Dokumen ini membahas kerja sama bilateral antara Indonesia dan Arab Saudi di bidang kebudayaan. Kerja sama ini dituangkan dalam memorandum kesepahaman yang ditandatangani oleh menteri kebudayaan dari kedua negara dan meliputi enam bidang seperti promosi kebudayaan, kesenian, sejarah, perpustakaan, pendidikan, dan lainnya. Kunjungan Raja Salman ke Indonesia menandai babak baru dalam hubungan kedua negara yang selama ini hanya fokus pada is
1. 15
8 MARET 2017 GATRA
GATRA/RIFKIMIRSYAD
D
okumen memorandum
salingpengertianituterdiri
dari tiga halaman, yang
memuat delapan pasal
tentang kerja sama bidang
Era Baru Kemitraan
Jakarta-Riyadh
Selama puluhan tahun, urusan haji dan TKI menjadi isu
tradisional dalam hubungan Indonesia-Saudi. Kini Raja Salman
datang membawa mahar investasi. Peluang Presiden Jokowi
meredam dugaan Tiongkokisasi.
kebudayaan. Model kerja samanya,
sebagian besar adalah pertukaran. Pada
akhir lembar ketiga tercantum dua nama
penandatangan: Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendi
serta Menteri Kebudayaan dan Informasi
Kerajaan Arab Saudi Adel Aziz Bin
Zaid Altoraifi. “Kerja sama mulai
efektif sejak ditandatangani dan berlaku
untuk lima tahun,’’ kata Sekretaris
Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI, Didik Suhardi.
Kebudayaan merupakan satu dari
sebelas bidang yang menjadi target kerja
sama bilateral antara RI dan Arab Saudi
seiring dengan kedatangan Raja Salman
bin Abdulaziz Al Saud ke Indonesia 1-9
Maret 2017. Ada sekurang-kurangnya
enampoinkerjasamabidangkebudayaan
yang tercantum dalam dokumen MOU
tersebut. Yaitu promosi kebudayaan dan
festival, kesenian, sejarah dan warisan
budaya, perpustakaan, kebudayaan bagi
Lembaga Pengetahuan Islam dan Arab
lafud8B.indd 15 3/2/17 1:34 AM
2. laporan UTAMA16
GATRA 8 MARET 2017
pendidikan, kesehatan, investasi, hingga
pengembangan UMKM.
Secara tradisional, Arab Saudi
menempatkan isu haji dan tenaga kerja
sebagai ‘urusan’ dengan Indonesia.
Namun dalam dua tahun terakhir, fakta
menyebutkan, semakin banyak pejabat
tingkat menteri yang bertamu ke Saudi
untuk membicarakan berbagai potensi
kerja sama. Plus kunjungan resmi
Presiden Joko Widodo, September 2015
lalu, kian membuka jalan bagi kedua
negara untuk melangkah lebih jauh
dalam pengembangan hubungan kerja
sama.
‘’Saudi haruslah mengakui bahwa
Indonesia sekarang bukanlah yang 47
tahun lalu,’’ kata Ketua Pusat Kajian
Timur Tengah dan Islam (PKTTI)
UniversitasIndonesia,Dr.AbdulMuta’ali
MA. Selama 47 tahun, lanjut Muta’ali,
Indonesia seperti dianggap bukan mitra
strategis dan diabaikan oleh Saudi. Peran
diplomasi Arab Saudi di Indonesia lebih
banyak dimainkan oleh atase keagamaan
dalam model hubungan yang primordial.
‘’Indonesia seperti komunitas imajiner
buat Arab Saudi,’’ katanya meminjam
terma Imagined Communities-nya Ben
Anderson.
Tapi, itu dulu. Sekarang, kata
Muta’ali, Indonesia termasuk 15 negara
ekonomi terkuat dan satu-satunya negara
ASEAN yang masuk G-20. Dalam
situasi dan kondisi yang jauh berbeda
itu, Muta’ali mengibaratkan rombongan
besar Raja Salman kali ini, seperti Saudi
tengah meminang Indonesia. Maharnya
bukan lagi hanya isu primordialisme,
melainkan juga investasi ekonomi.
Perubahan sudut pandang Saudi
itu, memberi keuntungan politik bagi
Presiden Jokowi. Sejumlah isu nasional
yang mengemuka dalam beberapa bulan
terakhir seolah menempatkan Presiden
berjarak atau bahkan berhadapan de
ngan masyarakat muslim di Tanah Air.
Kunjungan Raja Salman dapat dijadikan
argumen untuk menghapus citra
tersebut. ‘’Juga untuk menepis dugaan
Tiongkokisasi dalam kebijakan Jokowi,’’
kata Muta’ali.
Muta’ali membagi kerja sama
investasi yang akan ditandatangani pada
haripertamakunjunganRajaSalmanituke
dalamlimaisustrategis,yaknikeagamaan,
pendidikan, kesehatan, pertahanan, dan
antiradikalisme. ‘’Semoga tidak hanya
kerja sama di atas kertas,’’ ujarnya.
Bambang Sulistiyo, Averos Lubis,
Bernadetta Febriana, dan Hayati Nupus
anak-anak, serta pertukaran delegasi.
Di bidang kesenian, misalnya,
program yang disepakati antara lain
pertukaran dan partisipasi grup musik,
kelompok teater dan pegiat seni rupa dari
kedua negara. Sementara dalam promosi
kebudayaan dan festival, pihak Indonesia
akan menyelenggarakan program ke
budayaan di Arab Saudi, begitu juga
sebaliknya.
Dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Indonesia, kerja sama
ini akan diurusi oleh Direktorat Jenderal
Kebudayaan. Detail konkret dari setiap
poin dalam naskah kerja sama yang
ditandatanganidiIstanaBogorRabu(1/3)
sore itu akan dibahas kemudian oleh tim
teknis dari kedua negara. ‘’Kebudayaan
bisa menjadi soft diplomasi. Dengan
pertukaranbudaya,diharapkanhubungan
RI-Saudi Arabia akan semakin baik,’’
Didik menambahkan.
Kerja sama bilateral lainnya me
libatkan Kementerian Agama RI. Dalam
keterangan persnya di Istana Presiden,
Jakarta, Menteri Agama Lukman Ha
kim Saefudin menyebutkan dua poin
kerja sama yang menjadi bagian kemen
teriannya,yaituperihalpendidikanagama
dan pengembangan wakaf, serta urusan
haji dan umrah.
Soal pengembangan wakaf, menu
rut Lukman, Pemerintah Saudi lebih
berpengalaman. Sementara pengelolaan
wakaf di Indonesia masih berorientasi
pada misi sosial keagamaan dan belum
menyentuh tahap manajemen wakaf
yang produktif serta bermanfaat bagi
masyarakat luas.
Indonesia mengenal dua kategori
harta benda objek wakaf sebagaimana
disebutkan dalam UU Nomor 41/2004
tentang Wakaf. Yaitu, benda tak bergerak
(hak atas tanah, bangunan dan benda lain
di atas tanah) dan benda bergerak (uang,
surat berharga, logam mulia, kendaraan,
HAKI, dan lainnya).
Berdasarkan data Direktorat Pem
berdayaan Wakaf pada Ditjen Bimas
Islam Kementerian Agama RI, hingga
2016, jumlah tanah wakaf di Indonesia
lebih dari 435.000 titik dengan luas
mendekati 436.000 hektare. Dari jumlah
itu, lebih dari separuhnya berstatus
sertifikat wakaf.
Badan Wakaf Indonesia menaksir,
tanah wakaf di Indonesia nilainya
lebih dari Rp 200 trilyun. Belum lagi
ditambah potensi wakaf uang yang
ditaksir tidak kurang dari Rp120 trilyun.
Potensi besar itu belum dikelola secara
produktif. Sebagian besar digunakan
untuk membangun masjid, musala, dan
permakaman.
Untuk perbandingan sederhana,
Majelis Agama Islam Singapura mengu
asai seluruh saham Warees Investments
yang mengelola aset wakaf produktif
berupa perumahan, apartemen, dan
perkantoran. Duit yang dihasilkan dari
pengelolaan wakaf produktif itu lantas
digunakanuntukbiasaoperasionalmasjid,
sekolah-sekolah, program beasiswa dan
sebagainya.
Menurut Kepala Pusat Informasi
dan Humas Kementerian Agama,
Mastuki, selama ini banyak pengusaha
asal Arab Saudi yang memberikan
wakafnya ke Indonesia untuk pendirian
masjid, pesantren, dan sekolah-sekolah
Islam.Sebabitu,dalamnaskahkerjasama,
Kemenag mengusulkan, pengelolaan
objek wakaf tidak semata-mata untuk
tujuan sosial keagamaan, namun juga
sebagai sarana pengembangan sosial
ekonomi Islam.
Poin-poin yang ditawarkan dalam
naskah kerja sama di bidang kebuda
yaan dan pengembangan wakaf itu
memberikan gambaran tentang era baru
dalam hubungan diplomatik RI-Arab
Saudi. Lebih dari 46 tahun lalu, tepatnya
pada Juni 1970, Raja Faisal bin Abdulaziz
mengunjungi Jakarta dan diterima oleh
Presiden Soeharto. Kunjungan tersebut
tercatat sebagai kunjungan pertama Raja
Saudi meski secara formal hubungan
diplomatik dengan Indonesia telah
dimulai pada 1950. Dalam kunjungan
selama tiga hari tersebut, isu kerja sama
bilateral yang diunggah meliputi bidang
transportasi, pendidikan, informasi dan
pengembangan ekonomi.
Kini, kali kedua kunjungan Raja
Saudi ke Indonesia, Raja Salman mem
bawa 1.500 anggota rombongan yang
terdiri dari 112 anggota delegasi resmi
(termasuk 19 pangeran dan 7 menteri),
pengusaha, anggota parlemen dan
kerabat-kerabat kerajaan.
Menurut juru bicara Kementerian
Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir,
kunjungan jilid kedua Raja Saudi ke
Indonesia dengan jumlah rombongan
yang ‘fantastis’ ini menandai babak
baru hubungan Jakarta dengan Riyadh.
Dalam kunjungan resmi kenegaraan
yang berlangsung pada 1- 4 Maret 2017
ini, tercatat sekurangnya ada sebelas
naskah kerja sama bilateral yang akan
ditandatangani, yang meliputi bidang
kebudayaan, pertanian, perikanan,
lafud8B.indd 16 3/2/17 1:34 AM