SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
LAPORAN OBSERVASI TUNANETRA
        (SMK NEGERI 8 SURAKARTA)




Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi
       Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd


                    DISUSUN OLEH:
          1. Bariqul Amalia Nisa          (K2311011)
          2. Dwi Putri Sabariasih         (K2311022)
          3. Uly Azmi Masna               (K2311080)




                  PENDIDIKAN FISIKA
   FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
            UNIVERSITAS SEBELAS MARET
                      SURAKARTA
                           2013


                                           Tugas 2 Pendidikan Inklusi -1
BAB I
                              PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG
            Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk menjamin
  keberlangsungan hidup agar lebih bermartabat dan untuk mengembangkan
  potensi dirinya melalui proses pembelajaranatau cara lain yang dikenal dan
  diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
  pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
  pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan
  menyelenggarakan suatu sistem Pendidikan Nasional yang meningkatkan
  keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
  kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Oleh karena itu seluruh
  komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah
  satu tujuan negara Indonesia.
            Penyandang tunanetra merupakan individu yang memiliki hak yang
  sama seperti individu normal di dalam pendidikan. Hak mereka tertuang dalam
  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 1997 tentang penyandang
  cacat pasal 11 yang berbunyi setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan
  untuk mendapat pendidikan pada satuan, jalur, dan jenjang pendidikan sesuai
  jenis dan derajat kecacatan, sedangkan pasal 12 menekankan bahwa setiap
  lembaga pendidikan memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada
  penyandang cacat sebagai peserta didik pada satuan, jalur, jenis dan pendidikan
  sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya serta kemampuannya. Dengan
  demikian hak para penyandang cacat termasuk para penyandang tunarungu
  memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan dan hal tersebut dijamin
  oleh undang-undang.
            Pentingnya pemberian pendidikan khusus bagi anak yang mengalami
  hambatan penglihatan di Indonesia masih sangat kurang usaha dan antusiasnya.
  Hal ini terlihat pada kesadaran sebagian besar para orangtua yang belum


                                                        Tugas 2 Pendidikan Inklusi -2
memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya yang mengalami hambatan
      dalam penglihatan. Pentingnya pendidikan dini di keluarga berdampak pada
      kondisi anak saat masuk ke lingkungan sekolah. Apabila orangtua sejak dini
      sudah memberikan pendidikan, kondisi anak ketika masuk sekolah tidak begitu
      buruk. Namun bagi orangtua yang belum memberikan pendidikan bagi anaknya
      hal ini bisa dilihat dari kondisi anak saat memasuki bangku sekolah yang
      mengalami kesulitan. Anak dalam keadaan tidak tahu tentang dirinya yaitu
      bahwa dirinya mengalami hambatan dalam penglihatan.
                Kurangnya sikap menerima dan ikhlas dari orangtua juga ikut
      mewarnai pendidikan bagi anak tunanetra. Sikap tidak mau menerima dengan
      kenyataan yang ada membuat kondisi anak semakin menarik diri. Ini jelas
      mengganggu perkembangan psikologisnya. Anak yang memiliki sejuta potensi
      terancam tidak bisa dikembangkan dengan maksimal.
                Untuk itu mulailah menumbuhkan kesadaran bahwa anak tunanetra
      juga berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, memiliki kebutuhan
      untuk bisa diterima di dalam masyarakat dengan keterbatasan yang ada serta
      perlunya dukungan secara moril untuk perkembangan mental anak tunanetra
      supaya memiliki kepercayaan diri terhadap potensi yang dimilikinya. Perlu juga
      mengubah paradigma lama tentang anak tunanetra bahwa anak tunanetra tidak
      mampu untuk hidup mandiri. Yang terpenting adalah sikap orangtua untuk
      menerima dengan ikhlas kondisi keterbatasan pada anak.
                Pada kesempatan ini dilakukan observasi anak tunanetra di SMK
      Negeri 8 Surakarta. Dimana sekolah tersebut merupakan sekolah inklusi yang
      menerima ABK dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan
      dengan kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus (ATBK).


1.2     TUJUAN
      1. Mengetahui pengertian tunanetra dan klasifikasinya
      2. Mengetahu faktor penyebab ketunanetraan
      3. Mengetahui karakteristik anak tunanetra dan strategi belajarnya


                                                              Tugas 2 Pendidikan Inklusi -3
4. Mengetahui sistem pendidikan (kurikulum), model pembelajaran, model
   tes,media pembelajaran anak tunanetra di sekolah reguler
5. Mengetahui hambatan dalam kegiatan belajar-mengajar pada anak tunanetra
   di sekolah reguler




                                                      Tugas 2 Pendidikan Inklusi -4
BAB II
                                      ISI


2.1 PELAKSANAAN OBSERVASI
           Observasi kami lakukan dua kali yang bertempat di SMK Negeri 8
   Surakarta. SMK Negeri 8 Surakarta terletak di JL. Sangihe, Kepatihan Wetan
   Jebres Surakarta, Jawa Tengah.. Pada tanggal 16 Maret 2013 kami berangkat
   pada pukul 09.30 WIB dan berakhir melakukan observasi pada pukul 11.30 WIB.
   Sesampai disana kami menyerahkan surat izin observasi dan langsung diberi
   kesempatan untuk melakukan observasi . Setelah itu kami diajak menuju ruang
   Bimbingan Konseling. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan kami datang
   ke SMK Negeri 8 Surakarta kami langsung mewawancarai Ibu Sri Saptaningsih
   selaku Guru Bimbingan Konseling. Pada hari sabtu kami tidak bisa
   mewawancarai siswa tunanetra yang bersekolah di SMK Negeri 8 Surakarta
   karena pada saat kami sampai disana KBM sudah dibubarkan karena pada hari
   senin akan diadakan Ujian Sekolah. Kemudian pada hari selasa 19 Maret 2013
   kami kembali melakukan observasi untuk mewawancarai langsung siswi
   tunanetra, setelah menunggu 1 jam akhirnya kami bias mewawancarai siswi
   tunanetra setelah ia selesai mengikuti Ujian sekolah. Kami tidak bias melakukan
   observasi saat di kelas mengingat sedang diadakan Ujian sekolah, sehingga
   observasi kami lakukan dengan wawancara.


2.2 IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah                          : SMK Negeri 8 Surakarta
   Nama Sekolah Lama                  : 1. Konservatori Karawitan (KOKAR)
                                        2. SMKI Negeri Surakarta
   Nomor Statistik Sekolah (NSS)      : 781036104001
   Nomor Induk Sekolah (NIS)          : 400008
   Nomor Pokok Sekolah Nasional       : 20328154
   Status Sekolah                     : Negeri


                                                         Tugas 2 Pendidikan Inklusi -5
Waktu Penyelenggaraan            : Pagi
Alamat
    Jalan                        : Sangihe
    Kelurahan                    : Kepatihan Wetan
    Kecamatan                    : Jebres
    Kota                         : Surakarta
    Propinsi                     : Jawa Tengah
    Kode Pos                     : 57129
    Nomor Telepon                : (0271) 632225
    Nomor Fax                    : (0271) 636074
    E-mail                       : smkn8_surakarta@yahoo.com
    Web Site                     : smkn3solo.net
    Surat Keputusan Pendirian
    SK Pendirian                 : Nomor. 554/K/3-b
    Tanggal                      : 17 Juli 1950
    Pembukaan                    : 27 Agustus 1950
    SK Perubahan Nama I          : Nomor.0292/0/1976
    Tanggal                      : 9 Desember 1976
    SK terakhir Status Sekolah   : Nomor.036/0/1997
    Tanggal                      : 7 Maret 1997
    Lembaga Pengeluar SK         : Departemen Pendidikan dan
   KebudayaanRI
    Kepala Sekolah
    Nama Lengkap                 : Dra. Ties Setyaningsih,M.Pd,MM
    NIP                          : 19660524 199601 2 001
    No. SK Pengangkatan          : 821.2/209/2012
    Tanggal                      : 13 Sepetember 2012
    TMT                          : 13 Desember 2012
    Lembaga Pengeluar SK         : Wali Kota Surakarta
Bidang Keahlian                  : Seni Pertunjukan


                                                      Tugas 2 Pendidikan Inklusi -6
Program Keahlian                   : Seni Karawitan
                                       Seni Tari
                                       Seni Pendalangan
                                       Seni Musik
                                       Seni Teater
Tanah dan Bangunan
    Status Tanah                   : Milik Sendiri
    Luas Tanah                     : 18.137 m

    Luas Bangunan                  : 7.217.02 m

    Nomor Pokok Wajib Pajak        : 00.004.227.5.526
    Nomor Sertifikat Tanah         : 29 dan 44
Akreditasi Sekolah
    Lembaga Pengeluar SK           : BAN Propinsi Jawa Tengah
    Nomor                          :
    Tanggal                        : 9 Nopember 2010
    Komp. Keahlian S. Karawitan : Terakreditasi A Nilai 93
    Komp. Keahlian S. Tari         : Terakreditasi A Nilai 93
    Komp. Keahlian S. Pedalangan : Terakreditasi A Nilai 92
    Komp. Keahlian S.Musik         : Terakreditasi A Nilai 90
Sertifikat ISO 9001 : 2008
    Status                         : Tersertifikasi
    Nomor                          : 01 100 065387
    Tanggal                        : 27 Agustus 2009
    Lembaga Pengeluar              : PT TUV Rheinland Group
Penetapan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
    Nomr                           : 4294/C5/Kep/KU/2009
    Tanggal                        : 07 Oktober 2009
    Lembaga Pengeluar              : Direktorat Pembinaan SMK
Nomor Rekening                     : Bank BRI Cabang Urip Sumoharjo


                                                          Tugas 2 Pendidikan Inklusi -7
(atas nama SMK Negeri 8 Surakarta)
                                     1065-01-000553-53-3
Visi Sekolah
Menjadi Sekolah pelestari budaya, berkarakter, professional, membumi dan
mengglobal
Misi Sekolah
a. Menumbuhkan semangat dalam melestarikan budaya
b. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran Agama yang dianut dan budaya
  bangsa sebagai sumber kearifan dalam bertindak.
c. Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara optimal yang
  berorientasi pada pencapaian keunggulan kompetensi berstandar Nasional /
  Internasional.
d. Mengembangkan hubungan sekolah dengan institusi pasangan yang
  mempunyai reputasi Nasional / Internasional secara berkelanjutan.
e. Menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu sebagai suatu proses
  peningkatan unjuk kerja.


TUJUAN SEKOLAH
1. Menghasilkan tamatan pelestari budaya bangsa yang beriman dan bertaqwa
  kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
  professional dalam bidang seni pertunjukan.
3. Menghasilkan tamatan yang mampu memasuki dunia kerja ditingkat nasional
  maupun internasional, serta mampu berwirausaha secara profesional.
4. Mewujudkan sekolah menjadi SMK bertaraf Internasional.


SASARAN
1. Mencetak tenaga kerja yang trampil dalam bidang seni Karawitan, Tari,
  Pedalangan, Musik dan Teater, sesuai dengan kebutuhan pembangunan.




                                                      Tugas 2 Pendidikan Inklusi -8
2. Sebagai pelestari dan pengembang kesenian yang relevan dengan
     perkembangan yang terjadi dalam masyarakat


   FASILITAS SEKOLAH
   1. R. Teori
   2. R. Praktik/Studio Karawitan
   3. R. Praktik/Studio Tari
   4. R. Praktik/Studio Pedalangan
   5. R. Praktik/Studio Musik
   6. R. Praktik/Studio Teater/ Open Stage
   7. R. Practical/Auditorium
   8. R. Praktik/Pendapa / Joglo
   9. R. Studio Rekaman
   10. R. Lab. Komputer
   11. R. Lab. Bahasa
   12. R. Lab Multimedia
   13. R. Lab. IPA
   14. R. Perpustakaan
   15. Lap. Tennis
   16. Lap. Volly Ball
   17. Masjid
   18. Internet On-line / Hotspot Area
   19. Koperasi Sekolah / Kantin


2.3 HASIL OBSERVASI
   a. Dengan Guru Bimbingan Konseling
             Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 8 Surakarta yang kami
   wawancarai bernama Ibu Sri Saptaningsih. Beliau adalah lulusan Pendidikan
   Luar Biasa UNS. Beliau diangakat menjadi PNS pada tahun 1981. Sejak awal
   kelulusannya beliau mengajar di SMK Negeri 8 Surakarta.


                                                        Tugas 2 Pendidikan Inklusi -9
Menurut penuturan Ibu Sri Saptaningsih tidak ada perbedaan kurikulum
antara anak tidak berkebutuhan khusus (ATBK) dan anak berkebutuhan khusus
(ABK), hanya ada modifikasi. Dari segi metode pembelajaran ada sedikit
perbedaan yaitu adanya metode pull out pada waktu-waktu tertentu. Metode pull
out dilaksanakan ketika siswa tuna netra ataupun siswa ABK lainnya mengalami
kesusahan dalam pelajaran dan meminta pembelajaran tersendiri untuknya.
Metode pull out ini bias dilaksanakan di luar jam pelajaran ada pula yang
dilakukan bersamaan dengan jam pelajaran. Tutor sebaya juga merupakan
metode yang digunakan di SMK Negeri 8 Surakarta, karena hal ini cukup
membantu siswa ABK yang mengalami kesusahan. Contohnya : siswa yang
pandai karawitan mengajari siswa tuna netra belajar karawitan.
       Ibu Sri Saptaningsih juga memberikan penjelasan bahwa media yang
dipergunakan bagi ATBK dengan ABK tunanetra pada intinya sama, hanya
untuk anak ABK tuna netra media yang digunakan diusahakan lebih konkret,
konsep materi harus jelas, dan ABK tuna netra dapat merasakan, mengalaminya
secara langsung. Contohnya adalah konsep mengenai panas, maka siswa tuna
netra dikenalkan langsung dengan panas yaitu dengan cara                tangannya
didekatkan pada lilin yang menyala. Dengan cara tersebut maka ABK tuna netra
lebih memahami konsep panas. Sedangkan untuk mata pelajaran yang biasa
menggunakan kemampuan hafalan, pihak sekolah meminjamkan mp4 yang berisi
rekaman materi. Pinjaman mp4 ini boleh dibawa pulang, sehingga ABK tuna
netra ini dapat tetap belajar mandiri di rumah. Guru juga dituntut lebih kreatif
dalam membuat dan menggunakan media, agar ABK tuna netra dapat memahami
materi. Dalam menjelaskan materi pun guru harus memilih diksi yang mudah
dipahami oleh ABK tuna netra ,selain itu agar mereka dapat membayangkan apa
yang dijelaskan gurunya. Untuk menunjang kreativitas guru maka diadakan
training penulisan huruf Braille bagi guru-guru di SMK Negeri 8 Surakarta,
sehingga saat ini para guru sudah memahami dan mampu menulis huruf Braille
walaupun belum terlalu mumpuni.




                                                      Tugas 2 Pendidikan Inklusi -10
Model tes di SMK Negeri 8 Surakarta sama seperti sekolah-sekolah
lainnya, yaitu tes dilakukan secara bersama-sama di dalam kelas. Akan tetapi ada
kekhususan bagi seluruh anak ABK, mereka dikumpulkan di ruang BK kemudian
mengerjakan tes di ruang BK. Bagi siswa tuna netra ada guru yang membacakan
soalnya. Idealnya siswa tuna netra itu kemudian mengerjakan soal dan menulis
jawabannya dalam huruf Braille, kemudian jawaban yang bertuliskan huruf
Braille itu ditransfer dalam huruf alphabet. Jawaban siswa tuna netra yang
menggunakan huruf Braille itu sebagai bukti otentik bahwa siswa tuna netra
mengerjakan sendiri soal tesnya. Akan tetapi kenyataanya, yang menulis jawaban
adalah guru yang membacakan soal, jawabannya murni dari siswa tuna netra. Hal
ini sering terjadi karena mengerjakan soal tes secara ideal dilakukan oleh siswa
tuna netra membutuhkan waktu lama, sehingga pihak sekolah mengijinkan guru
yang menulis jawabannya. Selain itu untuk seluruh siswa ABK diberikan
tambahan waktu dalam mengerjakan soal tes mengingat keterbatasan yang
mereka miliki.
       Di SMK Negeri 8 Surakarta tidak ada guru pendamping khusus (GPK).
Guru pendamping khusus (GPK) ini akan didatangkan ke SMK Negeri 8
Surakarta ketika ada kesulitan yang tidak dapat diatasi oleh pihak sekolah. GPK
ini biasanya didatangkan dari YKAB Surakarta.
       Walaupun siswa tuna netra mempunyai keterbatasan, akan tetapi
keterbatasan ini tidak menghalangi semangat mereka untuk berprestasi bahkan
dalam olimpiade dan tetap semangat untuk melanjutkan sekolah. Contohnya
adalah siswa SMK Negeri 8 Surakarta, Maryatun yang melanjutkan sekolah ke
jenjang yang lebih tinggi, saat ini Maryatun sedang melanjutkan studinya di ISI
Solo. Kebanyakan dari lulusan SMK Negeri 8 Surakarta yang ABK memilih
untuk melanjutkan di ISI. Karena pada dasarnya mereka berasal dari SMK.
       Bagi siswa ABK setiap hari senin – jumat mereka selalu mengunjungi
ruangan BK, karena pada hari-hari itu mereka harus berkoordinasi, lapor dan
lain-lain. Terkadang mereka juga menitipkan barang-barang mereka di ruang BK
seperti menitipkan kursi roda atau yang lainnya. Guru BK di SMK Negeri 8


                                                      Tugas 2 Pendidikan Inklusi -11
Surakarta mempunyai peranan penting terhadap ABK, karena Guru BK yang
sering berkordinasi dengan wali murid ABK mengenai hal-hal yang dapat
menunjang kebaikan bagi ABK.
       Menurut penuturan Ibu Sri Saptaningsih di SMK Negeri 8 Surakarta
terdapat 11 siswa ABK, dengan rincian tuna netra 5 siswa (1 siswa kelas XII, 2
siswa kelas XI, dan 2 siswa kelas X), Tuna Daksa 1 siswa kelas XII, Low
Vission 2 siswa (1 siswa kelas XI dan I siswa kelas X), autis 1 siswa kelas XI,
kurang pendengaran 1 siswa kelas X, dan amputasi lengan kanan kelas XII.


b. Dengan Siswi Tuna Netra
  Nama           : Tri Rizki Wahyu Djari
  Kelas          : XII
  Jurusan        : Musik
  Alamat         : Vila Payung Indah A no.38, Pundakpayung,Semarang
  Hambatan       : Buta total
           Siswi tuna netra yang kami wawancarai ini biasa dipanggil Rizki.
  Rizki sebenarnya berasal dari Jayapura, akan tetapi sejak 3 tahun yang lalu
  pindah ke Semarang. Sebelumnya Rizki tinggal di asrama YKAB Surakarta,
  akan tetapi sejak memasuki kelas XII ia pindah dan lebih memilih kos di
  dekat sekolahnya SMK Negeri 8 Surakarta karena mendekati Ujian Nasional.
  Ibu Kosnya mengantarnya ke sekolah ketika ia akan berangkat ke sekolah.
       Kebutaan yang dialami Rizki tidak diperoleh sejak lahir. Awalnya ia
  adalah yang normal, akan tetapi semuanya berubah ketika tahun 2005 ia
  mengidap penyakit hipertiroid yaitu saat ia duduk di bangku sekolah
  menengah pertama (SMP). Penyakit hipertiroid ini kemudian menyerang saraf
  matanya sehingga ia menjadi buta di tahun 2008. Sampai saat ini Rizki masih
  mengkonsumsi obat untuk hopertiroid, jika penyakitnya sembuh maka Rizki
  akan bisa melihat lagi. Terkadang saat penyakitnya ini sedikit membaik, ia
  dapat melihat bayangan. Akan tetapi ketika ia sedang mengalami stree maka
  tenggorokannya terasa sangat sakit sekali, “seperti dicekik orang” ujar Rizki


                                                     Tugas 2 Pendidikan Inklusi -12
ketika kami wawancarai. Bagi Rizki yang mengalami kebutaan, tidur
       merupakan hiburan yang cukup menyenangkan untuk dirinya.
             Walaupun Rizki mengalami keterbatasan, Rizki mempunyai kelebihan, di
       antaranya ia lancar berbahasa Inggris dan menurutnya bahasa Inggris itu lebih
       mudah daripada Bahasa Jawa, selain itu ia tetap memiliki cita-cita yang tinggi.
       Awalnya ia ingin menjadi pemusik, akan tetapi karena pariturenya susah,
       Rizki lebih memilih menjadi Guru. Saat ini Rizki sedang mengurus
       pendaftaran SNMPTN di UNNES dengan pilihan Pendidikan dan Sastra
       Inggris, dan di UNS ia memilih PLB dan PGSD.


2.4 PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI TUNANETRA
             Pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
tidak dapat melihat (KBBI, 1989:p.971) dan menurut literatur berbahasa Inggris
visually handicapped atau visual impaired. Pada umumnya orang mengira bahwa
tunanetra identik dengan buta, padahal tidaklah demikian karena tunanetra dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori.
             Anak yang mengalami gangguan penglihatan dapat didefinisikan sebagai
anak yang rusak penglihatannya yang walaupun dibantu dengan perbaikan, masih
mempunyai pengaruh yang merugikan bagi anak yang yang bersangkutan (Scholl,
1986:p.29). Pengertian ini mencakup anak yang masih memiliki sisa penglihatan dan
yang buta.
          Dengan demikian, pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera
penglihatannya tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan
sehari-hari seperti orang awas.
          Klasifikasi yang dialami oleh anak tunanetra, antara lain :
    Menurut Lowenfeld, (1955:p.219), klasifikasi anak tunanetra yang
       didasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan, yaitu :
   1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak
       memiliki pengalaman penglihatan.




                                                            Tugas 2 Pendidikan Inklusi -13
2. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-
   kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
3. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki
   kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap
   proses perkembangan pribadi.
4. Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala
   kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
5. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-
   latihan penyesuaian diri.
6. Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan)


 Klasifikasi anak tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan,
   yaitu :
1. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki
   hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti
   program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang
   menggunakan fungsi penglihatan.
2. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan
   sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar
   mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang
   bercetak tebal.
3. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat
   melihat.


 Menurut WHO, klasifikasi didasarkan pada pemeriksaan klinis, yaitu :
1. Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau
   memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.
2. Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai
   dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.




                                                         Tugas 2 Pendidikan Inklusi -14
 Menurut Hathaway, klasifikasi didasarkan dari segi pendidikan, yaitu :
1. Anak yang memiliki ketajaman penglihatan 20/70 atau kurang setelah
   memperoleh pelayanan medik.
2. Anak yang mempunyai penyimpangan penglihatan dari yang normal dan
   menurut ahli mata dapat bermanfaat dengan menyediakan atau memberikan
   fasilitas pendidikan yang khusus.


 Kirk (1962:p.214) mengutip klasifikasi ketunanetraan, yaitu :
1. Anak yang buta total atau masih memiliki persepsi cahaya sampai dengan
   2/2000, ia tidak dapat melihat gerak tangan pada jarak 3 kaki di depan
   wajahnya.
2. Anak yang buta dengan ketajaman penglihatan sampai dengan 5/200, ia tidak
   dapat menghitung jari pada jarak 3 kaki di depan wajahnya.
3. Anak yang masih dapat diharapkan untuk berjalan sendiri, yaitu yang
   memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 10/200, ia tidak dapat
   membaca huruf-huruf besar seperti judul berita pada koran.
4. Anak yang mampu membaca huruf-huruf besar pada koran, yaitu yang
   memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 20/200, akan tetapi ia tidak
   dapat diharapkan untuk membaca huruf 14 point atau tipe yang lebih kecil.
5. Anak yang memiliki penglihatan pada batas ketajaman penglihatan 20/200
   atau lebih, akan tetapi ia tidak memiliki penglihatan cukup untuk melakukan
   kegiatan-kegiatan yang memerlukan penglihatan dan anak ini tidak dapat
   membaca huruf 10 point.


 Menurut Howard dan Orlansky, klasifikasi didasarkan pada kelainan-
   kelainan yang terjadi pada mata, yaitu :
          Kelainan ini disebabkan karena adanya kesalahan pembiasan pada
   mata. Hal ini terjadi bila cahaya tidak terfokus sehingga tidak jatuh pada
   retina. Peristiwa ini dapat diperbaiki dengan memberikan lensa atau lensa
   kontak. Kelainan-kelainan itu, antara lain :


                                                      Tugas 2 Pendidikan Inklusi -15
Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di
      belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan.
      Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Myopia digunakan
      kacamata koreksi dengan lensa negatif.
      Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh
      di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk
      membantu proses penglihatan pada penderita Hyperopia digunakan kacamata
      koreksi dengan lensa positif.
      Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan
      karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola
      mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak
      terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses penglihatan pada
      penderita astigmatisme digunakan kacamata koreksi dengan lensa silindris.


2.5 FAKTOR PENYEBAB KETUNANETRAAN
  Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain:
  1. Pre-natal
  Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya
  dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan,
  antara lain:
  a. Keturunan
  Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil
  perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang
  tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa,
  penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit
  demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama
  biasanya sukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan
  periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.
  b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan




                                                            Tugas 2 Pendidikan Inklusi -16
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam kandungan
dapat disebabkan oleh:
    Gangguan waktu ibu hamil.
    Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu
    selama pertumbuhan janin dalam kandungan.
    Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar
    air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem
    susunan saraf pusat pada janin yang sedang berkembang.
    Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor
    dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau
    pada bola mata itu sendiri.
    Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata
    sehingga hilangnya fungsi penglihatan.
2. Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau
setelah bayi lahir antara lain:
1. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan
    alat-alat atau benda keras.
2. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil
    gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir
    mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.
3. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:
    Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
    Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis.
    Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata
    menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih.
    Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata,
    sehingga tekanan pada bola mata meningkat.




                                                        Tugas 2 Pendidikan Inklusi -17
Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena
 diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah dan dapat
 dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan.
 Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah
 tengah dari retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi
 masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk
 melihat secara jelas objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan.
 Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini karena
 lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan
 yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada
 inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi, sehingga pada saat bayi
 dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat
 menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan
 meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering
 menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total.
 Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya
 benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari
 kendaraan, dll.


2.6 KARAKTERISTIK ANAK TUNANETRA
 1. Fisik (Physical)
        Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya
 lainnya. Perbedaan nyata diantara mereka hanya terdapat pada organ
 penglihatannya.
 Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik diantaranya :
 Mata juling
 Sering berkedip
 Menyipitkan mata
 (kelopak) mata merah
 Mata infeksi


                                                     Tugas 2 Pendidikan Inklusi -18
Gerakan mata tak beraturan dan cepat
Mata selalu berair (mengeluarkan air mata)
Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata.
2. Perilaku (Behavior)
Ada beberapa gejala tingkah laku yang tampak sebagai petunjuk dalam
mengenal anak yang mengalami gangguan penglihatan secara dini :
Menggosok mata secara berlebihan.
Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau
mencondongkan kepala ke depan.
Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat
memerlukan penggunaan mata.
Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila
mengerjakan suatu pekerjaan.
Membawa bukunya ke dekat mata.
Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.
Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi.
Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada tugas-tugas yang
memerlukan penglihatan seperti melihat gambar atau membaca.
Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan mata.
Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau memerlukan
penglihatan jarak jauh.
Penjelasan lainnya berdasarkan adanya beberapa keluhan seperti :
Mata gatal, panas atau merasa ingin menggaruk karena gatal.
Banyak mengeluh tentang ketidakmampuan dalam melihat.
Merasa pusing atau sakit kepala.
Kabur atau penglihatan ganda.
3. Psikis
Secara psikis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Mental/intelektual




                                                   Tugas 2 Pendidikan Inklusi -19
Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh
   dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas
   atas sampai batas bawah, jadi ada anak yang sangat pintar, cukup pintar dan
   ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki
   kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya
   emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa,
   gelisah, bahagia dan sebagainya.
   b. Sosial
   Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah hubungan dengan
   ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di lingkungan keluarga. Kadang
   kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap menerima kehadiran
   anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan, gelisah di antara keluarga.
   Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang
   lain terhadap dirinya.
   Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan
   timbulnya beberapa masalah antara lain:
1. Curiga terhadap orang lain
2. Perasaan mudah tersinggung
3. Ketergantungan yang berlebihan
   5. Low Vision
Beberapa ciri yang tampak pada anak low vision antara lain:
1. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat.
2. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar.
3. Mata tampak lain; terlihat putih di tengah mata (katarak) atau kornea (bagian
   bening di depan mata) terlihat berkabut.
4. Terlihat tidak menatap lurus ke depan.
5. Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau
   saat mencoba melihat sesuatu.
6. Lebih sulit melihat pada malam hari daripada siang hari.




                                                       Tugas 2 Pendidikan Inklusi -20
7. Pernah menjalani operasi mata dan atau memakai kacamata yang sangat tebal
      tetapi masih tidak dapat melihat dengan jelas.


2.7        STRATEGI BELAJAR
           Permasalahan strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra
      didasarkan pada dua pemikiran, yaitu :
      1)     Upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak (di
      satu sisi).
      2)     Upaya pemanfaatan secara optimal indera-indera yang masih berfungsi,
      untuk mengimbangi kelemahan yang disebabkan hilangnya fungsi penglihatan
      (di sisi lain).
      Dalam pembelajaran anak tunanetra, terdapat prinsip-prinsip yang harus
      diperhatikan, antara lain :
      1) Prinsip Individual
              Prinsip individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun
      (PLB maupun pendidikan umum) guru dituntut untuk memperhatikan adanya
      perbedaan-perbedaan        individu.   Dalam   pendidikan    tunanetra,    dimensi
      perbedaan individu itu sendiri menjadi lebih luas dan kompleks. Di samping
      adanya perbedaan-perbedaan umum seperti usia, kemampuan mental, fisik,
      kesehatan, sosial, dan budaya, anak tunanetra menunjukkan sejumlah
      perbedaan         khusus   yang   terkait   dengan   ketunanetraannya       (tingkat
      ketunanetraan, masa terjadinya kecacatan, sebab-sebab ketunanetraan,
      dampak sosial-psikologis akibat kecacatan, dll). Secara umum, harus ada
      beberapa perbedaan layanan pendidikan antara anak low vision dengan anak
      yang buta total. Prinsip layanan individu ini lebih jauh mengisyaratkan
      perlunya guru untuk merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan
      keadaan anak. Inilah alasan dasar terhadap perlunya (Individual Education
      Program – IEP).
      2) Prinsip kekonkritan/pengalaman Penginderaan




                                                             Tugas 2 Pendidikan Inklusi -21
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan
anak tunanetra mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang
dipelajarinya. Dalam bahasa Bower (1986) disebut sebagai pengalaman
penginderaan langsung. Anak tunanetra tidak dapat belajar melalui
pengamatan visual yang memiliki dimensi jarak, bunga yang sedang mekar,
pesawat yang sedang terbang, atau seekor semut yang sedang mengangkut
makanan. Strategi pembelajaran harus memungkinkan adanya akses langsung
terhadap objek, atau situasi. Anak tunanetra harus dibimbing untuk meraba,
mendengar, mencium, mengecap, mengalami situasi secara langsung dan juga
melihat bagi anak low vision. Prinsip ini sangat erat kaitannya dengan
komponen alat/media dan lingkungan pembelajaran. Untuk memenuhi prinsip
kekonkritan, perlu tersedia alat atau media pembelajaran yang mendukung
dan relevan. Pembahasan mengenai alat pembelajaran akan disampaikan pada
bagian khusus.
3) Prinsip Totalitas
       Strategi pembelajaran yang dilakukan guru haruslah memungkinkan
siswa untuk memperoleh pengalaman objek maupun situasi secara utuh dapat
terjadi apabila guru mendorong siswa untuk melibatkan semua pengalaman
penginderaannya secara terpadu dalam memahami sebuah konsep. Dalam
bahasa Bower (1986) gagasan ini disebut sebagai multi sensory approach,
yaitupenggunaan semua alat indera yang masih berfungsi secara menyeluruh
mengenai suatu objek. Untuk mendapatkan gambaran mengenai burung, anak
tunanetra harus melibatkan perabaan untuk mengenai ukuran bentuk, sifat
permukaan, kehangatan. Dia juga harus memanfaatkan pendengarannya untuk
mengenali suara burung dan bahkan mungkin juga penciumannya agar
mengenali bau khas burung. Pengalaman anak mengenai burung akan menjadi
lebih luas dan menyeluruh dibandingkan dengan anak yang hanya
menggunakan satu inderanya dalam mengamati burung tersebut. Hilangnya
penglihatan pada anak tunanetra menyebabkan dirinya menjadi sulit untuk
mendapatkan gambaran yang utuh/menyeluruh mengenai objek-objek yang


                                                 Tugas 2 Pendidikan Inklusi -22
tidak bisa diamati secara seretak (suatu situasi atau benda berukuran besar).
       Oleh sebab itu, perabaan dengan beberapa tekhnik penggunaannya menjadi
       sangatlah penting.
       4) Prinsip Aktivitas Mandiri (Selfactivity)
              Strategi pembelajaran haruslah memungkinkan atau mendorong anak
       tunanetra belajar secara aktif dan mandiri. Anak belajar mencari dan
       menemukan, sementara guru adalah fasilitator yang membantu memudahkan
       siswa untuk belajar dan motivator yang membangkitkan keinginannya untuk
       belajar. Prinsip ini pun mengisyaratkan bahwa strategi pembelajaran harus
       memungkinkan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan mendengar dan
       mencatat. Keharusan ini memiliki implikasi terhadap perlunya siswa
       mengetahui, menguasai, dan menjalani proses dalam memperoleh fakta atau
       konsep. Isi pelajaran (fakta, konsep) adalah penting bagi anak, tetapi akan
       lebih penting lagi bila anak menguasai dan mengalami guna mendapatkan isi
       pelajaran tersebut.
 2.8 HAMBATAN PELAKSAAN PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA
       Pada umumnya anak tunanetra mengalami berbagai hambatan dalam
perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah antara lain:
1.   Curiga terhadap orang lain
       Akibat dari keterbatasan rangsangan visual, anak tunanetra kurang mampu
berorientasi dengan llingkungan, sehingga kemampuan mobilitaspun akan terganggu.
Sikap berhati-hati yang berlebihan dapat berkembang menjadi sifat curiga terhadap
orang lain.
       Untuk mengurangi rasa kecewa akibat keterbatasan kemampuan bergerak dan
berbuat, maka latihan-latihan orientasi dan mobilitas, upaya mempertajam fungsi
indera lainnya akan membantu anak tunanetra dalam menumbuhkan sikap disiplin
dan rasa percaya diri.
2.   Perasaan mudah tersinggung




                                                          Tugas 2 Pendidikan Inklusi -23
Perasaan mudah tersinggung dapat disebabkan oleh terbatasnya rangsangan
visual yang diterima. Pengalaman sehari-hari yang selalu menumbuhkan kecewa
menjadikan seorang tunanetra yang emosional.
3.   Ketergantungan yang berlebihan
         Ketergantungan ialah suatu sikap tidak mau mengatasi kesulitan diri sendiri,
cenderung mengharapkan pertolongan orang lain. Anak tunanetra harus diberi
kesempatan untuk menolong diri sendiri, berbuat dan bertanggung jawab. Kegiatan
sederhana seperti makan, minum, mandi, berpakaian, dibiasakan dilakukan sendiri
sejak kecil.
         Kebanyakan anak tunanetra memang cenderung memiliki berbagai masalah
baik yang berhubungan dengan masalah pendidikan, sosial, emosi, kesehatan,
pengisian waktu luang, maupun pekerjaan. Permasalahan tersebut perlu diantisipasi
dengan memberikan layanan pendidikan, arahan, bimbingan, latihan dan kesempatan
yang luas bagi anak tunanetra sehingga permasalah yang timbul dalam berbagai aspek
dapat ditanggulangi sedini mungkin. Sedangkan pada tahapan sensori motorik,
hambatan sosial yang dialami anak tunanetra secara langsung akan menghambat
kemampuannya dalam pengamatan dan penginderaan terhadap dunia sekitarnya.
Namun secara umum anak tunanetra cenderung memiliki daya ingat yang tinggi tapi
rendah dalam penguasaan konsep dan memiliki indera pendengaran yang sangat
tajam.




                                                           Tugas 2 Pendidikan Inklusi -24
BAB III
                                  PENUTUP


3.1 KESIMPULAN
  1. Tunanetra adalah seseorang yang memiliki Hambatan dalam penglihatan atau
     tidak berfungsinya indera penglihatan.
  2. Faktor penyebab ketunanetraan antara lain pre-natal (saat dalam kandungan)
     dan post-natal (saat bayi dan setelahnya)
  3. kurikulum antara anak tidak berkebutuhan khusus (ATBK) dan
     anakberkebutuhan khusus (ABK), hanya ada modifikasi.
  4. Dari segi metode pembelajaran ada sedikit perbedaan yaitu adanya metode
     pull out pada waktu-waktu tertentu. Tutor sebaya juga merupakan metode
     yang digunakan di SMK Negeri 8 Surakarta, karena hal ini cukup membantu
     siswa ABK yang mengalami kesusahan. Contohnya : siswa yang pandai
     karawitan mengajari siswa tuna netra belajar karawitan.
  5. Media yang dipergunakan bagi ATBK dengan ABK tunanetra pada intinya
     sama, hanya untuk anak ABK tuna netra media yang digunakan diusahakan
     lebih konkret, konsep materi harus jelas,         dan ABK tuna netra dapat
     merasakan, mengalaminya secara langsung. Contohnya adalah konsep
     mengenai panas, maka siswa tuna netra dikenalkan langsung dengan panas
     yaitu dengan cara tangannya didekatkan pada lilin yang menyala.
  6. Model tes di SMK Negeri 8 Surakarta sama seperti sekolah-sekolah lainnya,
     yaitu tes dilakukan secara bersama-sama di dalam kelas. Akan tetapi ada
     kekhususan bagi seluruh anak ABK, mereka dikumpulkan di ruang BK
     kemudian mengerjakan tes di ruang BK. Bagi siswa tuna netra ada guru yang
     membacakan soalnya. Idealnya siswa tuna netra itu kemudian mengerjakan
     soal dan menulis jawabannya dalam huruf Braille, kemudian jawaban yang
     bertuliskan   huruf    Braille    itu    ditransfer   dalam     huruf     alphabet




                                                           Tugas 2 Pendidikan Inklusi -25
DAFTAR PUSTAKA
http://autisme.or.id/sekolah/sekolah-inklusi
http://sepucuktunasbangsa.blogspot.com/2011/01/kurikulum-dan-pendidikan-
inklusif-bagi.html
http://trimurjoko.com
http://id.wikipedia.org/wiki/SMK_Negeri_8_Surakarta
http://www.smkn8solo.net/new/index.php
http://repository.upi.edu/operator/.../s_plb_054949_chapter2.pdf




                                                           Tugas 2 Pendidikan Inklusi -26
LAMPIRAN




Foto bersama Ibu Bimbingan konseling dan salah satu siswi tunanetra




                                                     Tugas 2 Pendidikan Inklusi -27

More Related Content

What's hot

Lamp 2. observasi layanan bk di kelas
Lamp 2. observasi layanan bk di kelasLamp 2. observasi layanan bk di kelas
Lamp 2. observasi layanan bk di kelasYocta Rahman
 
Laporan observasi kluwut (1)
Laporan observasi kluwut (1)Laporan observasi kluwut (1)
Laporan observasi kluwut (1)dihastinee
 
06110052 miladus-sholihah
06110052 miladus-sholihah06110052 miladus-sholihah
06110052 miladus-sholihahDicky Hermawan
 
Pengumuman hasil-seleksi-tahap-2-calon-pelatih-ahli-program-sekolah-penggerak...
Pengumuman hasil-seleksi-tahap-2-calon-pelatih-ahli-program-sekolah-penggerak...Pengumuman hasil-seleksi-tahap-2-calon-pelatih-ahli-program-sekolah-penggerak...
Pengumuman hasil-seleksi-tahap-2-calon-pelatih-ahli-program-sekolah-penggerak...SugiantoArif
 
Kode etik-sekolah
Kode etik-sekolahKode etik-sekolah
Kode etik-sekolahasapputih
 
Pernyataan keaslian tulisan
Pernyataan keaslian tulisanPernyataan keaslian tulisan
Pernyataan keaslian tulisannasrun gayo
 
Panduan pengajaran pendidikan kesihatan kssr tahun 6 2015 (1)
Panduan pengajaran pendidikan kesihatan kssr tahun 6  2015 (1)Panduan pengajaran pendidikan kesihatan kssr tahun 6  2015 (1)
Panduan pengajaran pendidikan kesihatan kssr tahun 6 2015 (1)nzaheira80
 
Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus i
Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus iModel layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus i
Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus iNur Faiza
 
Kode etik guru karyawan
Kode etik guru karyawanKode etik guru karyawan
Kode etik guru karyawanmikrandegan
 
Sk penjamin mutu mi
Sk penjamin mutu miSk penjamin mutu mi
Sk penjamin mutu mimikrandegan
 
Surat keputusan pmxix
Surat keputusan pmxixSurat keputusan pmxix
Surat keputusan pmxixAfif Alhariri
 
Model layanan abk dan pendidikan inklusi
Model layanan abk dan pendidikan inklusiModel layanan abk dan pendidikan inklusi
Model layanan abk dan pendidikan inklusiRoHim MohaMad
 

What's hot (20)

Lamp 2. observasi layanan bk di kelas
Lamp 2. observasi layanan bk di kelasLamp 2. observasi layanan bk di kelas
Lamp 2. observasi layanan bk di kelas
 
Daftar hadir pembinaan guru
Daftar hadir pembinaan guruDaftar hadir pembinaan guru
Daftar hadir pembinaan guru
 
Laporan observasi kluwut (1)
Laporan observasi kluwut (1)Laporan observasi kluwut (1)
Laporan observasi kluwut (1)
 
2 tesis bab i
2 tesis bab i2 tesis bab i
2 tesis bab i
 
06110052 miladus-sholihah
06110052 miladus-sholihah06110052 miladus-sholihah
06110052 miladus-sholihah
 
Pengumuman hasil-seleksi-tahap-2-calon-pelatih-ahli-program-sekolah-penggerak...
Pengumuman hasil-seleksi-tahap-2-calon-pelatih-ahli-program-sekolah-penggerak...Pengumuman hasil-seleksi-tahap-2-calon-pelatih-ahli-program-sekolah-penggerak...
Pengumuman hasil-seleksi-tahap-2-calon-pelatih-ahli-program-sekolah-penggerak...
 
Kode etik-sekolah
Kode etik-sekolahKode etik-sekolah
Kode etik-sekolah
 
Kurikulum Vitae
Kurikulum VitaeKurikulum Vitae
Kurikulum Vitae
 
Pernyataan keaslian tulisan
Pernyataan keaslian tulisanPernyataan keaslian tulisan
Pernyataan keaslian tulisan
 
Panduan pengajaran pendidikan kesihatan kssr tahun 6 2015 (1)
Panduan pengajaran pendidikan kesihatan kssr tahun 6  2015 (1)Panduan pengajaran pendidikan kesihatan kssr tahun 6  2015 (1)
Panduan pengajaran pendidikan kesihatan kssr tahun 6 2015 (1)
 
Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus i
Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus iModel layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus i
Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus i
 
Smp pi
Smp piSmp pi
Smp pi
 
Kode etik guru karyawan
Kode etik guru karyawanKode etik guru karyawan
Kode etik guru karyawan
 
Peraturan sekolah guru guru
Peraturan sekolah guru guruPeraturan sekolah guru guru
Peraturan sekolah guru guru
 
Sk penjamin mutu mi
Sk penjamin mutu miSk penjamin mutu mi
Sk penjamin mutu mi
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Surat keputusan pmxix
Surat keputusan pmxixSurat keputusan pmxix
Surat keputusan pmxix
 
Buku mpls 2020
Buku mpls 2020Buku mpls 2020
Buku mpls 2020
 
Model layanan abk dan pendidikan inklusi
Model layanan abk dan pendidikan inklusiModel layanan abk dan pendidikan inklusi
Model layanan abk dan pendidikan inklusi
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 

Similar to Tugasii pend.inklusi tunanetra

Proposal pendirian sekolah inklusi
Proposal pendirian sekolah inklusiProposal pendirian sekolah inklusi
Proposal pendirian sekolah inklusiAlorka 114114
 
BROWSUR PPDB 2022.pdf
BROWSUR PPDB 2022.pdfBROWSUR PPDB 2022.pdf
BROWSUR PPDB 2022.pdfSDN3IMOGIRI
 
PROFIL SDN KERTAHARJA 01.ppt
PROFIL SDN KERTAHARJA 01.pptPROFIL SDN KERTAHARJA 01.ppt
PROFIL SDN KERTAHARJA 01.pptHasan Bisri
 
Proposal prasarana paud qurrota a'yun Sukmajaya Depok
Proposal prasarana paud qurrota a'yun Sukmajaya DepokProposal prasarana paud qurrota a'yun Sukmajaya Depok
Proposal prasarana paud qurrota a'yun Sukmajaya DepokTohir Haliwaza
 
174628180 proposal-k antin-sehat
174628180 proposal-k antin-sehat174628180 proposal-k antin-sehat
174628180 proposal-k antin-sehatÄkäñx Këyñå
 
profil-sd1.ppt
profil-sd1.pptprofil-sd1.ppt
profil-sd1.pptmustopa15
 
PPT Observasi Sekolah SMA_SMAN 106 Jakarta_Psi Pendidikan.pptx
PPT Observasi Sekolah SMA_SMAN 106 Jakarta_Psi Pendidikan.pptxPPT Observasi Sekolah SMA_SMAN 106 Jakarta_Psi Pendidikan.pptx
PPT Observasi Sekolah SMA_SMAN 106 Jakarta_Psi Pendidikan.pptxalfian090993
 
Profil singkat SMP Negeri 3 Juwana
Profil singkat SMP Negeri 3 JuwanaProfil singkat SMP Negeri 3 Juwana
Profil singkat SMP Negeri 3 Juwanasmpn3juwana
 
PROFIL SPADA 2023.pdf
PROFIL SPADA 2023.pdfPROFIL SPADA 2023.pdf
PROFIL SPADA 2023.pdfbkt1spada
 
Proposal Revitalisasi SDIT AL ISLAM KUDUS
Proposal Revitalisasi SDIT AL ISLAM KUDUSProposal Revitalisasi SDIT AL ISLAM KUDUS
Proposal Revitalisasi SDIT AL ISLAM KUDUSWahid Al Faranby
 
Berita acara pengembang kurikulum
Berita acara pengembang kurikulumBerita acara pengembang kurikulum
Berita acara pengembang kurikulumNarto Wastyowadi
 
PRAKTIK BAIK SDN 1 Tenjolayar.pdf
PRAKTIK BAIK SDN 1 Tenjolayar.pdfPRAKTIK BAIK SDN 1 Tenjolayar.pdf
PRAKTIK BAIK SDN 1 Tenjolayar.pdfAchmadRaySoenarto
 
Contoh Proposal Bakti Sosial
Contoh Proposal Bakti SosialContoh Proposal Bakti Sosial
Contoh Proposal Bakti SosialIswi Haniffah
 

Similar to Tugasii pend.inklusi tunanetra (20)

Proposal pendirian sekolah inklusi
Proposal pendirian sekolah inklusiProposal pendirian sekolah inklusi
Proposal pendirian sekolah inklusi
 
BROWSUR PPDB 2022.pdf
BROWSUR PPDB 2022.pdfBROWSUR PPDB 2022.pdf
BROWSUR PPDB 2022.pdf
 
PROFIL SDN KERTAHARJA 01.ppt
PROFIL SDN KERTAHARJA 01.pptPROFIL SDN KERTAHARJA 01.ppt
PROFIL SDN KERTAHARJA 01.ppt
 
Proposal prasarana paud qurrota a'yun Sukmajaya Depok
Proposal prasarana paud qurrota a'yun Sukmajaya DepokProposal prasarana paud qurrota a'yun Sukmajaya Depok
Proposal prasarana paud qurrota a'yun Sukmajaya Depok
 
174628180 proposal-k antin-sehat
174628180 proposal-k antin-sehat174628180 proposal-k antin-sehat
174628180 proposal-k antin-sehat
 
Proposal pln
Proposal plnProposal pln
Proposal pln
 
profil-sd1(1).ppt
profil-sd1(1).pptprofil-sd1(1).ppt
profil-sd1(1).ppt
 
profil-sd1.ppt
profil-sd1.pptprofil-sd1.ppt
profil-sd1.ppt
 
Tugas gendeng
Tugas gendengTugas gendeng
Tugas gendeng
 
profil sekolah
profil sekolahprofil sekolah
profil sekolah
 
PPT Observasi Sekolah SMA_SMAN 106 Jakarta_Psi Pendidikan.pptx
PPT Observasi Sekolah SMA_SMAN 106 Jakarta_Psi Pendidikan.pptxPPT Observasi Sekolah SMA_SMAN 106 Jakarta_Psi Pendidikan.pptx
PPT Observasi Sekolah SMA_SMAN 106 Jakarta_Psi Pendidikan.pptx
 
ppt ak
ppt akppt ak
ppt ak
 
Buletin adiwiyata
Buletin adiwiyataBuletin adiwiyata
Buletin adiwiyata
 
Profil singkat SMP Negeri 3 Juwana
Profil singkat SMP Negeri 3 JuwanaProfil singkat SMP Negeri 3 Juwana
Profil singkat SMP Negeri 3 Juwana
 
PROFIL SPADA 2023.pdf
PROFIL SPADA 2023.pdfPROFIL SPADA 2023.pdf
PROFIL SPADA 2023.pdf
 
Proposal Revitalisasi SDIT AL ISLAM KUDUS
Proposal Revitalisasi SDIT AL ISLAM KUDUSProposal Revitalisasi SDIT AL ISLAM KUDUS
Proposal Revitalisasi SDIT AL ISLAM KUDUS
 
Berita acara pengembang kurikulum
Berita acara pengembang kurikulumBerita acara pengembang kurikulum
Berita acara pengembang kurikulum
 
PRAKTIK BAIK SDN 1 Tenjolayar.pdf
PRAKTIK BAIK SDN 1 Tenjolayar.pdfPRAKTIK BAIK SDN 1 Tenjolayar.pdf
PRAKTIK BAIK SDN 1 Tenjolayar.pdf
 
Contoh Proposal Bakti Sosial
Contoh Proposal Bakti SosialContoh Proposal Bakti Sosial
Contoh Proposal Bakti Sosial
 
Ppt akreditasi hm2.2014.2
Ppt akreditasi hm2.2014.2Ppt akreditasi hm2.2014.2
Ppt akreditasi hm2.2014.2
 

Tugasii pend.inklusi tunanetra

  • 1. LAPORAN OBSERVASI TUNANETRA (SMK NEGERI 8 SURAKARTA) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd DISUSUN OLEH: 1. Bariqul Amalia Nisa (K2311011) 2. Dwi Putri Sabariasih (K2311022) 3. Uly Azmi Masna (K2311080) PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 Tugas 2 Pendidikan Inklusi -1
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidup agar lebih bermartabat dan untuk mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaranatau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem Pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Oleh karena itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Penyandang tunanetra merupakan individu yang memiliki hak yang sama seperti individu normal di dalam pendidikan. Hak mereka tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 1997 tentang penyandang cacat pasal 11 yang berbunyi setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan untuk mendapat pendidikan pada satuan, jalur, dan jenjang pendidikan sesuai jenis dan derajat kecacatan, sedangkan pasal 12 menekankan bahwa setiap lembaga pendidikan memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat sebagai peserta didik pada satuan, jalur, jenis dan pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya serta kemampuannya. Dengan demikian hak para penyandang cacat termasuk para penyandang tunarungu memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan dan hal tersebut dijamin oleh undang-undang. Pentingnya pemberian pendidikan khusus bagi anak yang mengalami hambatan penglihatan di Indonesia masih sangat kurang usaha dan antusiasnya. Hal ini terlihat pada kesadaran sebagian besar para orangtua yang belum Tugas 2 Pendidikan Inklusi -2
  • 3. memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya yang mengalami hambatan dalam penglihatan. Pentingnya pendidikan dini di keluarga berdampak pada kondisi anak saat masuk ke lingkungan sekolah. Apabila orangtua sejak dini sudah memberikan pendidikan, kondisi anak ketika masuk sekolah tidak begitu buruk. Namun bagi orangtua yang belum memberikan pendidikan bagi anaknya hal ini bisa dilihat dari kondisi anak saat memasuki bangku sekolah yang mengalami kesulitan. Anak dalam keadaan tidak tahu tentang dirinya yaitu bahwa dirinya mengalami hambatan dalam penglihatan. Kurangnya sikap menerima dan ikhlas dari orangtua juga ikut mewarnai pendidikan bagi anak tunanetra. Sikap tidak mau menerima dengan kenyataan yang ada membuat kondisi anak semakin menarik diri. Ini jelas mengganggu perkembangan psikologisnya. Anak yang memiliki sejuta potensi terancam tidak bisa dikembangkan dengan maksimal. Untuk itu mulailah menumbuhkan kesadaran bahwa anak tunanetra juga berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, memiliki kebutuhan untuk bisa diterima di dalam masyarakat dengan keterbatasan yang ada serta perlunya dukungan secara moril untuk perkembangan mental anak tunanetra supaya memiliki kepercayaan diri terhadap potensi yang dimilikinya. Perlu juga mengubah paradigma lama tentang anak tunanetra bahwa anak tunanetra tidak mampu untuk hidup mandiri. Yang terpenting adalah sikap orangtua untuk menerima dengan ikhlas kondisi keterbatasan pada anak. Pada kesempatan ini dilakukan observasi anak tunanetra di SMK Negeri 8 Surakarta. Dimana sekolah tersebut merupakan sekolah inklusi yang menerima ABK dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus (ATBK). 1.2 TUJUAN 1. Mengetahui pengertian tunanetra dan klasifikasinya 2. Mengetahu faktor penyebab ketunanetraan 3. Mengetahui karakteristik anak tunanetra dan strategi belajarnya Tugas 2 Pendidikan Inklusi -3
  • 4. 4. Mengetahui sistem pendidikan (kurikulum), model pembelajaran, model tes,media pembelajaran anak tunanetra di sekolah reguler 5. Mengetahui hambatan dalam kegiatan belajar-mengajar pada anak tunanetra di sekolah reguler Tugas 2 Pendidikan Inklusi -4
  • 5. BAB II ISI 2.1 PELAKSANAAN OBSERVASI Observasi kami lakukan dua kali yang bertempat di SMK Negeri 8 Surakarta. SMK Negeri 8 Surakarta terletak di JL. Sangihe, Kepatihan Wetan Jebres Surakarta, Jawa Tengah.. Pada tanggal 16 Maret 2013 kami berangkat pada pukul 09.30 WIB dan berakhir melakukan observasi pada pukul 11.30 WIB. Sesampai disana kami menyerahkan surat izin observasi dan langsung diberi kesempatan untuk melakukan observasi . Setelah itu kami diajak menuju ruang Bimbingan Konseling. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan kami datang ke SMK Negeri 8 Surakarta kami langsung mewawancarai Ibu Sri Saptaningsih selaku Guru Bimbingan Konseling. Pada hari sabtu kami tidak bisa mewawancarai siswa tunanetra yang bersekolah di SMK Negeri 8 Surakarta karena pada saat kami sampai disana KBM sudah dibubarkan karena pada hari senin akan diadakan Ujian Sekolah. Kemudian pada hari selasa 19 Maret 2013 kami kembali melakukan observasi untuk mewawancarai langsung siswi tunanetra, setelah menunggu 1 jam akhirnya kami bias mewawancarai siswi tunanetra setelah ia selesai mengikuti Ujian sekolah. Kami tidak bias melakukan observasi saat di kelas mengingat sedang diadakan Ujian sekolah, sehingga observasi kami lakukan dengan wawancara. 2.2 IDENTITAS SEKOLAH Nama Sekolah : SMK Negeri 8 Surakarta Nama Sekolah Lama : 1. Konservatori Karawitan (KOKAR) 2. SMKI Negeri Surakarta Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 781036104001 Nomor Induk Sekolah (NIS) : 400008 Nomor Pokok Sekolah Nasional : 20328154 Status Sekolah : Negeri Tugas 2 Pendidikan Inklusi -5
  • 6. Waktu Penyelenggaraan : Pagi Alamat Jalan : Sangihe Kelurahan : Kepatihan Wetan Kecamatan : Jebres Kota : Surakarta Propinsi : Jawa Tengah Kode Pos : 57129 Nomor Telepon : (0271) 632225 Nomor Fax : (0271) 636074 E-mail : smkn8_surakarta@yahoo.com Web Site : smkn3solo.net Surat Keputusan Pendirian SK Pendirian : Nomor. 554/K/3-b Tanggal : 17 Juli 1950 Pembukaan : 27 Agustus 1950 SK Perubahan Nama I : Nomor.0292/0/1976 Tanggal : 9 Desember 1976 SK terakhir Status Sekolah : Nomor.036/0/1997 Tanggal : 7 Maret 1997 Lembaga Pengeluar SK : Departemen Pendidikan dan KebudayaanRI Kepala Sekolah Nama Lengkap : Dra. Ties Setyaningsih,M.Pd,MM NIP : 19660524 199601 2 001 No. SK Pengangkatan : 821.2/209/2012 Tanggal : 13 Sepetember 2012 TMT : 13 Desember 2012 Lembaga Pengeluar SK : Wali Kota Surakarta Bidang Keahlian : Seni Pertunjukan Tugas 2 Pendidikan Inklusi -6
  • 7. Program Keahlian : Seni Karawitan Seni Tari Seni Pendalangan Seni Musik Seni Teater Tanah dan Bangunan Status Tanah : Milik Sendiri Luas Tanah : 18.137 m Luas Bangunan : 7.217.02 m Nomor Pokok Wajib Pajak : 00.004.227.5.526 Nomor Sertifikat Tanah : 29 dan 44 Akreditasi Sekolah Lembaga Pengeluar SK : BAN Propinsi Jawa Tengah Nomor : Tanggal : 9 Nopember 2010 Komp. Keahlian S. Karawitan : Terakreditasi A Nilai 93 Komp. Keahlian S. Tari : Terakreditasi A Nilai 93 Komp. Keahlian S. Pedalangan : Terakreditasi A Nilai 92 Komp. Keahlian S.Musik : Terakreditasi A Nilai 90 Sertifikat ISO 9001 : 2008 Status : Tersertifikasi Nomor : 01 100 065387 Tanggal : 27 Agustus 2009 Lembaga Pengeluar : PT TUV Rheinland Group Penetapan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Nomr : 4294/C5/Kep/KU/2009 Tanggal : 07 Oktober 2009 Lembaga Pengeluar : Direktorat Pembinaan SMK Nomor Rekening : Bank BRI Cabang Urip Sumoharjo Tugas 2 Pendidikan Inklusi -7
  • 8. (atas nama SMK Negeri 8 Surakarta) 1065-01-000553-53-3 Visi Sekolah Menjadi Sekolah pelestari budaya, berkarakter, professional, membumi dan mengglobal Misi Sekolah a. Menumbuhkan semangat dalam melestarikan budaya b. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran Agama yang dianut dan budaya bangsa sebagai sumber kearifan dalam bertindak. c. Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara optimal yang berorientasi pada pencapaian keunggulan kompetensi berstandar Nasional / Internasional. d. Mengembangkan hubungan sekolah dengan institusi pasangan yang mempunyai reputasi Nasional / Internasional secara berkelanjutan. e. Menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu sebagai suatu proses peningkatan unjuk kerja. TUJUAN SEKOLAH 1. Menghasilkan tamatan pelestari budaya bangsa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap professional dalam bidang seni pertunjukan. 3. Menghasilkan tamatan yang mampu memasuki dunia kerja ditingkat nasional maupun internasional, serta mampu berwirausaha secara profesional. 4. Mewujudkan sekolah menjadi SMK bertaraf Internasional. SASARAN 1. Mencetak tenaga kerja yang trampil dalam bidang seni Karawitan, Tari, Pedalangan, Musik dan Teater, sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Tugas 2 Pendidikan Inklusi -8
  • 9. 2. Sebagai pelestari dan pengembang kesenian yang relevan dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat FASILITAS SEKOLAH 1. R. Teori 2. R. Praktik/Studio Karawitan 3. R. Praktik/Studio Tari 4. R. Praktik/Studio Pedalangan 5. R. Praktik/Studio Musik 6. R. Praktik/Studio Teater/ Open Stage 7. R. Practical/Auditorium 8. R. Praktik/Pendapa / Joglo 9. R. Studio Rekaman 10. R. Lab. Komputer 11. R. Lab. Bahasa 12. R. Lab Multimedia 13. R. Lab. IPA 14. R. Perpustakaan 15. Lap. Tennis 16. Lap. Volly Ball 17. Masjid 18. Internet On-line / Hotspot Area 19. Koperasi Sekolah / Kantin 2.3 HASIL OBSERVASI a. Dengan Guru Bimbingan Konseling Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 8 Surakarta yang kami wawancarai bernama Ibu Sri Saptaningsih. Beliau adalah lulusan Pendidikan Luar Biasa UNS. Beliau diangakat menjadi PNS pada tahun 1981. Sejak awal kelulusannya beliau mengajar di SMK Negeri 8 Surakarta. Tugas 2 Pendidikan Inklusi -9
  • 10. Menurut penuturan Ibu Sri Saptaningsih tidak ada perbedaan kurikulum antara anak tidak berkebutuhan khusus (ATBK) dan anak berkebutuhan khusus (ABK), hanya ada modifikasi. Dari segi metode pembelajaran ada sedikit perbedaan yaitu adanya metode pull out pada waktu-waktu tertentu. Metode pull out dilaksanakan ketika siswa tuna netra ataupun siswa ABK lainnya mengalami kesusahan dalam pelajaran dan meminta pembelajaran tersendiri untuknya. Metode pull out ini bias dilaksanakan di luar jam pelajaran ada pula yang dilakukan bersamaan dengan jam pelajaran. Tutor sebaya juga merupakan metode yang digunakan di SMK Negeri 8 Surakarta, karena hal ini cukup membantu siswa ABK yang mengalami kesusahan. Contohnya : siswa yang pandai karawitan mengajari siswa tuna netra belajar karawitan. Ibu Sri Saptaningsih juga memberikan penjelasan bahwa media yang dipergunakan bagi ATBK dengan ABK tunanetra pada intinya sama, hanya untuk anak ABK tuna netra media yang digunakan diusahakan lebih konkret, konsep materi harus jelas, dan ABK tuna netra dapat merasakan, mengalaminya secara langsung. Contohnya adalah konsep mengenai panas, maka siswa tuna netra dikenalkan langsung dengan panas yaitu dengan cara tangannya didekatkan pada lilin yang menyala. Dengan cara tersebut maka ABK tuna netra lebih memahami konsep panas. Sedangkan untuk mata pelajaran yang biasa menggunakan kemampuan hafalan, pihak sekolah meminjamkan mp4 yang berisi rekaman materi. Pinjaman mp4 ini boleh dibawa pulang, sehingga ABK tuna netra ini dapat tetap belajar mandiri di rumah. Guru juga dituntut lebih kreatif dalam membuat dan menggunakan media, agar ABK tuna netra dapat memahami materi. Dalam menjelaskan materi pun guru harus memilih diksi yang mudah dipahami oleh ABK tuna netra ,selain itu agar mereka dapat membayangkan apa yang dijelaskan gurunya. Untuk menunjang kreativitas guru maka diadakan training penulisan huruf Braille bagi guru-guru di SMK Negeri 8 Surakarta, sehingga saat ini para guru sudah memahami dan mampu menulis huruf Braille walaupun belum terlalu mumpuni. Tugas 2 Pendidikan Inklusi -10
  • 11. Model tes di SMK Negeri 8 Surakarta sama seperti sekolah-sekolah lainnya, yaitu tes dilakukan secara bersama-sama di dalam kelas. Akan tetapi ada kekhususan bagi seluruh anak ABK, mereka dikumpulkan di ruang BK kemudian mengerjakan tes di ruang BK. Bagi siswa tuna netra ada guru yang membacakan soalnya. Idealnya siswa tuna netra itu kemudian mengerjakan soal dan menulis jawabannya dalam huruf Braille, kemudian jawaban yang bertuliskan huruf Braille itu ditransfer dalam huruf alphabet. Jawaban siswa tuna netra yang menggunakan huruf Braille itu sebagai bukti otentik bahwa siswa tuna netra mengerjakan sendiri soal tesnya. Akan tetapi kenyataanya, yang menulis jawaban adalah guru yang membacakan soal, jawabannya murni dari siswa tuna netra. Hal ini sering terjadi karena mengerjakan soal tes secara ideal dilakukan oleh siswa tuna netra membutuhkan waktu lama, sehingga pihak sekolah mengijinkan guru yang menulis jawabannya. Selain itu untuk seluruh siswa ABK diberikan tambahan waktu dalam mengerjakan soal tes mengingat keterbatasan yang mereka miliki. Di SMK Negeri 8 Surakarta tidak ada guru pendamping khusus (GPK). Guru pendamping khusus (GPK) ini akan didatangkan ke SMK Negeri 8 Surakarta ketika ada kesulitan yang tidak dapat diatasi oleh pihak sekolah. GPK ini biasanya didatangkan dari YKAB Surakarta. Walaupun siswa tuna netra mempunyai keterbatasan, akan tetapi keterbatasan ini tidak menghalangi semangat mereka untuk berprestasi bahkan dalam olimpiade dan tetap semangat untuk melanjutkan sekolah. Contohnya adalah siswa SMK Negeri 8 Surakarta, Maryatun yang melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, saat ini Maryatun sedang melanjutkan studinya di ISI Solo. Kebanyakan dari lulusan SMK Negeri 8 Surakarta yang ABK memilih untuk melanjutkan di ISI. Karena pada dasarnya mereka berasal dari SMK. Bagi siswa ABK setiap hari senin – jumat mereka selalu mengunjungi ruangan BK, karena pada hari-hari itu mereka harus berkoordinasi, lapor dan lain-lain. Terkadang mereka juga menitipkan barang-barang mereka di ruang BK seperti menitipkan kursi roda atau yang lainnya. Guru BK di SMK Negeri 8 Tugas 2 Pendidikan Inklusi -11
  • 12. Surakarta mempunyai peranan penting terhadap ABK, karena Guru BK yang sering berkordinasi dengan wali murid ABK mengenai hal-hal yang dapat menunjang kebaikan bagi ABK. Menurut penuturan Ibu Sri Saptaningsih di SMK Negeri 8 Surakarta terdapat 11 siswa ABK, dengan rincian tuna netra 5 siswa (1 siswa kelas XII, 2 siswa kelas XI, dan 2 siswa kelas X), Tuna Daksa 1 siswa kelas XII, Low Vission 2 siswa (1 siswa kelas XI dan I siswa kelas X), autis 1 siswa kelas XI, kurang pendengaran 1 siswa kelas X, dan amputasi lengan kanan kelas XII. b. Dengan Siswi Tuna Netra Nama : Tri Rizki Wahyu Djari Kelas : XII Jurusan : Musik Alamat : Vila Payung Indah A no.38, Pundakpayung,Semarang Hambatan : Buta total Siswi tuna netra yang kami wawancarai ini biasa dipanggil Rizki. Rizki sebenarnya berasal dari Jayapura, akan tetapi sejak 3 tahun yang lalu pindah ke Semarang. Sebelumnya Rizki tinggal di asrama YKAB Surakarta, akan tetapi sejak memasuki kelas XII ia pindah dan lebih memilih kos di dekat sekolahnya SMK Negeri 8 Surakarta karena mendekati Ujian Nasional. Ibu Kosnya mengantarnya ke sekolah ketika ia akan berangkat ke sekolah. Kebutaan yang dialami Rizki tidak diperoleh sejak lahir. Awalnya ia adalah yang normal, akan tetapi semuanya berubah ketika tahun 2005 ia mengidap penyakit hipertiroid yaitu saat ia duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Penyakit hipertiroid ini kemudian menyerang saraf matanya sehingga ia menjadi buta di tahun 2008. Sampai saat ini Rizki masih mengkonsumsi obat untuk hopertiroid, jika penyakitnya sembuh maka Rizki akan bisa melihat lagi. Terkadang saat penyakitnya ini sedikit membaik, ia dapat melihat bayangan. Akan tetapi ketika ia sedang mengalami stree maka tenggorokannya terasa sangat sakit sekali, “seperti dicekik orang” ujar Rizki Tugas 2 Pendidikan Inklusi -12
  • 13. ketika kami wawancarai. Bagi Rizki yang mengalami kebutaan, tidur merupakan hiburan yang cukup menyenangkan untuk dirinya. Walaupun Rizki mengalami keterbatasan, Rizki mempunyai kelebihan, di antaranya ia lancar berbahasa Inggris dan menurutnya bahasa Inggris itu lebih mudah daripada Bahasa Jawa, selain itu ia tetap memiliki cita-cita yang tinggi. Awalnya ia ingin menjadi pemusik, akan tetapi karena pariturenya susah, Rizki lebih memilih menjadi Guru. Saat ini Rizki sedang mengurus pendaftaran SNMPTN di UNNES dengan pilihan Pendidikan dan Sastra Inggris, dan di UNS ia memilih PLB dan PGSD. 2.4 PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI TUNANETRA Pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak dapat melihat (KBBI, 1989:p.971) dan menurut literatur berbahasa Inggris visually handicapped atau visual impaired. Pada umumnya orang mengira bahwa tunanetra identik dengan buta, padahal tidaklah demikian karena tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Anak yang mengalami gangguan penglihatan dapat didefinisikan sebagai anak yang rusak penglihatannya yang walaupun dibantu dengan perbaikan, masih mempunyai pengaruh yang merugikan bagi anak yang yang bersangkutan (Scholl, 1986:p.29). Pengertian ini mencakup anak yang masih memiliki sisa penglihatan dan yang buta. Dengan demikian, pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas. Klasifikasi yang dialami oleh anak tunanetra, antara lain :  Menurut Lowenfeld, (1955:p.219), klasifikasi anak tunanetra yang didasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan, yaitu : 1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan. Tugas 2 Pendidikan Inklusi -13
  • 14. 2. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan- kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan. 3. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi. 4. Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri. 5. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan- latihan penyesuaian diri. 6. Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan)  Klasifikasi anak tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan, yaitu : 1. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan. 2. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal. 3. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.  Menurut WHO, klasifikasi didasarkan pada pemeriksaan klinis, yaitu : 1. Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat. 2. Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan. Tugas 2 Pendidikan Inklusi -14
  • 15.  Menurut Hathaway, klasifikasi didasarkan dari segi pendidikan, yaitu : 1. Anak yang memiliki ketajaman penglihatan 20/70 atau kurang setelah memperoleh pelayanan medik. 2. Anak yang mempunyai penyimpangan penglihatan dari yang normal dan menurut ahli mata dapat bermanfaat dengan menyediakan atau memberikan fasilitas pendidikan yang khusus.  Kirk (1962:p.214) mengutip klasifikasi ketunanetraan, yaitu : 1. Anak yang buta total atau masih memiliki persepsi cahaya sampai dengan 2/2000, ia tidak dapat melihat gerak tangan pada jarak 3 kaki di depan wajahnya. 2. Anak yang buta dengan ketajaman penglihatan sampai dengan 5/200, ia tidak dapat menghitung jari pada jarak 3 kaki di depan wajahnya. 3. Anak yang masih dapat diharapkan untuk berjalan sendiri, yaitu yang memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 10/200, ia tidak dapat membaca huruf-huruf besar seperti judul berita pada koran. 4. Anak yang mampu membaca huruf-huruf besar pada koran, yaitu yang memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 20/200, akan tetapi ia tidak dapat diharapkan untuk membaca huruf 14 point atau tipe yang lebih kecil. 5. Anak yang memiliki penglihatan pada batas ketajaman penglihatan 20/200 atau lebih, akan tetapi ia tidak memiliki penglihatan cukup untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang memerlukan penglihatan dan anak ini tidak dapat membaca huruf 10 point.  Menurut Howard dan Orlansky, klasifikasi didasarkan pada kelainan- kelainan yang terjadi pada mata, yaitu : Kelainan ini disebabkan karena adanya kesalahan pembiasan pada mata. Hal ini terjadi bila cahaya tidak terfokus sehingga tidak jatuh pada retina. Peristiwa ini dapat diperbaiki dengan memberikan lensa atau lensa kontak. Kelainan-kelainan itu, antara lain : Tugas 2 Pendidikan Inklusi -15
  • 16. Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Myopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa negatif. Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa positif. Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan kacamata koreksi dengan lensa silindris. 2.5 FAKTOR PENYEBAB KETUNANETRAAN Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain: 1. Pre-natal Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan, antara lain: a. Keturunan Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama biasanya sukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal. b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan Tugas 2 Pendidikan Inklusi -16
  • 17. Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam kandungan dapat disebabkan oleh: Gangguan waktu ibu hamil. Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan. Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang berkembang. Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri. Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan. 2. Post-natal Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi lahir antara lain: 1. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras. 2. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan. 3. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya: Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A. Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis. Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih. Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat. Tugas 2 Pendidikan Inklusi -17
  • 18. Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan. Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan. Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll. 2.6 KARAKTERISTIK ANAK TUNANETRA 1. Fisik (Physical) Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya. Perbedaan nyata diantara mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya. Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik diantaranya : Mata juling Sering berkedip Menyipitkan mata (kelopak) mata merah Mata infeksi Tugas 2 Pendidikan Inklusi -18
  • 19. Gerakan mata tak beraturan dan cepat Mata selalu berair (mengeluarkan air mata) Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata. 2. Perilaku (Behavior) Ada beberapa gejala tingkah laku yang tampak sebagai petunjuk dalam mengenal anak yang mengalami gangguan penglihatan secara dini : Menggosok mata secara berlebihan. Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau mencondongkan kepala ke depan. Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan mata. Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila mengerjakan suatu pekerjaan. Membawa bukunya ke dekat mata. Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh. Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi. Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada tugas-tugas yang memerlukan penglihatan seperti melihat gambar atau membaca. Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan mata. Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau memerlukan penglihatan jarak jauh. Penjelasan lainnya berdasarkan adanya beberapa keluhan seperti : Mata gatal, panas atau merasa ingin menggaruk karena gatal. Banyak mengeluh tentang ketidakmampuan dalam melihat. Merasa pusing atau sakit kepala. Kabur atau penglihatan ganda. 3. Psikis Secara psikis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Mental/intelektual Tugas 2 Pendidikan Inklusi -19
  • 20. Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah, jadi ada anak yang sangat pintar, cukup pintar dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya. b. Sosial Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah hubungan dengan ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di lingkungan keluarga. Kadang kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap menerima kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan, gelisah di antara keluarga. Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang lain terhadap dirinya. Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah antara lain: 1. Curiga terhadap orang lain 2. Perasaan mudah tersinggung 3. Ketergantungan yang berlebihan 5. Low Vision Beberapa ciri yang tampak pada anak low vision antara lain: 1. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat. 2. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar. 3. Mata tampak lain; terlihat putih di tengah mata (katarak) atau kornea (bagian bening di depan mata) terlihat berkabut. 4. Terlihat tidak menatap lurus ke depan. 5. Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat mencoba melihat sesuatu. 6. Lebih sulit melihat pada malam hari daripada siang hari. Tugas 2 Pendidikan Inklusi -20
  • 21. 7. Pernah menjalani operasi mata dan atau memakai kacamata yang sangat tebal tetapi masih tidak dapat melihat dengan jelas. 2.7 STRATEGI BELAJAR Permasalahan strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra didasarkan pada dua pemikiran, yaitu : 1) Upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak (di satu sisi). 2) Upaya pemanfaatan secara optimal indera-indera yang masih berfungsi, untuk mengimbangi kelemahan yang disebabkan hilangnya fungsi penglihatan (di sisi lain). Dalam pembelajaran anak tunanetra, terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, antara lain : 1) Prinsip Individual Prinsip individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun (PLB maupun pendidikan umum) guru dituntut untuk memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu. Dalam pendidikan tunanetra, dimensi perbedaan individu itu sendiri menjadi lebih luas dan kompleks. Di samping adanya perbedaan-perbedaan umum seperti usia, kemampuan mental, fisik, kesehatan, sosial, dan budaya, anak tunanetra menunjukkan sejumlah perbedaan khusus yang terkait dengan ketunanetraannya (tingkat ketunanetraan, masa terjadinya kecacatan, sebab-sebab ketunanetraan, dampak sosial-psikologis akibat kecacatan, dll). Secara umum, harus ada beberapa perbedaan layanan pendidikan antara anak low vision dengan anak yang buta total. Prinsip layanan individu ini lebih jauh mengisyaratkan perlunya guru untuk merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan anak. Inilah alasan dasar terhadap perlunya (Individual Education Program – IEP). 2) Prinsip kekonkritan/pengalaman Penginderaan Tugas 2 Pendidikan Inklusi -21
  • 22. Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan anak tunanetra mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang dipelajarinya. Dalam bahasa Bower (1986) disebut sebagai pengalaman penginderaan langsung. Anak tunanetra tidak dapat belajar melalui pengamatan visual yang memiliki dimensi jarak, bunga yang sedang mekar, pesawat yang sedang terbang, atau seekor semut yang sedang mengangkut makanan. Strategi pembelajaran harus memungkinkan adanya akses langsung terhadap objek, atau situasi. Anak tunanetra harus dibimbing untuk meraba, mendengar, mencium, mengecap, mengalami situasi secara langsung dan juga melihat bagi anak low vision. Prinsip ini sangat erat kaitannya dengan komponen alat/media dan lingkungan pembelajaran. Untuk memenuhi prinsip kekonkritan, perlu tersedia alat atau media pembelajaran yang mendukung dan relevan. Pembahasan mengenai alat pembelajaran akan disampaikan pada bagian khusus. 3) Prinsip Totalitas Strategi pembelajaran yang dilakukan guru haruslah memungkinkan siswa untuk memperoleh pengalaman objek maupun situasi secara utuh dapat terjadi apabila guru mendorong siswa untuk melibatkan semua pengalaman penginderaannya secara terpadu dalam memahami sebuah konsep. Dalam bahasa Bower (1986) gagasan ini disebut sebagai multi sensory approach, yaitupenggunaan semua alat indera yang masih berfungsi secara menyeluruh mengenai suatu objek. Untuk mendapatkan gambaran mengenai burung, anak tunanetra harus melibatkan perabaan untuk mengenai ukuran bentuk, sifat permukaan, kehangatan. Dia juga harus memanfaatkan pendengarannya untuk mengenali suara burung dan bahkan mungkin juga penciumannya agar mengenali bau khas burung. Pengalaman anak mengenai burung akan menjadi lebih luas dan menyeluruh dibandingkan dengan anak yang hanya menggunakan satu inderanya dalam mengamati burung tersebut. Hilangnya penglihatan pada anak tunanetra menyebabkan dirinya menjadi sulit untuk mendapatkan gambaran yang utuh/menyeluruh mengenai objek-objek yang Tugas 2 Pendidikan Inklusi -22
  • 23. tidak bisa diamati secara seretak (suatu situasi atau benda berukuran besar). Oleh sebab itu, perabaan dengan beberapa tekhnik penggunaannya menjadi sangatlah penting. 4) Prinsip Aktivitas Mandiri (Selfactivity) Strategi pembelajaran haruslah memungkinkan atau mendorong anak tunanetra belajar secara aktif dan mandiri. Anak belajar mencari dan menemukan, sementara guru adalah fasilitator yang membantu memudahkan siswa untuk belajar dan motivator yang membangkitkan keinginannya untuk belajar. Prinsip ini pun mengisyaratkan bahwa strategi pembelajaran harus memungkinkan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan mendengar dan mencatat. Keharusan ini memiliki implikasi terhadap perlunya siswa mengetahui, menguasai, dan menjalani proses dalam memperoleh fakta atau konsep. Isi pelajaran (fakta, konsep) adalah penting bagi anak, tetapi akan lebih penting lagi bila anak menguasai dan mengalami guna mendapatkan isi pelajaran tersebut. 2.8 HAMBATAN PELAKSAAN PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA Pada umumnya anak tunanetra mengalami berbagai hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah antara lain: 1. Curiga terhadap orang lain Akibat dari keterbatasan rangsangan visual, anak tunanetra kurang mampu berorientasi dengan llingkungan, sehingga kemampuan mobilitaspun akan terganggu. Sikap berhati-hati yang berlebihan dapat berkembang menjadi sifat curiga terhadap orang lain. Untuk mengurangi rasa kecewa akibat keterbatasan kemampuan bergerak dan berbuat, maka latihan-latihan orientasi dan mobilitas, upaya mempertajam fungsi indera lainnya akan membantu anak tunanetra dalam menumbuhkan sikap disiplin dan rasa percaya diri. 2. Perasaan mudah tersinggung Tugas 2 Pendidikan Inklusi -23
  • 24. Perasaan mudah tersinggung dapat disebabkan oleh terbatasnya rangsangan visual yang diterima. Pengalaman sehari-hari yang selalu menumbuhkan kecewa menjadikan seorang tunanetra yang emosional. 3. Ketergantungan yang berlebihan Ketergantungan ialah suatu sikap tidak mau mengatasi kesulitan diri sendiri, cenderung mengharapkan pertolongan orang lain. Anak tunanetra harus diberi kesempatan untuk menolong diri sendiri, berbuat dan bertanggung jawab. Kegiatan sederhana seperti makan, minum, mandi, berpakaian, dibiasakan dilakukan sendiri sejak kecil. Kebanyakan anak tunanetra memang cenderung memiliki berbagai masalah baik yang berhubungan dengan masalah pendidikan, sosial, emosi, kesehatan, pengisian waktu luang, maupun pekerjaan. Permasalahan tersebut perlu diantisipasi dengan memberikan layanan pendidikan, arahan, bimbingan, latihan dan kesempatan yang luas bagi anak tunanetra sehingga permasalah yang timbul dalam berbagai aspek dapat ditanggulangi sedini mungkin. Sedangkan pada tahapan sensori motorik, hambatan sosial yang dialami anak tunanetra secara langsung akan menghambat kemampuannya dalam pengamatan dan penginderaan terhadap dunia sekitarnya. Namun secara umum anak tunanetra cenderung memiliki daya ingat yang tinggi tapi rendah dalam penguasaan konsep dan memiliki indera pendengaran yang sangat tajam. Tugas 2 Pendidikan Inklusi -24
  • 25. BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN 1. Tunanetra adalah seseorang yang memiliki Hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. 2. Faktor penyebab ketunanetraan antara lain pre-natal (saat dalam kandungan) dan post-natal (saat bayi dan setelahnya) 3. kurikulum antara anak tidak berkebutuhan khusus (ATBK) dan anakberkebutuhan khusus (ABK), hanya ada modifikasi. 4. Dari segi metode pembelajaran ada sedikit perbedaan yaitu adanya metode pull out pada waktu-waktu tertentu. Tutor sebaya juga merupakan metode yang digunakan di SMK Negeri 8 Surakarta, karena hal ini cukup membantu siswa ABK yang mengalami kesusahan. Contohnya : siswa yang pandai karawitan mengajari siswa tuna netra belajar karawitan. 5. Media yang dipergunakan bagi ATBK dengan ABK tunanetra pada intinya sama, hanya untuk anak ABK tuna netra media yang digunakan diusahakan lebih konkret, konsep materi harus jelas, dan ABK tuna netra dapat merasakan, mengalaminya secara langsung. Contohnya adalah konsep mengenai panas, maka siswa tuna netra dikenalkan langsung dengan panas yaitu dengan cara tangannya didekatkan pada lilin yang menyala. 6. Model tes di SMK Negeri 8 Surakarta sama seperti sekolah-sekolah lainnya, yaitu tes dilakukan secara bersama-sama di dalam kelas. Akan tetapi ada kekhususan bagi seluruh anak ABK, mereka dikumpulkan di ruang BK kemudian mengerjakan tes di ruang BK. Bagi siswa tuna netra ada guru yang membacakan soalnya. Idealnya siswa tuna netra itu kemudian mengerjakan soal dan menulis jawabannya dalam huruf Braille, kemudian jawaban yang bertuliskan huruf Braille itu ditransfer dalam huruf alphabet Tugas 2 Pendidikan Inklusi -25
  • 27. LAMPIRAN Foto bersama Ibu Bimbingan konseling dan salah satu siswi tunanetra Tugas 2 Pendidikan Inklusi -27