Laporan praktikum preservasi dan konservasi bahan pustaka di Perpustakaan Nasional RI menjelaskan tentang berbagai kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan bahan pustaka seperti bleaching, leaf casting, mending, laminasi, dan enkapsulasi. Laporan ini juga membahas proses penjilidan bahan pustaka dengan menggunakan benang."
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
JUDUL
1. 1
LAPORAN PRAKTIKUM PRESERVASI DAN KONSERVASI
BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas Mata Kuliah Preservasi dan
Konservasi Media Informasi
Disusun Oleh :
Syifa Najiah 1205400
PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013/2014
2. 2
LAPORAN PRAKTIKUM PRESERVASI DAN KONSERVASI BAHAN
PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
Berdasarkan Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 perpustakaan adalah
institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan karya rekam secara
profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan,
penelitian, pelestarian, dan rekreasi bagi para pemustaka. Jadi fungsi perpustakaan
adalah mengumpulkan, menata, melestarikan, dan menyediakan semua jenis
bahan perpustakaan dalam berbagai bentuk.
Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa salah satu fungsi perpustakaan yaitu
melestarikan semua jenis bahan perpustakaan dalam berbagai bentuk, baik fisik
maupun informasi yang dikandung perlu dilestarikan bersama sebagai suatu
rekaman budaya atau sejarah kehidupan bangsa yang menjadi kebanggaan dan
acuan dalam pengembangan budaya bangsa di masa mendatang.
Istilah pemeliharaan dokumen banyak dikenal dengan istilah pelestarian
bahan pustaka (dokumen). Kata konservasi dan preservasi yang biasa
diterjemahkan dengan kata pelestarian berasal dari bahasa inggris conservation
dan preservation. Dalam kamus inggris-indonesia yang disusun oleh John M.
Echols dan Hassan Shadily, kedua kata ini mempunyai arti yang hampir sama.
Konservasi berarti perlindungan, pengawetan, sedangkan preservasi berarti
pemeliharaan, penjagaan, dan pengawetan.
Menurut Wendy Smith dari National Library of Australia Preservation
adalah semua kegiatan yang bertujuan memperpanjang umur bahan pustaka dan
informasi yang ada di dalamnya. Ia juga mengemukakan bahwa Conservation
adalah kegiatan yang meliputi perawatan, pengawetan dan perbaikan bahan
pustaka oleh konservator yang profesional. (Purwono, 2009, p.48-49)
Intinya preservasi dan konservasi memiliki tujuan yang sama yaitu
memelihara dan memperbaiki bahan pustaka agar dapat digunakan dalam waktu
3. 3
yang lama. Kegiatan preservasi dan konservasi ini tentu dilakukan disetiap
perpustakaan terutama di Perputakaan Nasional Republik Indonesia. Adapun
kegiatan-kegiatan yang dilakukan diantaranya :
I. PERAWATAN DAN PERBAIKAN BAHAN PUSTAKA
Didalam prose perawatan dan perbaikan bahan pustaka ini terdapat beberapa
kegiatan lain seperti :
A. Bleaching (Memutihkan)
Kegiatan bleaching ini bertujuan untuk memutihkan bahan pustaka yang
sudah kecoklatan agar terlihat bagus baik informasi didalamnya maupun fisik
bahan pustaka itu sendiri.
Bahan yang diperlukan :
- Kawat nyamuk / penyanggah
- Larutan kimia yaitu PK (Permanganat Kalium)
- Air oksalit exite
- Air biasa
- Kertas lakmus
- Larutan magnesium karbonat
Adapun langkah kerjanya yaitu :
1. Awalnya buku dipisahkan dari jilidnya lalu diberi nomor urut tiap kertas
secara manual (pagenasi), tujuannya untuk mengetahui susunan atau letak
buku yang sebenarnya agar mudah dalam menyatukannya kembali.
2. Lalu buku dibongkar lembar demi lembar.
3. Tiap lembar kertas diapit oleh penyanggah atau kawat nyamuk agar
lembaran kertas itu tidak menjadi rusak pada saat pemutihan berlangsung
dilihat dari lembaran kertas yang sangat rapuh dan mudah robek, apalagi
bila terkena air mudah sekali hancur.
4. Rendam kertas yang diapit tadi dengan air biasa
4. 4
5. Kemudian angkat lembaran kertas dan rendam kembali dengan air PK
(Permanganat Kalium) selama 15-30 menit tergantung karakter kertas.
Tujuannya agar mengangkat kotoran pada kertas atau bahan pustaka
6. Angkat dan bilas lembaran kertas dengan air yang dicampur oksalit exite
7. Kemudian rendam kembali dengan air magesium karbonat ± 1 jam
8. Selanjutnya angkat dan keringkan lembaran kertas dengan cara didiamkan
dan tidak boleh terkena langsung cahaya matahari agar lembaran kertas itu
tidak mudah kembali rusak.
B. Leaf Casting (Membalut Lembaran)
Leaf Casting ini dilakukan untuk membalut atau menambal dokumen atau
lembaran yang berukuran besar seperti koran dan lain-lain. Dalam proses
pengerjaannya menggunakan mesin leaf casting.
Bahan yang diperlukan :
- Mesin leaf casting - Pewarna
- Blender - Spons
- Pulp (Buku Kertas) - polyster
- Handmade japanense tisue (Tisu jepang) - Air biasa
- Lem CMC - Kuas
Langkah kerjanya yaitu :
1. Pertama-tama blender kertas Pulp terlebih dahulu sebagai bahan
campurannya.
2. Beri water colour sesuai dengan warna dokumen
3. Letakkan dokumen yang akan di leaf Casting pada alas
4. Beri pembatas (lakban) fungsinya agar Pulp tidak kemana dan akan
terkonsentrasi pada dokumen.
5. Tutup dokumen lalu campurkan dengan PAP yang sudah diblender tadi
dengan menggunakan mesin leaf casting.
6. PAP akan mengisi lubang-lubang pada dokumen.
7. Angkat air yang ada pada dokumen dengan menggunakan spons.
5. 5
8. Angkat dokumen dari air lalu kita beri tisue jepang dengan ukuran 6 gr
pada pinggirnya dengan menggunakan lem CMC
9. Ditutup dengan streaming (kawat) lalu ulas pinggiran permukaan dokumen
dengan lem dengan menggunakan kuas.
10. Buka streming (kawat)
11. Pindahkan dokumen pada kain dengan permukaan dokumen yang dibalik
dan diratakan dengan spons agar merekat dengan kain
12. Keringkan dokumen dengan cara didiamkan.
13. Apabila dokumen sudah kering dokumen dipotong dan dirapikan.
C. Mending (Menyambung dan Menambal secara Manual)
Mending ini digunakan untuk menambal dan menyambung bahan
pustaka yang robek atau berlubang. Dalam proses mending ini terdapat 2
kegiatan yang dilakukan yaitu Menyambung dan Menambal, kedua kegiatan
ini memiliki langkah kerja yang berbeda.
Bahan yang diperlukan :
- Handmade Japanese Tisue (tisu jepang) RK 25
- Kertas yang berlubang
- Lem CMC
- Karet
- Cairan Aquades
- Kuas
- Pensil
Menyambung
1. Perhatikan tumpang tindih robekan.
2. Tempel/letakkan tisu jepang di ataa dokumen dengan ketebalan RK-1,
atau RK-0, 6 gr. atau 9 gr diatas sepanjang robekan, jangan terlalu panjang
atau pendek.
3. Oleskan lem diatas tisue secara tipis dan merata secara bolak balik
4. Kemudian tunggu hingga kering
6. 6
Menambal
1. Tisue ditempel ke yang tidak ada tulisannya / yang sedikit tulisan
2. Tempel bagian kasar tisue pada kertas agar punya daya rekat yang tinggi.
3. Gambar pola lubang pada tisu sesuai dengan ukuran lubang pada dokumen
dan dilebihkan 2 mm
4. Robek tisue agar menimbulkan serat. Robek tisu searah serat tepat pada
pola yang telah dibuat tadi.
5. Beri lem di sekitar lubang lalu tempel bagian tisu yang kasar pada
dokumen
6. Lalu diamkan hingga kering.
D. Laminasi
Laminasi ini berfungsi untuk melapisi kertas yang sudah rapuh.
Bahan yang diperlukan :
- Handmade japanese tisue (tisu jepang) dengan ukuran ketebalan RK
28/30
- Lem CMC
- Bahan pustaka yang akan dilaminasi
Langkah kerjanya yaitu :
1. Tempel dokumen diantara tisue atau letakkan dokumen diantara tisu.
2. Letakkan lem di tengah dokumen lalu tekan lem dari tengah ke pinggir
sampai setipis mungkin secara bolak balik dengan menggunakan karet
atau kuas.
3. Kemudian simpan diatas kain atau digantung untuk dikeringkan
E. Enkapsulasi Secara Manual
Bahan yang diperlukan :
- Milar/Melinex (Plastik bebas asam)
- Double Tipe
- Pemberat
7. 7
- Gunting
- Pisau potong (cutter)
- Penggaris
Adapun langkah kerjanya yaitu :
1. Letakkan dokumen ditengah-tengah plastik / diantara plastik
2. Letakkan pemberat diatasnya agar dokumen tidak bergerak
3. Tempelkan double tipe pada plastik dengan diberi jarak sekitar 2 mm
dengan dokumen tujuannya agar double tipe tidak menempel pada
dokumen dan memudahkan dalam pembukaan dokumen kembali
4. Berikan celah antara double tip 1 dengan yang lainnya
5. Taruh plastik lagi diatasnya dan berikan berat
6. Buka double tipe tiap ujungnya terlebih dahulu
7. Usap plastik agar double tip menempel secara rapi
8. Potong plastik sejajar dengan double tipe dengan menggunakan penggaris
dan cutter
II. PENJILIDAN BAHAN PUSTAKA
Pada umumnya koleksi yang ada di perpustakaan dalam jangka waktu
tertentu pasti akan mengalami kerusakan. Pelestarian bahan perpustakan sangat
diperlukan guna menunjang fungsi layanan perpustakaan, sehingga dapat
menyediakan koleksi bahan perpustakaan dalam kondisi terpelihara dengan baik,
utuh dan siap pakai. Salah satu metode dalam pelestarian bahan perpustakaan
adalah melalui penjiidan.
Pengertian penjilidan adalah proses, cara menjilid bahan perpustakaan
dengan tujuan untuk melindungi koleksi dari kerusakan. Kegiatan penjilidan
termasuk dalam kegiatan konservasi yang meliputi perbaikan bahan perpustakaan
yang rusak agar kondisinya bisa dikembalikan seperti aslinya. Untuk itu
diperlukan pengetahuan teknis cara menjilid agar mutu jilidan sesuai dengan
maksud dan tujuannya serta bentuk jilidannya bisa diwujudkan secara maksimal.
8. 8
Kebijakan untuk menjilid bahan perpustakaan secara ideal harus melalui
prosedur dan tata cara sebagaimana alur kerja yang seharusnya dilakukan antara
pihak pustakawan dan penjilid/binder agar dicapai hasil yang maksimal. Adapun
proses penjilidan di Perpusnas RI diantaranya :
A. Penjilidan Dengan Benang (Tread Binding)
Menjilid dengan benang merupakan sistem penjilidan yang paling baik
mutunya. Kekuatan jilidan sangat bagus dan kemudahan untuk dibuka serta
dibentangkan dengan posisi 180 derajad menyebabkan sistem jilidan ini
banyak dipakai untuk buku-buku berkualitas tinggi, seperti ensiklopedia,
kamus, buku teks, buku pedoman, dan lain sebagainya. Ditinjau dari aspek
konservasi buku dengan sistem jilid benang ini mempunyai kekuatan yang
lebih baik dari pada sistem jilid lainnya, seperti jilid kawat dan jilid lem .
Bahan dan peralatan yang diperlukan :
Langkah kerjanya yaitu :
9. 9
Menjilid Dengan 1 Kuras (Tanpa Pita)
1. Kertas dilipat menjadi 2 bagian dengan menggunakan
tulang pelipat, untuk mendapatkan hasil yang baik tekan
kertas dengan tulang pelipat ke sisi atas dan bawah.
2. Urutkan lipatan kertas sesuai dengan nomor urut halaman,
bilamana yang dijilid berupa buku teks, maka dibuat
kuras-kuras (1 kuras terdiri atas 4,8,12,16 halaman dst )
3. Gabungkan sampul karton dengan bagian isi. Bagian
punggung yang akan dijahit ditandai untuk menentukan
jumlah tusukannya. Buku dengan ukuran 16,5 x 21,5
cm ( 1/2 folio) cukup dijilid dengan tiga tusukan .
Sedangkan buku ukuran folio 21,5x 33 cm atau lebih
maka penjilidannya lebih sesuai dengan lima tusukan.
4. Siapkan benang dan jarum, masukkan benang ke dalam jarum. Agar
benang lebih kuat digosok dengan lilin. Benang yang dipakai cukup satu
helai saja dan ujungnya diikat dengan cara ditusukkan ke ujung jarum.
5. Jahit buku tersebut dimulai dari bagian dalam. Mula-
mula dari tengah (lubang 2) keluar masuk ke lubang 3.
Dari lubang 3 ke lubang 1 melewati lubang 2,
kemudian masuk kembali ke lubang 2
6. Setelah dijahit sisa benang diikat mati dan dipotong
kira-kira sepanjang 3 cm.
7. Press buku yang telah dijahit dengan alat press. Pengepresan tidak terlalu
lama dan apabila lipatan pada punggung buku sudah terlipat erat maka
buku dapat dikeluarkan
10. 10
8. Rapikan sisi buku dengan menyisir sesuaikan
dengan ukuran buku yang diinginkan. Untuk
melindungi permukaan meja dari sayatan
pisau gunakan cutting mate/bord sebagai
alasnya, penggaris besi sebagai pembatas dan
pisau potong sebagai alat potongnya.
Merapikan sisi buku dengan pisau potong hanya untuk buku dengan
jumlah halaman yang tidak terlalu banyak. Untuk buku tebal
penyisirannya harus menggunakan mesin potong.
Teknik Menjilid Multi Kuras (Di Atas Pita)
Buku dengan multi kuras bagian isinya lebih dari satu kuras. Setiap
kuras berisikan lembar halaman yang telah disusun berdasarkan nomor
urutnya.Kuras-kuras tersebut kemudian digabungkan menjadi satu dan dijahit
dengan benang di atas pita yang berfungsi sebagai pengikat dari gabungan
antara kuras yang satu dengan kuras lainnya. Adapun langkah kerjanya yaitu :
1. Langkah 1 dan 2 hampir sama dengan proses menjilid satu kuras diatas.
2. Selanjutnya Ukur dan tentukan posisi
jahitnya. Mula-mula diukur dari sisi kepala
ke arah sisi ekor. Jarak dari kepala ke lubang
1= 2,5 cm, jarak dari lubang 1 ke lubang 2=
3,5 cm., jarak dari lubang 2 ke Iubang3 = 1,5
cm (lebar pita)
3. Tanda-tanda yang akan jahit tersebut kemudian
dilubangi dengan mempergunakan gergaji. Pada
waktu menggergaji perlu diperhatikan agar
lubang tidak terlalu dangkal ataupun terlalu
dalam, cukup sampai menembus pada halaman
kuras sebelah dalam. Lubang ini diperlukan untuk mempermudah jalannya
jarun jahit dan benang pada waktu menjahit
11. 11
4. Perdalam lubang apabila belum tembus sampai ke halaman kuras sebelah
dalam dengan menggunakan pusut. Pada waktu memperdalam lubang
sebaiknya kuras diletakkan di atas selembar bord dari punggungnya lubang
yang belum tembus tersebut ditusuk dengan pusut.
5. Jahit kuras satu-persatu yang dimulai dari kuras terakhir (kalau untuk
penjilidan majalah vol/nomor yang paling akhir dalam bendel yang
dimaksud, untuk penjlidan surat kabar maka tanggal yang paling akhir
dalam bendel yang dimaksud). Untuk memudahkan penjahitan maka perlu
bantuan pemberat agar posisi dari kuras yang dijahit tidak bergeser
6. Jahit tumpukan kuras sebagai berikut : mula-
mula jarum dimasukkan kedalam lubang
nomor 1 (sisi ekor), ke luar no 2 (melompati
pita), masuk nomor 3, keluar nomor 4
(melompati pita), masuk nomor 5, keluar
nomor 6 (sisi kepala)
7. Apabila kuras pertama selesai maka lanjutkan pada kuras berikutnya,
pemberat pada kuras pertama diambil dan letakkan pada kuras yang akan
dijahit.
8. Ulangi proses penjahitan seperti pada langkah 6.
9. Apabila proses penjahitan telas selesai maka ikat mati benang untuk
selanjutnya dilakukan proses pengcoveran.
B. Penjilidan Dengan Lem (Perfect Binding)
Selain dijilid dengan kawat dan benang, buku dapat pula dijilid tanpa
benang yaitu dengan mempergunakan lem. Pada penjilidan buku dengan lem
yang dijilid berupa lembaran lepas bukan berupa kuras,. Kekuatan jilidan
sangat tergantung cara pengasaran, pengeleman dan jenis lem yang
digunakan. Pada umumnya lem yang dipakai untuk menjilid adalah lem
sintetis seperti rakol,indrakol,fox dan lain sebagainya.
12. 12
Bahan dan peralatan yang diperlukan :
Tahapan kerjanya yaitu :
1. Susun lembar halaman yang akan dijilid berdasarkan nomor urutnya
apabila yang dijilid adalah buku teks. Periksa apakah ada halaman yang
kurang, terbalik, kotor ataupun kurang jelas cetak
annya.
2. Press lembar halaman yang akan dijilid tersebut
dengan alat press dan pastikan tepi buku sudah rata
13. 13
3. Goreskan pisau potong (cutter) pada
buku dan sebaiknya bersilang dan jangan
terlalu dalam yang penting lem dapat masuk
pada goresan tersebut.
4. Beri perekat pada punggung buku. Lapisan
lemnya jangan terlalu tebal yang perlu
diperhatiakan ialah lapisan lem harus
merata diseluruh punggung blok buku
5. Setelah dilem kemudian buku diletakkan di atas bord seukuran buku
dimasing-masing permukaannya. Jika punggung buku belum rata,
pukulkan punggung buku ke permukaan
meja yang telah diberi alas bord saat
sebelum lem mengering, jika lem terlanjur
kering maka sulit untuk dapat meratakan
posisi punggung buku tersebut, akibatnya
hasil jilidan kurang baik dan agak sulit
sewaktu pemasangan sampulnya. Setelah
punggung buku rata, buku diletakkan kembali ke alat press.
6. Potong kain kassa seukuran lebih
dari punggung buku, kemudian tempelkan
ke punggung buku tersebut dan setelah itu
beri lem kembali ke permukaan kain
kassa. Tunggu sampai blok buku mengering.
7. Setelah kering rapikan kasa dan buang yang tidak perlu.
8. Selanjutnya Potong lembar pelindung untuk blok buku kertas untuk
lembar pelindung lebih tebal daripada kertas HVS 100 gram/m2, contoh
Qonqueror, keasing, dan lain sebagainya. Ukuran dari lembar pelindung
14. 14
sama dengan ukuran bentangan halaman blok buku misalnya ukuran buku
: 16 x21 cm maka ukuran dari lembar pelindungnya adalah : 21x 32 cm
kemudian lipat lembar pelindung menjadi dua dengan tulang pelipat. .
Beri perekat selebar 0,5 - 1 cm pada sisi muka
9. Pasang lembar pelindung pada bagian atas dan
bawah blok buku. Lembar pelindung berfungsi
sebagai pelindung bagian isi dan juga sebagai
engsel yang menghubungkan blok buku dengan
bagian sampul selanjutnya Tempelkan pita capital
pada punggung buku.
10. Buat lembar penguat
untuk punggung buku.Jenis kertas
sama seperti kertas untuk lembar
pelindung, ukurannya : tingginya
sama dengan tinggi blok buku
dikurangi 1 cm, dan lebar; (2x4 cm)
+tebal punggung buku. Misalnya
buku dengan ukuran 16,5 x 21,5cm,
tebal punggung 2 cm, maka ukuran lembar penguat dengan sudut 45 °
jarak dari sudut ke masing-masing sisinya adalah 2,5
cm.
11. Tempelkan lembar penguat tepat di tengah-tengah
punggung buku dan jadilah sebuah blok buku.
C. Pembuatan Sampul
Sampul buku merupakan bagian yang juga sangat menentukan kekuatan
jilidan sebuah buku. Sebagai pelindung isi dan untuk menarik minat pembaca.
Sampul berperan juga dalam menentukan kualitas buku dan nilai jual dari
buku yang diproduksi apakah akan diterbitkan dalam edisi mewah/lux
15. 15
ataukah dalam edisi biasa. Fungsi sampul adalah sebagai pelindung isi buku
dan sebagai alat promosi, untuk menarik minat membaca.
Pembuatan Sampul Keras (Hard Cover)
Bahan dan peralatan yang dibutuhkan :
- Kertas linen atau bucram - Engsel
- Kain lap/mahyong - Bord ukuran 100
- Kuas segitiga - Tulang pelipat
- Bord ukuran 30 - Kertas quenqeror
- Lem APV - Alat Potong linen
- Alat potong bord
Tahapan kerjanya yaitu :
1. Sisir ketiga sisi buku yang akan dibuatkan sampulnya (sisi kepala, sisi
muka dan sisi ekor) sesuai dengan ukuran buku
yang telah ditentukan
2. Bord no.40 potong untuk sampul muka dan
sampul muka dan sampul belakang dengan
ukuran : Lebarnya sama dengan lebar buku,
Tinggi seukuran dengan tinggi buku ditambah 6
mm (untuk pias atas 3 mm dan pias bawah 3 mm )
3. Potong bord no.100 untuk punggung dengan ukuran : lebar 4 cm (misal
tebal bukunya 4 cm) dan tinggi 21,6 cm (sama dengan tinggi bord
sampul)
4. Potong alur jepit sebanyak 2 buah dengan ukuran : Lebar =5- 7 mm,
Tinggi = tinggi bord sampul
5. Siapkan kertas quenqeror/kasing untuk meletakkan bord punggung, dan
bord sampul dengan uk.lebar 10 cm, tinggi = tinggi bord sampul
16. 16
6. Letakkan punggung tersebut ke kertas keasing
secara tegak lurus dan juga Letakkan alur jepit
seperti gambar disamping
7. Lem kedua bord sampul kira-kira 5 cm - 7 cm,
Letakkan bord di samping alur jepit lalu letakkan bord
sampul yang satu lagi lalu lepaskan jepitannya.
8. sampul di balik dan gosok dibagian yang telah di lem tadi
9. Potong linen dengan ukuran lebih besar 3 cm dari ukuran bentangan
bord sampul kemudian lem semua bagian linen dengan arah dari
tengah ke pinggir
10. Setelah di lem tempelkan permukaan bord sampul
ke linen. Gosok dengan kain bagian permukaan
bord dengan linen tadi agar lem merekat sempurna
11. Potong ke empat ujung linen
dengan sudut 45 derajat,beri jarak setebal bord
12. Lem ke dua pinggir linen dan rekatkan ke bord
13. Kemudian lem ke dua pinggir linen yang pendek dan lipat kedua
ujungnya sambil direkatkan ke bord, kemudian gosok dengan kain
17. 17
14. Selesai sudah pembuatan hard cover, dan langkah selanjutnya yaitu
menggabungkan dengan blok buku
15. Gabungkan sampul dengan blok buku dengan
posisi blok buku berada di tengah- tengah
sampul
16. Lem blok buku dengan arah dari
tengah ke pinggir sambil tangan yang satu menekan
pinggir dalam buku agar tidak bergeser
17. Tutup sampul dengan cara agak ditarik
18. Press buku dengan alat pengepres agar lem
merekat kuat dan merata Keluarkan buku dari
alat press kemudian bersihkan lem yang ada di
bagian dalam buku dengan kain mahjong
19. Buat rel pinggir buku dengan tulang pelipat
20. Buku telah selesai dikerjakan
III. PERAWATAN BAHAN MICROFILM
Perpustakaan Nasional RI sebagian besar koleksinya merupakan koleksi
yang sudah tua dan langka. Oleh karena itu, dokumen yang mempunyai nilai
budaya bangsa yang tak ternilai itu perlu dilestarikan dan dipelihara sehingga
kandungan informasi ilmiah dokumen asli tersebut dapat terus berlanjut dan
tersedia untuk masyarakat peneliti dimasa sekarang dan masa mendatang
Salah satu cara untuk melestarikan bahan perpustakaan adalah dengan cara
mengalih mediakan bahan perpustakaan konvensional ke media lain, yaitu dalam
bentuk mikro (mikrofilm dan mikrofis).
18. 18
Bahan yang Diperlukan :
- Kamera Planetary
- Role mikrofilm
- Mesin pencucian
- Cairan developer
- Cairan fixer
- Mika yang terbuat dari kulit sapi
Ada beberapa tahapan kegiatan yang harus diketahui bersama untuk melakukan
alih media bahan pustaka menjadi microfilm, adapun tahapan tersebut adalah :
A. Tahap Persiapan
1. Penyusunan dokumen awal, terlebih dahulu berkas disusun, dicek/ diteliti
halaman demi halaman yang dicatat pada selembaran data yang
merupakan data biblografis, sehingga bila ada bagian dokumen yang
hilang/ rusak di catat pada data bibliografis tersebut.
2. Upaya untuk melengkapi berkas atau halaman yang hilang dengan cara
menghubungi perpustakaan lain, atau pihak terkait yang bisa melengkapai
dokumen yang hilang tersebut. Sebaiknya segala macam upaya harus
dilakukan guna memperkecil kehilangan teks dan untuk mendapatkan hasil
yang baik.
3. Penyusunan bibiliografi target, bagilah jumlah halaman dokumen yang
akan dipotret dalam satu rol microfilm secara sistematis yang sesuai
dengan cara bibliogrifis dan lazim dipakai. Contoh koran terjilid dalam
satu tahun yang akan dipotret dibagi menjadi dua rol mikrofilm sesuai
dengan urutan kalender tahun masehi contoh 1 Januari 2010 s.d. 31
Desember 2010
4. Pastikan apakah dalam bibliografi target sudah tercatat dari mulai
penyusunan dari awal sampai pada akhir catatan mengenai bahan pustaka
yang hilang/ rusak
19. 19
B. Pemotretan Dokumen
1. Dimulai dengan pemasangan film pada camera, upayakan kondisi ruangan
gelap tanpa cahaya dengan tujuan menghindari film terbakar pada waktu
memasang. Berikut ini gambar arah memasukan film dalam kamera.
Jika film sudah dipasang dalam camera
kemudian reel kosong diputar searah
jarum jam sebanyak 6 x agar film
tergulung dalam spool kosong.
Film Baru Camera Reel kosong
2. Atur jarak antara dokumen dengan ketinggian, ketinggian disesuaikan
dengan dokumen yang akan dipotret. Jika tidak sesuai image yang terekam
dalam film akan kecil yang menyebabkan huruf akan sulit terbaca atau
gambar terpotong selain itu film terbuang sia-sia dalam pemakaiannya.
3. Atur cahaya sesuai dengan standar antara 08 s.d 1,0 densitometer.
Upayakan sinar yang jatuh pada dokumen rata di setiap sudut dan tidak
ada perbedaan.
C. Prosesing Film
1. Ruang prosesing film dalam keadaan gelap jika sedang memasukan film.
2. Jika aliran listrik mati, secepatnya film dalam cairan developer diputar
dengan cara manual agar tidak lama terendam dalam cairan developer.
Apabila terendam dalam developer tarlalu lama image akan hitam dan
tidak dapat terbaca sehingga harus dipotret ulang.
3. Film jamp/kusut diantara rol-rol serta Gear/gigi nanas pada mesin proses
bila ada yang patah akan membuat mesin proses berhenti.
20. 20
4. Saringan air pada mesin harus selalu bersih dari butir-butir partikel atau
kotoran lumpur, apabila tidak maka akan berdampak pada film yang
berakibat film tersebut akan tergores
5. Rak-rak mesin proses sehabis dipakai segera rendam dalam larutan
developer sistem cleaner agar kotoran di rak rontok kemudian bilas dengan
air dan keringkan
6. Upayakan air yang masuk dalam mesin tidak terlalu panas demikian juga
pada bagian pengering agar lapisan film tidak berawan.
D. Pemeriksaan Hasil Pemotretan
1. Pemeriksaan dilakukan dengan cara umum
2. Periksa bahan pustaka yang akan dimikrofilmkan apakah ada yang rusak
sebelum dan sesudah dimikrofilmkan, kemudian cocokan halaman yang
dipotret dengan halaman bahan pustaka sebelumnya.
3. Periksa kelengkapan jumlah halaman bahan pustaka yang akan dialih
bentuk mikrofilm dan jumlah halaman sesuadah dimikrofilmkan sama/tidk
4. Kondisi dan packing bentuk micro yng akan dipakai, dimana kotak rol
harus memenuhi standar pelestarian berupa kotak plastik yang stabil, jika
kotak microfilm terbuat dari bahan karton maka karton tersebut harus
bebas asam dan lignin, jika kotak tersebut dari plastik maka plastik
tersebut harus dari polyester, polypropelene atau polyethylene
5. Amplop untuk membungkus film yang seharusnya terbuat dari kertas yang
bebas asam dan bebas lignin.
6. Gunakan lebel kertas yang perekatnya stabil dan tintanya tidak blobor.
E. Penduplikasian Mikrofilm
Penduplikasian dilakukan untuk master dan juga untuk pelayanan.
Enduplikasian berarti penggandaan hasil copy menjadi generasi kedua atau
ketiga dari aslinya.
21. 21
1. Lihat dahulu jenis film yang akan di pakai untuk mengcopy. Apakah film
positif apau negatif. film positif banyak membutuhkan pencahayaan
sedangkan film negatif tidak membutuhkan penyinaran yang terang.
2. Pada saat memotong film sebaiknya dilakukan diruang gelap agar film
tidak terbakar.
3. Kedudukan film master didalam mesin duplikator terdapat pada spool
bawah, sedangkan film yang copy berada pada posisi spool atas.
4. Waktu yang dibutuhkan untuk penduplikasian mikrofilm ukuran 100 feet
biasanya ± 20 menit tiap rollnya.
5. Apabila lampu indikator telah berwarna merah, berarti penduplikasian
telah selesai
F. Penyimpanan Mikrofilm
1. Tempat penyimpanan rol film harus dapat dibuka dengan mudah dan
terbuat dari bahan bebas zat kimia yang dapat merusak film.
2. Dimensi luar wadah tidak boleh melebihi 101,6 X 101,6 mm X 39,7 mm
untuk ukuran film 35 mm.
3. Setiap wadah harus ada label pada satu bagian, yang mengandung
keterangan dari setiap liputan bibliografis tanpa menyisakan ruang lebel
itu. Label juga harus diberi nomor rol.
4. Tidak diperkenankan memakai tali karet pada gulungan mikrofilm, lebih
baik pakai potongan kertas yang bebas zat kimia asam.
5. Diberi tali kuat untuk menahan film pada rolnya
6. Jangan sampai film tergulung terlalu rapat pada rolnya, karena dapat
mengakibatkan tergoresnya film.
IV. REPRODUKSI BAHAN PUSTAKA
Adapun alur kerja dari bidang produksi ini diantaranya :
1. Persiapan
22. 22
a. Penelusuran, pengumpulan dan pencatatan bahan
b. Penelitian kondisi fisik bahan
c. Persiapan alat dan bahan siap reproduksi
Bahan yang Diperlukan :
- Kamera MAMIYA RB 67 dengan film 6 x 7
- Mesin canging bag
- Tabung proses
- Cairan developer film (D.76)
- Air bersih
- Cairan fixer
- Mesin ENLARGER
2. Proses Pemotretan
a. Persiapkan kamera yang akan digunakan, di
Perpusnas ini menggunakan kamera MAMIYA
ARB 67 dengan film 6x7
b. Selanjutnya pengaturan focus terhadap objek gambar.
c. Pengaturan sinar yang merata pada objek gambar tujuannya agar objek
yang akan dipotret terlihat jelas dan bagus.
d. Pengaturan ketepatan diafragma terhadap objek gambar
e. Pemilihan ASA film pada kamera
f. Pengaturan waktu yang diperlukan film untuk menangkap cahaya
g. Obyek siap dipotret
3. Proses Pencucian
a. Pemasukan film pada CANGING BAG dalam ruang gelap, tidak boleh
terkena cahaya agar film tidak terbakar.
b. Pemindahan rol negatif ke rol khusus
pemrosesan lalu dimasukan ke tabung proses.
23. 23
c. Pemasukan developer film (D.76) kedalam tabung tersebut yang terisi air
bersih, kemudian diamankan selama 7 s.d 8 menit lalu dibuang airnya
d. Pemasukan cairan fixer kedalam tabung selama lebih kurang 30 menit,
lalu dibuang airnya. Tujuannya agar gambar tidak mengembang.
e. Pembilasan air bersih pada tabung, kemudian film siap dikeringkan
4. Proses Pencetakan
a. Penempatan film pada ENLARGER
b. Pengaturan focus gambar berdasarkan besar kecilnya obyek yang akan
dicetak
c. Pengaturan waktu penyinaran yang diinginkan
d. Pengaturan diafragma terhadap obyek
e. Penempatan kertas yang akan dicetak pada dasar tempat jatuhnya sinar
f. Persiapan tempat yang terisi cairan Developer kertas dan menyiapkan
juga untuk fixer
g. Pencelupan kertas foto kedalam bak yang berisi cairan developer
kemudian ke bak yang berisi fixer
h. Pembilasan air bersih, kemudian pengeringan gambar cetak foto
5. Administrasi Akhir
a. Pemasukan foto pada album sesuai dengan nomor rol dan nomor ekspose
b. Pembuatan deskripsi foto, lalu diketik pada label kemudian ditempel pada
album foto
c. Pembuatan registrasi foto sesuai dengan urutan gambar pada album
d. Album berisi foto siap dilayankan
24. 24
e. Film negatif yang sudah kering tadi dipotong setiap 2 (dua) ekspose
kemudian dimasukan kedalam jaket plastik yang tersedia sesuai dengan
ukuran film
f. Pemberian nomor pada setiap kotak yang berisi file film tadi
g. Pembuatan statistik
h. Pembuatan laporan
6. Penyimpanan dan Pemeliharaan Alat
a. Penyimpanan kotak berisi file film tadi keruang penyimpanan master film
b. Pengontrolan temperatur ruang penyimpanan
c. Pembersihan debu
d. Pemeliharaan alat dan master film
V. TEKNIK TRASFORMASI DIGITAL
Bahan yang Diperlukan :
- Kamera
- Scanner
- Komputer atau Laptop (hardware)
- Lampu bawaan dari kamera
- Software atau perangkat lunak aplikasi photoshop
- Tape recorder
- Kaset
- Sofware atau aplikasi cooledit
Adapun langkah kerjanya yaitu :
25. 25
Proses Editing Objek
Konversi file
Pengemasan
Multimedia
End
DesainCover
Editing
Retoucing
Kompilasi file
LabelingCD
Konversi dari
bentuk kaset ke
format digital
Pengambilan
Objek dengan
Rekaman Video
Proses
Scanning
Pengambilan
Objek dengan
Kamera Digital
Koleksi Audio
(Rekaman Suara-
Lagu Nusantara
Dokumen
Tercetak dua
Dimensi
AudioVisual (Hasil
Rekaman Video-
Kebudayaan
Nusantara)
Objek
Tiga
Dimensi
Masuk ke bagian
Konservasi
Pencatatan deskripsi
Bibliografis
Rusak
?
Star
Pengumpulan dan
seleksi bahan
perpustakaan
Pengecekkan kondisi
fisk bahan
perpustakaan
TidakYa
26. 26
1. Pengumpulan dan seleksi bahan perpustakaan yang akan dialih mediakan,
baik itu koleksi yang tercetak maupun koleksi audiovisual. Untuk perolehan
bahan pustaka bisa dari intern dan extern :
a. Intern : lingkungan Perpustakaan Nasional RI, berkoordinasi
dengan pusat jasa perpustakaan dan informasi.
b. Extern : luar lingkungan Perpustakaan Nasional RI, (bekerja sama
dengan instansi lain yang berkaitan, perpustakaan-perpustakaan daerah,
dll.)
2. Pengecekkan kondisi fisik bahan perpustakaan : bahan perpustakaan yang
akan dialihmediakan sebelumnya dilakukan pengecekkan kondisi fisik,
apabila bahan perpustakaan itu tingkat kerusakannya sudah tinggi, maka
terleih dahulu perlu ditangani oleh Bidang Konservasi, setelah adanya
penanganan bidang konservasi, barulah bahan perpustakaan itu bisa
dialihmediakan, serta adanya penandaan halaman-halaman yang hilang pada
koleksi tersebut.
3. Pencatatan deskripsi bibliografis bahan perpustakaan : data-data
bibliografisnya dicatat, serta metadata dari file-file elektronik yang sudah
mengalami alih media digital. Hal tersebt dilakukan supaya koleksi-koleksi
yang sudah dialih mediakan kedalam bentuk digital dapat ditelusur kembali
data-data bibliografisnya, dan data-data itulah akan disimpan didalam
pangkalan data sebagai arsip Bidang Transformasi Digital.
4. Proses pengambilan objek yang akan dialihmediakan ke format digital.
Objek-objek yang akan dialihmediakan tidak terbatas pada objek tercetak
ataupun dua dimensi, tetapi bisa objek audiovisual, yang merupakan hasil
peliputan dari kebudayaan Nusantara, ataupun objek tiga dimensi, serta hasil
rekaman suara yang asalnya dalam bentuk kaset. Adapun proses pengambilan
objek tersebut bisa melalui ;
Proses Scanning : proses ini merupakan proses pemindaian dari bahan
perpustakaan tercetak dialihmediakan menjadi format digital. Adapun
standarisasi dalam proses pemindaian adalah dokumen asli
direkomendasikan untuk menggunakan resolusi minimum 300 dpi (dot per
27. 27
inch) dan disimpan dalam bentuk dokumen elektronik dalam format
tertentu (TIFF, GIF, JPEG, dan lain-lain untuk file gambar, dan Doc, html,
rtf, txt untuk file dokumen). Dokumen elektronik tersebut harus memiliki
informasi yang sama dengan dokumen aslinya dalam rangka memberikan
versi digital yang berumur panjang dan berkualitas tinggi. Dokumen
elektronik akan lebih baik bila disimpan tanpa teknik kompresi atau jika
memang diperlukan, harus menggunakan kompresi yang bersifat lossless
(tanpa kehilangan informasi). Proses ini dilakukan untuk mengalih
dokumen kedalam format digital, adapun kualifikasi file yang diperlukan,
300 dpi file TIF, untuk dokumen master.
Proses pengambilan objek 3 dimensi dengan kamera digital : untuk objek 3
dimensi yang tidak memungkinkan dalam proses pemindaian, bisa melalui
pemotretan dengan kamera digital
Proses peliputan pristiwa ataupun pentas-pentas kebudayaan Nusantara :
proses peliputan ini dengan menggunakan rekaman video. Dan hasilnya
akan ditransfer ke dalam format digital dengan bantual alat (hardware)
pinnacle.
Proses Konversi dari rekaman suara analog (dalam bentuk kaset) ke dalam
format digital : proses ini bisa menghubungkan Tape recorder ke
komputer dengan bantuan software cooledit.
5. Proses Editing : setelah pengambilan objek, tahap berikutnya merupakan
proses pengeditan dokumen yang sudah dialihmediakan. Hal ini pun
tergantung dari jenis dokumennya, diantaranya :
Proses editing file image : software yang digunakan software aplikasi
Adobe photoshop, ataupun program-program pengolah gambarr lainnya.
Pada prinsipnya proses pengeditan ini hanyalah mengkoreksi dokumen-
dokumen yang telah dialih mediakan, tanpa merubah dari wujud aslinya.
Proses editing citra bergerak (motion picture) : prinsipnya sama seperti
halnya dalam proses pengeditan file image, tanpa harus merubah kejadian
yang sebenarnya, akan tetapi akan membedakan dalam penggunaan
software aplikasinya. Untuk softwarenya menggunakan Adobe Premiere.
28. 28
Proses editing file suara (Audio) : hasil konversi tersebut akan diproses
dalam software cool edit.
6. Konversi File : proses pembuatan file-file turunan dari file master (file TIFF,
MPEG, mp3, raw, dll), diantaranya
Untuk file image proses konversi meliputi :
a. File TIF 300 dpi untuk file master
b. File JPEG 300 dpi, untuk file turunan
c. File JPEG 100 dpi, untuk pengemasan data publish ke web
Proses Konversi file citra bergerak (motion picture)
a. File MPEG ataupun file AVI untuk file master
b. File *.wmv (Windows Media Video File) untuk file turunan dan
pengemasan multimedia
Proses konversi file suara : file yang digunakan file-file MP3 ataupun file
midi.
7. Pengemasan dokumen ke dalam bentuk multimedia, merupakan proses
pengemasan dokumen, sehingga dokumen itu bisa dibaca seperti layaknya
dokumen aslinya. Adapun tahapan pada proses pengemasan, meliputi :
a. Desain Cover/lay-out
b. Editing
c. Retoucing
d. Kompilasi file
e. Labeling CD
29. 29
DAFTAR PUSTAKA
Ratmono, Damaji. Indah Purwani dan Wasito. 2013. Pedoman Teknis
Penjilidan Bahan Perpustakaan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Razak, Muhammadin dan Kodir. 2012. Pedoman Teknis Alih Media Mikrofilm.
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.