1. LEADERSHIP
Ayah, Anak & Keledai
INSPIRATION
CORNER Suatu hari seorang ayah mengajak anaknya pergi ke
luar kota untuk berdagang. Dia percaya bahwa
29th Edition/
01 April 2011 pendidikan terbaik adalah gabungan teori dan
praktik sekaligus. Dari sini ia akan mendapatkan dua
pelajaran sekaligus. Pertama respek terhadap
orangtua, kedua mengerti bahwa mencari nafkah
tidaklah mudah, sehingga ia akan menghargai jerih
payah kedua orangtuanya, hidup lebih bertanggung
jawab dan tidak berfoya-foya.
Karena sang keledai bertubuh kecil, sang ayah
mengalah pada putranya. Ia rela berjalan kaki
sambil menuntun keledai yang juga dimuati
makanan sebagai bekal. Selang beberapa lama,
mereka berpapasan serombongan orang yang lantas
berbisik-bisik membicarakan mereka.
2. LEADERSHIP Ayah, Anak & Keledai
INSPIRATION
“Kasihan benar si ayah. Sudah tua masih harus
CORNER berjalan kaki. Sementara anaknya yang jauh lebih
29th Edition/ muda benar-benar tidak tahu diri. Seharusnya ia
01 April 2011 berjalan dan merelakan ayahnya naik keledai.
Sungguh malang nasib si ayah mempunyai anak
yang tidak berbakti.”
Mendengar celotehan ini sang anak merasa malu. Ia
pun meminta ayahnya naik keledai dan giliran ia
yang berjalan kaki. Perjalanan pun terus berlanjut.
Tak berapa lama mereka bertemu serombongan
orang yang berbeda. Pandangan mata mereka aneh
dan penuh tanya. Ketika hampir berpapasan,
mereka masih sempat mendengar ucapan yang
mengatakan, “Benar-benar orangtua yang jahat.
Anak sekecil itu disuruh berjalan kaki diterik
matahari, . . . . . . .
3. LEADERSHIP Ayah, Anak & Keledai
INSPIRATION
Sementara ia enak-enakan menunggang keledai
CORNER tanpa merasa bersalah sedikit pun!”
29th Edition/
01 April 2011 Mendengar ucapan tersebut, anak dan ayah saling
berpandangan. Mereka bingung mendengar
pandangan yang kontras berbeda. Lantas sang ayah
pun dengan sigap menarik anaknya naik ke
punggung keledai bersama-sama. Kini kedua ayah
dan anak itu naik keledai berboncengan dan
meneruskan perjalanan menuju kota.
Tak lama kemudian mereka berjumpa dengan
rombongan ketiga. “Sungguh manusia yang jahat
dan tidak punya rasa kasihan. Keledai sekecil dan
sekurus itu harus ditunggangi dua orang yang
berbadan cukup besar. Belum lagi ditambah beban
yang cukup banyak. Benar-benar manusia yang.….
4. LEADERSHIP Ayah, Anak & Keledai
INSPIRATION
…tidak punya perasaan kasihan sedikit pun. Coba
CORNER saja kalau dia yang menjadi keledai, baru sebentar
29th Edition/ pasti sudah minta ampun.”
01 April 2011
Mendengar hal itu, ayah dan anak itu kembali
menjadi bingung. Serba salah. Begini salah, begitu
keliru. Akhirnya sambil menghela nafas panjang,
keduanya turun dari punggung keledai dan berjalan
beriringan di samping keledai. Meski harus berjalan
di terik matahari yang ganas, mereka memaksa diri
untuk terus berjalan tanpa henti.
Tiba-tiba keduanya dikagetkan oleh tawa cekikikan
serombongan orang, “Bapak dan anak ini sungguh
gila. Punya keledai tidak dinaiki, malah dituntun.
Kenapa keledainya tidak digendong saja sekalian?
Benar-benar ada orang yang sedemikian bodohnya
5. LEADERSHIP Ayah, Anak & Keledai
INSPIRATION
…di dunia ini. Sungguh mereka jauh lebih bodoh
CORNER dari si keledai.
29th Edition/
01 April 2011 Kali ini sang ayah tidak lagi bingung. Dengan
tangannya yang kuat anaknya dinaikkan ke
punggung keledai. Sebelum sang anak protes,
ayahnya berkata, “Hidup haruslah punya pendirian.
Telinga memang berfungsi untuk mendengar. Tetapi
otak kita bertugas menyaring semua yang
tertangkap oleh panca indera kita, termasuk oleh
pendengaran. Sementara hati punya tugas untuk
menimbang, merasakan mana yang tepat dan
benar, mana yang tidak. Dari awal kita telah
melakukan kekeliruan, hanya menggunakan telinga
untuk mendengar. Kita membiarkan otak dan hati
kita diam tak berfungsi. Kita membiarkan diri
dipermainkan keadaan yang datang dari luar kita.
6. LEADERSHIP Ayah, Anak & Keledai
INSPIRATION
Itu tidak boleh terjadi lagi anakku. Kita harus
CORNER bersikap, punya pendirian dan berani
29th Edition/ mempertahankan pendirian kita dengan segala
01 April 2011
konsekuensinya. Kamu masih kecil, kamulah yang
lebih layak menaiki keledai. Saat ini ayahmu masih
kuat. Nanti pada saatnya tiba, gantian ayahmu
yang harus kamu rawat dan kamu jaga. Itulah
kehidupan.”
Pada akhirnya hidup harus memilih, bersikap,
punya prinsip dan pendirian. Sudut pandang orang
acapkali berbeda dan kadangkala saling
bertentangan. Tidak ada yang mutlak benar
maupun salah. Siapa pun kita harus berani
mengambil resiko. Tentunya dengan perhitungan
dan pertimbangan yang matang.