SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
BAB I

                           P E N D A H U L U A N


A. Pengertian Ilmu Ekonomi
  Ilmu ekonomi adalah suatu jenis studi tentang alokasi sumber-sumber daya
  yang langka di antara alternatif-alternatif penggunaan akhir.
  Keputusan memenuhi kebutuhan dihadapkan pada :
  1. Kelangkaan (scarcity)
  2. Pilihan-pilihan (choices)
  3. Biaya peluang (opportunity cost)
     Yaitu biaya yang timbul akibat diambilnya suatu keputusan/alternatif yang
     lebih menguntungkan dengan mengorbankan alternatif yang lain.

B. Pelaku-pelaku Ekonomi
  1. Rumah tangga individu
  2. Rumah tangga perusahaan
  3. Rumah tangga pemerintah

C. Mikroekonomi dan Makroekonomi
  Isu utama mikroekonomi :
  1. Produk apa yang dibutuhkan; what (konsumsi)
  2. Bagaimana menghasilkannya; how (produksi)
  3. Untuk siapa produk dihasilkan; for whom (distribusi)

  Isu utama makroekonomi :
  1. Penentuan kegiatan perekonomian
     a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
     b. Investasi perusahaan-perusahaan
     c. Kegiatan ekspor
  2. Kebijakan makroekonomi
     a. Kebijakan fiskal
     b. Kebijakan moneter



                                        1
D. Persoalan-persoalan Pokok dalam Perekonomian
  1. Pertumbuhan ekonomi
     Perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang/
     jasa yang dihasilkan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
     masyarakat meningkat.
  2. Kurva kemungkinan produksi.
  3. Pendapatan nasional potensial dan sebenarnya.
     Pendapatan nasional potensial yaitu tingkat pendapatan nasional yang
     dicapai bila tenaga kerja sepenuhnya digunakan.
  4. Konjungtur (siklus kegiatan perusahaan).
  5. Masalah inflasi dan pengangguran.
  6. Masalah defisit neraca pembayaran.

E. Alat-alat Penilaian Prestasi Kegiatan Ekonomi
  1. Pendapatan nasional
     Produk Nasional Bruto (PNB); pendapatan nasional yang dihasilkan oleh
     warga negara suatu negara.
     Produk Domestik Bruto (PDB); pendapatan nasional yang dihasilkan oleh
     penduduk dalam suatu negara.

  2. Tingkat pertumbuhan ekonomi
     Contoh :
     PDB tahun 1993     = 120 triliun
     PDB tahun 1994     = 126 triliun
                            126 − 120
     TPE tahun 1994     =             x 100% = 5%
                              120


  3. Tingkat pertambahan kemakmuran / pendapatan perkapita.
     Contoh :
     PDB tahun 1993     = 120 triliun; jumlah penduduk 120 juta
     PDB tahun 1994     = 126 triliun; jumlah penduduk 122 juta
     Tingkat pertambahan kemakmuran :
                                               120 triliun
                                                             = Rp.1.000.000,−
     -   Pendapatan perkapita tahun 1993;       120 juta



                                        2
126 triliun
                                                             = Rp.1.032.787,−
     -   Pendapatan perkapita tahun 1994;       120 juta


     -   Pertambahan pendapatan perkapita tahun 1994;
         1.032.787 − 1.000.000
                               x 100% = 3,3%
              1.000.000


  4. Tenaga kerja dan pengangguran
     Angkatan kerja; jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu
     perekonomian pada suatu waktu tertentu.
     Kategori :
     a. Jumlah penduduk yang berusia lebih dari 10 tahun.
     b. Jumlah penduduk yang berusia lebih dari 10 tahun tidak mau bekerja
         (contoh: pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga).

  5. Tingkat iflasi
     Gejala kenaikan harga-harga secara umum.

  6. Neraca pembayaran dan kurs valuta asing.
     Manfaat informasi neraca pembayaran :
     a. Nilai dan perkembangannya
     b. Nilai modal jangka panjang
     c. Posisi defisit atau surplus

     Kurs valuta asing
     Banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit
     valuta asing tertentu.

F. Tujuan Makro Ekonomi
  1. Menstabilkan kegiatan ekonomi
     Indikasinya :
     a. Pengangguran tenaga kerja penuh tanpa inflasi
     b. Pembahasan-pembahasan harga tidak berarti
     c. Keseimbangan ekspor-impor, dan lalu lintas modal dari/ke luar negeri.



                                       3
2. Penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi.
  3. Menghindari masalah inflasi.
  4. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang teguh.
     Manfaatnya :
     a. Dapat meyediakan kesempatan kerja.
     b. Dapat menaikkan tingkat kemakmuran masyarakat.

G. Bentuk Kebijakan Makro Ekonomi
  1. Kebijakan fiskal
     a. Pengurangan pajak pendapatan masyarakat.
     b. Peningkatan pengeluaran pemerintah.
  2. Kebijakan moneter
     a. Kebijakan diskonto
     b. Kebijakan pasar terbuka
     c. Kebijakan nisbah cadangan wajib di bank sentral
  3. Kebijakan (1) dan (2) disebut kebijakan sisi permintaan.
  4. Kebijakan sisi penawaran
     Tujuan; untuk meningkatkan efisiensi perusahaan-perusahaan.
     Dilakukan dengan mengendalikan upah para pekerja melebihi produk-
     tivitasnya.

H. Penekanan Kebijakan Sisi Penawaran
  a. Memotivasi para pekerja
     Mengurangi pajak pendapatan masyarakat terutama golongan ber-
     pendapatan tinggi.
  b. Efisiensi perusahaan
     Memberikan insentif kepada para pengusaha, riset dan pengembangan,
     penyediaan dana dengan bunga rendah dan sebagainya.




                                      4
I. Variabel-variabel Ekonomi Makro
  Dalam perekonomian terbuka yang kebijaksanaan fiskal :.
  Y = C + I + (T2 – TX) + G + (X – M)
  Dimana :
  C = belanja rumah tangga individu
  I   = belanja perusahaan
  Tr = pembayaran transfer
  TX = Pajak
  G = belanja pemeritah
  X = penerimaan ekspor
  M = pengeluaran impor




                                     5
BAB II

                        PENDAPATAN NASIONAL


A. Pengertian
  Nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam periode
  tertentu.


B. Konsep Pendapatan Nasional dan Produk Nasional
  Pendapatan Nasional : penjumlahan dari semua pendapatan individual
                          selama periode tertentu (biasanya pertahun).
  Produk Nasional       : output suatu perekonomian dalam periode berjalan
                          yang dinilai dengan harga pasar.

C. Pendekatan-pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional
  1. Pendekatan pengeluaran
     PNB atau Y = C + I + G + ( X – M )
     Pengeluaran bruto, mencakup pembelian barang-barang modal baru
     untuk ekspansi atau replacement (penggantian).
  2. Pendekatan penerimaan
     a. Penyusutan                 f.       Laba perusahaan perorangan
     b. Pajak tak langsung         g. Deviden
     c. Upah dan gaji              h. Pajak perseroan
     d. Bunga                      i.       Laba ditahan
     e. Sewa

D. Kegunaan Mempelajari Pendapatan Nasional / Regional
  1. Dapat mengetahui pertumbuhan ekonomi
  2. Dapat mengetahui kemakmuran penduduk atau pendapatan per kapita
  3. Dapat mengetahui perubahan harga barang/jasa secara keseluruhan.
  4. Dapat mengetahui struktur perekonomian dan perubahannya
  5. Dapat mengetahui elastisitas kesempatan kerja
  6. Dapat mengetahui produktivitas per sektoral


                                        6
7. Dapat      mengetahui    berbagai   macam         rasio,    misal   pajak     dengan
      pendapatan, biaya pendidikan dengan pendapatan dan sebagainya.
   8. Dapat mengetahui ramalan keadaan yang akan datang
   9. Dapat mengetahui disparitas/perbedaan pendapatan antar wilayah.
      Penting untuk usaha pemerataan usaha dan pembangunan.


E. Sifat-sifat PNB
   1. Sebagai ukuran moneter
   2. Hanya memperhitungkan final goods

                     Contoh Hipotik Tentang Nilai Tambah
                                                                                    Nilai
                                                                     Harga
    No    Barang           Penjual                 Pembeli                        Tambah
                                                                     Satuan
                                                                                  (Satuan)
     1    Kapas       Petani                  Pabrik pemintalan       100            100
     2    Benang      Pabrik Pemintalan       Pabrik cita             250            150
     3    Cita        Pabrik Cita             Grosir cita             280              30
     4    Cita        Grosir Cita             Pengecer cita           300              20
     5    Cita        Pengecer Cita           Perusahaan              400            100
                                              konveksi
     6    Baju        Perusahaan              Grosir Baju             440              40
                      konveksi
     7    Baju        Grosir Baju             Pengecer Baju           450              10
     8    Baju        Pengecer Baju           Konsumen                475              25
    Total Nilai Tambah = Harga yang dibayar konsumen                                 475


   3. Tidak memperhitungkan nilai transaksi gelap, transaksi barang bekas,
      kualitas produk, waktu luang, dan kerusakan lingkungan.


F. Konsep Pendapatan yang lain
   Dalam perhitungan akuntansi sosial terdapat lima jenis pendapatan yang
   sering digunakan yaitu :
   1. Pendapatan nasional bruto (PNB)
   2. Pendapatan nasional netto (PNN)



                                          7
3. Pendapatan nasional (PN)
4. Pendapatan pribadi (PP)
5. Pendapatan siap pakai (PSP)

Kelima jenis pendapatan itu secara singkat dapat dihubungkan sebagai
berikut :
Pendapatan Nasional Bruto (PNB)                       =     XX
Depresiasi                                            =     XX   (-)
Pendapatan Nasional Netto (PNN)                       =     XX
Pajak Tak Langsung (PTL)                              =     XX   (-)
Pendapatan Nasional (PN)                              =     XX

Dikurangi :
Asuransi (Ass)                    =   XX
Pajak Perseroan (Pps)             =   XX
Laba tidak dibagi (LTD)           =   XX   (+)        =     XX   (+)
                                                      =     XX
Ditambah :
Pembayaran Transfer (PTr)         =   XX
Bunga Netto (LTD)                 =   XX   (+)        =     XX   (+)
                                                            XX
Pajak Pribadi (PPi)                                   =     XX   (-)
Pendapatan Siap Pakai (PSP)                           =     XX
Tabungan Pribadi (TPi)                                =     XX   (-)
Konsumsi (C)                                                =    XX
Investasi Bruto (IB)                                  =     XX   (+)
Pengeluaran Pemerintah (G)                            =     XX   (+)
Produk Nasional Bruto (PNB)                           =     XX




                                  8
BAB III

                            UANG DAN BANK


A. Uang dan Peranannya
  1. Pengertian uang
     Money is something which is widely accepted in payment for good and
     services.
     Uang adalah segala sesuatu yang secara umum dapat diterima untuk
     pembayaran barang-barang / jasa.

  2. Fungsi uang
     a. Sebagai alat tukar (medium of exchange)
     b. Sebagai alat pengukur daya beli dan satuan perhitungan (standard of
        value)
     c. Sebagai alat penghimpun kekayaan (store of value)

  3. Jenis-jenis uang
     a. Uang kartal; uang kertas dan logam
     b. Uang giral; uang yang berasal dari bank umum sebagai bukti adanya
        simpanan di bank itu, berupa giro dan deposito.

  4. Teori kuantitas uang
     Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai uang
     a. Jumlah uang yang beredar (Supply of money = M)
     b. Cepatnya peredaran uang (velocity demand of money = V)
     c. Jumlah barang yang diperdagangkan (T)
        Jika M↑ 2x  P↑ 2x, sebaliknya
        Jika M↓ 2x  P↓ 2x, dari semula
        Dengan demikian formulasi kuantitas uang :

                        MV = PT




                                     9
5. Motif-motif permintaan uang
     a. Motif transaksi (transaction motive)
                        Mt = f(Y)
     b. Motif berjaga-jaga (precautionary motive)
                        Mj = f(Y)
     c. Motif spekulasi (speculative motive)
                        Msp= f(i)
        Harga surat berharga konsol.
        Rumus;          Pv = R/i
        dimana          Pv = harga konsol di pasar
                        R   = jumlah penerimaan surat berharga konsol tiap
                               tahun.
                        i   = suku bunga di pasar
        Contoh :        Pv = Rp. 100.000,-
                        R   = 10% / thn = Rp.10.000,-
                        i   = 12,5%
        Maka :          Pv = Rp. 10.000 / 0,125 = Rp. 80.000,-

B. Bank Sebagai Lembaga Keuangan
  1. Lembaga keuangan dalam ekonomi modern
     a. Pasaran saham, yaitu suatu badan atau perusahaan yang sahamnya
        diperdagangkan.
     b. Perusahaan peminjaman, yaitu suatu badan keuangan yang menerima
        simpanan jangka lama dan menginvestasikan/meminjamkan kembali.
     c. Perusahaan asuransi, yaitu suatu perusahaan yang memperoleh uang
        dengan menjanjikan akan membuat sejumlah ganti rugi kepada
        individu perusahaan, dan badan-badan lainnya apabila terjadi sesuatu
        peristiwa.
     d. Bank umum atau bank perdagangan, yaitu suatu perusahaan yang
        menerima simpanan masyarakat dan meminjamkan kembali.



                                        10
2. Keistimewaan-keistimewaan bank umum
  a. Kesanggupan menciptakan tabungan yang sewaktu-waktu dapat
     diambil dengan menggunakan cek.
  b. Kesanggupan menciptakan daya beli baru, atau menghapuskan daya
     beli yang ada dalam perekonomian.
  c. Corak kegiatan yang dilakukannya adalah meminjamkan uang.
3. Neraca suatu Bank Umum
                          Tabel 3.1 : Neraca Bank Umum
                              ( dalam triliun rupiah )
    Aktiva                                                                    Pasiva
    Cadangan *)                Rp. 83         Tabungan giral               Rp. 300
    Peminjaman                 Rp. 180        Tabungan Rp.                 20
    Investasi                  Rp. 183        Tabungan berjangka
                                              Deposito berjangka           Rp. 40
    Bangunan & Peralatan        Rp.     4     Modal                        Rp. 10
    Jumlah                      Rp. 370       Jumlah                       Rp. 370
  *) Uang tunai dan cadangan di bank sentral
     (0,20 x 300) + (0,05 x 40) + (0,05 + 20) = 63
  Dalam praktek jumlah uang tunak pada bank umum (yang tidak dipinjam-
  kan) lebih besar dibanding cadangan wajib, dengan alasan :
  a. Untuk menjamin kedudukan banknya lebih kukuh dan tidak perlu
     selalu melakukan penyesuaian bila terjadi perubahan-perubahan
     dalam berbagai jenis tabungan.
  b. Kekurangan kesempatan untuk memberikan pinjaman dan melakukan
     investasi yang menguntungkan dan terjamin.
4. Proses penciptaan uang oleh bank-bank umum.
         Tabel 3.2 : Proses Penciptaan Uang oleh Bank-bank Umum
                          ( dalam triliunan rupiah )
     Bank    Tabungan       Cadangan           Kelebihan Cadangan/     Jumlah Seluruh
    Umum        Giral                        Jumlah yang dipinjamkan   Tabungan Giral
         I  Rp. 100        Rp. 20 *)                Rp. 80               Rp. 100
        II       80            16                       64                   180
       III       64            12,8                     51,2                 244
      IV         51,2          10,24                    40,96                295,2
       V         48,96          8,192                   32,768               336,16
      ...        ...           ...                      ...                 ...
      ...        ...           ...                      ...                 ...
    Jumlah Rp. 500         Rp. 100                  Rp. 400              Rp.500
  *) Cadangan wajib 20%




                                        11
1
   Uang beredar; UB =         . ∆Deposito
                           RR

                            1
                               . Rp.100 M = Rp.500 M
                       =   0,2



   Faktor-faktor yang menghambat penciptaan uang
   a. Kebocoran uang tunai (leakage / with drawls)
   b. Keinginan bank untuk mempunyai cadangan yang lebih banyak
   c. Kekurangan peminjam
   Mata uang dalam peredaran, yaitu uang kertas dan uang logam yang
   dikeluarkan bank sentral.
   Uang beredar :
   Dalam pengertian sempit; uang kertas + uang logam + uang giral  M1
   Dalam pengertian luas; uang kartal + uang giral + uang kuasi (deposito
   berjangka, tabungan, rekening, valuta asing swasta domestik)  M2

5. Tugas-tugas bank sentral
   a. Bertindak sebagai bank untuk membiayai pemerintah
   b. Bertindak sebagai bank untuk bank-bank umum
   c. Mengawasi kegiatan bank-bank umum dan lembaga-lembaga keuangan
      lainnya
   d. Mengawasi keseimbangan kegiatan perdagangan luar negeri mem-
      pertahankan kestabilan nilai kurs mata uang asing dengan mengatur
      cash flow.

6. Instrumen kebijaksanaan moneter
   a. Instrumen bertujuan untuk melakukan kontrol dan koreksi yang bersifat
      umum/kuantitatif, yang meliputi :
      1) Kebijaksanaan nisbah cadangan (legal reserve ratio)
      2) Kebijaksanaan suku bunga diskonto (discount rate of interest)
      3) Kebijaksanaan operasi/pasar terbuka (Operation or open market
          policy)
   b. Instrumen kualitatif/selektif
      1) Penentuan margin minimum untuk peminjam
      2) Penentuan bunga untuk kredit tertentu


                                      12
BAB IV

                     INFLASI DAN IMPLIKASINYA


A. Pengertian Inflasi
   Inflasi merupakan suatu gejala kenaikan harga secara umum (general price
   increase), atau customer price index (CPI) atau index harga konsumen (IHK).

B. Macam Inflasi
   1. Atas dasar sebab-sebab
      a. Demand infation
         Dorongan permintaan masyarakat terlalu kuat
                            Gambar 4.1 : Demand Inflation
             P
                                                S


             P2

                                                              D2
             P1
                                                    D1


              0                  Q1        Q2                      Q

         b. Cost Push Inflation
            Didorong oleh kenaikan harga-harga input
                           Gambar 4.2 : Cost Push Inflation
             P                            S2

                                                     S1
             P2


             P1                                           D



              0                  Q2        Q1                      Q

                                      13
2. Atas dasar asal
      a. Domestic inflatin : misal panen gagal
      b. Import inflation; akibatnya :
         1) Index biaya hidup naik
         2) Menaikkan harga-harga di dalam negeri

   3. Atas dasar tingkat keparahan
      a. Inflasi ringan < 10% / tahun
      b. Inflasi sedang 10 – 30% / tahun
      c. Inflasi berat 31 – 100% / tahun
      d. Hiper inflasi > 100% / tahun


C. Akibat-akibat Inflasi
   1. Terhadap perekonomian umum
      Dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, karena :
      a. Mendorong penggunaan dana nasional untuk spekulatif
      b. Tingkat suku bunga tinggi
      c. Timbulnya ketidakpastian
      d. Harga produk domestik lebih mahal dibanding produk luar negeri
      e. Gejolak kepercayaan kepada pemerintah


   2. Terhadap orang perorang
      a. Daya beli turun
      b. Memperburuk tagihan
      c. Pengangguran meningkat
      d. Menurunnya hasrat (propencity) menabung, karena nilai tabungan
         turun.
      e. Mempertajam stagnasi sosial


                                         14
D. Cara Menghitung Tingkat Inflasi
  Cara menghitung IHK
    Kelompok                   Tahun Dasar 1989             Tahun 1993
                Weight
     Barang                 Harga (Rp.) Harga x W    Harga (Rp.)   Harga x W
        A            50       1.000        50.000       2.000       100.000
        B            20       5.000      100.000       11.000       220.000
        C             5       5.000        25.000      16.000        80.000
        D            25       3.000        75.000       8.000       200.000
                    100                  250.000                    600.000

  IHK 1993 = 600.000 / 250.000 = 2,40 = 240%
  Bila IHK tahun 1994 sebesar 251, maka
  Inflasi 1994 = (251 – 240) / 240 = 4,6%


E. Cara Mengatasi Inflasi
  1. Kebijaksanaan moneter
     a. Discount policy (menaikkan suku bunga)
     b. Open/operation market policy/tight money policy (menjual surat-surat
        berharga)
     c. Reserve requirement (menaikkan cadangan wajib di Bank Sentral)
        Misalnya jumlah deposito di Bank-Bank Umum Rp. 1.000 milyar,
        cadangan wajib di Bank Sentral 30%, kemudian dinaikkan menjadi 5%
        maka uang beredar (UB).
        Formulasi
                     UB = 1/RR x Deposito
        Uang beredar pada RR = 3%
                     UB = 1/0,03 x Rp. 1.000 milyar = Rp. 33.333 milyar
        Uang beredar pada RR = 5%
                     UB = 1/0,05 x Rp. 1.000 milyar = Rp. 20.000 milyar
  2. Kebijaksanaan fiskal
     a. Penurunan pengeluaran pemerintah
     b. Menaikkan pajak



                                     15
c. Mengadakan pinjaman pemerintah
  3. Kebijaksanaan non moneter
     a. Menaikkan hasil produksi
        Caranya memperkerjakan national idle capacity dan realocation of
        resources, serta memberikan subsidi atas sektor produksi yang
        sensitif terhadap inflasi.
     b. Kebijaksanaan upah
     c. Pengawasan harga dan distribusi barang


F. Kurva Philips
  Kurva ini menggambarkan hubungan antara inflasi dan tingkat pengangguran.
  Kurva ini merupakan hasil analisis ekonom Inggris yaitu AW. Philips pada
  tahun 1950 an melakukan studi kebijaksanaan stabilisasi perekonomian,
  salah satu kajiannya mengenai tingkat inflasi upah dengan tingkat
  pengangguran.
     Kurva ini terbentuk tegak lurus seperti nampak pada gambar di bawah ini.
     Kurva   LRPC menunjukkan tingkat pengangguran alamiah dalam
     perkonomian tersebut. Dengan tingkat alamiah dimaksudkan sebagai
     perbandingan antara jumlah pengangguran nominal dan struktur dengan
     jumlah angkatan kerja. Pada titik A angka pengangguran 5 % dan inflasi
     2 %. Untuk menekan pengangguran menjadi 4 % pemerintah mengambil
     kebijaksanaan fiskal dan moneter, walaupun inflasi meningkat pada titik B
     (3%). Dengan kebijaksanaan ini juga dapat mendorong tingkat upah yang
     dapat   berakibat     penurunan    keuntungan,   perusahaan-perusahaan
     mengalami kerugian yang disusul dengan pengurangan pegawai
     sehingga pengangguran kembali meningkat pada titik C. Keadaan diatas
     akan berulang kembali seperti ditunjukkan pada titik D dan E.




                                       16
Gambar 4.3
                           Kurva Philips Jangka Panjang

       Inflasi (%)
                                                LRPC
      8 -

                                           D
          -                                          E


      4 -
                                   B                 C
                                                                 (III)
          -

                                                                 (II)
      2 -                                            A


          -
                                                                        (I)

      0          |     |       |       |                 |   |    |
                      2                4         5       6       8            Pengangguran (%)


G. Pengangguran dan Implikasinya
  1. Jenis-jenis pengangguran
     a. Pengangguran konjungtur (Cyclical unemployment)
          Pengagguran akibat perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan
          ekonomi. Pada waktu kegiatan perekonomian mengalami kemunduran,
          perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan produksinya,
          yang dikemudian hari disusul pengurangan jam kerja dan pengurangan
          pegawai.
     b. Pengangguran struktural
          Pengangguran akibat perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi.
          Dua kemungkinan pengangguran struktural
          1) Akibat permintaan merosot
          2) Akibat penggunaan teknologi canggih


                                           17
c. Pengangguran normal/pengangguran friksional/pengangguran mencari.
     Timbul sebagai akibat dari orang yang punya kemampuan dan sedang
     bekerja, kemudian berhenti untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.

2. Akibat-akibat Buruk Pengangguran
  Pengangguran normal dan struktural tidak perlu dirisaukan, karena timbul
  akibat   berlakunya   pertumbuhan    ekonomi.   Sedang    pengangguran
  konjungtur merupakan masalah serius, karena timbul akibat pertumbuhan
  ekonomi lambat dan resesi (kemunduran).
  a. Terhadap kegiatan perekonomian
     1) Masyarakat tidak mencapai kemakmuran maksimum
     2) Pendapatan pajak berkurang
     3) Tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi
  b. Terhadap individu dan masyarakat
     1) Kehilangan mata pencaharian
     2) Kehilangan ketrampilan
     3) Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik

3. Pengangguran di Negara-negara Berkembang
   a. Pengangguran tersembunyi (Undisguised unemployment)
      Dalam suatu kegiatan perekonomian dengan jumlah tenaga kerja
      sangat berlebihan pengangguran ini dapat berlaku, karena kelebihan
      tenaga kerja tersebut sebagian dapat dipindahkan ke kegiatan
      ekonomi lainnya tanpa mengganggu tingkat produktivitas yang pertama.
      Contoh pengangguran tak kentara disektor pertanian.
   b. Pengangguan musiman (seasional unemployment)
      Pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu dalam satu
      tahun. Misal pada waktu kegiatan bercocok tanam sedang menurun
      kesibukannya, maka pengangguran ini timbul.




                                  18
c. Setengah pengangguran (under employment)
   Pengangguran ini terjadi akibat tenaga kerja yang bekerja dalam
   jumlah jam kerja yang terbatas. Masalah ini banyak dijumpai di sektor
   informal.
d. Pengangguran sukarela dan tidak sukarela
   Pengangguran sukarela adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak
   mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu. Contoh
   mahasiswa, pelajar dan ibu rumah tangga.
   Pengangguran tidak sukarela (involuntary unemployment), yaitu pada
   suatu tingkat upah tertentu tenaga kerja secara aktif mencari kerja,
   tapi mereka tidak dapat memperolehnya.




                               19
BAB V

                PENGANTAR EKONOMI INTERNASIONAL

A. Sebab-sebab Timbulnya Perdagangan Internasional
  1. Memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri.
  2. Memperoleh teknologi modern dari negara lain.
  3. Memperluas pasar-pasar produk dalam negeri.
  4. Memperoleh keuntungan spesialisasi.
     a. Keuntungan mutlak
        Keuntungan dari efisiensi dalam menghasilkan barang dibanding negara
        lain.
                                   Tabel 5.1
                    Produksi seorang pekerja (dalam setahun)

                    Negara         Kain (meter)      Beras (kg)
                      A                500             2.000
                      B                750             1.800


     b. Keuntungan berbanding
        Keuntungan yang didasarkan akan dasar tukar dalam negeri.
                                  Tabel 5.2
                     Keuntungan Berbanding Per Unit Output

          Negara          Radio    Anggur    Dasar Tukar Dalam Negeri
                A         2 Hari   4 Hari      1 Radio = 2 Anggur
                B         3 Hari   5 Hari      1 Radio = 1,5 Anggur


        Bila kedua negara bersepakat melakukan spesialisasi, negara B
        menghasilkan radio dan negara A menghasilkan anggur. Dasar tukar
        yang dianggap menguntungkan adalah 1 Radio = 1,8 Anggur. Maka
        negara B akan memperoleh anggur 0,3 dari satu radio yang




                                       20
ditukarkan. Negara A akan menghemat 0,2 anggur untuk memperoleh
        satu radio.
B. Syarat Perdagangan (Term of Trade)
  Menggambarkan perbandingan antara harga barang yang diekspor oleh
  suatu negara dengan barang-barang yang diimpornya.
  Formulasi ; Syarat Perdagangan = Px : Pm.
  dimana ; Px =       indeks harga barang ekspor
           Pm =       indeks harga barang impor
  Dimisalkan Perancis mengeskpor televisi ke Kanada dan mengimpor radio
  dari Kanada. Kurs pertukaran antara radio dan televisi ; 1,5 : 1. Dengan
  demikian dapat diketahui syarat perdagangan untuk masing-masing negara.
  Untuk Kanada syarat perdagangannya adalah harga radio/televisi = 2/3.
  Untuk Perancis adalah harga televisi/harga radio = 1,5.

C. Penentuan Nilai (Kurs) Valuta Asing
  1. Penentuan dalam pasar bebas
     a. Permintaan valuta asing
        Permintaan akan valuta asing di sini, akan dikaitkan dengan keinginan
        penduduk suatu negara untuk membeli barang dari negara valuta
        asing tersebut.
        Misal harga blue jeans buatan AS adalah US $ 50.
        Bila satu dollar sama dengan Rp 2.000,- ; Rp 3.000,- ; atau Rp 1.000,-,
        maka harga blue jeans tersebut Rp 100.000,- ; Rp 150.000,- ; atau Rp
        50.000,-. Dengan demikian, makin murah nilai dollar, makin murah
        pula   harga    barang-barang   Amerika    dinyatakan   dalam   rupiah.
        Sehingga makin murah harga mata uang dollar, makin banyak dollar
        yang akan diminta.

     b. Penawaran valuta asing
        Untuk memudahkan pemahaman ini, kita menggunakan contoh
        keinginan penduduk Amerika membeli kemeja batik buatan Indonesia.



                                      21
Harga kemeja batik Indonesia Rp 90.000,-, kurs alternatif satu dollar
     Amerika Rp 1.000,- ; Rp 2.000,- ; atau Rp 3.000,-. Harga kemeja batik
     yang harus dibayar orang Amerika dengan masing-masing kurs
     alternatif di atas adalah : US$ 90 ; US$ 45 ; dan US$ 30. Dengan
     begitu orang Amerika menyukai kemeja batik dengan harga US$ 30,
     karena paling murah.
     Kesimpulan ; makin mahal harga mata uang dollar, makin banyak
     penawarannya, sebaliknya bila harga dollar murah penawarannya
     makin sedikit.

  c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs pertukaran
     1) Perubahan dalam citarasa masyarakat.
     2) Perubahan harga dari barang-barang ekspor.
     3) Perubahan dalam tingkat bunga dari tingkat pengembalian investasi
     4) Kenaikan harga-harga umum (inflasi).
     5) Perkembangan ekonomi.

2. Kurs Tetap atau Kurs Resmi
  Kurs pertukaran ditetapkan oleh pemerintah dan dipertahankannya untuk
  periode yang lama. Dalam perekonomian yang mengalami masalah
  kekurangan mata uang asing akan muncul pasar gelap. Hal ini
  disebabkan karena impor melebihi ekspor dan aliran modal keluar
  melebihi aliran modal masuk.
  a. Menentukan nilai kurs tetap
     Untuk menjelaskan penentuan nilai kurs tetap dapat dilakukan dengan
     bantuan gambar di bawah ini




                                   22
Gambar 5.1
            Perbandingan Kurs Bebas dengan Kurs Tetap


   Kurs dollar
    (rupiah)                                            S
                       D
                              M                     N
        3000
                                                            Under valued

        2000                                    E

                                  A                     B   Over valued
        1000
                         S                                  D

                                           Q0                   Jumlah Dollar AS

  Kurva DD ; permintaan dollar AS oleh penduduk Indonesia
  Kurva SS ; penawaran dollar oleh penduduk AS
  Titik E        ; kurs yang ditentukan oleh mekanisme pasar bebas
                   (Rp 2.000,-)
  Bila pemerintah menetapkan kurs Rp 1.000,- untuk tiap dollar (bukan
  Rp 2.000,-), maka ini dinamakan lebih tinggi atau over valued. Dengan
  demikian penduduk Indonesia memperoleh dollar AS dengan harga
  yang lebih murah.
  Sebaliknya bila pemerintah menetapkan kurs Rp 3.000,- untuk tiap
  dollar AS, maka ini dinamakan terlalu rendah atau under valued.
  Dengan demikian penduduk Indonesia memperoleh dollar AS dengan
  harga yang lebih mahal.
b. Pandangan penyokong kurs tetap
  1) Akan menimbulkan suasana kepastian dalam perdagangan luar
     negeri.
  2) Akan mengurangi spekulasi jual beli mata uang.
  3) Akan menstabilkan harga-harga di dalam negeri




                                      23
Kritik
        Sistem kurs tetap pada waktu-waktu tertentu harus melakukan
        perubahan yang cukup besar atas mata uang asing, sehingga lebih
        menimbulkan ketidakpastian.

     c. Implikasi-implikasi penggunaan sistem kurs tetap
        1) Pengaruhnya terhadap cadangan valuta asing
           Sistem kurs tetap yang ditetapkan pemerintah secara overvalued
           (lihat gambar 5.1) akan menyebabkan permintaan dollar lebih
           besar dibanding penawarannya (sebesar A – B). Akibatnya
           pemerintah harus menjual cadangan yang dimilikinya, dan akan
           muncul pasar gelap yang menjual dengan harga lebih tinggi dari
           kurs yang ditetapkan pemerintah.
           Sebaliknya sistem kurs tetap yang ditetapkan pemerintah secara
           undervalued akan menyebabkan penawaran dollar yang lebih
           besar dibanding permintaannya (sebesar M – N). Akibatnya
           permintaan akan dollar dengan harga bebas menjadi lebih besar,
           sehingga pemerintah harus membeli kelebihan penawarannya
           dengan harga yang telah ditetapkannya sendiri.
        2) Kurs tetap dan devaluasi serta revaluasi
           Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang atas mata uang
           negara lain. Kurs tetap yang overvalued yang menyebabkan ekspor
           merosot perlu dilakukan devaluasi.
           Revaluasi adalah menaikkan nilai mata uang suatu negara
           terhadap negara lain. Kurs tetap yang undervalued akan menekan
           import dan mendorong ekspor.

D. Neraca Pembayaran
  Merupakan suatu neraca pembukuan yang menunjukkan nilai berbagai jenis
  transaksi (mutasi) keuangan yang dilakukan diantara suatu negara dengan
  negara lain dalam satu tahun tertentu.



                                      24
Tabel 5.3
      Neraca Pembayaran Indonesia, Tahun Terpilih di Antara 1969 - 1993
                      ( dalam jutaan dolar Amerika)
             Jenis Transaksi            1969      1980     1985      1990       1993

    A. Transaksi berjalan
       1. Barang
          a. Ekspor                      995      17.489   49.901    26.807    37.186
          b. Impor                       995       9.962   14.427    29.198
       2. Jasa-jasa                     -425      -5.537   -7.663    -8.592    -10.876
       3. Pemberian                       ---         20       ---       ---        ---

    B. Lalu lintas modal
       1. Modal pemerintah                  284    1.773    4.783       633        748
       2. Modal swasta                       71   -1.315    1.191     4.113      5.583

    C. Jumlah (A)+(B)                       -70    2.478    1.823     1.506      3.443

    D. Selisih Perhitungan                   50     -788      247       293     -2.716

    E. Kedudukan neraca pembayaran :        +20   -1.690   -2.070    -2.099       -727
       defisit (+) / Surplus (-)
   Sumber : Bank Indonesia, Laporan Tahunan, beberapa tahun.

C. Mengatasi Ketidakseimbangan Perdagangan Internasional
  Banyak negara yang mengalami surplus perdagangan internasional karena
  menerapkan praktek politik dumping, walau di sisi lain mengakibatkan
  negara-negara lain mengalami defisit. Untuk menembus isolasi/benteng
  pasar yang menerapkan politik dumping ini diusahakan melalui putaran
  Uruguay dengan GATT-nya (sekarang WTO) dengan tujuan untuk mencipta-
  kan perdagangan yang lebih adil. Namun putaran ini mengalami kegagalan
  karena adanya blok-blok perdagangan untuk posisi tawar-menawar. Blok-
  blok tersebut antara lain :
  1. AFTA      =     Asean Free Trade Area
  2. EEA       =     European Economics Area
  3. NAFTA =         North American Free Trade Area
  Tindakan-tindakan untuk mengatasi ketidakseimbangan :
  1. Devaluasi; menurunkan nilai mata uang suatu negara terhadap negara lain.



                                       25
2. Kebijaksanaan tarif
   a. Jenis-jenis tarif; bea ekspor, transito dan tarif impor.
   b. Efek tarif
      1) Price effect
      2) Consumption effect
      3) Protective / import substitution effect
      4) Redistribution of income effect

                                      Gambar 5.2
                                 Efek Tarif di Negara A
            P



                                           B          C
           P1



                             A                  G     F           E
            P

                         S                                            D

                                Q1             Q2   Q3           Q0       Q
             Keterangan : OP          =   Harga barang impor di dalam negeri
                          OQ1         =   Produksi domestik dengan harga OP
                          OQ0         =   Demand dalam negeri
                          Q1Q0        =   Barang impor

      Negara A menaikkan harga menjadi OPT atau sebesar PPT akibatnya :
      1) Harga di dalam negeri naik menjadi OPT (Price effect)
      2) Permintaan turun menjadi OQ3 (Consumption effect)
      3) Produksi dalam negeri naik menjadi OQ 2 (Protective/impor
         substitution effect)
      4) Pendapatan pemerintah dari tarif sebesar BCFG (Revenue effect)
      5) Tambahan pendapatan untuk produsen dalam negeri sebesar PPT
         AB (redistribution effect)

3. Kebijakan Quota ekspor dan impor


                                          26
BAB VI

                      PERTUMBUHAN EKONOMI


A. Pendahuluan
  Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan ekonomi makro, sebab
  dapat memperlihatkan tingkat kesejahteraan ekonomi yang lebih baik dan
  dirasakan   penduduk       suatu   negara,   pertumbuhan   ekonomi   hanya
  menyangkut fisik berupa produksi barang dan jasa. Sedang perkembangan
  ekonomi mencakup kualitas barang dan jasa yang dihasilkan serta kualitas
  faktor-faktor yang digunakan.

B. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
  1. Produk Domestik Bruto (PDB)
     Merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan perekonomian
     suatu negara dalam satu tahun yang dinyatakan dengan harga pasar.
  2. Pendapatan perkapita
     Jumlah PDB nasional dibagi jumlah penduduk.
  3. Pendapatan perjam kerja.
  4. Harapan hidup di waktu lahir.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
  1. Perkembangan teknologi
  2. Kualitas tenaga kerja
  3. Akumulasi modal / kapital
  4. Sumber daya alam
  5. Faktor sosial
     Keamanan, politik, adat istiadat, agama, pemerintahan, dan sebagainya.

D. Teori Pertumbuhan Ekonomi
  1. Teori klasik
     Faktor-faktor determinan ; jumlah penduduk, jumlah stock barang modal,
     luas tanah dan kekayaan alam, serta teknologi. Perhatiannya menitik



                                       27
beratkan pada pertumbuhan penduduk ; faktor-faktor lain dianggap Giffen.
  Menurut klasik hukum hasil yang semakin berkurang akan mempengaruhi
  pertumbuhan ekonomi tidak kontinyu, akibatnya hasrat investasi makin
  menurun dan produktivitas penduduk menjadi negatif. Pada akhirnya
  kemakmuran masyarakat turun kembali dan perkembangan ekonomi
  sangat rendah, dan pendapatan perpekerja hanya cukup untuk hidup
  (subsistence). Keadaan yang demikian dinamakan stationary state
  (keadaan tidak berkembang). Menurut klasik masyarakat tidak akan
  mampu menghalau terjadinya keadaan tidak berkembang, mereka hanya
  mampu mengundurkan terjadinya keadaan tersebut

  Atas dasar pandangan klasik itu, ditemukanlah “teori penduduk optimal”
  yang menjelaskan hubungan antara pendapatan per kapita dengan
  jumlah penduduk. Dengan berlakunya hukum hasil semakin berkurang,
  pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi makin lamban
  pertumbuhannya, keadaan ini terjadi bila penduduk bertambah terus,
  maka pada jumlah tertentu produksi marginal sama dengan pendapatan
  perkapita. Pada keadaan inilah pendapatan perkapita mencapai nilai
  malsimal.

                               Gambar 6.1

          Y
Pendapatan
Perkapita

                                           Y pk




                                       Penduduk optimal

                             Po                           Jml. Penduduk

2. Teori Schumpeter
  Ia menekankan pentingnya peranan pengusaha yang terus melakukan


                                  28
inovasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan efisiensi,
  memperluas pasar, mengembangkan sumber bahan baku, dan mengada-
  kan reorganisasi.
  Ia menggabungkan investasi menjadi :
  a. Investasi otonom; akibat adanya inovasi
  b. Investasi terimbas, akibat pendapatan nasional meningkat.
  Menurutnya, makin tinggi tingkat kemajuan ekonomi suatu negara, makin
  terbatas kemungkinan suatu negara untuk inovasi, akibatnya pertumbuhan
  ekonomi makin lambat, yang pada akhirnya tercapai tingkat “Stationary
  state”.
  Schumpeter memandang stationary state dicapai pada tingkat pembangunan
  yang tinggi, sedang klasik memandangnya hal itu terjadi pada waktu
  perekonomian telah berada kembali di tingkat cukup hidup, yaitu pada
  tingkat pendapatan yang sangat rendah.

3. Teori Neo Klasik
  Bila menurut Harrod – Domar, pertumbuhan ekonomi hanya dapat dicapai
  dengan pengeluaran agrerat investasi secara kontinyu pertumbuhan yang
  ditentukan (Warrented rate of growth). Sedang Neo Klasik melihatnya dari
  segi      penawaran     (Abramovits       dan     Solow),     pertumbuhan ekonomi
  tergantung pada faktor-faktor produksi.
              ∆Y = f ( ∆K, ∆L, ∆T ) ..........................................( 1 )
  Formulasi tingkat pertumbuhan (Solow)
                      G = m . ∆K + b . ∆L + ∆T .............................          (2)
  Dimana “m” dan “b” adalah tingkat produktivitas
  Contoh :
  Dimisalkan m         = 0,25 ; artinya tiap Rp. 1.000,- pertambahan modal
  menghasilkan Rp. 250,- pertambahan pendapatan nasional b = 0,75
  (artinya tiap pertambahan tenaga kerja menghasilkan 75 % dari tingkat
  produksi pertumbuhan tenaga kerja. Dan perkembangan produktivitas
  akibat perubahan teknologi adalah 5 %. Pertumbuhan barang modal dan
  tenaga kerja masing-masing 10 % dan 2 % maka :
                      g = 0,25 (10) + 0,75 (2) + 5


                                          29
g = 9 persen
E. Masalah Kependudukan
  Secara umum ; kuantitatif dan kwalitatif
  Secara khusus di negara berkembang
  1. Angka kelahiran tinggi.
  2. Tingkat kematian dini.
  3. Migrasi penduduk.

  Gambar di bawah ini menjelaskan transisi demografis
  Pola A
  Tahap I :     Tingkat kelahiran dan tingkat kematian tinggi dan laju
                pertumbuhan penduduk masih rendah.
  Tahap II :    Tingkat kematian menurun, tingkat kelahiranpun turun akibat
                pendidikan dan teknologi, kedokteran maupun industrialisasi,
                sehingga laju pertumbuhan jumlah penduduk tidak terlalu tinggi.
  Tahap III :   Karena adanya program KB tingkat kematian dini rendah
                dibarengi tingkat kelahiran yang rendah. Laju pertumbuhan
                penduduk negatif karena tingkat kelahiran lebih kecil dari tingkat
                kematian.

  Pola B
  Tahap I :     Tingkat kelahiran tinggi dan kematian tinggi laju pertumbuhan
                penduduk rendah.
  Tahap II :    Tingkat kelahiran masih tinggi dan kematian turun, sehingga
                pertumbuhan penduduk semakin cepat.
  Tahap III :   Tingkat kelahiran sedikit turun mengikuti kematian yang rendah,
                akibatnya pertumbuhan jumlah penduduk masih relatif tinggi.

  Pola C
  Tahap I :     Pada umumnya di negara terbelakang, tingkat kelahiran tinggi
                dan kematian tinggi, pertumbuhan penduduk relatif rendah.
  Tahap II :    Dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran kematian dapat


                                       30
detekan dan kelahiran tidak menurun sampai pada tahap III.
                 Akibatnya pertumbuhan penduduk tetap tinggi bahkan lebih
                 tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.


                         Gambar 6.2 : Transisi Demografi
Tingkat
Kelahiran
Kematian    35

            30

            25

            20
                                                                   Kelahiran
            15

            10                                                         Kematian
                    Tahap I        Tahap II        Tahap III
            0
                                      (A)                               Waktu



Tingkat
Kelahiran
Kematian    40

            30

            25

            20                                                         Kelahiran

            10                                                        Kematian
                    Tahap I        Tahap II        Tahap III
            0
                                                                        Waktu
                                        (B)




                                      31
Tingkat
Kelahiran
Kematian    40                                    Kelahiran
            30

            25

            20

            10
                                                   Kematian
                 Tahap I   Tahap II   Tahap III
            0
                                (C)                   Waktu




                              32
Tingkat
Kelahiran
Kematian    40                                    Kelahiran
            30

            25

            20

            10
                                                   Kematian
                 Tahap I   Tahap II   Tahap III
            0
                                (C)                   Waktu




                              32
Tingkat
Kelahiran
Kematian    40                                    Kelahiran
            30

            25

            20

            10
                                                   Kematian
                 Tahap I   Tahap II   Tahap III
            0
                                (C)                   Waktu




                              32
Tingkat
Kelahiran
Kematian    40                                    Kelahiran
            30

            25

            20

            10
                                                   Kematian
                 Tahap I   Tahap II   Tahap III
            0
                                (C)                   Waktu




                              32

More Related Content

What's hot

Aplikasi pendapatan nasional dalam bisnis
Aplikasi pendapatan nasional dalam bisnisAplikasi pendapatan nasional dalam bisnis
Aplikasi pendapatan nasional dalam bisnisWahono Diphayana
 
Pengantar ekonomi makro
Pengantar ekonomi makroPengantar ekonomi makro
Pengantar ekonomi makroYanto Setya
 
Prediksi soal soal uts makro ekonomi
Prediksi soal soal uts makro ekonomiPrediksi soal soal uts makro ekonomi
Prediksi soal soal uts makro ekonomiHaidar Bashofi
 
Penghitungan pendapatan nasional
Penghitungan pendapatan nasionalPenghitungan pendapatan nasional
Penghitungan pendapatan nasionalotnayirt
 
Analisis soalan dan skema jawapan cadangan ekonomi kertas 3 stpm 2013
Analisis soalan dan skema jawapan cadangan ekonomi kertas 3 stpm 2013Analisis soalan dan skema jawapan cadangan ekonomi kertas 3 stpm 2013
Analisis soalan dan skema jawapan cadangan ekonomi kertas 3 stpm 2013Syahirahhhh_
 
Pengantar ekonomi-makro-juli-20103
Pengantar ekonomi-makro-juli-20103Pengantar ekonomi-makro-juli-20103
Pengantar ekonomi-makro-juli-20103dengkol
 
[XII] Ekonomi - Pendapatan Nasional
[XII] Ekonomi - Pendapatan Nasional[XII] Ekonomi - Pendapatan Nasional
[XII] Ekonomi - Pendapatan NasionalAlifia Putri Yudanti
 
PENDAPATAN NASIONAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDAPATAN NASIONAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMIPENDAPATAN NASIONAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDAPATAN NASIONAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMIAryansa Dewi
 
Teori ekonomi makro resume
Teori ekonomi makro resumeTeori ekonomi makro resume
Teori ekonomi makro resumeMonika Septian
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorDwi Andriyanto
 
Ekonomi : Pendapatan Nasional
Ekonomi : Pendapatan NasionalEkonomi : Pendapatan Nasional
Ekonomi : Pendapatan NasionalAori Meru
 
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktor
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktorPendapatan nasional keseimbangan 4 faktor
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktorAchmad Agung Ferrianto
 
Part 2 pendapatan nasional
Part 2   pendapatan nasionalPart 2   pendapatan nasional
Part 2 pendapatan nasionalmahasiswaunida
 
Ringkasan makro ekonomi
Ringkasan makro ekonomiRingkasan makro ekonomi
Ringkasan makro ekonomiom makplus
 

What's hot (20)

Aplikasi pendapatan nasional dalam bisnis
Aplikasi pendapatan nasional dalam bisnisAplikasi pendapatan nasional dalam bisnis
Aplikasi pendapatan nasional dalam bisnis
 
Pengantar ekonomi makro
Pengantar ekonomi makroPengantar ekonomi makro
Pengantar ekonomi makro
 
Prediksi soal soal uts makro ekonomi
Prediksi soal soal uts makro ekonomiPrediksi soal soal uts makro ekonomi
Prediksi soal soal uts makro ekonomi
 
Penghitungan pendapatan nasional
Penghitungan pendapatan nasionalPenghitungan pendapatan nasional
Penghitungan pendapatan nasional
 
Analisis soalan dan skema jawapan cadangan ekonomi kertas 3 stpm 2013
Analisis soalan dan skema jawapan cadangan ekonomi kertas 3 stpm 2013Analisis soalan dan skema jawapan cadangan ekonomi kertas 3 stpm 2013
Analisis soalan dan skema jawapan cadangan ekonomi kertas 3 stpm 2013
 
Pengantar ekonomi-makro-juli-20103
Pengantar ekonomi-makro-juli-20103Pengantar ekonomi-makro-juli-20103
Pengantar ekonomi-makro-juli-20103
 
[XII] Ekonomi - Pendapatan Nasional
[XII] Ekonomi - Pendapatan Nasional[XII] Ekonomi - Pendapatan Nasional
[XII] Ekonomi - Pendapatan Nasional
 
PENDAPATAN NASIONAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDAPATAN NASIONAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMIPENDAPATAN NASIONAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDAPATAN NASIONAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
 
Teori ekonomi makro resume
Teori ekonomi makro resumeTeori ekonomi makro resume
Teori ekonomi makro resume
 
Ekonomi pembangunan Nasional
Ekonomi pembangunan NasionalEkonomi pembangunan Nasional
Ekonomi pembangunan Nasional
 
Part 1 teori makro
Part 1   teori makroPart 1   teori makro
Part 1 teori makro
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
 
Ekonomi : Pendapatan Nasional
Ekonomi : Pendapatan NasionalEkonomi : Pendapatan Nasional
Ekonomi : Pendapatan Nasional
 
Pendapatan nasional
Pendapatan nasionalPendapatan nasional
Pendapatan nasional
 
Perekonomian 3 sektor
Perekonomian 3 sektorPerekonomian 3 sektor
Perekonomian 3 sektor
 
Presentasi makro
Presentasi makroPresentasi makro
Presentasi makro
 
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktor
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktorPendapatan nasional keseimbangan 4 faktor
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktor
 
Part 2 pendapatan nasional
Part 2   pendapatan nasionalPart 2   pendapatan nasional
Part 2 pendapatan nasional
 
Ringkasan makro ekonomi
Ringkasan makro ekonomiRingkasan makro ekonomi
Ringkasan makro ekonomi
 
Ekonomi makro
Ekonomi makroEkonomi makro
Ekonomi makro
 

Similar to Esm hkm-bab-1-6

Similar to Esm hkm-bab-1-6 (20)

Pendapatan nasional
Pendapatan nasionalPendapatan nasional
Pendapatan nasional
 
Pendapatan_Nasional.ppt
Pendapatan_Nasional.pptPendapatan_Nasional.ppt
Pendapatan_Nasional.ppt
 
Pendapatan_Nasional.ppt
Pendapatan_Nasional.pptPendapatan_Nasional.ppt
Pendapatan_Nasional.ppt
 
Pendapatan_Nasional.ppt
Pendapatan_Nasional.pptPendapatan_Nasional.ppt
Pendapatan_Nasional.ppt
 
Pertemuan ii pendapatan nasional [autosaved] [autosaved]
Pertemuan ii pendapatan nasional [autosaved] [autosaved]Pertemuan ii pendapatan nasional [autosaved] [autosaved]
Pertemuan ii pendapatan nasional [autosaved] [autosaved]
 
Pertemuan ii pendapatan nasional [autosaved]
Pertemuan ii pendapatan nasional [autosaved]Pertemuan ii pendapatan nasional [autosaved]
Pertemuan ii pendapatan nasional [autosaved]
 
Pendapatan_Nasional.kel.3 mp03.alya zikir-1.ppt
Pendapatan_Nasional.kel.3 mp03.alya zikir-1.pptPendapatan_Nasional.kel.3 mp03.alya zikir-1.ppt
Pendapatan_Nasional.kel.3 mp03.alya zikir-1.ppt
 
Pendapatan nasional1
Pendapatan nasional1Pendapatan nasional1
Pendapatan nasional1
 
SOAL OSN 2014.doc
SOAL OSN 2014.docSOAL OSN 2014.doc
SOAL OSN 2014.doc
 
SOAL OSK 2014.docx
SOAL OSK 2014.docxSOAL OSK 2014.docx
SOAL OSK 2014.docx
 
Tugas remedial ekonomi kelas x
Tugas remedial ekonomi kelas xTugas remedial ekonomi kelas x
Tugas remedial ekonomi kelas x
 
PPT-Ekonomi-PB2(1)1.ppt
PPT-Ekonomi-PB2(1)1.pptPPT-Ekonomi-PB2(1)1.ppt
PPT-Ekonomi-PB2(1)1.ppt
 
Metode Penghitungan Pendapatan Nasional
Metode Penghitungan Pendapatan NasionalMetode Penghitungan Pendapatan Nasional
Metode Penghitungan Pendapatan Nasional
 
SOAL OSK 2016.doc
SOAL OSK 2016.docSOAL OSK 2016.doc
SOAL OSK 2016.doc
 
Pertemuan ii pendapatan nasional
Pertemuan ii pendapatan nasionalPertemuan ii pendapatan nasional
Pertemuan ii pendapatan nasional
 
Teori Ekonomi Makro
Teori Ekonomi MakroTeori Ekonomi Makro
Teori Ekonomi Makro
 
Ekonomi bta
Ekonomi btaEkonomi bta
Ekonomi bta
 
Data Makro Ekonomi.pptx
Data Makro Ekonomi.pptxData Makro Ekonomi.pptx
Data Makro Ekonomi.pptx
 
Pertemuan 10 baru
Pertemuan 10 baruPertemuan 10 baru
Pertemuan 10 baru
 
SOAL OSP 2017.doc
SOAL OSP 2017.docSOAL OSP 2017.doc
SOAL OSP 2017.doc
 

Esm hkm-bab-1-6

  • 1. BAB I P E N D A H U L U A N A. Pengertian Ilmu Ekonomi Ilmu ekonomi adalah suatu jenis studi tentang alokasi sumber-sumber daya yang langka di antara alternatif-alternatif penggunaan akhir. Keputusan memenuhi kebutuhan dihadapkan pada : 1. Kelangkaan (scarcity) 2. Pilihan-pilihan (choices) 3. Biaya peluang (opportunity cost) Yaitu biaya yang timbul akibat diambilnya suatu keputusan/alternatif yang lebih menguntungkan dengan mengorbankan alternatif yang lain. B. Pelaku-pelaku Ekonomi 1. Rumah tangga individu 2. Rumah tangga perusahaan 3. Rumah tangga pemerintah C. Mikroekonomi dan Makroekonomi Isu utama mikroekonomi : 1. Produk apa yang dibutuhkan; what (konsumsi) 2. Bagaimana menghasilkannya; how (produksi) 3. Untuk siapa produk dihasilkan; for whom (distribusi) Isu utama makroekonomi : 1. Penentuan kegiatan perekonomian a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga b. Investasi perusahaan-perusahaan c. Kegiatan ekspor 2. Kebijakan makroekonomi a. Kebijakan fiskal b. Kebijakan moneter 1
  • 2. D. Persoalan-persoalan Pokok dalam Perekonomian 1. Pertumbuhan ekonomi Perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang/ jasa yang dihasilkan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. 2. Kurva kemungkinan produksi. 3. Pendapatan nasional potensial dan sebenarnya. Pendapatan nasional potensial yaitu tingkat pendapatan nasional yang dicapai bila tenaga kerja sepenuhnya digunakan. 4. Konjungtur (siklus kegiatan perusahaan). 5. Masalah inflasi dan pengangguran. 6. Masalah defisit neraca pembayaran. E. Alat-alat Penilaian Prestasi Kegiatan Ekonomi 1. Pendapatan nasional Produk Nasional Bruto (PNB); pendapatan nasional yang dihasilkan oleh warga negara suatu negara. Produk Domestik Bruto (PDB); pendapatan nasional yang dihasilkan oleh penduduk dalam suatu negara. 2. Tingkat pertumbuhan ekonomi Contoh : PDB tahun 1993 = 120 triliun PDB tahun 1994 = 126 triliun 126 − 120 TPE tahun 1994 = x 100% = 5% 120 3. Tingkat pertambahan kemakmuran / pendapatan perkapita. Contoh : PDB tahun 1993 = 120 triliun; jumlah penduduk 120 juta PDB tahun 1994 = 126 triliun; jumlah penduduk 122 juta Tingkat pertambahan kemakmuran : 120 triliun = Rp.1.000.000,− - Pendapatan perkapita tahun 1993; 120 juta 2
  • 3. 126 triliun = Rp.1.032.787,− - Pendapatan perkapita tahun 1994; 120 juta - Pertambahan pendapatan perkapita tahun 1994; 1.032.787 − 1.000.000 x 100% = 3,3% 1.000.000 4. Tenaga kerja dan pengangguran Angkatan kerja; jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu. Kategori : a. Jumlah penduduk yang berusia lebih dari 10 tahun. b. Jumlah penduduk yang berusia lebih dari 10 tahun tidak mau bekerja (contoh: pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga). 5. Tingkat iflasi Gejala kenaikan harga-harga secara umum. 6. Neraca pembayaran dan kurs valuta asing. Manfaat informasi neraca pembayaran : a. Nilai dan perkembangannya b. Nilai modal jangka panjang c. Posisi defisit atau surplus Kurs valuta asing Banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. F. Tujuan Makro Ekonomi 1. Menstabilkan kegiatan ekonomi Indikasinya : a. Pengangguran tenaga kerja penuh tanpa inflasi b. Pembahasan-pembahasan harga tidak berarti c. Keseimbangan ekspor-impor, dan lalu lintas modal dari/ke luar negeri. 3
  • 4. 2. Penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi. 3. Menghindari masalah inflasi. 4. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang teguh. Manfaatnya : a. Dapat meyediakan kesempatan kerja. b. Dapat menaikkan tingkat kemakmuran masyarakat. G. Bentuk Kebijakan Makro Ekonomi 1. Kebijakan fiskal a. Pengurangan pajak pendapatan masyarakat. b. Peningkatan pengeluaran pemerintah. 2. Kebijakan moneter a. Kebijakan diskonto b. Kebijakan pasar terbuka c. Kebijakan nisbah cadangan wajib di bank sentral 3. Kebijakan (1) dan (2) disebut kebijakan sisi permintaan. 4. Kebijakan sisi penawaran Tujuan; untuk meningkatkan efisiensi perusahaan-perusahaan. Dilakukan dengan mengendalikan upah para pekerja melebihi produk- tivitasnya. H. Penekanan Kebijakan Sisi Penawaran a. Memotivasi para pekerja Mengurangi pajak pendapatan masyarakat terutama golongan ber- pendapatan tinggi. b. Efisiensi perusahaan Memberikan insentif kepada para pengusaha, riset dan pengembangan, penyediaan dana dengan bunga rendah dan sebagainya. 4
  • 5. I. Variabel-variabel Ekonomi Makro Dalam perekonomian terbuka yang kebijaksanaan fiskal :. Y = C + I + (T2 – TX) + G + (X – M) Dimana : C = belanja rumah tangga individu I = belanja perusahaan Tr = pembayaran transfer TX = Pajak G = belanja pemeritah X = penerimaan ekspor M = pengeluaran impor 5
  • 6. BAB II PENDAPATAN NASIONAL A. Pengertian Nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam periode tertentu. B. Konsep Pendapatan Nasional dan Produk Nasional Pendapatan Nasional : penjumlahan dari semua pendapatan individual selama periode tertentu (biasanya pertahun). Produk Nasional : output suatu perekonomian dalam periode berjalan yang dinilai dengan harga pasar. C. Pendekatan-pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional 1. Pendekatan pengeluaran PNB atau Y = C + I + G + ( X – M ) Pengeluaran bruto, mencakup pembelian barang-barang modal baru untuk ekspansi atau replacement (penggantian). 2. Pendekatan penerimaan a. Penyusutan f. Laba perusahaan perorangan b. Pajak tak langsung g. Deviden c. Upah dan gaji h. Pajak perseroan d. Bunga i. Laba ditahan e. Sewa D. Kegunaan Mempelajari Pendapatan Nasional / Regional 1. Dapat mengetahui pertumbuhan ekonomi 2. Dapat mengetahui kemakmuran penduduk atau pendapatan per kapita 3. Dapat mengetahui perubahan harga barang/jasa secara keseluruhan. 4. Dapat mengetahui struktur perekonomian dan perubahannya 5. Dapat mengetahui elastisitas kesempatan kerja 6. Dapat mengetahui produktivitas per sektoral 6
  • 7. 7. Dapat mengetahui berbagai macam rasio, misal pajak dengan pendapatan, biaya pendidikan dengan pendapatan dan sebagainya. 8. Dapat mengetahui ramalan keadaan yang akan datang 9. Dapat mengetahui disparitas/perbedaan pendapatan antar wilayah. Penting untuk usaha pemerataan usaha dan pembangunan. E. Sifat-sifat PNB 1. Sebagai ukuran moneter 2. Hanya memperhitungkan final goods Contoh Hipotik Tentang Nilai Tambah Nilai Harga No Barang Penjual Pembeli Tambah Satuan (Satuan) 1 Kapas Petani Pabrik pemintalan 100 100 2 Benang Pabrik Pemintalan Pabrik cita 250 150 3 Cita Pabrik Cita Grosir cita 280 30 4 Cita Grosir Cita Pengecer cita 300 20 5 Cita Pengecer Cita Perusahaan 400 100 konveksi 6 Baju Perusahaan Grosir Baju 440 40 konveksi 7 Baju Grosir Baju Pengecer Baju 450 10 8 Baju Pengecer Baju Konsumen 475 25 Total Nilai Tambah = Harga yang dibayar konsumen 475 3. Tidak memperhitungkan nilai transaksi gelap, transaksi barang bekas, kualitas produk, waktu luang, dan kerusakan lingkungan. F. Konsep Pendapatan yang lain Dalam perhitungan akuntansi sosial terdapat lima jenis pendapatan yang sering digunakan yaitu : 1. Pendapatan nasional bruto (PNB) 2. Pendapatan nasional netto (PNN) 7
  • 8. 3. Pendapatan nasional (PN) 4. Pendapatan pribadi (PP) 5. Pendapatan siap pakai (PSP) Kelima jenis pendapatan itu secara singkat dapat dihubungkan sebagai berikut : Pendapatan Nasional Bruto (PNB) = XX Depresiasi = XX (-) Pendapatan Nasional Netto (PNN) = XX Pajak Tak Langsung (PTL) = XX (-) Pendapatan Nasional (PN) = XX Dikurangi : Asuransi (Ass) = XX Pajak Perseroan (Pps) = XX Laba tidak dibagi (LTD) = XX (+) = XX (+) = XX Ditambah : Pembayaran Transfer (PTr) = XX Bunga Netto (LTD) = XX (+) = XX (+) XX Pajak Pribadi (PPi) = XX (-) Pendapatan Siap Pakai (PSP) = XX Tabungan Pribadi (TPi) = XX (-) Konsumsi (C) = XX Investasi Bruto (IB) = XX (+) Pengeluaran Pemerintah (G) = XX (+) Produk Nasional Bruto (PNB) = XX 8
  • 9. BAB III UANG DAN BANK A. Uang dan Peranannya 1. Pengertian uang Money is something which is widely accepted in payment for good and services. Uang adalah segala sesuatu yang secara umum dapat diterima untuk pembayaran barang-barang / jasa. 2. Fungsi uang a. Sebagai alat tukar (medium of exchange) b. Sebagai alat pengukur daya beli dan satuan perhitungan (standard of value) c. Sebagai alat penghimpun kekayaan (store of value) 3. Jenis-jenis uang a. Uang kartal; uang kertas dan logam b. Uang giral; uang yang berasal dari bank umum sebagai bukti adanya simpanan di bank itu, berupa giro dan deposito. 4. Teori kuantitas uang Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai uang a. Jumlah uang yang beredar (Supply of money = M) b. Cepatnya peredaran uang (velocity demand of money = V) c. Jumlah barang yang diperdagangkan (T) Jika M↑ 2x  P↑ 2x, sebaliknya Jika M↓ 2x  P↓ 2x, dari semula Dengan demikian formulasi kuantitas uang : MV = PT 9
  • 10. 5. Motif-motif permintaan uang a. Motif transaksi (transaction motive) Mt = f(Y) b. Motif berjaga-jaga (precautionary motive) Mj = f(Y) c. Motif spekulasi (speculative motive) Msp= f(i) Harga surat berharga konsol. Rumus; Pv = R/i dimana Pv = harga konsol di pasar R = jumlah penerimaan surat berharga konsol tiap tahun. i = suku bunga di pasar Contoh : Pv = Rp. 100.000,- R = 10% / thn = Rp.10.000,- i = 12,5% Maka : Pv = Rp. 10.000 / 0,125 = Rp. 80.000,- B. Bank Sebagai Lembaga Keuangan 1. Lembaga keuangan dalam ekonomi modern a. Pasaran saham, yaitu suatu badan atau perusahaan yang sahamnya diperdagangkan. b. Perusahaan peminjaman, yaitu suatu badan keuangan yang menerima simpanan jangka lama dan menginvestasikan/meminjamkan kembali. c. Perusahaan asuransi, yaitu suatu perusahaan yang memperoleh uang dengan menjanjikan akan membuat sejumlah ganti rugi kepada individu perusahaan, dan badan-badan lainnya apabila terjadi sesuatu peristiwa. d. Bank umum atau bank perdagangan, yaitu suatu perusahaan yang menerima simpanan masyarakat dan meminjamkan kembali. 10
  • 11. 2. Keistimewaan-keistimewaan bank umum a. Kesanggupan menciptakan tabungan yang sewaktu-waktu dapat diambil dengan menggunakan cek. b. Kesanggupan menciptakan daya beli baru, atau menghapuskan daya beli yang ada dalam perekonomian. c. Corak kegiatan yang dilakukannya adalah meminjamkan uang. 3. Neraca suatu Bank Umum Tabel 3.1 : Neraca Bank Umum ( dalam triliun rupiah ) Aktiva Pasiva Cadangan *) Rp. 83 Tabungan giral Rp. 300 Peminjaman Rp. 180 Tabungan Rp. 20 Investasi Rp. 183 Tabungan berjangka Deposito berjangka Rp. 40 Bangunan & Peralatan Rp. 4 Modal Rp. 10 Jumlah Rp. 370 Jumlah Rp. 370 *) Uang tunai dan cadangan di bank sentral (0,20 x 300) + (0,05 x 40) + (0,05 + 20) = 63 Dalam praktek jumlah uang tunak pada bank umum (yang tidak dipinjam- kan) lebih besar dibanding cadangan wajib, dengan alasan : a. Untuk menjamin kedudukan banknya lebih kukuh dan tidak perlu selalu melakukan penyesuaian bila terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai jenis tabungan. b. Kekurangan kesempatan untuk memberikan pinjaman dan melakukan investasi yang menguntungkan dan terjamin. 4. Proses penciptaan uang oleh bank-bank umum. Tabel 3.2 : Proses Penciptaan Uang oleh Bank-bank Umum ( dalam triliunan rupiah ) Bank Tabungan Cadangan Kelebihan Cadangan/ Jumlah Seluruh Umum Giral Jumlah yang dipinjamkan Tabungan Giral I Rp. 100 Rp. 20 *) Rp. 80 Rp. 100 II 80 16 64 180 III 64 12,8 51,2 244 IV 51,2 10,24 40,96 295,2 V 48,96 8,192 32,768 336,16 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Jumlah Rp. 500 Rp. 100 Rp. 400 Rp.500 *) Cadangan wajib 20% 11
  • 12. 1 Uang beredar; UB = . ∆Deposito RR 1 . Rp.100 M = Rp.500 M = 0,2 Faktor-faktor yang menghambat penciptaan uang a. Kebocoran uang tunai (leakage / with drawls) b. Keinginan bank untuk mempunyai cadangan yang lebih banyak c. Kekurangan peminjam Mata uang dalam peredaran, yaitu uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan bank sentral. Uang beredar : Dalam pengertian sempit; uang kertas + uang logam + uang giral  M1 Dalam pengertian luas; uang kartal + uang giral + uang kuasi (deposito berjangka, tabungan, rekening, valuta asing swasta domestik)  M2 5. Tugas-tugas bank sentral a. Bertindak sebagai bank untuk membiayai pemerintah b. Bertindak sebagai bank untuk bank-bank umum c. Mengawasi kegiatan bank-bank umum dan lembaga-lembaga keuangan lainnya d. Mengawasi keseimbangan kegiatan perdagangan luar negeri mem- pertahankan kestabilan nilai kurs mata uang asing dengan mengatur cash flow. 6. Instrumen kebijaksanaan moneter a. Instrumen bertujuan untuk melakukan kontrol dan koreksi yang bersifat umum/kuantitatif, yang meliputi : 1) Kebijaksanaan nisbah cadangan (legal reserve ratio) 2) Kebijaksanaan suku bunga diskonto (discount rate of interest) 3) Kebijaksanaan operasi/pasar terbuka (Operation or open market policy) b. Instrumen kualitatif/selektif 1) Penentuan margin minimum untuk peminjam 2) Penentuan bunga untuk kredit tertentu 12
  • 13. BAB IV INFLASI DAN IMPLIKASINYA A. Pengertian Inflasi Inflasi merupakan suatu gejala kenaikan harga secara umum (general price increase), atau customer price index (CPI) atau index harga konsumen (IHK). B. Macam Inflasi 1. Atas dasar sebab-sebab a. Demand infation Dorongan permintaan masyarakat terlalu kuat Gambar 4.1 : Demand Inflation P S P2 D2 P1 D1 0 Q1 Q2 Q b. Cost Push Inflation Didorong oleh kenaikan harga-harga input Gambar 4.2 : Cost Push Inflation P S2 S1 P2 P1 D 0 Q2 Q1 Q 13
  • 14. 2. Atas dasar asal a. Domestic inflatin : misal panen gagal b. Import inflation; akibatnya : 1) Index biaya hidup naik 2) Menaikkan harga-harga di dalam negeri 3. Atas dasar tingkat keparahan a. Inflasi ringan < 10% / tahun b. Inflasi sedang 10 – 30% / tahun c. Inflasi berat 31 – 100% / tahun d. Hiper inflasi > 100% / tahun C. Akibat-akibat Inflasi 1. Terhadap perekonomian umum Dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, karena : a. Mendorong penggunaan dana nasional untuk spekulatif b. Tingkat suku bunga tinggi c. Timbulnya ketidakpastian d. Harga produk domestik lebih mahal dibanding produk luar negeri e. Gejolak kepercayaan kepada pemerintah 2. Terhadap orang perorang a. Daya beli turun b. Memperburuk tagihan c. Pengangguran meningkat d. Menurunnya hasrat (propencity) menabung, karena nilai tabungan turun. e. Mempertajam stagnasi sosial 14
  • 15. D. Cara Menghitung Tingkat Inflasi Cara menghitung IHK Kelompok Tahun Dasar 1989 Tahun 1993 Weight Barang Harga (Rp.) Harga x W Harga (Rp.) Harga x W A 50 1.000 50.000 2.000 100.000 B 20 5.000 100.000 11.000 220.000 C 5 5.000 25.000 16.000 80.000 D 25 3.000 75.000 8.000 200.000 100 250.000 600.000 IHK 1993 = 600.000 / 250.000 = 2,40 = 240% Bila IHK tahun 1994 sebesar 251, maka Inflasi 1994 = (251 – 240) / 240 = 4,6% E. Cara Mengatasi Inflasi 1. Kebijaksanaan moneter a. Discount policy (menaikkan suku bunga) b. Open/operation market policy/tight money policy (menjual surat-surat berharga) c. Reserve requirement (menaikkan cadangan wajib di Bank Sentral) Misalnya jumlah deposito di Bank-Bank Umum Rp. 1.000 milyar, cadangan wajib di Bank Sentral 30%, kemudian dinaikkan menjadi 5% maka uang beredar (UB). Formulasi UB = 1/RR x Deposito Uang beredar pada RR = 3% UB = 1/0,03 x Rp. 1.000 milyar = Rp. 33.333 milyar Uang beredar pada RR = 5% UB = 1/0,05 x Rp. 1.000 milyar = Rp. 20.000 milyar 2. Kebijaksanaan fiskal a. Penurunan pengeluaran pemerintah b. Menaikkan pajak 15
  • 16. c. Mengadakan pinjaman pemerintah 3. Kebijaksanaan non moneter a. Menaikkan hasil produksi Caranya memperkerjakan national idle capacity dan realocation of resources, serta memberikan subsidi atas sektor produksi yang sensitif terhadap inflasi. b. Kebijaksanaan upah c. Pengawasan harga dan distribusi barang F. Kurva Philips Kurva ini menggambarkan hubungan antara inflasi dan tingkat pengangguran. Kurva ini merupakan hasil analisis ekonom Inggris yaitu AW. Philips pada tahun 1950 an melakukan studi kebijaksanaan stabilisasi perekonomian, salah satu kajiannya mengenai tingkat inflasi upah dengan tingkat pengangguran. Kurva ini terbentuk tegak lurus seperti nampak pada gambar di bawah ini. Kurva LRPC menunjukkan tingkat pengangguran alamiah dalam perkonomian tersebut. Dengan tingkat alamiah dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah pengangguran nominal dan struktur dengan jumlah angkatan kerja. Pada titik A angka pengangguran 5 % dan inflasi 2 %. Untuk menekan pengangguran menjadi 4 % pemerintah mengambil kebijaksanaan fiskal dan moneter, walaupun inflasi meningkat pada titik B (3%). Dengan kebijaksanaan ini juga dapat mendorong tingkat upah yang dapat berakibat penurunan keuntungan, perusahaan-perusahaan mengalami kerugian yang disusul dengan pengurangan pegawai sehingga pengangguran kembali meningkat pada titik C. Keadaan diatas akan berulang kembali seperti ditunjukkan pada titik D dan E. 16
  • 17. Gambar 4.3 Kurva Philips Jangka Panjang Inflasi (%) LRPC 8 - D - E 4 - B C (III) - (II) 2 - A - (I) 0 | | | | | | | 2 4 5 6 8 Pengangguran (%) G. Pengangguran dan Implikasinya 1. Jenis-jenis pengangguran a. Pengangguran konjungtur (Cyclical unemployment) Pengagguran akibat perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan ekonomi. Pada waktu kegiatan perekonomian mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan produksinya, yang dikemudian hari disusul pengurangan jam kerja dan pengurangan pegawai. b. Pengangguran struktural Pengangguran akibat perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi. Dua kemungkinan pengangguran struktural 1) Akibat permintaan merosot 2) Akibat penggunaan teknologi canggih 17
  • 18. c. Pengangguran normal/pengangguran friksional/pengangguran mencari. Timbul sebagai akibat dari orang yang punya kemampuan dan sedang bekerja, kemudian berhenti untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. 2. Akibat-akibat Buruk Pengangguran Pengangguran normal dan struktural tidak perlu dirisaukan, karena timbul akibat berlakunya pertumbuhan ekonomi. Sedang pengangguran konjungtur merupakan masalah serius, karena timbul akibat pertumbuhan ekonomi lambat dan resesi (kemunduran). a. Terhadap kegiatan perekonomian 1) Masyarakat tidak mencapai kemakmuran maksimum 2) Pendapatan pajak berkurang 3) Tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi b. Terhadap individu dan masyarakat 1) Kehilangan mata pencaharian 2) Kehilangan ketrampilan 3) Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik 3. Pengangguran di Negara-negara Berkembang a. Pengangguran tersembunyi (Undisguised unemployment) Dalam suatu kegiatan perekonomian dengan jumlah tenaga kerja sangat berlebihan pengangguran ini dapat berlaku, karena kelebihan tenaga kerja tersebut sebagian dapat dipindahkan ke kegiatan ekonomi lainnya tanpa mengganggu tingkat produktivitas yang pertama. Contoh pengangguran tak kentara disektor pertanian. b. Pengangguan musiman (seasional unemployment) Pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu dalam satu tahun. Misal pada waktu kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya, maka pengangguran ini timbul. 18
  • 19. c. Setengah pengangguran (under employment) Pengangguran ini terjadi akibat tenaga kerja yang bekerja dalam jumlah jam kerja yang terbatas. Masalah ini banyak dijumpai di sektor informal. d. Pengangguran sukarela dan tidak sukarela Pengangguran sukarela adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu. Contoh mahasiswa, pelajar dan ibu rumah tangga. Pengangguran tidak sukarela (involuntary unemployment), yaitu pada suatu tingkat upah tertentu tenaga kerja secara aktif mencari kerja, tapi mereka tidak dapat memperolehnya. 19
  • 20. BAB V PENGANTAR EKONOMI INTERNASIONAL A. Sebab-sebab Timbulnya Perdagangan Internasional 1. Memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri. 2. Memperoleh teknologi modern dari negara lain. 3. Memperluas pasar-pasar produk dalam negeri. 4. Memperoleh keuntungan spesialisasi. a. Keuntungan mutlak Keuntungan dari efisiensi dalam menghasilkan barang dibanding negara lain. Tabel 5.1 Produksi seorang pekerja (dalam setahun) Negara Kain (meter) Beras (kg) A 500 2.000 B 750 1.800 b. Keuntungan berbanding Keuntungan yang didasarkan akan dasar tukar dalam negeri. Tabel 5.2 Keuntungan Berbanding Per Unit Output Negara Radio Anggur Dasar Tukar Dalam Negeri A 2 Hari 4 Hari 1 Radio = 2 Anggur B 3 Hari 5 Hari 1 Radio = 1,5 Anggur Bila kedua negara bersepakat melakukan spesialisasi, negara B menghasilkan radio dan negara A menghasilkan anggur. Dasar tukar yang dianggap menguntungkan adalah 1 Radio = 1,8 Anggur. Maka negara B akan memperoleh anggur 0,3 dari satu radio yang 20
  • 21. ditukarkan. Negara A akan menghemat 0,2 anggur untuk memperoleh satu radio. B. Syarat Perdagangan (Term of Trade) Menggambarkan perbandingan antara harga barang yang diekspor oleh suatu negara dengan barang-barang yang diimpornya. Formulasi ; Syarat Perdagangan = Px : Pm. dimana ; Px = indeks harga barang ekspor Pm = indeks harga barang impor Dimisalkan Perancis mengeskpor televisi ke Kanada dan mengimpor radio dari Kanada. Kurs pertukaran antara radio dan televisi ; 1,5 : 1. Dengan demikian dapat diketahui syarat perdagangan untuk masing-masing negara. Untuk Kanada syarat perdagangannya adalah harga radio/televisi = 2/3. Untuk Perancis adalah harga televisi/harga radio = 1,5. C. Penentuan Nilai (Kurs) Valuta Asing 1. Penentuan dalam pasar bebas a. Permintaan valuta asing Permintaan akan valuta asing di sini, akan dikaitkan dengan keinginan penduduk suatu negara untuk membeli barang dari negara valuta asing tersebut. Misal harga blue jeans buatan AS adalah US $ 50. Bila satu dollar sama dengan Rp 2.000,- ; Rp 3.000,- ; atau Rp 1.000,-, maka harga blue jeans tersebut Rp 100.000,- ; Rp 150.000,- ; atau Rp 50.000,-. Dengan demikian, makin murah nilai dollar, makin murah pula harga barang-barang Amerika dinyatakan dalam rupiah. Sehingga makin murah harga mata uang dollar, makin banyak dollar yang akan diminta. b. Penawaran valuta asing Untuk memudahkan pemahaman ini, kita menggunakan contoh keinginan penduduk Amerika membeli kemeja batik buatan Indonesia. 21
  • 22. Harga kemeja batik Indonesia Rp 90.000,-, kurs alternatif satu dollar Amerika Rp 1.000,- ; Rp 2.000,- ; atau Rp 3.000,-. Harga kemeja batik yang harus dibayar orang Amerika dengan masing-masing kurs alternatif di atas adalah : US$ 90 ; US$ 45 ; dan US$ 30. Dengan begitu orang Amerika menyukai kemeja batik dengan harga US$ 30, karena paling murah. Kesimpulan ; makin mahal harga mata uang dollar, makin banyak penawarannya, sebaliknya bila harga dollar murah penawarannya makin sedikit. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs pertukaran 1) Perubahan dalam citarasa masyarakat. 2) Perubahan harga dari barang-barang ekspor. 3) Perubahan dalam tingkat bunga dari tingkat pengembalian investasi 4) Kenaikan harga-harga umum (inflasi). 5) Perkembangan ekonomi. 2. Kurs Tetap atau Kurs Resmi Kurs pertukaran ditetapkan oleh pemerintah dan dipertahankannya untuk periode yang lama. Dalam perekonomian yang mengalami masalah kekurangan mata uang asing akan muncul pasar gelap. Hal ini disebabkan karena impor melebihi ekspor dan aliran modal keluar melebihi aliran modal masuk. a. Menentukan nilai kurs tetap Untuk menjelaskan penentuan nilai kurs tetap dapat dilakukan dengan bantuan gambar di bawah ini 22
  • 23. Gambar 5.1 Perbandingan Kurs Bebas dengan Kurs Tetap Kurs dollar (rupiah) S D M N 3000 Under valued 2000 E A B Over valued 1000 S D Q0 Jumlah Dollar AS Kurva DD ; permintaan dollar AS oleh penduduk Indonesia Kurva SS ; penawaran dollar oleh penduduk AS Titik E ; kurs yang ditentukan oleh mekanisme pasar bebas (Rp 2.000,-) Bila pemerintah menetapkan kurs Rp 1.000,- untuk tiap dollar (bukan Rp 2.000,-), maka ini dinamakan lebih tinggi atau over valued. Dengan demikian penduduk Indonesia memperoleh dollar AS dengan harga yang lebih murah. Sebaliknya bila pemerintah menetapkan kurs Rp 3.000,- untuk tiap dollar AS, maka ini dinamakan terlalu rendah atau under valued. Dengan demikian penduduk Indonesia memperoleh dollar AS dengan harga yang lebih mahal. b. Pandangan penyokong kurs tetap 1) Akan menimbulkan suasana kepastian dalam perdagangan luar negeri. 2) Akan mengurangi spekulasi jual beli mata uang. 3) Akan menstabilkan harga-harga di dalam negeri 23
  • 24. Kritik Sistem kurs tetap pada waktu-waktu tertentu harus melakukan perubahan yang cukup besar atas mata uang asing, sehingga lebih menimbulkan ketidakpastian. c. Implikasi-implikasi penggunaan sistem kurs tetap 1) Pengaruhnya terhadap cadangan valuta asing Sistem kurs tetap yang ditetapkan pemerintah secara overvalued (lihat gambar 5.1) akan menyebabkan permintaan dollar lebih besar dibanding penawarannya (sebesar A – B). Akibatnya pemerintah harus menjual cadangan yang dimilikinya, dan akan muncul pasar gelap yang menjual dengan harga lebih tinggi dari kurs yang ditetapkan pemerintah. Sebaliknya sistem kurs tetap yang ditetapkan pemerintah secara undervalued akan menyebabkan penawaran dollar yang lebih besar dibanding permintaannya (sebesar M – N). Akibatnya permintaan akan dollar dengan harga bebas menjadi lebih besar, sehingga pemerintah harus membeli kelebihan penawarannya dengan harga yang telah ditetapkannya sendiri. 2) Kurs tetap dan devaluasi serta revaluasi Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang atas mata uang negara lain. Kurs tetap yang overvalued yang menyebabkan ekspor merosot perlu dilakukan devaluasi. Revaluasi adalah menaikkan nilai mata uang suatu negara terhadap negara lain. Kurs tetap yang undervalued akan menekan import dan mendorong ekspor. D. Neraca Pembayaran Merupakan suatu neraca pembukuan yang menunjukkan nilai berbagai jenis transaksi (mutasi) keuangan yang dilakukan diantara suatu negara dengan negara lain dalam satu tahun tertentu. 24
  • 25. Tabel 5.3 Neraca Pembayaran Indonesia, Tahun Terpilih di Antara 1969 - 1993 ( dalam jutaan dolar Amerika) Jenis Transaksi 1969 1980 1985 1990 1993 A. Transaksi berjalan 1. Barang a. Ekspor 995 17.489 49.901 26.807 37.186 b. Impor 995 9.962 14.427 29.198 2. Jasa-jasa -425 -5.537 -7.663 -8.592 -10.876 3. Pemberian --- 20 --- --- --- B. Lalu lintas modal 1. Modal pemerintah 284 1.773 4.783 633 748 2. Modal swasta 71 -1.315 1.191 4.113 5.583 C. Jumlah (A)+(B) -70 2.478 1.823 1.506 3.443 D. Selisih Perhitungan 50 -788 247 293 -2.716 E. Kedudukan neraca pembayaran : +20 -1.690 -2.070 -2.099 -727 defisit (+) / Surplus (-) Sumber : Bank Indonesia, Laporan Tahunan, beberapa tahun. C. Mengatasi Ketidakseimbangan Perdagangan Internasional Banyak negara yang mengalami surplus perdagangan internasional karena menerapkan praktek politik dumping, walau di sisi lain mengakibatkan negara-negara lain mengalami defisit. Untuk menembus isolasi/benteng pasar yang menerapkan politik dumping ini diusahakan melalui putaran Uruguay dengan GATT-nya (sekarang WTO) dengan tujuan untuk mencipta- kan perdagangan yang lebih adil. Namun putaran ini mengalami kegagalan karena adanya blok-blok perdagangan untuk posisi tawar-menawar. Blok- blok tersebut antara lain : 1. AFTA = Asean Free Trade Area 2. EEA = European Economics Area 3. NAFTA = North American Free Trade Area Tindakan-tindakan untuk mengatasi ketidakseimbangan : 1. Devaluasi; menurunkan nilai mata uang suatu negara terhadap negara lain. 25
  • 26. 2. Kebijaksanaan tarif a. Jenis-jenis tarif; bea ekspor, transito dan tarif impor. b. Efek tarif 1) Price effect 2) Consumption effect 3) Protective / import substitution effect 4) Redistribution of income effect Gambar 5.2 Efek Tarif di Negara A P B C P1 A G F E P S D Q1 Q2 Q3 Q0 Q Keterangan : OP = Harga barang impor di dalam negeri OQ1 = Produksi domestik dengan harga OP OQ0 = Demand dalam negeri Q1Q0 = Barang impor Negara A menaikkan harga menjadi OPT atau sebesar PPT akibatnya : 1) Harga di dalam negeri naik menjadi OPT (Price effect) 2) Permintaan turun menjadi OQ3 (Consumption effect) 3) Produksi dalam negeri naik menjadi OQ 2 (Protective/impor substitution effect) 4) Pendapatan pemerintah dari tarif sebesar BCFG (Revenue effect) 5) Tambahan pendapatan untuk produsen dalam negeri sebesar PPT AB (redistribution effect) 3. Kebijakan Quota ekspor dan impor 26
  • 27. BAB VI PERTUMBUHAN EKONOMI A. Pendahuluan Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan ekonomi makro, sebab dapat memperlihatkan tingkat kesejahteraan ekonomi yang lebih baik dan dirasakan penduduk suatu negara, pertumbuhan ekonomi hanya menyangkut fisik berupa produksi barang dan jasa. Sedang perkembangan ekonomi mencakup kualitas barang dan jasa yang dihasilkan serta kualitas faktor-faktor yang digunakan. B. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan perekonomian suatu negara dalam satu tahun yang dinyatakan dengan harga pasar. 2. Pendapatan perkapita Jumlah PDB nasional dibagi jumlah penduduk. 3. Pendapatan perjam kerja. 4. Harapan hidup di waktu lahir. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 1. Perkembangan teknologi 2. Kualitas tenaga kerja 3. Akumulasi modal / kapital 4. Sumber daya alam 5. Faktor sosial Keamanan, politik, adat istiadat, agama, pemerintahan, dan sebagainya. D. Teori Pertumbuhan Ekonomi 1. Teori klasik Faktor-faktor determinan ; jumlah penduduk, jumlah stock barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta teknologi. Perhatiannya menitik 27
  • 28. beratkan pada pertumbuhan penduduk ; faktor-faktor lain dianggap Giffen. Menurut klasik hukum hasil yang semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tidak kontinyu, akibatnya hasrat investasi makin menurun dan produktivitas penduduk menjadi negatif. Pada akhirnya kemakmuran masyarakat turun kembali dan perkembangan ekonomi sangat rendah, dan pendapatan perpekerja hanya cukup untuk hidup (subsistence). Keadaan yang demikian dinamakan stationary state (keadaan tidak berkembang). Menurut klasik masyarakat tidak akan mampu menghalau terjadinya keadaan tidak berkembang, mereka hanya mampu mengundurkan terjadinya keadaan tersebut Atas dasar pandangan klasik itu, ditemukanlah “teori penduduk optimal” yang menjelaskan hubungan antara pendapatan per kapita dengan jumlah penduduk. Dengan berlakunya hukum hasil semakin berkurang, pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi makin lamban pertumbuhannya, keadaan ini terjadi bila penduduk bertambah terus, maka pada jumlah tertentu produksi marginal sama dengan pendapatan perkapita. Pada keadaan inilah pendapatan perkapita mencapai nilai malsimal. Gambar 6.1 Y Pendapatan Perkapita Y pk Penduduk optimal Po Jml. Penduduk 2. Teori Schumpeter Ia menekankan pentingnya peranan pengusaha yang terus melakukan 28
  • 29. inovasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan efisiensi, memperluas pasar, mengembangkan sumber bahan baku, dan mengada- kan reorganisasi. Ia menggabungkan investasi menjadi : a. Investasi otonom; akibat adanya inovasi b. Investasi terimbas, akibat pendapatan nasional meningkat. Menurutnya, makin tinggi tingkat kemajuan ekonomi suatu negara, makin terbatas kemungkinan suatu negara untuk inovasi, akibatnya pertumbuhan ekonomi makin lambat, yang pada akhirnya tercapai tingkat “Stationary state”. Schumpeter memandang stationary state dicapai pada tingkat pembangunan yang tinggi, sedang klasik memandangnya hal itu terjadi pada waktu perekonomian telah berada kembali di tingkat cukup hidup, yaitu pada tingkat pendapatan yang sangat rendah. 3. Teori Neo Klasik Bila menurut Harrod – Domar, pertumbuhan ekonomi hanya dapat dicapai dengan pengeluaran agrerat investasi secara kontinyu pertumbuhan yang ditentukan (Warrented rate of growth). Sedang Neo Klasik melihatnya dari segi penawaran (Abramovits dan Solow), pertumbuhan ekonomi tergantung pada faktor-faktor produksi. ∆Y = f ( ∆K, ∆L, ∆T ) ..........................................( 1 ) Formulasi tingkat pertumbuhan (Solow) G = m . ∆K + b . ∆L + ∆T ............................. (2) Dimana “m” dan “b” adalah tingkat produktivitas Contoh : Dimisalkan m = 0,25 ; artinya tiap Rp. 1.000,- pertambahan modal menghasilkan Rp. 250,- pertambahan pendapatan nasional b = 0,75 (artinya tiap pertambahan tenaga kerja menghasilkan 75 % dari tingkat produksi pertumbuhan tenaga kerja. Dan perkembangan produktivitas akibat perubahan teknologi adalah 5 %. Pertumbuhan barang modal dan tenaga kerja masing-masing 10 % dan 2 % maka : g = 0,25 (10) + 0,75 (2) + 5 29
  • 30. g = 9 persen E. Masalah Kependudukan Secara umum ; kuantitatif dan kwalitatif Secara khusus di negara berkembang 1. Angka kelahiran tinggi. 2. Tingkat kematian dini. 3. Migrasi penduduk. Gambar di bawah ini menjelaskan transisi demografis Pola A Tahap I : Tingkat kelahiran dan tingkat kematian tinggi dan laju pertumbuhan penduduk masih rendah. Tahap II : Tingkat kematian menurun, tingkat kelahiranpun turun akibat pendidikan dan teknologi, kedokteran maupun industrialisasi, sehingga laju pertumbuhan jumlah penduduk tidak terlalu tinggi. Tahap III : Karena adanya program KB tingkat kematian dini rendah dibarengi tingkat kelahiran yang rendah. Laju pertumbuhan penduduk negatif karena tingkat kelahiran lebih kecil dari tingkat kematian. Pola B Tahap I : Tingkat kelahiran tinggi dan kematian tinggi laju pertumbuhan penduduk rendah. Tahap II : Tingkat kelahiran masih tinggi dan kematian turun, sehingga pertumbuhan penduduk semakin cepat. Tahap III : Tingkat kelahiran sedikit turun mengikuti kematian yang rendah, akibatnya pertumbuhan jumlah penduduk masih relatif tinggi. Pola C Tahap I : Pada umumnya di negara terbelakang, tingkat kelahiran tinggi dan kematian tinggi, pertumbuhan penduduk relatif rendah. Tahap II : Dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran kematian dapat 30
  • 31. detekan dan kelahiran tidak menurun sampai pada tahap III. Akibatnya pertumbuhan penduduk tetap tinggi bahkan lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Gambar 6.2 : Transisi Demografi Tingkat Kelahiran Kematian 35 30 25 20 Kelahiran 15 10 Kematian Tahap I Tahap II Tahap III 0 (A) Waktu Tingkat Kelahiran Kematian 40 30 25 20 Kelahiran 10 Kematian Tahap I Tahap II Tahap III 0 Waktu (B) 31
  • 32. Tingkat Kelahiran Kematian 40 Kelahiran 30 25 20 10 Kematian Tahap I Tahap II Tahap III 0 (C) Waktu 32
  • 33. Tingkat Kelahiran Kematian 40 Kelahiran 30 25 20 10 Kematian Tahap I Tahap II Tahap III 0 (C) Waktu 32
  • 34. Tingkat Kelahiran Kematian 40 Kelahiran 30 25 20 10 Kematian Tahap I Tahap II Tahap III 0 (C) Waktu 32
  • 35. Tingkat Kelahiran Kematian 40 Kelahiran 30 25 20 10 Kematian Tahap I Tahap II Tahap III 0 (C) Waktu 32