3. Pesta Rakyat sebentar lagi, tak terasa Pilkada serentak
9 Desember tinggal menghitung waktu beberapa hari
kedepan.
Ketua Divisi Umum, Rumah Tangga, Organisasi dan
Data Informasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi
Utara (Sulut), Zulkifli Golonggom, SPdI menguraikan
kembali tentang mekanisme kerja hingga pelaksanaan
pemungutan suara nanti.
Adapun ketentua n syarat sebagai pemilih sudah pasti
harus berusia 17 tahun pada hari pemungutan suara,
dan masih tergolong aktif dalam artian belum meninggal,
kalaupun sudah meninggal maka namanya harus dicoret
dari daftar pemilih, belum pindah domisili dan tidak
bertatus sebagai anggota polisi atau TNI.
“Untuk memastikan hal-hal tersebut sudah terpenuhi
semua, maka harus didatangi ke setiap rumah warga.
Kemudian data tersebut dikumpulkan oleh Panitia
Pemungutan Suara (PPS) untuk direkap menjadi
Daftar Pemilih Hasil Pemutakhiran, setelah itu dihitung
dan direkap oleh PPK menjadi Daftar Pemilih Hasil
Pemutakhiran Tingkat Kecamatan, dan pada kabupaten
ditetapkan sebagai Daftar Pemilih Sementara (DPS),”
jelas Zul
Setelah DPS ditetapkan pada tanggal 3 September oleh
KPU Kabupaten/Kota, direkap lagi ditingkat Propinsi
Sulut menjadi Daftar Pemilih Sementara Tingkat Propinsi
yang akan digunakan sebagai total keseluruhan pemilih
sementara di penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur.
Kemudian DPS tersebut akan diumumkan ke masyarakat
melalui tempat-tempat yang dianggap strategis yang
dapat dilihat oleh warga seperti di TPS atau tempat-
tempat ibadah dengan menggunakan pengeras suara.
“Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan nama
pemilih,atau nama si pemilih tidak terdaftar dalam
DPS tersebut, maka bisa langsung dikoreksi ke panitia
untuk didaftarkan kembali selama berada dalam masa
pengumuman dan akan direkap kembali oleh PPS dan
PPK, “ tambahnya.
Setelah selesai masa pengumuman, data tersebut
disusun dan direkap kembali oleh PPS dan PPK hingga
sampai pada tingkat kabupaten/kota ditetapkan menjadi
Daftar Pemilih Tetap.
Perlu diketahui oleh masyarakat khususnya bagi
penduduk (pemilih) yang mempunyai mobilitas pekerjaan
yang berpindah-pindah tempat, bisa saja pada waktu DPS
dan DPT ditetapkan namun masih saja ada warga yang
belum terdaftar, oleh karena itu KPU tetap melindungi
setiap hak konstitusi warga Negara yang belum terdaftar
tersebut dalam DPT kemudian dimasukkan dalam DPT
Tambahan 1.
Lalu, bagaimana dengan bila sampai pada hari
pemungutan suara, masih saja ada pemilih yang belum
terdaftar? Nah, dia bisa menggunakan hak pilihnya
dengan menunjukkan KTP kepada PPS selama
1 jam sebelum TPS ditutup, dikarenakan ia tidak
terdaftar dalam DPT dan DPT Tambahan 1 serta tidak
mendapatkan undangan Form C6. Dengan catatan
bahwa si pemilih memang penduduk yang berdomisili di
TPS di mana ia akan menggunakan hak pilihnya.
Kemudian bagi pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT
dan DPT Tambahan 1 makan ia dimasukkan ke dalam
DPT Tambahan Dua.
“Begitu juga dengan pemilih yang telah pindah domisili
dikarenakan alasan tertentu seperti studi atau kerja,
maka ia bisa mengajukan Surat Pindah Memilih ke TPS
tempat ia akan menggunakan hak pilihnya atau ke KPU
Kabupaten/Kota asal domisilinya, “jelasnya saat ditemui
tim di ruangannya.
Untuk kategori pemilih yang memiliki kebutuhan khusus
seperti tuna netra, akan dilayani dengan menggunakan
template berupa alat khusus yang digunakan untuk
mereka mencari tahu pasangan calon yang akan mereka
pilih kemudian mencoblos surat suara. Kesimpulan
sederhananya, siapapun dia, meski dengan kondisi
jasmani yang sakit, namun rohaninya sehat, dia bisa
menggunakan dan memilih pilihannya, maka ia tetap bisa
menggunakan hak pilih dan melakukan pemungutan
suara. (Lily)
Adv 3
1
Komisioner KPU Provinsi
Sulawesi Utara bersama
Staff dalam acara Deklarasi
Kampanye Damai
2
Zulkifli Golonggom, SPdI
(Ketua Divisi Umum, Rumah
Tangga, Organisasi dan Data
Informasi) KPU Prov. Sulut
2
1
Gunakan
Hak Pilih
Anda
Sebaik-
baiknya
4. E X P O S E
t h e p r i d e o f a n i d e n t i t y
5.
6. Destination6
E X P O S E
M A G A z i n e
Kahakit ang
Teks dan Foto : Stenly Pontolawokang
Kahakit angEksotika Pulau Persinggahan Dua Raja
7. Destination 7
E X P O S E
M A G A z i n e
1
Untuk destinasi edisi Desember kali ini, tim
Expose Manado menyajikan perjalanan seru
dengan pemandangan yang eksotisnya yang
luar biasa di sebuah pulau indah yang ada di
ujung Sulawesi Utara (Sulut).
Seperti biasanya, awal perjalanan kami selalu
diawali dengan rapat kecil di pagi hari awal
pekan ini. Karena pemilihan pulau ini telah
kami diskusikan sebulan sebelumnya, maka
rapat kali ini hanya menitikberatkan pada
waktu yang akan kami gunakan dan objek
yang seperti apa yang akan kami ambil untuk
memberikan sensasi indah bagi mata para
pembaca sekalian.
Perjalanan dari Manado menuju Pulau
Kahakitang kami mulai di malam hari dengan
menumpang kapal penumpang harian
dengan tujuan Tahuna.
Pulau Kahakitang sendiri merupakan
bagian dari Kabupaten Kepulauan Sangihe,
tentunya Anda sedikit bertanya mengapa
kabupaten ini masuk dalam kategori
kabupaten kepulauan? Ya, karena Sangihe
memiliki 105 pulau yang terbagi atas 26
pulau berpenghuni dan 79 pulau yang tidak
berpenghuni. Dan Kahakitang masuk dalam
kategori 26 pulau berpenghuni.
Perjalanan Manado ke Tahuna memakan
waktu sekira 14 jam, kami kemudian
8. melanjutkan perjalanan ke Kahakitang
dengan menggunakan kapal Majestic
Kawanua sekira pukul 09.30 Wita. Karena
merasa lelah dengan perjalanan laut ini, saya
dan tim memutuskan untuk rehat sejenak
alias memejamkan mata.
Serasa tidak lama kami mendengar
pengumuman dari pengeras suara milik
kapal cepat ini yang menyebutkan bahwa
dermaga Kahakitang sudah terlihat dan
dalam hitungan detik kami akan segera
memulai liputan.
Asal Usul
Kahakitang awalnya berasal dari kata
Darakitang yang berarti persinggahan.
Menurut cerita rakyat, dua raja yang ada di
kawasan Nusa Utara yaitu Raja Siau dan Raja
Manganitu singgah sementara di pulau ini
untuk melakukan sebuah kesepakatan antar
kerajaan.
Kahakitang sendiri secara administratif
merupakan ibukota Kecamatan dari
Kecamatan Tatoareng yang dihuni oleh
sekira 5.226 jiwa, dengan hampir 80
persen kepala keluarganya bekerja sebagai
nelayan tradisional dan sisanya adalah petani.
Selain pulau ini, kecamatan Tatoareng juga
memiliki tiga pulau yaitu Pulau Para, Pulau
Mahengetang dan Pulau Kalama.
Ditinjau dari letak geografisnya, Pulau
Kahakitang memiliki luas sekira 17,98 km2,
dengan berbatasan langsung dengan Laut
Sulawesi dan Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro (Sitaro).
Hari Pertama
Hari pertama menginjakkan pulau yang
dikelilingi oleh rangkaian coral sehat ini
adalah melakukan survey awal di Kampung
Kahakitang. Yang kami temui pertama
adalah aksi kumpulan anak-anak yang
berusia sekira lima hingga sembilan tahun
yang bermain permainan tradisional yang
mereka mainkan dengan gembira. Sekejab,
saya seperti dihantar ke masa lalu, melihat
Destination8
E X P O S E
M A G A z i n e
2
3
4
9. permainan-permainan ini, sepertinya saya
menemukan jawaban atas nilai-nilai apa yang
mulai hilang dari masyarakat modern. Anak
– anak ini sejak kecil telah belajar bagaimana
bekerja sama dan menjadi satu kesatuan
yang kuat.
Tak butuh waktu lama, saya langsung
memberikan kode pada tim untuk
mengabadikan aksi anak-anak ini.
Usai menyaksikan kegiatan penuh tawa dari
anak-anak, kami pun melangkah kedalam
perkampungan dan menemukan kegiatan
sampingan para nelayan dan keluarganya
yaitu pengolahan ikan garam secara
tradisional. Selain untuk dijual, ikan garam
digunakan sebagai pengganti ikan segar
sebagai bahan makanan saat para suami atau
kepala keluarga mereka tidak bisa melaut
akibat cuaca ekstrem.
Ini langsung membuat asumsi saya bahwa
pengolahan ikan garam di Sangihe hanya
berada di Pulau Para langsung terbantahkan,
tidak perlu menunggu lama, saya
memutuskan untuk segera membeli sekira 1
kg ikan garam ini sebagai buah tangan untuk
keluarga di Manado nantinya.
Tidak terasa, survei hari pertama kami di
kampung ini menyita waktu yang cukup
lama, karena saat sadar dari rasa penasaran
tentang pengolahan ikan garam, mata mulai
melihat warna indah saat matahari terbenam.
Tidak perlu menungu lama, momen indah
ini membuat saya dan tim mengambil
sudut-sudut indah dari desa untuk bisa
Destination 9
E X P O S E
M A G A z i n e
5
6
1.
Pemandangan Teluk
Makurese dari Tanjung
Bango.
2.
Kapal Motor Cepat di foto
dari Pelabuhan Kahakitang.
3, 4.
Aktifitas bermain anak-anak
di Pulau Kahakitang.
5.
Proses pembuatan ikan
garam di Pulau Kahakitang
6.
Proses pembuatan kapal kayu
oleh penduduk.
10. menikmati jaringan internet untuk browsing
sesuai keinginan saya, kemudian saya bisa
menikmati aliran listrik sekira 12 jam per
hari (karena listrik di Manado dan sekitarnya
sejak bulan Agustus lalu mengalami masalah
pemadaman). Namun disini, listrik hanya bisa
dinikmati pada malam hari selama 3 jam
mulai pukul sekira 19.00 Wita.
Menjelang malam listrik perlahan mulai
padam, hanya suara ombak, dan beberapa
suara warga yang asik bercerita yang
terdengar. Semuanya terasa damai dan
menenangkan. Saya pun beristirahat,
mempersiapkan diri untuk perjalanan ke
Tanjung Bango esok hari.
Hari Kedua
Dihari kedua ini, saya dan tim
mempersiapkan diri menuju ke Tanjung
Bango, yang ada di Kampung Taleko sekira
pukul 08.00 Wita.
Menurut masyarakat lokal yang saya temui
di Kampung Kahakitang, dari tempat itu bisa
terlihat pemandangan yang indah. Tanjung
Bango sendiri berasal kata Tanjung dan
Bango. Kata Tanjung pastinya sudah bisa kita
tebak artinya namun Bango? Jangan salah,
karena itu bukanlah kata yang mengartikan
salah satu jenis burung. Bango di kamus
bahasa Sangihe artinya kelapa, jadi Tanjung
Bango artinya Tanjung Kelapa.
Saya dan tim memulai perjalanan dengan
berjalan kaki tanpa mengetahui seberapa
jauh dan seberapa waktu yang akan
ditempuh. Karena kami hanya mengandalkan
penjelasan dari warga Kampung Kahakitang
untuk menuju Tanjung Bango.
Seperti yang pernah kami alami, jika berjalan
di daerah-daerah kepulauan, jawaban yang
pasti yang kami dapatkan adalah, “disana,
cuma dekat”. Bagi ukuran telinga, kata
tersebut bisa disebut sebagai ukuran waktu
tempuh kurang sekira 30 menit, namun bagi
Destination10
E X P O S E
M A G A z i n e
mengkolaborasikan si jingga milik matahari
dengan keelokan tradisonal milik kampung
ini.
Lagi-lagi saya kembali melupakan waktu
karena pesona pulau hijau ini, tidak terasa
kami masih berada di kampung ini walau
waktu mulai gelap. Setelah beberapa kali
memotret di pinggiran pantai saya kembali
ke tengah kampung untuk menikmati
tampilan indah yang disajikan alam pada
mata manusia, gugusan bintang-bintang
cantik yang berkelap-kelip menjadi hal yang
mungkin disaat langit masih bebas dengan
polusi dan tentu saja tidak terlalu banyak
sorot lampu.
Kami pun memutuskan untuk menginap di
kampung tua ini. Lagi-lagi saya menemukan
sebuah rasa yang luar biasa serta membuat
saya kembali sadar bahwa saya memiliki
hidup yang sangat luar biasa dibandingkan
warga disini. Mengapa? Karena saat
berada di Manado, saya dengan mudahnya
7
8
7.
Sunset di Kampung
Kahakitang.
8.
Menuju Desa Taleko
melewati jalan setapak.
9.
Teluk Makurese dengan air
laut yang tenang.
10.
Pemandangan Gunung
Karangetang dan Pulau Nitu
yang terlihat dari Tanjung
Bango.
11.
Pemandangan hutan bakau
dan air laut tenang dan
jernih di Teluk Makurese.
12.
PLTS di Kampung
Kahakitang
11. kami saat ini waktu tersebut sama dengan
lebih dari 30 menit. Dan ini terbukti, sesuai
dengan waktu pengukur yang saya pasang
pada jam tangan saya menujukkan waktu
tempuh sekira 42 menit, dan jam yang saya
gunakan menujukkan waktu sekira 08.42
Wita.
Pada perjalanan ini, saya akui sangat banyak
menguras tenaga, karena peralatan yang
kami bawa rata-rata memiliki berat diatas
lima kilogram, selain itu rute kali ini amat
berliku dan menanjak.
Namun saat sampai ke Tanjung Bango,
saya langsung tersenyum puas. Luar biasa
dan terima kasih ya Allah, kata saya saat
melihat pemandangan yang indah milik
Teluk Makurese. Lelah dan panas yang
kami rasakan selama perjalanan 42 menit
langsung terbayarkan, malah bisa disebut
terbayar lebih.
Tanpa menunggu kode, tim dan saya
berebutan segera menaikkan kamera
kearah mata dan tangan serasa otomatis
menyesuaikan gerakan untuk bisa
mengabadikan momen yang diberikan alam.
Dari tanjung ini, mata bisa langsung melihat
Gunung Api Karangetang milik Pulau Siau
yang ada di Kabupaten Sitaro.
Tiba-tiba saya tersadar dengan alarm
otomatis dari jam tangan yang saya miliki,
dimana setiap pukul 12.00 Wita pasti
berbunyi untuk mengingatkan bahwa waktu
sudah tepat tengah hari.
Rasanya waktu berjalan sangat cepat kali
ini, saya dan tim segera mengumpulkan
peralatan dan bergegas, karena perjalanan
pulang yang kami tempuh pasti memakan
waktu lebih dari waktu tempuh awal. Selain
itu kami memang harus cepat cepat sampai
ke Dermaga Kahakitang karena pukul 14.00
Wita kami akan menumpang KM Kawaluso
untuk kembali ke Tahuna dan kemudian
kembali ke Manado.
Banyak pengalaman baru dan
menyenangkan yang kami rasakan selama
dua hari berada di Kahakitang. Semoga
Pulau Kahakitang tetap asri dan lestari.
(Stenly Pontolowokan)
Destination 11
E X P O S E
M A G A z i n e
9
10
11
12
13. Special Report 13
E X P O S E
M A G A z i n e
Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran
Kristen Katolik pada abad keempat masehi.
Peringatan ini berasal dari upacara adat
masyarakat penyembah berhala, dimana
pada abad kesatu hingga abad keempat
masehi dunia masih dikuasai oleh imperium
Romawi yang paganis politheisme.
Diyakini peringatan Natal baru tercetus
antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius,
yang ditetapkan tanggal 25 Desember.
Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25
Desember tersebut akhirnya disahkan
sebagai hari kelahiran Yesus dan warga
dunia pun menjadikannya sebagai perayaan
besar, termasuk di Kota Manado.
Namun gelegar Natal di ibu kota Sulawesi
Utara (Sulut), memang berbeda dengan
daerah lain, karena warna perayaan ini
mulai dirasakan sejak awal November.
Dimana lagu dan pernak-pernik Natal mulai
mewarnai rumah, jalanan hingga mall-
mall besar yang ada di kota ini, termasuk
aneka diskon yang mulai ditawarkan untuk
menarik warga.
Ini pula yang membuat perputaran uang di
Manado meningkat tajam keangka fantastis
sekira miliaran rupiah hingga triliunan.
Karena penjualan barang-barang ikut
terdongkrak naik, mulai dari industri mikro
hingga menengah sangat menggantungkan
penjualannya di Desember ini, seperti aneka
parcel mulai dari kue kering, minuman,
keramik dan campurannya, kemudian ada
aksesories natal seperti pohon Natal, lampu
hias Natal, barang-barang elektronik hingga
otomotif.
Seperti yang terpantau oleh tim Expose
Manado awal pekan ini, dibeberapa pusat
perbelanjaan seperti di Manado Town
Square (Mantos), salah satu gerai andalannya
Ace Hardware The Helpfull Place mulai
memberikan diskon dari 10 persen hingga
40 persen keatas.
Sophian H. Adjahari, Customer Service Ace
Hardware The Helpfull Place mengakui
bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat
Manado setiap bulannya pasti meningkat.
“Ada beberapa macam varian pohon Natal
dan asesorisnya yang kami siapkan dari
harganya mulai Rp59.000 hingga Rp18 juta.
Tak sedikit customer yang rela menghabiskan
uang hingga puluhan juta rupiah hanya demi
mendapatkan sebuah pohon natal yang
mereka idamkan,” kata pria yang akrab
disapa Tian.
Begitu juga yang terlihat di Matahari
Departmen Store yang ada di Mega Mall
Manado. Gerai fashion terlengkap di Manado
ini memang dikenal sebagai rajanya memberi
diskon pada customernya. Tidak tanggung-
tanggung dengan promo diskon mulai dari
20% hingga 70% pada produk jenis tertentu
seperti diskon 50% dan 70%, ada juga
promo beli satu gratis satu, dan promo
Mereka
2
1
14. Special Report14
belanja senilai Rp.150 ribu.
Tidak ketinggalan promo diskon Natal dan
Tahun Baru yang diberikan iT Center Manado.
Pusat belanja barang elektronik terbesar
yang berada di Kota Manado ini tak mau
ketinggalan moment penting untuk berbagi
dan meraup pelangan sebanyak banyaknya,
dengan mengandalkan sale-sale nya yang
luar biasa.
Seperti yang diungkapkan oleh Sales
Promotion Girl (SPG) produk Sony X-peria
yang ada di iT Center Manado, Vernanda
Wewengkang, dia malah menyebut semua
produk baru yang dipasarkan telah laku
sejak pertengahan November lalu. Diapun
mengaku jika Desember ini, target yang
dibebankan bisa dicapai.
“Di counter tempat saya ditugaskan itu setiap
hari selalu dibanjiri pengunjung, karena
promo diskonnya yang banyak dan sesuai
dengan isi kantong warga umum yang datang
berbelanja di Manado,” ujarnya.
Bagaimana dengan hotel dan resort yang ada
di Sulut? Setali tiga uang, perayaan Natal juga
disebut sebagai hari yang paling ditunggu.
Tidak heran Hotel-hotel berbintang yang
ada di Manado mulai menjual paket-paket
Natal yang lengkap dengan room terbaiknya
dengan harga harga yang spesial namun
berbeda dengan gaya mall dan toko-toko
yang berebutan diskon harga.
“Natal dan Tahun Baru adalah dua momen
indah yang selalu menarik untuk kami.
Khusus ditempat kami, kami menggunakan
paket spesial yaitu menjual room dengan
tambahan layanan fasilitas yang menarik dan
yang tidak terlupakan pada para tamu,” jelas
Asst. General Manager at Tasik Ria Resort
Spa and Diving.
Untuk hall atau gedung yang digunakan
untuk pelaksanaan ibadah Pra Natal juga
sebagian besar mengaku sudah di booking
jauh hari oleh beberapa pengurus partai dan
gereja.
“Natal adalah momen yang tidak ingin kami
lewati, untuk itu kami managemen juga telah
menyediakan yang spesial bagi para penyewa
tempat kami,” sebut Finance Manager M Icon
Manado, Siska Lawendatu.
E X P O S E
M A G A z i n e
Di counter tempat saya ditugaskan itu setiap hari
selalu dibanjiri pengunjung, karena promo diskonnya
yang banyak dan sesuai dengan isi kantong warga
umum yang datang berbelanja di Manado
3 4
15. Special Report 15
Dia menyebut yang spesial adalah pemberian
diskon senilai Rp.9.999.000 dari harga
normal sewa sekira Rp.15 juta bagi gereja
dan komunitas yang ingin menyewa ditempat
mereka.
“Tak perlu diragukan lagi untuk dekorasi
dan fasilitas yang kami diberikan. Dijamin
sudah pasti yang oke punya. Dengan harga
tersebut, sudah termasuk pohon natal, lilin
serta dekorasi standar. Namun segeralah
melakukan bookingan, karena kami saat ini
akan segera close,” katanya.
Sementara dari Manado Convention Center
(MCC), banyak warga dan gereja yang sudah
memberikan uang muka sebagai tanda jadi
bagi mereka untuk menggelar Ibadah Natal
di tempat ini.
“Memasuki awal Desember kami sudah full
booking hingga tangal 23 Desember,” kata
Asisten Manager dari Manado Convention
Center (MCC), Frets S sambil menambahkan
bahwa tanggal 24-27 mereka libur bersama.
MCC sendiri menjadi salah satu hall favorit di
Sulut, karena kemampuan tampungnya yang
luar biasa serta bangunannya yang terlihat
ekslusif.
Kemampuan beli warga di Desember ini ikut
menjadi perhatian dari Bank Indonesia (BI)
perwakilan Sulut. Tidak heran BI langsung
menyediakan dana tunai sekira Rp.3 Triliun.
“Karena biasanya jelang Natal dan Tahun
Baru permintaan uang tunai di Kota Manado
dan sekitarnya akan mengalami peningkatan
yang cukup signifikan,” kata Kepala Kantor
Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi
Utara (Sulut) Peter Jacobs.
Tidak ketinggalan Kepala Bank Mandiri
Cabang Manado Hotman Nainggolan
mengatakan pihaknya sangat siap
menghadapi Natal dan Tahun Baru di
Manado.
Dia mengatakan masyarakat tidak perlu
khawatir karena kesiapan dana tunai maupun
penukaran uang kecil cukup tersedia
menghadapi Natal dan Tahun Baru. “Kami
juga telah menyiagakan seluruh ATM di Sulut
terutama Manado dan Minahasa“, tutur
Nainggolan saat ditemui belum lama ini.
(Carol Tine)
E X P O S E
M A G A z i n e
5
6
1.
Aneka hiasan Natal yang
dijual di pusat perbelanjaan.
(Foto: Juan Manengkey)
2.
Suasana pusat perbelanjaan
memasuki bulan Desember.
(Foto: yhb)
3.
Pasar rakyat menjelang Natal
di pusat kota yang difasilitasi
Pemerintah kota.
(Foto: Juan Manengkey)
4.
Pohon Natal berukuran besar
di pusat perbelanjaan
5.
Persiapan menyambut Natal
di Sintesa Peninsula Hotel.
(Foto: yhb)
6.
Salah satu pohon Natal Unik
di pusat perbelanjaan di
kawasan bisnis Megamas.
(Foto: Juan Manengkey)
16. Natal di Sulawesi Utara (Sulut), memang
selalu unik dan berbeda karena perayaan
Natal diawali dengan kehadiran Santa Claus
(Sinterklass) dan Pit Hitam atau sering disebut
Suartepit di minggu-minggu awal Desember.
Tradisi Santa Claus mulanya bagian dari
tradisi pemeluk agama Kristen Katolik, yang
kemudian menjadi tradisi umum setiap gereja-
gereja dan komunitas warga di Manado.
Disini, Santa Claus selalu adalah pria yang
dipakaikan berjanggut dengan menggunakan
kostum serba merah dan membawa tumpukan
hadiah dipunggungnya, sementara si Pit Hitam
yang badannya memang dihitamkan dengan
pewarna, ikut mendampinginya. Keduanya
akan berkeliling ke rumah warga yang memiliki
anak kecil sambil membagikan hadiah.
Walau kini Polres Manado telah mencabut
ijin untuk pawai mobil Santa Claus, namun
aksi si pembagi hadiah dan si penasihat galak
ini masih bisa disaksikan di hampir seluruh
kelurahan.
Dan tidak ketinggalan adalah tradisi
menyalakan lilin di pekuburan milik keluarga di
Manado hingga Minahasa Raya serta Tomohon.
Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai simbol
untuk mendoakan kembali para keluarga yang
telah meninggal dunia sekaligus sebagai salah
satu cara untuk membersihkan kuburan, ini
biasanya dimulai sekira tanggal 20 Desember.
Tradisi ini juga kini makin heboh karena
pameran kembang api bisa dilakukan disini.
Sementara di Langowan, Minahasa ada juga
tradisi pasiar kampung dengan menggunakan
bendi pada saat perayaan Natal.
Dan pada puncak Natal di tanggal 25
Desember, selain aparat keamanan yang
melakukan penjagaan, gereja-gereja yang
melakukan ibadah puncak akan dijaga juga
oleh ormas dan masyarakat Muslim.
“Ini adalah bukti kami mencintai daerah kami.
Sulut adalah kota yang dihuni oleh berbagai
ragam suku dan agama, namun kami semua
mampu hidup berdampingan dengan rukun
dan,” kata Harjadi Usman, salah satu pemuda
mesjid di Manado saat ditemui oleh tim Expose
Manado.*
Tradisi Natal di Sulut
2
1
1.
Tradisi Santa Claus di
Manado.
(Foto: Carol Tine)
2.
Umat Muslim memberikan
ucapan Natal kepada umat
Nasrani sesaat selesai
ibadah Natal di Gereja.
(Foto : Basrul Haq)
Special Report16
E X P O S E
M A G A z i n e
17.
18. Desember itu indetik dengan
kegembiraan perayaan
Kelahiran Jesus Kristus. Tidak
heran, di ibu kota Sulawesi
Utara (Sulut) perayaan untuk
Natal pasti sangat luar biasa
dan spektakuler mewah dan
beragam.
Untuk edisi kali ini, Expose
Manado menyajikan 10 hal
terunik dari Natal yang hanya
bisa dirasakan langsung jika
berada di Manado. Ini dia.
Highlight18
M A G A z i n e
E X P O S E
20. Figure20
E X P O S E
M A G A z i n e
2
1
Kain Kofo adalah Kearifan lokal
yang sudah lama ditinggalkan
oleh masyarakat Sangihe. Kain ini
merupakan kain tenun khas Sangihe
yang terbuat dari serat pisang hote.
Pakaian yang dibuat dari tenun khas
Sangihe tersebut oleh masyarakat
setempat disebut dengan Balri atau
Laku Hote.
Jejak-jejak tenun ini masih bisa
ditemukan, walaupun proses
menenun kain kofo yang sudah
tidak dilakukan. Menurut penelitian
tenun khas Sangihe ini sudah ada
sebelum tahun 1020.
1
Kain Kofo adalah Kearifan lokal
yang sudah lama ditinggalkan
oleh masyarakat Sangihe. Kain ini
merupakan kain tenun khas Sangihe
yang terbuat dari serat pisang hote.
Pakaian yang dibuat dari tenun khas
Sangihe tersebut oleh masyarakat
setempat disebut dengan Balri atau
Laku Hote.
Jejak-jejak tenun ini masih bisa
ditemukan, walaupun proses
menenun kain kofo yang sudah
tidak dilakukan. Menurut penelitian
tenun khas Sangihe ini sudah ada
sebelum tahun 1020.
Figure20
21. Figure 21
E X P O S E
M A G A z i n e
Dalam perjalanan ke Kabupaten Kepulauan
Sangihe di pertengahan bulan November
2015, Tim Expose Manado mengagendakan
untuk bertemu dengan seorang warga yang
masih menyimpan Kain Kofo. Kami telah
mendapatkan informasi awal terkait kain
kofo dari kontributor Expose Manado di
Sangihe, Stenly Pontolawokang. Informasi ini
kemudian mengantarkan kami untuk bertemu
dengan Bapak Yumbure Kelenggihan (62)
lelaki parubaya yang dimaksud. Dia adalah
seorang bapak yang sederhana dan memiliki
kepedulian tinggi terhadap aset budaya
Sangihe.
Perjalanan kami menuju Desa Manumpitaeng
ditempuh kurang lebih 20 menit dari kota
Tahuna. Kami ditemani Vander Gansalangi,
Budayawan Sangihe. Vanderlah yang
membantu kami mengalihbahasakan
pembicaraan dengan Pak Yumbure yang
kesehariannya tetap mengunakan bahasa
Sangihe. Lelaki sederhana itu menyambut
kami dengan hangat, setelah kami
memperkenalkan diri dan menyampaikan
maksud dan tujuan kedatangan kami.
Tak berselang lama setelah kami tiba di
kediamannya yang asri, Pak Yumbure akhirnya
mengeluarkan baju yang terbuat dari kain
Tenun Kofo. Sungguh kami terharu dengan
pemandangan ini. Inilah kain tenun Kofo yang
proses pembuatannya telah dilupakan oleh
Masyarakat Sangihe. Konon menurutnya
baju ini dibuat tahun 1500 an dan kini masih
terawat rapi.
Kain tenun Kofo dahulu pernah mengalami
kejayaan bersama kain tenun lain di Indonesia.
Kerajaan Tabukan pada tahun 1927 dibawah
kepemimpinan WAK Sarapil disaat itu
mendorong berkembangnya pembuatan
kain kofo dan telah dibeli oleh masyarakat
yang lebih luas, dimana penjualannya sampai
Pekalongan dan Jogjakarta sebagai basis
pembuatan batik Jawa. Prakarsa dari raja
Tabukan berusaha memberikan solusi untuk
membangkitkan kembali kejayaan kain tenun
kofo. Hanya saja prakarsa tersebut pada
akhirnya lenyap sampai era 70-an. Kini tidak
ada lagi pekerjaan penenunan kofo.
Proses menenun disebut mengahiuang,
alat tenunnya disebut kahiuang, sedangkan
kainnya disebut Kahiwu. Dibeberapa desa
seperti di desa Lenganeng, Manupitaeng, dan
Batunderang dapat ditemukan sisa-sisa alat
tenun kain kofo. Sedangkan kain-kain kofo
terdapat di beberapa kolektor juga di museum
baik dalam maupun luar negeri.
Steven Sumolang, peneliti Kain Kofo di
Sangihe kepada Stenly Pontolawokang –Tim
Expose Manado menjelaskan bahwa, pada
awalnya warna benang kofo hanya empat
macam yakni : polos, kuning, merah dan
hitam. Polos artinya tidak diberi warna.
Warna kuning, berasal dari celupan sari akar
pohon bernama seha yang mendidih. Warna
merah, dicelupkan dalam air sari buah pohon
ketumbar. Sedangkan hitam, dicelupkan di
dalam air buah pohon nila, yang dicampur
dengan sejenis lumpur hitam pekat yang
terdapat di bawah pohon Lolaroh yang tumbuh
di pinggiran pantai. Seiring perkembangannya
Kain Kofo pun ditemukan dengan warna-
warna yang lain seperti warna lembayung, biru,
hijau dan lainya.
Warna yang terdapat pada Kain Kofo pun
juga mempunyai makna, yakni warna putih
melambangkan ketulusan hati, warna
merah melambangkan keberanian di pihak
kebenaran, sedangkan warna hitam tanda
2
3
4 5
1.
Yumbure
Kalengggihang,
memainkan alat musik
Tagonggong dan
mengenakan baju adat
yang terbuat dari kain
tenun kofo.
2.
Kain Tenun Kofo dan
detail seratnya.
3.
Motif kain Tenun Kofo
4.
Serat Pisang Hote,
sebagai bahan baku
pembuatan Tenun Kofo.
5.
Alat Tenun Kofo yang
masih tersisa.
(Foto-Foto: Stenly
Pontolawokang)
Figure 21
22. Figure22
dukacita terhadap orang yang memakai Kain
Kofo tersebut.
Selanjutnya hiasan–hiasan atau lukisan–
lukisan yang kentara, karena perbedaan
warna benang Kofo yang ditenun mempunyai
artinya sendiri–sendiri. Sampai abad ke 15,
agama nenek moyang ialah animisme, dimana
mereka memuja apa yang mereka anggap
bertuah, dan takut terhadap kekuatan alam
yang menerpa hidup sehari–hari. Seperti
hiasan bunga–bungaan, karena bunga berbau
harum, maka dipergunakan oleh mereka,
untuk membujuk roh halus (bawengi, dalanise),
agar roh para leluhur tetap melindungi serta
memberikan kesejahteraan bagi kehidupan
mereka yang ditempuh sepanjang masa. Bagi
orang kecanduan menyabung ayam, sering
baju Kofonya bermotifkan 2 ekor ayam jantan,
sementara berlaga di arena.
Matahari tinggal seperempat perjalanannya
menuju peraduan. Kami masih saja terlibat
pembicaraan hangat di rumah Pak Yumbure.
Sajian teh hangat dan kue pia dari sang
istri semakin mengakrabkan suasana. Atas
permintaan kami, Pak Yumbure bersedia
mengenakan pakaian yang terbuat dari
tenun kofo yang ditunjukan kepada kami tadi.
Kepalanya juga diikat sepotong kain kofo. Ia
terlihat gagah dengan pakaian itu walaupun
usianya sudah lebih dari separuh abad.
Tak berselang lama, lelaki itu masuk kedalam
rumahnya yang terbuat dari kayu Hoade
sejenis kayu yang digunakan membuat rumah
raja-raja jaman dahulu dan keluar membawa
alat musik Tagonggong. Ia mengajak kami
menuju depan rumah dan duduk dibawah
rindang pohon. Kami berkerumun sesaat
setelah ia mulai memainkan alat musik pukul
itu. Dahulu kala para leluhur di tanah Sangihe
memakai alat musik Tagonggong dengan
melantunkan Sasambo. Sasambo adalah
syair yang dilantunkan dengan irama khas
dan volume yang tinggi. Kini Pak Yumbure
menyajikannya kembali dihadapan kami.
Kami terpana dibuatnya. Terus terang, kami
sedikit bergidik mendengar pak Yumbure
melantunkan Sasambo. Kami seperti dibawah
ke masa lalu. Ditambah lagi suasana rumahnya
diatas bukit yang terpisah dari keramain
kampung. Yang terdengar hanyalah musik
Tagonggong dan lantunan Pak Yumbure yang
menyatu dengan gemerisik pohon dan kicauan
burung.
Setelah ia memainkan Tagonggong dan
melantunkan Sasambo, Kami meminta Pak
Yumbure untuk berpose. Pikir kami, kami
harus mendokumentasikannya dangan
baik. Jarang sekali menemukan orang yang
memiliki kepedulian tinggi terhadap budaya
daerah seperti dirinya. Dengan senyum
ramah ia menyanggupinya. Malahan setelah
selesai memotretnya, ia menawarkan kami
untuk mencoba pakain tersebut. Tentu saja
kami tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Bergantian kami mengenakannya dengan
penuh kehati-hatian. Maklum usia pakaian ini
sudah sangat tua. Menurutnya pakaian yang
disimpan secara turun temurun ini sudah ada
sejak tahun 1500an.
Diakhir pertemuan kami dengan Pak Yumbure,
ada satu harapan besar yang disampaikan
kepada kami. Harapan jika suatu saat nanti
ada usaha dalam merekonstruksi kembali
kebudayaan asli Sangihe yang hilang ini. Bagi
kami,ini adalah harapan yang sangat luar biasa
dan tulus dari seorang yang sangat mencintai
budaya daerahnya. Semoga harapan bapak
bisa diwujudkan oleh Pemerintah Kabupaten
Kepulauan Sangihe dan masyarakat yang
peduli terhadap kebudayaan daerah ini.
(yehabe/stenly pontolawokang)
6
6.
Menangki adalah
teknik melicinkan baju
adat yang terbuat dari
kain Tenun Kofo.
(Foto: Stenly
Pontolawokang)
E X P O S E
t h e p r i d e o f a n i d e n t i t y
E X P O S E
M A G A z i n e
PLAY NOW
23. Bussines Report 23
Yang mengaku travelers sejati, jangan
mengaku keren kalo bloom injak Manado,
kalimat aksi ini kini makin sering terlihat
di media sosial sejak di perkenalkannya
program Visit Sulawesi Utara (Sulut) 2016
dengan tagline nya #marijokamanado oleh
Pejabat Gubernur, Soni Sumarsono bulan
lalu.
Ya, melalui program ini mantan Direktorat
Jenderal (Dirjen) Otonomi Daerah (Otda)
di Kementerian Dalam Negeri Republik
Indonesia (Kemendagri) berharap akan makin
banyak wisatawan dalam negeri dan luar
negeri yang berkunjung Sulut.
“Potensi wisata di Sulut itu luar biasa.
Yang indah dan unik itu ada di 15
kabupaten dan kota di Sulut, bukan
hanya di Bunaken saja. Jadi mari jo ka
Manado” kata Pria kelahiran Tulungagung,
Jawa Timur pada 22 Februari 1959 ini pada
tim Expose Manado.
Bagi Doktor lulusan Universitas Jakarta
ini, pariwisata adalah sektor yang bisa
membangun dan mendongkrak lini sektor
perekonomian daerah.
“Tentu saja program ini harus sama-sama
kita dukung. Saya bangga bisa menjadi
bagian dari daerah ini,” tutur Sumarsono.
Ini juga dibenarkan oleh General Manager
(GM) Arya Duta Hotel Manado, Jose
Wawondatu dan berharap akan makin
banyak kegiatan atau even yang digelar oleh
pemerintah daerah pada tahun depan.
“Potensi daerah dan kebudayaan harus
digarap bersamaan. Kita memiliki keindahan
dan adat budaya yang disukai para
wisatawan,” tutur Jose yang juga dikenal
sebagai salah satu pilot Paralayang Sulut
belum lama ini.
Seperti kita ketahui Sulut adalah salah satu
provinsi yang menjadi tujuan wisata andalan
di Indonesia yang dijual ke luar negeri.
Dengan memiliki total luas sekira 15.069
km2, daerah yang memiliki slogan Torang
Samua Basudara ini terus dijadikan sebagai
salah satu tempat rehat dari kesibukan
pekerjaan para wisatawan.
Tim Expose Manado sendiri belum lama ini
melakukan kunjungan ke beberapa tempat
wisata yang ada di kabupaten perbatasan
dengan Filipina, Sangihe dan beberapa spot
diving yang ada di Lembeh. Dan tidak ada
kata yang bisa kami katakan selain “Luar biasa
indahnya”.
Jadi mari kita dukung program Visit Sulawesi
Utara 2016 dengan #marijokamanado. Yuk
jadi genereasi Merah Putih yang mencintai
Sulut dan Indonesia. *
1
1.
Pejabat Gubernur,
Soni Sumarsono
memperkenalkan program
Visit Sulawesi Utara (Sulut)
2016 dengan tagline nya
#marijokamanado
(Foto: Humas Pemprov)
Opportunity 23
E X P O S E
M A G A z i n e
24. Mothers Day24
E X P O S E
M A G A z i n e
Bagi Garth Imanuel
Koleangan, sang
mama adalah sosok
wanita yang terlihat
seperti kebanyakan
wanita lainnya.
“Mama saya
adalah ibu rumah
tangga yang baik.
Sejak kecil saya
selalu mendapat
perhatian dan kasih
sayangnya yang
luar biasa,” tutur
pemuda tampan
yang baru saja
genap berusia 16
tahun ini pada tim
Expose Manado belum lama ini.
Menurut Garth, Jull Takaliuang
tidak pernah sekalipun melupakan
hal hal kecil yang berhubungan
dengan dirinya. Padahal pekerjaan
sang ibu yang diketahuinya adalah
seorang pekerja di Yayasan Suara
Nurani (YSN), yang aktivitas
hariannya selalu berhubungan
dengan kemasyarakatan dan
lingkungan.
Ya, wanita yang baru saja menjadi
satu-satunya wanita Indonesia
yang menerima N-Peace Awards
2015 untuk kategori Untold
Stories: Women Transforming
their Communities di kantor
utama Persatuan Bangsa Bangsa
(PBB) New York pada tanggal 19
Oktober lalu, memang luar biasa.
Dia tidak pernah mengenal
lelah untuk menjadi
corong utama
dari warga
yang
tertindas,
kegiatan
advokasinya
bukan
sebatas pada
lingkungan. Jull,
sejak 2003 sudah
turun mendukung
warga Buyat untuk melakukan
perlawanan pada perusahaan
tambang dunia asal Amerika
Serikat, dia juga turun saat
beberapa perempuan dan anak di
Sulut yang diduga hendak dijual
ke calo trafficking di Kalimantan
dan Jakarta, mendampingi warga
Likupang Timur untuk menolak
aksi dari perusahaan tambang
asal Australia, beraksi bersama
warga untuk menolak atas aksi
reklamasi pantai Kalasey dan
yang terkini adalah mengadvokasi
warga pulau Bangka untuk
menolak eksplorasi tambang pasir
besi dari perusahaan asal China.
Istri tercinta dari Didi Koleangan
ini juga tidak mengenal takut pada
oknum aparat atau oknum pejabat
yang disebutnya sebagai
oknum yang tidak pro
pada rakyat. Dan dia
juga mampu membagi
waktunya untuk
sang putra semata
wayangnya ini.
Bagi wanita kelahiran
31 Juli 1969, berjuang
membela hak-hak warga
yang tertindas dan terpinggirkan
selama hampir 18 tahun ini,
butuh komitmen yang luar biasa
namun tidak harus mengorbankan
waktunya pada keluarga.
“Sejak kecil Garth sudah kami
tanamkan rasa mengasihi sesama,
jadi saat saya keluar untuk
mengadvokasi warga, kata kasih
lah yang saya tekankan. Selain itu
saya memiliki suami yang begitu
pengertian, kami selalu bergantian
menjaga putra kami,” tutur lulusan
Fakultas Sastra di Universitas Sam
Ratulangi yang sempat merasakan
dinginnya jeruji besi karena
aksinya membela rakyat kecil di
Likupangn Timur.
Jull sendiri, menyebut dirinya
bukan sosok ibu yang sempurna
bagi anak semata wayangnya,
namun dia juga tidak ingin
dirinya dilupakan oleh Garth
karena tuntutan pekerjaannya.
Penghargaan yang diterimanya
juga disebut sebagai hasil
konsekuensi Garth untuk
memahami dan peduli padanya.
Bagaimana pandangnya sebagai
Ibu Indonesia? “Saya bukan
Wonder woman, tokoh animasi
idola saya, apa yang saya lakukan
dan perjuangkan adalah kecil
jika dibanding perjuangan ibu
Indonesia lainnya. Namun saya
berharap capai ini bisa membuat
ibu-ibu di Indonesia lebih
percaya diri untuk menunjukkan
eksistensi dan mengambil peran
penting dalam segala bidang
pembangunan di semua level,”
ungkap Jull.
“Apa yang
saya lakukan dan
perjuangkan adalah
kecil jika dibanding
perjuangan ibu
Indonesia lainnya“
Aktivis Lingkungan danJull Takaliuang
Selamat Hari Ibu,
Di edisi kali ini, kami menyajikan tulisan tentang sepak terjang
para wanita Sulawesi Utara yang modern yang memiliki
prestasi nasional hingga internasional, namun tidak melupakan
kewajiban mereka sebagai seorang ibu. Siapa saja mereka?
Inilah tiga superwoman yang supermom pilihan tim Expose
Manado. (Carol )
Mereka
Superwoman
yang
Supermom
Jull Takaliuang
bertemu Presiden RI
di Amerika Serikat.
Sesaat setelah Jull
Menerima N-Peace
Award 2015 dari
PBB.
(Foto: Ist)
25. Mothers Day 25
E X P O S E
M A G A z i n e
Ibu yang satu ini
adalah seorang
tenaga pendidik
yang memimpin
sekira ribuan
mahasiswa yang
memilih untuk
menuntut ilmu di
ibu kota Sulut, ya
dia adalah rektor
Universitas Sam
Ratulangi (Unsrat).
Ellen Kumaat sendiri
bukannya kebetulan
menjadi pemimpin
tertingi di perguruan tinggi negeri
ini, sebelumnya wanita lulusan
Institut National des Sciences
Appliquees Perancis ini adalah
dekan di Fakultas Teknik Unsrat.
Saat ditemui tim Expose Manado
belum lama ini, ibu dua orang
anak ini mengungkapkan
tantangan luar biasa saat berhasil
menjadi rektor.
Kesehariannya, Sritjiptowati
Soebiantati Mandagi amat jauh dari
kesan tampilan mantan atlet.
Pembawaannya yang ramah dan
selalu tersenyum, membuat oma
empat cucu ini malah hampir
terlupakan sebagai wanita
pembuat sejarah di
olahraga menantang
alias Extreme sport
Indonesia.
Ibu dari dua atlet
terjun payung
kebanggaan Sulawesi
Utara (Sulut), Pingkan
dan Petra Mandagi ini adalah
penerjun bebas putri pertama di
Indonesia.
Aksi ibu yang biasanya dipanggil
dengan sebutan Tante Uci ini
dimulai pada tahun 70 an. Dialah
yang pertama membuka jalan
para wanita Indonesia untuk unjuk
kemampuan di udara. Walau
sempat tidak direstui oleh sang
ayah yang kalah itu
adalah seorang
Panglima Kodam
(Pangdam),
wanita
bercucu
empat ini
tetap beraksi
bersama para
teman-teman
prianya yang kala
itu adalah bawahan
sang ayah.
“Saya harus main kucing-kucingan
dengan Papa saat berlatih. Bisa
dimaklumi olahraga ini memang
Walau begitu, istri tercinta dari
Hieryco Manalip ini bukanlah
tipe cepat menyerah, dia
malah langsung melakukan
program program yang langsung
menyentuh seluruh civitas
akademika Unsrat yang
sempat panas dengan
dugaan maraknya aksi
KKN sebelum dirinya
menjabat sebagai
pimpinan tertinggi di
lembaga pendidikan
tersebut.
Hanya dalam waktu
singkat, guru besar ini
mampu mengembalikan
kepercayaan civitas akademika
Unsrat. Dia mampu membangun
komunikasi dengan para staff,
dosen hingga mahasiswa dengan
penuh rasa kekeluargaan. Padahal
membuat Unsrat kembali bersih
seperti sebelumnya adalah hal
yang sempat disebut kebanyakan
orang di Sulut sebagai sesuatu
yang mustahil.
“Saya hanya ingin semua bekerja,
bekerja dan bekerja demi Unsrat,”
tutur rektor wanita pertama di
Unsrat ini.
Dalam
kesehariannya,
Ellen
mengaku
tidak
berbeda
dengan
wanita yang
telah menikah
dan memiliki anak.
Dia selalu menyiapkan
waktu pagi dan malam untuk bisa
bercekrama dengan keluarganya.
Saat itu, disebut Ellen sebagai
waktu indah melepas lelah, walau
kini kedua putra dan putrinya
Teguh Andrew Ivan Manalip (telah
menikah) dan Christine Virgin
Manalip, telah menjalani hidup
sendiri sendiri di tanah seberang.
“Cucu, anak anak dan suami
adalah kekuatan saya selain
Tuhan. Mereka luar biasa hingga
membentuk saya sebagai ibu yang
seperti saat ini. Didikan orang tua
juga amat berpengaruh dalam
hidup saya,” ungkapnya, sembari
menyebut dirinya bukanlah tipikal
ibu sempurna.
“Yang sempurna adalah kasih
Tuhan, dan yang mendekati
sempurna adalah keluarga saya,
jika bukan mereka saya mungkin
bukan seperti saat ini. Saya masih
perlu banyak belajar dari ibu-ibu
luar biasa milik Indonesia dan
dunia,” tambahnya.
Bagaimana pandangannya tentang
Unsrat kedepannya? Rektor yang
ramah ini pun menerangkan
bahwa dirinya ingin berhasil
sebagai ibu dari mahasiswa Unsrat
yang berhasil membangun Sulut
dan Indonesia melalui prestasi
positif.
“Yang
sempurna adalah
kasih Tuhan, dan yang
mendekati sempurna
adalah keluarga saya,
jika bukan mereka
saya mungkin bukan
seperti saat ini“
sangat menakutkan, tahun 1970
masih bisa dihitung dengan jari
atlet terjun payung,” ungkap Uci
yang saat itu hanya menggunakan
payung bulat yang semi otomatis
unt terjun dari ketinggian 3.000
kaki.
Berbekal pengalamannya ini,
diapun bertekad tidak akan
mengekang keinginan anak-
anaknya untuk mengikuti jalur
hobinya dan sang suami.
“Satu hal yang selalu saya ingatkan
adalah keselamatan diri adalah
yang utama. Artinya mereka sudah
tahu bahwa olahraga yang mereka
geluti sangat penuh tantangan
dan sangat dekat dengan maut,
maka apa pun yang dikenakan
haruslah dalam keadaan baik dan
sempurna,” terangnya.
“Mama inspirasi
bagi saya dan
keluarga. Wanita itu,
bermental luar biasa kuat
dan saya bersyukur atas
hal itu“
Ini pun diakui oleh Petra yang
menyebut sang Mama adalah
mentor sekaligus manager yang
terbaik baginya. “Mama inspirasi
bagi saya dan keluarga. Wanita
itu, bermental luar biasa kuat
dan saya bersyukur atas hal itu,”
ungkap ayah dari dua putri ini.
Ellen Joan Kumaat
Sritjiptowati Soebiantati Mandagi
Rektor Universitas Sam Ratulangi
Penerjun Bebas Putri Pertama di Indonesia
Ellen Kumaat foto
bersama Menteri
Agraria dan Tata
Ruang, Ferry
Mursyidan Baldan
dalam sebuah acara.
(Foto: Ist)
Tante Uci bersama
rekan sewaktu aktif
menjadi menjadi
penerjun di tahun
70an
26. E X P O S E
M A G A z i n e
Debora Dance Sport
(DDS) Community
salah satu komunitas
yang ada di Manado.
Bagi pecinta zumba
dan aerobic nama ini
tidak lazim di telinga
masyarakat, karena
kehadirannya sudah
diketahui banyak
masyarakat.
DDS ini dirintis olah
Debora Sindoro, yang
juga saat ini bertindak
sebagai coach dan zumba instructor network
(ZIN). Pada tahun 2000 dibuka dengan
nama Debora entertainment, namun
saat itu baru ada di Semarang. Seiring
berkembangnya zaman pada tahun 2006
berpindah ke Manado dengan peluang besar
dan diharapkan mampu menyedot perhatian
masyarakat. Maka dibukalah di Manado
dengan nama Zin Debora sampai pada tahun
2007, karena sudah banyak yang bergabung
maka digantilah dengan DDS (Debora Dance
Sport) sampai saat ini.
Menurut Debora, di tempat ini pihaknya
mengajarkan zumba, aerobic, body language,
pilates, yoga, latin dance, bely dance,
balet dan hiphop dan dilatih oleh orang-
orang yang profesional serta bersertifikat.
“Pengajar kami adalah orang-orang yang
profesional pada bidang ini. Kami bersyukur
sampai saat ini masyarakat di Manado
banyak yang sudah percaya dengan kami,”
ungkapnya.
Debora menambahkan, kehadiran DDS
di Manado diharapkan akan membuat
masyarakat sehat kehadiran DDS
memberikan kontribusi positif bagi Kota
Manado. “Olahraga yang sehat harus
diimbangi juga dengan pola makan dan tidur
yang teratur, sehingga kegiatan ini akan
benar-benar bermanfaat,” ungkap Debora.
Dia pun menguraikan, untuk jadwal yang
ada sebagai berikut. Senin dan rabu aerobic,
pilates, body language. Kemudian, selasa
dan kamis, latihan zumba sedangkan jumat
untuk yoga. “Kami membagi waktu latihan
agar semua anggota dapat terlayani dengan
baik,” ujarnya.
Sampai saat ini, jumlah member DDS
sebanyak 150-an anggota yang masih aktif
sampai saat ini.
Untuk prestasi, jangan ditanya lagi karena
setiap ada iven dance DDS selalu membawa
pulang piala sehingga jumlah piala cukup
banyak yang ada di kantor DDS.
Selain itu, DDS juga sering membuat
iven tahunan yang dikenal dengan DDS
Extravaganza dan paling banyak diminati
pecinta zumba dan aerobic. So, bagi
masyarakat yang berkeinginan untuk
bergabung dengan DDS dapat menghubungi
kantornya di Banjer jalan Daan Mogot,
dijamin Anda akan puas dengan pelayanan
DDS yang akan memberikan olahraga
terbaik untuk menyehatkan Anda. (Bianca)
Debora Dance Sport (DDS) Community
Sehat, Bugar dan Berprestasi
Aktifitas Debora Sindoro dan
DDS Community
(Foto: Ist)
Community26
27. Apa yang dimaksud dengan tampil beda? Runner Up
Pertama Noni Sulut 2012 ini langsung menjelaskan
bahwa bukan lagi saatnya generasi muda di Sulut
mengandalkan harta warisan sebagai pegangan untuk
hidup. Menurutnya, kaum muda saat ini harus turun
jalan alias berjuang untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak tanpa malu menggunakan atributnya.
“Untuk ke puncak kesuksesan, harta warisan itu
adalah nomor kesekian. Membuka usaha baru adalah
salah satunya,” ungkap putri N Mamuaja dan Dr Olga
Pangkerego.
Inilah yang membuatnya nekad untuk terjun ke dunia
usaha mikro kecil menengah di Manado, dengan
membuka usaha yang jauh dari aktivitasnya sebagai
mantan Noni Manado. Ya pecinta kopi pahit ini nekad
membuka usaha rumah kopi di depan rumahnya, per
5 November lalu yang diberi nama Rumah Kopi NIMs.
“Saya melihat peluang dan saya tertantang. Modal
yang saya gunakan adalah milik pribadi sendiri bukan
orangtua. Ini hasil saat saya menang putri-putrian
lalu yang saya tabung. Usaha saya memang masih
kecil namun ini jadi pelajaran saya untuk berbisnis. So,
tampil beda, siapa takut?” tegasnya, sembari menyebut
bahwa kegagalan tidak menjadi ukurannya untuk
mundur dalam bisnis yang lagi trend saat ini. Bravo
Novia. (Lily Arianingsih)
Bagi dunia hiburan dan pariwisata di kota ini, pasti
seorang Novia Indriani Mamuaja, bukanlah nama yang
asing ditelinga.
Si cantik bermata indah yang saat ini sementara
menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sam
Ratulangi (Unsrat) adalah Runner Up tiga untuk Putri
Indonesia 2013 dan serta Miss Grand International
Indonesia dalam ajang yang diselenggarakan di
Thailand di tahun yang sama.
“Saat ini bukan jamannnya lagi hanya hidup
hura-hura. Please, kita adalah genarasi muda
yang dituntut mampu lebih baik dan lebih
maju dari pendahulu kita. Dan sebagai anak
muda, saya merasa ditantang untuk bisa
tampil beda, berani, berinovatif, mandiri,
dan cerdas melihat peluang yang ada,”
kata Noni Manado 2012 ini saat
ditemui tim Expose Manado akhir
pekan lalu.
E X P O S E
M A G A z i n e
Tampil
Beda,
Siapa
Takut
Novia Indriani MamuaJa
Desain Kostum: Denniel Richard
Tata Rias Wajah & Rambut: Lolla Make Over Manado
Fotografer : yehabe
Entrepreneur 27
28.
29. E X P O S E
M A G A z i n e
MENJALANI kehidupan menjadi seorang
wanita karir banyak ditemui di zaman yang
modern ini. Dijana Silfana Pakasi, wanita
kelahiran tahun 1962 saat ini menduduki
jabatan sebagai Wakil Ketua Komisi D Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) Manado.
Rentetan kehidupannya setiap hari tidak
berbeda dengan wanita pada umumnya,
hanya saja yang menjadi nilai plus bagi dirinya
karena dia mampu membagi waktu bagi
suami, anak-anak dan kewajibannya sebagai
ibu rumah tangga.
Meskipun tidak dapat dipungkiri, kerap
kali diperhadapkan dengan berbagai
tantangan ketika menjalankan tugas sebagai
wakil rakyat. Tetapi semuanya itu dapat
dihadapi dengan tulus dan bijaksana karena
dukungan orang-orang yang mencintai dan
menyayanginya dalam keluarga.
”Puji Tuhan saya selalu diberi kemudahan
dalam berkarir, bahkan hingga saya berada
di tempat ini sebagai wakil rakyat. Keluarga
saya selalu memberikan dukungan dan
memahami
kesibukan saya
ketika berada di luar rumah,”
ujarnya.
Bagi Dijana berkarir seperti dunia lain
yang sudah ditekuninya dari masa remaja.
Bahkan dirinya pernah berkarya di Bank
BCA Manado dan Jakarta selama 14 tahun
lamanya.
Siapa yang sangka prestasi yang diukir
Dijana diawali sejak tahun 1978 dengan
menyandang predikat sebagai runner up
Nyong dan Noni Sulut. Tidak hanya itu saja,
dia juga tergabung dalam Komunitas Musik
Manado (Komudo) dan kepiawaiannya dalam
bernyanyi menghantarkan dia menuangkan
karya seninya dalam album Pop Manado dan
Rohani pada tahun 1985-1994.
Ketika ditanya
tentang peran dirinya
sebagai ibu oleh Tim
Expose Manado Magazine
diapun menguraikan, ibu
adalah tempat untuk mencari
Surga. Menurutnya, ibu memiliki
makna yang kompleks dan tidak dapat
diuraikan dengan ilmu manapun. Kebaikan
serta kesabarannya tidak dapat dirumuskan
diformulakan dengan rumus apapun.
“Bagi saya, hari ibu adalah hari dimana
kita memperingati peran wanita secara
hakiki. Dalam kekuatannya menyimpan
kelembutan, dalam ketegasan menunjukkan
kebijaksanaan,” tuturnya. (Lily)
Tekun
dan
Pekerja
Keras
M
She 29
30. E X P O S E
M A G A z i n e
Siapa yang tidak mengenal corak-corak
indah dan unik dari Kain Pinawetengan?
Corak yang diambil langsung dari batu adat
milik suku-suku di Minahasa ini kini makin
menjadi magnet dalam dunia fashion tanah
air.
Ini pula yang membuat Irjen (Purn)
Benny Mamoto dan sang istri, Iyarita
Mawardi Mamoto kembali bekerja sama
dengan perancang kebanggaan tanah air
yang berdarah Minahasa, Thomas Sigar
menggelar fashion show yang bertajuk
“Pesona Kain Pinawetengan Minahasa” pada
(19/11) lalu di Manado Convention Center
(MCC).
Pada fashion show yang berdurasi sekitar
90 menit ini bukanlah seperti yang biasanya.
Karena pagelaran kali ini dikolaborasikan
juga dengan atraksi tarian tradisional yang
memikat hasil karya dari Show Director yang
memiliki reputasi internasional, Denny Malik.
Para penari yang terdiri dari pria dan wanita,
mampu membawa para undangan yang
hadir masuk dalam dunia adat Minahasa
yang tergambar dalam corak pakaian yang
mereka gunakan. Gerakan ketekunan
menanam padi yang dibawakan para penari
sangat memukau, begitu pula saat mereka
menari yang menggambarkan keceriaan
pertemuan antara lawan jenis begitu kental
terasa.
Ini juga terasa saat para model hadir
membawakan hasil karya sang maestro dari
salah satu kain tradisional andalan Sulawesi
Utara (Sulut) di catwalk.
Beberapa undangan yang hadir mengakui
kolaborasi apik dari tarian dan pesona kain
indah ini begitu membuat mereka terpesona.
“Ini sebuah pagelaran yang sangat sangat
menarik. Tarian tradisional begitu padu
dengan kain kain yang mereka tampilkan
dan terlebih saat final. Kekuatan tarian
yang menampilkan atraksi seorang dukun
Minahasa saat memimpin warga untuk
bersyukur atas berkat begitu terasa. Ini
membuat saya makin bangga dengan adat
dan budaya Minahasa dan alam kita,” tutur
Senny Vasty Alalinti Wakkary salah satu
3
1
Paduan
Indah
Antara
Tarian
dan Kain
Minahasa
1
Event30
31. E X P O S E
M A G A z i n e
pimpinan di sebuah hotel di Manado pada
tim Expose Manado.
Mamoto sendiri dalam sambutannya
menyebut iven ini adalah salah satu kegiatan
yang rutin dilakukan oleh yayasannya.
“Salah satu alasan saya melakukan ini
semua adalah pernyataan Hetty Palm yang
menyatakan bahwa tidak ada kebudayaan
di Indonesia ini yang cepat hilang seperti
kebudayaan Minahasa. Inilah yang
mendorong saya untuk memajukan budaya
Minahasa dalam bentuk apapun seperti
dari kain, lingkungan dan atraksi pawai
kebudayaan,” ujar mantan penuntas bom
Bali ini sambil menambahkan bahwa, fashion
show kali ini juga sekaligus menjadi salah satu
perayaan 10 tahun berkiprahnya melalui
Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara
(YISBSU) yang didirikannya sejak 2005 lalu.
“Sudah 31 rekor MURI mulai seni budaya,
produk andalan daerah, kuliner, religi,
sumber daya manusia dan kemasyarakatan.
Rekor ini terbanyak di Indonesia dan
pemecahan tujuh rekor dunia seni budaya
Guinness World Records,” papar manajer
Perbakin Indonesia di ASEAN Games lalu.
Sementara itu, pemerintah Sulut yang
diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan (Kadisparbud) Sulut, Joy Korah
mengapresiasi kegiatan ini dan berharap apa
yang dilakukan YISBSU bisa terus digelar
setiap tahunnya.
1.
Benny Mamoto dengan
Pakaian Adat Minahasa
(Foto : Edwin Pelealu)
2.
Perpaduan apik antara
tarian dengan show Kain
Pinawetengan
(Foto : Edwin Pelealu)
3, 4
Fashion show Kain
Pinawetengan
(Foto: Inoy Lagonda)
5.
Salah satu penari yang tampil
menggunakan pakaian yang
desainnya di replikasi dari
pakaian adat minahasa tempo
dulu.
(Foto: Inoy Lagonda)
6. Dari kiri ke kanan : Thomas
Sigar, Iyaritha Mawardi
Mamoto, Benny Mamoto dan
Denny Malik.
(Foto: Inoy Lagonda)
2
3 4
5
6
Event 31
32. My Manado32
E X P O S E
M A G A z i n e
ROCK In Celebes
Festival Tour 2015
sudah dilaksanakan di
Manado dan menjadi
lokasi tour terakhir di
tahun ini.
Iven ini dilaksanakan
di Manado karena
dilatarbelakangi dari
musik Sulawesi Utara
(Sulut) khususnya
di Manado patut
diperhitungkan dan
tidak boleh dipandang
dengan sebelah mata.
Terbukti dengan
lahirnya banyak band.
Selain itu, Manado
dinilai memiliki aset
wisata yang sudah
mendunia yaitu
Taman Nasional
Bunaken bahkan dilengkapi dengan pusat
pembelanjaannya yang terletak di sepanjang
pantai Utara-Selatan menjadi penunjang
dilaksanakan iven ini.
Mengambil spot dipinggir pantai tepatnya
di Pelataran Parkir Manado Town Square
(Mantos), Rock In Celebes Festival Tour 2015
Manado dilaksanakan 28-29 November
dengan menampilkan deretan band nasional
seperti Jamrud, Endank Soekamti, Revenge,
Kapital dan Kelompok Penerbang Roket
(KPR).
Deretan band lokal terbaik Sulawesi seperti
Sabaoth, De’Crue, Frontxside, From Hell
To Heaven, The Box, Spesialis Tendangan
Bebas, Iteneps, Critical Defacement dan
masih banyak lagi juga tak ketinggalan akan
tampil dengan aksi terbaik mereka di Rock In
Celebes Festival Tour 2015 Manado.
Sebagai pengalaman pertama kali di Manado,
Rock In Celebes juga lengkap menghadirkan
exhibition berupa clothing dan community
expo, hingga market place lainnya dan
berbagai booth dengan bermacam aktivitas
interaktif seru hingga talkshow yang bisa
diikuti. Tidak heran, antusias masyarakat
sangat besar menghadiri iven ini yang
dilaksanakan di penghujung tahun di Manado.
Dan dihadiri oleh band-band lokal maupun
masyarakat pecinta seni. (Bianca)
Rock In Celebes Tour 2015 Mampir di Manado
Musisi Ginda Bestari, memang baru pertama
kalinya tampil di public Manado, namun
performance dari lulusan Universitas
Widyatama, Bandung ini mampu memukau
para pecinta blues yang hadir di Waroeng
Charity, akhir November lalu.
Tampil bersama Sound Goods, The Lezy dan
The Uncles Project Band, Ginda langsung
beraksi dengan Keep It Real dari albumnya
yang bertitel Soulful Desire, kemudian
disambung dengan Long Way yang juga
merupakan karyanya sendiri.
“Saya sama sekali tidak menyangka ternyata
pecinta music blues di Manado sangat luar
biasa,” ungkap pria kelahiran Sukabumi ini.
Para pengunjung yang hadir juga mengaku
menikmati alunan blues yang dimainkan
musisi murah senyum ini.
“Luar biasa, alunan musiknya nya
sangat menyenangkan didengar.
Penampilan berbobot seperti
ini sangat jarang bisa ditemui di
Manado,” tutur Matilda Serol.
Antusiasme pengunjung memang
luar biasa. Tak ayal waktu
performance yang sedianya
berakhir pukul 00.00 Wita molor
hingga pukul 01.30.
Stefanus Pusung, Owner
Waroeng Charity mengakui bahwa
kehadiran Ginda Bestari memang
menjadi magnet tersediri bagi
pecinta musik di Manado.
“Sejak jam Tujuh malam, tempat ini sudah
dipenuhi pengunjung. Padahal menurut jadwal
Ginda tampil jam 10 Malam,” ungkap lelaki
yang kerap disapa dengan om Stef ini (carol)
Performance Asik dari Ginda Bestari
33. E X P O S E
M A G A z i n e
KONTES otomotif terbesar di Sulut, Mantos
Auto Contest (MAC) 2015 mengambil tema
Limited Edition kembali digelar.
Kegiatan yang digelar di Manado Town
Square (Mantos) pada akhir bulan lalu ini
langsung menjadi ajang yang spektakuler dan
menarik bagi warga Manado.
Pasalnya disini, kreativitas pecinta otomotif
di Manado diuji untuk bisa tampil beda dan
menarik. Beberapa jenis mobil sekelas Honda
City, Xenia, Avanza dan Grand Livina terlihat
memukau para pengunjung mall tampilan
eksteriornya yang mewah serta sound nya
yang menggelegar.
Coco peserta dari Pineleng mengaku, dirinya
rela mengeluarkan bujet sebesar Rp.80 juta
untuk memodifikasi mobil Livinanya menjadi
motif Hulk.
“Saya rela merogoh kocek yang banyak
untuk menyalurkan hobi,” ungkapnya sambil
tersenyum.
Novri Rambing, PIC gelaran Mantos Auto
Contest 2015 Manado mengatakan, iven
ini sudah dilakukan selama tujuh tahun
berturut-turut dan telah diikuti 131
motor. “Sebenarnya yang mendaftar 160
motor. Namun, 29 motor tak lolos syarat.
Pesertanya dari Sulawesi Selatan, Gorontalo,
Maluku Tenggara,” ungkapnya.
PASAR properti di Manado terus mengalami
perkembangan yang luar biasa dan
senantiasa mengikuti zaman yang semakin
modern.
Ini terbukti dengan dilaunching Paramount
Hills Manado di Grand Atrium Manado Town
Square (Mantos) III, pada pertengahan
November lalu.
Perumahan ini merupakan proyek residensial
menengah ke atas yang berlokasi di pinggir
Pantai Malalayang, dengan pemandangan
menghadap ke laut Manado, Pulau Manado
Tua dan Gunung Lokon apabila melihat
ke Selatan. Strategisnya lokasi ini karena
dibangun di atas lahan seluas 20,8 hektare
berada di terusan jalan Boulevard, dan hanya
sekira 10 menit ke pusat Kota Manado.
Dalam launching perdana tersebut
ditawarkan juga harga yang fenomenal bagi
masyarakat yang ingin membeli.
Andreas Nawawi, Managing Director
Paramount Land mengatakan, harga yang
ditawarkan sangat cocok untuk investasi
di kemudian hari. Selain itu, untuk pembeli
nantinya akan diberikan genset untuk
mengatasi permasalahan listrik.
“Kami mengambil keputusan untuk masuk
ke Manado, karena akan
dibukanya jaringan serat optik
langsung dari Amerika serta
penerbangan Internasional
kedua setelah Batam. Selain
itu, potensi pariwisata dan
daya beli masyarakat Manado
sangat besar meskipun
dalam masa krisis ekonomi,”
katanya.
Sementara itu, Direktur
Paramount Land, Aryo Tri
Ananto mengemukakan, ada
tiga cluster yang bisa dipilih
konsumen yaitu gaya Modern
Classic, France dan American.
Saat ini yang disiapkan ada
sekira 202 unit untuk cluster
Modern Classic.
Menurutnya, untuk setiap
unit rumah Paramount Hills
Manado dibangun semi-
detached dengan berbagai pilihan luas rumah
sesuai kebutuhan pembeli.
Sementara itu, Presiden Direktur PT
Paramount Land, Ervan Adi Nugroho
mengatakan, Paramount Hills mengusung
konsep custom yaitu hunian dengan desain
yang dapat dipilih sesuai dengan selera dan
kebutuhan pribadi. Pilihan desain tersebut
dipasarkan dengan harga menarik mulai
Rp.995 juta per unit tergantung ukuran dan
spesifikasi yang diinginkan konsumen.
“Boleh dibayar tunai maupun bertahap 18
sampai 60 kali sehingga masyarakat dapat
memiliki hunian ini,” ungkap Ervan Adi.
(Bianca)
Paramount Hills Hadir di Manado
Mantos Auto Contest (MAC) 2015 Lebih Semarak
My Manado 33
34. Flavour34
Ingin menikmati ayam bakar yang full
bumbu ala Minahasa yang berbeda dengan
yang biasanya, maka sempatkanlah untuk
berkunjung ke Dragonet Cafe.
“Menu utama adalah ayam bakar Tino, bisa
dikata menu ini hampir sama dengan ayam
taliwang, namun penyajiannya dan rasanya
sedikit lebih berani,” kata Manager Dragonet
Cafe, Sonny Porong pada tim Expose Manado
belum lama ini.
Namun untuk yang menyukai menu laut,
maka cafe inipun menyediakan udang
woku blanga, kuah asang goropa yang juga
tidak kalah menggoda untuk dirasakan dan
dinikmati lidah.
Tidak ketinggalan aneka sayuran seperti
kangkung cah ambor rica bakasang, sayur
pait dan cap cae cah yang menjadi menu
tambahan yang tidak kalah menggoda serta
desert dari buahan buahan seperti mangga
harum manis, papaya, semangka, dan nanas.
Untuk minuman ringan, café yang juga seatap
dengan Dragonet Dive Resort dan Manado
Diving Club (MDC) ini juga menyediakan mix
juice yang terdiri dari buah buahan andalan
Sulut sekelas, papaya, semangka, nenas,
wortel, jeruk, dan ketimun. Selain itu ada, kopi
panas, teh panas dan coklat panas, serta tidak
ketinggalan moctail, beers, dan coca cola.
Bagaimana dengan harga yang disajikan? Ternyata
sangat terjangkau, walau memiliki konsep ala
restoran berbintang namun café ini melabeli
menu-menu mereka sangat terjangkau.
“Untuk paket ayam bakar Tino tidak
lebih dari Rp40.000, sementara untuk
minumannya tidak masih rata rata sekira
Rp10.000 keatas. Dan semua menu yang
kami siapkan disini adalah menu 100 %
halal,” tambah sang owner Dragonet Café,
James Saerang.
Cafe yang berkonsep green dengan
pemandangan indah dari Teluk Manado,
memulai aktivitas untuk pengunjung umum
sekira pukul 15.00 wita hingga 23.00 Wita.
Jadi bagi Anda yang ingin merasakan sensasi
gurih dan kenikmatan yang sedikit beda
dan ingin menikmati alam Minahasa dan
Manado secara bersamaan, maka luangkan
waktu untuk ke Dragonet Café, Desa Kalasey
Minahasa. (Carol)
Gurihnya
Ayam Tino
dari
Dragonet
Café
I
E X P O S E
M A G A z i n e
35. Techno 35
BAGI para petualang pasti cukup mengenal dengan
kamera GoPro. Saat ini sudah hadir GoPro Hero 4
Session tampil dengan ukuran lebih kecil setelah
GoPro 4 dibuat dalam beberapa model camera action
cam, seperti GoPro Silver Black.
Produk ini sangat unik, karena bentuknya berbeda
seperti kotak (kubus). Kemampuan GoPro Hero4
Session untuk recording video full HD 60 fps.
Nah, untuk foto kamera GoPro Hero 4 Session dapat
mengabadikan gambar wide 8 Mpix, atau 5 Mpix
untuk format medium. Fitur lain seperti timelapse
serta burst mode 10 foto perdetik.
Harga camera GoPro Hero4 Session terbaru ini
kabarnya dijual $399, atau sama seperti GoPro yang
dilengkapi dengan layar sentuh di panel LCD. Camera
GoPro Hero4 Session mulai dipasarkan bulan Juli
2015. Bentuknya yang unik dan simpel menjadikan
GoPro Hero4 Session ini adalah teman sehati para
petualang.(Bianca)
Teman Sehati Para Petualang
E X P O S E
M A G A z i n e
Video Resolution Frame Per Second (fps) Sudut Gambar Kamera (FOV) Screen Resolution
1440p
1080p
1080p Superview
960p
720p
720p Superview
WVGA
30, 25
60, 50, 30, 25
48, 30, 25
60, 50, 30, 25
100, 60, 50, 30, 25
60, 50, 30, 25
120, 100
Ultra Wide
Ultra Wide, Medium
Ultra Wide
Ultra Wide
Ultra Wide, Medium
Ultra Wide
Ultra Wide
1920 x 1440
1920 x 1080
1920 x 1080
1280 x 960
1280 x 720
1280 x 720
848 x 480
36. E X P O S E
M A G A z i n e
Menjajaki Keindahan Bawah Laut
Pant ai Kombi
Underwater36
37. Bagi dunia wisata bawah air, nama spot
Pantai Kombi di Minahasa, belumlah
setenar Pantai Malalayang milik Kota
Manado.
Namun siapa yang menyangka jika alam
bawah airnya menarik. Inilah yang saya
temui saat melakukan penyelaman
bersama tim Persatuan Olahraga Selam
Seluruh Indonesia (POSSI) Sulawesi
Utara (Sulut) yang dipimpin oleh Sangari
Malontong, Debora Rumaouw dan Nelson
Uada belum lama ini.
Cuaca yang sedikit tidak mendukung
membuat rencana awal kami untuk
menyelam dari bibir pantai terpaksa kami
tiadakan, dan mencoba menggunakan
perahu nelayan untuk mengantar kami ke
titik kedalaman sekira lima meter.
Tidak perlu menunggu lama, kamipun bisa
langsung menyaksikan gugusan hardcoral
dan softcoral yang sehat plus angelfish
yang berwarna-warni yang berseliweran
didepan mata tanpa rasa takut.
Hampir sekitar 15 menit kami berada
dikedalaman awal, kamipun kembali
melanjutkan hingga di kedalaman sekitar
9 meter, disini mata kamipun menikmati
pemandangan eksotis lainnya yang indah
seperti seahorse dan aneka lionfish plus
stingray yang luar biasa besar karena
terlihat berdiameter sekira tiga meter.
Bisa disebut penyelaman kali ini adalah
penyelaman untuk mencari spot baru
di Pantai Kombi, namun siapa yang
menyangka jika apa yang kami temukan
ternyata juga luar biasa.
“Coral-coralnya sehat, ikan-ikan nya juga
beraneka ragam. Ini yang kita lakukan
penyelaman baru satu tempat saja. Dan
saya yakin ada spot-spot menarik yang
juga sama indahnya,” tutur Uada yang
merupakan salah satu instruktur selam
CMAS. Sambil menyebut bahwa spot
indah tersebut dinamakan Spot Dira
sesuai dengan permintaan Debora yang
merupakan Ketua POSSI Minahasa.
E X P O S E
M A G A z i n e
Nah, bagi para penyelam yang ada di Sulut
yang berminat untuk bisa ketempat ini
dengan menggunakan kendaraan roda
empat, maka Anda membutuhkan waktu
sekira 1 jam 20 menit jika perjalanan
dimulai dari Winangun Manado, dan sekira
1 jam jika ditempuh dari Desa Maumbi
Minahasa Utara. Dan bagi yang belum
memiliki sertifikat, sangat tidak dianjurkan
untuk menyelam disini.
Selain itu, bagi para penyelam yang belum
memiliki perlengkapan menyelam, maka
jangan ragu untuk mendapatkannya di dive
resort dan dive center yang ada Manado,
Minahasa dan Bitung. (Carol Tine)
Underwater 37
PLAY NOW
38. Event38
Trip of Indonesia (TroI) Seri Ketiga
atau Grand Final dari Kejuaraan
Nasional Paragliding 2015 berhasil
digelar di Manado, ibu kota Sulawesi
Utara (Sulut) pada 5 November lalu.
Sebanyak 130 pilot (sebutan untuk atlet
paragliding) yang mewakili 15 provinsi di
Indonesia plus satu atlet asal Malaysia, ikut
unjuk gigi dalam event yang berlabel junior,
senior,open, dan Tandem yang dibuka
secara langsung oleh Gubernur Sulut Soni
Sumarsono didampingi Wali kota Manado
GS Vicky Lumentut, Ketua Umum Federasi
Aero Sport Indonesia (FASI) Sulut, Kolonel
Pnb Djoko Tjahjono dan Deputi Kementerian
Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bidang
Pembudayaan Olahraga Faisal Abdullah.
“Saya sangat berharap kejuaraan ini
bisa menjadi event yang terkenal hingga
mancanegara, dan membuat makin banyak
atlet luar tertarik untuk ikut,” kata Direktur
Jendral (Dirjen) Otonomi Daerah (Otda) di
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
sambil menyebut bahwa kejuaraan ini akan
mampu meningkatkan perekonomian Sulut
melalui sektor pariwisata.
“Jadi bisa sinergi dengan program Visit
Sulawesi Utara, #MariJoKaManado”
tambahnya.
Dari pantauan Tim Expose Manado para
pilot paragliding terlihat antusias dengan
kejuaraan yang digelar selama tiga hari,
cuaca Manado yang sering berubah tidak
menjadi halangan.
“Sangat luar biasa bisa terlibat langsung
pada kejuaraan ini, terutama sebagai pilot
asal Manado,” kata pilot Ifa Kurniawati pada
tim Expose
Manado.
Berikut adalah
Hasil Kejuaraan
Paragliding Trip of
Indonesia (TRoI) Grand
Final 2015 dimana untuk
kategori Junior putra
tampil sebagai juara pertama
adalah pilot Sulthon Nurzeha
Opier dengan 142 poin,
kemudian pilot Kurniadi
Rusnandi dengan 205 poin
duduk sebagai posisi kedua
sementara pilot Syafri Jhon
Hendri berhasil mengumpulkan
232 poin.
Di kategori Senior putra, pilot Roni Pratama
berhasil tampil terbaik dengan 56 poin,
disusul ditempat kedua oleh pilot Umar
Suparman dengan 88 poin kemudian di
posisi ketiga ada pilot Reza C. Kambey yang
mengumpulkan 229 poin. Di nomor Senior
putri, pilot Nofrica Yanti berhasil menjadi
juara pertama setelah mengumpulkan 869
poin, disusul Ifa Kurniawati dengan 1.036
poin diposisi kedua dan diposisi ketiga ada
Rika Wijayanti dengan 1.294 poin.
Untuk nomor Tandem, keluar sebagai juara
adalah Umar Suparman dengan 9 poin,
diposisi kedua ada pilot Ardi Kurniawan
dengan 146 point, dan pilot Joni Efendi
dengan 494 point meraih posisi ketiga.
“Gunung Tumpa ini sangat istimewa, bisa
buat lomba ataupun pemula yang baru
mau belajar Paragliding,” ujar pilot Nanvie
Tagah yang juga ikut serta pada kegiatan ini.
(Teks :Carol. Foto : Fernando Rakian)
Gunung Tumpa
E X P O S E
M A G A z i n e
Mengejar Prestasi di
39. Event 39
E X P O S E
M A G A z i n e
Model : Novia Indriani Mamuaja / Fotografer : yehabe
40. E X P O S E
M A G A z i n e
Photography40
Sunset1
Foto karya Adith Sanjaya.
lokasi Kawasan Megamas
2
Foto karya Ruedix
Palamani. Lokasi : Gunung
Tumpa Kecamatan Wori.
3
Foto karya Armando Loho.
Lokasi : Areal Persawahan
Boulevard Tondano.
3
1
PESONA
E X P O S E
M A G A z i n e
41. E X P O S E
M A G A z i n e
Photography 41
Sunset mempunyai pesona tersendiri bagi kalangan fotografer landscape. Banyak fotografer yang menyiapkan
waktu khusus untuk berburu momen ini. Memotret sunset tidaklah mudah seperti yang anggapan banyak orang.
Para pemburu sunset tak selamanya membawa pulang hasil foto yang memuaskan. Faktor alam dan teknis kadang
menjadi kendala. Di edisi ini Expose Manado menurunkan hasil bidikan para Sunset Hunter yang di beberapa lokasi
di Sulawesi Utara. Selamat Menikmati.
4
Foto karya Andrew Supit. Lokasi :
Dermaga Pantai Tateli
5
Foto karya Armando Loho.
Lokasi : Teluk Manado
6
Foto karya Mikael Pandeinuwu.
Lokasi : Pusat bisnis Boulevard
Bahu
2 4
5 6
E X P O S E
M A G A z i n e