SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
Download to read offline
MAJALAH
GRATIS
DAPATKAN DI
PICK UP POINT
KAMI
Edisi Desember - 2015
Pesta Rakyat sebentar lagi, tak terasa Pilkada serentak
9 Desember tinggal menghitung waktu beberapa hari
kedepan.
Ketua Divisi Umum, Rumah Tangga, Organisasi dan
Data Informasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi
Utara (Sulut), Zulkifli Golonggom, SPdI menguraikan
kembali tentang mekanisme kerja hingga pelaksanaan
pemungutan suara nanti.
Adapun ketentua n syarat sebagai pemilih sudah pasti
harus berusia 17 tahun pada hari pemungutan suara,
dan masih tergolong aktif dalam artian belum meninggal,
kalaupun sudah meninggal maka namanya harus dicoret
dari daftar pemilih, belum pindah domisili dan tidak
bertatus sebagai anggota polisi atau TNI.
“Untuk memastikan hal-hal tersebut sudah terpenuhi
semua, maka harus didatangi ke setiap rumah warga.
Kemudian data tersebut dikumpulkan oleh Panitia
Pemungutan Suara (PPS) untuk direkap menjadi
Daftar Pemilih Hasil Pemutakhiran, setelah itu dihitung
dan direkap oleh PPK menjadi Daftar Pemilih Hasil
Pemutakhiran Tingkat Kecamatan, dan pada kabupaten
ditetapkan sebagai Daftar Pemilih Sementara (DPS),”
jelas Zul
Setelah DPS ditetapkan pada tanggal 3 September oleh
KPU Kabupaten/Kota, direkap lagi ditingkat Propinsi
Sulut menjadi Daftar Pemilih Sementara Tingkat Propinsi
yang akan digunakan sebagai total keseluruhan pemilih
sementara di penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur.
Kemudian DPS tersebut akan diumumkan ke masyarakat
melalui tempat-tempat yang dianggap strategis yang
dapat dilihat oleh warga seperti di TPS atau tempat-
tempat ibadah dengan menggunakan pengeras suara.
“Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan nama
pemilih,atau nama si pemilih tidak terdaftar dalam
DPS tersebut, maka bisa langsung dikoreksi ke panitia
untuk didaftarkan kembali selama berada dalam masa
pengumuman dan akan direkap kembali oleh PPS dan
PPK, “ tambahnya.
Setelah selesai masa pengumuman, data tersebut
disusun dan direkap kembali oleh PPS dan PPK hingga
sampai pada tingkat kabupaten/kota ditetapkan menjadi
Daftar Pemilih Tetap.
Perlu diketahui oleh masyarakat khususnya bagi
penduduk (pemilih) yang mempunyai mobilitas pekerjaan
yang berpindah-pindah tempat, bisa saja pada waktu DPS
dan DPT ditetapkan namun masih saja ada warga yang
belum terdaftar, oleh karena itu KPU tetap melindungi
setiap hak konstitusi warga Negara yang belum terdaftar
tersebut dalam DPT kemudian dimasukkan dalam DPT
Tambahan 1.
Lalu, bagaimana dengan bila sampai pada hari
pemungutan suara, masih saja ada pemilih yang belum
terdaftar? Nah, dia bisa menggunakan hak pilihnya
dengan menunjukkan KTP kepada PPS selama
1 jam sebelum TPS ditutup, dikarenakan ia tidak
terdaftar dalam DPT dan DPT Tambahan 1 serta tidak
mendapatkan undangan Form C6. Dengan catatan
bahwa si pemilih memang penduduk yang berdomisili di
TPS di mana ia akan menggunakan hak pilihnya.
Kemudian bagi pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT
dan DPT Tambahan 1 makan ia dimasukkan ke dalam
DPT Tambahan Dua.
“Begitu juga dengan pemilih yang telah pindah domisili
dikarenakan alasan tertentu seperti studi atau kerja,
maka ia bisa mengajukan Surat Pindah Memilih ke TPS
tempat ia akan menggunakan hak pilihnya atau ke KPU
Kabupaten/Kota asal domisilinya, “jelasnya saat ditemui
tim di ruangannya.
Untuk kategori pemilih yang memiliki kebutuhan khusus
seperti tuna netra, akan dilayani dengan menggunakan
template berupa alat khusus yang digunakan untuk
mereka mencari tahu pasangan calon yang akan mereka
pilih kemudian mencoblos surat suara. Kesimpulan
sederhananya, siapapun dia, meski dengan kondisi
jasmani yang sakit, namun rohaninya sehat, dia bisa
menggunakan dan memilih pilihannya, maka ia tetap bisa
menggunakan hak pilih dan melakukan pemungutan
suara. (Lily)
Adv 3
1
Komisioner KPU Provinsi
Sulawesi Utara bersama
Staff dalam acara Deklarasi
Kampanye Damai
2
Zulkifli Golonggom, SPdI
(Ketua Divisi Umum, Rumah
Tangga, Organisasi dan Data
Informasi) KPU Prov. Sulut
2
1
Gunakan
Hak Pilih
Anda
Sebaik-
baiknya
E X P O S E
t h e p r i d e o f a n i d e n t i t y
Destination6
E X P O S E
M A G A z i n e
Kahakit ang
Teks dan Foto : Stenly Pontolawokang
Kahakit angEksotika Pulau Persinggahan Dua Raja
Destination 7
E X P O S E
M A G A z i n e
1
Untuk destinasi edisi Desember kali ini, tim
Expose Manado menyajikan perjalanan seru
dengan pemandangan yang eksotisnya yang
luar biasa di sebuah pulau indah yang ada di
ujung Sulawesi Utara (Sulut).
Seperti biasanya, awal perjalanan kami selalu
diawali dengan rapat kecil di pagi hari awal
pekan ini. Karena pemilihan pulau ini telah
kami diskusikan sebulan sebelumnya, maka
rapat kali ini hanya menitikberatkan pada
waktu yang akan kami gunakan dan objek
yang seperti apa yang akan kami ambil untuk
memberikan sensasi indah bagi mata para
pembaca sekalian.
Perjalanan dari Manado menuju Pulau
Kahakitang kami mulai di malam hari dengan
menumpang kapal penumpang harian
dengan tujuan Tahuna.
Pulau Kahakitang sendiri merupakan
bagian dari Kabupaten Kepulauan Sangihe,
tentunya Anda sedikit bertanya mengapa
kabupaten ini masuk dalam kategori
kabupaten kepulauan? Ya, karena Sangihe
memiliki 105 pulau yang terbagi atas 26
pulau berpenghuni dan 79 pulau yang tidak
berpenghuni. Dan Kahakitang masuk dalam
kategori 26 pulau berpenghuni.
Perjalanan Manado ke Tahuna memakan
waktu sekira 14 jam, kami kemudian
melanjutkan perjalanan ke Kahakitang
dengan menggunakan kapal Majestic
Kawanua sekira pukul 09.30 Wita. Karena
merasa lelah dengan perjalanan laut ini, saya
dan tim memutuskan untuk rehat sejenak
alias memejamkan mata.
Serasa tidak lama kami mendengar
pengumuman dari pengeras suara milik
kapal cepat ini yang menyebutkan bahwa
dermaga Kahakitang sudah terlihat dan
dalam hitungan detik kami akan segera
memulai liputan.
Asal Usul
Kahakitang awalnya berasal dari kata
Darakitang yang berarti persinggahan.
Menurut cerita rakyat, dua raja yang ada di
kawasan Nusa Utara yaitu Raja Siau dan Raja
Manganitu singgah sementara di pulau ini
untuk melakukan sebuah kesepakatan antar
kerajaan.
Kahakitang sendiri secara administratif
merupakan ibukota Kecamatan dari
Kecamatan Tatoareng yang dihuni oleh
sekira 5.226 jiwa, dengan hampir 80
persen kepala keluarganya bekerja sebagai
nelayan tradisional dan sisanya adalah petani.
Selain pulau ini, kecamatan Tatoareng juga
memiliki tiga pulau yaitu Pulau Para, Pulau
Mahengetang dan Pulau Kalama.
Ditinjau dari letak geografisnya, Pulau
Kahakitang memiliki luas sekira 17,98 km2,
dengan berbatasan langsung dengan Laut
Sulawesi dan Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro (Sitaro).
Hari Pertama
Hari pertama menginjakkan pulau yang
dikelilingi oleh rangkaian coral sehat ini
adalah melakukan survey awal di Kampung
Kahakitang. Yang kami temui pertama
adalah aksi kumpulan anak-anak yang
berusia sekira lima hingga sembilan tahun
yang bermain permainan tradisional yang
mereka mainkan dengan gembira. Sekejab,
saya seperti dihantar ke masa lalu, melihat
Destination8
E X P O S E
M A G A z i n e
2
3
4
permainan-permainan ini, sepertinya saya
menemukan jawaban atas nilai-nilai apa yang
mulai hilang dari masyarakat modern. Anak
– anak ini sejak kecil telah belajar bagaimana
bekerja sama dan menjadi satu kesatuan
yang kuat.
Tak butuh waktu lama, saya langsung
memberikan kode pada tim untuk
mengabadikan aksi anak-anak ini.
Usai menyaksikan kegiatan penuh tawa dari
anak-anak, kami pun melangkah kedalam
perkampungan dan menemukan kegiatan
sampingan para nelayan dan keluarganya
yaitu pengolahan ikan garam secara
tradisional. Selain untuk dijual, ikan garam
digunakan sebagai pengganti ikan segar
sebagai bahan makanan saat para suami atau
kepala keluarga mereka tidak bisa melaut
akibat cuaca ekstrem.
Ini langsung membuat asumsi saya bahwa
pengolahan ikan garam di Sangihe hanya
berada di Pulau Para langsung terbantahkan,
tidak perlu menunggu lama, saya
memutuskan untuk segera membeli sekira 1
kg ikan garam ini sebagai buah tangan untuk
keluarga di Manado nantinya.
Tidak terasa, survei hari pertama kami di
kampung ini menyita waktu yang cukup
lama, karena saat sadar dari rasa penasaran
tentang pengolahan ikan garam, mata mulai
melihat warna indah saat matahari terbenam.
Tidak perlu menungu lama, momen indah
ini membuat saya dan tim mengambil
sudut-sudut indah dari desa untuk bisa
Destination 9
E X P O S E
M A G A z i n e
5
6
1.
Pemandangan Teluk
Makurese dari Tanjung
Bango.
2.
Kapal Motor Cepat di foto
dari Pelabuhan Kahakitang.
3, 4.
Aktifitas bermain anak-anak
di Pulau Kahakitang.
5.
Proses pembuatan ikan
garam di Pulau Kahakitang
6.
Proses pembuatan kapal kayu
oleh penduduk.
menikmati jaringan internet untuk browsing
sesuai keinginan saya, kemudian saya bisa
menikmati aliran listrik sekira 12 jam per
hari (karena listrik di Manado dan sekitarnya
sejak bulan Agustus lalu mengalami masalah
pemadaman). Namun disini, listrik hanya bisa
dinikmati pada malam hari selama 3 jam
mulai pukul sekira 19.00 Wita.
Menjelang malam listrik perlahan mulai
padam, hanya suara ombak, dan beberapa
suara warga yang asik bercerita yang
terdengar. Semuanya terasa damai dan
menenangkan. Saya pun beristirahat,
mempersiapkan diri untuk perjalanan ke
Tanjung Bango esok hari.
Hari Kedua
Dihari kedua ini, saya dan tim
mempersiapkan diri menuju ke Tanjung
Bango, yang ada di Kampung Taleko sekira
pukul 08.00 Wita.
Menurut masyarakat lokal yang saya temui
di Kampung Kahakitang, dari tempat itu bisa
terlihat pemandangan yang indah. Tanjung
Bango sendiri berasal kata Tanjung dan
Bango. Kata Tanjung pastinya sudah bisa kita
tebak artinya namun Bango? Jangan salah,
karena itu bukanlah kata yang mengartikan
salah satu jenis burung. Bango di kamus
bahasa Sangihe artinya kelapa, jadi Tanjung
Bango artinya Tanjung Kelapa.
Saya dan tim memulai perjalanan dengan
berjalan kaki tanpa mengetahui seberapa
jauh dan seberapa waktu yang akan
ditempuh. Karena kami hanya mengandalkan
penjelasan dari warga Kampung Kahakitang
untuk menuju Tanjung Bango.
Seperti yang pernah kami alami, jika berjalan
di daerah-daerah kepulauan, jawaban yang
pasti yang kami dapatkan adalah, “disana,
cuma dekat”. Bagi ukuran telinga, kata
tersebut bisa disebut sebagai ukuran waktu
tempuh kurang sekira 30 menit, namun bagi
Destination10
E X P O S E
M A G A z i n e
mengkolaborasikan si jingga milik matahari
dengan keelokan tradisonal milik kampung
ini.
Lagi-lagi saya kembali melupakan waktu
karena pesona pulau hijau ini, tidak terasa
kami masih berada di kampung ini walau
waktu mulai gelap. Setelah beberapa kali
memotret di pinggiran pantai saya kembali
ke tengah kampung untuk menikmati
tampilan indah yang disajikan alam pada
mata manusia, gugusan bintang-bintang
cantik yang berkelap-kelip menjadi hal yang
mungkin disaat langit masih bebas dengan
polusi dan tentu saja tidak terlalu banyak
sorot lampu.
Kami pun memutuskan untuk menginap di
kampung tua ini. Lagi-lagi saya menemukan
sebuah rasa yang luar biasa serta membuat
saya kembali sadar bahwa saya memiliki
hidup yang sangat luar biasa dibandingkan
warga disini. Mengapa? Karena saat
berada di Manado, saya dengan mudahnya
7
8
7.
Sunset di Kampung
Kahakitang.
8.
Menuju Desa Taleko
melewati jalan setapak.
9.
Teluk Makurese dengan air
laut yang tenang.
10.
Pemandangan Gunung
Karangetang dan Pulau Nitu
yang terlihat dari Tanjung
Bango.
11.
Pemandangan hutan bakau
dan air laut tenang dan
jernih di Teluk Makurese.
12.
PLTS di Kampung
Kahakitang
kami saat ini waktu tersebut sama dengan
lebih dari 30 menit. Dan ini terbukti, sesuai
dengan waktu pengukur yang saya pasang
pada jam tangan saya menujukkan waktu
tempuh sekira 42 menit, dan jam yang saya
gunakan menujukkan waktu sekira 08.42
Wita.
Pada perjalanan ini, saya akui sangat banyak
menguras tenaga, karena peralatan yang
kami bawa rata-rata memiliki berat diatas
lima kilogram, selain itu rute kali ini amat
berliku dan menanjak.
Namun saat sampai ke Tanjung Bango,
saya langsung tersenyum puas. Luar biasa
dan terima kasih ya Allah, kata saya saat
melihat pemandangan yang indah milik
Teluk Makurese. Lelah dan panas yang
kami rasakan selama perjalanan 42 menit
langsung terbayarkan, malah bisa disebut
terbayar lebih.
Tanpa menunggu kode, tim dan saya
berebutan segera menaikkan kamera
kearah mata dan tangan serasa otomatis
menyesuaikan gerakan untuk bisa
mengabadikan momen yang diberikan alam.
Dari tanjung ini, mata bisa langsung melihat
Gunung Api Karangetang milik Pulau Siau
yang ada di Kabupaten Sitaro.
Tiba-tiba saya tersadar dengan alarm
otomatis dari jam tangan yang saya miliki,
dimana setiap pukul 12.00 Wita pasti
berbunyi untuk mengingatkan bahwa waktu
sudah tepat tengah hari.
Rasanya waktu berjalan sangat cepat kali
ini, saya dan tim segera mengumpulkan
peralatan dan bergegas, karena perjalanan
pulang yang kami tempuh pasti memakan
waktu lebih dari waktu tempuh awal. Selain
itu kami memang harus cepat cepat sampai
ke Dermaga Kahakitang karena pukul 14.00
Wita kami akan menumpang KM Kawaluso
untuk kembali ke Tahuna dan kemudian
kembali ke Manado.
Banyak pengalaman baru dan
menyenangkan yang kami rasakan selama
dua hari berada di Kahakitang. Semoga
Pulau Kahakitang tetap asri dan lestari.
(Stenly Pontolowokan)
Destination 11
E X P O S E
M A G A z i n e
9
10
11
12
Special Report12
1
Spektakuler
Natal di Manado
Spektakuler
Natal di Manado
M A G A z i n e
E X P O S E
Special Report 13
E X P O S E
M A G A z i n e
Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran
Kristen Katolik pada abad keempat masehi.
Peringatan ini berasal dari upacara adat
masyarakat penyembah berhala, dimana
pada abad kesatu hingga abad keempat
masehi dunia masih dikuasai oleh imperium
Romawi yang paganis politheisme.
Diyakini peringatan Natal baru tercetus
antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius,
yang ditetapkan tanggal 25 Desember.
Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25
Desember tersebut akhirnya disahkan
sebagai hari kelahiran Yesus dan warga
dunia pun menjadikannya sebagai perayaan
besar, termasuk di Kota Manado.
Namun gelegar Natal di ibu kota Sulawesi
Utara (Sulut), memang berbeda dengan
daerah lain, karena warna perayaan ini
mulai dirasakan sejak awal November.
Dimana lagu dan pernak-pernik Natal mulai
mewarnai rumah, jalanan hingga mall-
mall besar yang ada di kota ini, termasuk
aneka diskon yang mulai ditawarkan untuk
menarik warga.
Ini pula yang membuat perputaran uang di
Manado meningkat tajam keangka fantastis
sekira miliaran rupiah hingga triliunan.
Karena penjualan barang-barang ikut
terdongkrak naik, mulai dari industri mikro
hingga menengah sangat menggantungkan
penjualannya di Desember ini, seperti aneka
parcel mulai dari kue kering, minuman,
keramik dan campurannya, kemudian ada
aksesories natal seperti pohon Natal, lampu
hias Natal, barang-barang elektronik hingga
otomotif.
Seperti yang terpantau oleh tim Expose
Manado awal pekan ini, dibeberapa pusat
perbelanjaan seperti di Manado Town
Square (Mantos), salah satu gerai andalannya
Ace Hardware The Helpfull Place mulai
memberikan diskon dari 10 persen hingga
40 persen keatas.
Sophian H. Adjahari, Customer Service Ace
Hardware The Helpfull Place mengakui
bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat
Manado setiap bulannya pasti meningkat.
“Ada beberapa macam varian pohon Natal
dan asesorisnya yang kami siapkan dari
harganya mulai Rp59.000 hingga Rp18 juta.
Tak sedikit customer yang rela menghabiskan
uang hingga puluhan juta rupiah hanya demi
mendapatkan sebuah pohon natal yang
mereka idamkan,” kata pria yang akrab
disapa Tian.
Begitu juga yang terlihat di Matahari
Departmen Store yang ada di Mega Mall
Manado. Gerai fashion terlengkap di Manado
ini memang dikenal sebagai rajanya memberi
diskon pada customernya. Tidak tanggung-
tanggung dengan promo diskon mulai dari
20% hingga 70% pada produk jenis tertentu
seperti diskon 50% dan 70%, ada juga
promo beli satu gratis satu, dan promo
Mereka
2
1
Special Report14
belanja senilai Rp.150 ribu.
Tidak ketinggalan promo diskon Natal dan
Tahun Baru yang diberikan iT Center Manado.
Pusat belanja barang elektronik terbesar
yang berada di Kota Manado ini tak mau
ketinggalan moment penting untuk berbagi
dan meraup pelangan sebanyak banyaknya,
dengan mengandalkan sale-sale nya yang
luar biasa.
Seperti yang diungkapkan oleh Sales
Promotion Girl (SPG) produk Sony X-peria
yang ada di iT Center Manado, Vernanda
Wewengkang, dia malah menyebut semua
produk baru yang dipasarkan telah laku
sejak pertengahan November lalu. Diapun
mengaku jika Desember ini, target yang
dibebankan bisa dicapai.
“Di counter tempat saya ditugaskan itu setiap
hari selalu dibanjiri pengunjung, karena
promo diskonnya yang banyak dan sesuai
dengan isi kantong warga umum yang datang
berbelanja di Manado,” ujarnya.
Bagaimana dengan hotel dan resort yang ada
di Sulut? Setali tiga uang, perayaan Natal juga
disebut sebagai hari yang paling ditunggu.
Tidak heran Hotel-hotel berbintang yang
ada di Manado mulai menjual paket-paket
Natal yang lengkap dengan room terbaiknya
dengan harga harga yang spesial namun
berbeda dengan gaya mall dan toko-toko
yang berebutan diskon harga.
“Natal dan Tahun Baru adalah dua momen
indah yang selalu menarik untuk kami.
Khusus ditempat kami, kami menggunakan
paket spesial yaitu menjual room dengan
tambahan layanan fasilitas yang menarik dan
yang tidak terlupakan pada para tamu,” jelas
Asst. General Manager at Tasik Ria Resort
Spa and Diving.
Untuk hall atau gedung yang digunakan
untuk pelaksanaan ibadah Pra Natal juga
sebagian besar mengaku sudah di booking
jauh hari oleh beberapa pengurus partai dan
gereja.
“Natal adalah momen yang tidak ingin kami
lewati, untuk itu kami managemen juga telah
menyediakan yang spesial bagi para penyewa
tempat kami,” sebut Finance Manager M Icon
Manado, Siska Lawendatu.
E X P O S E
M A G A z i n e
Di counter tempat saya ditugaskan itu setiap hari
selalu dibanjiri pengunjung, karena promo diskonnya
yang banyak dan sesuai dengan isi kantong warga
umum yang datang berbelanja di Manado
3 4
Special Report 15
Dia menyebut yang spesial adalah pemberian
diskon senilai Rp.9.999.000 dari harga
normal sewa sekira Rp.15 juta bagi gereja
dan komunitas yang ingin menyewa ditempat
mereka.
“Tak perlu diragukan lagi untuk dekorasi
dan fasilitas yang kami diberikan. Dijamin
sudah pasti yang oke punya. Dengan harga
tersebut, sudah termasuk pohon natal, lilin
serta dekorasi standar. Namun segeralah
melakukan bookingan, karena kami saat ini
akan segera close,” katanya.
Sementara dari Manado Convention Center
(MCC), banyak warga dan gereja yang sudah
memberikan uang muka sebagai tanda jadi
bagi mereka untuk menggelar Ibadah Natal
di tempat ini.
“Memasuki awal Desember kami sudah full
booking hingga tangal 23 Desember,” kata
Asisten Manager dari Manado Convention
Center (MCC), Frets S sambil menambahkan
bahwa tanggal 24-27 mereka libur bersama.
MCC sendiri menjadi salah satu hall favorit di
Sulut, karena kemampuan tampungnya yang
luar biasa serta bangunannya yang terlihat
ekslusif.
Kemampuan beli warga di Desember ini ikut
menjadi perhatian dari Bank Indonesia (BI)
perwakilan Sulut. Tidak heran BI langsung
menyediakan dana tunai sekira Rp.3 Triliun.
“Karena biasanya jelang Natal dan Tahun
Baru permintaan uang tunai di Kota Manado
dan sekitarnya akan mengalami peningkatan
yang cukup signifikan,” kata Kepala Kantor
Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi
Utara (Sulut) Peter Jacobs.
Tidak ketinggalan Kepala Bank Mandiri
Cabang Manado Hotman Nainggolan
mengatakan pihaknya sangat siap
menghadapi Natal dan Tahun Baru di
Manado.
Dia mengatakan masyarakat tidak perlu
khawatir karena kesiapan dana tunai maupun
penukaran uang kecil cukup tersedia
menghadapi Natal dan Tahun Baru. “Kami
juga telah menyiagakan seluruh ATM di Sulut
terutama Manado dan Minahasa“, tutur
Nainggolan saat ditemui belum lama ini.
(Carol Tine)
E X P O S E
M A G A z i n e
5
6
1.
Aneka hiasan Natal yang
dijual di pusat perbelanjaan.
(Foto: Juan Manengkey)
2.
Suasana pusat perbelanjaan
memasuki bulan Desember.
(Foto: yhb)
3.
Pasar rakyat menjelang Natal
di pusat kota yang difasilitasi
Pemerintah kota.
(Foto: Juan Manengkey)
4.
Pohon Natal berukuran besar
di pusat perbelanjaan
5.
Persiapan menyambut Natal
di Sintesa Peninsula Hotel.
(Foto: yhb)
6.
Salah satu pohon Natal Unik
di pusat perbelanjaan di
kawasan bisnis Megamas.
(Foto: Juan Manengkey)
Natal di Sulawesi Utara (Sulut), memang
selalu unik dan berbeda karena perayaan
Natal diawali dengan kehadiran Santa Claus
(Sinterklass) dan Pit Hitam atau sering disebut
Suartepit di minggu-minggu awal Desember.
Tradisi Santa Claus mulanya bagian dari
tradisi pemeluk agama Kristen Katolik, yang
kemudian menjadi tradisi umum setiap gereja-
gereja dan komunitas warga di Manado.
Disini, Santa Claus selalu adalah pria yang
dipakaikan berjanggut dengan menggunakan
kostum serba merah dan membawa tumpukan
hadiah dipunggungnya, sementara si Pit Hitam
yang badannya memang dihitamkan dengan
pewarna, ikut mendampinginya. Keduanya
akan berkeliling ke rumah warga yang memiliki
anak kecil sambil membagikan hadiah.
Walau kini Polres Manado telah mencabut
ijin untuk pawai mobil Santa Claus, namun
aksi si pembagi hadiah dan si penasihat galak
ini masih bisa disaksikan di hampir seluruh
kelurahan.
Dan tidak ketinggalan adalah tradisi
menyalakan lilin di pekuburan milik keluarga di
Manado hingga Minahasa Raya serta Tomohon.
Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai simbol
untuk mendoakan kembali para keluarga yang
telah meninggal dunia sekaligus sebagai salah
satu cara untuk membersihkan kuburan, ini
biasanya dimulai sekira tanggal 20 Desember.
Tradisi ini juga kini makin heboh karena
pameran kembang api bisa dilakukan disini.
Sementara di Langowan, Minahasa ada juga
tradisi pasiar kampung dengan menggunakan
bendi pada saat perayaan Natal.
Dan pada puncak Natal di tanggal 25
Desember, selain aparat keamanan yang
melakukan penjagaan, gereja-gereja yang
melakukan ibadah puncak akan dijaga juga
oleh ormas dan masyarakat Muslim.
“Ini adalah bukti kami mencintai daerah kami.
Sulut adalah kota yang dihuni oleh berbagai
ragam suku dan agama, namun kami semua
mampu hidup berdampingan dengan rukun
dan,” kata Harjadi Usman, salah satu pemuda
mesjid di Manado saat ditemui oleh tim Expose
Manado.*
Tradisi Natal di Sulut
2
1
1.
Tradisi Santa Claus di
Manado.
(Foto: Carol Tine)
2.
Umat Muslim memberikan
ucapan Natal kepada umat
Nasrani sesaat selesai
ibadah Natal di Gereja.
(Foto : Basrul Haq)
Special Report16
E X P O S E
M A G A z i n e
Desember itu indetik dengan
kegembiraan perayaan
Kelahiran Jesus Kristus. Tidak
heran, di ibu kota Sulawesi
Utara (Sulut) perayaan untuk
Natal pasti sangat luar biasa
dan spektakuler mewah dan
beragam.
Untuk edisi kali ini, Expose
Manado menyajikan 10 hal
terunik dari Natal yang hanya
bisa dirasakan langsung jika
berada di Manado. Ini dia.
Highlight18
M A G A z i n e
E X P O S E
Highlight 19
M A G A z i n e
E X P O S E
Figure20
E X P O S E
M A G A z i n e
2
1
Kain Kofo adalah Kearifan lokal
yang sudah lama ditinggalkan
oleh masyarakat Sangihe. Kain ini
merupakan kain tenun khas Sangihe
yang terbuat dari serat pisang hote.
Pakaian yang dibuat dari tenun khas
Sangihe tersebut oleh masyarakat
setempat disebut dengan Balri atau
Laku Hote.
Jejak-jejak tenun ini masih bisa
ditemukan, walaupun proses
menenun kain kofo yang sudah
tidak dilakukan. Menurut penelitian
tenun khas Sangihe ini sudah ada
sebelum tahun 1020.
1
Kain Kofo adalah Kearifan lokal
yang sudah lama ditinggalkan
oleh masyarakat Sangihe. Kain ini
merupakan kain tenun khas Sangihe
yang terbuat dari serat pisang hote.
Pakaian yang dibuat dari tenun khas
Sangihe tersebut oleh masyarakat
setempat disebut dengan Balri atau
Laku Hote.
Jejak-jejak tenun ini masih bisa
ditemukan, walaupun proses
menenun kain kofo yang sudah
tidak dilakukan. Menurut penelitian
tenun khas Sangihe ini sudah ada
sebelum tahun 1020.
Figure20
Figure 21
E X P O S E
M A G A z i n e
Dalam perjalanan ke Kabupaten Kepulauan
Sangihe di pertengahan bulan November
2015, Tim Expose Manado mengagendakan
untuk bertemu dengan seorang warga yang
masih menyimpan Kain Kofo. Kami telah
mendapatkan informasi awal terkait kain
kofo dari kontributor Expose Manado di
Sangihe, Stenly Pontolawokang. Informasi ini
kemudian mengantarkan kami untuk bertemu
dengan Bapak Yumbure Kelenggihan (62)
lelaki parubaya yang dimaksud. Dia adalah
seorang bapak yang sederhana dan memiliki
kepedulian tinggi terhadap aset budaya
Sangihe.
Perjalanan kami menuju Desa Manumpitaeng
ditempuh kurang lebih 20 menit dari kota
Tahuna. Kami ditemani Vander Gansalangi,
Budayawan Sangihe. Vanderlah yang
membantu kami mengalihbahasakan
pembicaraan dengan Pak Yumbure yang
kesehariannya tetap mengunakan bahasa
Sangihe. Lelaki sederhana itu menyambut
kami dengan hangat, setelah kami
memperkenalkan diri dan menyampaikan
maksud dan tujuan kedatangan kami.
Tak berselang lama setelah kami tiba di
kediamannya yang asri, Pak Yumbure akhirnya
mengeluarkan baju yang terbuat dari kain
Tenun Kofo. Sungguh kami terharu dengan
pemandangan ini. Inilah kain tenun Kofo yang
proses pembuatannya telah dilupakan oleh
Masyarakat Sangihe. Konon menurutnya
baju ini dibuat tahun 1500 an dan kini masih
terawat rapi.
Kain tenun Kofo dahulu pernah mengalami
kejayaan bersama kain tenun lain di Indonesia.
Kerajaan Tabukan pada tahun 1927 dibawah
kepemimpinan WAK Sarapil disaat itu
mendorong berkembangnya pembuatan
kain kofo dan telah dibeli oleh masyarakat
yang lebih luas, dimana penjualannya sampai
Pekalongan dan Jogjakarta sebagai basis
pembuatan batik Jawa. Prakarsa dari raja
Tabukan berusaha memberikan solusi untuk
membangkitkan kembali kejayaan kain tenun
kofo. Hanya saja prakarsa tersebut pada
akhirnya lenyap sampai era 70-an. Kini tidak
ada lagi pekerjaan penenunan kofo.
Proses menenun disebut mengahiuang,
alat tenunnya disebut kahiuang, sedangkan
kainnya disebut Kahiwu. Dibeberapa desa
seperti di desa Lenganeng, Manupitaeng, dan
Batunderang dapat ditemukan sisa-sisa alat
tenun kain kofo. Sedangkan kain-kain kofo
terdapat di beberapa kolektor juga di museum
baik dalam maupun luar negeri.
Steven Sumolang, peneliti Kain Kofo di
Sangihe kepada Stenly Pontolawokang –Tim
Expose Manado menjelaskan bahwa, pada
awalnya warna benang kofo hanya empat
macam yakni : polos, kuning, merah dan
hitam. Polos artinya tidak diberi warna.
Warna kuning, berasal dari celupan sari akar
pohon bernama seha yang mendidih. Warna
merah, dicelupkan dalam air sari buah pohon
ketumbar. Sedangkan hitam, dicelupkan di
dalam air buah pohon nila, yang dicampur
dengan sejenis lumpur hitam pekat yang
terdapat di bawah pohon Lolaroh yang tumbuh
di pinggiran pantai. Seiring perkembangannya
Kain Kofo pun ditemukan dengan warna-
warna yang lain seperti warna lembayung, biru,
hijau dan lainya.
Warna yang terdapat pada Kain Kofo pun
juga mempunyai makna, yakni warna putih
melambangkan ketulusan hati, warna
merah melambangkan keberanian di pihak
kebenaran, sedangkan warna hitam tanda
2
3
4 5
1.
Yumbure
Kalengggihang,
memainkan alat musik
Tagonggong dan
mengenakan baju adat
yang terbuat dari kain
tenun kofo.
2.
Kain Tenun Kofo dan
detail seratnya.
3.
Motif kain Tenun Kofo
4.
Serat Pisang Hote,
sebagai bahan baku
pembuatan Tenun Kofo.
5.
Alat Tenun Kofo yang
masih tersisa.
(Foto-Foto: Stenly
Pontolawokang)
Figure 21
Figure22
dukacita terhadap orang yang memakai Kain
Kofo tersebut.
Selanjutnya hiasan–hiasan atau lukisan–
lukisan yang kentara, karena perbedaan
warna benang Kofo yang ditenun mempunyai
artinya sendiri–sendiri. Sampai abad ke 15,
agama nenek moyang ialah animisme, dimana
mereka memuja apa yang mereka anggap
bertuah, dan takut terhadap kekuatan alam
yang menerpa hidup sehari–hari. Seperti
hiasan bunga–bungaan, karena bunga berbau
harum, maka dipergunakan oleh mereka,
untuk membujuk roh halus (bawengi, dalanise),
agar roh para leluhur tetap melindungi serta
memberikan kesejahteraan bagi kehidupan
mereka yang ditempuh sepanjang masa. Bagi
orang kecanduan menyabung ayam, sering
baju Kofonya bermotifkan 2 ekor ayam jantan,
sementara berlaga di arena.
Matahari tinggal seperempat perjalanannya
menuju peraduan. Kami masih saja terlibat
pembicaraan hangat di rumah Pak Yumbure.
Sajian teh hangat dan kue pia dari sang
istri semakin mengakrabkan suasana. Atas
permintaan kami, Pak Yumbure bersedia
mengenakan pakaian yang terbuat dari
tenun kofo yang ditunjukan kepada kami tadi.
Kepalanya juga diikat sepotong kain kofo. Ia
terlihat gagah dengan pakaian itu walaupun
usianya sudah lebih dari separuh abad.
Tak berselang lama, lelaki itu masuk kedalam
rumahnya yang terbuat dari kayu Hoade
sejenis kayu yang digunakan membuat rumah
raja-raja jaman dahulu dan keluar membawa
alat musik Tagonggong. Ia mengajak kami
menuju depan rumah dan duduk dibawah
rindang pohon. Kami berkerumun sesaat
setelah ia mulai memainkan alat musik pukul
itu. Dahulu kala para leluhur di tanah Sangihe
memakai alat musik Tagonggong dengan
melantunkan Sasambo. Sasambo adalah
syair yang dilantunkan dengan irama khas
dan volume yang tinggi. Kini Pak Yumbure
menyajikannya kembali dihadapan kami.
Kami terpana dibuatnya. Terus terang, kami
sedikit bergidik mendengar pak Yumbure
melantunkan Sasambo. Kami seperti dibawah
ke masa lalu. Ditambah lagi suasana rumahnya
diatas bukit yang terpisah dari keramain
kampung. Yang terdengar hanyalah musik
Tagonggong dan lantunan Pak Yumbure yang
menyatu dengan gemerisik pohon dan kicauan
burung.
Setelah ia memainkan Tagonggong dan
melantunkan Sasambo, Kami meminta Pak
Yumbure untuk berpose. Pikir kami, kami
harus mendokumentasikannya dangan
baik. Jarang sekali menemukan orang yang
memiliki kepedulian tinggi terhadap budaya
daerah seperti dirinya. Dengan senyum
ramah ia menyanggupinya. Malahan setelah
selesai memotretnya, ia menawarkan kami
untuk mencoba pakain tersebut. Tentu saja
kami tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Bergantian kami mengenakannya dengan
penuh kehati-hatian. Maklum usia pakaian ini
sudah sangat tua. Menurutnya pakaian yang
disimpan secara turun temurun ini sudah ada
sejak tahun 1500an.
Diakhir pertemuan kami dengan Pak Yumbure,
ada satu harapan besar yang disampaikan
kepada kami. Harapan jika suatu saat nanti
ada usaha dalam merekonstruksi kembali
kebudayaan asli Sangihe yang hilang ini. Bagi
kami,ini adalah harapan yang sangat luar biasa
dan tulus dari seorang yang sangat mencintai
budaya daerahnya. Semoga harapan bapak
bisa diwujudkan oleh Pemerintah Kabupaten
Kepulauan Sangihe dan masyarakat yang
peduli terhadap kebudayaan daerah ini.
(yehabe/stenly pontolawokang)
6
6.
Menangki adalah
teknik melicinkan baju
adat yang terbuat dari
kain Tenun Kofo.
(Foto: Stenly
Pontolawokang)
E X P O S E
t h e p r i d e o f a n i d e n t i t y
E X P O S E
M A G A z i n e
PLAY NOW
Bussines Report 23
Yang mengaku travelers sejati, jangan
mengaku keren kalo bloom injak Manado,
kalimat aksi ini kini makin sering terlihat
di media sosial sejak di perkenalkannya
program Visit Sulawesi Utara (Sulut) 2016
dengan tagline nya #marijokamanado oleh
Pejabat Gubernur, Soni Sumarsono bulan
lalu.
Ya, melalui program ini mantan Direktorat
Jenderal (Dirjen) Otonomi Daerah (Otda)
di Kementerian Dalam Negeri Republik
Indonesia (Kemendagri) berharap akan makin
banyak wisatawan dalam negeri dan luar
negeri yang berkunjung Sulut.
“Potensi wisata di Sulut itu luar biasa.
Yang indah dan unik itu ada di 15
kabupaten dan kota di Sulut, bukan
hanya di Bunaken saja. Jadi mari jo ka
Manado” kata Pria kelahiran Tulungagung,
Jawa Timur pada 22 Februari 1959 ini pada
tim Expose Manado.
Bagi Doktor lulusan Universitas Jakarta
ini, pariwisata adalah sektor yang bisa
membangun dan mendongkrak lini sektor
perekonomian daerah.
“Tentu saja program ini harus sama-sama
kita dukung. Saya bangga bisa menjadi
bagian dari daerah ini,” tutur Sumarsono.
Ini juga dibenarkan oleh General Manager
(GM) Arya Duta Hotel Manado, Jose
Wawondatu dan berharap akan makin
banyak kegiatan atau even yang digelar oleh
pemerintah daerah pada tahun depan.
“Potensi daerah dan kebudayaan harus
digarap bersamaan. Kita memiliki keindahan
dan adat budaya yang disukai para
wisatawan,” tutur Jose yang juga dikenal
sebagai salah satu pilot Paralayang Sulut
belum lama ini.
Seperti kita ketahui Sulut adalah salah satu
provinsi yang menjadi tujuan wisata andalan
di Indonesia yang dijual ke luar negeri.
Dengan memiliki total luas sekira 15.069
km2, daerah yang memiliki slogan Torang
Samua Basudara ini terus dijadikan sebagai
salah satu tempat rehat dari kesibukan
pekerjaan para wisatawan.
Tim Expose Manado sendiri belum lama ini
melakukan kunjungan ke beberapa tempat
wisata yang ada di kabupaten perbatasan
dengan Filipina, Sangihe dan beberapa spot
diving yang ada di Lembeh. Dan tidak ada
kata yang bisa kami katakan selain “Luar biasa
indahnya”.
Jadi mari kita dukung program Visit Sulawesi
Utara 2016 dengan #marijokamanado. Yuk
jadi genereasi Merah Putih yang mencintai
Sulut dan Indonesia. *
1
1.
Pejabat Gubernur,
Soni Sumarsono
memperkenalkan program
Visit Sulawesi Utara (Sulut)
2016 dengan tagline nya
#marijokamanado
(Foto: Humas Pemprov)
Opportunity 23
E X P O S E
M A G A z i n e
Mothers Day24
E X P O S E
M A G A z i n e
Bagi Garth Imanuel
Koleangan, sang
mama adalah sosok
wanita yang terlihat
seperti kebanyakan
wanita lainnya.
“Mama saya
adalah ibu rumah
tangga yang baik.
Sejak kecil saya
selalu mendapat
perhatian dan kasih
sayangnya yang
luar biasa,” tutur
pemuda tampan
yang baru saja
genap berusia 16
tahun ini pada tim
Expose Manado belum lama ini.
Menurut Garth, Jull Takaliuang
tidak pernah sekalipun melupakan
hal hal kecil yang berhubungan
dengan dirinya. Padahal pekerjaan
sang ibu yang diketahuinya adalah
seorang pekerja di Yayasan Suara
Nurani (YSN), yang aktivitas
hariannya selalu berhubungan
dengan kemasyarakatan dan
lingkungan.
Ya, wanita yang baru saja menjadi
satu-satunya wanita Indonesia
yang menerima N-Peace Awards
2015 untuk kategori Untold
Stories: Women Transforming
their Communities di kantor
utama Persatuan Bangsa Bangsa
(PBB) New York pada tanggal 19
Oktober lalu, memang luar biasa.
Dia tidak pernah mengenal
lelah untuk menjadi
corong utama
dari warga
yang
tertindas,
kegiatan
advokasinya
bukan
sebatas pada
lingkungan. Jull,
sejak 2003 sudah
turun mendukung
warga Buyat untuk melakukan
perlawanan pada perusahaan
tambang dunia asal Amerika
Serikat, dia juga turun saat
beberapa perempuan dan anak di
Sulut yang diduga hendak dijual
ke calo trafficking di Kalimantan
dan Jakarta, mendampingi warga
Likupang Timur untuk menolak
aksi dari perusahaan tambang
asal Australia, beraksi bersama
warga untuk menolak atas aksi
reklamasi pantai Kalasey dan
yang terkini adalah mengadvokasi
warga pulau Bangka untuk
menolak eksplorasi tambang pasir
besi dari perusahaan asal China.
Istri tercinta dari Didi Koleangan
ini juga tidak mengenal takut pada
oknum aparat atau oknum pejabat
yang disebutnya sebagai
oknum yang tidak pro
pada rakyat. Dan dia
juga mampu membagi
waktunya untuk
sang putra semata
wayangnya ini.
Bagi wanita kelahiran
31 Juli 1969, berjuang
membela hak-hak warga
yang tertindas dan terpinggirkan
selama hampir 18 tahun ini,
butuh komitmen yang luar biasa
namun tidak harus mengorbankan
waktunya pada keluarga.
“Sejak kecil Garth sudah kami
tanamkan rasa mengasihi sesama,
jadi saat saya keluar untuk
mengadvokasi warga, kata kasih
lah yang saya tekankan. Selain itu
saya memiliki suami yang begitu
pengertian, kami selalu bergantian
menjaga putra kami,” tutur lulusan
Fakultas Sastra di Universitas Sam
Ratulangi yang sempat merasakan
dinginnya jeruji besi karena
aksinya membela rakyat kecil di
Likupangn Timur.
Jull sendiri, menyebut dirinya
bukan sosok ibu yang sempurna
bagi anak semata wayangnya,
namun dia juga tidak ingin
dirinya dilupakan oleh Garth
karena tuntutan pekerjaannya.
Penghargaan yang diterimanya
juga disebut sebagai hasil
konsekuensi Garth untuk
memahami dan peduli padanya.
Bagaimana pandangnya sebagai
Ibu Indonesia? “Saya bukan
Wonder woman, tokoh animasi
idola saya, apa yang saya lakukan
dan perjuangkan adalah kecil
jika dibanding perjuangan ibu
Indonesia lainnya. Namun saya
berharap capai ini bisa membuat
ibu-ibu di Indonesia lebih
percaya diri untuk menunjukkan
eksistensi dan mengambil peran
penting dalam segala bidang
pembangunan di semua level,”
ungkap Jull.
“Apa yang
saya lakukan dan
perjuangkan adalah
kecil jika dibanding
perjuangan ibu
Indonesia lainnya“
Aktivis Lingkungan danJull Takaliuang
Selamat Hari Ibu,
Di edisi kali ini, kami menyajikan tulisan tentang sepak terjang
para wanita Sulawesi Utara yang modern yang memiliki
prestasi nasional hingga internasional, namun tidak melupakan
kewajiban mereka sebagai seorang ibu. Siapa saja mereka?
Inilah tiga superwoman yang supermom pilihan tim Expose
Manado. (Carol )
Mereka
Superwoman
yang
Supermom
Jull Takaliuang
bertemu Presiden RI
di Amerika Serikat.
Sesaat setelah Jull
Menerima N-Peace
Award 2015 dari
PBB.
(Foto: Ist)
Mothers Day 25
E X P O S E
M A G A z i n e
Ibu yang satu ini
adalah seorang
tenaga pendidik
yang memimpin
sekira ribuan
mahasiswa yang
memilih untuk
menuntut ilmu di
ibu kota Sulut, ya
dia adalah rektor
Universitas Sam
Ratulangi (Unsrat).
Ellen Kumaat sendiri
bukannya kebetulan
menjadi pemimpin
tertingi di perguruan tinggi negeri
ini, sebelumnya wanita lulusan
Institut National des Sciences
Appliquees Perancis ini adalah
dekan di Fakultas Teknik Unsrat.
Saat ditemui tim Expose Manado
belum lama ini, ibu dua orang
anak ini mengungkapkan
tantangan luar biasa saat berhasil
menjadi rektor.
Kesehariannya, Sritjiptowati
Soebiantati Mandagi amat jauh dari
kesan tampilan mantan atlet.
Pembawaannya yang ramah dan
selalu tersenyum, membuat oma
empat cucu ini malah hampir
terlupakan sebagai wanita
pembuat sejarah di
olahraga menantang
alias Extreme sport
Indonesia.
Ibu dari dua atlet
terjun payung
kebanggaan Sulawesi
Utara (Sulut), Pingkan
dan Petra Mandagi ini adalah
penerjun bebas putri pertama di
Indonesia.
Aksi ibu yang biasanya dipanggil
dengan sebutan Tante Uci ini
dimulai pada tahun 70 an. Dialah
yang pertama membuka jalan
para wanita Indonesia untuk unjuk
kemampuan di udara. Walau
sempat tidak direstui oleh sang
ayah yang kalah itu
adalah seorang
Panglima Kodam
(Pangdam),
wanita
bercucu
empat ini
tetap beraksi
bersama para
teman-teman
prianya yang kala
itu adalah bawahan
sang ayah.
“Saya harus main kucing-kucingan
dengan Papa saat berlatih. Bisa
dimaklumi olahraga ini memang
Walau begitu, istri tercinta dari
Hieryco Manalip ini bukanlah
tipe cepat menyerah, dia
malah langsung melakukan
program program yang langsung
menyentuh seluruh civitas
akademika Unsrat yang
sempat panas dengan
dugaan maraknya aksi
KKN sebelum dirinya
menjabat sebagai
pimpinan tertinggi di
lembaga pendidikan
tersebut.
Hanya dalam waktu
singkat, guru besar ini
mampu mengembalikan
kepercayaan civitas akademika
Unsrat. Dia mampu membangun
komunikasi dengan para staff,
dosen hingga mahasiswa dengan
penuh rasa kekeluargaan. Padahal
membuat Unsrat kembali bersih
seperti sebelumnya adalah hal
yang sempat disebut kebanyakan
orang di Sulut sebagai sesuatu
yang mustahil.
“Saya hanya ingin semua bekerja,
bekerja dan bekerja demi Unsrat,”
tutur rektor wanita pertama di
Unsrat ini.
Dalam
kesehariannya,
Ellen
mengaku
tidak
berbeda
dengan
wanita yang
telah menikah
dan memiliki anak.
Dia selalu menyiapkan
waktu pagi dan malam untuk bisa
bercekrama dengan keluarganya.
Saat itu, disebut Ellen sebagai
waktu indah melepas lelah, walau
kini kedua putra dan putrinya
Teguh Andrew Ivan Manalip (telah
menikah) dan Christine Virgin
Manalip, telah menjalani hidup
sendiri sendiri di tanah seberang.
“Cucu, anak anak dan suami
adalah kekuatan saya selain
Tuhan. Mereka luar biasa hingga
membentuk saya sebagai ibu yang
seperti saat ini. Didikan orang tua
juga amat berpengaruh dalam
hidup saya,” ungkapnya, sembari
menyebut dirinya bukanlah tipikal
ibu sempurna.
“Yang sempurna adalah kasih
Tuhan, dan yang mendekati
sempurna adalah keluarga saya,
jika bukan mereka saya mungkin
bukan seperti saat ini. Saya masih
perlu banyak belajar dari ibu-ibu
luar biasa milik Indonesia dan
dunia,” tambahnya.
Bagaimana pandangannya tentang
Unsrat kedepannya? Rektor yang
ramah ini pun menerangkan
bahwa dirinya ingin berhasil
sebagai ibu dari mahasiswa Unsrat
yang berhasil membangun Sulut
dan Indonesia melalui prestasi
positif.
“Yang
sempurna adalah
kasih Tuhan, dan yang
mendekati sempurna
adalah keluarga saya,
jika bukan mereka
saya mungkin bukan
seperti saat ini“
sangat menakutkan, tahun 1970
masih bisa dihitung dengan jari
atlet terjun payung,” ungkap Uci
yang saat itu hanya menggunakan
payung bulat yang semi otomatis
unt terjun dari ketinggian 3.000
kaki.
Berbekal pengalamannya ini,
diapun bertekad tidak akan
mengekang keinginan anak-
anaknya untuk mengikuti jalur
hobinya dan sang suami.
“Satu hal yang selalu saya ingatkan
adalah keselamatan diri adalah
yang utama. Artinya mereka sudah
tahu bahwa olahraga yang mereka
geluti sangat penuh tantangan
dan sangat dekat dengan maut,
maka apa pun yang dikenakan
haruslah dalam keadaan baik dan
sempurna,” terangnya.
“Mama inspirasi
bagi saya dan
keluarga. Wanita itu,
bermental luar biasa kuat
dan saya bersyukur atas
hal itu“
Ini pun diakui oleh Petra yang
menyebut sang Mama adalah
mentor sekaligus manager yang
terbaik baginya. “Mama inspirasi
bagi saya dan keluarga. Wanita
itu, bermental luar biasa kuat
dan saya bersyukur atas hal itu,”
ungkap ayah dari dua putri ini.
Ellen Joan Kumaat
Sritjiptowati Soebiantati Mandagi
Rektor Universitas Sam Ratulangi
Penerjun Bebas Putri Pertama di Indonesia
Ellen Kumaat foto
bersama Menteri
Agraria dan Tata
Ruang, Ferry
Mursyidan Baldan
dalam sebuah acara.
(Foto: Ist)
Tante Uci bersama
rekan sewaktu aktif
menjadi menjadi
penerjun di tahun
70an
E X P O S E
M A G A z i n e
Debora Dance Sport
(DDS) Community
salah satu komunitas
yang ada di Manado.
Bagi pecinta zumba
dan aerobic nama ini
tidak lazim di telinga
masyarakat, karena
kehadirannya sudah
diketahui banyak
masyarakat.
DDS ini dirintis olah
Debora Sindoro, yang
juga saat ini bertindak
sebagai coach dan zumba instructor network
(ZIN). Pada tahun 2000 dibuka dengan
nama Debora entertainment, namun
saat itu baru ada di Semarang. Seiring
berkembangnya zaman pada tahun 2006
berpindah ke Manado dengan peluang besar
dan diharapkan mampu menyedot perhatian
masyarakat. Maka dibukalah di Manado
dengan nama Zin Debora sampai pada tahun
2007, karena sudah banyak yang bergabung
maka digantilah dengan DDS (Debora Dance
Sport) sampai saat ini.
Menurut Debora, di tempat ini pihaknya
mengajarkan zumba, aerobic, body language,
pilates, yoga, latin dance, bely dance,
balet dan hiphop dan dilatih oleh orang-
orang yang profesional serta bersertifikat.
“Pengajar kami adalah orang-orang yang
profesional pada bidang ini. Kami bersyukur
sampai saat ini masyarakat di Manado
banyak yang sudah percaya dengan kami,”
ungkapnya.
Debora menambahkan, kehadiran DDS
di Manado diharapkan akan membuat
masyarakat sehat kehadiran DDS
memberikan kontribusi positif bagi Kota
Manado. “Olahraga yang sehat harus
diimbangi juga dengan pola makan dan tidur
yang teratur, sehingga kegiatan ini akan
benar-benar bermanfaat,” ungkap Debora.
Dia pun menguraikan, untuk jadwal yang
ada sebagai berikut. Senin dan rabu aerobic,
pilates, body language. Kemudian, selasa
dan kamis, latihan zumba sedangkan jumat
untuk yoga. “Kami membagi waktu latihan
agar semua anggota dapat terlayani dengan
baik,” ujarnya.
Sampai saat ini, jumlah member DDS
sebanyak 150-an anggota yang masih aktif
sampai saat ini.
Untuk prestasi, jangan ditanya lagi karena
setiap ada iven dance DDS selalu membawa
pulang piala sehingga jumlah piala cukup
banyak yang ada di kantor DDS.
Selain itu, DDS juga sering membuat
iven tahunan yang dikenal dengan DDS
Extravaganza dan paling banyak diminati
pecinta zumba dan aerobic. So, bagi
masyarakat yang berkeinginan untuk
bergabung dengan DDS dapat menghubungi
kantornya di Banjer jalan Daan Mogot,
dijamin Anda akan puas dengan pelayanan
DDS yang akan memberikan olahraga
terbaik untuk menyehatkan Anda. (Bianca)
Debora Dance Sport (DDS) Community
Sehat, Bugar dan Berprestasi
Aktifitas Debora Sindoro dan
DDS Community
(Foto: Ist)
Community26
Apa yang dimaksud dengan tampil beda? Runner Up
Pertama Noni Sulut 2012 ini langsung menjelaskan
bahwa bukan lagi saatnya generasi muda di Sulut
mengandalkan harta warisan sebagai pegangan untuk
hidup. Menurutnya, kaum muda saat ini harus turun
jalan alias berjuang untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak tanpa malu menggunakan atributnya.
“Untuk ke puncak kesuksesan, harta warisan itu
adalah nomor kesekian. Membuka usaha baru adalah
salah satunya,” ungkap putri N Mamuaja dan Dr Olga
Pangkerego.
Inilah yang membuatnya nekad untuk terjun ke dunia
usaha mikro kecil menengah di Manado, dengan
membuka usaha yang jauh dari aktivitasnya sebagai
mantan Noni Manado. Ya pecinta kopi pahit ini nekad
membuka usaha rumah kopi di depan rumahnya, per
5 November lalu yang diberi nama Rumah Kopi NIMs.
“Saya melihat peluang dan saya tertantang. Modal
yang saya gunakan adalah milik pribadi sendiri bukan
orangtua. Ini hasil saat saya menang putri-putrian
lalu yang saya tabung. Usaha saya memang masih
kecil namun ini jadi pelajaran saya untuk berbisnis. So,
tampil beda, siapa takut?” tegasnya, sembari menyebut
bahwa kegagalan tidak menjadi ukurannya untuk
mundur dalam bisnis yang lagi trend saat ini. Bravo
Novia. (Lily Arianingsih)
Bagi dunia hiburan dan pariwisata di kota ini, pasti
seorang Novia Indriani Mamuaja, bukanlah nama yang
asing ditelinga.
Si cantik bermata indah yang saat ini sementara
menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sam
Ratulangi (Unsrat) adalah Runner Up tiga untuk Putri
Indonesia 2013 dan serta Miss Grand International
Indonesia dalam ajang yang diselenggarakan di
Thailand di tahun yang sama.
“Saat ini bukan jamannnya lagi hanya hidup
hura-hura. Please, kita adalah genarasi muda
yang dituntut mampu lebih baik dan lebih
maju dari pendahulu kita. Dan sebagai anak
muda, saya merasa ditantang untuk bisa
tampil beda, berani, berinovatif, mandiri,
dan cerdas melihat peluang yang ada,”
kata Noni Manado 2012 ini saat
ditemui tim Expose Manado akhir
pekan lalu.
E X P O S E
M A G A z i n e
Tampil
Beda,
Siapa
Takut
Novia Indriani MamuaJa
Desain Kostum: Denniel Richard
Tata Rias Wajah & Rambut: Lolla Make Over Manado
Fotografer : yehabe
Entrepreneur 27
E X P O S E
M A G A z i n e
MENJALANI kehidupan menjadi seorang
wanita karir banyak ditemui di zaman yang
modern ini. Dijana Silfana Pakasi, wanita
kelahiran tahun 1962 saat ini menduduki
jabatan sebagai Wakil Ketua Komisi D Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) Manado.
Rentetan kehidupannya setiap hari tidak
berbeda dengan wanita pada umumnya,
hanya saja yang menjadi nilai plus bagi dirinya
karena dia mampu membagi waktu bagi
suami, anak-anak dan kewajibannya sebagai
ibu rumah tangga.
Meskipun tidak dapat dipungkiri, kerap
kali diperhadapkan dengan berbagai
tantangan ketika menjalankan tugas sebagai
wakil rakyat. Tetapi semuanya itu dapat
dihadapi dengan tulus dan bijaksana karena
dukungan orang-orang yang mencintai dan
menyayanginya dalam keluarga.
”Puji Tuhan saya selalu diberi kemudahan
dalam berkarir, bahkan hingga saya berada
di tempat ini sebagai wakil rakyat. Keluarga
saya selalu memberikan dukungan dan
memahami
kesibukan saya
ketika berada di luar rumah,”
ujarnya.
Bagi Dijana berkarir seperti dunia lain
yang sudah ditekuninya dari masa remaja.
Bahkan dirinya pernah berkarya di Bank
BCA Manado dan Jakarta selama 14 tahun
lamanya.
Siapa yang sangka prestasi yang diukir
Dijana diawali sejak tahun 1978 dengan
menyandang predikat sebagai runner up
Nyong dan Noni Sulut. Tidak hanya itu saja,
dia juga tergabung dalam Komunitas Musik
Manado (Komudo) dan kepiawaiannya dalam
bernyanyi menghantarkan dia menuangkan
karya seninya dalam album Pop Manado dan
Rohani pada tahun 1985-1994.
Ketika ditanya
tentang peran dirinya
sebagai ibu oleh Tim
Expose Manado Magazine
diapun menguraikan, ibu
adalah tempat untuk mencari
Surga. Menurutnya, ibu memiliki
makna yang kompleks dan tidak dapat
diuraikan dengan ilmu manapun. Kebaikan
serta kesabarannya tidak dapat dirumuskan
diformulakan dengan rumus apapun.
“Bagi saya, hari ibu adalah hari dimana
kita memperingati peran wanita secara
hakiki. Dalam kekuatannya menyimpan
kelembutan, dalam ketegasan menunjukkan
kebijaksanaan,” tuturnya. (Lily)
Tekun
dan
Pekerja
Keras
M
She 29
E X P O S E
M A G A z i n e
Siapa yang tidak mengenal corak-corak
indah dan unik dari Kain Pinawetengan?
Corak yang diambil langsung dari batu adat
milik suku-suku di Minahasa ini kini makin
menjadi magnet dalam dunia fashion tanah
air.
Ini pula yang membuat Irjen (Purn)
Benny Mamoto dan sang istri, Iyarita
Mawardi Mamoto kembali bekerja sama
dengan perancang kebanggaan tanah air
yang berdarah Minahasa, Thomas Sigar
menggelar fashion show yang bertajuk
“Pesona Kain Pinawetengan Minahasa” pada
(19/11) lalu di Manado Convention Center
(MCC).
Pada fashion show yang berdurasi sekitar
90 menit ini bukanlah seperti yang biasanya.
Karena pagelaran kali ini dikolaborasikan
juga dengan atraksi tarian tradisional yang
memikat hasil karya dari Show Director yang
memiliki reputasi internasional, Denny Malik.
Para penari yang terdiri dari pria dan wanita,
mampu membawa para undangan yang
hadir masuk dalam dunia adat Minahasa
yang tergambar dalam corak pakaian yang
mereka gunakan. Gerakan ketekunan
menanam padi yang dibawakan para penari
sangat memukau, begitu pula saat mereka
menari yang menggambarkan keceriaan
pertemuan antara lawan jenis begitu kental
terasa.
Ini juga terasa saat para model hadir
membawakan hasil karya sang maestro dari
salah satu kain tradisional andalan Sulawesi
Utara (Sulut) di catwalk.
Beberapa undangan yang hadir mengakui
kolaborasi apik dari tarian dan pesona kain
indah ini begitu membuat mereka terpesona.
“Ini sebuah pagelaran yang sangat sangat
menarik. Tarian tradisional begitu padu
dengan kain kain yang mereka tampilkan
dan terlebih saat final. Kekuatan tarian
yang menampilkan atraksi seorang dukun
Minahasa saat memimpin warga untuk
bersyukur atas berkat begitu terasa. Ini
membuat saya makin bangga dengan adat
dan budaya Minahasa dan alam kita,” tutur
Senny Vasty Alalinti Wakkary salah satu
3
1
Paduan
Indah
Antara
Tarian
dan Kain
Minahasa
1
Event30
E X P O S E
M A G A z i n e
pimpinan di sebuah hotel di Manado pada
tim Expose Manado.
Mamoto sendiri dalam sambutannya
menyebut iven ini adalah salah satu kegiatan
yang rutin dilakukan oleh yayasannya.
“Salah satu alasan saya melakukan ini
semua adalah pernyataan Hetty Palm yang
menyatakan bahwa tidak ada kebudayaan
di Indonesia ini yang cepat hilang seperti
kebudayaan Minahasa. Inilah yang
mendorong saya untuk memajukan budaya
Minahasa dalam bentuk apapun seperti
dari kain, lingkungan dan atraksi pawai
kebudayaan,” ujar mantan penuntas bom
Bali ini sambil menambahkan bahwa, fashion
show kali ini juga sekaligus menjadi salah satu
perayaan 10 tahun berkiprahnya melalui
Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara
(YISBSU) yang didirikannya sejak 2005 lalu.
“Sudah 31 rekor MURI mulai seni budaya,
produk andalan daerah, kuliner, religi,
sumber daya manusia dan kemasyarakatan.
Rekor ini terbanyak di Indonesia dan
pemecahan tujuh rekor dunia seni budaya
Guinness World Records,” papar manajer
Perbakin Indonesia di ASEAN Games lalu.
Sementara itu, pemerintah Sulut yang
diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan (Kadisparbud) Sulut, Joy Korah
mengapresiasi kegiatan ini dan berharap apa
yang dilakukan YISBSU bisa terus digelar
setiap tahunnya.
1.
Benny Mamoto dengan
Pakaian Adat Minahasa
(Foto : Edwin Pelealu)
2.
Perpaduan apik antara
tarian dengan show Kain
Pinawetengan
(Foto : Edwin Pelealu)
3, 4
Fashion show Kain
Pinawetengan
(Foto: Inoy Lagonda)
5.
Salah satu penari yang tampil
menggunakan pakaian yang
desainnya di replikasi dari
pakaian adat minahasa tempo
dulu.
(Foto: Inoy Lagonda)
6. Dari kiri ke kanan : Thomas
Sigar, Iyaritha Mawardi
Mamoto, Benny Mamoto dan
Denny Malik.
(Foto: Inoy Lagonda)
2
3 4
5
6
Event 31
My Manado32
E X P O S E
M A G A z i n e
ROCK In Celebes
Festival Tour 2015
sudah dilaksanakan di
Manado dan menjadi
lokasi tour terakhir di
tahun ini.
Iven ini dilaksanakan
di Manado karena
dilatarbelakangi dari
musik Sulawesi Utara
(Sulut) khususnya
di Manado patut
diperhitungkan dan
tidak boleh dipandang
dengan sebelah mata.
Terbukti dengan
lahirnya banyak band.
Selain itu, Manado
dinilai memiliki aset
wisata yang sudah
mendunia yaitu
Taman Nasional
Bunaken bahkan dilengkapi dengan pusat
pembelanjaannya yang terletak di sepanjang
pantai Utara-Selatan menjadi penunjang
dilaksanakan iven ini.
Mengambil spot dipinggir pantai tepatnya
di Pelataran Parkir Manado Town Square
(Mantos), Rock In Celebes Festival Tour 2015
Manado dilaksanakan 28-29 November
dengan menampilkan deretan band nasional
seperti Jamrud, Endank Soekamti, Revenge,
Kapital dan Kelompok Penerbang Roket
(KPR).
Deretan band lokal terbaik Sulawesi seperti
Sabaoth, De’Crue, Frontxside, From Hell
To Heaven, The Box, Spesialis Tendangan
Bebas, Iteneps, Critical Defacement dan
masih banyak lagi juga tak ketinggalan akan
tampil dengan aksi terbaik mereka di Rock In
Celebes Festival Tour 2015 Manado.
Sebagai pengalaman pertama kali di Manado,
Rock In Celebes juga lengkap menghadirkan
exhibition berupa clothing dan community
expo, hingga market place lainnya dan
berbagai booth dengan bermacam aktivitas
interaktif seru hingga talkshow yang bisa
diikuti. Tidak heran, antusias masyarakat
sangat besar menghadiri iven ini yang
dilaksanakan di penghujung tahun di Manado.
Dan dihadiri oleh band-band lokal maupun
masyarakat pecinta seni. (Bianca)
Rock In Celebes Tour 2015 Mampir di Manado
Musisi Ginda Bestari, memang baru pertama
kalinya tampil di public Manado, namun
performance dari lulusan Universitas
Widyatama, Bandung ini mampu memukau
para pecinta blues yang hadir di Waroeng
Charity, akhir November lalu.
Tampil bersama Sound Goods, The Lezy dan
The Uncles Project Band, Ginda langsung
beraksi dengan Keep It Real dari albumnya
yang bertitel Soulful Desire, kemudian
disambung dengan Long Way yang juga
merupakan karyanya sendiri.
“Saya sama sekali tidak menyangka ternyata
pecinta music blues di Manado sangat luar
biasa,” ungkap pria kelahiran Sukabumi ini.
Para pengunjung yang hadir juga mengaku
menikmati alunan blues yang dimainkan
musisi murah senyum ini.
“Luar biasa, alunan musiknya nya
sangat menyenangkan didengar.
Penampilan berbobot seperti
ini sangat jarang bisa ditemui di
Manado,” tutur Matilda Serol.
Antusiasme pengunjung memang
luar biasa. Tak ayal waktu
performance yang sedianya
berakhir pukul 00.00 Wita molor
hingga pukul 01.30.
Stefanus Pusung, Owner
Waroeng Charity mengakui bahwa
kehadiran Ginda Bestari memang
menjadi magnet tersediri bagi
pecinta musik di Manado.
“Sejak jam Tujuh malam, tempat ini sudah
dipenuhi pengunjung. Padahal menurut jadwal
Ginda tampil jam 10 Malam,” ungkap lelaki
yang kerap disapa dengan om Stef ini (carol)
Performance Asik dari Ginda Bestari
E X P O S E
M A G A z i n e
KONTES otomotif terbesar di Sulut, Mantos
Auto Contest (MAC) 2015 mengambil tema
Limited Edition kembali digelar.
Kegiatan yang digelar di Manado Town
Square (Mantos) pada akhir bulan lalu ini
langsung menjadi ajang yang spektakuler dan
menarik bagi warga Manado.
Pasalnya disini, kreativitas pecinta otomotif
di Manado diuji untuk bisa tampil beda dan
menarik. Beberapa jenis mobil sekelas Honda
City, Xenia, Avanza dan Grand Livina terlihat
memukau para pengunjung mall tampilan
eksteriornya yang mewah serta sound nya
yang menggelegar.
Coco peserta dari Pineleng mengaku, dirinya
rela mengeluarkan bujet sebesar Rp.80 juta
untuk memodifikasi mobil Livinanya menjadi
motif Hulk.
“Saya rela merogoh kocek yang banyak
untuk menyalurkan hobi,” ungkapnya sambil
tersenyum.
Novri Rambing, PIC gelaran Mantos Auto
Contest 2015 Manado mengatakan, iven
ini sudah dilakukan selama tujuh tahun
berturut-turut dan telah diikuti 131
motor. “Sebenarnya yang mendaftar 160
motor. Namun, 29 motor tak lolos syarat.
Pesertanya dari Sulawesi Selatan, Gorontalo,
Maluku Tenggara,” ungkapnya.
PASAR properti di Manado terus mengalami
perkembangan yang luar biasa dan
senantiasa mengikuti zaman yang semakin
modern.
Ini terbukti dengan dilaunching Paramount
Hills Manado di Grand Atrium Manado Town
Square (Mantos) III, pada pertengahan
November lalu.
Perumahan ini merupakan proyek residensial
menengah ke atas yang berlokasi di pinggir
Pantai Malalayang, dengan pemandangan
menghadap ke laut Manado, Pulau Manado
Tua dan Gunung Lokon apabila melihat
ke Selatan. Strategisnya lokasi ini karena
dibangun di atas lahan seluas 20,8 hektare
berada di terusan jalan Boulevard, dan hanya
sekira 10 menit ke pusat Kota Manado.
Dalam launching perdana tersebut
ditawarkan juga harga yang fenomenal bagi
masyarakat yang ingin membeli.
Andreas Nawawi, Managing Director
Paramount Land mengatakan, harga yang
ditawarkan sangat cocok untuk investasi
di kemudian hari. Selain itu, untuk pembeli
nantinya akan diberikan genset untuk
mengatasi permasalahan listrik.
“Kami mengambil keputusan untuk masuk
ke Manado, karena akan
dibukanya jaringan serat optik
langsung dari Amerika serta
penerbangan Internasional
kedua setelah Batam. Selain
itu, potensi pariwisata dan
daya beli masyarakat Manado
sangat besar meskipun
dalam masa krisis ekonomi,”
katanya.
Sementara itu, Direktur
Paramount Land, Aryo Tri
Ananto mengemukakan, ada
tiga cluster yang bisa dipilih
konsumen yaitu gaya Modern
Classic, France dan American.
Saat ini yang disiapkan ada
sekira 202 unit untuk cluster
Modern Classic.
Menurutnya, untuk setiap
unit rumah Paramount Hills
Manado dibangun semi-
detached dengan berbagai pilihan luas rumah
sesuai kebutuhan pembeli.
Sementara itu, Presiden Direktur PT
Paramount Land, Ervan Adi Nugroho
mengatakan, Paramount Hills mengusung
konsep custom yaitu hunian dengan desain
yang dapat dipilih sesuai dengan selera dan
kebutuhan pribadi. Pilihan desain tersebut
dipasarkan dengan harga menarik mulai
Rp.995 juta per unit tergantung ukuran dan
spesifikasi yang diinginkan konsumen.
“Boleh dibayar tunai maupun bertahap 18
sampai 60 kali sehingga masyarakat dapat
memiliki hunian ini,” ungkap Ervan Adi.
(Bianca)
Paramount Hills Hadir di Manado
Mantos Auto Contest (MAC) 2015 Lebih Semarak
My Manado 33
Flavour34
Ingin menikmati ayam bakar yang full
bumbu ala Minahasa yang berbeda dengan
yang biasanya, maka sempatkanlah untuk
berkunjung ke Dragonet Cafe.
“Menu utama adalah ayam bakar Tino, bisa
dikata menu ini hampir sama dengan ayam
taliwang, namun penyajiannya dan rasanya
sedikit lebih berani,” kata Manager Dragonet
Cafe, Sonny Porong pada tim Expose Manado
belum lama ini.
Namun untuk yang menyukai menu laut,
maka cafe inipun menyediakan udang
woku blanga, kuah asang goropa yang juga
tidak kalah menggoda untuk dirasakan dan
dinikmati lidah.
Tidak ketinggalan aneka sayuran seperti
kangkung cah ambor rica bakasang, sayur
pait dan cap cae cah yang menjadi menu
tambahan yang tidak kalah menggoda serta
desert dari buahan buahan seperti mangga
harum manis, papaya, semangka, dan nanas.
Untuk minuman ringan, café yang juga seatap
dengan Dragonet Dive Resort dan Manado
Diving Club (MDC) ini juga menyediakan mix
juice yang terdiri dari buah buahan andalan
Sulut sekelas, papaya, semangka, nenas,
wortel, jeruk, dan ketimun. Selain itu ada, kopi
panas, teh panas dan coklat panas, serta tidak
ketinggalan moctail, beers, dan coca cola.
Bagaimana dengan harga yang disajikan? Ternyata
sangat terjangkau, walau memiliki konsep ala
restoran berbintang namun café ini melabeli
menu-menu mereka sangat terjangkau.
“Untuk paket ayam bakar Tino tidak
lebih dari Rp40.000, sementara untuk
minumannya tidak masih rata rata sekira
Rp10.000 keatas. Dan semua menu yang
kami siapkan disini adalah menu 100 %
halal,” tambah sang owner Dragonet Café,
James Saerang.
Cafe yang berkonsep green dengan
pemandangan indah dari Teluk Manado,
memulai aktivitas untuk pengunjung umum
sekira pukul 15.00 wita hingga 23.00 Wita.
Jadi bagi Anda yang ingin merasakan sensasi
gurih dan kenikmatan yang sedikit beda
dan ingin menikmati alam Minahasa dan
Manado secara bersamaan, maka luangkan
waktu untuk ke Dragonet Café, Desa Kalasey
Minahasa. (Carol)
Gurihnya
Ayam Tino
dari
Dragonet
Café
I
E X P O S E
M A G A z i n e
Techno 35
BAGI para petualang pasti cukup mengenal dengan
kamera GoPro. Saat ini sudah hadir GoPro Hero 4
Session tampil dengan ukuran lebih kecil setelah
GoPro 4 dibuat dalam beberapa model camera action
cam, seperti GoPro Silver Black.
Produk ini sangat unik, karena bentuknya berbeda
seperti kotak (kubus). Kemampuan GoPro Hero4
Session untuk recording video full HD 60 fps.
Nah, untuk foto kamera GoPro Hero 4 Session dapat
mengabadikan gambar wide 8 Mpix, atau 5 Mpix
untuk format medium. Fitur lain seperti timelapse
serta burst mode 10 foto perdetik.
Harga camera GoPro Hero4 Session terbaru ini
kabarnya dijual $399, atau sama seperti GoPro yang
dilengkapi dengan layar sentuh di panel LCD. Camera
GoPro Hero4 Session mulai dipasarkan bulan Juli
2015. Bentuknya yang unik dan simpel menjadikan
GoPro Hero4 Session ini adalah teman sehati para
petualang.(Bianca)
Teman Sehati Para Petualang
E X P O S E
M A G A z i n e
Video Resolution Frame Per Second (fps) Sudut Gambar Kamera (FOV) Screen Resolution
1440p
1080p
1080p Superview
960p
720p
720p Superview
WVGA
30, 25
60, 50, 30, 25
48, 30, 25
60, 50, 30, 25
100, 60, 50, 30, 25
60, 50, 30, 25
120, 100
Ultra Wide
Ultra Wide, Medium
Ultra Wide
Ultra Wide
Ultra Wide, Medium
Ultra Wide
Ultra Wide
1920 x 1440
1920 x 1080
1920 x 1080
1280 x 960
1280 x 720
1280 x 720
848 x 480
E X P O S E
M A G A z i n e
Menjajaki Keindahan Bawah Laut
Pant ai Kombi
Underwater36
Bagi dunia wisata bawah air, nama spot
Pantai Kombi di Minahasa, belumlah
setenar Pantai Malalayang milik Kota
Manado.
Namun siapa yang menyangka jika alam
bawah airnya menarik. Inilah yang saya
temui saat melakukan penyelaman
bersama tim Persatuan Olahraga Selam
Seluruh Indonesia (POSSI) Sulawesi
Utara (Sulut) yang dipimpin oleh Sangari
Malontong, Debora Rumaouw dan Nelson
Uada belum lama ini.
Cuaca yang sedikit tidak mendukung
membuat rencana awal kami untuk
menyelam dari bibir pantai terpaksa kami
tiadakan, dan mencoba menggunakan
perahu nelayan untuk mengantar kami ke
titik kedalaman sekira lima meter.
Tidak perlu menunggu lama, kamipun bisa
langsung menyaksikan gugusan hardcoral
dan softcoral yang sehat plus angelfish
yang berwarna-warni yang berseliweran
didepan mata tanpa rasa takut.
Hampir sekitar 15 menit kami berada
dikedalaman awal, kamipun kembali
melanjutkan hingga di kedalaman sekitar
9 meter, disini mata kamipun menikmati
pemandangan eksotis lainnya yang indah
seperti seahorse dan aneka lionfish plus
stingray yang luar biasa besar karena
terlihat berdiameter sekira tiga meter.
Bisa disebut penyelaman kali ini adalah
penyelaman untuk mencari spot baru
di Pantai Kombi, namun siapa yang
menyangka jika apa yang kami temukan
ternyata juga luar biasa.
“Coral-coralnya sehat, ikan-ikan nya juga
beraneka ragam. Ini yang kita lakukan
penyelaman baru satu tempat saja. Dan
saya yakin ada spot-spot menarik yang
juga sama indahnya,” tutur Uada yang
merupakan salah satu instruktur selam
CMAS. Sambil menyebut bahwa spot
indah tersebut dinamakan Spot Dira
sesuai dengan permintaan Debora yang
merupakan Ketua POSSI Minahasa.
E X P O S E
M A G A z i n e
Nah, bagi para penyelam yang ada di Sulut
yang berminat untuk bisa ketempat ini
dengan menggunakan kendaraan roda
empat, maka Anda membutuhkan waktu
sekira 1 jam 20 menit jika perjalanan
dimulai dari Winangun Manado, dan sekira
1 jam jika ditempuh dari Desa Maumbi
Minahasa Utara. Dan bagi yang belum
memiliki sertifikat, sangat tidak dianjurkan
untuk menyelam disini.
Selain itu, bagi para penyelam yang belum
memiliki perlengkapan menyelam, maka
jangan ragu untuk mendapatkannya di dive
resort dan dive center yang ada Manado,
Minahasa dan Bitung. (Carol Tine)
Underwater 37
PLAY NOW
Event38
Trip of Indonesia (TroI) Seri Ketiga
atau Grand Final dari Kejuaraan
Nasional Paragliding 2015 berhasil
digelar di Manado, ibu kota Sulawesi
Utara (Sulut) pada 5 November lalu.
Sebanyak 130 pilot (sebutan untuk atlet
paragliding) yang mewakili 15 provinsi di
Indonesia plus satu atlet asal Malaysia, ikut
unjuk gigi dalam event yang berlabel junior,
senior,open, dan Tandem yang dibuka
secara langsung oleh Gubernur Sulut Soni
Sumarsono didampingi Wali kota Manado
GS Vicky Lumentut, Ketua Umum Federasi
Aero Sport Indonesia (FASI) Sulut, Kolonel
Pnb Djoko Tjahjono dan Deputi Kementerian
Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bidang
Pembudayaan Olahraga Faisal Abdullah.
“Saya sangat berharap kejuaraan ini
bisa menjadi event yang terkenal hingga
mancanegara, dan membuat makin banyak
atlet luar tertarik untuk ikut,” kata Direktur
Jendral (Dirjen) Otonomi Daerah (Otda) di
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
sambil menyebut bahwa kejuaraan ini akan
mampu meningkatkan perekonomian Sulut
melalui sektor pariwisata.
“Jadi bisa sinergi dengan program Visit
Sulawesi Utara, #MariJoKaManado”
tambahnya.
Dari pantauan Tim Expose Manado para
pilot paragliding terlihat antusias dengan
kejuaraan yang digelar selama tiga hari,
cuaca Manado yang sering berubah tidak
menjadi halangan.
“Sangat luar biasa bisa terlibat langsung
pada kejuaraan ini, terutama sebagai pilot
asal Manado,” kata pilot Ifa Kurniawati pada
tim Expose
Manado.
Berikut adalah
Hasil Kejuaraan
Paragliding Trip of
Indonesia (TRoI) Grand
Final 2015 dimana untuk
kategori Junior putra
tampil sebagai juara pertama
adalah pilot Sulthon Nurzeha
Opier dengan 142 poin,
kemudian pilot Kurniadi
Rusnandi dengan 205 poin
duduk sebagai posisi kedua
sementara pilot Syafri Jhon
Hendri berhasil mengumpulkan
232 poin.
Di kategori Senior putra, pilot Roni Pratama
berhasil tampil terbaik dengan 56 poin,
disusul ditempat kedua oleh pilot Umar
Suparman dengan 88 poin kemudian di
posisi ketiga ada pilot Reza C. Kambey yang
mengumpulkan 229 poin. Di nomor Senior
putri, pilot Nofrica Yanti berhasil menjadi
juara pertama setelah mengumpulkan 869
poin, disusul Ifa Kurniawati dengan 1.036
poin diposisi kedua dan diposisi ketiga ada
Rika Wijayanti dengan 1.294 poin.
Untuk nomor Tandem, keluar sebagai juara
adalah Umar Suparman dengan 9 poin,
diposisi kedua ada pilot Ardi Kurniawan
dengan 146 point, dan pilot Joni Efendi
dengan 494 point meraih posisi ketiga.
“Gunung Tumpa ini sangat istimewa, bisa
buat lomba ataupun pemula yang baru
mau belajar Paragliding,” ujar pilot Nanvie
Tagah yang juga ikut serta pada kegiatan ini.
(Teks :Carol. Foto : Fernando Rakian)
Gunung Tumpa
E X P O S E
M A G A z i n e
Mengejar Prestasi di
Event 39
E X P O S E
M A G A z i n e
Model : Novia Indriani Mamuaja / Fotografer : yehabe
E X P O S E
M A G A z i n e
Photography40
Sunset1
Foto karya Adith Sanjaya.
lokasi Kawasan Megamas
2
Foto karya Ruedix
Palamani. Lokasi : Gunung
Tumpa Kecamatan Wori.
3
Foto karya Armando Loho.
Lokasi : Areal Persawahan
Boulevard Tondano.
3
1
PESONA
E X P O S E
M A G A z i n e
E X P O S E
M A G A z i n e
Photography 41
Sunset mempunyai pesona tersendiri bagi kalangan fotografer landscape. Banyak fotografer yang menyiapkan
waktu khusus untuk berburu momen ini. Memotret sunset tidaklah mudah seperti yang anggapan banyak orang.
Para pemburu sunset tak selamanya membawa pulang hasil foto yang memuaskan. Faktor alam dan teknis kadang
menjadi kendala. Di edisi ini Expose Manado menurunkan hasil bidikan para Sunset Hunter yang di beberapa lokasi
di Sulawesi Utara. Selamat Menikmati.
4
Foto karya Andrew Supit. Lokasi :
Dermaga Pantai Tateli
5
Foto karya Armando Loho.
Lokasi : Teluk Manado
6
Foto karya Mikael Pandeinuwu.
Lokasi : Pusat bisnis Boulevard
Bahu
2 4
5 6
E X P O S E
M A G A z i n e
20151201 expose manado_digital_edisi4_r3_a
20151201 expose manado_digital_edisi4_r3_a
20151201 expose manado_digital_edisi4_r3_a

More Related Content

Viewers also liked (18)

San ezequiel
San ezequielSan ezequiel
San ezequiel
 
Coragem
CoragemCoragem
Coragem
 
Φωτογραφίζω το Φυσικό Περιβάλλον της περιοχής μου
Φωτογραφίζω το Φυσικό Περιβάλλον της περιοχής μου Φωτογραφίζω το Φυσικό Περιβάλλον της περιοχής μου
Φωτογραφίζω το Φυσικό Περιβάλλον της περιοχής μου
 
Cuadro comparativo de los diferentes medios de transmisión guiados y no guiados
Cuadro comparativo de los diferentes medios de transmisión guiados y no guiadosCuadro comparativo de los diferentes medios de transmisión guiados y no guiados
Cuadro comparativo de los diferentes medios de transmisión guiados y no guiados
 
Viaje mundo
Viaje mundoViaje mundo
Viaje mundo
 
Ejercicios mat lab graficas
Ejercicios mat lab graficasEjercicios mat lab graficas
Ejercicios mat lab graficas
 
Abra os 2_
Abra os 2_Abra os 2_
Abra os 2_
 
CONEXIONES DE RED
CONEXIONES DE REDCONEXIONES DE RED
CONEXIONES DE RED
 
Active directory
Active directoryActive directory
Active directory
 
Para sicologia
Para sicologiaPara sicologia
Para sicologia
 
Ano novo sonhos de fim_de_ano
Ano novo sonhos de fim_de_anoAno novo sonhos de fim_de_ano
Ano novo sonhos de fim_de_ano
 
Atraves del caminho
Atraves del caminhoAtraves del caminho
Atraves del caminho
 
Francisco Gil Castelo Branco - Conto Romantico Um Figurino
Francisco Gil Castelo Branco - Conto Romantico Um FigurinoFrancisco Gil Castelo Branco - Conto Romantico Um Figurino
Francisco Gil Castelo Branco - Conto Romantico Um Figurino
 
Aula viva 1 de junio
Aula viva 1 de junioAula viva 1 de junio
Aula viva 1 de junio
 
Diagnostico de educacion matematica 2° básico
Diagnostico de educacion matematica 2° básicoDiagnostico de educacion matematica 2° básico
Diagnostico de educacion matematica 2° básico
 
Tempestades
TempestadesTempestades
Tempestades
 
Homenagem diferente
Homenagem diferenteHomenagem diferente
Homenagem diferente
 
YeminaTorres8
YeminaTorres8YeminaTorres8
YeminaTorres8
 

Similar to 20151201 expose manado_digital_edisi4_r3_a

Surat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling diniSurat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
samerdanta sinulingga
 
Digital surya 16 november 2013
Digital surya 16 november 2013Digital surya 16 november 2013
Digital surya 16 november 2013
Portal Surya
 
Kedaulatan Rakyat 17 Maret 2014
Kedaulatan Rakyat 17 Maret 2014Kedaulatan Rakyat 17 Maret 2014
Kedaulatan Rakyat 17 Maret 2014
hastapurnama
 
Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)
Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)
Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)
Rizki Ananda
 

Similar to 20151201 expose manado_digital_edisi4_r3_a (14)

TUNDA'S PROJECT - COMM
TUNDA'S PROJECT - COMMTUNDA'S PROJECT - COMM
TUNDA'S PROJECT - COMM
 
Wisata Pulau Tidung
Wisata Pulau Tidung Wisata Pulau Tidung
Wisata Pulau Tidung
 
Paket Wisata Togean
Paket Wisata TogeanPaket Wisata Togean
Paket Wisata Togean
 
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling diniSurat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
 
Kabar JKPP Edisi 1
Kabar JKPP Edisi 1Kabar JKPP Edisi 1
Kabar JKPP Edisi 1
 
Digital surya 16 november 2013
Digital surya 16 november 2013Digital surya 16 november 2013
Digital surya 16 november 2013
 
SKOR Edisi 024
SKOR Edisi 024SKOR Edisi 024
SKOR Edisi 024
 
Tabloid SKOR Edisi-24
Tabloid SKOR Edisi-24Tabloid SKOR Edisi-24
Tabloid SKOR Edisi-24
 
Jelajah Batas edisi 1 April-May 2016
Jelajah Batas edisi 1 April-May 2016Jelajah Batas edisi 1 April-May 2016
Jelajah Batas edisi 1 April-May 2016
 
Bisnis Masa Depan ada di Laut Indonesia
Bisnis Masa Depan ada di Laut IndonesiaBisnis Masa Depan ada di Laut Indonesia
Bisnis Masa Depan ada di Laut Indonesia
 
Kedaulatan Rakyat 17 Maret 2014
Kedaulatan Rakyat 17 Maret 2014Kedaulatan Rakyat 17 Maret 2014
Kedaulatan Rakyat 17 Maret 2014
 
Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)
Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)
Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)
 
Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)
Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)
Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)
 
Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)
Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)
Projek kuliah pemasaran informasi rziki muadz kelas b (slideshare)
 

20151201 expose manado_digital_edisi4_r3_a

  • 1. MAJALAH GRATIS DAPATKAN DI PICK UP POINT KAMI Edisi Desember - 2015
  • 2.
  • 3. Pesta Rakyat sebentar lagi, tak terasa Pilkada serentak 9 Desember tinggal menghitung waktu beberapa hari kedepan. Ketua Divisi Umum, Rumah Tangga, Organisasi dan Data Informasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Utara (Sulut), Zulkifli Golonggom, SPdI menguraikan kembali tentang mekanisme kerja hingga pelaksanaan pemungutan suara nanti. Adapun ketentua n syarat sebagai pemilih sudah pasti harus berusia 17 tahun pada hari pemungutan suara, dan masih tergolong aktif dalam artian belum meninggal, kalaupun sudah meninggal maka namanya harus dicoret dari daftar pemilih, belum pindah domisili dan tidak bertatus sebagai anggota polisi atau TNI. “Untuk memastikan hal-hal tersebut sudah terpenuhi semua, maka harus didatangi ke setiap rumah warga. Kemudian data tersebut dikumpulkan oleh Panitia Pemungutan Suara (PPS) untuk direkap menjadi Daftar Pemilih Hasil Pemutakhiran, setelah itu dihitung dan direkap oleh PPK menjadi Daftar Pemilih Hasil Pemutakhiran Tingkat Kecamatan, dan pada kabupaten ditetapkan sebagai Daftar Pemilih Sementara (DPS),” jelas Zul Setelah DPS ditetapkan pada tanggal 3 September oleh KPU Kabupaten/Kota, direkap lagi ditingkat Propinsi Sulut menjadi Daftar Pemilih Sementara Tingkat Propinsi yang akan digunakan sebagai total keseluruhan pemilih sementara di penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur. Kemudian DPS tersebut akan diumumkan ke masyarakat melalui tempat-tempat yang dianggap strategis yang dapat dilihat oleh warga seperti di TPS atau tempat- tempat ibadah dengan menggunakan pengeras suara. “Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan nama pemilih,atau nama si pemilih tidak terdaftar dalam DPS tersebut, maka bisa langsung dikoreksi ke panitia untuk didaftarkan kembali selama berada dalam masa pengumuman dan akan direkap kembali oleh PPS dan PPK, “ tambahnya. Setelah selesai masa pengumuman, data tersebut disusun dan direkap kembali oleh PPS dan PPK hingga sampai pada tingkat kabupaten/kota ditetapkan menjadi Daftar Pemilih Tetap. Perlu diketahui oleh masyarakat khususnya bagi penduduk (pemilih) yang mempunyai mobilitas pekerjaan yang berpindah-pindah tempat, bisa saja pada waktu DPS dan DPT ditetapkan namun masih saja ada warga yang belum terdaftar, oleh karena itu KPU tetap melindungi setiap hak konstitusi warga Negara yang belum terdaftar tersebut dalam DPT kemudian dimasukkan dalam DPT Tambahan 1. Lalu, bagaimana dengan bila sampai pada hari pemungutan suara, masih saja ada pemilih yang belum terdaftar? Nah, dia bisa menggunakan hak pilihnya dengan menunjukkan KTP kepada PPS selama 1 jam sebelum TPS ditutup, dikarenakan ia tidak terdaftar dalam DPT dan DPT Tambahan 1 serta tidak mendapatkan undangan Form C6. Dengan catatan bahwa si pemilih memang penduduk yang berdomisili di TPS di mana ia akan menggunakan hak pilihnya. Kemudian bagi pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT dan DPT Tambahan 1 makan ia dimasukkan ke dalam DPT Tambahan Dua. “Begitu juga dengan pemilih yang telah pindah domisili dikarenakan alasan tertentu seperti studi atau kerja, maka ia bisa mengajukan Surat Pindah Memilih ke TPS tempat ia akan menggunakan hak pilihnya atau ke KPU Kabupaten/Kota asal domisilinya, “jelasnya saat ditemui tim di ruangannya. Untuk kategori pemilih yang memiliki kebutuhan khusus seperti tuna netra, akan dilayani dengan menggunakan template berupa alat khusus yang digunakan untuk mereka mencari tahu pasangan calon yang akan mereka pilih kemudian mencoblos surat suara. Kesimpulan sederhananya, siapapun dia, meski dengan kondisi jasmani yang sakit, namun rohaninya sehat, dia bisa menggunakan dan memilih pilihannya, maka ia tetap bisa menggunakan hak pilih dan melakukan pemungutan suara. (Lily) Adv 3 1 Komisioner KPU Provinsi Sulawesi Utara bersama Staff dalam acara Deklarasi Kampanye Damai 2 Zulkifli Golonggom, SPdI (Ketua Divisi Umum, Rumah Tangga, Organisasi dan Data Informasi) KPU Prov. Sulut 2 1 Gunakan Hak Pilih Anda Sebaik- baiknya
  • 4. E X P O S E t h e p r i d e o f a n i d e n t i t y
  • 5.
  • 6. Destination6 E X P O S E M A G A z i n e Kahakit ang Teks dan Foto : Stenly Pontolawokang Kahakit angEksotika Pulau Persinggahan Dua Raja
  • 7. Destination 7 E X P O S E M A G A z i n e 1 Untuk destinasi edisi Desember kali ini, tim Expose Manado menyajikan perjalanan seru dengan pemandangan yang eksotisnya yang luar biasa di sebuah pulau indah yang ada di ujung Sulawesi Utara (Sulut). Seperti biasanya, awal perjalanan kami selalu diawali dengan rapat kecil di pagi hari awal pekan ini. Karena pemilihan pulau ini telah kami diskusikan sebulan sebelumnya, maka rapat kali ini hanya menitikberatkan pada waktu yang akan kami gunakan dan objek yang seperti apa yang akan kami ambil untuk memberikan sensasi indah bagi mata para pembaca sekalian. Perjalanan dari Manado menuju Pulau Kahakitang kami mulai di malam hari dengan menumpang kapal penumpang harian dengan tujuan Tahuna. Pulau Kahakitang sendiri merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Sangihe, tentunya Anda sedikit bertanya mengapa kabupaten ini masuk dalam kategori kabupaten kepulauan? Ya, karena Sangihe memiliki 105 pulau yang terbagi atas 26 pulau berpenghuni dan 79 pulau yang tidak berpenghuni. Dan Kahakitang masuk dalam kategori 26 pulau berpenghuni. Perjalanan Manado ke Tahuna memakan waktu sekira 14 jam, kami kemudian
  • 8. melanjutkan perjalanan ke Kahakitang dengan menggunakan kapal Majestic Kawanua sekira pukul 09.30 Wita. Karena merasa lelah dengan perjalanan laut ini, saya dan tim memutuskan untuk rehat sejenak alias memejamkan mata. Serasa tidak lama kami mendengar pengumuman dari pengeras suara milik kapal cepat ini yang menyebutkan bahwa dermaga Kahakitang sudah terlihat dan dalam hitungan detik kami akan segera memulai liputan. Asal Usul Kahakitang awalnya berasal dari kata Darakitang yang berarti persinggahan. Menurut cerita rakyat, dua raja yang ada di kawasan Nusa Utara yaitu Raja Siau dan Raja Manganitu singgah sementara di pulau ini untuk melakukan sebuah kesepakatan antar kerajaan. Kahakitang sendiri secara administratif merupakan ibukota Kecamatan dari Kecamatan Tatoareng yang dihuni oleh sekira 5.226 jiwa, dengan hampir 80 persen kepala keluarganya bekerja sebagai nelayan tradisional dan sisanya adalah petani. Selain pulau ini, kecamatan Tatoareng juga memiliki tiga pulau yaitu Pulau Para, Pulau Mahengetang dan Pulau Kalama. Ditinjau dari letak geografisnya, Pulau Kahakitang memiliki luas sekira 17,98 km2, dengan berbatasan langsung dengan Laut Sulawesi dan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). Hari Pertama Hari pertama menginjakkan pulau yang dikelilingi oleh rangkaian coral sehat ini adalah melakukan survey awal di Kampung Kahakitang. Yang kami temui pertama adalah aksi kumpulan anak-anak yang berusia sekira lima hingga sembilan tahun yang bermain permainan tradisional yang mereka mainkan dengan gembira. Sekejab, saya seperti dihantar ke masa lalu, melihat Destination8 E X P O S E M A G A z i n e 2 3 4
  • 9. permainan-permainan ini, sepertinya saya menemukan jawaban atas nilai-nilai apa yang mulai hilang dari masyarakat modern. Anak – anak ini sejak kecil telah belajar bagaimana bekerja sama dan menjadi satu kesatuan yang kuat. Tak butuh waktu lama, saya langsung memberikan kode pada tim untuk mengabadikan aksi anak-anak ini. Usai menyaksikan kegiatan penuh tawa dari anak-anak, kami pun melangkah kedalam perkampungan dan menemukan kegiatan sampingan para nelayan dan keluarganya yaitu pengolahan ikan garam secara tradisional. Selain untuk dijual, ikan garam digunakan sebagai pengganti ikan segar sebagai bahan makanan saat para suami atau kepala keluarga mereka tidak bisa melaut akibat cuaca ekstrem. Ini langsung membuat asumsi saya bahwa pengolahan ikan garam di Sangihe hanya berada di Pulau Para langsung terbantahkan, tidak perlu menunggu lama, saya memutuskan untuk segera membeli sekira 1 kg ikan garam ini sebagai buah tangan untuk keluarga di Manado nantinya. Tidak terasa, survei hari pertama kami di kampung ini menyita waktu yang cukup lama, karena saat sadar dari rasa penasaran tentang pengolahan ikan garam, mata mulai melihat warna indah saat matahari terbenam. Tidak perlu menungu lama, momen indah ini membuat saya dan tim mengambil sudut-sudut indah dari desa untuk bisa Destination 9 E X P O S E M A G A z i n e 5 6 1. Pemandangan Teluk Makurese dari Tanjung Bango. 2. Kapal Motor Cepat di foto dari Pelabuhan Kahakitang. 3, 4. Aktifitas bermain anak-anak di Pulau Kahakitang. 5. Proses pembuatan ikan garam di Pulau Kahakitang 6. Proses pembuatan kapal kayu oleh penduduk.
  • 10. menikmati jaringan internet untuk browsing sesuai keinginan saya, kemudian saya bisa menikmati aliran listrik sekira 12 jam per hari (karena listrik di Manado dan sekitarnya sejak bulan Agustus lalu mengalami masalah pemadaman). Namun disini, listrik hanya bisa dinikmati pada malam hari selama 3 jam mulai pukul sekira 19.00 Wita. Menjelang malam listrik perlahan mulai padam, hanya suara ombak, dan beberapa suara warga yang asik bercerita yang terdengar. Semuanya terasa damai dan menenangkan. Saya pun beristirahat, mempersiapkan diri untuk perjalanan ke Tanjung Bango esok hari. Hari Kedua Dihari kedua ini, saya dan tim mempersiapkan diri menuju ke Tanjung Bango, yang ada di Kampung Taleko sekira pukul 08.00 Wita. Menurut masyarakat lokal yang saya temui di Kampung Kahakitang, dari tempat itu bisa terlihat pemandangan yang indah. Tanjung Bango sendiri berasal kata Tanjung dan Bango. Kata Tanjung pastinya sudah bisa kita tebak artinya namun Bango? Jangan salah, karena itu bukanlah kata yang mengartikan salah satu jenis burung. Bango di kamus bahasa Sangihe artinya kelapa, jadi Tanjung Bango artinya Tanjung Kelapa. Saya dan tim memulai perjalanan dengan berjalan kaki tanpa mengetahui seberapa jauh dan seberapa waktu yang akan ditempuh. Karena kami hanya mengandalkan penjelasan dari warga Kampung Kahakitang untuk menuju Tanjung Bango. Seperti yang pernah kami alami, jika berjalan di daerah-daerah kepulauan, jawaban yang pasti yang kami dapatkan adalah, “disana, cuma dekat”. Bagi ukuran telinga, kata tersebut bisa disebut sebagai ukuran waktu tempuh kurang sekira 30 menit, namun bagi Destination10 E X P O S E M A G A z i n e mengkolaborasikan si jingga milik matahari dengan keelokan tradisonal milik kampung ini. Lagi-lagi saya kembali melupakan waktu karena pesona pulau hijau ini, tidak terasa kami masih berada di kampung ini walau waktu mulai gelap. Setelah beberapa kali memotret di pinggiran pantai saya kembali ke tengah kampung untuk menikmati tampilan indah yang disajikan alam pada mata manusia, gugusan bintang-bintang cantik yang berkelap-kelip menjadi hal yang mungkin disaat langit masih bebas dengan polusi dan tentu saja tidak terlalu banyak sorot lampu. Kami pun memutuskan untuk menginap di kampung tua ini. Lagi-lagi saya menemukan sebuah rasa yang luar biasa serta membuat saya kembali sadar bahwa saya memiliki hidup yang sangat luar biasa dibandingkan warga disini. Mengapa? Karena saat berada di Manado, saya dengan mudahnya 7 8 7. Sunset di Kampung Kahakitang. 8. Menuju Desa Taleko melewati jalan setapak. 9. Teluk Makurese dengan air laut yang tenang. 10. Pemandangan Gunung Karangetang dan Pulau Nitu yang terlihat dari Tanjung Bango. 11. Pemandangan hutan bakau dan air laut tenang dan jernih di Teluk Makurese. 12. PLTS di Kampung Kahakitang
  • 11. kami saat ini waktu tersebut sama dengan lebih dari 30 menit. Dan ini terbukti, sesuai dengan waktu pengukur yang saya pasang pada jam tangan saya menujukkan waktu tempuh sekira 42 menit, dan jam yang saya gunakan menujukkan waktu sekira 08.42 Wita. Pada perjalanan ini, saya akui sangat banyak menguras tenaga, karena peralatan yang kami bawa rata-rata memiliki berat diatas lima kilogram, selain itu rute kali ini amat berliku dan menanjak. Namun saat sampai ke Tanjung Bango, saya langsung tersenyum puas. Luar biasa dan terima kasih ya Allah, kata saya saat melihat pemandangan yang indah milik Teluk Makurese. Lelah dan panas yang kami rasakan selama perjalanan 42 menit langsung terbayarkan, malah bisa disebut terbayar lebih. Tanpa menunggu kode, tim dan saya berebutan segera menaikkan kamera kearah mata dan tangan serasa otomatis menyesuaikan gerakan untuk bisa mengabadikan momen yang diberikan alam. Dari tanjung ini, mata bisa langsung melihat Gunung Api Karangetang milik Pulau Siau yang ada di Kabupaten Sitaro. Tiba-tiba saya tersadar dengan alarm otomatis dari jam tangan yang saya miliki, dimana setiap pukul 12.00 Wita pasti berbunyi untuk mengingatkan bahwa waktu sudah tepat tengah hari. Rasanya waktu berjalan sangat cepat kali ini, saya dan tim segera mengumpulkan peralatan dan bergegas, karena perjalanan pulang yang kami tempuh pasti memakan waktu lebih dari waktu tempuh awal. Selain itu kami memang harus cepat cepat sampai ke Dermaga Kahakitang karena pukul 14.00 Wita kami akan menumpang KM Kawaluso untuk kembali ke Tahuna dan kemudian kembali ke Manado. Banyak pengalaman baru dan menyenangkan yang kami rasakan selama dua hari berada di Kahakitang. Semoga Pulau Kahakitang tetap asri dan lestari. (Stenly Pontolowokan) Destination 11 E X P O S E M A G A z i n e 9 10 11 12
  • 12. Special Report12 1 Spektakuler Natal di Manado Spektakuler Natal di Manado M A G A z i n e E X P O S E
  • 13. Special Report 13 E X P O S E M A G A z i n e Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen Katolik pada abad keempat masehi. Peringatan ini berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala, dimana pada abad kesatu hingga abad keempat masehi dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme. Diyakini peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai hari kelahiran Yesus dan warga dunia pun menjadikannya sebagai perayaan besar, termasuk di Kota Manado. Namun gelegar Natal di ibu kota Sulawesi Utara (Sulut), memang berbeda dengan daerah lain, karena warna perayaan ini mulai dirasakan sejak awal November. Dimana lagu dan pernak-pernik Natal mulai mewarnai rumah, jalanan hingga mall- mall besar yang ada di kota ini, termasuk aneka diskon yang mulai ditawarkan untuk menarik warga. Ini pula yang membuat perputaran uang di Manado meningkat tajam keangka fantastis sekira miliaran rupiah hingga triliunan. Karena penjualan barang-barang ikut terdongkrak naik, mulai dari industri mikro hingga menengah sangat menggantungkan penjualannya di Desember ini, seperti aneka parcel mulai dari kue kering, minuman, keramik dan campurannya, kemudian ada aksesories natal seperti pohon Natal, lampu hias Natal, barang-barang elektronik hingga otomotif. Seperti yang terpantau oleh tim Expose Manado awal pekan ini, dibeberapa pusat perbelanjaan seperti di Manado Town Square (Mantos), salah satu gerai andalannya Ace Hardware The Helpfull Place mulai memberikan diskon dari 10 persen hingga 40 persen keatas. Sophian H. Adjahari, Customer Service Ace Hardware The Helpfull Place mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat Manado setiap bulannya pasti meningkat. “Ada beberapa macam varian pohon Natal dan asesorisnya yang kami siapkan dari harganya mulai Rp59.000 hingga Rp18 juta. Tak sedikit customer yang rela menghabiskan uang hingga puluhan juta rupiah hanya demi mendapatkan sebuah pohon natal yang mereka idamkan,” kata pria yang akrab disapa Tian. Begitu juga yang terlihat di Matahari Departmen Store yang ada di Mega Mall Manado. Gerai fashion terlengkap di Manado ini memang dikenal sebagai rajanya memberi diskon pada customernya. Tidak tanggung- tanggung dengan promo diskon mulai dari 20% hingga 70% pada produk jenis tertentu seperti diskon 50% dan 70%, ada juga promo beli satu gratis satu, dan promo Mereka 2 1
  • 14. Special Report14 belanja senilai Rp.150 ribu. Tidak ketinggalan promo diskon Natal dan Tahun Baru yang diberikan iT Center Manado. Pusat belanja barang elektronik terbesar yang berada di Kota Manado ini tak mau ketinggalan moment penting untuk berbagi dan meraup pelangan sebanyak banyaknya, dengan mengandalkan sale-sale nya yang luar biasa. Seperti yang diungkapkan oleh Sales Promotion Girl (SPG) produk Sony X-peria yang ada di iT Center Manado, Vernanda Wewengkang, dia malah menyebut semua produk baru yang dipasarkan telah laku sejak pertengahan November lalu. Diapun mengaku jika Desember ini, target yang dibebankan bisa dicapai. “Di counter tempat saya ditugaskan itu setiap hari selalu dibanjiri pengunjung, karena promo diskonnya yang banyak dan sesuai dengan isi kantong warga umum yang datang berbelanja di Manado,” ujarnya. Bagaimana dengan hotel dan resort yang ada di Sulut? Setali tiga uang, perayaan Natal juga disebut sebagai hari yang paling ditunggu. Tidak heran Hotel-hotel berbintang yang ada di Manado mulai menjual paket-paket Natal yang lengkap dengan room terbaiknya dengan harga harga yang spesial namun berbeda dengan gaya mall dan toko-toko yang berebutan diskon harga. “Natal dan Tahun Baru adalah dua momen indah yang selalu menarik untuk kami. Khusus ditempat kami, kami menggunakan paket spesial yaitu menjual room dengan tambahan layanan fasilitas yang menarik dan yang tidak terlupakan pada para tamu,” jelas Asst. General Manager at Tasik Ria Resort Spa and Diving. Untuk hall atau gedung yang digunakan untuk pelaksanaan ibadah Pra Natal juga sebagian besar mengaku sudah di booking jauh hari oleh beberapa pengurus partai dan gereja. “Natal adalah momen yang tidak ingin kami lewati, untuk itu kami managemen juga telah menyediakan yang spesial bagi para penyewa tempat kami,” sebut Finance Manager M Icon Manado, Siska Lawendatu. E X P O S E M A G A z i n e Di counter tempat saya ditugaskan itu setiap hari selalu dibanjiri pengunjung, karena promo diskonnya yang banyak dan sesuai dengan isi kantong warga umum yang datang berbelanja di Manado 3 4
  • 15. Special Report 15 Dia menyebut yang spesial adalah pemberian diskon senilai Rp.9.999.000 dari harga normal sewa sekira Rp.15 juta bagi gereja dan komunitas yang ingin menyewa ditempat mereka. “Tak perlu diragukan lagi untuk dekorasi dan fasilitas yang kami diberikan. Dijamin sudah pasti yang oke punya. Dengan harga tersebut, sudah termasuk pohon natal, lilin serta dekorasi standar. Namun segeralah melakukan bookingan, karena kami saat ini akan segera close,” katanya. Sementara dari Manado Convention Center (MCC), banyak warga dan gereja yang sudah memberikan uang muka sebagai tanda jadi bagi mereka untuk menggelar Ibadah Natal di tempat ini. “Memasuki awal Desember kami sudah full booking hingga tangal 23 Desember,” kata Asisten Manager dari Manado Convention Center (MCC), Frets S sambil menambahkan bahwa tanggal 24-27 mereka libur bersama. MCC sendiri menjadi salah satu hall favorit di Sulut, karena kemampuan tampungnya yang luar biasa serta bangunannya yang terlihat ekslusif. Kemampuan beli warga di Desember ini ikut menjadi perhatian dari Bank Indonesia (BI) perwakilan Sulut. Tidak heran BI langsung menyediakan dana tunai sekira Rp.3 Triliun. “Karena biasanya jelang Natal dan Tahun Baru permintaan uang tunai di Kota Manado dan sekitarnya akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan,” kata Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Peter Jacobs. Tidak ketinggalan Kepala Bank Mandiri Cabang Manado Hotman Nainggolan mengatakan pihaknya sangat siap menghadapi Natal dan Tahun Baru di Manado. Dia mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir karena kesiapan dana tunai maupun penukaran uang kecil cukup tersedia menghadapi Natal dan Tahun Baru. “Kami juga telah menyiagakan seluruh ATM di Sulut terutama Manado dan Minahasa“, tutur Nainggolan saat ditemui belum lama ini. (Carol Tine) E X P O S E M A G A z i n e 5 6 1. Aneka hiasan Natal yang dijual di pusat perbelanjaan. (Foto: Juan Manengkey) 2. Suasana pusat perbelanjaan memasuki bulan Desember. (Foto: yhb) 3. Pasar rakyat menjelang Natal di pusat kota yang difasilitasi Pemerintah kota. (Foto: Juan Manengkey) 4. Pohon Natal berukuran besar di pusat perbelanjaan 5. Persiapan menyambut Natal di Sintesa Peninsula Hotel. (Foto: yhb) 6. Salah satu pohon Natal Unik di pusat perbelanjaan di kawasan bisnis Megamas. (Foto: Juan Manengkey)
  • 16. Natal di Sulawesi Utara (Sulut), memang selalu unik dan berbeda karena perayaan Natal diawali dengan kehadiran Santa Claus (Sinterklass) dan Pit Hitam atau sering disebut Suartepit di minggu-minggu awal Desember. Tradisi Santa Claus mulanya bagian dari tradisi pemeluk agama Kristen Katolik, yang kemudian menjadi tradisi umum setiap gereja- gereja dan komunitas warga di Manado. Disini, Santa Claus selalu adalah pria yang dipakaikan berjanggut dengan menggunakan kostum serba merah dan membawa tumpukan hadiah dipunggungnya, sementara si Pit Hitam yang badannya memang dihitamkan dengan pewarna, ikut mendampinginya. Keduanya akan berkeliling ke rumah warga yang memiliki anak kecil sambil membagikan hadiah. Walau kini Polres Manado telah mencabut ijin untuk pawai mobil Santa Claus, namun aksi si pembagi hadiah dan si penasihat galak ini masih bisa disaksikan di hampir seluruh kelurahan. Dan tidak ketinggalan adalah tradisi menyalakan lilin di pekuburan milik keluarga di Manado hingga Minahasa Raya serta Tomohon. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai simbol untuk mendoakan kembali para keluarga yang telah meninggal dunia sekaligus sebagai salah satu cara untuk membersihkan kuburan, ini biasanya dimulai sekira tanggal 20 Desember. Tradisi ini juga kini makin heboh karena pameran kembang api bisa dilakukan disini. Sementara di Langowan, Minahasa ada juga tradisi pasiar kampung dengan menggunakan bendi pada saat perayaan Natal. Dan pada puncak Natal di tanggal 25 Desember, selain aparat keamanan yang melakukan penjagaan, gereja-gereja yang melakukan ibadah puncak akan dijaga juga oleh ormas dan masyarakat Muslim. “Ini adalah bukti kami mencintai daerah kami. Sulut adalah kota yang dihuni oleh berbagai ragam suku dan agama, namun kami semua mampu hidup berdampingan dengan rukun dan,” kata Harjadi Usman, salah satu pemuda mesjid di Manado saat ditemui oleh tim Expose Manado.* Tradisi Natal di Sulut 2 1 1. Tradisi Santa Claus di Manado. (Foto: Carol Tine) 2. Umat Muslim memberikan ucapan Natal kepada umat Nasrani sesaat selesai ibadah Natal di Gereja. (Foto : Basrul Haq) Special Report16 E X P O S E M A G A z i n e
  • 17.
  • 18. Desember itu indetik dengan kegembiraan perayaan Kelahiran Jesus Kristus. Tidak heran, di ibu kota Sulawesi Utara (Sulut) perayaan untuk Natal pasti sangat luar biasa dan spektakuler mewah dan beragam. Untuk edisi kali ini, Expose Manado menyajikan 10 hal terunik dari Natal yang hanya bisa dirasakan langsung jika berada di Manado. Ini dia. Highlight18 M A G A z i n e E X P O S E
  • 19. Highlight 19 M A G A z i n e E X P O S E
  • 20. Figure20 E X P O S E M A G A z i n e 2 1 Kain Kofo adalah Kearifan lokal yang sudah lama ditinggalkan oleh masyarakat Sangihe. Kain ini merupakan kain tenun khas Sangihe yang terbuat dari serat pisang hote. Pakaian yang dibuat dari tenun khas Sangihe tersebut oleh masyarakat setempat disebut dengan Balri atau Laku Hote. Jejak-jejak tenun ini masih bisa ditemukan, walaupun proses menenun kain kofo yang sudah tidak dilakukan. Menurut penelitian tenun khas Sangihe ini sudah ada sebelum tahun 1020. 1 Kain Kofo adalah Kearifan lokal yang sudah lama ditinggalkan oleh masyarakat Sangihe. Kain ini merupakan kain tenun khas Sangihe yang terbuat dari serat pisang hote. Pakaian yang dibuat dari tenun khas Sangihe tersebut oleh masyarakat setempat disebut dengan Balri atau Laku Hote. Jejak-jejak tenun ini masih bisa ditemukan, walaupun proses menenun kain kofo yang sudah tidak dilakukan. Menurut penelitian tenun khas Sangihe ini sudah ada sebelum tahun 1020. Figure20
  • 21. Figure 21 E X P O S E M A G A z i n e Dalam perjalanan ke Kabupaten Kepulauan Sangihe di pertengahan bulan November 2015, Tim Expose Manado mengagendakan untuk bertemu dengan seorang warga yang masih menyimpan Kain Kofo. Kami telah mendapatkan informasi awal terkait kain kofo dari kontributor Expose Manado di Sangihe, Stenly Pontolawokang. Informasi ini kemudian mengantarkan kami untuk bertemu dengan Bapak Yumbure Kelenggihan (62) lelaki parubaya yang dimaksud. Dia adalah seorang bapak yang sederhana dan memiliki kepedulian tinggi terhadap aset budaya Sangihe. Perjalanan kami menuju Desa Manumpitaeng ditempuh kurang lebih 20 menit dari kota Tahuna. Kami ditemani Vander Gansalangi, Budayawan Sangihe. Vanderlah yang membantu kami mengalihbahasakan pembicaraan dengan Pak Yumbure yang kesehariannya tetap mengunakan bahasa Sangihe. Lelaki sederhana itu menyambut kami dengan hangat, setelah kami memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan kami. Tak berselang lama setelah kami tiba di kediamannya yang asri, Pak Yumbure akhirnya mengeluarkan baju yang terbuat dari kain Tenun Kofo. Sungguh kami terharu dengan pemandangan ini. Inilah kain tenun Kofo yang proses pembuatannya telah dilupakan oleh Masyarakat Sangihe. Konon menurutnya baju ini dibuat tahun 1500 an dan kini masih terawat rapi. Kain tenun Kofo dahulu pernah mengalami kejayaan bersama kain tenun lain di Indonesia. Kerajaan Tabukan pada tahun 1927 dibawah kepemimpinan WAK Sarapil disaat itu mendorong berkembangnya pembuatan kain kofo dan telah dibeli oleh masyarakat yang lebih luas, dimana penjualannya sampai Pekalongan dan Jogjakarta sebagai basis pembuatan batik Jawa. Prakarsa dari raja Tabukan berusaha memberikan solusi untuk membangkitkan kembali kejayaan kain tenun kofo. Hanya saja prakarsa tersebut pada akhirnya lenyap sampai era 70-an. Kini tidak ada lagi pekerjaan penenunan kofo. Proses menenun disebut mengahiuang, alat tenunnya disebut kahiuang, sedangkan kainnya disebut Kahiwu. Dibeberapa desa seperti di desa Lenganeng, Manupitaeng, dan Batunderang dapat ditemukan sisa-sisa alat tenun kain kofo. Sedangkan kain-kain kofo terdapat di beberapa kolektor juga di museum baik dalam maupun luar negeri. Steven Sumolang, peneliti Kain Kofo di Sangihe kepada Stenly Pontolawokang –Tim Expose Manado menjelaskan bahwa, pada awalnya warna benang kofo hanya empat macam yakni : polos, kuning, merah dan hitam. Polos artinya tidak diberi warna. Warna kuning, berasal dari celupan sari akar pohon bernama seha yang mendidih. Warna merah, dicelupkan dalam air sari buah pohon ketumbar. Sedangkan hitam, dicelupkan di dalam air buah pohon nila, yang dicampur dengan sejenis lumpur hitam pekat yang terdapat di bawah pohon Lolaroh yang tumbuh di pinggiran pantai. Seiring perkembangannya Kain Kofo pun ditemukan dengan warna- warna yang lain seperti warna lembayung, biru, hijau dan lainya. Warna yang terdapat pada Kain Kofo pun juga mempunyai makna, yakni warna putih melambangkan ketulusan hati, warna merah melambangkan keberanian di pihak kebenaran, sedangkan warna hitam tanda 2 3 4 5 1. Yumbure Kalengggihang, memainkan alat musik Tagonggong dan mengenakan baju adat yang terbuat dari kain tenun kofo. 2. Kain Tenun Kofo dan detail seratnya. 3. Motif kain Tenun Kofo 4. Serat Pisang Hote, sebagai bahan baku pembuatan Tenun Kofo. 5. Alat Tenun Kofo yang masih tersisa. (Foto-Foto: Stenly Pontolawokang) Figure 21
  • 22. Figure22 dukacita terhadap orang yang memakai Kain Kofo tersebut. Selanjutnya hiasan–hiasan atau lukisan– lukisan yang kentara, karena perbedaan warna benang Kofo yang ditenun mempunyai artinya sendiri–sendiri. Sampai abad ke 15, agama nenek moyang ialah animisme, dimana mereka memuja apa yang mereka anggap bertuah, dan takut terhadap kekuatan alam yang menerpa hidup sehari–hari. Seperti hiasan bunga–bungaan, karena bunga berbau harum, maka dipergunakan oleh mereka, untuk membujuk roh halus (bawengi, dalanise), agar roh para leluhur tetap melindungi serta memberikan kesejahteraan bagi kehidupan mereka yang ditempuh sepanjang masa. Bagi orang kecanduan menyabung ayam, sering baju Kofonya bermotifkan 2 ekor ayam jantan, sementara berlaga di arena. Matahari tinggal seperempat perjalanannya menuju peraduan. Kami masih saja terlibat pembicaraan hangat di rumah Pak Yumbure. Sajian teh hangat dan kue pia dari sang istri semakin mengakrabkan suasana. Atas permintaan kami, Pak Yumbure bersedia mengenakan pakaian yang terbuat dari tenun kofo yang ditunjukan kepada kami tadi. Kepalanya juga diikat sepotong kain kofo. Ia terlihat gagah dengan pakaian itu walaupun usianya sudah lebih dari separuh abad. Tak berselang lama, lelaki itu masuk kedalam rumahnya yang terbuat dari kayu Hoade sejenis kayu yang digunakan membuat rumah raja-raja jaman dahulu dan keluar membawa alat musik Tagonggong. Ia mengajak kami menuju depan rumah dan duduk dibawah rindang pohon. Kami berkerumun sesaat setelah ia mulai memainkan alat musik pukul itu. Dahulu kala para leluhur di tanah Sangihe memakai alat musik Tagonggong dengan melantunkan Sasambo. Sasambo adalah syair yang dilantunkan dengan irama khas dan volume yang tinggi. Kini Pak Yumbure menyajikannya kembali dihadapan kami. Kami terpana dibuatnya. Terus terang, kami sedikit bergidik mendengar pak Yumbure melantunkan Sasambo. Kami seperti dibawah ke masa lalu. Ditambah lagi suasana rumahnya diatas bukit yang terpisah dari keramain kampung. Yang terdengar hanyalah musik Tagonggong dan lantunan Pak Yumbure yang menyatu dengan gemerisik pohon dan kicauan burung. Setelah ia memainkan Tagonggong dan melantunkan Sasambo, Kami meminta Pak Yumbure untuk berpose. Pikir kami, kami harus mendokumentasikannya dangan baik. Jarang sekali menemukan orang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap budaya daerah seperti dirinya. Dengan senyum ramah ia menyanggupinya. Malahan setelah selesai memotretnya, ia menawarkan kami untuk mencoba pakain tersebut. Tentu saja kami tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Bergantian kami mengenakannya dengan penuh kehati-hatian. Maklum usia pakaian ini sudah sangat tua. Menurutnya pakaian yang disimpan secara turun temurun ini sudah ada sejak tahun 1500an. Diakhir pertemuan kami dengan Pak Yumbure, ada satu harapan besar yang disampaikan kepada kami. Harapan jika suatu saat nanti ada usaha dalam merekonstruksi kembali kebudayaan asli Sangihe yang hilang ini. Bagi kami,ini adalah harapan yang sangat luar biasa dan tulus dari seorang yang sangat mencintai budaya daerahnya. Semoga harapan bapak bisa diwujudkan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dan masyarakat yang peduli terhadap kebudayaan daerah ini. (yehabe/stenly pontolawokang) 6 6. Menangki adalah teknik melicinkan baju adat yang terbuat dari kain Tenun Kofo. (Foto: Stenly Pontolawokang) E X P O S E t h e p r i d e o f a n i d e n t i t y E X P O S E M A G A z i n e PLAY NOW
  • 23. Bussines Report 23 Yang mengaku travelers sejati, jangan mengaku keren kalo bloom injak Manado, kalimat aksi ini kini makin sering terlihat di media sosial sejak di perkenalkannya program Visit Sulawesi Utara (Sulut) 2016 dengan tagline nya #marijokamanado oleh Pejabat Gubernur, Soni Sumarsono bulan lalu. Ya, melalui program ini mantan Direktorat Jenderal (Dirjen) Otonomi Daerah (Otda) di Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri) berharap akan makin banyak wisatawan dalam negeri dan luar negeri yang berkunjung Sulut. “Potensi wisata di Sulut itu luar biasa. Yang indah dan unik itu ada di 15 kabupaten dan kota di Sulut, bukan hanya di Bunaken saja. Jadi mari jo ka Manado” kata Pria kelahiran Tulungagung, Jawa Timur pada 22 Februari 1959 ini pada tim Expose Manado. Bagi Doktor lulusan Universitas Jakarta ini, pariwisata adalah sektor yang bisa membangun dan mendongkrak lini sektor perekonomian daerah. “Tentu saja program ini harus sama-sama kita dukung. Saya bangga bisa menjadi bagian dari daerah ini,” tutur Sumarsono. Ini juga dibenarkan oleh General Manager (GM) Arya Duta Hotel Manado, Jose Wawondatu dan berharap akan makin banyak kegiatan atau even yang digelar oleh pemerintah daerah pada tahun depan. “Potensi daerah dan kebudayaan harus digarap bersamaan. Kita memiliki keindahan dan adat budaya yang disukai para wisatawan,” tutur Jose yang juga dikenal sebagai salah satu pilot Paralayang Sulut belum lama ini. Seperti kita ketahui Sulut adalah salah satu provinsi yang menjadi tujuan wisata andalan di Indonesia yang dijual ke luar negeri. Dengan memiliki total luas sekira 15.069 km2, daerah yang memiliki slogan Torang Samua Basudara ini terus dijadikan sebagai salah satu tempat rehat dari kesibukan pekerjaan para wisatawan. Tim Expose Manado sendiri belum lama ini melakukan kunjungan ke beberapa tempat wisata yang ada di kabupaten perbatasan dengan Filipina, Sangihe dan beberapa spot diving yang ada di Lembeh. Dan tidak ada kata yang bisa kami katakan selain “Luar biasa indahnya”. Jadi mari kita dukung program Visit Sulawesi Utara 2016 dengan #marijokamanado. Yuk jadi genereasi Merah Putih yang mencintai Sulut dan Indonesia. * 1 1. Pejabat Gubernur, Soni Sumarsono memperkenalkan program Visit Sulawesi Utara (Sulut) 2016 dengan tagline nya #marijokamanado (Foto: Humas Pemprov) Opportunity 23 E X P O S E M A G A z i n e
  • 24. Mothers Day24 E X P O S E M A G A z i n e Bagi Garth Imanuel Koleangan, sang mama adalah sosok wanita yang terlihat seperti kebanyakan wanita lainnya. “Mama saya adalah ibu rumah tangga yang baik. Sejak kecil saya selalu mendapat perhatian dan kasih sayangnya yang luar biasa,” tutur pemuda tampan yang baru saja genap berusia 16 tahun ini pada tim Expose Manado belum lama ini. Menurut Garth, Jull Takaliuang tidak pernah sekalipun melupakan hal hal kecil yang berhubungan dengan dirinya. Padahal pekerjaan sang ibu yang diketahuinya adalah seorang pekerja di Yayasan Suara Nurani (YSN), yang aktivitas hariannya selalu berhubungan dengan kemasyarakatan dan lingkungan. Ya, wanita yang baru saja menjadi satu-satunya wanita Indonesia yang menerima N-Peace Awards 2015 untuk kategori Untold Stories: Women Transforming their Communities di kantor utama Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) New York pada tanggal 19 Oktober lalu, memang luar biasa. Dia tidak pernah mengenal lelah untuk menjadi corong utama dari warga yang tertindas, kegiatan advokasinya bukan sebatas pada lingkungan. Jull, sejak 2003 sudah turun mendukung warga Buyat untuk melakukan perlawanan pada perusahaan tambang dunia asal Amerika Serikat, dia juga turun saat beberapa perempuan dan anak di Sulut yang diduga hendak dijual ke calo trafficking di Kalimantan dan Jakarta, mendampingi warga Likupang Timur untuk menolak aksi dari perusahaan tambang asal Australia, beraksi bersama warga untuk menolak atas aksi reklamasi pantai Kalasey dan yang terkini adalah mengadvokasi warga pulau Bangka untuk menolak eksplorasi tambang pasir besi dari perusahaan asal China. Istri tercinta dari Didi Koleangan ini juga tidak mengenal takut pada oknum aparat atau oknum pejabat yang disebutnya sebagai oknum yang tidak pro pada rakyat. Dan dia juga mampu membagi waktunya untuk sang putra semata wayangnya ini. Bagi wanita kelahiran 31 Juli 1969, berjuang membela hak-hak warga yang tertindas dan terpinggirkan selama hampir 18 tahun ini, butuh komitmen yang luar biasa namun tidak harus mengorbankan waktunya pada keluarga. “Sejak kecil Garth sudah kami tanamkan rasa mengasihi sesama, jadi saat saya keluar untuk mengadvokasi warga, kata kasih lah yang saya tekankan. Selain itu saya memiliki suami yang begitu pengertian, kami selalu bergantian menjaga putra kami,” tutur lulusan Fakultas Sastra di Universitas Sam Ratulangi yang sempat merasakan dinginnya jeruji besi karena aksinya membela rakyat kecil di Likupangn Timur. Jull sendiri, menyebut dirinya bukan sosok ibu yang sempurna bagi anak semata wayangnya, namun dia juga tidak ingin dirinya dilupakan oleh Garth karena tuntutan pekerjaannya. Penghargaan yang diterimanya juga disebut sebagai hasil konsekuensi Garth untuk memahami dan peduli padanya. Bagaimana pandangnya sebagai Ibu Indonesia? “Saya bukan Wonder woman, tokoh animasi idola saya, apa yang saya lakukan dan perjuangkan adalah kecil jika dibanding perjuangan ibu Indonesia lainnya. Namun saya berharap capai ini bisa membuat ibu-ibu di Indonesia lebih percaya diri untuk menunjukkan eksistensi dan mengambil peran penting dalam segala bidang pembangunan di semua level,” ungkap Jull. “Apa yang saya lakukan dan perjuangkan adalah kecil jika dibanding perjuangan ibu Indonesia lainnya“ Aktivis Lingkungan danJull Takaliuang Selamat Hari Ibu, Di edisi kali ini, kami menyajikan tulisan tentang sepak terjang para wanita Sulawesi Utara yang modern yang memiliki prestasi nasional hingga internasional, namun tidak melupakan kewajiban mereka sebagai seorang ibu. Siapa saja mereka? Inilah tiga superwoman yang supermom pilihan tim Expose Manado. (Carol ) Mereka Superwoman yang Supermom Jull Takaliuang bertemu Presiden RI di Amerika Serikat. Sesaat setelah Jull Menerima N-Peace Award 2015 dari PBB. (Foto: Ist)
  • 25. Mothers Day 25 E X P O S E M A G A z i n e Ibu yang satu ini adalah seorang tenaga pendidik yang memimpin sekira ribuan mahasiswa yang memilih untuk menuntut ilmu di ibu kota Sulut, ya dia adalah rektor Universitas Sam Ratulangi (Unsrat). Ellen Kumaat sendiri bukannya kebetulan menjadi pemimpin tertingi di perguruan tinggi negeri ini, sebelumnya wanita lulusan Institut National des Sciences Appliquees Perancis ini adalah dekan di Fakultas Teknik Unsrat. Saat ditemui tim Expose Manado belum lama ini, ibu dua orang anak ini mengungkapkan tantangan luar biasa saat berhasil menjadi rektor. Kesehariannya, Sritjiptowati Soebiantati Mandagi amat jauh dari kesan tampilan mantan atlet. Pembawaannya yang ramah dan selalu tersenyum, membuat oma empat cucu ini malah hampir terlupakan sebagai wanita pembuat sejarah di olahraga menantang alias Extreme sport Indonesia. Ibu dari dua atlet terjun payung kebanggaan Sulawesi Utara (Sulut), Pingkan dan Petra Mandagi ini adalah penerjun bebas putri pertama di Indonesia. Aksi ibu yang biasanya dipanggil dengan sebutan Tante Uci ini dimulai pada tahun 70 an. Dialah yang pertama membuka jalan para wanita Indonesia untuk unjuk kemampuan di udara. Walau sempat tidak direstui oleh sang ayah yang kalah itu adalah seorang Panglima Kodam (Pangdam), wanita bercucu empat ini tetap beraksi bersama para teman-teman prianya yang kala itu adalah bawahan sang ayah. “Saya harus main kucing-kucingan dengan Papa saat berlatih. Bisa dimaklumi olahraga ini memang Walau begitu, istri tercinta dari Hieryco Manalip ini bukanlah tipe cepat menyerah, dia malah langsung melakukan program program yang langsung menyentuh seluruh civitas akademika Unsrat yang sempat panas dengan dugaan maraknya aksi KKN sebelum dirinya menjabat sebagai pimpinan tertinggi di lembaga pendidikan tersebut. Hanya dalam waktu singkat, guru besar ini mampu mengembalikan kepercayaan civitas akademika Unsrat. Dia mampu membangun komunikasi dengan para staff, dosen hingga mahasiswa dengan penuh rasa kekeluargaan. Padahal membuat Unsrat kembali bersih seperti sebelumnya adalah hal yang sempat disebut kebanyakan orang di Sulut sebagai sesuatu yang mustahil. “Saya hanya ingin semua bekerja, bekerja dan bekerja demi Unsrat,” tutur rektor wanita pertama di Unsrat ini. Dalam kesehariannya, Ellen mengaku tidak berbeda dengan wanita yang telah menikah dan memiliki anak. Dia selalu menyiapkan waktu pagi dan malam untuk bisa bercekrama dengan keluarganya. Saat itu, disebut Ellen sebagai waktu indah melepas lelah, walau kini kedua putra dan putrinya Teguh Andrew Ivan Manalip (telah menikah) dan Christine Virgin Manalip, telah menjalani hidup sendiri sendiri di tanah seberang. “Cucu, anak anak dan suami adalah kekuatan saya selain Tuhan. Mereka luar biasa hingga membentuk saya sebagai ibu yang seperti saat ini. Didikan orang tua juga amat berpengaruh dalam hidup saya,” ungkapnya, sembari menyebut dirinya bukanlah tipikal ibu sempurna. “Yang sempurna adalah kasih Tuhan, dan yang mendekati sempurna adalah keluarga saya, jika bukan mereka saya mungkin bukan seperti saat ini. Saya masih perlu banyak belajar dari ibu-ibu luar biasa milik Indonesia dan dunia,” tambahnya. Bagaimana pandangannya tentang Unsrat kedepannya? Rektor yang ramah ini pun menerangkan bahwa dirinya ingin berhasil sebagai ibu dari mahasiswa Unsrat yang berhasil membangun Sulut dan Indonesia melalui prestasi positif. “Yang sempurna adalah kasih Tuhan, dan yang mendekati sempurna adalah keluarga saya, jika bukan mereka saya mungkin bukan seperti saat ini“ sangat menakutkan, tahun 1970 masih bisa dihitung dengan jari atlet terjun payung,” ungkap Uci yang saat itu hanya menggunakan payung bulat yang semi otomatis unt terjun dari ketinggian 3.000 kaki. Berbekal pengalamannya ini, diapun bertekad tidak akan mengekang keinginan anak- anaknya untuk mengikuti jalur hobinya dan sang suami. “Satu hal yang selalu saya ingatkan adalah keselamatan diri adalah yang utama. Artinya mereka sudah tahu bahwa olahraga yang mereka geluti sangat penuh tantangan dan sangat dekat dengan maut, maka apa pun yang dikenakan haruslah dalam keadaan baik dan sempurna,” terangnya. “Mama inspirasi bagi saya dan keluarga. Wanita itu, bermental luar biasa kuat dan saya bersyukur atas hal itu“ Ini pun diakui oleh Petra yang menyebut sang Mama adalah mentor sekaligus manager yang terbaik baginya. “Mama inspirasi bagi saya dan keluarga. Wanita itu, bermental luar biasa kuat dan saya bersyukur atas hal itu,” ungkap ayah dari dua putri ini. Ellen Joan Kumaat Sritjiptowati Soebiantati Mandagi Rektor Universitas Sam Ratulangi Penerjun Bebas Putri Pertama di Indonesia Ellen Kumaat foto bersama Menteri Agraria dan Tata Ruang, Ferry Mursyidan Baldan dalam sebuah acara. (Foto: Ist) Tante Uci bersama rekan sewaktu aktif menjadi menjadi penerjun di tahun 70an
  • 26. E X P O S E M A G A z i n e Debora Dance Sport (DDS) Community salah satu komunitas yang ada di Manado. Bagi pecinta zumba dan aerobic nama ini tidak lazim di telinga masyarakat, karena kehadirannya sudah diketahui banyak masyarakat. DDS ini dirintis olah Debora Sindoro, yang juga saat ini bertindak sebagai coach dan zumba instructor network (ZIN). Pada tahun 2000 dibuka dengan nama Debora entertainment, namun saat itu baru ada di Semarang. Seiring berkembangnya zaman pada tahun 2006 berpindah ke Manado dengan peluang besar dan diharapkan mampu menyedot perhatian masyarakat. Maka dibukalah di Manado dengan nama Zin Debora sampai pada tahun 2007, karena sudah banyak yang bergabung maka digantilah dengan DDS (Debora Dance Sport) sampai saat ini. Menurut Debora, di tempat ini pihaknya mengajarkan zumba, aerobic, body language, pilates, yoga, latin dance, bely dance, balet dan hiphop dan dilatih oleh orang- orang yang profesional serta bersertifikat. “Pengajar kami adalah orang-orang yang profesional pada bidang ini. Kami bersyukur sampai saat ini masyarakat di Manado banyak yang sudah percaya dengan kami,” ungkapnya. Debora menambahkan, kehadiran DDS di Manado diharapkan akan membuat masyarakat sehat kehadiran DDS memberikan kontribusi positif bagi Kota Manado. “Olahraga yang sehat harus diimbangi juga dengan pola makan dan tidur yang teratur, sehingga kegiatan ini akan benar-benar bermanfaat,” ungkap Debora. Dia pun menguraikan, untuk jadwal yang ada sebagai berikut. Senin dan rabu aerobic, pilates, body language. Kemudian, selasa dan kamis, latihan zumba sedangkan jumat untuk yoga. “Kami membagi waktu latihan agar semua anggota dapat terlayani dengan baik,” ujarnya. Sampai saat ini, jumlah member DDS sebanyak 150-an anggota yang masih aktif sampai saat ini. Untuk prestasi, jangan ditanya lagi karena setiap ada iven dance DDS selalu membawa pulang piala sehingga jumlah piala cukup banyak yang ada di kantor DDS. Selain itu, DDS juga sering membuat iven tahunan yang dikenal dengan DDS Extravaganza dan paling banyak diminati pecinta zumba dan aerobic. So, bagi masyarakat yang berkeinginan untuk bergabung dengan DDS dapat menghubungi kantornya di Banjer jalan Daan Mogot, dijamin Anda akan puas dengan pelayanan DDS yang akan memberikan olahraga terbaik untuk menyehatkan Anda. (Bianca) Debora Dance Sport (DDS) Community Sehat, Bugar dan Berprestasi Aktifitas Debora Sindoro dan DDS Community (Foto: Ist) Community26
  • 27. Apa yang dimaksud dengan tampil beda? Runner Up Pertama Noni Sulut 2012 ini langsung menjelaskan bahwa bukan lagi saatnya generasi muda di Sulut mengandalkan harta warisan sebagai pegangan untuk hidup. Menurutnya, kaum muda saat ini harus turun jalan alias berjuang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak tanpa malu menggunakan atributnya. “Untuk ke puncak kesuksesan, harta warisan itu adalah nomor kesekian. Membuka usaha baru adalah salah satunya,” ungkap putri N Mamuaja dan Dr Olga Pangkerego. Inilah yang membuatnya nekad untuk terjun ke dunia usaha mikro kecil menengah di Manado, dengan membuka usaha yang jauh dari aktivitasnya sebagai mantan Noni Manado. Ya pecinta kopi pahit ini nekad membuka usaha rumah kopi di depan rumahnya, per 5 November lalu yang diberi nama Rumah Kopi NIMs. “Saya melihat peluang dan saya tertantang. Modal yang saya gunakan adalah milik pribadi sendiri bukan orangtua. Ini hasil saat saya menang putri-putrian lalu yang saya tabung. Usaha saya memang masih kecil namun ini jadi pelajaran saya untuk berbisnis. So, tampil beda, siapa takut?” tegasnya, sembari menyebut bahwa kegagalan tidak menjadi ukurannya untuk mundur dalam bisnis yang lagi trend saat ini. Bravo Novia. (Lily Arianingsih) Bagi dunia hiburan dan pariwisata di kota ini, pasti seorang Novia Indriani Mamuaja, bukanlah nama yang asing ditelinga. Si cantik bermata indah yang saat ini sementara menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) adalah Runner Up tiga untuk Putri Indonesia 2013 dan serta Miss Grand International Indonesia dalam ajang yang diselenggarakan di Thailand di tahun yang sama. “Saat ini bukan jamannnya lagi hanya hidup hura-hura. Please, kita adalah genarasi muda yang dituntut mampu lebih baik dan lebih maju dari pendahulu kita. Dan sebagai anak muda, saya merasa ditantang untuk bisa tampil beda, berani, berinovatif, mandiri, dan cerdas melihat peluang yang ada,” kata Noni Manado 2012 ini saat ditemui tim Expose Manado akhir pekan lalu. E X P O S E M A G A z i n e Tampil Beda, Siapa Takut Novia Indriani MamuaJa Desain Kostum: Denniel Richard Tata Rias Wajah & Rambut: Lolla Make Over Manado Fotografer : yehabe Entrepreneur 27
  • 28.
  • 29. E X P O S E M A G A z i n e MENJALANI kehidupan menjadi seorang wanita karir banyak ditemui di zaman yang modern ini. Dijana Silfana Pakasi, wanita kelahiran tahun 1962 saat ini menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Manado. Rentetan kehidupannya setiap hari tidak berbeda dengan wanita pada umumnya, hanya saja yang menjadi nilai plus bagi dirinya karena dia mampu membagi waktu bagi suami, anak-anak dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Meskipun tidak dapat dipungkiri, kerap kali diperhadapkan dengan berbagai tantangan ketika menjalankan tugas sebagai wakil rakyat. Tetapi semuanya itu dapat dihadapi dengan tulus dan bijaksana karena dukungan orang-orang yang mencintai dan menyayanginya dalam keluarga. ”Puji Tuhan saya selalu diberi kemudahan dalam berkarir, bahkan hingga saya berada di tempat ini sebagai wakil rakyat. Keluarga saya selalu memberikan dukungan dan memahami kesibukan saya ketika berada di luar rumah,” ujarnya. Bagi Dijana berkarir seperti dunia lain yang sudah ditekuninya dari masa remaja. Bahkan dirinya pernah berkarya di Bank BCA Manado dan Jakarta selama 14 tahun lamanya. Siapa yang sangka prestasi yang diukir Dijana diawali sejak tahun 1978 dengan menyandang predikat sebagai runner up Nyong dan Noni Sulut. Tidak hanya itu saja, dia juga tergabung dalam Komunitas Musik Manado (Komudo) dan kepiawaiannya dalam bernyanyi menghantarkan dia menuangkan karya seninya dalam album Pop Manado dan Rohani pada tahun 1985-1994. Ketika ditanya tentang peran dirinya sebagai ibu oleh Tim Expose Manado Magazine diapun menguraikan, ibu adalah tempat untuk mencari Surga. Menurutnya, ibu memiliki makna yang kompleks dan tidak dapat diuraikan dengan ilmu manapun. Kebaikan serta kesabarannya tidak dapat dirumuskan diformulakan dengan rumus apapun. “Bagi saya, hari ibu adalah hari dimana kita memperingati peran wanita secara hakiki. Dalam kekuatannya menyimpan kelembutan, dalam ketegasan menunjukkan kebijaksanaan,” tuturnya. (Lily) Tekun dan Pekerja Keras M She 29
  • 30. E X P O S E M A G A z i n e Siapa yang tidak mengenal corak-corak indah dan unik dari Kain Pinawetengan? Corak yang diambil langsung dari batu adat milik suku-suku di Minahasa ini kini makin menjadi magnet dalam dunia fashion tanah air. Ini pula yang membuat Irjen (Purn) Benny Mamoto dan sang istri, Iyarita Mawardi Mamoto kembali bekerja sama dengan perancang kebanggaan tanah air yang berdarah Minahasa, Thomas Sigar menggelar fashion show yang bertajuk “Pesona Kain Pinawetengan Minahasa” pada (19/11) lalu di Manado Convention Center (MCC). Pada fashion show yang berdurasi sekitar 90 menit ini bukanlah seperti yang biasanya. Karena pagelaran kali ini dikolaborasikan juga dengan atraksi tarian tradisional yang memikat hasil karya dari Show Director yang memiliki reputasi internasional, Denny Malik. Para penari yang terdiri dari pria dan wanita, mampu membawa para undangan yang hadir masuk dalam dunia adat Minahasa yang tergambar dalam corak pakaian yang mereka gunakan. Gerakan ketekunan menanam padi yang dibawakan para penari sangat memukau, begitu pula saat mereka menari yang menggambarkan keceriaan pertemuan antara lawan jenis begitu kental terasa. Ini juga terasa saat para model hadir membawakan hasil karya sang maestro dari salah satu kain tradisional andalan Sulawesi Utara (Sulut) di catwalk. Beberapa undangan yang hadir mengakui kolaborasi apik dari tarian dan pesona kain indah ini begitu membuat mereka terpesona. “Ini sebuah pagelaran yang sangat sangat menarik. Tarian tradisional begitu padu dengan kain kain yang mereka tampilkan dan terlebih saat final. Kekuatan tarian yang menampilkan atraksi seorang dukun Minahasa saat memimpin warga untuk bersyukur atas berkat begitu terasa. Ini membuat saya makin bangga dengan adat dan budaya Minahasa dan alam kita,” tutur Senny Vasty Alalinti Wakkary salah satu 3 1 Paduan Indah Antara Tarian dan Kain Minahasa 1 Event30
  • 31. E X P O S E M A G A z i n e pimpinan di sebuah hotel di Manado pada tim Expose Manado. Mamoto sendiri dalam sambutannya menyebut iven ini adalah salah satu kegiatan yang rutin dilakukan oleh yayasannya. “Salah satu alasan saya melakukan ini semua adalah pernyataan Hetty Palm yang menyatakan bahwa tidak ada kebudayaan di Indonesia ini yang cepat hilang seperti kebudayaan Minahasa. Inilah yang mendorong saya untuk memajukan budaya Minahasa dalam bentuk apapun seperti dari kain, lingkungan dan atraksi pawai kebudayaan,” ujar mantan penuntas bom Bali ini sambil menambahkan bahwa, fashion show kali ini juga sekaligus menjadi salah satu perayaan 10 tahun berkiprahnya melalui Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara (YISBSU) yang didirikannya sejak 2005 lalu. “Sudah 31 rekor MURI mulai seni budaya, produk andalan daerah, kuliner, religi, sumber daya manusia dan kemasyarakatan. Rekor ini terbanyak di Indonesia dan pemecahan tujuh rekor dunia seni budaya Guinness World Records,” papar manajer Perbakin Indonesia di ASEAN Games lalu. Sementara itu, pemerintah Sulut yang diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kadisparbud) Sulut, Joy Korah mengapresiasi kegiatan ini dan berharap apa yang dilakukan YISBSU bisa terus digelar setiap tahunnya. 1. Benny Mamoto dengan Pakaian Adat Minahasa (Foto : Edwin Pelealu) 2. Perpaduan apik antara tarian dengan show Kain Pinawetengan (Foto : Edwin Pelealu) 3, 4 Fashion show Kain Pinawetengan (Foto: Inoy Lagonda) 5. Salah satu penari yang tampil menggunakan pakaian yang desainnya di replikasi dari pakaian adat minahasa tempo dulu. (Foto: Inoy Lagonda) 6. Dari kiri ke kanan : Thomas Sigar, Iyaritha Mawardi Mamoto, Benny Mamoto dan Denny Malik. (Foto: Inoy Lagonda) 2 3 4 5 6 Event 31
  • 32. My Manado32 E X P O S E M A G A z i n e ROCK In Celebes Festival Tour 2015 sudah dilaksanakan di Manado dan menjadi lokasi tour terakhir di tahun ini. Iven ini dilaksanakan di Manado karena dilatarbelakangi dari musik Sulawesi Utara (Sulut) khususnya di Manado patut diperhitungkan dan tidak boleh dipandang dengan sebelah mata. Terbukti dengan lahirnya banyak band. Selain itu, Manado dinilai memiliki aset wisata yang sudah mendunia yaitu Taman Nasional Bunaken bahkan dilengkapi dengan pusat pembelanjaannya yang terletak di sepanjang pantai Utara-Selatan menjadi penunjang dilaksanakan iven ini. Mengambil spot dipinggir pantai tepatnya di Pelataran Parkir Manado Town Square (Mantos), Rock In Celebes Festival Tour 2015 Manado dilaksanakan 28-29 November dengan menampilkan deretan band nasional seperti Jamrud, Endank Soekamti, Revenge, Kapital dan Kelompok Penerbang Roket (KPR). Deretan band lokal terbaik Sulawesi seperti Sabaoth, De’Crue, Frontxside, From Hell To Heaven, The Box, Spesialis Tendangan Bebas, Iteneps, Critical Defacement dan masih banyak lagi juga tak ketinggalan akan tampil dengan aksi terbaik mereka di Rock In Celebes Festival Tour 2015 Manado. Sebagai pengalaman pertama kali di Manado, Rock In Celebes juga lengkap menghadirkan exhibition berupa clothing dan community expo, hingga market place lainnya dan berbagai booth dengan bermacam aktivitas interaktif seru hingga talkshow yang bisa diikuti. Tidak heran, antusias masyarakat sangat besar menghadiri iven ini yang dilaksanakan di penghujung tahun di Manado. Dan dihadiri oleh band-band lokal maupun masyarakat pecinta seni. (Bianca) Rock In Celebes Tour 2015 Mampir di Manado Musisi Ginda Bestari, memang baru pertama kalinya tampil di public Manado, namun performance dari lulusan Universitas Widyatama, Bandung ini mampu memukau para pecinta blues yang hadir di Waroeng Charity, akhir November lalu. Tampil bersama Sound Goods, The Lezy dan The Uncles Project Band, Ginda langsung beraksi dengan Keep It Real dari albumnya yang bertitel Soulful Desire, kemudian disambung dengan Long Way yang juga merupakan karyanya sendiri. “Saya sama sekali tidak menyangka ternyata pecinta music blues di Manado sangat luar biasa,” ungkap pria kelahiran Sukabumi ini. Para pengunjung yang hadir juga mengaku menikmati alunan blues yang dimainkan musisi murah senyum ini. “Luar biasa, alunan musiknya nya sangat menyenangkan didengar. Penampilan berbobot seperti ini sangat jarang bisa ditemui di Manado,” tutur Matilda Serol. Antusiasme pengunjung memang luar biasa. Tak ayal waktu performance yang sedianya berakhir pukul 00.00 Wita molor hingga pukul 01.30. Stefanus Pusung, Owner Waroeng Charity mengakui bahwa kehadiran Ginda Bestari memang menjadi magnet tersediri bagi pecinta musik di Manado. “Sejak jam Tujuh malam, tempat ini sudah dipenuhi pengunjung. Padahal menurut jadwal Ginda tampil jam 10 Malam,” ungkap lelaki yang kerap disapa dengan om Stef ini (carol) Performance Asik dari Ginda Bestari
  • 33. E X P O S E M A G A z i n e KONTES otomotif terbesar di Sulut, Mantos Auto Contest (MAC) 2015 mengambil tema Limited Edition kembali digelar. Kegiatan yang digelar di Manado Town Square (Mantos) pada akhir bulan lalu ini langsung menjadi ajang yang spektakuler dan menarik bagi warga Manado. Pasalnya disini, kreativitas pecinta otomotif di Manado diuji untuk bisa tampil beda dan menarik. Beberapa jenis mobil sekelas Honda City, Xenia, Avanza dan Grand Livina terlihat memukau para pengunjung mall tampilan eksteriornya yang mewah serta sound nya yang menggelegar. Coco peserta dari Pineleng mengaku, dirinya rela mengeluarkan bujet sebesar Rp.80 juta untuk memodifikasi mobil Livinanya menjadi motif Hulk. “Saya rela merogoh kocek yang banyak untuk menyalurkan hobi,” ungkapnya sambil tersenyum. Novri Rambing, PIC gelaran Mantos Auto Contest 2015 Manado mengatakan, iven ini sudah dilakukan selama tujuh tahun berturut-turut dan telah diikuti 131 motor. “Sebenarnya yang mendaftar 160 motor. Namun, 29 motor tak lolos syarat. Pesertanya dari Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku Tenggara,” ungkapnya. PASAR properti di Manado terus mengalami perkembangan yang luar biasa dan senantiasa mengikuti zaman yang semakin modern. Ini terbukti dengan dilaunching Paramount Hills Manado di Grand Atrium Manado Town Square (Mantos) III, pada pertengahan November lalu. Perumahan ini merupakan proyek residensial menengah ke atas yang berlokasi di pinggir Pantai Malalayang, dengan pemandangan menghadap ke laut Manado, Pulau Manado Tua dan Gunung Lokon apabila melihat ke Selatan. Strategisnya lokasi ini karena dibangun di atas lahan seluas 20,8 hektare berada di terusan jalan Boulevard, dan hanya sekira 10 menit ke pusat Kota Manado. Dalam launching perdana tersebut ditawarkan juga harga yang fenomenal bagi masyarakat yang ingin membeli. Andreas Nawawi, Managing Director Paramount Land mengatakan, harga yang ditawarkan sangat cocok untuk investasi di kemudian hari. Selain itu, untuk pembeli nantinya akan diberikan genset untuk mengatasi permasalahan listrik. “Kami mengambil keputusan untuk masuk ke Manado, karena akan dibukanya jaringan serat optik langsung dari Amerika serta penerbangan Internasional kedua setelah Batam. Selain itu, potensi pariwisata dan daya beli masyarakat Manado sangat besar meskipun dalam masa krisis ekonomi,” katanya. Sementara itu, Direktur Paramount Land, Aryo Tri Ananto mengemukakan, ada tiga cluster yang bisa dipilih konsumen yaitu gaya Modern Classic, France dan American. Saat ini yang disiapkan ada sekira 202 unit untuk cluster Modern Classic. Menurutnya, untuk setiap unit rumah Paramount Hills Manado dibangun semi- detached dengan berbagai pilihan luas rumah sesuai kebutuhan pembeli. Sementara itu, Presiden Direktur PT Paramount Land, Ervan Adi Nugroho mengatakan, Paramount Hills mengusung konsep custom yaitu hunian dengan desain yang dapat dipilih sesuai dengan selera dan kebutuhan pribadi. Pilihan desain tersebut dipasarkan dengan harga menarik mulai Rp.995 juta per unit tergantung ukuran dan spesifikasi yang diinginkan konsumen. “Boleh dibayar tunai maupun bertahap 18 sampai 60 kali sehingga masyarakat dapat memiliki hunian ini,” ungkap Ervan Adi. (Bianca) Paramount Hills Hadir di Manado Mantos Auto Contest (MAC) 2015 Lebih Semarak My Manado 33
  • 34. Flavour34 Ingin menikmati ayam bakar yang full bumbu ala Minahasa yang berbeda dengan yang biasanya, maka sempatkanlah untuk berkunjung ke Dragonet Cafe. “Menu utama adalah ayam bakar Tino, bisa dikata menu ini hampir sama dengan ayam taliwang, namun penyajiannya dan rasanya sedikit lebih berani,” kata Manager Dragonet Cafe, Sonny Porong pada tim Expose Manado belum lama ini. Namun untuk yang menyukai menu laut, maka cafe inipun menyediakan udang woku blanga, kuah asang goropa yang juga tidak kalah menggoda untuk dirasakan dan dinikmati lidah. Tidak ketinggalan aneka sayuran seperti kangkung cah ambor rica bakasang, sayur pait dan cap cae cah yang menjadi menu tambahan yang tidak kalah menggoda serta desert dari buahan buahan seperti mangga harum manis, papaya, semangka, dan nanas. Untuk minuman ringan, café yang juga seatap dengan Dragonet Dive Resort dan Manado Diving Club (MDC) ini juga menyediakan mix juice yang terdiri dari buah buahan andalan Sulut sekelas, papaya, semangka, nenas, wortel, jeruk, dan ketimun. Selain itu ada, kopi panas, teh panas dan coklat panas, serta tidak ketinggalan moctail, beers, dan coca cola. Bagaimana dengan harga yang disajikan? Ternyata sangat terjangkau, walau memiliki konsep ala restoran berbintang namun café ini melabeli menu-menu mereka sangat terjangkau. “Untuk paket ayam bakar Tino tidak lebih dari Rp40.000, sementara untuk minumannya tidak masih rata rata sekira Rp10.000 keatas. Dan semua menu yang kami siapkan disini adalah menu 100 % halal,” tambah sang owner Dragonet Café, James Saerang. Cafe yang berkonsep green dengan pemandangan indah dari Teluk Manado, memulai aktivitas untuk pengunjung umum sekira pukul 15.00 wita hingga 23.00 Wita. Jadi bagi Anda yang ingin merasakan sensasi gurih dan kenikmatan yang sedikit beda dan ingin menikmati alam Minahasa dan Manado secara bersamaan, maka luangkan waktu untuk ke Dragonet Café, Desa Kalasey Minahasa. (Carol) Gurihnya Ayam Tino dari Dragonet Café I E X P O S E M A G A z i n e
  • 35. Techno 35 BAGI para petualang pasti cukup mengenal dengan kamera GoPro. Saat ini sudah hadir GoPro Hero 4 Session tampil dengan ukuran lebih kecil setelah GoPro 4 dibuat dalam beberapa model camera action cam, seperti GoPro Silver Black. Produk ini sangat unik, karena bentuknya berbeda seperti kotak (kubus). Kemampuan GoPro Hero4 Session untuk recording video full HD 60 fps. Nah, untuk foto kamera GoPro Hero 4 Session dapat mengabadikan gambar wide 8 Mpix, atau 5 Mpix untuk format medium. Fitur lain seperti timelapse serta burst mode 10 foto perdetik. Harga camera GoPro Hero4 Session terbaru ini kabarnya dijual $399, atau sama seperti GoPro yang dilengkapi dengan layar sentuh di panel LCD. Camera GoPro Hero4 Session mulai dipasarkan bulan Juli 2015. Bentuknya yang unik dan simpel menjadikan GoPro Hero4 Session ini adalah teman sehati para petualang.(Bianca) Teman Sehati Para Petualang E X P O S E M A G A z i n e Video Resolution Frame Per Second (fps) Sudut Gambar Kamera (FOV) Screen Resolution 1440p 1080p 1080p Superview 960p 720p 720p Superview WVGA 30, 25 60, 50, 30, 25 48, 30, 25 60, 50, 30, 25 100, 60, 50, 30, 25 60, 50, 30, 25 120, 100 Ultra Wide Ultra Wide, Medium Ultra Wide Ultra Wide Ultra Wide, Medium Ultra Wide Ultra Wide 1920 x 1440 1920 x 1080 1920 x 1080 1280 x 960 1280 x 720 1280 x 720 848 x 480
  • 36. E X P O S E M A G A z i n e Menjajaki Keindahan Bawah Laut Pant ai Kombi Underwater36
  • 37. Bagi dunia wisata bawah air, nama spot Pantai Kombi di Minahasa, belumlah setenar Pantai Malalayang milik Kota Manado. Namun siapa yang menyangka jika alam bawah airnya menarik. Inilah yang saya temui saat melakukan penyelaman bersama tim Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Sulawesi Utara (Sulut) yang dipimpin oleh Sangari Malontong, Debora Rumaouw dan Nelson Uada belum lama ini. Cuaca yang sedikit tidak mendukung membuat rencana awal kami untuk menyelam dari bibir pantai terpaksa kami tiadakan, dan mencoba menggunakan perahu nelayan untuk mengantar kami ke titik kedalaman sekira lima meter. Tidak perlu menunggu lama, kamipun bisa langsung menyaksikan gugusan hardcoral dan softcoral yang sehat plus angelfish yang berwarna-warni yang berseliweran didepan mata tanpa rasa takut. Hampir sekitar 15 menit kami berada dikedalaman awal, kamipun kembali melanjutkan hingga di kedalaman sekitar 9 meter, disini mata kamipun menikmati pemandangan eksotis lainnya yang indah seperti seahorse dan aneka lionfish plus stingray yang luar biasa besar karena terlihat berdiameter sekira tiga meter. Bisa disebut penyelaman kali ini adalah penyelaman untuk mencari spot baru di Pantai Kombi, namun siapa yang menyangka jika apa yang kami temukan ternyata juga luar biasa. “Coral-coralnya sehat, ikan-ikan nya juga beraneka ragam. Ini yang kita lakukan penyelaman baru satu tempat saja. Dan saya yakin ada spot-spot menarik yang juga sama indahnya,” tutur Uada yang merupakan salah satu instruktur selam CMAS. Sambil menyebut bahwa spot indah tersebut dinamakan Spot Dira sesuai dengan permintaan Debora yang merupakan Ketua POSSI Minahasa. E X P O S E M A G A z i n e Nah, bagi para penyelam yang ada di Sulut yang berminat untuk bisa ketempat ini dengan menggunakan kendaraan roda empat, maka Anda membutuhkan waktu sekira 1 jam 20 menit jika perjalanan dimulai dari Winangun Manado, dan sekira 1 jam jika ditempuh dari Desa Maumbi Minahasa Utara. Dan bagi yang belum memiliki sertifikat, sangat tidak dianjurkan untuk menyelam disini. Selain itu, bagi para penyelam yang belum memiliki perlengkapan menyelam, maka jangan ragu untuk mendapatkannya di dive resort dan dive center yang ada Manado, Minahasa dan Bitung. (Carol Tine) Underwater 37 PLAY NOW
  • 38. Event38 Trip of Indonesia (TroI) Seri Ketiga atau Grand Final dari Kejuaraan Nasional Paragliding 2015 berhasil digelar di Manado, ibu kota Sulawesi Utara (Sulut) pada 5 November lalu. Sebanyak 130 pilot (sebutan untuk atlet paragliding) yang mewakili 15 provinsi di Indonesia plus satu atlet asal Malaysia, ikut unjuk gigi dalam event yang berlabel junior, senior,open, dan Tandem yang dibuka secara langsung oleh Gubernur Sulut Soni Sumarsono didampingi Wali kota Manado GS Vicky Lumentut, Ketua Umum Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Sulut, Kolonel Pnb Djoko Tjahjono dan Deputi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bidang Pembudayaan Olahraga Faisal Abdullah. “Saya sangat berharap kejuaraan ini bisa menjadi event yang terkenal hingga mancanegara, dan membuat makin banyak atlet luar tertarik untuk ikut,” kata Direktur Jendral (Dirjen) Otonomi Daerah (Otda) di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sambil menyebut bahwa kejuaraan ini akan mampu meningkatkan perekonomian Sulut melalui sektor pariwisata. “Jadi bisa sinergi dengan program Visit Sulawesi Utara, #MariJoKaManado” tambahnya. Dari pantauan Tim Expose Manado para pilot paragliding terlihat antusias dengan kejuaraan yang digelar selama tiga hari, cuaca Manado yang sering berubah tidak menjadi halangan. “Sangat luar biasa bisa terlibat langsung pada kejuaraan ini, terutama sebagai pilot asal Manado,” kata pilot Ifa Kurniawati pada tim Expose Manado. Berikut adalah Hasil Kejuaraan Paragliding Trip of Indonesia (TRoI) Grand Final 2015 dimana untuk kategori Junior putra tampil sebagai juara pertama adalah pilot Sulthon Nurzeha Opier dengan 142 poin, kemudian pilot Kurniadi Rusnandi dengan 205 poin duduk sebagai posisi kedua sementara pilot Syafri Jhon Hendri berhasil mengumpulkan 232 poin. Di kategori Senior putra, pilot Roni Pratama berhasil tampil terbaik dengan 56 poin, disusul ditempat kedua oleh pilot Umar Suparman dengan 88 poin kemudian di posisi ketiga ada pilot Reza C. Kambey yang mengumpulkan 229 poin. Di nomor Senior putri, pilot Nofrica Yanti berhasil menjadi juara pertama setelah mengumpulkan 869 poin, disusul Ifa Kurniawati dengan 1.036 poin diposisi kedua dan diposisi ketiga ada Rika Wijayanti dengan 1.294 poin. Untuk nomor Tandem, keluar sebagai juara adalah Umar Suparman dengan 9 poin, diposisi kedua ada pilot Ardi Kurniawan dengan 146 point, dan pilot Joni Efendi dengan 494 point meraih posisi ketiga. “Gunung Tumpa ini sangat istimewa, bisa buat lomba ataupun pemula yang baru mau belajar Paragliding,” ujar pilot Nanvie Tagah yang juga ikut serta pada kegiatan ini. (Teks :Carol. Foto : Fernando Rakian) Gunung Tumpa E X P O S E M A G A z i n e Mengejar Prestasi di
  • 39. Event 39 E X P O S E M A G A z i n e Model : Novia Indriani Mamuaja / Fotografer : yehabe
  • 40. E X P O S E M A G A z i n e Photography40 Sunset1 Foto karya Adith Sanjaya. lokasi Kawasan Megamas 2 Foto karya Ruedix Palamani. Lokasi : Gunung Tumpa Kecamatan Wori. 3 Foto karya Armando Loho. Lokasi : Areal Persawahan Boulevard Tondano. 3 1 PESONA E X P O S E M A G A z i n e
  • 41. E X P O S E M A G A z i n e Photography 41 Sunset mempunyai pesona tersendiri bagi kalangan fotografer landscape. Banyak fotografer yang menyiapkan waktu khusus untuk berburu momen ini. Memotret sunset tidaklah mudah seperti yang anggapan banyak orang. Para pemburu sunset tak selamanya membawa pulang hasil foto yang memuaskan. Faktor alam dan teknis kadang menjadi kendala. Di edisi ini Expose Manado menurunkan hasil bidikan para Sunset Hunter yang di beberapa lokasi di Sulawesi Utara. Selamat Menikmati. 4 Foto karya Andrew Supit. Lokasi : Dermaga Pantai Tateli 5 Foto karya Armando Loho. Lokasi : Teluk Manado 6 Foto karya Mikael Pandeinuwu. Lokasi : Pusat bisnis Boulevard Bahu 2 4 5 6 E X P O S E M A G A z i n e