Perayaan Yaqowiyu dianggap sebagai hari raya lokal yang diadakan setiap tahun di bulan Sapar di desa Jatinom. Namun, menyelenggarakan perayaan tahunan seperti ini dapat dianggap sebagai penambahan jumlah hari raya umat Islam yang bertentangan dengan sunnah Nabi. Oleh karena itu, umat Islam dilarang aktif terlibat dalam perayaan tersebut, termasuk membantu pelaksanaannya, menyumbang,
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Acara sebaran apem yaqowiyu jatinom
1. Acara Sebaran Apem Yaqowiyu Jatinom
Perayaan Yaqowiyu dilihat dari penyelenggaraannya termasuk hari raya berlingkup lokal. Karena
berulang secara periodik setiap tahun, di waktu khusus yaitu bulan Sapar dan di tempat yang tetap
(Jatinom).
Sebagaimana kaidah fiqih menyebutkan :
لذاتيهما مقصودين والمكان الزمان وكانت ، المكان أو الزمان لذات مايعود كل : العيد
'ied (hariraya) adalah setiap kegiatan yang berulang (secara periodik) yang berhubungan
dengan waktu dan atau tempat.
Waktu dan tempat itu menjadi tujuannya.
Sunnah Rasulullah menetapkan bahwa hari raya tahunan umat Islam hanya 2 saja, yaitu Idul
Fitri dan Idul Adha. Oleh karenanya, menyelenggarakan perayaan Yaqowiyu secara terus
menerus bisa dikategorikan menambah jumlah hariraya umat Islam yang menyalahi ketentuan
Sunnah Rasulullah.
Maka dari itu, dilarang melibatkan diri secara aktif dalam perayaan tsb, baik berupa membantu
pelaksanaannya, menyumbang, terlibat langsung dalam acara-acaranya, ikut meramaikannya,
dan semacamnya.
Sebagaimana firman Allah dalam QS An Nisaa' /4 : 140 :
ُعْقَت ََلَف اَهِبُا َزْهَتْسُي َو اَهِب ُرَفْكُي ِ هّٰللا ِتٰيٰا ْمُتْعِمَس اَذِا ْنَا ِبٰتِـكْال ىِف ْمُكْيَلَع َلََّزن ْدَق َوْيِف ا ْوُض ْوُخَي ىهتَح ْمُهَعَم ا ُْود
ٖۤه ِْريَغ ٍثْيِدَحِۖم اًذِا ْمُكَّنِااَعْيِمَج َمَّنـَهَج ْيِف َْني ِرِفٰكْال َو َْنيِقِفٰنُمْال ُعِامَج َ هّٰللا َِّنا ۗ ْمُهُلْث
2. wa qod nazzala 'alaikum fil-kitaabi an izaa sami'tum aayaatillaahi yukfaru bihaa wa yustahza`u
bihaa fa laa taq'uduu ma'ahum hattaa yakhuudhuu fii hadiitsin ghoirihiii. innakum idzam
mitsluhum, innallooha jaami'ul-munaafiqiina wal-kaafiriina fii jahannama jamii'aa.
"Dan sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) bagimu di dalam Kitab (Al-Qur'an) bahwa
apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang
kafir) maka janganlah kamu duduk bersama mereka sebelum mereka memasuki pembicaraan
yang lain. Karena (kalau tetap duduk dengan mereka), tentulah kamu serupa dengan mereka.
Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan orang kafir di Neraka
Jahanam,"
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 140)
Hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak termasuk meramaikan / membantu perayaan tsb a.l :
1. Imam Malik mengatakan bahwa :
"Seseorang masih boleh mendatangi acara tsb hingga di pasarnya saja. Tidak boleh lebih dari
itu."
(Al Muwaththa')
2. Orang yang tinggal di wilayah tsb boleh tetap beraktifitas seperti biasanya. Tidak perlu keluar
dari rumahnya dan berpindah ke daerah lain. Yang sehari-harinya berjualan, boleh tetap
berjualan dan tidak perlu libur. Yang bekerja di tempat-tempat di dalam kawasan itu boleh
tetap bekerja seperti biasanya.
3. Orang yang tinggal di wilayah tsb boleh mengambil keuntungan dari keramaian
berkumpulnya banyak orang. Seperti :
mengambil upah parkir,
menjual barang-barang umum yang bukan ciri khas perayaan tsb,
menyewakan penginapan dan peralatan yang tidak berhubungan langsung pada
kebutuhan upacara perayaan,
dan semacamnya.
4. Orang yang diam di rumahnya dan diantarkan hadiah makanan dari perayaan tsb, boleh
menerimanya dan tidak termasuk meramaikan acara tsb.
5. Apabila perayaan tsb termasuk upacara kesyirikan, bila mendapatkan hadiah makanan,
boleh tetap dimakan, selain makanan sesaji dan sembelihan.
Ummul Mukminin 'Aisyah Radhiyallahu 'anha ketika ditanya tentang bolehkah memakan hadiah
dari perayaan kesyirikan, maka 'Aisyah menjawab :
3. أشجارهم من كلوا ولكن ، تأكلوا فَل الوم لذالك ذبح ما
"Maa dzubiha lidzaalikal yaumi falaa ta'kuluu, wa laakin kuluu min asyjaarihim."
"Apapun yang disembelih untuk hari (perayaan) itu, jangan kalian makan. Akan tetapi, (bila
ingin memakannya) makanlah yang berasal dari tumbuh-tumbuhan."
(HR ABU SYAIBAH, shahih)
Syekh Abdul 'Aziz bin Abdullah bin Baz (dalam Majmu'atul Fatawa) mengelompokkan hukum
makanan perayaan dengan mengembalikan hukumnya ke tujuan awal pembuatannya. Beliau
menjelaskan :
1. Sembelihan untuk upacara perayaan tsb haram mutlaq.
2. Makanan yang dibuat dan digunakan untuk sesaji, semuanya haram, baik yang berupa
sembelihan, buah-buahan , kue-kue, dsb.
3. Makanan (selain sembelihan) yang dibuat untuk tujuan menjamu tamu, diantarkan ke
tetangga, dijual ke orang banyak, halal.
4. Sisa-sisa perayaan seperti bungkus makanan dan minuman, bekas-bekas wadah atau
peralatan perayaan, halal dan halal pula hasil penjualannya.
Wallahu Ta'alaa A'lamu bish Shawaab...
Tambahan :
Karena Yaqowiyu asalnya bukan upacara kesyirikan, membuat apem lalu membagikannya ke
sesama teman boleh.
Yang dilarang adalah menyebar apem-apem tsb seperti di acara Sebar Apem di rangkaian
perayaan Yaqowiyu.
Hal tsb buruk ditinjau dari beberapa sisi :
1. Banyak apem yang mubadzir karena terinjak-injak. (QS 17 : 27)
2. Terjadi ikhtilath / bercampur-baurnya para lelaki dan perempuan yang berakibat keburukan .
(QS 2 : 195)
3. Terjadi pen-sakral-an apem yang didapat dari acara tsb, sehingga berakibat kesyirikan dan
bid'ah yang munkar.
(QS 10 : 18).
Maka yang dilarang adalah menyetorkan apem untuk acara tsb.
Oleh:
Ustadz Naskhan fahrurrozi
Pengasuh ponpes tahfidz Ar Ridho Klaten