1. BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Pengertian Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi adalah suatu jenis studi tentang alokasi sumber-sumber daya
yang langka di antara alternatif-alternatif penggunaan akhir.
Keputusan memenuhi kebutuhan dihadapkan pada :
1. Kelangkaan (scarcity)
2. Pilihan-pilihan (choices)
3. Biaya peluang (opportunity cost)
Yaitu biaya yang timbul akibat diambilnya suatu keputusan/alternatif yang
lebih menguntungkan dengan mengorbankan alternatif yang lain.
B. Pelaku-pelaku Ekonomi
1. Rumah tangga individu
2. Rumah tangga perusahaan
3. Rumah tangga pemerintah
C. Mikroekonomi dan Makroekonomi
Isu utama mikroekonomi :
1. Produk apa yang dibutuhkan; what (konsumsi)
2. Bagaimana menghasilkannya; how (produksi)
3. Untuk siapa produk dihasilkan; for whom (distribusi)
Isu utama makroekonomi :
1. Penentuan kegiatan perekonomian
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
b. Investasi perusahaan-perusahaan
c. Kegiatan ekspor
2. Kebijakan makroekonomi
a. Kebijakan fiskal
b. Kebijakan moneter
1
2. D. Persoalan-persoalan Pokok dalam Perekonomian
1. Pertumbuhan ekonomi
Perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang/
jasa yang dihasilkan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat.
2. Kurva kemungkinan produksi.
3. Pendapatan nasional potensial dan sebenarnya.
Pendapatan nasional potensial yaitu tingkat pendapatan nasional yang
dicapai bila tenaga kerja sepenuhnya digunakan.
4. Konjungtur (siklus kegiatan perusahaan).
5. Masalah inflasi dan pengangguran.
6. Masalah defisit neraca pembayaran.
E. Alat-alat Penilaian Prestasi Kegiatan Ekonomi
1. Pendapatan nasional
Produk Nasional Bruto (PNB); pendapatan nasional yang dihasilkan oleh
warga negara suatu negara.
Produk Domestik Bruto (PDB); pendapatan nasional yang dihasilkan oleh
penduduk dalam suatu negara.
2. Tingkat pertumbuhan ekonomi
Contoh :
PDB tahun 1993 = 120 triliun
PDB tahun 1994 = 126 triliun
126 − 120
TPE tahun 1994 = x 100% = 5%
120
3. Tingkat pertambahan kemakmuran / pendapatan perkapita.
Contoh :
PDB tahun 1993 = 120 triliun; jumlah penduduk 120 juta
PDB tahun 1994 = 126 triliun; jumlah penduduk 122 juta
Tingkat pertambahan kemakmuran :
120 triliun
= Rp.1.000.000,−
- Pendapatan perkapita tahun 1993; 120 juta
2
3. 126 triliun
= Rp.1.032.787,−
- Pendapatan perkapita tahun 1994; 120 juta
- Pertambahan pendapatan perkapita tahun 1994;
1.032.787 − 1.000.000
x 100% = 3,3%
1.000.000
4. Tenaga kerja dan pengangguran
Angkatan kerja; jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu
perekonomian pada suatu waktu tertentu.
Kategori :
a. Jumlah penduduk yang berusia lebih dari 10 tahun.
b. Jumlah penduduk yang berusia lebih dari 10 tahun tidak mau bekerja
(contoh: pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga).
5. Tingkat iflasi
Gejala kenaikan harga-harga secara umum.
6. Neraca pembayaran dan kurs valuta asing.
Manfaat informasi neraca pembayaran :
a. Nilai dan perkembangannya
b. Nilai modal jangka panjang
c. Posisi defisit atau surplus
Kurs valuta asing
Banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit
valuta asing tertentu.
F. Tujuan Makro Ekonomi
1. Menstabilkan kegiatan ekonomi
Indikasinya :
a. Pengangguran tenaga kerja penuh tanpa inflasi
b. Pembahasan-pembahasan harga tidak berarti
c. Keseimbangan ekspor-impor, dan lalu lintas modal dari/ke luar negeri.
3
4. 2. Penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi.
3. Menghindari masalah inflasi.
4. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang teguh.
Manfaatnya :
a. Dapat meyediakan kesempatan kerja.
b. Dapat menaikkan tingkat kemakmuran masyarakat.
G. Bentuk Kebijakan Makro Ekonomi
1. Kebijakan fiskal
a. Pengurangan pajak pendapatan masyarakat.
b. Peningkatan pengeluaran pemerintah.
2. Kebijakan moneter
a. Kebijakan diskonto
b. Kebijakan pasar terbuka
c. Kebijakan nisbah cadangan wajib di bank sentral
3. Kebijakan (1) dan (2) disebut kebijakan sisi permintaan.
4. Kebijakan sisi penawaran
Tujuan; untuk meningkatkan efisiensi perusahaan-perusahaan.
Dilakukan dengan mengendalikan upah para pekerja melebihi produk-
tivitasnya.
H. Penekanan Kebijakan Sisi Penawaran
a. Memotivasi para pekerja
Mengurangi pajak pendapatan masyarakat terutama golongan ber-
pendapatan tinggi.
b. Efisiensi perusahaan
Memberikan insentif kepada para pengusaha, riset dan pengembangan,
penyediaan dana dengan bunga rendah dan sebagainya.
4
5. I. Variabel-variabel Ekonomi Makro
Dalam perekonomian terbuka yang kebijaksanaan fiskal :.
Y = C + I + (T2 – TX) + G + (X – M)
Dimana :
C = belanja rumah tangga individu
I = belanja perusahaan
Tr = pembayaran transfer
TX = Pajak
G = belanja pemeritah
X = penerimaan ekspor
M = pengeluaran impor
5
6. BAB II
PENDAPATAN NASIONAL
A. Pengertian
Nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam periode
tertentu.
B. Konsep Pendapatan Nasional dan Produk Nasional
Pendapatan Nasional : penjumlahan dari semua pendapatan individual
selama periode tertentu (biasanya pertahun).
Produk Nasional : output suatu perekonomian dalam periode berjalan
yang dinilai dengan harga pasar.
C. Pendekatan-pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional
1. Pendekatan pengeluaran
PNB atau Y = C + I + G + ( X – M )
Pengeluaran bruto, mencakup pembelian barang-barang modal baru
untuk ekspansi atau replacement (penggantian).
2. Pendekatan penerimaan
a. Penyusutan f. Laba perusahaan perorangan
b. Pajak tak langsung g. Deviden
c. Upah dan gaji h. Pajak perseroan
d. Bunga i. Laba ditahan
e. Sewa
D. Kegunaan Mempelajari Pendapatan Nasional / Regional
1. Dapat mengetahui pertumbuhan ekonomi
2. Dapat mengetahui kemakmuran penduduk atau pendapatan per kapita
3. Dapat mengetahui perubahan harga barang/jasa secara keseluruhan.
4. Dapat mengetahui struktur perekonomian dan perubahannya
5. Dapat mengetahui elastisitas kesempatan kerja
6. Dapat mengetahui produktivitas per sektoral
6
7. 7. Dapat mengetahui berbagai macam rasio, misal pajak dengan
pendapatan, biaya pendidikan dengan pendapatan dan sebagainya.
8. Dapat mengetahui ramalan keadaan yang akan datang
9. Dapat mengetahui disparitas/perbedaan pendapatan antar wilayah.
Penting untuk usaha pemerataan usaha dan pembangunan.
E. Sifat-sifat PNB
1. Sebagai ukuran moneter
2. Hanya memperhitungkan final goods
Contoh Hipotik Tentang Nilai Tambah
Nilai
Harga
No Barang Penjual Pembeli Tambah
Satuan
(Satuan)
1 Kapas Petani Pabrik pemintalan 100 100
2 Benang Pabrik Pemintalan Pabrik cita 250 150
3 Cita Pabrik Cita Grosir cita 280 30
4 Cita Grosir Cita Pengecer cita 300 20
5 Cita Pengecer Cita Perusahaan 400 100
konveksi
6 Baju Perusahaan Grosir Baju 440 40
konveksi
7 Baju Grosir Baju Pengecer Baju 450 10
8 Baju Pengecer Baju Konsumen 475 25
Total Nilai Tambah = Harga yang dibayar konsumen 475
3. Tidak memperhitungkan nilai transaksi gelap, transaksi barang bekas,
kualitas produk, waktu luang, dan kerusakan lingkungan.
F. Konsep Pendapatan yang lain
Dalam perhitungan akuntansi sosial terdapat lima jenis pendapatan yang
sering digunakan yaitu :
1. Pendapatan nasional bruto (PNB)
2. Pendapatan nasional netto (PNN)
7
8. 3. Pendapatan nasional (PN)
4. Pendapatan pribadi (PP)
5. Pendapatan siap pakai (PSP)
Kelima jenis pendapatan itu secara singkat dapat dihubungkan sebagai
berikut :
Pendapatan Nasional Bruto (PNB) = XX
Depresiasi = XX (-)
Pendapatan Nasional Netto (PNN) = XX
Pajak Tak Langsung (PTL) = XX (-)
Pendapatan Nasional (PN) = XX
Dikurangi :
Asuransi (Ass) = XX
Pajak Perseroan (Pps) = XX
Laba tidak dibagi (LTD) = XX (+) = XX (+)
= XX
Ditambah :
Pembayaran Transfer (PTr) = XX
Bunga Netto (LTD) = XX (+) = XX (+)
XX
Pajak Pribadi (PPi) = XX (-)
Pendapatan Siap Pakai (PSP) = XX
Tabungan Pribadi (TPi) = XX (-)
Konsumsi (C) = XX
Investasi Bruto (IB) = XX (+)
Pengeluaran Pemerintah (G) = XX (+)
Produk Nasional Bruto (PNB) = XX
8
9. BAB III
UANG DAN BANK
A. Uang dan Peranannya
1. Pengertian uang
Money is something which is widely accepted in payment for good and
services.
Uang adalah segala sesuatu yang secara umum dapat diterima untuk
pembayaran barang-barang / jasa.
2. Fungsi uang
a. Sebagai alat tukar (medium of exchange)
b. Sebagai alat pengukur daya beli dan satuan perhitungan (standard of
value)
c. Sebagai alat penghimpun kekayaan (store of value)
3. Jenis-jenis uang
a. Uang kartal; uang kertas dan logam
b. Uang giral; uang yang berasal dari bank umum sebagai bukti adanya
simpanan di bank itu, berupa giro dan deposito.
4. Teori kuantitas uang
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai uang
a. Jumlah uang yang beredar (Supply of money = M)
b. Cepatnya peredaran uang (velocity demand of money = V)
c. Jumlah barang yang diperdagangkan (T)
Jika M↑ 2x P↑ 2x, sebaliknya
Jika M↓ 2x P↓ 2x, dari semula
Dengan demikian formulasi kuantitas uang :
MV = PT
9
10. 5. Motif-motif permintaan uang
a. Motif transaksi (transaction motive)
Mt = f(Y)
b. Motif berjaga-jaga (precautionary motive)
Mj = f(Y)
c. Motif spekulasi (speculative motive)
Msp= f(i)
Harga surat berharga konsol.
Rumus; Pv = R/i
dimana Pv = harga konsol di pasar
R = jumlah penerimaan surat berharga konsol tiap
tahun.
i = suku bunga di pasar
Contoh : Pv = Rp. 100.000,-
R = 10% / thn = Rp.10.000,-
i = 12,5%
Maka : Pv = Rp. 10.000 / 0,125 = Rp. 80.000,-
B. Bank Sebagai Lembaga Keuangan
1. Lembaga keuangan dalam ekonomi modern
a. Pasaran saham, yaitu suatu badan atau perusahaan yang sahamnya
diperdagangkan.
b. Perusahaan peminjaman, yaitu suatu badan keuangan yang menerima
simpanan jangka lama dan menginvestasikan/meminjamkan kembali.
c. Perusahaan asuransi, yaitu suatu perusahaan yang memperoleh uang
dengan menjanjikan akan membuat sejumlah ganti rugi kepada
individu perusahaan, dan badan-badan lainnya apabila terjadi sesuatu
peristiwa.
d. Bank umum atau bank perdagangan, yaitu suatu perusahaan yang
menerima simpanan masyarakat dan meminjamkan kembali.
10
11. 2. Keistimewaan-keistimewaan bank umum
a. Kesanggupan menciptakan tabungan yang sewaktu-waktu dapat
diambil dengan menggunakan cek.
b. Kesanggupan menciptakan daya beli baru, atau menghapuskan daya
beli yang ada dalam perekonomian.
c. Corak kegiatan yang dilakukannya adalah meminjamkan uang.
3. Neraca suatu Bank Umum
Tabel 3.1 : Neraca Bank Umum
( dalam triliun rupiah )
Aktiva Pasiva
Cadangan *) Rp. 83 Tabungan giral Rp. 300
Peminjaman Rp. 180 Tabungan Rp. 20
Investasi Rp. 183 Tabungan berjangka
Deposito berjangka Rp. 40
Bangunan & Peralatan Rp. 4 Modal Rp. 10
Jumlah Rp. 370 Jumlah Rp. 370
*) Uang tunai dan cadangan di bank sentral
(0,20 x 300) + (0,05 x 40) + (0,05 + 20) = 63
Dalam praktek jumlah uang tunak pada bank umum (yang tidak dipinjam-
kan) lebih besar dibanding cadangan wajib, dengan alasan :
a. Untuk menjamin kedudukan banknya lebih kukuh dan tidak perlu
selalu melakukan penyesuaian bila terjadi perubahan-perubahan
dalam berbagai jenis tabungan.
b. Kekurangan kesempatan untuk memberikan pinjaman dan melakukan
investasi yang menguntungkan dan terjamin.
4. Proses penciptaan uang oleh bank-bank umum.
Tabel 3.2 : Proses Penciptaan Uang oleh Bank-bank Umum
( dalam triliunan rupiah )
Bank Tabungan Cadangan Kelebihan Cadangan/ Jumlah Seluruh
Umum Giral Jumlah yang dipinjamkan Tabungan Giral
I Rp. 100 Rp. 20 *) Rp. 80 Rp. 100
II 80 16 64 180
III 64 12,8 51,2 244
IV 51,2 10,24 40,96 295,2
V 48,96 8,192 32,768 336,16
... ... ... ... ...
... ... ... ... ...
Jumlah Rp. 500 Rp. 100 Rp. 400 Rp.500
*) Cadangan wajib 20%
11
12. 1
Uang beredar; UB = . ∆Deposito
RR
1
. Rp.100 M = Rp.500 M
= 0,2
Faktor-faktor yang menghambat penciptaan uang
a. Kebocoran uang tunai (leakage / with drawls)
b. Keinginan bank untuk mempunyai cadangan yang lebih banyak
c. Kekurangan peminjam
Mata uang dalam peredaran, yaitu uang kertas dan uang logam yang
dikeluarkan bank sentral.
Uang beredar :
Dalam pengertian sempit; uang kertas + uang logam + uang giral M1
Dalam pengertian luas; uang kartal + uang giral + uang kuasi (deposito
berjangka, tabungan, rekening, valuta asing swasta domestik) M2
5. Tugas-tugas bank sentral
a. Bertindak sebagai bank untuk membiayai pemerintah
b. Bertindak sebagai bank untuk bank-bank umum
c. Mengawasi kegiatan bank-bank umum dan lembaga-lembaga keuangan
lainnya
d. Mengawasi keseimbangan kegiatan perdagangan luar negeri mem-
pertahankan kestabilan nilai kurs mata uang asing dengan mengatur
cash flow.
6. Instrumen kebijaksanaan moneter
a. Instrumen bertujuan untuk melakukan kontrol dan koreksi yang bersifat
umum/kuantitatif, yang meliputi :
1) Kebijaksanaan nisbah cadangan (legal reserve ratio)
2) Kebijaksanaan suku bunga diskonto (discount rate of interest)
3) Kebijaksanaan operasi/pasar terbuka (Operation or open market
policy)
b. Instrumen kualitatif/selektif
1) Penentuan margin minimum untuk peminjam
2) Penentuan bunga untuk kredit tertentu
12
13. BAB IV
INFLASI DAN IMPLIKASINYA
A. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan suatu gejala kenaikan harga secara umum (general price
increase), atau customer price index (CPI) atau index harga konsumen (IHK).
B. Macam Inflasi
1. Atas dasar sebab-sebab
a. Demand infation
Dorongan permintaan masyarakat terlalu kuat
Gambar 4.1 : Demand Inflation
P
S
P2
D2
P1
D1
0 Q1 Q2 Q
b. Cost Push Inflation
Didorong oleh kenaikan harga-harga input
Gambar 4.2 : Cost Push Inflation
P S2
S1
P2
P1 D
0 Q2 Q1 Q
13
14. 2. Atas dasar asal
a. Domestic inflatin : misal panen gagal
b. Import inflation; akibatnya :
1) Index biaya hidup naik
2) Menaikkan harga-harga di dalam negeri
3. Atas dasar tingkat keparahan
a. Inflasi ringan < 10% / tahun
b. Inflasi sedang 10 – 30% / tahun
c. Inflasi berat 31 – 100% / tahun
d. Hiper inflasi > 100% / tahun
C. Akibat-akibat Inflasi
1. Terhadap perekonomian umum
Dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, karena :
a. Mendorong penggunaan dana nasional untuk spekulatif
b. Tingkat suku bunga tinggi
c. Timbulnya ketidakpastian
d. Harga produk domestik lebih mahal dibanding produk luar negeri
e. Gejolak kepercayaan kepada pemerintah
2. Terhadap orang perorang
a. Daya beli turun
b. Memperburuk tagihan
c. Pengangguran meningkat
d. Menurunnya hasrat (propencity) menabung, karena nilai tabungan
turun.
e. Mempertajam stagnasi sosial
14
15. D. Cara Menghitung Tingkat Inflasi
Cara menghitung IHK
Kelompok Tahun Dasar 1989 Tahun 1993
Weight
Barang Harga (Rp.) Harga x W Harga (Rp.) Harga x W
A 50 1.000 50.000 2.000 100.000
B 20 5.000 100.000 11.000 220.000
C 5 5.000 25.000 16.000 80.000
D 25 3.000 75.000 8.000 200.000
100 250.000 600.000
IHK 1993 = 600.000 / 250.000 = 2,40 = 240%
Bila IHK tahun 1994 sebesar 251, maka
Inflasi 1994 = (251 – 240) / 240 = 4,6%
E. Cara Mengatasi Inflasi
1. Kebijaksanaan moneter
a. Discount policy (menaikkan suku bunga)
b. Open/operation market policy/tight money policy (menjual surat-surat
berharga)
c. Reserve requirement (menaikkan cadangan wajib di Bank Sentral)
Misalnya jumlah deposito di Bank-Bank Umum Rp. 1.000 milyar,
cadangan wajib di Bank Sentral 30%, kemudian dinaikkan menjadi 5%
maka uang beredar (UB).
Formulasi
UB = 1/RR x Deposito
Uang beredar pada RR = 3%
UB = 1/0,03 x Rp. 1.000 milyar = Rp. 33.333 milyar
Uang beredar pada RR = 5%
UB = 1/0,05 x Rp. 1.000 milyar = Rp. 20.000 milyar
2. Kebijaksanaan fiskal
a. Penurunan pengeluaran pemerintah
b. Menaikkan pajak
15
16. c. Mengadakan pinjaman pemerintah
3. Kebijaksanaan non moneter
a. Menaikkan hasil produksi
Caranya memperkerjakan national idle capacity dan realocation of
resources, serta memberikan subsidi atas sektor produksi yang
sensitif terhadap inflasi.
b. Kebijaksanaan upah
c. Pengawasan harga dan distribusi barang
F. Kurva Philips
Kurva ini menggambarkan hubungan antara inflasi dan tingkat pengangguran.
Kurva ini merupakan hasil analisis ekonom Inggris yaitu AW. Philips pada
tahun 1950 an melakukan studi kebijaksanaan stabilisasi perekonomian,
salah satu kajiannya mengenai tingkat inflasi upah dengan tingkat
pengangguran.
Kurva ini terbentuk tegak lurus seperti nampak pada gambar di bawah ini.
Kurva LRPC menunjukkan tingkat pengangguran alamiah dalam
perkonomian tersebut. Dengan tingkat alamiah dimaksudkan sebagai
perbandingan antara jumlah pengangguran nominal dan struktur dengan
jumlah angkatan kerja. Pada titik A angka pengangguran 5 % dan inflasi
2 %. Untuk menekan pengangguran menjadi 4 % pemerintah mengambil
kebijaksanaan fiskal dan moneter, walaupun inflasi meningkat pada titik B
(3%). Dengan kebijaksanaan ini juga dapat mendorong tingkat upah yang
dapat berakibat penurunan keuntungan, perusahaan-perusahaan
mengalami kerugian yang disusul dengan pengurangan pegawai
sehingga pengangguran kembali meningkat pada titik C. Keadaan diatas
akan berulang kembali seperti ditunjukkan pada titik D dan E.
16
17. Gambar 4.3
Kurva Philips Jangka Panjang
Inflasi (%)
LRPC
8 -
D
- E
4 -
B C
(III)
-
(II)
2 - A
-
(I)
0 | | | | | | |
2 4 5 6 8 Pengangguran (%)
G. Pengangguran dan Implikasinya
1. Jenis-jenis pengangguran
a. Pengangguran konjungtur (Cyclical unemployment)
Pengagguran akibat perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan
ekonomi. Pada waktu kegiatan perekonomian mengalami kemunduran,
perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan produksinya,
yang dikemudian hari disusul pengurangan jam kerja dan pengurangan
pegawai.
b. Pengangguran struktural
Pengangguran akibat perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi.
Dua kemungkinan pengangguran struktural
1) Akibat permintaan merosot
2) Akibat penggunaan teknologi canggih
17
18. c. Pengangguran normal/pengangguran friksional/pengangguran mencari.
Timbul sebagai akibat dari orang yang punya kemampuan dan sedang
bekerja, kemudian berhenti untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
2. Akibat-akibat Buruk Pengangguran
Pengangguran normal dan struktural tidak perlu dirisaukan, karena timbul
akibat berlakunya pertumbuhan ekonomi. Sedang pengangguran
konjungtur merupakan masalah serius, karena timbul akibat pertumbuhan
ekonomi lambat dan resesi (kemunduran).
a. Terhadap kegiatan perekonomian
1) Masyarakat tidak mencapai kemakmuran maksimum
2) Pendapatan pajak berkurang
3) Tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi
b. Terhadap individu dan masyarakat
1) Kehilangan mata pencaharian
2) Kehilangan ketrampilan
3) Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik
3. Pengangguran di Negara-negara Berkembang
a. Pengangguran tersembunyi (Undisguised unemployment)
Dalam suatu kegiatan perekonomian dengan jumlah tenaga kerja
sangat berlebihan pengangguran ini dapat berlaku, karena kelebihan
tenaga kerja tersebut sebagian dapat dipindahkan ke kegiatan
ekonomi lainnya tanpa mengganggu tingkat produktivitas yang pertama.
Contoh pengangguran tak kentara disektor pertanian.
b. Pengangguan musiman (seasional unemployment)
Pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu dalam satu
tahun. Misal pada waktu kegiatan bercocok tanam sedang menurun
kesibukannya, maka pengangguran ini timbul.
18
19. c. Setengah pengangguran (under employment)
Pengangguran ini terjadi akibat tenaga kerja yang bekerja dalam
jumlah jam kerja yang terbatas. Masalah ini banyak dijumpai di sektor
informal.
d. Pengangguran sukarela dan tidak sukarela
Pengangguran sukarela adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak
mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu. Contoh
mahasiswa, pelajar dan ibu rumah tangga.
Pengangguran tidak sukarela (involuntary unemployment), yaitu pada
suatu tingkat upah tertentu tenaga kerja secara aktif mencari kerja,
tapi mereka tidak dapat memperolehnya.
19
20. BAB V
PENGANTAR EKONOMI INTERNASIONAL
A. Sebab-sebab Timbulnya Perdagangan Internasional
1. Memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri.
2. Memperoleh teknologi modern dari negara lain.
3. Memperluas pasar-pasar produk dalam negeri.
4. Memperoleh keuntungan spesialisasi.
a. Keuntungan mutlak
Keuntungan dari efisiensi dalam menghasilkan barang dibanding negara
lain.
Tabel 5.1
Produksi seorang pekerja (dalam setahun)
Negara Kain (meter) Beras (kg)
A 500 2.000
B 750 1.800
b. Keuntungan berbanding
Keuntungan yang didasarkan akan dasar tukar dalam negeri.
Tabel 5.2
Keuntungan Berbanding Per Unit Output
Negara Radio Anggur Dasar Tukar Dalam Negeri
A 2 Hari 4 Hari 1 Radio = 2 Anggur
B 3 Hari 5 Hari 1 Radio = 1,5 Anggur
Bila kedua negara bersepakat melakukan spesialisasi, negara B
menghasilkan radio dan negara A menghasilkan anggur. Dasar tukar
yang dianggap menguntungkan adalah 1 Radio = 1,8 Anggur. Maka
negara B akan memperoleh anggur 0,3 dari satu radio yang
20
21. ditukarkan. Negara A akan menghemat 0,2 anggur untuk memperoleh
satu radio.
B. Syarat Perdagangan (Term of Trade)
Menggambarkan perbandingan antara harga barang yang diekspor oleh
suatu negara dengan barang-barang yang diimpornya.
Formulasi ; Syarat Perdagangan = Px : Pm.
dimana ; Px = indeks harga barang ekspor
Pm = indeks harga barang impor
Dimisalkan Perancis mengeskpor televisi ke Kanada dan mengimpor radio
dari Kanada. Kurs pertukaran antara radio dan televisi ; 1,5 : 1. Dengan
demikian dapat diketahui syarat perdagangan untuk masing-masing negara.
Untuk Kanada syarat perdagangannya adalah harga radio/televisi = 2/3.
Untuk Perancis adalah harga televisi/harga radio = 1,5.
C. Penentuan Nilai (Kurs) Valuta Asing
1. Penentuan dalam pasar bebas
a. Permintaan valuta asing
Permintaan akan valuta asing di sini, akan dikaitkan dengan keinginan
penduduk suatu negara untuk membeli barang dari negara valuta
asing tersebut.
Misal harga blue jeans buatan AS adalah US $ 50.
Bila satu dollar sama dengan Rp 2.000,- ; Rp 3.000,- ; atau Rp 1.000,-,
maka harga blue jeans tersebut Rp 100.000,- ; Rp 150.000,- ; atau Rp
50.000,-. Dengan demikian, makin murah nilai dollar, makin murah
pula harga barang-barang Amerika dinyatakan dalam rupiah.
Sehingga makin murah harga mata uang dollar, makin banyak dollar
yang akan diminta.
b. Penawaran valuta asing
Untuk memudahkan pemahaman ini, kita menggunakan contoh
keinginan penduduk Amerika membeli kemeja batik buatan Indonesia.
21
22. Harga kemeja batik Indonesia Rp 90.000,-, kurs alternatif satu dollar
Amerika Rp 1.000,- ; Rp 2.000,- ; atau Rp 3.000,-. Harga kemeja batik
yang harus dibayar orang Amerika dengan masing-masing kurs
alternatif di atas adalah : US$ 90 ; US$ 45 ; dan US$ 30. Dengan
begitu orang Amerika menyukai kemeja batik dengan harga US$ 30,
karena paling murah.
Kesimpulan ; makin mahal harga mata uang dollar, makin banyak
penawarannya, sebaliknya bila harga dollar murah penawarannya
makin sedikit.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs pertukaran
1) Perubahan dalam citarasa masyarakat.
2) Perubahan harga dari barang-barang ekspor.
3) Perubahan dalam tingkat bunga dari tingkat pengembalian investasi
4) Kenaikan harga-harga umum (inflasi).
5) Perkembangan ekonomi.
2. Kurs Tetap atau Kurs Resmi
Kurs pertukaran ditetapkan oleh pemerintah dan dipertahankannya untuk
periode yang lama. Dalam perekonomian yang mengalami masalah
kekurangan mata uang asing akan muncul pasar gelap. Hal ini
disebabkan karena impor melebihi ekspor dan aliran modal keluar
melebihi aliran modal masuk.
a. Menentukan nilai kurs tetap
Untuk menjelaskan penentuan nilai kurs tetap dapat dilakukan dengan
bantuan gambar di bawah ini
22
23. Gambar 5.1
Perbandingan Kurs Bebas dengan Kurs Tetap
Kurs dollar
(rupiah) S
D
M N
3000
Under valued
2000 E
A B Over valued
1000
S D
Q0 Jumlah Dollar AS
Kurva DD ; permintaan dollar AS oleh penduduk Indonesia
Kurva SS ; penawaran dollar oleh penduduk AS
Titik E ; kurs yang ditentukan oleh mekanisme pasar bebas
(Rp 2.000,-)
Bila pemerintah menetapkan kurs Rp 1.000,- untuk tiap dollar (bukan
Rp 2.000,-), maka ini dinamakan lebih tinggi atau over valued. Dengan
demikian penduduk Indonesia memperoleh dollar AS dengan harga
yang lebih murah.
Sebaliknya bila pemerintah menetapkan kurs Rp 3.000,- untuk tiap
dollar AS, maka ini dinamakan terlalu rendah atau under valued.
Dengan demikian penduduk Indonesia memperoleh dollar AS dengan
harga yang lebih mahal.
b. Pandangan penyokong kurs tetap
1) Akan menimbulkan suasana kepastian dalam perdagangan luar
negeri.
2) Akan mengurangi spekulasi jual beli mata uang.
3) Akan menstabilkan harga-harga di dalam negeri
23
24. Kritik
Sistem kurs tetap pada waktu-waktu tertentu harus melakukan
perubahan yang cukup besar atas mata uang asing, sehingga lebih
menimbulkan ketidakpastian.
c. Implikasi-implikasi penggunaan sistem kurs tetap
1) Pengaruhnya terhadap cadangan valuta asing
Sistem kurs tetap yang ditetapkan pemerintah secara overvalued
(lihat gambar 5.1) akan menyebabkan permintaan dollar lebih
besar dibanding penawarannya (sebesar A – B). Akibatnya
pemerintah harus menjual cadangan yang dimilikinya, dan akan
muncul pasar gelap yang menjual dengan harga lebih tinggi dari
kurs yang ditetapkan pemerintah.
Sebaliknya sistem kurs tetap yang ditetapkan pemerintah secara
undervalued akan menyebabkan penawaran dollar yang lebih
besar dibanding permintaannya (sebesar M – N). Akibatnya
permintaan akan dollar dengan harga bebas menjadi lebih besar,
sehingga pemerintah harus membeli kelebihan penawarannya
dengan harga yang telah ditetapkannya sendiri.
2) Kurs tetap dan devaluasi serta revaluasi
Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang atas mata uang
negara lain. Kurs tetap yang overvalued yang menyebabkan ekspor
merosot perlu dilakukan devaluasi.
Revaluasi adalah menaikkan nilai mata uang suatu negara
terhadap negara lain. Kurs tetap yang undervalued akan menekan
import dan mendorong ekspor.
D. Neraca Pembayaran
Merupakan suatu neraca pembukuan yang menunjukkan nilai berbagai jenis
transaksi (mutasi) keuangan yang dilakukan diantara suatu negara dengan
negara lain dalam satu tahun tertentu.
24
25. Tabel 5.3
Neraca Pembayaran Indonesia, Tahun Terpilih di Antara 1969 - 1993
( dalam jutaan dolar Amerika)
Jenis Transaksi 1969 1980 1985 1990 1993
A. Transaksi berjalan
1. Barang
a. Ekspor 995 17.489 49.901 26.807 37.186
b. Impor 995 9.962 14.427 29.198
2. Jasa-jasa -425 -5.537 -7.663 -8.592 -10.876
3. Pemberian --- 20 --- --- ---
B. Lalu lintas modal
1. Modal pemerintah 284 1.773 4.783 633 748
2. Modal swasta 71 -1.315 1.191 4.113 5.583
C. Jumlah (A)+(B) -70 2.478 1.823 1.506 3.443
D. Selisih Perhitungan 50 -788 247 293 -2.716
E. Kedudukan neraca pembayaran : +20 -1.690 -2.070 -2.099 -727
defisit (+) / Surplus (-)
Sumber : Bank Indonesia, Laporan Tahunan, beberapa tahun.
C. Mengatasi Ketidakseimbangan Perdagangan Internasional
Banyak negara yang mengalami surplus perdagangan internasional karena
menerapkan praktek politik dumping, walau di sisi lain mengakibatkan
negara-negara lain mengalami defisit. Untuk menembus isolasi/benteng
pasar yang menerapkan politik dumping ini diusahakan melalui putaran
Uruguay dengan GATT-nya (sekarang WTO) dengan tujuan untuk mencipta-
kan perdagangan yang lebih adil. Namun putaran ini mengalami kegagalan
karena adanya blok-blok perdagangan untuk posisi tawar-menawar. Blok-
blok tersebut antara lain :
1. AFTA = Asean Free Trade Area
2. EEA = European Economics Area
3. NAFTA = North American Free Trade Area
Tindakan-tindakan untuk mengatasi ketidakseimbangan :
1. Devaluasi; menurunkan nilai mata uang suatu negara terhadap negara lain.
25
26. 2. Kebijaksanaan tarif
a. Jenis-jenis tarif; bea ekspor, transito dan tarif impor.
b. Efek tarif
1) Price effect
2) Consumption effect
3) Protective / import substitution effect
4) Redistribution of income effect
Gambar 5.2
Efek Tarif di Negara A
P
B C
P1
A G F E
P
S D
Q1 Q2 Q3 Q0 Q
Keterangan : OP = Harga barang impor di dalam negeri
OQ1 = Produksi domestik dengan harga OP
OQ0 = Demand dalam negeri
Q1Q0 = Barang impor
Negara A menaikkan harga menjadi OPT atau sebesar PPT akibatnya :
1) Harga di dalam negeri naik menjadi OPT (Price effect)
2) Permintaan turun menjadi OQ3 (Consumption effect)
3) Produksi dalam negeri naik menjadi OQ 2 (Protective/impor
substitution effect)
4) Pendapatan pemerintah dari tarif sebesar BCFG (Revenue effect)
5) Tambahan pendapatan untuk produsen dalam negeri sebesar PPT
AB (redistribution effect)
3. Kebijakan Quota ekspor dan impor
26
27. BAB VI
PERTUMBUHAN EKONOMI
A. Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan ekonomi makro, sebab
dapat memperlihatkan tingkat kesejahteraan ekonomi yang lebih baik dan
dirasakan penduduk suatu negara, pertumbuhan ekonomi hanya
menyangkut fisik berupa produksi barang dan jasa. Sedang perkembangan
ekonomi mencakup kualitas barang dan jasa yang dihasilkan serta kualitas
faktor-faktor yang digunakan.
B. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan perekonomian
suatu negara dalam satu tahun yang dinyatakan dengan harga pasar.
2. Pendapatan perkapita
Jumlah PDB nasional dibagi jumlah penduduk.
3. Pendapatan perjam kerja.
4. Harapan hidup di waktu lahir.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
1. Perkembangan teknologi
2. Kualitas tenaga kerja
3. Akumulasi modal / kapital
4. Sumber daya alam
5. Faktor sosial
Keamanan, politik, adat istiadat, agama, pemerintahan, dan sebagainya.
D. Teori Pertumbuhan Ekonomi
1. Teori klasik
Faktor-faktor determinan ; jumlah penduduk, jumlah stock barang modal,
luas tanah dan kekayaan alam, serta teknologi. Perhatiannya menitik
27
28. beratkan pada pertumbuhan penduduk ; faktor-faktor lain dianggap Giffen.
Menurut klasik hukum hasil yang semakin berkurang akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi tidak kontinyu, akibatnya hasrat investasi makin
menurun dan produktivitas penduduk menjadi negatif. Pada akhirnya
kemakmuran masyarakat turun kembali dan perkembangan ekonomi
sangat rendah, dan pendapatan perpekerja hanya cukup untuk hidup
(subsistence). Keadaan yang demikian dinamakan stationary state
(keadaan tidak berkembang). Menurut klasik masyarakat tidak akan
mampu menghalau terjadinya keadaan tidak berkembang, mereka hanya
mampu mengundurkan terjadinya keadaan tersebut
Atas dasar pandangan klasik itu, ditemukanlah “teori penduduk optimal”
yang menjelaskan hubungan antara pendapatan per kapita dengan
jumlah penduduk. Dengan berlakunya hukum hasil semakin berkurang,
pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi makin lamban
pertumbuhannya, keadaan ini terjadi bila penduduk bertambah terus,
maka pada jumlah tertentu produksi marginal sama dengan pendapatan
perkapita. Pada keadaan inilah pendapatan perkapita mencapai nilai
malsimal.
Gambar 6.1
Y
Pendapatan
Perkapita
Y pk
Penduduk optimal
Po Jml. Penduduk
2. Teori Schumpeter
Ia menekankan pentingnya peranan pengusaha yang terus melakukan
28
29. inovasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan efisiensi,
memperluas pasar, mengembangkan sumber bahan baku, dan mengada-
kan reorganisasi.
Ia menggabungkan investasi menjadi :
a. Investasi otonom; akibat adanya inovasi
b. Investasi terimbas, akibat pendapatan nasional meningkat.
Menurutnya, makin tinggi tingkat kemajuan ekonomi suatu negara, makin
terbatas kemungkinan suatu negara untuk inovasi, akibatnya pertumbuhan
ekonomi makin lambat, yang pada akhirnya tercapai tingkat “Stationary
state”.
Schumpeter memandang stationary state dicapai pada tingkat pembangunan
yang tinggi, sedang klasik memandangnya hal itu terjadi pada waktu
perekonomian telah berada kembali di tingkat cukup hidup, yaitu pada
tingkat pendapatan yang sangat rendah.
3. Teori Neo Klasik
Bila menurut Harrod – Domar, pertumbuhan ekonomi hanya dapat dicapai
dengan pengeluaran agrerat investasi secara kontinyu pertumbuhan yang
ditentukan (Warrented rate of growth). Sedang Neo Klasik melihatnya dari
segi penawaran (Abramovits dan Solow), pertumbuhan ekonomi
tergantung pada faktor-faktor produksi.
∆Y = f ( ∆K, ∆L, ∆T ) ..........................................( 1 )
Formulasi tingkat pertumbuhan (Solow)
G = m . ∆K + b . ∆L + ∆T ............................. (2)
Dimana “m” dan “b” adalah tingkat produktivitas
Contoh :
Dimisalkan m = 0,25 ; artinya tiap Rp. 1.000,- pertambahan modal
menghasilkan Rp. 250,- pertambahan pendapatan nasional b = 0,75
(artinya tiap pertambahan tenaga kerja menghasilkan 75 % dari tingkat
produksi pertumbuhan tenaga kerja. Dan perkembangan produktivitas
akibat perubahan teknologi adalah 5 %. Pertumbuhan barang modal dan
tenaga kerja masing-masing 10 % dan 2 % maka :
g = 0,25 (10) + 0,75 (2) + 5
29
30. g = 9 persen
E. Masalah Kependudukan
Secara umum ; kuantitatif dan kwalitatif
Secara khusus di negara berkembang
1. Angka kelahiran tinggi.
2. Tingkat kematian dini.
3. Migrasi penduduk.
Gambar di bawah ini menjelaskan transisi demografis
Pola A
Tahap I : Tingkat kelahiran dan tingkat kematian tinggi dan laju
pertumbuhan penduduk masih rendah.
Tahap II : Tingkat kematian menurun, tingkat kelahiranpun turun akibat
pendidikan dan teknologi, kedokteran maupun industrialisasi,
sehingga laju pertumbuhan jumlah penduduk tidak terlalu tinggi.
Tahap III : Karena adanya program KB tingkat kematian dini rendah
dibarengi tingkat kelahiran yang rendah. Laju pertumbuhan
penduduk negatif karena tingkat kelahiran lebih kecil dari tingkat
kematian.
Pola B
Tahap I : Tingkat kelahiran tinggi dan kematian tinggi laju pertumbuhan
penduduk rendah.
Tahap II : Tingkat kelahiran masih tinggi dan kematian turun, sehingga
pertumbuhan penduduk semakin cepat.
Tahap III : Tingkat kelahiran sedikit turun mengikuti kematian yang rendah,
akibatnya pertumbuhan jumlah penduduk masih relatif tinggi.
Pola C
Tahap I : Pada umumnya di negara terbelakang, tingkat kelahiran tinggi
dan kematian tinggi, pertumbuhan penduduk relatif rendah.
Tahap II : Dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran kematian dapat
30
31. detekan dan kelahiran tidak menurun sampai pada tahap III.
Akibatnya pertumbuhan penduduk tetap tinggi bahkan lebih
tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Gambar 6.2 : Transisi Demografi
Tingkat
Kelahiran
Kematian 35
30
25
20
Kelahiran
15
10 Kematian
Tahap I Tahap II Tahap III
0
(A) Waktu
Tingkat
Kelahiran
Kematian 40
30
25
20 Kelahiran
10 Kematian
Tahap I Tahap II Tahap III
0
Waktu
(B)
31