500.000,00
Jika perusahaan memperoleh laba senilai Rp
1.975.000.000,00 di tahun 2017, berapakah
Penghasilan Kena Pajak PT. Melati tahun 2017?
Ilustrasi 2.6 (1) - (Kompensasi Kerugian)
Jawaban :
Kompensasi kerugian di 2013 = 215.000.000,00 (Berasal
dari rugi fiskal 2012)
Kompensasi kerugian di 2015 = 765.000.000,00 (Berasal
dari rugi fiskal 2012)
Kompensasi kerugian di 2017 = Rugi fiskal 2012 + Rugi
fiskal 2014 + Rugi fiskal 2016
= 825.000.000 + 65.000.000+
12.500.000
= Rp 902.500.000,00
Adapun rugi fiskal 2006 yang belum dikompensasikan, yaitu
senilai Rp 770.000.000,00 (1.750.000.000 - 215.000.000 -
765.000.000), tidak dapat dikompensasikan di 2017, sebab
telah melewati batas waktu lima tahun.
Ilustrasi 2.6 (2) - (Kompensasi Kerugian)
No. Elemen PTKP
1 WP Sendiri Rp 54.000.000,00
2 Status Kawin Rp 4.500.000,00
3 Tanggungan, per orang, dengan jumlah
maksimal tiga orang tanggungan.
Rp 4.500.000,00
4 PTKP bagi istri yang penghasilannnya
digabung.
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) – Rev 2016
Pasal 7 Ayat (1), (2), dan (3)
Penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
atau awal bagian tahun pajak
Tanggungan meliputi anggota keluarga sedarah atau semenda dalam
garis keturunan lurus (orang tua, mertua, anak kandung, anak tiri),
atau anak angkat.
Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah
kawin dianggap sebagai penghasilan atau
kerugian suaminya.
Ketentuan di atas berlaku, kecuali jika:
1. Penghasilan tersebut semata – mata berasal
dari satu pemberi kerja dan telah dipotong PPh
Pasal 21; dan
2. Pekerjaan istri tersebut tidak ada hubungannya
dengan usaha atau pekerjaan bebas suami
atau anggota keluarga lainnya.
Penghasilan Wanita Bersuami
Pasal 8 Ayat (1)
Harun merupakan seorang pegawai yang bekerja untuk
sebuah perusahaan perbankan. Ia telah menikah dan
bertempat tinggal di satu kavling apartemen milik sendri.
Berikut merupakan susunan anggota keluarga Harun 1 Maret
2018 sebelum mengisi SPT.
Ilustrasi 2.7 (1) -(PTKP)
Nama Tanggal Lahir Status Pekerjaan
Dewi 3 Oktober 1967 Istri Ibu Rumah
Tangga
Darsi 6 Mei 1994 Anak Kandung Mahasiswa S2
Hani 17 Agustus1999 Anak Kandung Pelajar
Indra 4 Juni 2000 Anak Angkat Pelajar
Guna 15 Meil 2002 Anak Asuh Pelajar
Batara
Istri Darsi
1 Juli 1990 Menantu PNS
Kunthi 2 Februari 1950 Ibu Kandung -
Arya 8 Maret 1955 Paman Pensiunan
Jika suami – istri
hidup berpisah:
Penghitungan pajaknya
berdasar kepada pembagian
prorata atas penghasilan
netto suami – istri yang
digabung.
Penghitungan PKP dan
pengenaan pajaknya
dilakukan sendiri – sendiri.
Pemisahan Pajak Suami - Istri
Pasal 8 Ayat (2), dan (3)
Jika suami – istri
mengadakan
perjanjian
pemisahan harta
dan penghasilan
secara tertulis.
Jika istri
menghendaki
memenuhi
kewajiban
perpajakannya
Haryadi seorang notaris yang memiliki kantor sendiri
dengan penghasilan netto di tahun 2017 sebesar Rp
1.500.000.000,00. Istri bekerja sebagai dosen dengan gaji
sebesar Rp 10.000.000,00 per bulan dan memiliki usaha
dengan penghasilan netto Rp 400.000.00 setahun.
Permadi dan istrinya memiliki dua orang anak dan
menanggung ayah dan ibunya pensiunan PNS untuk
hidup bersama dalam keluarganya.
a. Berapakah pajak penghasilan yang harus dibayar di
tahun 2017 oleh Haryadi dan istrinya?
b. Bagaimana jika kemudian di tahun 2017 Haryadi
dan istrinya hidup berpisah dengan penghasilan
yang tetap?
c. Bagaimana jika Permadi dan istrinya tinggal
Ilustrasi 2.8 (1)
(Penghasilan Suami – Istri)
Penghasilan Anak yang belum Dewasa
Pasal 8 Ayat (4)
Mekanisme penggabungan berlaku umum tanpa
mempertimbangkan dari manapun sumber penghasilan anak
tersebut.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh anak yang belum
dewasa digabungkan dengan penghasilan orang tuanya.
Batasan usia dan syarat anak yang belum dewasa adalah
anak berusia 18 tahun dan belum pernah menikah
Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) atas
penghasilan bruto, meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk
apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, anggota atau anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang
ditetapkan KMK;
Cadangan untuk usaha asuransi;
Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha
pertambangan;
Non Deductible Expenses (1)
Pasal 9 Ayat (1)
d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna,
dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh WP orang
pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai ;
Diberikan di daerah tertentu atau diberikan berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan sebagaimana
ditetapkan KMK;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan
kepada pemegang saham atau pihak yang mempunyai
hubungan istimewa;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan,
Non Deductible Expenses (2)
Pasal 9 Ayat (1)
i. Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi WP atau orang yang menjadi tanggungan;
j. Gaji anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan.
Non Deductible Expenses (3)
Pasal 9 Ayat (1)
Ketentuan Khusus Atas Natura
Natura yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah
tertentu adalah imbalan yang terkait dengan:
 Tempat tinggal bagi pegawai dan keluarganya.
 Pelayanan kesehatan.
 Pendidikan.
 Peribadatan.
 Pengangkutan.
 Olahraga, selain golf, power beating, pacuan kuda, dan terbang layang.
Natura yang diberikan akibat keharusan suatu pekerjaan di antaranya dapat
berupa seragam bagi petugas pengamanan, atau penginapan bagi kru
pelayaran atau penerbangan.
Penghasilan yang dikategorikan sebagai bukan objek pajak
bagi pihak yang menerima penghasilan bersangkutan  biaya
– biaya dari pihak yang melakukan pengeluaran terkait
penghasilan tersebut, tidak dapat dikurangkan (non
deductible).
Dialektika Pajak: Asas Resiprokalitas
Non
Deductible
Expense
Bukan
Objek
Pajak
Pihak
Melakukan
Pengeluaran
Pihak Menerima
Penghasilan
Bantuan atau sumbangan, selain sumbangan
keagamaan yang bersifat wajib, serta sumbangan
bencana alam, litbang, sosial, pendidikan, dan
olahraga yang ditetapkan PP.
Warisan
Imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan,
selain yang diberikan oleh bukan WP, WP dikenai
pajak final, atau WP menggunakan Norma
Penghitungan Khusus.
Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (1)
Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)
Premi dan polis asuransi kesehatan,
kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan beasiswa
bagi WP orang pribadi.
Iuran dana pensiun yang dibayarkan oleh
perusahaan.
Bagian laba yang diterima anggota
persekutuan yang tidak terdiri atas saham.
Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (2)
Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)
Pengukuran Aset
Pengukuran Aset (Slide 5)
1.
Ketentuan Umum
Subjek pajak melakukan
pencatatan dan menghitung
penghasilan netto berdasar
persentase Norma
Penghitungan Penghasilan
Netto (NPPN).
Subjek pajak melakukan
pembukuan dan menghitung
penghasilan netto berdasar
hasil pembukuan.
Penghitungan Penghasilan Netto
Pasal 14, dan 15
Subjek pajak melakukan
pembukuan dan menghitung
penghasilan netto berdasar
persentase Norma
Penghitungan Khusus.
Wajib Pajak yang memiliki
peredaran bruto kurang
dari Rp 4.800.000.000,00
per tahun dan
memberitahukan kepada
Dirjen Pajak di 3 bulan
pertama periode pajak.
Wajib Pajak yang tidak
dapat dihitung
penghasilan nettonya
berdasar ketentuan Pasal
16 Ayat (1) dan (3)
WP wajib pembukuan
atau pencatatan namun
tidak bersedia
memperlihatkan
pencatatan atau bukti
pendukungnya.
Peredaran bruto ditentukan
berdasar cara yang
ditetapkan PMK dan
penghasilan netto dihitung
berdasar NPPN.
Penerapan NPPN di Luar Ketentuan
Pasal 14 Ayat (5)
WP tidak atau tidak
sepenuhnya
menyelenggarakan
pembukuan atau
pencatatan.
Perusahaan pelayaran dan/ atau penerbangan luar
negeri.
KMK No. 417/ KMK.04/ 1996
Perusahaan pelayaran dalam negeri.
KMK No. 416/ KMK.04/ 1996
Perusahaan penerbangan dalam negeri.
KMK No. 475/ KMK.04/ 1996
Kantor perwakilan dagang WP luar negeri.
KMK No. 433/ KMK.04/ 1994
Perusahaan pengeboran minyak dan gas bumi.
KMK No. 628/ KMK.04/ 1991
Perusahaan maklon mainan anak – anak.
KMK No. 543/ KMK.03/ 2002
Perusahaan berinvestasi dengan pola Bangun, Guna,
Serah (BOT).
KMK No. 248/ KMK.04/ 1995
Peraturan Pelaksana
Norma Penghitungan Khusus
Landasan Hukum:
Pasal 16 s/ d Pasal 19
UU Pajak Penghasilan
76
Wajib pajak orang pribadi
dalam negeri.
Penghasilan dikalikan
dengan NPPN, dikurangi
PTKP untuk WP orang
pribadi.
Penghasilan, dikurangi biaya
yang dapat dikurangkan,
dikurangi kompensasi
kerugian.
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
Pasal 16
Penghasilan netto
disetahunkan
Wajib Pajak yang
menggunakan NPPN.
Penghasilan, dikurangi biaya
yang dapat dikurangkan,
dikurangi PTKP, dikurangi
kompensasi kerugian.
Wajib pajak badan dalam
negeri, serta WP BUT.
Wajib Pajak yang terutang
pajak dalam bagian tahun
pajak.
No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
1 0 s/d Rp 50.000.00,00 5%
2 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 250.000.000,00 15%
3 Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp
500.000.000,00
25%
4 Di atas Rp 500.000.000,00 30%
Tarif Pajak
Pasal 17 Ayat (1)
Tarif pajak progresif berlaku bagi WP orang pribadi.
pajak bagi WP badan adalah 28% untuk penghasilan sebelum tahun
dan 25% untuk penghasilan setelah tahun 2010.
Ketentuan Khusus Atas Tarif Pajak
 Tarif pajak tertinggi dapat diturunkan menjadi 25%,
diatur dengan PP.
 Tarif bagi WP badan dapat berlaku 5% lebih rendah,
jika memenuhi persyaratan minimal 40% sahamnya
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan
persyaratan lain sesuai ketentuan PP.
 Nilai Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah
menuju ribuan terdekat.
 Bagian pajak terutang bagi WP yang terutang dalam
bagian tahun pajak adalah:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖
360
𝑥 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Atas kurun waktu satu bulan penuh diasumsikan setara
dengan 30 hari.
Besarnya penyertaan modal WP
DN, secara sendiri atau bersama –
sama dengan WP DN lain, paling
rendah 50 % dari jumlah saham
yang disetor.
Besarnya perbandingan antara utang
dan modal untuk keperluan
penghitungan pajak
Saat diperolehnya dividen oleh
WP DN atas penyertaan modal pada
badan usaha di luar negeri yang tidak
menjual sahamnya di bursa efek.
Menkeu berwenang menetapkan:
Syarat:
Perbandingan Utang dan Modal;
Serta Saat Diperolehnya Dividen
Pasal 18 Ayat (1), dn (2)
Hubungan penyertaan modal langsung atau tidak
langsung paling rendah 25 % oleh satu WP pada
satu atau lebih WP lain; termasuk hubungan antar
WP yang modalnya menjadi objek penyertaan.
Hubungan penguasaan satu WP pada satu atau
lebih WP lain; termasuk hubungan antar WP yang
dikuasai.
Hubungan keluarga sedarah semenda dalam garis
keturunan lurus dan/ atau ke samping satu derajat.
Pengertian Hubungan Istimewa
Pasal 18 Ayat (4)
Ketentuan Khusus atas Hubungan Istimewa
Pasal 18 Ayat (3), dan (3a)
 Dirjen Pajak berwenang menentukan kembali
besarnya penghasilan dan pengurangan penghasilan,
serta menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung PKP atas pihak yang memiliki hubungan
istimewa.
 Dirjen Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan
wajib pajak dan bekerjasama dengan pihak otoritas
pajak negara lain untuk menentukan harga harga
transaksi antara pihak – pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
Revaluasi Aset
Pasal 19
 Menteri berwenang menetapkan peraturan penilaian
kembali aktiva tetap atau faktor penyesuaian.
 Atas selisih penilaian kembali diterapkan tariff pajak
tersendiri diterapkan tariff pajak sepanjang tidak
melebihi tarif pasal 17
• Tarif final 10%%
• Jika aset yang direvaluasi dijual dikenakan tambahan pajak
(tertinggi – 10%)
PMK-79/PMK.03/2008 Revaluasi Aset - PER 12/2009
• Tariff insentif 3%, 4% atau 6%;
PMK No.191/PMK.010/2015 diubah 233/PMK.03/2015,
Revaluasi yang Diajukan 2015 dan 2016  bersifat
sementara
Landasan Hukum:
Pasal 20 s/ d Pasal 29
UU Pajak Penghasilan
84
Merupakan pelunasan pajak yang
boleh dikreditkan terhadap PPh
yang terutang untuk tahun pajak
berjalan, kecuali untuk pembayaran
PPh yang bersifat final.
Pembayaran oleh wajib pajak sendiri.
(PPh Pasal 25)
Pemotongan atau pemungutan oleh
pihak lain.
(PPh Pasal 21, 22, 23, 24, 26)
Pajak tahun berjalan dapat dilunasi melalui
Cara Pelunasan Pajak
Pasal 20
Hyperlink
PPh Pasal 21 dan 26 (Slide 3A)
1.
PPh Pasal 22, 23, 24, 26, dan Final (Slide 3B)
2.
87
Kredit PPh 24
Pajak yang atas penghasilan dari luar negeri yang
boleh dikreditkan.
Kredit PPh 23
Pemotongan PPh dari dividen, bunga, royalti, sewa,
hadiah dan penghargaan.
Kredit PPh 25
Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri.
Kredit PPh 22
Pemungutan PPh dari kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain.
Kredit PPh 21
Pemotongan PPh dari pekerjaan, jasa atau kegiatan.
Kredit PPh 26 Ayat (5)
Pemotongan pajak atas penghasilan WP LN yang
beralih menjadi WP DN.
Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan
kenaikan, serta sanksi pidana berupa denda tidak
boleh dikreditkan.
Kredit Pajak WP dalam Negeri dan BUT
Pasal 28 Ayat (1), dan (2)
W
PO
rangP
ribadi
B
ebanpajakterutang 115,450,000
K
reditpajak
P
em
otonganolehpem
berikerja(P
P
h21) (15,850,000)
P
em
ungutanolehpihaklain(P
P
h22) (3,250,000)
P
em
otonganataspenerim
aanpenggunaanaset(P
P
h23) (5,650,000)
K
reditpajakluarnegeri(P
P
h24) (16,525,000)
P
em
bayaransendiriangsuranpajak(P
P
h25) (23,825,000)
T
otalkreditpajak (65,100,000)
P
ajakkurang(lebih)bayar 50,350,000.00
R
p
Ilustrasi 2.14
(Simulasi Penghitungan Kredit Pajak)
Akan dikembalikan/ direstitusikan,
setelah dilakukan pemeriksaan
serta diperhitungkan dengan sanksi
dan kewajiban pajak lain.
Pajak kurang bayar.
Ketika beban pajak terutang melebihi
total kredit pajak.
Pajak lebih bayar.
Ketika beban pajak terutang kurang
dari total kredit pajak.
Status pajak terutang di akhir tahun dapat berupa:
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
Pasal 28A, dan 29
Wajib dilunasi selambat –
lambatnya tanggal 25 bulan ketiga
setelah tahun pajak berakhir,
sebelum SPT tahunan disampaikan.
Landasan Hukum:
Pasal 31A s/ d Pasal 31E
UU Pajak Penghasilan
90
Wajib pajak yang
melakukan penanaman
modal di bidang – bidang
usaha tertentu.
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31A
Wajib pajak yang
melakukan penanaman
modal di daerah – daerah
tertentu.
Berdasar penetapan PP
dapat memperoleh fasilitas
berupa:
a. Pengurangan
penghasilan paling tinggi
30% dari jumlah
penanaman modal yang
dilakukan.
b. Penyusutan dan
amortisasi yang
dipercepat (tarif dua kali
lebih tinggi).
c. Kompensasi kerugian
yang lebih lama, tetapi
 Fasilitas dalam bentuk pengurangan penghasilan sebesar 30% dari
penanaman modal diberikan secara bertahap dalam jangka 6 tahun, dengan
besaran pengurangan 5% dari penaman modal di setiap tahunnya.
 Fasilitas dalam bentuk perpanjangan masa kompensasi kerugian diberikan
jika kegiatan memenuhi persyaratan berikut:
 Penanaman modal dilakukan di kawasan industri dan kawasan berikat.
 Mempekerjakan minimal 500 tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun
berturut - turut.
 Penanaman modal memerlukan investasi untuk infrastruktur ekonomi
dan sosial minimal Rp 10.000.000.000,00.
 Mengeluarkan biaya litbang di dalam negeri minimal 5% dari investasi
dalam jangka 5 tahun.
 Menggunakan minimal 70% bahan baku atau komponen produksi
dalam negeri sejak tahun ke – 4.
Untuk setiap satu persyaratan yang dipenuhi, perusahaan berhak atas satu
tahun perpanjangan masa kompensasi.
Ketentuan Khusus Atas Fasilitas Perpajakan
PP No. 52 Tahun 2011
Penerimaan atas PPh orang pribadi dan
PPh 21 yang dipotong oleh pemberi kerja.
80%
Untuk Pemerintah Pusat
20%
Untuk Pemerintah Daerah
Perimbangan Penerimaan Pajak
Pasal 31C
Wajib pajak badan
yang memiliki nilai
peredaran bruto
kurang dari
Rp 50.000.000.000,00
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31E
Memperoleh
pengurangan tarif
sebesar 50% dari tarif
Pasal 17 (tarif flat 25%).
untuk bagian
Penghasilan Kena Pajak
dari
Berlaku untuk bagian
Penghasilan Kena Pajak
dari bagian penghasilan
bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00.
PT. Mulia memiliki total penjualan 24 milyar, beban yang
boleh dikurangan sebesar 20 milyar.
Pengaslan kena pajak = 24 milar – 20 milyar = 4 milyar
Porsi penghasilan yang mendapat fasilitas 4,8/24 =
20%
Penghasilan yang mendapat fasilitas 4 millyar x 20% =
800juta
Total pajak = (8000juta x 25% x50%) + (3.,2 milyar x
25%) = 100 + 800 = 900juta
Ilustrasi Tambahan
(Fasilitas Perpajakan)
CV. Mandaraka perusahan yang bergerak di bidang
pengalengan ikan dan melakukan kegiatan ekspor.
Sepanjang tahun 2010, CV. Mandaraka mencatatkan
penghasilan bruto senilai Rp 48.000.000.000,00 dan
mencatatkan nilai biaya yang dapat dikurangkan sesuai
ketentuan perpajakan sebesar Rp 36.000.000.000,00.
a. Berapakah nilai pajak terutang oleh CV. Mandaraka di
tahun 2010?
b. Bagaimana jika di tahun 2011 perusahaan
memperoleh penghasilan bruto yang tetap namun
mencatatkan biaya Rp 10.000.000.000,00 lebih tinggi?
c. Bagaimana jika di tahun 2012 perusahaan
mencatatkan biaya yang serupa dengan tahun 2010,
namun dapat memperoleh tambahan peredaran bruto
Ilustrasi 2.15 (1)
(Fasilitas Perpajakan)
Jawaban:
a. CV. Mandaraka memperoleh fasilitas pengurangan tarif,
sebab memiliki nilai peredaran bruto kurang dari
Rp50.000.000.000,00.
Bagian PKP yang memperoleh pengurangan tarif
= 4.800.000.000
48.000.000.000
𝑥 (48.000.000.000 − 36.000.000.000)
= 10% x 12.000.000.000
= 1.200.000.000
Beban pajak terutang tahun 2010
= 50% x 25% x 1.200.000.000+ 25% x (12.000.000.000 –
1.200.000.000)
= 150.000.000 + 2.700.000.000
= Rp 2.850.000.000,00
Ilustrasi 2.15 (2)
(Fasilitas Perpajakan)
Jawaban:
b. CV. Mandaraka memperoleh fasilitas pengurangan tarif,
sebab memiliki nilai peredaran bruto kurang dari
Rp50.000.000.000,00.
Bagian PKP yang memperoleh pengurangan tarif
=
4.800.000.000
48.000.000.000
𝑥 (48.000.000.000 − 46.000.000.000)
= 10% x 2.000.000.000
= 200.000.000
Beban pajak terutang tahun 2011
= 50% x 25% x 200.000.000 + 25% x (2.000.000.000 –
200.000.000)
= 25.000.000 + 450.000.000
= Rp 475.000.000,00
Ilustrasi 2.15 (3)
(Fasilitas Perpajakan)
Jawaban :
c. Peredaran bruto 2012 = 48.000.000.000 +
8.000.000.000
= Rp 56.000.000.000,00
CV. Mandaraka tidak memperoleh fasilitas pengurangan
tarif, sebab memiliki nilai peredaran bruto lebih dari Rp
50.000.000.000,00.
Beban pajak terutang
= 25% x (56.000.000.000 – 36.000.000.000)
= 25% x 20.000.000.000
= Rp 5.000.000.000,00
Ilustrasi 2.15 (4)
(Fasilitas Perpajakan)
100
Dwi Martani - 081318227080
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/

More Related Content

What's hot (20)

Teori Pendapatan
Teori PendapatanTeori Pendapatan
Teori Pendapatan
 
Materi ppn
Materi ppnMateri ppn
Materi ppn
 
Biaya
BiayaBiaya
Biaya
 
PPN objek
PPN objekPPN objek
PPN objek
 
Undang-undang Pajak Penghasilan
Undang-undang Pajak PenghasilanUndang-undang Pajak Penghasilan
Undang-undang Pajak Penghasilan
 
Pph 22
Pph 22Pph 22
Pph 22
 
PPN Fasilitas
PPN  FasilitasPPN  Fasilitas
PPN Fasilitas
 
Aset Tidak Berwujud - PSAK 19
Aset Tidak Berwujud - PSAK 19 Aset Tidak Berwujud - PSAK 19
Aset Tidak Berwujud - PSAK 19
 
aset tetap
aset tetapaset tetap
aset tetap
 
Tentang KUP
Tentang KUPTentang KUP
Tentang KUP
 
PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajak
 
Hak dan Kewajiban Wajib pajak
Hak dan Kewajiban Wajib pajakHak dan Kewajiban Wajib pajak
Hak dan Kewajiban Wajib pajak
 
NPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPNPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKP
 
KUP
KUPKUP
KUP
 
Penagihan pajak
Penagihan pajakPenagihan pajak
Penagihan pajak
 
Penetapan dan ketetapan pajak
Penetapan dan ketetapan pajakPenetapan dan ketetapan pajak
Penetapan dan ketetapan pajak
 
6. transaksi mata uang asing dan kontrak berjangka
6. transaksi mata uang asing dan kontrak berjangka6. transaksi mata uang asing dan kontrak berjangka
6. transaksi mata uang asing dan kontrak berjangka
 
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
 
Makalah PPh pasal 22
Makalah PPh pasal 22Makalah PPh pasal 22
Makalah PPh pasal 22
 
PPh Pasal 25
PPh Pasal 25PPh Pasal 25
PPh Pasal 25
 

Similar to Pajak penghasilan-1-20022020

Income Tax Law of Pakistan
Income Tax Law of PakistanIncome Tax Law of Pakistan
Income Tax Law of PakistanFawad Hassan
 
Advanced taxation (TY2019) pakistan
Advanced taxation (TY2019) pakistanAdvanced taxation (TY2019) pakistan
Advanced taxation (TY2019) pakistanFawad Hassan
 
New dgt form per 25 (20190101)
New dgt form per 25 (20190101) New dgt form per 25 (20190101)
New dgt form per 25 (20190101) SAKURA-JK
 
Advanced Taxation (TY2018) Pakistan
Advanced Taxation (TY2018) PakistanAdvanced Taxation (TY2018) Pakistan
Advanced Taxation (TY2018) PakistanFawad Hassan
 
Income Tax Law - Pakistan
Income Tax Law - PakistanIncome Tax Law - Pakistan
Income Tax Law - PakistanFawad Hassan
 
Advanced Taxation (CFAP5) by Fawad Hassan [Lecture1]
Advanced Taxation (CFAP5) by Fawad Hassan [Lecture1]Advanced Taxation (CFAP5) by Fawad Hassan [Lecture1]
Advanced Taxation (CFAP5) by Fawad Hassan [Lecture1]Fawad Hassan
 
Income tax-ppt-revised-130617182402-phpapp01 (1)
Income tax-ppt-revised-130617182402-phpapp01 (1)Income tax-ppt-revised-130617182402-phpapp01 (1)
Income tax-ppt-revised-130617182402-phpapp01 (1)kiyansh
 
NRI tax obligation.pptx
NRI tax obligation.pptxNRI tax obligation.pptx
NRI tax obligation.pptxssuser00f3ae1
 
Ngo compliance handbook 2021 edition
Ngo compliance handbook   2021 editionNgo compliance handbook   2021 edition
Ngo compliance handbook 2021 editionCA Dinesh Singhal
 
Income%20tax%20ppt%2023.01.2024.pdf Income tax
Income%20tax%20ppt%2023.01.2024.pdf Income taxIncome%20tax%20ppt%2023.01.2024.pdf Income tax
Income%20tax%20ppt%2023.01.2024.pdf Income taxSaniyaSultana9
 
Income Tax - Meaning, Implementation and Exempted Incomes
Income Tax - Meaning, Implementation and Exempted IncomesIncome Tax - Meaning, Implementation and Exempted Incomes
Income Tax - Meaning, Implementation and Exempted IncomesRajaKrishnan M
 
Icai 17.02.2017 Taxation of foreign remmitances
Icai 17.02.2017 Taxation of foreign remmitancesIcai 17.02.2017 Taxation of foreign remmitances
Icai 17.02.2017 Taxation of foreign remmitancesShweta Ajmera
 
GTC - India Income Tax
GTC - India Income TaxGTC - India Income Tax
GTC - India Income TaxGTClub
 
Fast track notes on income tax.Total Tax With maximum Effective Question's
Fast track notes on income tax.Total Tax With maximum Effective Question'sFast track notes on income tax.Total Tax With maximum Effective Question's
Fast track notes on income tax.Total Tax With maximum Effective Question'sEducation At The Edge
 
NRI - Finance Act 2020 - Implications for NRIs
NRI - Finance Act 2020 - Implications for NRIsNRI - Finance Act 2020 - Implications for NRIs
NRI - Finance Act 2020 - Implications for NRIsTilak Agarwal
 
Income tax-summary
Income tax-summaryIncome tax-summary
Income tax-summaryUma Krishna
 
Workshop file on income tax law
Workshop file on income tax lawWorkshop file on income tax law
Workshop file on income tax lawSukhchain Aggarwal
 
Concept of residence under income tax act (with the concept of dtaa and poem)
Concept of residence under income tax act (with the concept of dtaa and poem)Concept of residence under income tax act (with the concept of dtaa and poem)
Concept of residence under income tax act (with the concept of dtaa and poem)Amitabh Srivastava
 

Similar to Pajak penghasilan-1-20022020 (20)

Income Tax Law of Pakistan
Income Tax Law of PakistanIncome Tax Law of Pakistan
Income Tax Law of Pakistan
 
Advanced taxation (TY2019) pakistan
Advanced taxation (TY2019) pakistanAdvanced taxation (TY2019) pakistan
Advanced taxation (TY2019) pakistan
 
New dgt form per 25 (20190101)
New dgt form per 25 (20190101) New dgt form per 25 (20190101)
New dgt form per 25 (20190101)
 
Advanced Taxation (TY2018) Pakistan
Advanced Taxation (TY2018) PakistanAdvanced Taxation (TY2018) Pakistan
Advanced Taxation (TY2018) Pakistan
 
Income Tax Law - Pakistan
Income Tax Law - PakistanIncome Tax Law - Pakistan
Income Tax Law - Pakistan
 
Advanced Taxation (CFAP5) by Fawad Hassan [Lecture1]
Advanced Taxation (CFAP5) by Fawad Hassan [Lecture1]Advanced Taxation (CFAP5) by Fawad Hassan [Lecture1]
Advanced Taxation (CFAP5) by Fawad Hassan [Lecture1]
 
Income tax-ppt-revised-130617182402-phpapp01 (1)
Income tax-ppt-revised-130617182402-phpapp01 (1)Income tax-ppt-revised-130617182402-phpapp01 (1)
Income tax-ppt-revised-130617182402-phpapp01 (1)
 
NRI tax obligation.pptx
NRI tax obligation.pptxNRI tax obligation.pptx
NRI tax obligation.pptx
 
Ngo compliance handbook 2021 edition
Ngo compliance handbook   2021 editionNgo compliance handbook   2021 edition
Ngo compliance handbook 2021 edition
 
Income%20tax%20ppt%2023.01.2024.pdf Income tax
Income%20tax%20ppt%2023.01.2024.pdf Income taxIncome%20tax%20ppt%2023.01.2024.pdf Income tax
Income%20tax%20ppt%2023.01.2024.pdf Income tax
 
Income Tax - Meaning, Implementation and Exempted Incomes
Income Tax - Meaning, Implementation and Exempted IncomesIncome Tax - Meaning, Implementation and Exempted Incomes
Income Tax - Meaning, Implementation and Exempted Incomes
 
Icai 17.02.2017 Taxation of foreign remmitances
Icai 17.02.2017 Taxation of foreign remmitancesIcai 17.02.2017 Taxation of foreign remmitances
Icai 17.02.2017 Taxation of foreign remmitances
 
GTC - India Income Tax
GTC - India Income TaxGTC - India Income Tax
GTC - India Income Tax
 
Fast track notes on income tax.Total Tax With maximum Effective Question's
Fast track notes on income tax.Total Tax With maximum Effective Question'sFast track notes on income tax.Total Tax With maximum Effective Question's
Fast track notes on income tax.Total Tax With maximum Effective Question's
 
NRI - Finance Act 2020 - Implications for NRIs
NRI - Finance Act 2020 - Implications for NRIsNRI - Finance Act 2020 - Implications for NRIs
NRI - Finance Act 2020 - Implications for NRIs
 
Income tax-summary
Income tax-summaryIncome tax-summary
Income tax-summary
 
income tax
income taxincome tax
income tax
 
Complete ctp unit 1
Complete ctp unit 1Complete ctp unit 1
Complete ctp unit 1
 
Workshop file on income tax law
Workshop file on income tax lawWorkshop file on income tax law
Workshop file on income tax law
 
Concept of residence under income tax act (with the concept of dtaa and poem)
Concept of residence under income tax act (with the concept of dtaa and poem)Concept of residence under income tax act (with the concept of dtaa and poem)
Concept of residence under income tax act (with the concept of dtaa and poem)
 

Recently uploaded

Escorts Indore Call Girls-9155612368-Vijay Nagar Decent Fantastic Call Girls ...
Escorts Indore Call Girls-9155612368-Vijay Nagar Decent Fantastic Call Girls ...Escorts Indore Call Girls-9155612368-Vijay Nagar Decent Fantastic Call Girls ...
Escorts Indore Call Girls-9155612368-Vijay Nagar Decent Fantastic Call Girls ...sanakhan51485
 
Lion One Corporate Presentation May 2024
Lion One Corporate Presentation May 2024Lion One Corporate Presentation May 2024
Lion One Corporate Presentation May 2024Adnet Communications
 
Benefits & Risk Of Stock Loans
Benefits & Risk Of Stock LoansBenefits & Risk Of Stock Loans
Benefits & Risk Of Stock LoansMartinRowse
 
Famous Kala Jadu, Black magic expert in Faisalabad and Kala ilam specialist i...
Famous Kala Jadu, Black magic expert in Faisalabad and Kala ilam specialist i...Famous Kala Jadu, Black magic expert in Faisalabad and Kala ilam specialist i...
Famous Kala Jadu, Black magic expert in Faisalabad and Kala ilam specialist i...batoole333
 
Kopar Khairane Cheapest Call Girls✔✔✔9833754194 Nerul Premium Call Girls-Navi...
Kopar Khairane Cheapest Call Girls✔✔✔9833754194 Nerul Premium Call Girls-Navi...Kopar Khairane Cheapest Call Girls✔✔✔9833754194 Nerul Premium Call Girls-Navi...
Kopar Khairane Cheapest Call Girls✔✔✔9833754194 Nerul Premium Call Girls-Navi...priyasharma62062
 
Vip Call Girls Rasulgada😉 Bhubaneswar 9777949614 Housewife Call Girls Servic...
Vip Call Girls Rasulgada😉  Bhubaneswar 9777949614 Housewife Call Girls Servic...Vip Call Girls Rasulgada😉  Bhubaneswar 9777949614 Housewife Call Girls Servic...
Vip Call Girls Rasulgada😉 Bhubaneswar 9777949614 Housewife Call Girls Servic...Call Girls Mumbai
 
2999,Vashi Fantastic Ellete Call Girls📞📞9833754194 CBD Belapur Genuine Call G...
2999,Vashi Fantastic Ellete Call Girls📞📞9833754194 CBD Belapur Genuine Call G...2999,Vashi Fantastic Ellete Call Girls📞📞9833754194 CBD Belapur Genuine Call G...
2999,Vashi Fantastic Ellete Call Girls📞📞9833754194 CBD Belapur Genuine Call G...priyasharma62062
 
Famous No1 Amil Baba Love marriage Astrologer Specialist Expert In Pakistan a...
Famous No1 Amil Baba Love marriage Astrologer Specialist Expert In Pakistan a...Famous No1 Amil Baba Love marriage Astrologer Specialist Expert In Pakistan a...
Famous No1 Amil Baba Love marriage Astrologer Specialist Expert In Pakistan a...janibaber266
 
falcon-invoice-discounting-unlocking-prime-investment-opportunities
falcon-invoice-discounting-unlocking-prime-investment-opportunitiesfalcon-invoice-discounting-unlocking-prime-investment-opportunities
falcon-invoice-discounting-unlocking-prime-investment-opportunitiesFalcon Invoice Discounting
 
✂️ 👅 Independent Bhubaneswar Escorts Odisha Call Girls With Room Bhubaneswar ...
✂️ 👅 Independent Bhubaneswar Escorts Odisha Call Girls With Room Bhubaneswar ...✂️ 👅 Independent Bhubaneswar Escorts Odisha Call Girls With Room Bhubaneswar ...
✂️ 👅 Independent Bhubaneswar Escorts Odisha Call Girls With Room Bhubaneswar ...Call Girls Mumbai
 
Technology industry / Finnish economic outlook
Technology industry / Finnish economic outlookTechnology industry / Finnish economic outlook
Technology industry / Finnish economic outlookTechFinland
 
Bhubaneswar🌹Kalpana Mesuem ❤CALL GIRLS 9777949614 💟 CALL GIRLS IN bhubaneswa...
Bhubaneswar🌹Kalpana Mesuem  ❤CALL GIRLS 9777949614 💟 CALL GIRLS IN bhubaneswa...Bhubaneswar🌹Kalpana Mesuem  ❤CALL GIRLS 9777949614 💟 CALL GIRLS IN bhubaneswa...
Bhubaneswar🌹Kalpana Mesuem ❤CALL GIRLS 9777949614 💟 CALL GIRLS IN bhubaneswa...Call Girls Mumbai
 
Thane Call Girls , 07506202331 Kalyan Call Girls
Thane Call Girls , 07506202331 Kalyan Call GirlsThane Call Girls , 07506202331 Kalyan Call Girls
Thane Call Girls , 07506202331 Kalyan Call GirlsPriya Reddy
 
Call Girls in Benson Town / 8250092165 Genuine Call girls with real Photos an...
Call Girls in Benson Town / 8250092165 Genuine Call girls with real Photos an...Call Girls in Benson Town / 8250092165 Genuine Call girls with real Photos an...
Call Girls in Benson Town / 8250092165 Genuine Call girls with real Photos an...kajal
 
MASTERING FOREX: STRATEGIES FOR SUCCESS.pdf
MASTERING FOREX: STRATEGIES FOR SUCCESS.pdfMASTERING FOREX: STRATEGIES FOR SUCCESS.pdf
MASTERING FOREX: STRATEGIES FOR SUCCESS.pdfCocity Enterprises
 
20240419-SMC-submission-Annual-Superannuation-Performance-Test-–-design-optio...
20240419-SMC-submission-Annual-Superannuation-Performance-Test-–-design-optio...20240419-SMC-submission-Annual-Superannuation-Performance-Test-–-design-optio...
20240419-SMC-submission-Annual-Superannuation-Performance-Test-–-design-optio...Henry Tapper
 
Fixed exchange rate and flexible exchange rate.pptx
Fixed exchange rate and flexible exchange rate.pptxFixed exchange rate and flexible exchange rate.pptx
Fixed exchange rate and flexible exchange rate.pptxTintoTom3
 
logistics industry development power point ppt.pdf
logistics industry development power point ppt.pdflogistics industry development power point ppt.pdf
logistics industry development power point ppt.pdfSalimullah13
 
Female Escorts Service in Hyderabad Starting with 5000/- for Savita Escorts S...
Female Escorts Service in Hyderabad Starting with 5000/- for Savita Escorts S...Female Escorts Service in Hyderabad Starting with 5000/- for Savita Escorts S...
Female Escorts Service in Hyderabad Starting with 5000/- for Savita Escorts S...kajalverma014
 

Recently uploaded (20)

Escorts Indore Call Girls-9155612368-Vijay Nagar Decent Fantastic Call Girls ...
Escorts Indore Call Girls-9155612368-Vijay Nagar Decent Fantastic Call Girls ...Escorts Indore Call Girls-9155612368-Vijay Nagar Decent Fantastic Call Girls ...
Escorts Indore Call Girls-9155612368-Vijay Nagar Decent Fantastic Call Girls ...
 
Lion One Corporate Presentation May 2024
Lion One Corporate Presentation May 2024Lion One Corporate Presentation May 2024
Lion One Corporate Presentation May 2024
 
Benefits & Risk Of Stock Loans
Benefits & Risk Of Stock LoansBenefits & Risk Of Stock Loans
Benefits & Risk Of Stock Loans
 
Famous Kala Jadu, Black magic expert in Faisalabad and Kala ilam specialist i...
Famous Kala Jadu, Black magic expert in Faisalabad and Kala ilam specialist i...Famous Kala Jadu, Black magic expert in Faisalabad and Kala ilam specialist i...
Famous Kala Jadu, Black magic expert in Faisalabad and Kala ilam specialist i...
 
Kopar Khairane Cheapest Call Girls✔✔✔9833754194 Nerul Premium Call Girls-Navi...
Kopar Khairane Cheapest Call Girls✔✔✔9833754194 Nerul Premium Call Girls-Navi...Kopar Khairane Cheapest Call Girls✔✔✔9833754194 Nerul Premium Call Girls-Navi...
Kopar Khairane Cheapest Call Girls✔✔✔9833754194 Nerul Premium Call Girls-Navi...
 
Vip Call Girls Rasulgada😉 Bhubaneswar 9777949614 Housewife Call Girls Servic...
Vip Call Girls Rasulgada😉  Bhubaneswar 9777949614 Housewife Call Girls Servic...Vip Call Girls Rasulgada😉  Bhubaneswar 9777949614 Housewife Call Girls Servic...
Vip Call Girls Rasulgada😉 Bhubaneswar 9777949614 Housewife Call Girls Servic...
 
2999,Vashi Fantastic Ellete Call Girls📞📞9833754194 CBD Belapur Genuine Call G...
2999,Vashi Fantastic Ellete Call Girls📞📞9833754194 CBD Belapur Genuine Call G...2999,Vashi Fantastic Ellete Call Girls📞📞9833754194 CBD Belapur Genuine Call G...
2999,Vashi Fantastic Ellete Call Girls📞📞9833754194 CBD Belapur Genuine Call G...
 
Famous No1 Amil Baba Love marriage Astrologer Specialist Expert In Pakistan a...
Famous No1 Amil Baba Love marriage Astrologer Specialist Expert In Pakistan a...Famous No1 Amil Baba Love marriage Astrologer Specialist Expert In Pakistan a...
Famous No1 Amil Baba Love marriage Astrologer Specialist Expert In Pakistan a...
 
falcon-invoice-discounting-unlocking-prime-investment-opportunities
falcon-invoice-discounting-unlocking-prime-investment-opportunitiesfalcon-invoice-discounting-unlocking-prime-investment-opportunities
falcon-invoice-discounting-unlocking-prime-investment-opportunities
 
✂️ 👅 Independent Bhubaneswar Escorts Odisha Call Girls With Room Bhubaneswar ...
✂️ 👅 Independent Bhubaneswar Escorts Odisha Call Girls With Room Bhubaneswar ...✂️ 👅 Independent Bhubaneswar Escorts Odisha Call Girls With Room Bhubaneswar ...
✂️ 👅 Independent Bhubaneswar Escorts Odisha Call Girls With Room Bhubaneswar ...
 
Technology industry / Finnish economic outlook
Technology industry / Finnish economic outlookTechnology industry / Finnish economic outlook
Technology industry / Finnish economic outlook
 
Bhubaneswar🌹Kalpana Mesuem ❤CALL GIRLS 9777949614 💟 CALL GIRLS IN bhubaneswa...
Bhubaneswar🌹Kalpana Mesuem  ❤CALL GIRLS 9777949614 💟 CALL GIRLS IN bhubaneswa...Bhubaneswar🌹Kalpana Mesuem  ❤CALL GIRLS 9777949614 💟 CALL GIRLS IN bhubaneswa...
Bhubaneswar🌹Kalpana Mesuem ❤CALL GIRLS 9777949614 💟 CALL GIRLS IN bhubaneswa...
 
Thane Call Girls , 07506202331 Kalyan Call Girls
Thane Call Girls , 07506202331 Kalyan Call GirlsThane Call Girls , 07506202331 Kalyan Call Girls
Thane Call Girls , 07506202331 Kalyan Call Girls
 
Call Girls in Benson Town / 8250092165 Genuine Call girls with real Photos an...
Call Girls in Benson Town / 8250092165 Genuine Call girls with real Photos an...Call Girls in Benson Town / 8250092165 Genuine Call girls with real Photos an...
Call Girls in Benson Town / 8250092165 Genuine Call girls with real Photos an...
 
MASTERING FOREX: STRATEGIES FOR SUCCESS.pdf
MASTERING FOREX: STRATEGIES FOR SUCCESS.pdfMASTERING FOREX: STRATEGIES FOR SUCCESS.pdf
MASTERING FOREX: STRATEGIES FOR SUCCESS.pdf
 
20240419-SMC-submission-Annual-Superannuation-Performance-Test-–-design-optio...
20240419-SMC-submission-Annual-Superannuation-Performance-Test-–-design-optio...20240419-SMC-submission-Annual-Superannuation-Performance-Test-–-design-optio...
20240419-SMC-submission-Annual-Superannuation-Performance-Test-–-design-optio...
 
Call Girls in Tilak Nagar (delhi) call me [🔝9953056974🔝] escort service 24X7
Call Girls in Tilak Nagar (delhi) call me [🔝9953056974🔝] escort service 24X7Call Girls in Tilak Nagar (delhi) call me [🔝9953056974🔝] escort service 24X7
Call Girls in Tilak Nagar (delhi) call me [🔝9953056974🔝] escort service 24X7
 
Fixed exchange rate and flexible exchange rate.pptx
Fixed exchange rate and flexible exchange rate.pptxFixed exchange rate and flexible exchange rate.pptx
Fixed exchange rate and flexible exchange rate.pptx
 
logistics industry development power point ppt.pdf
logistics industry development power point ppt.pdflogistics industry development power point ppt.pdf
logistics industry development power point ppt.pdf
 
Female Escorts Service in Hyderabad Starting with 5000/- for Savita Escorts S...
Female Escorts Service in Hyderabad Starting with 5000/- for Savita Escorts S...Female Escorts Service in Hyderabad Starting with 5000/- for Savita Escorts S...
Female Escorts Service in Hyderabad Starting with 5000/- for Savita Escorts S...
 

Pajak penghasilan-1-20022020

  • 2. Agenda Subyek Pajak Obyek Pajak Cara Menghitung Pajak Pelunasan Pajak Fasilitas Pajak 2
  • 3. UU PAJAK PENGHASILAN (UU 36/2008) Perubahan keempat dari UU 7/1983 Ketentuan Umum Subyek Pajak • Obyek; bukan obyek; pengurang dan bukan pengurang Obyek Pajak • Tarif, struktur modal, harga transaksi, revaluasi Cara Menghitung Pajak • PPh 21; 22; 23; 24; 25; 26 Pelunasan pajak dalam Tahun Berjalan • PPh 28; PPh 29 Perhitungan pajak akhir tahun Ketentuan lain-lain; Peralihan dan Penutup 3
  • 4. Landasan Hukum: Pasal 2 s/ d Pasal 3 UU Pajak Penghasilan 4
  • 5. Subyek dan Obyek Pajak Pajak penghasilan (PPh) dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. • PPh dapat dikenakan atas bagian tahun pajak jika kewajiban subjektif mulai dari bagian tahun. • Tahun pajak adalah tahun takwim. Jika tahun buku tidak sama, dapat menggunakan tahun buku asalkan berdurasi 12 bulan.
  • 6. Undang – Undang (UU) No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan • Peraturan Pemerintah (PP) • Keputusan Presiden (Keppres) • Peraturan & Keputusan Menkeu (PMK & KMK • Peraturan, Keputusan, dan Surat Edaran Dirje (PER, KEP, dan SE DJP) Dasar Hukum
  • 7. Orang Pribadi (OP) Badan Bentuk usaha tetap (BUT), merupakan subyek pajak yang perlakuan pajaknya dipersamakan dengan subyek pajak badan. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, bersifat menggantikan yang berhak. Subjek Pajak Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)
  • 8. Subjek Pajak Pasal 2 Ayat (2) Dalam Negeri Luar Negeri Subjek Pajak Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)
  • 9. 9 Orang Pribadi : Bertempat tinggal/ berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam 12 bulan; atau Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia. Warisan yang belum terbagi: Menggantikan yang berhak. Badan: Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu badan pemerintah yang memenuhi kriteria: Pembentukannya berdasarkan peraturan perundangan. Pembiayaan bersumber APBN/ APBD. Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara. Subjek Pajak Dalam Negeri Pasal 2 Ayat (3)
  • 10. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia/ berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam 12 bulan. Menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau kegiatan melalui BUT di Indonesia. Subjek Pajak Luar Negeri Pasal 2 Ayat (4) Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Menjalankan usaha atau kegiatan melalui BUT di Indonesia.
  • 11. Bentuk usaha yang dipergunakan oleh: Orang pribadi sebagai subjek pajak LN Untuk menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia. Bentuk Usaha Tetap (1) Pasal 2 Ayat (5) Badan sebagai subjek pajak LN
  • 12. a. Tempat kedudukan manajemen; b. Cabang perusahaan; c. Kantor perwakilan; d. Gedung kantor; e. Pabrik; f. Bengkel; g. Gudang; h. Ruang untuk promosi dan penjualan; i. Pertambangan dan penggalian sumber alam; j. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi; k. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau m.Pemberian jasa, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan; n. Orang atau badan selaku agen yang kedudukannya tidak bebas; o. Agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan berkedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia; dan p. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang Bentuk Usaha Tetap (1) Pasal 2 Ayat (5)
  • 13. Peraturan perpajakan membedakan Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN), Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN), dan bukan subjek pajak. Berikut informasi identitas orang pribadi dan badan. Bagaimanakah status pajaknya pada tahun pajak 2017? Ilustrasi Indentifikasi Subjek Pajak No Nama Tempat Tinggal / Kedudukan Keterangan Statu 1. Budi Palembang Tinggal dan bekerja di kota kelahiran. SPDN Orang Pribadi 2. Beri Makassar Sejak 1 April 2017 pindah ke New York, berencana menetap dan bekerja di kota tersebut. Bukan Subjek Pajak 3. Berna Medan Berada di Indonesia antara 2 Februari 2017 – 11 November 2017. SPDN Orang Pribadi 4, Bambang Bandung Bekerja selama 1 bulan dan berencana menetap. SPDN Orang Pribadi 5. Ben Washington Pemilik saham satu perusahaan yang beroperasi di Indonesia. SPLN 6 Heri Jakarta Penulis cilik 10 tahun memperoleh penghasilan dari royalty buku SPDN Orang Pribadi
  • 14. Ilustrasi 2.1 (2) (Subjek Pajak) No. Nama Tempat Tinggal / Kedudukan Keterangan Status 6. PT. Bianglala Jakarta Didirikan di Indonesia oleh WNA. SPDN BUT 7. PT. Biara Medan Berkedudukan di Indonesia, namun seluruh penghasilannya bersumber dari investasi di luar negeri. SPDN Badan 8. PT. Buana Lombok Didirikan di Indonesia, namun berencana untuk memindahkan kedudukan dan operasinya ke luar negeri. SPDN Badan 9. Bart & Co. Berlin Berkedudukan di luar negeri, namun memiliki investasi saham atas satu perusahaan di Indonesia. SPLN 10. Bush & Co London Berkedudukan di luar negeri, dan memiliki showroom di Indonesia. SPLN
  • 15. Ditetapkan oleh Dirjen Pajak Tempat Tinggal Orang Pribadi Menurut keadaan yang sebenarnya. Tempat Tinggal / Kedudukan WP Pasal 2 Ayat (6) Tempat Kedudukan Badan
  • 16. Warisan yang belum terbagi Mulai: Saat timbulnya warisan. Berakhir: Saat warisan selesai dibagikan. Subjek Pajak Dalam Negeri Orang Pribadi Mulai: - Saat dilahirkan. - Saat berada atau berniat tinggal di Indonesia. Berakhir: - Saat meninggal. - Meninggalkan Indonesia untuk selamanya. Badan Mulai: Saat didirikan/ berkedudukan di Indonesia. Berakhir: Saat dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan di Indonesia. Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (1) Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)
  • 17. Subjek Pajak Luar Negeri Orang Pribadi Mulai: Saat menerima/memperoleh penghasilan dari Indonesia. Berakhir: Saat tidak lagi menerima/ memperoleh penghasilan dari Indonesia. Badan Mulai: Saat melakukan usaha/ kegiatan melalui BUT di Indonesia. Berakhir: Saat tidak lagi menjalankan usaha melalui BUT di Indonesia. Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (2) Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)
  • 18. Kewajiban pajak subjektif orang pribadi yang berada atau bertempat tinggal di Indonesia Kewajiban Pajak Subjektif Pasal 2A Ayat (6) Bagian tahun pajak tersebut menggantikan tahun pajak. Hanya meliputi sebagian dari tahun pajak
  • 19. a. Kantor perwakilan negara asing; b. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan orang yang diperbantukan/ yang bekerja dan bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat : Bukan warga negara Indonesia; dan Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut; serta Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik; c. Organisasi - organisasi internasional, yang ditetapkan Menkeu, dengan syarat: Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota; d. Pejabat - pejabat perwakilan organisasi internasional (c) dengan Tidak Termasuk Subjek Pajak Pasal 3
  • 20.
  • 21. Landasan Hukum: Pasal 4 s/ d Pasal 15 UU Pajak Penghasilan 21
  • 22. Merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang: - Diterima atau diperoleh wajib pajak. - Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. - Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak. Definisi Penghasilan Pasal 4 Ayat (1) Dengan nama dan dalam bentuk apapun
  • 23. Klasifikasi Umum Penghasilan Penghasilan dari pekerjaan dan hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, dan sebagainya. Penghasilan dari usaha dan kegiatan. Penghasilan dari modal berupa harga gerak ataupun tidak gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa dan keuntungan penjualan harga atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.
  • 24. Ketentuan Khusus atas Penghasilan  Semua penghasilan digabungkan dalam satu tahun pajak.  Jika menderita kerugian dikompensasikan dengan penghasilan lain kecuali kerugian dari luar negeri.  Untuk penghasilan dikenakan final atau dikecualikan dari objek pajak tidak boleh digabungkan.
  • 25. Objek Pajak (1) Pasal 4 Ayat (1) a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU Pajak Penghasilan; b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c. Laba usaha;
  • 26. Objek Pajak (2) Pasal 4 Ayat (1) d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: i. Keuntungan karena pengalihan harta sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; ii. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya; iii. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun; iv. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
  • 27. Objek Pajak (3) Pasal 4 Ayat (1) e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak; f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang; g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak; i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
  • 28. Objek Pajak (4) Pasal 4 Ayat (1) l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing; m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. Premi asuransi; o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak; q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah; r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan s. Surplus Bank Indonesia.
  • 29. Definisi Pajak Final Pajak yang terutang dan dibayarkan seketika penghasilan diperoleh atau diterima. Pemotongan dilakukan oleh pemberi penghasilan, atau pihak lain yang ditentukan. Ketika dilakukan penghitungan pajak terutang di akhir tahun, penghasilan yang dikenakan pajak final bukan sebagai penambah penghasilan dan pajak final tidak dapat menjadi kredit pajak. Pajak Final = pajak selesai dengan pembayaran tersebut
  • 30. Pertimbangan Pengenaan Kesederhanaan Pemotongan Pengurangan Beban Administratif Pemerataan Pengenaan Pajak Dorongan Pengembangan Investasi dan Tabungan Perkembangan Ekonomi dan Moneter
  • 31. a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi; b. Penghasilan berupa hadiah undian; c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura; d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. Objek Pajak Dikenai Pajak Final Pasal 4 Ayat (2)
  • 32. Penghasilan dari persewaan tanah dan/ atau bangunan. PP No. 5 Tahun 2002 Penghasilan dari hadiah undian. PP No. 132 Tahun 2000 Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan. PP No. 71 Tahun 2008 Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI. PP No. 131 Tahun 2000 Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek. PP No. 14 Tahun 1997 Penghasilan berupa bunga/ diskonto obligasi yang dijual di bursa efek. PP No. 16 tahun 2009 Penghasilan dari usaha jasa konstruksi. PP No. 40 Tahun 2009 Peraturan Pelaksana Pajak Final Penghasilan dari UMKM. PP No. 23 Tahun 2018
  • 33. Peraturan Pemerintah 23 Tahun 2018 – Pajak UKM Final • Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018, Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu menggantikan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013. • Peredaran bruto tertentu adalah Penghasilan dari USAHA yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak. Peredaran bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya. • Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah pajak Final • Efektif berlaku mulai 1 Juli 2018 • Perbedaan ketentuan • Pengenaan tarif pajak final berubah dari 1% menjadi 0,.5% • Penyempurnaan ketenuan lain • Pengenaan 0,5% final bersifat opsional
  • 34. Peraturan Pemerintah 23/2018 – Latar Belakang • UKM mendominasi perekonomian • Jumlah unit usaha 98.9% dari total unit usaha • Tenaga kerja 96.99 total tenaga kerja • Produk domestic bruto 60,3% • Usaha mikro lebh resilience, tahan terhadap gejolak perekonomian dan cukup stabil. • Kontribusi PPh UKM sebesar 2.2% dari total penerimaan PPh. • Alasan perubahan • Keberatan dari UKM karena pengenaan 1% terlalu besar. Tarif pajak final 1% mengasumsikan margin laba sebelum pajak sebesar 4%. • Penyempurnaan pengaturan
  • 35. Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan • Pemerintah menetapkan tarif PPh Final menjadi 0,5%, bersifat opsional • wajib pajak dapat memilih untuk mengikuti tarif dengan skema final 0,5%, atau menggunakan skema normal yang mengacu pada pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. • Sifat opsional ini memberi keuntungan bagi wajib pajak karena: • Bagi WP pribadi dan badan yang belum dapat menyelenggarakan pembukuan dengan tertib, penerapan PPh Final 0,5% memberikan kemudahan bagi mereka untuk melaksanakan kewajiban perpajakan. Sebab, perhitungan pajak menjadi sederhana yakni 0,5% dari peredaran bruto/omzet. Penerapan PPh Final memiliki konsekuensi yakni WP tetap harus membayar pajak meski dalam keadaan rugi. • WP badan yang telah melakukan pembukuan dengan baik dapat memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan pasal 17 UU No. 36. Konsekuensinya, perhitungan tarif PPh akan mengacu pada lapisan penghasilan kena pajak. Selain itu, WP juga terbebas dari PPh bila mengalami kerugian fiskal.
  • 36. Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan • Pengenaan Tarif PPh Final 0,5% Punya Batas Waktu • Kebijakan terbaru tentang PPh Final 0,5% punya grace period alias batasan waktu. • Batasan waktu yang diberikan pemerintah bagi WP yang ingin memanfaatkan tarif PPh Final 0,5% adalah: • 7 tahun pajak untuk WP orang pribadi. • 4 tahun pajak untuk WP badan berbentuk koperasi, CV, atau firma. • 3 tahun pajak bagi WP badan berbentuk PT. • Setelah batas waktu tersebut berakhir, WP akan kembali menggunakan skema normal seperti diatur oleh pasal 17 UU No.36. Hal ini ditujukan untuk mendorong wajib pajak menyelenggarakan pembukuan dan pengembangan usaha.
  • 37. Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan • WP yang Dikenai PPh Final Berpenghasilan di Bawah Rp 4,8 M • Ambang batas penghasilan wajib pajak yang dikenai PPh Final tidak berubah yakni senilai Rp 4,8 miliar. Batasan nilai tersebut secara eksplisit menargetkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai target pajak. Pemerintah memang ingin merangkul sebanyak mungkin UMKM untuk masuk dalam sistem perpajakan. • Siapa yang Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%? • Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai PPh Final 0,5% adalah: • Wajib Pajak orang pribadi • Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, CV, firma, atau PT yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto di bawah Rp 4,8 miliar.
  • 38. Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan • Siapa yang Tidak Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5% • Wajib Pajak orang pribadi dengan penghasilan yang diperoleh dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas. Ini termasuk persekutuan atau firma yang terdiri dari WP orang pribadi berkeahlian sejenis seperti firma hukum, kantor akuntan dan lain sebagainya. • Wajib pajak dengan penghasilan yang diperoleh di luar negeri yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri. • Wajib pajak yang penghasilannya telah dikenai PPh yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri. • Wajib pajak dengan penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
  • 39. Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan • Bayar PPh Final 0,5% Lebih Mudah Melalui PajakPay • PPh dapat dibayar melalui kantor pos/bank perspesi termasuk segala fasilitas yang disediakan oleh Lembaga tersebut seperti ATM. Namun, bagi wajib pajak yang ingin menghemat waktu dan upaya untuk membayar pajak, sekarang Anda bisa menyetorkan pajak Anda melalui PajakPay. • Fitur ini memungkinkan membayar pajak online lebih mudah dan aman bahkan cukup dengan satu klik. Berikut ini 7 keuntungan bayar pajak menggunakan PajakPay: • Aman karena adanya teknologi enkripsi dan firewall berlapis. • ID Billing dan NTPN yang diperoleh dari OnlinePajak sah. • Akurat karena meminimalisir kesalahan saat melakukan input data manual. • Buat banyak ID billing secara instan. • BPN/NTPN tersimpan secara digital dalam waktu lama. • Bisa tambah saldo tanpa batas dengan beragam metode transfer. • Hemat waktu dan bebas biaya.
  • 40. Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan • Jika Ingin Mengikuti Tarif Skema Normal, Wajib Pajak Perlu Mengajukan Diri • Jika tidak ingin berstatus sebagai wajib pajak PPh 0,5%, Anda harus lebih dulu mengajukan permohonan pada Ditjen Pajak. Selanjutnya, Anda akan mendapatkan keterangan sebagai wajib pajak yang dikenai PPh yang mengacu pada pasal 17 Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan • Namun, wajib pajak yang sudah memilih untuk dikenai PPh dengan skema normal tidak dapat memilih untuk dikenai PPh Final 0,5%. (#)
  • 41. Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (1) Pasal 4 Ayat (3) a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/ lembaga amil zakat yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
  • 42. Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (2) Pasal 4 Ayat (3) c. Warisan; d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal; e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak secara final atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit); f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
  • 43. Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3) Pasal 4 Ayat (3) g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor; h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik
  • 44. Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (4) Pasal 4 Ayat (3) i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif; k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut: Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah,
  • 45. Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (5) Pasal 4 Ayat (3) l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK; m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
  • 46. Firma Mulia menjual mobil yang digunakan untuk kegiatan usaha. Nilai buku menurut fiskal Rp 200.000.000,00. Mobil tersebut dijual dengan harga Rp 300.000.000,00. a. Bagaimanakah pengakuan penghasilan oleh Firma Mulia? b. Bagaimana jika mobil tersebut dijual kepada seorang sekutu dengan harga Rp 260.000.000,00? Jawaban: a. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan mobil sebesar Rp 100.000.000,00 diakui sebagai penghasilan oleh Firma Kelana dan merupakan objek pajak. b. Firma Mulia tetap mengakui penghasilan atas penjualan mobil sebesar Rp 100.000.000,00. Ilustrasi 2.2 - (Objek Pajak)
  • 47. Penghasilan dari: - Usaha/ kegiatan BUT. - Harta yang dimiliki/ dikuasai BUT Penghasilan kantor pusat dari: - Usaha atau kegiatan. - Penjualan barang-barang. - Pemberian jasa. Dilakukan di Indonesia dan sejenis dengan yang dilakukan BUT. Penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26, yang diterima atau diperoleh kantor pusat: Sepanjang ada hubungan efektif antara BUT dengan harta/ kegiatan yang memberikan penghasilan. Objek Pajak BUT Pasal 5 Ayat (1)
  • 48. Arctic Co. didirikan dan berkedudukan di luar negeri, serta memiliki BUT di Indonesia. Arctic Co. Dan BUTnya melakukan kegiatan penjualan chassis bus di Indonesia. Selama 2012, penjualan yang dilakukan sendiri oleh Arctic Co. Rp 3.500.000.000,00, penjualan BUTnya Rp 8.250.000.000,00. Arctic Co. Juga melakukan transaksi penjualan mesin bis senilai Rp 1.525.000.000,00. BUTnya tidak menyediakan produk tersebut. Berapakah nilai objek pajak penghasilan atas BUT milik Arctic Co.? Jawaban: Objek pajak bagi BUT meliputi penghasilan oleh BUT sendiri dan penghasilan kantor pusat atas kegiatan bisnis yang serupa dengan kegiatan BUT. Ilustrasi 2.3 - (Objek Pajak BUT)
  • 49. Berca Inc. berkedudukan di luar negeri dan memiliki Bentuk Usaha Tetap di Indonesia. Kemenkes RI mengadakan perjanjian langsung dengan Berca Inc. untuk membayar royalti atas paten vaksin senilai Rp 2.750.000.000,00 agar vaksin tersebut dapat diproduksi oleh BUMN Farmasi. Dalam kontrak dipersyaratkan bahwa Kemenkes wajib menggunakan jasa konsultansi teknis dari BUT dengan kontrak terpisah senilai Rp 325.000.000,00. Berapakah nilai objek pajak penghasilan atas BUT milik Berca Co.? Jawaban: Objek pajak bagi BUT meliputi penghasilan oleh BUT sendiri dan penghasilan kantor pusat atas atas harta (paten) yang memiliki hubungan efektif dengan BUT. Objek pajak penghasilan = 2.750.000.000 + 375.000.000 Ilustrasi 2.4 - (Objek Pajak BUT)
  • 50. Meliputi biaya yang berkenaan dengan penghasilan kantor pusat: Sehubungan dengan: - usaha atau kegiatan; - penjualan barang; - pemberian jasa; g sejenis dengan yang dijalankan BUT di Indonesia. Deductible Expenses atas Penghasilan BUT Pasal 5 Ayat (2) Penghasilan sebagaimana tersebut da Pasal 26, selama terdapat hubunga efektif antara BUT dengan harta/ kegi yang memberikan penghasilan.
  • 51. Pembayaran dari kantor pusat yang bukan sebagai penghasilan BUT meliputi: Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan harta, paten, dan hak lainnya. Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa Biaya administrasi kantor pusat yang boleh dibebankan adalah biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT, berdasar besaran yang ditentukan oleh Dirjen Pajak. Penentuan Laba BUT Pasal 5 Ayat (3) Pembayaran kepada kantor pusat yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya meliputi: Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan harta, paten, dan hak lainnya. Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya. Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan.
  • 52. Biaya 3M bersifat dapat dikurangkan (deductible) atas penghasilan bruto : a. Biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha, meliputi: i. Biaya pembelian bahan baku; ii. Biaya tenaga kerja; iii. Bunga, sewa, dan royalti; iv. Biaya perjalanan; v. Biaya pengolahan limbah; vi. Premi asuransi; vii. Biaya promosi, sesuai ketentuan PMK; viii. Biaya administrasi ix. Pajak selain PPh. b. Biaya penyusutan fiskal dan/atau amortisasi; c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menkeu; Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan Memelihara (3M) Penghasilan (1) Pasal 6 Ayat (1)
  • 53. e. Kerugian dari selisih kurs; f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia; g. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan; h. Piutang yang nyata – nyata tak dapat ditagih, dengan syarat: • Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; • Daftar piutang yang tidak dapat ditagih telah diserahkan kepada Ditjen Pajak; • Telah diserahkan perkara penagihannya kepada PN atau BUPLN; • Ada perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/ pembebasan utang antara kreditur dan debitur; • Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum dan khusus. aya untuk Mendapatkan, Menagih, dan Memelihara (3M) Penghasilan ( Pasal 6 Ayat (1)
  • 54. Ketentuan Khusus Atas Biaya 3M  Biaya 3M yang dapat dibebankan hanyalah biaya – biaya yang dikeluarkan terkait penghasilan yang ditetapkan sebagai objek pajak.  Biaya 3M yang dikeluarkan terkait penghasilan yang dikenai pajak final atau penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, tidak dapat dibebankan.  Jika diketahui nilai biaya secara total, penghitungan biaya 3M yang dapat dibebankan atau tidak, dapat ditetapkan berdasar metode pro rata berdasar proporsi penghasilan
  • 55. Ilustrasi 2.5 - (Deductible Expenses) PT. Mulia memiliki total penghasilan 600 milyar dan beban yang dapat dikurangkan sebesar 450 milyar. Beban tersebut dikeluarkan untuk memperoleh semua penghasilan yang diterimanya. Dari penghasilan tersebut 100 milyar merupakan penghasilan final. Perusahaan tidak dapat mengindentifikasi secara spesifik beban yang terkait dengan penghasilan final tersebut. Berapakah penghasilan kena pajak perusahaan? Jawab: Penghasilan dikenakan pajak final sebesar 100 milyar dikeluarkan dari perhitungan penghasilan. Beban yang akan menjadi pengurang dari penghasilan yang tidak final sebesar 500/600 x 450 = 375. Penghasilan kena pajak Penghasilan 500 Beban yang boleh dikurangkan 375 Penghasilan kena pajak 125
  • 56. Kompensasi Kerugian Pasal 6 Ayat (2) Atas penanaman modal di bidang – bidang usaha tertentu atau di daerah – daerah tertentu, kompensasi kerugian dapat diberikan hingga paling lama 10 tahun. Kerugian dapat dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya, berturut- turut sampai dengan 5 tahun.
  • 57. PT. Melati perusahaan yang didirikan di tahun 2011. Pada awal operasinya menghadapi pasang surut usaha. Berikut laba dan rugi fiskal semenjak pertama kali berdiri. Tahun 2011 Rugi Rp 1.750.000.000,00 2012 Rugi Rp 825.000.000,00 2013 Laba Rp 215.000.000,00 2014 Rugi Rp 65.000.000,00 2015 Laba Rp 765.000.000,00 2016 Rugi Rp 12.500.000,00 Jika perusahaan memperoleh laba senilai Rp 1.975.000.000,00 di tahun 2017, berapakah Penghasilan Kena Pajak PT. Melati tahun 2017? Ilustrasi 2.6 (1) - (Kompensasi Kerugian)
  • 58. Jawaban : Kompensasi kerugian di 2013 = 215.000.000,00 (Berasal dari rugi fiskal 2012) Kompensasi kerugian di 2015 = 765.000.000,00 (Berasal dari rugi fiskal 2012) Kompensasi kerugian di 2017 = Rugi fiskal 2012 + Rugi fiskal 2014 + Rugi fiskal 2016 = 825.000.000 + 65.000.000+ 12.500.000 = Rp 902.500.000,00 Adapun rugi fiskal 2006 yang belum dikompensasikan, yaitu senilai Rp 770.000.000,00 (1.750.000.000 - 215.000.000 - 765.000.000), tidak dapat dikompensasikan di 2017, sebab telah melewati batas waktu lima tahun. Ilustrasi 2.6 (2) - (Kompensasi Kerugian)
  • 59. No. Elemen PTKP 1 WP Sendiri Rp 54.000.000,00 2 Status Kawin Rp 4.500.000,00 3 Tanggungan, per orang, dengan jumlah maksimal tiga orang tanggungan. Rp 4.500.000,00 4 PTKP bagi istri yang penghasilannnya digabung. Rp 54.000.000,00 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) – Rev 2016 Pasal 7 Ayat (1), (2), dan (3) Penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak Tanggungan meliputi anggota keluarga sedarah atau semenda dalam garis keturunan lurus (orang tua, mertua, anak kandung, anak tiri), atau anak angkat.
  • 60. Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suaminya. Ketentuan di atas berlaku, kecuali jika: 1. Penghasilan tersebut semata – mata berasal dari satu pemberi kerja dan telah dipotong PPh Pasal 21; dan 2. Pekerjaan istri tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya. Penghasilan Wanita Bersuami Pasal 8 Ayat (1)
  • 61. Harun merupakan seorang pegawai yang bekerja untuk sebuah perusahaan perbankan. Ia telah menikah dan bertempat tinggal di satu kavling apartemen milik sendri. Berikut merupakan susunan anggota keluarga Harun 1 Maret 2018 sebelum mengisi SPT. Ilustrasi 2.7 (1) -(PTKP) Nama Tanggal Lahir Status Pekerjaan Dewi 3 Oktober 1967 Istri Ibu Rumah Tangga Darsi 6 Mei 1994 Anak Kandung Mahasiswa S2 Hani 17 Agustus1999 Anak Kandung Pelajar Indra 4 Juni 2000 Anak Angkat Pelajar Guna 15 Meil 2002 Anak Asuh Pelajar Batara Istri Darsi 1 Juli 1990 Menantu PNS Kunthi 2 Februari 1950 Ibu Kandung - Arya 8 Maret 1955 Paman Pensiunan
  • 62. Jika suami – istri hidup berpisah: Penghitungan pajaknya berdasar kepada pembagian prorata atas penghasilan netto suami – istri yang digabung. Penghitungan PKP dan pengenaan pajaknya dilakukan sendiri – sendiri. Pemisahan Pajak Suami - Istri Pasal 8 Ayat (2), dan (3) Jika suami – istri mengadakan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis. Jika istri menghendaki memenuhi kewajiban perpajakannya
  • 63. Haryadi seorang notaris yang memiliki kantor sendiri dengan penghasilan netto di tahun 2017 sebesar Rp 1.500.000.000,00. Istri bekerja sebagai dosen dengan gaji sebesar Rp 10.000.000,00 per bulan dan memiliki usaha dengan penghasilan netto Rp 400.000.00 setahun. Permadi dan istrinya memiliki dua orang anak dan menanggung ayah dan ibunya pensiunan PNS untuk hidup bersama dalam keluarganya. a. Berapakah pajak penghasilan yang harus dibayar di tahun 2017 oleh Haryadi dan istrinya? b. Bagaimana jika kemudian di tahun 2017 Haryadi dan istrinya hidup berpisah dengan penghasilan yang tetap? c. Bagaimana jika Permadi dan istrinya tinggal Ilustrasi 2.8 (1) (Penghasilan Suami – Istri)
  • 64. Penghasilan Anak yang belum Dewasa Pasal 8 Ayat (4) Mekanisme penggabungan berlaku umum tanpa mempertimbangkan dari manapun sumber penghasilan anak tersebut. Penghasilan yang diterima atau diperoleh anak yang belum dewasa digabungkan dengan penghasilan orang tuanya. Batasan usia dan syarat anak yang belum dewasa adalah anak berusia 18 tahun dan belum pernah menikah
  • 65. Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) atas penghasilan bruto, meliputi: a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun; b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, anggota atau anggota; c. Pembentukan dana cadangan, kecuali: Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan KMK; Cadangan untuk usaha asuransi; Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS; Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS; Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan; Non Deductible Expenses (1) Pasal 9 Ayat (1)
  • 66. d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh WP orang pribadi; e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali: Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ; Diberikan di daerah tertentu atau diberikan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan sebagaimana ditetapkan KMK; f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa; g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, Non Deductible Expenses (2) Pasal 9 Ayat (1)
  • 67. i. Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi tanggungan; j. Gaji anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham; k. Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan. Non Deductible Expenses (3) Pasal 9 Ayat (1)
  • 68. Ketentuan Khusus Atas Natura Natura yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu adalah imbalan yang terkait dengan:  Tempat tinggal bagi pegawai dan keluarganya.  Pelayanan kesehatan.  Pendidikan.  Peribadatan.  Pengangkutan.  Olahraga, selain golf, power beating, pacuan kuda, dan terbang layang. Natura yang diberikan akibat keharusan suatu pekerjaan di antaranya dapat berupa seragam bagi petugas pengamanan, atau penginapan bagi kru pelayaran atau penerbangan.
  • 69. Penghasilan yang dikategorikan sebagai bukan objek pajak bagi pihak yang menerima penghasilan bersangkutan  biaya – biaya dari pihak yang melakukan pengeluaran terkait penghasilan tersebut, tidak dapat dikurangkan (non deductible). Dialektika Pajak: Asas Resiprokalitas Non Deductible Expense Bukan Objek Pajak Pihak Melakukan Pengeluaran Pihak Menerima Penghasilan
  • 70. Bantuan atau sumbangan, selain sumbangan keagamaan yang bersifat wajib, serta sumbangan bencana alam, litbang, sosial, pendidikan, dan olahraga yang ditetapkan PP. Warisan Imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan, selain yang diberikan oleh bukan WP, WP dikenai pajak final, atau WP menggunakan Norma Penghitungan Khusus. Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (1) Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)
  • 71. Premi dan polis asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan beasiswa bagi WP orang pribadi. Iuran dana pensiun yang dibayarkan oleh perusahaan. Bagian laba yang diterima anggota persekutuan yang tidak terdiri atas saham. Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (2) Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)
  • 73. Ketentuan Umum Subjek pajak melakukan pencatatan dan menghitung penghasilan netto berdasar persentase Norma Penghitungan Penghasilan Netto (NPPN). Subjek pajak melakukan pembukuan dan menghitung penghasilan netto berdasar hasil pembukuan. Penghitungan Penghasilan Netto Pasal 14, dan 15 Subjek pajak melakukan pembukuan dan menghitung penghasilan netto berdasar persentase Norma Penghitungan Khusus. Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto kurang dari Rp 4.800.000.000,00 per tahun dan memberitahukan kepada Dirjen Pajak di 3 bulan pertama periode pajak. Wajib Pajak yang tidak dapat dihitung penghasilan nettonya berdasar ketentuan Pasal 16 Ayat (1) dan (3)
  • 74. WP wajib pembukuan atau pencatatan namun tidak bersedia memperlihatkan pencatatan atau bukti pendukungnya. Peredaran bruto ditentukan berdasar cara yang ditetapkan PMK dan penghasilan netto dihitung berdasar NPPN. Penerapan NPPN di Luar Ketentuan Pasal 14 Ayat (5) WP tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.
  • 75. Perusahaan pelayaran dan/ atau penerbangan luar negeri. KMK No. 417/ KMK.04/ 1996 Perusahaan pelayaran dalam negeri. KMK No. 416/ KMK.04/ 1996 Perusahaan penerbangan dalam negeri. KMK No. 475/ KMK.04/ 1996 Kantor perwakilan dagang WP luar negeri. KMK No. 433/ KMK.04/ 1994 Perusahaan pengeboran minyak dan gas bumi. KMK No. 628/ KMK.04/ 1991 Perusahaan maklon mainan anak – anak. KMK No. 543/ KMK.03/ 2002 Perusahaan berinvestasi dengan pola Bangun, Guna, Serah (BOT). KMK No. 248/ KMK.04/ 1995 Peraturan Pelaksana Norma Penghitungan Khusus
  • 76. Landasan Hukum: Pasal 16 s/ d Pasal 19 UU Pajak Penghasilan 76
  • 77. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Penghasilan dikalikan dengan NPPN, dikurangi PTKP untuk WP orang pribadi. Penghasilan, dikurangi biaya yang dapat dikurangkan, dikurangi kompensasi kerugian. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Pasal 16 Penghasilan netto disetahunkan Wajib Pajak yang menggunakan NPPN. Penghasilan, dikurangi biaya yang dapat dikurangkan, dikurangi PTKP, dikurangi kompensasi kerugian. Wajib pajak badan dalam negeri, serta WP BUT. Wajib Pajak yang terutang pajak dalam bagian tahun pajak.
  • 78. No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak 1 0 s/d Rp 50.000.00,00 5% 2 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 250.000.000,00 15% 3 Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp 500.000.000,00 25% 4 Di atas Rp 500.000.000,00 30% Tarif Pajak Pasal 17 Ayat (1) Tarif pajak progresif berlaku bagi WP orang pribadi. pajak bagi WP badan adalah 28% untuk penghasilan sebelum tahun dan 25% untuk penghasilan setelah tahun 2010.
  • 79. Ketentuan Khusus Atas Tarif Pajak  Tarif pajak tertinggi dapat diturunkan menjadi 25%, diatur dengan PP.  Tarif bagi WP badan dapat berlaku 5% lebih rendah, jika memenuhi persyaratan minimal 40% sahamnya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan persyaratan lain sesuai ketentuan PP.  Nilai Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah menuju ribuan terdekat.  Bagian pajak terutang bagi WP yang terutang dalam bagian tahun pajak adalah: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 360 𝑥 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 Atas kurun waktu satu bulan penuh diasumsikan setara dengan 30 hari.
  • 80. Besarnya penyertaan modal WP DN, secara sendiri atau bersama – sama dengan WP DN lain, paling rendah 50 % dari jumlah saham yang disetor. Besarnya perbandingan antara utang dan modal untuk keperluan penghitungan pajak Saat diperolehnya dividen oleh WP DN atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri yang tidak menjual sahamnya di bursa efek. Menkeu berwenang menetapkan: Syarat: Perbandingan Utang dan Modal; Serta Saat Diperolehnya Dividen Pasal 18 Ayat (1), dn (2)
  • 81. Hubungan penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25 % oleh satu WP pada satu atau lebih WP lain; termasuk hubungan antar WP yang modalnya menjadi objek penyertaan. Hubungan penguasaan satu WP pada satu atau lebih WP lain; termasuk hubungan antar WP yang dikuasai. Hubungan keluarga sedarah semenda dalam garis keturunan lurus dan/ atau ke samping satu derajat. Pengertian Hubungan Istimewa Pasal 18 Ayat (4)
  • 82. Ketentuan Khusus atas Hubungan Istimewa Pasal 18 Ayat (3), dan (3a)  Dirjen Pajak berwenang menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan penghasilan, serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung PKP atas pihak yang memiliki hubungan istimewa.  Dirjen Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan wajib pajak dan bekerjasama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga harga transaksi antara pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
  • 83. Revaluasi Aset Pasal 19  Menteri berwenang menetapkan peraturan penilaian kembali aktiva tetap atau faktor penyesuaian.  Atas selisih penilaian kembali diterapkan tariff pajak tersendiri diterapkan tariff pajak sepanjang tidak melebihi tarif pasal 17 • Tarif final 10%% • Jika aset yang direvaluasi dijual dikenakan tambahan pajak (tertinggi – 10%) PMK-79/PMK.03/2008 Revaluasi Aset - PER 12/2009 • Tariff insentif 3%, 4% atau 6%; PMK No.191/PMK.010/2015 diubah 233/PMK.03/2015, Revaluasi yang Diajukan 2015 dan 2016  bersifat sementara
  • 84. Landasan Hukum: Pasal 20 s/ d Pasal 29 UU Pajak Penghasilan 84
  • 85. Merupakan pelunasan pajak yang boleh dikreditkan terhadap PPh yang terutang untuk tahun pajak berjalan, kecuali untuk pembayaran PPh yang bersifat final. Pembayaran oleh wajib pajak sendiri. (PPh Pasal 25) Pemotongan atau pemungutan oleh pihak lain. (PPh Pasal 21, 22, 23, 24, 26) Pajak tahun berjalan dapat dilunasi melalui Cara Pelunasan Pajak Pasal 20
  • 86. Hyperlink PPh Pasal 21 dan 26 (Slide 3A) 1. PPh Pasal 22, 23, 24, 26, dan Final (Slide 3B) 2.
  • 87. 87 Kredit PPh 24 Pajak yang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh dikreditkan. Kredit PPh 23 Pemotongan PPh dari dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah dan penghargaan. Kredit PPh 25 Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri. Kredit PPh 22 Pemungutan PPh dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. Kredit PPh 21 Pemotongan PPh dari pekerjaan, jasa atau kegiatan. Kredit PPh 26 Ayat (5) Pemotongan pajak atas penghasilan WP LN yang beralih menjadi WP DN. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan, serta sanksi pidana berupa denda tidak boleh dikreditkan. Kredit Pajak WP dalam Negeri dan BUT Pasal 28 Ayat (1), dan (2)
  • 88. W PO rangP ribadi B ebanpajakterutang 115,450,000 K reditpajak P em otonganolehpem berikerja(P P h21) (15,850,000) P em ungutanolehpihaklain(P P h22) (3,250,000) P em otonganataspenerim aanpenggunaanaset(P P h23) (5,650,000) K reditpajakluarnegeri(P P h24) (16,525,000) P em bayaransendiriangsuranpajak(P P h25) (23,825,000) T otalkreditpajak (65,100,000) P ajakkurang(lebih)bayar 50,350,000.00 R p Ilustrasi 2.14 (Simulasi Penghitungan Kredit Pajak)
  • 89. Akan dikembalikan/ direstitusikan, setelah dilakukan pemeriksaan serta diperhitungkan dengan sanksi dan kewajiban pajak lain. Pajak kurang bayar. Ketika beban pajak terutang melebihi total kredit pajak. Pajak lebih bayar. Ketika beban pajak terutang kurang dari total kredit pajak. Status pajak terutang di akhir tahun dapat berupa: Pajak Kurang (Lebih) Bayar Pasal 28A, dan 29 Wajib dilunasi selambat – lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir, sebelum SPT tahunan disampaikan.
  • 90. Landasan Hukum: Pasal 31A s/ d Pasal 31E UU Pajak Penghasilan 90
  • 91. Wajib pajak yang melakukan penanaman modal di bidang – bidang usaha tertentu. Fasilitas Perpajakan Pasal 31A Wajib pajak yang melakukan penanaman modal di daerah – daerah tertentu. Berdasar penetapan PP dapat memperoleh fasilitas berupa: a. Pengurangan penghasilan paling tinggi 30% dari jumlah penanaman modal yang dilakukan. b. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat (tarif dua kali lebih tinggi). c. Kompensasi kerugian yang lebih lama, tetapi
  • 92.  Fasilitas dalam bentuk pengurangan penghasilan sebesar 30% dari penanaman modal diberikan secara bertahap dalam jangka 6 tahun, dengan besaran pengurangan 5% dari penaman modal di setiap tahunnya.  Fasilitas dalam bentuk perpanjangan masa kompensasi kerugian diberikan jika kegiatan memenuhi persyaratan berikut:  Penanaman modal dilakukan di kawasan industri dan kawasan berikat.  Mempekerjakan minimal 500 tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun berturut - turut.  Penanaman modal memerlukan investasi untuk infrastruktur ekonomi dan sosial minimal Rp 10.000.000.000,00.  Mengeluarkan biaya litbang di dalam negeri minimal 5% dari investasi dalam jangka 5 tahun.  Menggunakan minimal 70% bahan baku atau komponen produksi dalam negeri sejak tahun ke – 4. Untuk setiap satu persyaratan yang dipenuhi, perusahaan berhak atas satu tahun perpanjangan masa kompensasi. Ketentuan Khusus Atas Fasilitas Perpajakan PP No. 52 Tahun 2011
  • 93. Penerimaan atas PPh orang pribadi dan PPh 21 yang dipotong oleh pemberi kerja. 80% Untuk Pemerintah Pusat 20% Untuk Pemerintah Daerah Perimbangan Penerimaan Pajak Pasal 31C
  • 94. Wajib pajak badan yang memiliki nilai peredaran bruto kurang dari Rp 50.000.000.000,00 Fasilitas Perpajakan Pasal 31E Memperoleh pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif Pasal 17 (tarif flat 25%). untuk bagian Penghasilan Kena Pajak dari Berlaku untuk bagian Penghasilan Kena Pajak dari bagian penghasilan bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00.
  • 95. PT. Mulia memiliki total penjualan 24 milyar, beban yang boleh dikurangan sebesar 20 milyar. Pengaslan kena pajak = 24 milar – 20 milyar = 4 milyar Porsi penghasilan yang mendapat fasilitas 4,8/24 = 20% Penghasilan yang mendapat fasilitas 4 millyar x 20% = 800juta Total pajak = (8000juta x 25% x50%) + (3.,2 milyar x 25%) = 100 + 800 = 900juta Ilustrasi Tambahan (Fasilitas Perpajakan)
  • 96. CV. Mandaraka perusahan yang bergerak di bidang pengalengan ikan dan melakukan kegiatan ekspor. Sepanjang tahun 2010, CV. Mandaraka mencatatkan penghasilan bruto senilai Rp 48.000.000.000,00 dan mencatatkan nilai biaya yang dapat dikurangkan sesuai ketentuan perpajakan sebesar Rp 36.000.000.000,00. a. Berapakah nilai pajak terutang oleh CV. Mandaraka di tahun 2010? b. Bagaimana jika di tahun 2011 perusahaan memperoleh penghasilan bruto yang tetap namun mencatatkan biaya Rp 10.000.000.000,00 lebih tinggi? c. Bagaimana jika di tahun 2012 perusahaan mencatatkan biaya yang serupa dengan tahun 2010, namun dapat memperoleh tambahan peredaran bruto Ilustrasi 2.15 (1) (Fasilitas Perpajakan)
  • 97. Jawaban: a. CV. Mandaraka memperoleh fasilitas pengurangan tarif, sebab memiliki nilai peredaran bruto kurang dari Rp50.000.000.000,00. Bagian PKP yang memperoleh pengurangan tarif = 4.800.000.000 48.000.000.000 𝑥 (48.000.000.000 − 36.000.000.000) = 10% x 12.000.000.000 = 1.200.000.000 Beban pajak terutang tahun 2010 = 50% x 25% x 1.200.000.000+ 25% x (12.000.000.000 – 1.200.000.000) = 150.000.000 + 2.700.000.000 = Rp 2.850.000.000,00 Ilustrasi 2.15 (2) (Fasilitas Perpajakan)
  • 98. Jawaban: b. CV. Mandaraka memperoleh fasilitas pengurangan tarif, sebab memiliki nilai peredaran bruto kurang dari Rp50.000.000.000,00. Bagian PKP yang memperoleh pengurangan tarif = 4.800.000.000 48.000.000.000 𝑥 (48.000.000.000 − 46.000.000.000) = 10% x 2.000.000.000 = 200.000.000 Beban pajak terutang tahun 2011 = 50% x 25% x 200.000.000 + 25% x (2.000.000.000 – 200.000.000) = 25.000.000 + 450.000.000 = Rp 475.000.000,00 Ilustrasi 2.15 (3) (Fasilitas Perpajakan)
  • 99. Jawaban : c. Peredaran bruto 2012 = 48.000.000.000 + 8.000.000.000 = Rp 56.000.000.000,00 CV. Mandaraka tidak memperoleh fasilitas pengurangan tarif, sebab memiliki nilai peredaran bruto lebih dari Rp 50.000.000.000,00. Beban pajak terutang = 25% x (56.000.000.000 – 36.000.000.000) = 25% x 20.000.000.000 = Rp 5.000.000.000,00 Ilustrasi 2.15 (4) (Fasilitas Perpajakan)
  • 100. 100 Dwi Martani - 081318227080 martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com http://staff.blog.ui.ac.id/martani/

Editor's Notes

  1. 2
  2. 3
  3. 4
  4. 5
  5. 6
  6. 7
  7. 8
  8. 9
  9. 10
  10. 10
  11. 11
  12. 8
  13. 13
  14. 15
  15. 18
  16. 21
  17. 22
  18. 22
  19. 29
  20. 31
  21. 22
  22. 31
  23. 31
  24. 15
  25. 31
  26. 63
  27. 63
  28. 15
  29. 59
  30. 63
  31. 31
  32. 4
  33. 31