SlideShare a Scribd company logo
1 of 69
ُ
‫س‬ِ‫م‬‫ا‬ َ
‫الخ‬ ُ
‫ث‬ ْ‫ي‬ِ‫د‬ َ
‫الح‬
Amal-amal Perbuatan
yang Tidak Termasuk
Perintah Allah
3.1.1.05.006
Pembagian Pembahasan
Ibnu Rajab membagi pembahasan hadits
5 dan hadits 28 sebagai berikut:
Pembahasan tentang hal-hal baru (bid'ah)
akan diletakkan di pembahasan hadits Al-
Irbadh bin Sariyah (Hadits 28)
Sedang di sini (Hadits 5), kita
membicarakan amal-amal perbuatan
yang tidak termasuk perintah Allah
Ta'ala
Tujuan Umum Maddah Hadits
Memperkuat hubungan dengan sunnah
Rasulullah saw, atas dasar pemahaman,
kecintaan dan hasrat mempelajarinya;
Memiliki hubungan dengan taujihatnya;
Mengamalkan hukum-hukumnya atas
dasar pemahaman yang benar dan tujuan-
tujuannya yang sesuai dengan waktu dan
tempat serta menjadikan sebagai rujukan
pada setiap saat terjadi perselisihan
Tujuan Kognitif Maddah Hadits
1. Memahami uslub, cara dakwah Rasulullah saw
2. Memahami pokok-pokok penting yang digunakan
Rasulullah saw dalam membina jamaah muslimah.
3. Memahami bahwa hadits Rasulullah saw merupakan
madrasah fikriyah, khuluqiyah wa ta’limiyah.
4. Memahami metode Nabi dalam tarbiyah dan penyiapan
individu muslim dan jamaah muslimah.
5. Memahami bahwa adab berinteraksi dengan Al-Qur'an
sama dengan adab berinteraksi dengan hadits
6. Memahami dengan baik dan benar beberapa hadits
Nabi.
7. Memahami sejarah ulama hadits dan para perawinya
serta beberapa kitab hadits
Tujuan Psikomotorik Maddah
Hadits
1. Memiliki Adab dalam membaca Al-Hadits
2. Banyak membaca sholawat atas nabi saw
3. Memiliki adab dihadapan para ulama dan guru
4. Termotivasi mengajarkan manusia terhadap ajaran agama
mereka
5. Komitmen terhadap ibadah dan sunnah tanpa ada
dikurangi dan dilebihkan
6. Menjauhi perkara yang syubhat
7. Waspada dari tergelincir pada kekufuran
8. Membersihkan hati dari kotoran yang merusak
9. Nasehat hanya milik Allah, Rasul-Nya, para pemimpin islam
dan umat islam
10. Menjauhi diri bergelut pada permasalahan yang tidak
berujung dan mengarah pada perselisihan serta
menghindar dari perdebatan
Tujuan Kognitif Hadits 5
1. Menghafal hadits sanad dan matannya
2. Menjelaskan makna hadits
3. Menjelaskan hubungan antara hadits
dengan yang pertama : “Innamal a’amalu
binniyat…”
4. Menjelaskan apa yang dapat diambil dari
hadits yang berhubungan dengan fiqh
disertai dengan contoh
5. Mengaplikasikan apa yang telah dipahami
dari fiqh hadits pada bebarapa amal da’wah
6. Mengambil intisari nilai-nilai dan hakekat
tarbawiyah dari hadits tersebut
Kegiatan Pendukung
1. Menghafal hadits dari sanad, matannya lalu menyimaknya
2. Mengadakan perlombaan guna mengetahui tingkat
keshahihan hadits dan mentakhrijnya
3. Mengumpulkan hadits yang memiliki hubungan dengan
hadits yang telah ditetapkan dan menghafalnya
4. Membuat majalah dinding yang memuat hadits-hadits nabi
5. Menulis Hadits-hadits nabi dan menempelnya dimajalah
dinding
6. Memotivasi anak untuk menghafal hadits dan
memberikannya hadiah
7. Melakukan murajaah hafalan hadits dengan hafalan dan
pemahaman bersama anggota keluarganya
8. Menguraikan hadits yang difahami secara sederhana atau
singkat dihadapan para jamaah masjid
9. Haji bagi yang tidak untuk berhaji dan meninggal atau
karena sakit yang permanent
Hadits5
َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ِ ‫ه‬
‫اَّلل‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ِ
‫م‬ُ‫ا‬ َ
‫ين‬ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬ ِ
‫م‬ُ‫ا‬ ْ
‫ن‬َ‫ع‬
ْ
‫ت‬
َ
‫ال‬َ‫ق‬ ،‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ ‫ه‬
‫اَّلل‬ َ‫ي‬ ِ
‫ض‬َ‫ر‬ َ‫ة‬
:
َ
‫ال‬َ‫ق‬
:
ِ ‫ه‬
‫اَّلل‬ ُ
‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬

"
ُ‫ه‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ
‫س‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫ا‬ َ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ
‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬َ‫ا‬ ْ
‫ن‬َ‫م‬
ٌَّ‫ر‬ َ‫و‬
."
‫رقم‬ ُّ‫ي‬ِ‫ار‬َ‫خ‬ُ‫ب‬
ْ
‫ال‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬
:
2697
ٌ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ ُ‫م‬َ‫و‬ ،
‫رقم‬
:
1718
.
ٍ
‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬ِ‫ل‬ ٍ‫ة‬َ‫اي‬َ‫و‬ِ‫ر‬ ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫و‬
":
َ
‫ل‬
‫ا‬
‫ًل‬َ‫م‬َ‫ع‬ َ
‫ل‬ِ‫م‬َ‫ع‬ ْ
‫ن‬َ‫م‬
َ‫ر‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ن‬ُ‫ر‬ْ‫م‬َ‫ا‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ
‫س‬ْ‫ي‬
ٌّ
“
"Barangsiapa menciptakan hal-hal baru dalam urusan kami yang
tidak berasal dari-Nya, ia tertolak". (HR. Bukhari-Muslim). Di
riwayat Muslim, "Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang
tidak atas dasar urusan kami, amalan tersebut tertolak".
Takhrij Hadits 5
 Hadits di atas diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim di
Shahih-nya masing-masing dari Al-Qasim bin
Muhammad dari bibinya (dari jalur ayah), Aisyah
Radhiyallahu Anha.
 Diriwayatkan Al-Bukhari hadits nomer 2697 dan Muslim hadits
nomer 1718.
 Hadits tersebut juga diriwayatkan Imam Ahmad 6/73, 240, 270,
Abu Daud hadits nomer 4606, dan Ibnu Majah hadits nomer 14.
Hadits tersebut dishahihkan Ibnu Hibban hadits nomer 26-27.
 Redaksi hadits tersebut tidak sama, namun maknanya
mirip
 Takhrij hadits tersebut secara lengkap, silahkan baca
buku tersebut.
ِ‫ات‬ َ
‫م‬ِ‫ل‬ َ
‫الك‬‫ي‬ِ‫ن‬‫ا‬ َ
‫ع‬ َ
‫م‬

((
‫أ‬ َ‫هذ‬ ‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ
‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ْ
‫ن‬َ‫م‬
:))
ِ‫د‬‫ي‬ِ‫ف‬ ُ
‫ات‬َ‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬ُ‫م‬
ْ
‫أل‬
ُ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ََََِِْْ ‫ا‬َ‫م‬ََ ‫أ‬ َ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ا‬َِِِْ‫ْي‬
ِِّ‫ي‬ِ‫ب‬َِّ‫أل‬

َ‫و‬ُ‫ه‬ََ
ُُِ‫ت‬ َ‫ع‬ْ‫ْي‬ِ‫ر‬َ‫ش‬
.

((
ُِِِْ‫م‬ َ
‫س‬ْْ
َ
‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬
:))
ِ
‫ن‬ْ‫ْي‬ ِّ
ِ‫ألد‬ َ
‫ن‬ِ‫م‬ َ
‫س‬ْْ
َ
‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬
.

((
‫د‬َ‫ر‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬
:))
ََََِِْْ ٌ‫د‬ َُْ‫د‬ْ‫ر‬َ‫م‬
.
((
َ
‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ
‫ْين‬ ِ
ِّ‫ألد‬ َ
‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ ‫وأ‬ََُ‫ر‬َ‫ش‬ ُ‫اء‬َ‫ك‬َ‫ر‬ُ‫ش‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ ْ‫م‬َ‫أ‬
ُ َّ
‫أّلل‬ ِِِ‫ب‬ ْ
‫ن‬َ‫ذ‬ْ‫ا‬َ‫ْي‬ ْ‫م‬
())
‫رى‬‫ألشو‬
:
21
)
Makna kata-kata
 ((
‫أ‬ َ‫هذ‬ ‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ
‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ْ
‫ن‬َ‫م‬
)) : Siapa yang mengadakan hal-
hal baru dalam urusan agama ini atau
memasukkannya ke dalam syariat Nabi
Muhammad saw
 ((
ُِِِْ‫م‬ َ
‫س‬ْْ
َ
‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬
)) : apa saja yang bukan bagian dari
Islam
 ((
‫د‬َ‫ر‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬
)) : maka ia tertolak.
Apakah mereka mempunyai sembahan-
sembahan selain Allah yang mensyariatkan
untuk mereka dalam agama ini apa saja yang
tidak diizinkan Allah? (Asy-Syura (42): 21).
ِ‫يث‬ِ‫د‬ َ
‫الح‬ ُ
‫ة‬ َ
‫ل‬ِ‫ز‬ ْ
‫ن‬ َ
‫م‬

ُ‫د‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ا‬ ُ‫ام‬َ‫م‬ِ‫اإل‬ َ
‫ل‬َ‫قا‬
:
‫ا‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ر‬‫و‬ ُ‫د‬َ‫ي‬‫ث‬ْ‫ي‬ ٌِّ‫ا‬َ‫ح‬َ‫ا‬ ُ‫ة‬َ‫ث‬َ‫ًل‬َ‫ث‬
ُ‫م‬َ‫ًل‬ْ‫س‬ِ‫إل‬
:

َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ُ
‫ث‬ْ‫ي‬ ِ‫د‬َ‫ح‬
:

ِ
‫ت‬َّ‫ْا‬ِِِّ‫ال‬ِ‫ب‬ ُ
‫ال‬َ‫م‬ََْ‫أأل‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬

.

َ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ُ
‫يث‬ ِ‫د‬َ‫ح‬َ‫و‬
:

َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ُِِِْ‫م‬ َ
‫س‬ْْ
َ
‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫أ‬ َ‫ذ‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ
‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ْ
‫ن‬َ‫م‬
‫د‬َ‫ر‬

.

ٍ‫ر‬ْ‫ي‬ ِ‫ش‬َ‫ب‬ ِ
‫ن‬ْ‫ب‬ ِ
‫ان‬َ‫م‬ ْ‫ع‬ُّ‫الن‬ ُ
‫يث‬ ِ‫د‬َ‫ح‬َ‫و‬
:

ٌ
‫ن‬َِِّْ‫ب‬ ُ‫أم‬َ‫ر‬َ‫ح‬
ْ
‫أل‬ََ ٌ
‫ن‬َِِّْ‫ب‬ ُ
‫ل‬َ‫ال‬َ‫ح‬
ْ
‫ل‬َ‫أ‬

.
Imam Ahmad – rahimahullah – berkata:
“Ada 3 hadits yang menjadi poros Islam:
1. Hadits Umar ra: ِ
‫ت‬َّ‫ْا‬ِِِّ‫ال‬ِ‫ب‬ ُ
‫ال‬َ‫م‬ََْ‫أأل‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬
2. Hadits ‘Aisyah ra : َ‫ف‬ ُِِِْ‫م‬ َ
‫س‬ْْ
َ
‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫أ‬ َ‫ذ‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ
‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ْ
‫من‬
‫د‬َ‫ر‬ َ‫و‬ُ‫ه‬
3. Hadits An-Nu’man bin Basyir ra : َ‫ب‬ ُ‫أم‬َ‫ر‬َ‫ح‬
ْ
‫أل‬ََ ٌ
‫ن‬َِِّْ‫ب‬ ُ
‫ل‬َ‫ال‬َ‫ح‬
ْ
‫ل‬َ‫أ‬
ٌ
‫ن‬ِِّْ
Hubungan antara Hadits 1 dan 5
Hadits 1adalah syarat batiniah diterimanya
amal
Sedangkan hadits 5 adalah syarat
lahiriyah amal
Siapa saja yang menciptakan hal-hal baru
dalam agama yang tidak izinkan oleh Allah
dan Rasul-Nya, maka bukanlah termasuk
perkara agama sedikit pun
Hadits Al-Irbadh bin Sariyah
(Hadits 28)
َ
‫ال‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ ‫ه‬
‫اَّلل‬ َ‫ي‬ ِ
‫ض‬َ‫ر‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ار‬َ‫س‬ ِ
‫ن‬ْ‫ب‬ ِ
‫اض‬َ‫ب‬ْ‫ر‬ ِ‫ع‬
ْ
‫ال‬ ِ
‫ن‬َ‫ع‬
:
«
َ‫ع‬ ُ ‫ه‬
‫اَّلل‬‫ى‬‫ه‬‫ل‬َ‫ص‬ ِ ‫ه‬
‫اَّلل‬ ُ
‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫ظ‬َ‫ع‬َ‫و‬
َ‫م‬‫ه‬‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬
ْ
‫ال‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ
‫ت‬َ‫ف‬َ‫ر‬ َ‫ذ‬َ‫و‬، ُ
‫وب‬ُ‫ل‬ُ‫ق‬
ْ
‫ال‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ
‫ت‬َ‫ل‬َ‫ج‬َ‫و‬،‫ا‬‫ة‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫و‬َ‫م‬
‫ا‬َ‫ن‬
ْ
‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ ، ُ
‫ون‬ُ‫ي‬ ُ‫ع‬
:
َ‫ا‬َ‫ك‬،ِ ‫ه‬
‫اَّلل‬ َ
‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫ي‬
‫ا‬َ‫ه‬‫ه‬‫ن‬
َ
‫ال‬َ‫ق‬،‫ا‬َ‫ن‬ ِ
‫ص‬ ْ‫و‬َ‫ا‬َ‫ف‬، ٍ
‫ع‬ٌَِّ‫و‬ُ‫م‬ ُ‫ة‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫و‬َ‫م‬
:
‫ى‬َ‫و‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫يك‬ ِ
‫وص‬ُ‫ا‬
َ‫ا‬َ‫ت‬ ْ
‫ن‬ِ‫ا‬َ‫و‬ ، ِ‫ة‬َ‫اع‬‫ه‬‫الط‬َ‫و‬ ِ
‫ع‬ْ‫م‬‫ه‬‫الس‬َ‫و‬،ِ ‫ه‬
‫اَّلل‬
ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ر‬‫ه‬‫م‬
ْ‫اخ‬ ‫ى‬َ‫ر‬َ‫ي‬َ‫س‬َ‫ف‬ ‫ي‬ ِ‫د‬ ْ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ
‫ش‬ ِ‫ع‬َ‫ي‬ ْ
‫ن‬َ‫م‬ ُ‫ه‬‫ه‬‫ن‬ِ‫ا‬َ‫ف‬ ، ٌ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬
ِ‫ت‬‫ه‬‫ن‬ُ‫س‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ َ‫ع‬َ‫ف‬ ،‫ا‬‫ا‬‫ير‬ِ‫ث‬ َ‫ك‬‫ا‬‫ا‬‫ف‬
َ
‫ًل‬ِ‫ت‬
ِ‫ة‬‫ه‬‫ن‬ُ‫س‬َ‫و‬‫ي‬
، ِ‫ذ‬ ِ
‫اج‬َ‫و‬‫ه‬‫الن‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬‫وا‬ُّ‫ض‬َ‫ع‬، َ
‫ين‬ ِ‫د‬ ِ
‫اش‬‫ه‬‫الر‬ ِ‫اء‬َ‫ف‬َ‫ل‬ُ‫خ‬
ْ
‫ال‬
َ‫و‬
ُ‫ك‬ ‫ه‬
‫ن‬ِ‫ا‬َ‫ف‬،ِ‫ر‬‫و‬ُ‫م‬ُ ْ
‫اإل‬ ِ
‫ات‬َ‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬ُ‫م‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫اك‬‫ه‬‫ي‬ِ‫ا‬
ٍ‫ة‬َ‫ع‬ ْ‫د‬ِ‫ب‬ ‫ه‬
‫ل‬
ٌ‫ة‬
َ
‫ل‬
َ
‫ًل‬َ‫ض‬
»
ٌ
‫يث‬ ِ‫د‬َ‫ح‬ َ
‫ال‬َ‫ق‬َ‫و‬ ، ُّ‫ي‬ ِ‫ذ‬ِ‫م‬ْ‫ر‬ِ‫الت‬َ‫و‬ ٌَّ ُ‫او‬ٌَّ‫و‬ُ‫ب‬َ‫ا‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬
ٌ
‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬
ٌ‫يح‬ ِ
‫ح‬َ‫ص‬
"Barangsiapa hidup sepeninggalku, ia akan melihat perselisihan yang
banyak. Oleh karena itu, hendaklah kalian berpegang teguh kepada
Sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin, yang mendapat petunjuk
sepeninggalku. Gigitlah Sunnah tersebut dengan gigi geraham. Dan
jauhilah hal-hal baru yang diada-adakan (bid'ah), karena hal-hal baru
adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan‘
Kandungan Hadits 5
Tekstual hadits menunjukkan bahwa
seluruh amal perbuatan yang tidak
termasuk urusan Allah dan Rasul-Nya
adalah tertolak.
Sedang kontekstualnya menunjukkan
bahwa semua amal perbuatan yang
sesuai dengan urusan Allah dan Rasul-
Nya itu tidak tertolak
Maksud ‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫ر‬ ْ
‫م‬ َ
‫ا‬
Yang dimaksud dengan kata URUSAN pada
hadits di atas ialah agama dan syariat
Rasulullah SAW, seperti yang dimaksudkan
hadits beliau di riwayat lain, "Barangsiapa
menciptakan hal-hal baru dalam urusan kita
yang tidak berasal darinya, ia tertolak".
Jadi, makna hadits di atas bahwa
ْ
‫ن‬َ‫م‬
‫ا‬‫د‬ِ‫ي‬َ‫ق‬َ‫ت‬ُ‫م‬ َ
‫س‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬ ِ
‫ع‬ْ‫ر‬‫ه‬‫الش‬ ِ
‫ن‬َ‫ع‬‫ا‬‫ا‬‫ج‬ِ‫ار‬َ‫خ‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬َ‫م‬َ‫ع‬ َ
‫ان‬َ‫ك‬
ٌٌّ‫و‬ٌُّْ‫ر‬َ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ، ِ
‫ع‬ْ‫ر‬‫ه‬‫الش‬ِ‫ب‬‫ا‬
barangsiapa amal perbuatannya keluar dari syariat
dan tidak terikat dengannya, maka tertolak
MAKNA َ
‫س‬ ْ‫ي‬ َ
‫ل‬
ِ‫ه‬ ْ‫ي‬ َ
‫ل‬ َ
‫ع‬
ْ
‫م‬ َ
‫ا‬
‫ا‬ َ‫ن‬ ُ
‫ر‬
Menurut Riwayat Muslim
‫ا‬ َ‫ن‬ ُ
‫ر‬ ْ
‫م‬ َ
‫ا‬ ِ‫ه‬ ْ‫ي‬ َ
‫ل‬ َ
‫ع‬ َ
‫س‬ ْ‫ي‬ َ
‫ل‬
"Yang tidak termasuk urusan kami", adalah
isyarat bahwa
 seluruh amal perbuatan manusia harus berjalan di
bawah hukum-hukum syariat dan
 hukum-hukum syariat dengan perintah dan
larangannya, menjadi penguasa atasnya.
Jadi,
 barangsiapa amal perbuatannya berjalan di bawah
hukum-hukum syariat dan sinkron dengannya, amal
perbuatan tersebut diterima.
 Sedang barangsiapa amal perbuatannya keluar dari
hukum-hukum syariat, maka tertolak
Pembagian Amal
Amal perbuatan terbagi ke dalam dua
bagian;
 Pertama, ibadah.
 Kedua, muamalah
Dua jenis amal itulah yang akan dijelaskan
di materi hadits 5 ini:
manakah ibadah dan muamalah yang
masuk kategori TERTOLAK?
Ibadah
Adapun ibadah
 jika salah satu dari ibadah keluar total dari hukum
Allah dan Rasul-Nya, ibadah tersebut ditolak dari
pelakunya dan pelakunya masuk dalam firman Allah
Ta'ala, "Apakah mereka mempunyai sembahan-
sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk
mereka agama yang tidak diizinkan Allah?" (Asy-
Syura: 21)
Contoh-contohnya akan dijelaskan
kemudian
Muamalah
Contoh-contoh muamalah yang tertolak
akan diuraikan setelah penjelasan ibadah
Ini memerlukan pembahasan yang lebih
panjang karena perkembangan muamalah
di antara manusia
IBADAH YANG TERTOLAK
Ibadah yang Tertolak
َ
‫ل‬ ٍ
‫ل‬َ‫م‬ َ‫ع‬ِ‫ب‬ ِ ‫ه‬
‫اَّلل‬‫ى‬
َ
‫ل‬ِ‫ا‬ َ
‫ب‬‫ه‬‫ر‬َ‫ق‬َ‫ت‬ ْ
‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬
ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ ُ ‫ه‬
‫اَّلل‬ ُ‫ه‬
ْ
‫ل‬ َ‫ع‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ ْ‫م‬
‫ى‬
َ
‫ل‬ِ‫ا‬ ‫ا‬‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ر‬ُ‫ق‬ ُ‫ه‬
ُ
‫ول‬
ٌٌّ‫و‬ٌُّْ‫ر‬َ‫م‬ ٌ
‫ل‬ ِ
‫اط‬َ‫ب‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬َ‫م‬ َ‫ع‬َ‫ف‬،ِ ‫ه‬
‫اَّلل‬
َ‫ل‬َ‫ع‬
ِ‫ه‬ْ‫ي‬
Barangsiapa bertaqarrub kepada Allah
dengan amal perbuatan yang tidak dijadikan
Allah dan Rasul-Nya sebagai taqarrub
kepada Allah, amal perbuatan tersebut batil
dan tertolak
Contoh-contoh Ibadah yang
Tertolak
Orang-orang yang shalat di samping Baitullah
dalam bentuk siulan dan tepuk tangan
Orang yang bertaqarrub kepada Allah Ta'ala
dengan
 mendengar hiburan, atau
 dansa, atau
 membuka tutup kepala di selain ihram, dan
 bid'ah-bid'ah lain yang tidak disyariatkan Allah dan
Rasul-Nya sebagai bentuk taqarrub kepada-Nya
Kasus-kasus yang Terjadi
1. Taqarrub di salah satu ibadah tidak menjadi taqarrub di
ibadah lainnya secara mutlak
2. Taqarrub dengan suatu bentuk ibadah yang dilarang
secara khusus
3. Mengerjakan amal perbuatan yang pada asalnya
disyariatkan dan merupakan taqarrub, kemudian
dimasukkan kepadanya sesuatu yang tidak
disyariatkan, atau tidak mengerjakan sesuatu yang
disyariatkan
4. Seseorang menambahkan sesuatu yang tidak
disyariatkan kepada sesuatu yang disyariatkan
Kasus 1
Taqarrub di Salah Satu Ibadah Tidak Menjadi Taqarrub
di Ibadah Lainnya Secara Mutlak
 Orang yang bernadzar untuk berdiri dan tidak
berteduh selama Nabi SAW berkhutbah (khutbah
Jum’at) untuk mengagungkan khutbah beliau
 Nabi SAW memerintahkan orang tersebut duduk,
berteduh, dan meneruskan puasa
 Beliau tidak menjadikan berdirinya orang tersebut di
bawah terik matahari sebagai taqarrub yang bisa
menyempurnakan nadzarnya
 Padahal berdiri adalah ibadah di moment lain, seperti di
shalat, adzan, berdoa di Arafah, dan berjemur di bawah
terik matahari bagi orang yang sedang ihram
Kasus 2
Taqarrub dengan Suatu Bentuk Ibadah
yang Dilarang Secara Khusus
orang berpuasa pada Hari Raya
mengerjakan shalat di waktu terlarang
Kasus 3
Mengerjakan Amal Perbuatan yang pada Asalnya
Disyariatkan dan Merupakan Taqarrub, Kemudian
Dimasukkan Kepadanya Sesuatu tang Tidak
Disyariatkan, atau Tidak Mengerjakan Sesuatu yang
Disyariatkan
 Keduanya bertentangan dengan syariat
 Adapun tentang “tidak mengerjakan sesuatu yang
disyariatkan”, maka kadar penentangannya
 sesuai dengan apa yang tidak ia kerjakan di dalamnya atau
 sesuai dengan pemasukan sesuatu yang tidak berasal darinya
ke dalamnya
 Namun apakah amal perbuatannya pada asalnya
tertolak atau tidak?
 Amal perbuatan tersebut tidak bisa dikatakan tertolak
atau diterima secara mutlak, namun harus dikaji
Dua Keadaan
 Jika orang tersebut tidak mengerjakan bagian-bagian amal
perbuatan atau syarat-syaratnya yang mengharuskan batalnya
amal perbuatan tersebut dalam syariat
 seperti orang yang tidak bersuci untuk shalat padahal ia sanggup atau seperti
orang yang tidak mengerjakan ruku' atau sujud atau thuma'ninah di shalat
maka
 amal perbuatan orang tersebut tertolak dan
 ia harus mengulangi shalatnya jika shalat tersebut shalat fardhu
 Jika yang tidak dikerjakan orang tersebut tidak mengharuskan
batalnya amal perbuatan tersebut
 seperti orang yang tidak ikut shalat berjama'ah di shalat fardhu menurut ulama
yang mewajibkan shalat berjama'ah dan tidak menjadikannya sebagai syarat,
maka amal perbuatan tersebut tidak bisa dikatakan tertolak, namun
hanya berkurang
Kasus 4
Seseorang Menambahkan Sesuatu yang Tidak
Disyariatkan kepada Sesuatu yang Disyariatkan
 Artinya, penambahan tersebut bukan merupakan taqarrub dan
pelakunya tidak diberi pahala karenanya
1. Terkadang amal perbuatan menjadi batal sejak awal dengan
penambahan tersebut seperti orang yang menambahkan satu
raka'at dalam shalatnya dengan sengaja
2. Terkadang penambahan tersebut tidak membatalkan amal
perbuatan dan tidak membuatnya tertolak sejak awal seperti
orang yang berwudhu empat-empat (mestinya tiga-tiga), atau
berpuasa siang dan malam dan menyambung puasanya (tidak
berbuka).
3. Terkadang sebagian yang diperintahkan dalam ibadah itu
diganti dengan sesuatu yang dilarang seperti orang yang
menutup auratnya di shalat dengan pakaian haram, atau
berwudhu dengan air rampasan, atau mengerjakan shalat di
lahan rampasan
Perbedaan Pendapat pada
Kasus 4.3
Apakah amal orang tersebut tertolak pada
asalnya, atau tidak tertolak hingga ia terbebas
dari beban kewajiban?
Sebagian besar fuqaha' berpendapat bahwa
amal tersebut tidak tertolak pada asalnya
Di antara fuqaha tersebut adalah Abdurrahman
bin Mahdi
 Salah seorang pakar fiqih dan hadits terkemuka yang
banyak membawakan ucapan para generasi salaf
Abdurrahman bin Mahdi
 Abdurrahman bin Mahdi meriwayatkan dari kaum As-
Syimriyah, pengikut Abu Syimr, yang berkata bahwa
barangsiapa mengerjakan shalat dengan menggunakan
pakaian yang padanya terdapat uang senilai satu dirham
haram, ia wajib mengulang shalatnya.
 Abdurrahman bin Mahdi berkata, "Aku tidak pernah
mendengar perkataan yang lebih buruk daripada
perkataan mereka. Kita meminta keselamatan kepada
Allah".
 Ia mengecam pendapat tersebut dan mengategorikannya
sebagai bid'ah.
 Itu menunjukkan bahwa pendapat yang mewajibkan
mengulang shalat karena sebab seperti itu tidak dikenal
seorang pun dari generasi salaf
Kasus-kasus yang Mirip
dengan Kasus 4.3
 Haji dengan uang haram
 Ada hadits yang menyatakan bahwa haji seperti itu tertolak, namun
hadits tersebut tidak kuat
 Para ulama berbeda pendapat apakah dengan haji seperti itu kewajiban
haji menjadi gugur atau tidak?
 Menyembelih hewan qurban dengan alat haram atau
penyembelihan oleh orang yang tidak boleh menyembelih,
misalnya pencuri
 Sebagian besar ulama berkata, "Dibolehkan penyembelihan seperti itu".
 Di antara mereka ada yang berkata, "Penyembelihan tersebut haram“
 Penyembelihan oleh orang yang sedang ihram terdapat hewan
buruan, namun pendapat yang menyatakan bahwa penyembelihan
tersebut haram itu lebih terkenal dan kuat, karena asal
penyembelihan seperti itu dilarang
Dua Jenis Larangan
1. Larangan yang mempunyai makna
khusus dalam ibadah tertentu kemudian
larangan tersebut membatalkan ibadah
tersebut
2. Larangan yang tidak mempunyai makna
khusus dalam ibadah tertentu kemudian
larangan seperti itu tidak membatalkan
ibadah tersebut
Contoh Kasus: Shalat
Shalat
 dengan najis, atau
 tanpa bersuci, atau
 tanpa menutup aurat, atau
 tidak menghadap kiblat,
semua itu membatalkan shalat, karena hal-hal
tersebut secara khusus dilarang dalam shalat
Ini berbeda dengan shalat dengan sesuatu hasil
rampasan
Contoh Kasus: Puasa
 Pendapat tersebut diperkuat oleh kenyataan bahwa
puasa tidak batal kecuali dengan mengerjakan sesuatu
yang dilarang secara khusus dalam puasa, misalnya
 Makan
 minum, dan
 melakukan hubungan suami-istri.
 Ini berbeda dengan sesuatu yang dilarang dikerjakan
orang yang berpuasa dan tidak terkait khusus dengan
puasa, misalnya
 berbohong dan
 menggunjing.
 Itu menurut jumhur ulama
Contoh Kasus: Haji
Haji tidak batal kecuali dengan sesuatu
yang memang dilarang dikerjakan pada
saat ihram yaitu
 melakukan hubungan suami-istri
Haji tidak batal dengan hal-hal haram
yang tidak terkait khusus dengan ihram,
misalnya
 membunuh, mencuri, dan minum minuman
keras
Contoh Kasus: I’tikaf
 I'tikaf batal dengan sesuatu yang dilarang secara khusus dalam
i'tikaf yaitu
 melakukan hubungan suami-istri dan
 mabuk menurut kami dan sebagian besar ulama, karena orang-orang mabuk
dilarang mendekati masjid dan memasukinya menurut salah satu penafsiran
tentang firman Allah Ta'ala, "Dan janganlah kalian mendekati shalat sedang
kalian dalam keadaan mabuk". (An-Nisa': 4).
 Yang dimaksud dengan shalat pada ayat di atas ialah tempat-tempat shalat.
 Jadi orang mabuk itu seperti wanita haid.
 I'tikaf tidak batal dengan lain-lain di antara dosa-dosa besar menurut
kami dan sebagian besar ulama, kendati pendapat tersebut
menyelisihi sejumlah generasi salaf, misalnya Atha', Az-Zuhri, Ats-
Tsauri, dan Malik.
 Orang-orang selain mereka juga dikisahkan berpendapat tidak
seperti pendapat kami
MUAMALAH YANG TERTOLAK
Jual-beli, Pembatalan Jual-
beli, Dan Lain Sebagainya
 Jika di dalamnya terdapat perubahan hukum-hukum
syar'i, misalnya mengganti hukuman zina dengan
hukuman dengan uang dan lain-lain,
 maka itu tertolak pada asalnya dan kepemilikan tidak berpindah
dengan cara seperti itu, karena tidak dikenal dalam hukum-
hukum Islam
 Dalilnya: ‘
 "Anakku menjadi buruh pada si Fulan, kemudian ia berzina
dengan istri si Fulan tersebut, kemudian aku menebusnya
dengan seratus kambing dan pembantu". Nabi SAW bersabda,
"Seratus kambing dan pembantu tertolak darimu. Sedang
anakmu wajib dicambuk seratus kali dan diasingkan selama
setahun".
Jual-beli, Pembatalan Jual-
beli, Dan Lain Sebagainya
Jika di dalamnya terdapat akad yang dilarang
dalam syariat, karena
 komoditi tidak layak untuk dilakukan akad, atau
 syarat-syarat akad tidak terpenuhi, atau
 dengannya akan terdapat kedzaliman di komoditi, atau
 akad tersebut melupakan dzikir kepada Allah yang wajib
(maksudnya, shalat Jum'at) jika waktunya hendak habis,
 dan lain-lain
Apakah akad seperti itu tertolak secara total di
mana kepemilikan tidak berpindah dengannya atau
tidak?
Perbedaan Pendapat
Dalam masalah ini, para ulama berbeda
pendapat, karena
 Ada dalil bahwa akad seperti itu tertolak dan
tidak mengesahkan kepemilikan.
 Ada dalil lain bahwa akad seperti itu
mengesahkan kepemilikan.
Jadi, perbedaan pendapat terjadi karena
sebab tersebut.
Yang Paling Dekat dengan
Kebenaran
Jika larangan tersebut untuk hak Allah Azza wa
Jalla maka akad seperti itu tidak mengesahkan
kepemilikan secara keseluruhan
 Yang dimaksud dengan hak Allah ialah hak tersebut
tidak gugur dengan keridhaan dua pihak yang
berakad
Jika akad tersebut untuk hak manusia tertentu
dalam arti hak tersebut gugur dengan
keridhaannya, maka akad tersebut sangat
terkait dengan keridhaan orang tersebut
Tergantung Keridhaan
 Jika ia ridha, akad wajib dilakukan dan kepemilikan
menjadi sah.
 Jika orang tersebut tidak ridha, ia berhak
membatalkan akad.
 Meskipun yang terkena mudzarat tidak teranggap
keridhaannya, misalnya istri dalam perceraian dan
budak dalam pemerdekaan, maka keridhaan dan
kemurkaan orang tersebut tidak ada artinya.
 Jika larangan terkait khusus dengan sesuatu yang
dilarang karena adanya kesulitan di dalamnya, kemudian
seseorang mengerjakan kesulitan tersebut, amal
perbuatannya tidak batal
Larangan untuk Hak Allah
Contoh lain larangan untuk hak Allah:
1. Menikahi wanita-wanita yang haram
dinikahi
2. Akad riba
3. Jual-beli yang dilarang dijual
Menikahi Wanita-wanita yang
Haram Dinikahi
 Seperti wanita-wanita yang haram dinikahi selama-
lamanya karena salah satu sebab, atau nasab, atau
menikahi dua wanita bersaudara sekaligus, atau syarat-
syarat pernikahan tidak terpenuhi, maka larangan
menikahi wanita-wanita tersebut tidak gugur dengan
keridhaan dua pihak untuk menggugurkan larangan
tersebut.
 Misalnya menikahi wanita yang sedang menjalani masa
iddah, menikahi wanita muhrim, nikah tanpa wali, dan
lain sebagainya
 Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau memisahkan orang
laki-laki dengan wanita yang dinikahinya dalam keadaan hamil
 Pada hadits tersebut, Nabi SAW menolak pernikahan seperti itu
karena terjadi pada saat perempuan tersebut menjalani masa
iddah
Akad Riba
Akad tersebut tidak mengesahkan
kepemilikan dan harus dibatalkan
Karena Nabi SAW pernah menyuruh
orang yang menjual satu sha' kurma
dengan dua sha' untuk
mengembalikannya
Jual-beli yang Dilarang Dijual
Contoh: minuman keras, bangkai, babi,
patung, anjing, dan seluruh yang dilarang
dijual
Keridhaan dua pihak untuk melakukan
jual-beli dengannya tidak diperbolehkan
Larangan untuk Hak Manusia
 Contoh lain larangan untuk hak manusia:
1. Wali menikahkan wanita yang tidak boleh ia nikahkan kecuali
dengan izinnya, namun ia menikahkannya tanpa izinnya
2. Orang yang membelanjakan uang orang lain tanpa izinnya itu tidak
batal menurut asalnya, namun boleh tidaknya sangat terkait
dengan pemilik uang
3. Pembelanjaan orang sakit terhadap seluruh hartanya
4. Jual-beli yang mengandung penipuan dan lain-lain
5. Menjual sejumlah budak yang haram dipisahkan
6. Seorang ayah hanya memberikan pemberian khusus kepada
salah seorang anaknya tanpa anak-anaknya yang lain
7. Perceraian terlarang
8. Wasiat sepertiga rumahnya sedang ia memiliki tiga rumah
Kasus 1
 Wali menikahkan wanita yang tidak boleh ia nikahkan
kecuali dengan izinnya, namun ia menikahkannya tanpa
izinnya
 Nabi SAW menolak pernikahan wanita janda yang
dinikahkan ayahnya padahal wanita janda tersebut tidak
ridha.
 Juga diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau
memberi pilihan (menerima atau menolak) kepada
wanita yang dinikahkan ayahnya tanpa izinnya.
 Tentang ketidak-absahan pernikahan seperti itu dan
pembolehannya tergantung kepada wanita tersebut itu
ada dua riwayat dari Imam Ahmad
Kasus 2
 Orang yang membelanjakan uang orang lain tanpa izinnya itu tidak
batal menurut asalnya, namun boleh tidaknya sangat terkait dengan
pemilik uang
 Jika pemilik uang memperbolehkan pembelanjaan tersebut, maka
pembelanjaan tersebut diperbolehkan.
 Jika pemilik uang tidak memperbolehkan, maka pembelanjaan tersebut
batal.
 Mereka berhujjah dengan hadits Urwah bin Al-Ja'du yang membeli
dua kambing untuk Nabi SAW padahal beliau menyuruhnya
membeli satu kambing. Setelah itu, Urwah bin Al-Ja'du menjual
salah satu kambing tersebut kemudian Nabi SAW menerima
kambing tersebut.
 Imam Ahmad di pendapatnya yang terkenal mengkhususkan
masalah tersebut pada orang yang membelanjakan uang orang lain
dengan izin pemilik uang tersebut, kemudian orang tersebut
menyalahi izin yang diberikan kepadanya
Kasus 3
Pembelanjaan orang sakit terhadap seluruh
hartanya
Apakah batal sejak awal ataukah
pembelanjaannya terhadap dua pertiga hartanya
itu tergantung pembolehan ahli waris?
Ada perbedaan pendapat di kalangan fuqaha'
dalam masalah ini.
Perbedaan pendapat tersebut terjadi pada
madzhab Imam Ahmad dan lain-lain
Dalilnya…
Diriwayatkan dengan shahih bahwa dilaporkan
kepada Nabi SAW bahwa seseorang
memerdekakan keenam budaknya menjelang
kematiannya, padahal ia tidak memiliki asset selain
budak-budak tersebut. Nabi SAW memanggil
keenam budak tersebut kemudian membagi mereka
ke dalam tiga bagian. Nabi SAW memerdekakan
dua orang dari mereka, tetap memperbudak empat
orang dari mereka, dan bersabda keras kepada
orang tersebut.
Bisa jadi, ahli waris tidak membolehkan
pemerdekaan semua budak tersebut, wallahu a'lam
Kasus 4
Jual-beli yang mengandung penipuan dan lain-
lain, misalnya jual-beli musharrat, jual-beli
najasy, menemui rombongan pedagang, dan
lain-lain.
Tentang keabsahan jual-beli tersebut terdapat
perbedaan pendapat seperti diketahui di
madzhab Imam Ahmad.
Sejumlah ulama hadits berpendapat bahwa jual-
beli seperti itu tidak sah dan tertolak
Jual-beli Musharrat
Jual-beli musharrat ialah kambing atau unta
diikat punggungnya dan susunya tidak diperah
selama dua atau tiga hari.
Jika susunya telah terkumpul di kantungnya,
kambing atau unta tersebut dijual agar pembeli
menduga susu kambing atau unta tersebut
banyak hingga harganya mahal.
Jika pembeli memerah susu kambing atau unta
tersebut dua atau tiga kali, jual-beli tersebut
dikaji ulang karena adanya penipuan tersebut
Jual-beli Najasy
Jual-beli najasy ialah
seseorang memuji salah satu barang
dagangan
dengan sesuatu yang sebenarnya tidak
ada pada barang dagangan
tersebut agar barang dagangan tersebut
laris atau harganya mahal,
padahal ia tidak ingin membelinya,
namun untuk menipu orang lain
Menemui Rombongan
Pedagang
Menemui rombongan pedagang ialah
 tersiar berita tentang kedatangan rombongan
pedagang dengan membawa barang dagangan di
salah satu tempat,
 kemudian salah seorang dari penduduk daerah
tersebut menemui rombongan pedagang tersebut
untuk membeli salah satu dari barang dagangan
mereka sebelum mereka tiba di pasar dan
mengetahui daerah tersebut dengan harga yang
sangat murah.
Itu dilarang karena mengandung unsur penipuan
Pendapat yang Benar
 Pendapat yang benar ialah bahwa sah tidaknya jual-beli
tersebut sangat tergantung kepada pembolehan pihak
yang mendapatkan kedzaliman, karena diriwayatkan
dengan shahih dari Nabi SAW bahwa beliau memberi
hak pilih kepada pembeli musharrat
 Beliau juga memberi khiyar (hak pilih) kepada
rombongan pedagang jika mereka tiba di pasar
 Ini semua menunjukkan bahwa jual beli seperti itu pada
dasarnya tidak tertolak.
 Hadits tentang kambing musharrat disebutkan kepada
kelompok yang tidak mengesahkan jual beli tersebut,
namun ia tidak memberi jawaban apa pun
Jual-beli Orang Kota kepada
Orang Desa
Sedang jual-beli orang kota kepada orang desa,
maka orang-orang yang mengesahkannya
menjadikan jual-beli tersebut seperti jual-beli di
atas.
Sedang orang-orang yang membatalkannya,
memberikan hak terhadap jual-beli tersebut
kepada seluruh penduduk tanpa dibatasi.
Jadi, hak mereka tidak dapat digugurkan,
karena itu, hak mereka menjadi seperti hak
Allah Azza wa Jalla
Kasus 5
Jika seseorang menjual sejumlah budak yang
haram dipisahkan, misalnya ibu dengan
anaknya, namun ternyata orang tersebut
memisahkan antara keduanya;
 apakah jual-beli tersebut batal dan tertolak?
 ataukah pembolehannya tergantung kepada
keridhaan budak-budak tersebut?
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW memerintahkan
penolakan jual beli seperti itu
Pendapat Ulama
Imam Ahmad secara tegas mengatakan bahwa
pemisahan budak tidak diperbolehkan, kendati
budak-budak tersebut setuju.
Sejumlah ulama, di antaranya An-Nakhai dan
Ubaidillah bin Al-Hasan Al-Anbari, berpendapat
memperbolehkan memisahkan budak-budak
tersebut dengan keridhaan mereka.
Ini menunjukkan bahwa bisa jadi pemisahan
budak-budak tersebut diperbolehkan dan
tidaknya sangat terkait dengan persetujuan
mereka
Kasus 6
 Seorang ayah hanya memberikan pemberian khusus
kepada salah seorang anaknya tanpa anak-anaknya yang
lain.
 Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi SAW bahwa beliau
menyuruh Basyir bin Sa'ad untuk menarik kembali
pemberiannya kepada An-Nu'man karena Basyir bin Sa'ad
hanya memberikan pemberian khusus kepadanya tanpa
anak-anaknya yang lain
 Pemberian seperti ini tidak menunjukkan bahwa
kepemilikan tidak berpindah tangan kepada anak tersebut,
karena pemberian tersebut sah-sah saja dan benar.
 Jika seorang ayah memberikan sesuatu kepada semua
anaknya atau ia menarik kembali apa yang telah ia berikan
kepada salah satu anaknya, ia diperbolehkan
Jika Ayahnya Meninggal?
 Jika ayah tersebut meninggal dunia dan tidak berbuat
apa-apa terhadap pemberian tersebut?
 Mujahid berkata, "Pemberian tersebut adalah warisan -
Imam Ahmad juga diriwayatkan berpendapat seperti itu -
dan pemberian menjadi batal".
 Sedang jumhur ulama berpendapat bahwa pemberian
tersebut tidak batal
 Namun apakah ahli waris mempunyai hak untuk
mengkaji ulang pemberian tersebut atau tidak?
 Ada dua pendapat dalam masalah ini dan kedua
pendapat tersebut diriwayatkan dari Imam Ahmad
Kasus 7
Perceraian terlarang, seperti perceraian pada
saat istri haid.
Ada yang mengatakan, perceraian tersebut
dilarang untuk kepentingan suami karena
dikhawatirkan ia menyesal setelah itu.
Barangsiapa dilarang dari sesuatu untuk
menyayanginya, namun ia tidak berhenti dari
larangan tersebut, bahkan tetap
mengerjakannya dan siap menanggung
kesulitannya, maka larangan yang ia kerjakan
tersebut tidak diputuskan batal
Contoh-contoh
 orang yang berpuasa ketika sakit, atau bepergian, atau orang
yang mengerjakan puasa wishal (puasa terus-menerus tanpa
sahur), atau orang yang berpuasa sepanjang masa tanpa
berhenti
 orang yang menyedekahkan seluruh hartanya kemudian ia
meminta-minta manusia, atau
 orang mengerjakan shalat dengan berdiri padahal shalatnya
dengan berdiri itu membahayakan dirinya karena ia sakit,
atau
 orang yang mandi sedang ia sendiri mengkhawatirkan dirinya
dan tidak bertayammum, atau
 orang yang mengerjakan qiyamul lail tanpa tidur, atau
 orang yang langsung mencerai istrinya dengan perceraian
tiga menurut pendapat yang mengharamkannya
Kasus 8
Orang mempunyai tiga rumah, kemudian
mewasiatkan sepertiga rumahnya; apakah sepertiga
wasiat tersebut diwujudkan dalam satu rumah
miliknya?
Al-Qasim bin Muhammad berkata, "Wasiatnya
diwujudkan dalam bentuk satu rumah.”
Dalilnya adalah hadits 5 yang berasal dari Muslim
Maksudnya bahwa perubahan wasiatnya pemberi
wasiat kepada sesuatu yang lebih dicintai Allah dan
bermanfaat itu diperbolehkan.
Ini juga diriwayatkan dari Atha' dan Ibnu Juraij
Dalil-dalil Lainnya
 Bisa jadi orang yang berpendapat seperti itu berhujjah
dengan firman Allah Ta’ala dalam Al-Baqarah: 182
 Bisa jadi, orang-orang yang berpendapat seperti itu juga
berhujjah dengan hadits tentang penyatuan
pemerdekaan budak, karena diriwayatkan dengan
shahih bahwa seseorang memerdekakan enam budak
miliknya pada saat ia hendak meninggal dunia,
kemudian Nabi SAW memanggil keenam budak tersebut
dan membagi mereka ke dalam tiga bagian; beliau
memerdekakan dua orang dari mereka dan tetap
memperbudak empat orang. (Diriwayatkan Muslim)
Kenapa Hadits Itu Digunakan?
Para fuhaqa' berpendapat dengan hadits
tersebut, karena penyempurnaan pemerdekaan
budak kendati memungkinkan itu lebih baik
daripada menguranginya.
Oleh karena itu, si’ayah disyariatkan jika salah
seorang sekutu memerdekakan bagiannya
terhadap budak.
Nabi SAW bersabda tentang seseorang yang
memerdekakan sebagian budak miliknya, "Ia
orang yang memerdekakan secara penuh dan
Allah tidak mempunyai sekutu".
Jumhur Fuqaha Tidak
Sependapat
Sebagian besar fuhaqa' tidak sependapat
dengan pendapat Al-Qasim bin Muhammad
 bahwa wasiat pemberi wasiat tidak bisa diwujudkan
dengan satu rumah dan bahwa hal tersebut hanya
khusus berlaku pada pemerdekaan budak,
 karena makna yang menyatukan dalam masalah
pemerdekaan budak itu tidak terwujud pada harta
yang ada.
Jadi, wasiat diperlakukan sesuai dengan
tuntutan wasiat pemberinya

More Related Content

Similar to Hadits-5-Amal-amal-Perbuatan-yang-Tidak-Termasuk-Perintah-Allah.pptx

Aplikasi dalam organisasi
Aplikasi dalam organisasiAplikasi dalam organisasi
Aplikasi dalam organisasiKaizan Nazlan
 
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah KuburPeringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah KuburBidak 99
 
Pembahasan kisi kisi mapel qurdis
Pembahasan kisi kisi mapel qurdisPembahasan kisi kisi mapel qurdis
Pembahasan kisi kisi mapel qurdiselyannara
 
persiapan sya'ban.docx
persiapan sya'ban.docxpersiapan sya'ban.docx
persiapan sya'ban.docxawaldaik1
 
Bab 1 Rendah Hati, Hemat, dan Hidup Sederhana_STD y.pptx
Bab 1 Rendah Hati, Hemat, dan Hidup Sederhana_STD y.pptxBab 1 Rendah Hati, Hemat, dan Hidup Sederhana_STD y.pptx
Bab 1 Rendah Hati, Hemat, dan Hidup Sederhana_STD y.pptxRahmaDina65
 
Takhrij hadis tentang walimah dan mahar
Takhrij hadis tentang walimah dan maharTakhrij hadis tentang walimah dan mahar
Takhrij hadis tentang walimah dan maharadidiklat
 
Anjuran menikah dan larangan membujang
Anjuran menikah dan larangan membujangAnjuran menikah dan larangan membujang
Anjuran menikah dan larangan membujangSeptian Muna Barakati
 
Obsesi 14 HARAKAH DAN MAJLIS TA'LIM
Obsesi 14 HARAKAH DAN MAJLIS TA'LIMObsesi 14 HARAKAH DAN MAJLIS TA'LIM
Obsesi 14 HARAKAH DAN MAJLIS TA'LIMAMIR HAMZAH
 
Kuliah 30 Minit Sebelum Jumaat_27 Mei 2016_Masjid Al-Hidayah Taman Melawati_T...
Kuliah 30 Minit Sebelum Jumaat_27 Mei 2016_Masjid Al-Hidayah Taman Melawati_T...Kuliah 30 Minit Sebelum Jumaat_27 Mei 2016_Masjid Al-Hidayah Taman Melawati_T...
Kuliah 30 Minit Sebelum Jumaat_27 Mei 2016_Masjid Al-Hidayah Taman Melawati_T...Mohammad Hidir Baharudin
 
1. MT Kuliah Ilmu Fiqih S1.pdf
1. MT Kuliah Ilmu Fiqih S1.pdf1. MT Kuliah Ilmu Fiqih S1.pdf
1. MT Kuliah Ilmu Fiqih S1.pdfherlinguru
 
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Khusnul Kotimah
 
Materi-BAP-2017-Dr.-Rozihan-SH.-M.Ag_.ppt
Materi-BAP-2017-Dr.-Rozihan-SH.-M.Ag_.pptMateri-BAP-2017-Dr.-Rozihan-SH.-M.Ag_.ppt
Materi-BAP-2017-Dr.-Rozihan-SH.-M.Ag_.pptfaujifauzi22
 
SUMBER AJARAN ISLAM.ppt
SUMBER AJARAN ISLAM.pptSUMBER AJARAN ISLAM.ppt
SUMBER AJARAN ISLAM.pptJimatul Arrobi
 
Bab 5 hukum islam
Bab 5 hukum islamBab 5 hukum islam
Bab 5 hukum islamIsmail Zain
 
Kitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
Kitab Risalah Ahlusunnah WaljamaahKitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
Kitab Risalah Ahlusunnah WaljamaahRoni Setyawan
 
Risalah aswaja
Risalah aswajaRisalah aswaja
Risalah aswajaMas Mito
 

Similar to Hadits-5-Amal-amal-Perbuatan-yang-Tidak-Termasuk-Perintah-Allah.pptx (20)

Aplikasi dalam organisasi
Aplikasi dalam organisasiAplikasi dalam organisasi
Aplikasi dalam organisasi
 
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah KuburPeringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
 
Pembahasan kisi kisi mapel qurdis
Pembahasan kisi kisi mapel qurdisPembahasan kisi kisi mapel qurdis
Pembahasan kisi kisi mapel qurdis
 
SHOLAWAT DAN SHOLAWAT WAHIDIYAH
SHOLAWAT DAN SHOLAWAT WAHIDIYAHSHOLAWAT DAN SHOLAWAT WAHIDIYAH
SHOLAWAT DAN SHOLAWAT WAHIDIYAH
 
persiapan sya'ban.docx
persiapan sya'ban.docxpersiapan sya'ban.docx
persiapan sya'ban.docx
 
Bab 1 Rendah Hati, Hemat, dan Hidup Sederhana_STD y.pptx
Bab 1 Rendah Hati, Hemat, dan Hidup Sederhana_STD y.pptxBab 1 Rendah Hati, Hemat, dan Hidup Sederhana_STD y.pptx
Bab 1 Rendah Hati, Hemat, dan Hidup Sederhana_STD y.pptx
 
Takhrij hadis tentang walimah dan mahar
Takhrij hadis tentang walimah dan maharTakhrij hadis tentang walimah dan mahar
Takhrij hadis tentang walimah dan mahar
 
Anjuran menikah dan larangan membujang
Anjuran menikah dan larangan membujangAnjuran menikah dan larangan membujang
Anjuran menikah dan larangan membujang
 
Anjuran menikah dan larangan membujang
Anjuran menikah dan larangan membujangAnjuran menikah dan larangan membujang
Anjuran menikah dan larangan membujang
 
bab Nahi
bab Nahibab Nahi
bab Nahi
 
Obsesi 14 HARAKAH DAN MAJLIS TA'LIM
Obsesi 14 HARAKAH DAN MAJLIS TA'LIMObsesi 14 HARAKAH DAN MAJLIS TA'LIM
Obsesi 14 HARAKAH DAN MAJLIS TA'LIM
 
Kuliah 30 Minit Sebelum Jumaat_27 Mei 2016_Masjid Al-Hidayah Taman Melawati_T...
Kuliah 30 Minit Sebelum Jumaat_27 Mei 2016_Masjid Al-Hidayah Taman Melawati_T...Kuliah 30 Minit Sebelum Jumaat_27 Mei 2016_Masjid Al-Hidayah Taman Melawati_T...
Kuliah 30 Minit Sebelum Jumaat_27 Mei 2016_Masjid Al-Hidayah Taman Melawati_T...
 
1. MT Kuliah Ilmu Fiqih S1.pdf
1. MT Kuliah Ilmu Fiqih S1.pdf1. MT Kuliah Ilmu Fiqih S1.pdf
1. MT Kuliah Ilmu Fiqih S1.pdf
 
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
Materi-BAP-2017-Dr.-Rozihan-SH.-M.Ag_.ppt
Materi-BAP-2017-Dr.-Rozihan-SH.-M.Ag_.pptMateri-BAP-2017-Dr.-Rozihan-SH.-M.Ag_.ppt
Materi-BAP-2017-Dr.-Rozihan-SH.-M.Ag_.ppt
 
SUMBER AJARAN ISLAM.ppt
SUMBER AJARAN ISLAM.pptSUMBER AJARAN ISLAM.ppt
SUMBER AJARAN ISLAM.ppt
 
Bab5hukumislam
Bab5hukumislamBab5hukumislam
Bab5hukumislam
 
Bab 5 hukum islam
Bab 5 hukum islamBab 5 hukum islam
Bab 5 hukum islam
 
Kitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
Kitab Risalah Ahlusunnah WaljamaahKitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
Kitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
 
Risalah aswaja
Risalah aswajaRisalah aswaja
Risalah aswaja
 

Hadits-5-Amal-amal-Perbuatan-yang-Tidak-Termasuk-Perintah-Allah.pptx

  • 1. ُ ‫س‬ِ‫م‬‫ا‬ َ ‫الخ‬ ُ ‫ث‬ ْ‫ي‬ِ‫د‬ َ ‫الح‬ Amal-amal Perbuatan yang Tidak Termasuk Perintah Allah 3.1.1.05.006
  • 2. Pembagian Pembahasan Ibnu Rajab membagi pembahasan hadits 5 dan hadits 28 sebagai berikut: Pembahasan tentang hal-hal baru (bid'ah) akan diletakkan di pembahasan hadits Al- Irbadh bin Sariyah (Hadits 28) Sedang di sini (Hadits 5), kita membicarakan amal-amal perbuatan yang tidak termasuk perintah Allah Ta'ala
  • 3. Tujuan Umum Maddah Hadits Memperkuat hubungan dengan sunnah Rasulullah saw, atas dasar pemahaman, kecintaan dan hasrat mempelajarinya; Memiliki hubungan dengan taujihatnya; Mengamalkan hukum-hukumnya atas dasar pemahaman yang benar dan tujuan- tujuannya yang sesuai dengan waktu dan tempat serta menjadikan sebagai rujukan pada setiap saat terjadi perselisihan
  • 4. Tujuan Kognitif Maddah Hadits 1. Memahami uslub, cara dakwah Rasulullah saw 2. Memahami pokok-pokok penting yang digunakan Rasulullah saw dalam membina jamaah muslimah. 3. Memahami bahwa hadits Rasulullah saw merupakan madrasah fikriyah, khuluqiyah wa ta’limiyah. 4. Memahami metode Nabi dalam tarbiyah dan penyiapan individu muslim dan jamaah muslimah. 5. Memahami bahwa adab berinteraksi dengan Al-Qur'an sama dengan adab berinteraksi dengan hadits 6. Memahami dengan baik dan benar beberapa hadits Nabi. 7. Memahami sejarah ulama hadits dan para perawinya serta beberapa kitab hadits
  • 5. Tujuan Psikomotorik Maddah Hadits 1. Memiliki Adab dalam membaca Al-Hadits 2. Banyak membaca sholawat atas nabi saw 3. Memiliki adab dihadapan para ulama dan guru 4. Termotivasi mengajarkan manusia terhadap ajaran agama mereka 5. Komitmen terhadap ibadah dan sunnah tanpa ada dikurangi dan dilebihkan 6. Menjauhi perkara yang syubhat 7. Waspada dari tergelincir pada kekufuran 8. Membersihkan hati dari kotoran yang merusak 9. Nasehat hanya milik Allah, Rasul-Nya, para pemimpin islam dan umat islam 10. Menjauhi diri bergelut pada permasalahan yang tidak berujung dan mengarah pada perselisihan serta menghindar dari perdebatan
  • 6. Tujuan Kognitif Hadits 5 1. Menghafal hadits sanad dan matannya 2. Menjelaskan makna hadits 3. Menjelaskan hubungan antara hadits dengan yang pertama : “Innamal a’amalu binniyat…” 4. Menjelaskan apa yang dapat diambil dari hadits yang berhubungan dengan fiqh disertai dengan contoh 5. Mengaplikasikan apa yang telah dipahami dari fiqh hadits pada bebarapa amal da’wah 6. Mengambil intisari nilai-nilai dan hakekat tarbawiyah dari hadits tersebut
  • 7. Kegiatan Pendukung 1. Menghafal hadits dari sanad, matannya lalu menyimaknya 2. Mengadakan perlombaan guna mengetahui tingkat keshahihan hadits dan mentakhrijnya 3. Mengumpulkan hadits yang memiliki hubungan dengan hadits yang telah ditetapkan dan menghafalnya 4. Membuat majalah dinding yang memuat hadits-hadits nabi 5. Menulis Hadits-hadits nabi dan menempelnya dimajalah dinding 6. Memotivasi anak untuk menghafal hadits dan memberikannya hadiah 7. Melakukan murajaah hafalan hadits dengan hafalan dan pemahaman bersama anggota keluarganya 8. Menguraikan hadits yang difahami secara sederhana atau singkat dihadapan para jamaah masjid 9. Haji bagi yang tidak untuk berhaji dan meninggal atau karena sakit yang permanent
  • 8. Hadits5 َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ِ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ِ ‫م‬ُ‫ا‬ َ ‫ين‬ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ ِ ‫م‬ُ‫ا‬ ْ ‫ن‬َ‫ع‬ ْ ‫ت‬ َ ‫ال‬َ‫ق‬ ،‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ َ‫ي‬ ِ ‫ض‬َ‫ر‬ َ‫ة‬ : َ ‫ال‬َ‫ق‬ : ِ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ ُ ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬  " ُ‫ه‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ ‫س‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫ا‬ َ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ ‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬َ‫ا‬ ْ ‫ن‬َ‫م‬ ٌَّ‫ر‬ َ‫و‬ ." ‫رقم‬ ُّ‫ي‬ِ‫ار‬َ‫خ‬ُ‫ب‬ ْ ‫ال‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬ : 2697 ٌ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ ُ‫م‬َ‫و‬ ، ‫رقم‬ : 1718 . ٍ ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬ِ‫ل‬ ٍ‫ة‬َ‫اي‬َ‫و‬ِ‫ر‬ ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫و‬ ": َ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ًل‬َ‫م‬َ‫ع‬ َ ‫ل‬ِ‫م‬َ‫ع‬ ْ ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ن‬ُ‫ر‬ْ‫م‬َ‫ا‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ ‫س‬ْ‫ي‬ ٌّ “ "Barangsiapa menciptakan hal-hal baru dalam urusan kami yang tidak berasal dari-Nya, ia tertolak". (HR. Bukhari-Muslim). Di riwayat Muslim, "Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak atas dasar urusan kami, amalan tersebut tertolak".
  • 9. Takhrij Hadits 5  Hadits di atas diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim di Shahih-nya masing-masing dari Al-Qasim bin Muhammad dari bibinya (dari jalur ayah), Aisyah Radhiyallahu Anha.  Diriwayatkan Al-Bukhari hadits nomer 2697 dan Muslim hadits nomer 1718.  Hadits tersebut juga diriwayatkan Imam Ahmad 6/73, 240, 270, Abu Daud hadits nomer 4606, dan Ibnu Majah hadits nomer 14. Hadits tersebut dishahihkan Ibnu Hibban hadits nomer 26-27.  Redaksi hadits tersebut tidak sama, namun maknanya mirip  Takhrij hadits tersebut secara lengkap, silahkan baca buku tersebut.
  • 10. ِ‫ات‬ َ ‫م‬ِ‫ل‬ َ ‫الك‬‫ي‬ِ‫ن‬‫ا‬ َ ‫ع‬ َ ‫م‬  (( ‫أ‬ َ‫هذ‬ ‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ ‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ْ ‫ن‬َ‫م‬ :)) ِ‫د‬‫ي‬ِ‫ف‬ ُ ‫ات‬َ‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬ُ‫م‬ ْ ‫أل‬ ُ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ََََِِْْ ‫ا‬َ‫م‬ََ ‫أ‬ َ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ا‬َِِِْ‫ْي‬ ِِّ‫ي‬ِ‫ب‬َِّ‫أل‬  َ‫و‬ُ‫ه‬ََ ُُِ‫ت‬ َ‫ع‬ْ‫ْي‬ِ‫ر‬َ‫ش‬ .  (( ُِِِْ‫م‬ َ ‫س‬ْْ َ ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ :)) ِ ‫ن‬ْ‫ْي‬ ِّ ِ‫ألد‬ َ ‫ن‬ِ‫م‬ َ ‫س‬ْْ َ ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ .  (( ‫د‬َ‫ر‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ :)) ََََِِْْ ٌ‫د‬ َُْ‫د‬ْ‫ر‬َ‫م‬ . (( َ ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ ‫ْين‬ ِ ِّ‫ألد‬ َ ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ ‫وأ‬ََُ‫ر‬َ‫ش‬ ُ‫اء‬َ‫ك‬َ‫ر‬ُ‫ش‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ ْ‫م‬َ‫أ‬ ُ َّ ‫أّلل‬ ِِِ‫ب‬ ْ ‫ن‬َ‫ذ‬ْ‫ا‬َ‫ْي‬ ْ‫م‬ ()) ‫رى‬‫ألشو‬ : 21 )
  • 11. Makna kata-kata  (( ‫أ‬ َ‫هذ‬ ‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ ‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ْ ‫ن‬َ‫م‬ )) : Siapa yang mengadakan hal- hal baru dalam urusan agama ini atau memasukkannya ke dalam syariat Nabi Muhammad saw  (( ُِِِْ‫م‬ َ ‫س‬ْْ َ ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ )) : apa saja yang bukan bagian dari Islam  (( ‫د‬َ‫ر‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ )) : maka ia tertolak. Apakah mereka mempunyai sembahan- sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka dalam agama ini apa saja yang tidak diizinkan Allah? (Asy-Syura (42): 21).
  • 12. ِ‫يث‬ِ‫د‬ َ ‫الح‬ ُ ‫ة‬ َ ‫ل‬ِ‫ز‬ ْ ‫ن‬ َ ‫م‬  ُ‫د‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ا‬ ُ‫ام‬َ‫م‬ِ‫اإل‬ َ ‫ل‬َ‫قا‬ : ‫ا‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ر‬‫و‬ ُ‫د‬َ‫ي‬‫ث‬ْ‫ي‬ ٌِّ‫ا‬َ‫ح‬َ‫ا‬ ُ‫ة‬َ‫ث‬َ‫ًل‬َ‫ث‬ ُ‫م‬َ‫ًل‬ْ‫س‬ِ‫إل‬ :  َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ُ ‫ث‬ْ‫ي‬ ِ‫د‬َ‫ح‬ :  ِ ‫ت‬َّ‫ْا‬ِِِّ‫ال‬ِ‫ب‬ ُ ‫ال‬َ‫م‬ََْ‫أأل‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬  .  َ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ُ ‫يث‬ ِ‫د‬َ‫ح‬َ‫و‬ :  َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ُِِِْ‫م‬ َ ‫س‬ْْ َ ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫أ‬ َ‫ذ‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ ‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ْ ‫ن‬َ‫م‬ ‫د‬َ‫ر‬  .  ٍ‫ر‬ْ‫ي‬ ِ‫ش‬َ‫ب‬ ِ ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ ‫ان‬َ‫م‬ ْ‫ع‬ُّ‫الن‬ ُ ‫يث‬ ِ‫د‬َ‫ح‬َ‫و‬ :  ٌ ‫ن‬َِِّْ‫ب‬ ُ‫أم‬َ‫ر‬َ‫ح‬ ْ ‫أل‬ََ ٌ ‫ن‬َِِّْ‫ب‬ ُ ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ح‬ ْ ‫ل‬َ‫أ‬  . Imam Ahmad – rahimahullah – berkata: “Ada 3 hadits yang menjadi poros Islam: 1. Hadits Umar ra: ِ ‫ت‬َّ‫ْا‬ِِِّ‫ال‬ِ‫ب‬ ُ ‫ال‬َ‫م‬ََْ‫أأل‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ 2. Hadits ‘Aisyah ra : َ‫ف‬ ُِِِْ‫م‬ َ ‫س‬ْْ َ ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫أ‬ َ‫ذ‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ ‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ْ ‫من‬ ‫د‬َ‫ر‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ 3. Hadits An-Nu’man bin Basyir ra : َ‫ب‬ ُ‫أم‬َ‫ر‬َ‫ح‬ ْ ‫أل‬ََ ٌ ‫ن‬َِِّْ‫ب‬ ُ ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ح‬ ْ ‫ل‬َ‫أ‬ ٌ ‫ن‬ِِّْ
  • 13. Hubungan antara Hadits 1 dan 5 Hadits 1adalah syarat batiniah diterimanya amal Sedangkan hadits 5 adalah syarat lahiriyah amal Siapa saja yang menciptakan hal-hal baru dalam agama yang tidak izinkan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka bukanlah termasuk perkara agama sedikit pun
  • 14. Hadits Al-Irbadh bin Sariyah (Hadits 28) َ ‫ال‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ َ‫ي‬ ِ ‫ض‬َ‫ر‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ار‬َ‫س‬ ِ ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ ‫اض‬َ‫ب‬ْ‫ر‬ ِ‫ع‬ ْ ‫ال‬ ِ ‫ن‬َ‫ع‬ : « َ‫ع‬ ُ ‫ه‬ ‫اَّلل‬‫ى‬‫ه‬‫ل‬َ‫ص‬ ِ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ ُ ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫ظ‬َ‫ع‬َ‫و‬ َ‫م‬‫ه‬‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ ْ ‫ال‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ ‫ت‬َ‫ف‬َ‫ر‬ َ‫ذ‬َ‫و‬، ُ ‫وب‬ُ‫ل‬ُ‫ق‬ ْ ‫ال‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ ‫ت‬َ‫ل‬َ‫ج‬َ‫و‬،‫ا‬‫ة‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫و‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫ن‬ ْ ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ ، ُ ‫ون‬ُ‫ي‬ ُ‫ع‬ : َ‫ا‬َ‫ك‬،ِ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ َ ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ه‬‫ن‬ َ ‫ال‬َ‫ق‬،‫ا‬َ‫ن‬ ِ ‫ص‬ ْ‫و‬َ‫ا‬َ‫ف‬، ٍ ‫ع‬ٌَِّ‫و‬ُ‫م‬ ُ‫ة‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫و‬َ‫م‬ : ‫ى‬َ‫و‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫يك‬ ِ ‫وص‬ُ‫ا‬ َ‫ا‬َ‫ت‬ ْ ‫ن‬ِ‫ا‬َ‫و‬ ، ِ‫ة‬َ‫اع‬‫ه‬‫الط‬َ‫و‬ ِ ‫ع‬ْ‫م‬‫ه‬‫الس‬َ‫و‬،ِ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ر‬‫ه‬‫م‬ ْ‫اخ‬ ‫ى‬َ‫ر‬َ‫ي‬َ‫س‬َ‫ف‬ ‫ي‬ ِ‫د‬ ْ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ ‫ش‬ ِ‫ع‬َ‫ي‬ ْ ‫ن‬َ‫م‬ ُ‫ه‬‫ه‬‫ن‬ِ‫ا‬َ‫ف‬ ، ٌ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫ت‬‫ه‬‫ن‬ُ‫س‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ َ‫ع‬َ‫ف‬ ،‫ا‬‫ا‬‫ير‬ِ‫ث‬ َ‫ك‬‫ا‬‫ا‬‫ف‬ َ ‫ًل‬ِ‫ت‬ ِ‫ة‬‫ه‬‫ن‬ُ‫س‬َ‫و‬‫ي‬ ، ِ‫ذ‬ ِ ‫اج‬َ‫و‬‫ه‬‫الن‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬‫وا‬ُّ‫ض‬َ‫ع‬، َ ‫ين‬ ِ‫د‬ ِ ‫اش‬‫ه‬‫الر‬ ِ‫اء‬َ‫ف‬َ‫ل‬ُ‫خ‬ ْ ‫ال‬ َ‫و‬ ُ‫ك‬ ‫ه‬ ‫ن‬ِ‫ا‬َ‫ف‬،ِ‫ر‬‫و‬ُ‫م‬ُ ْ ‫اإل‬ ِ ‫ات‬َ‫ث‬ َ‫د‬ْ‫ح‬ُ‫م‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫اك‬‫ه‬‫ي‬ِ‫ا‬ ٍ‫ة‬َ‫ع‬ ْ‫د‬ِ‫ب‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ٌ‫ة‬ َ ‫ل‬ َ ‫ًل‬َ‫ض‬ » ٌ ‫يث‬ ِ‫د‬َ‫ح‬ َ ‫ال‬َ‫ق‬َ‫و‬ ، ُّ‫ي‬ ِ‫ذ‬ِ‫م‬ْ‫ر‬ِ‫الت‬َ‫و‬ ٌَّ ُ‫او‬ٌَّ‫و‬ُ‫ب‬َ‫ا‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬ ٌ ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ ٌ‫يح‬ ِ ‫ح‬َ‫ص‬ "Barangsiapa hidup sepeninggalku, ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, hendaklah kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin, yang mendapat petunjuk sepeninggalku. Gigitlah Sunnah tersebut dengan gigi geraham. Dan jauhilah hal-hal baru yang diada-adakan (bid'ah), karena hal-hal baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan‘
  • 15. Kandungan Hadits 5 Tekstual hadits menunjukkan bahwa seluruh amal perbuatan yang tidak termasuk urusan Allah dan Rasul-Nya adalah tertolak. Sedang kontekstualnya menunjukkan bahwa semua amal perbuatan yang sesuai dengan urusan Allah dan Rasul- Nya itu tidak tertolak
  • 16. Maksud ‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫ر‬ ْ ‫م‬ َ ‫ا‬ Yang dimaksud dengan kata URUSAN pada hadits di atas ialah agama dan syariat Rasulullah SAW, seperti yang dimaksudkan hadits beliau di riwayat lain, "Barangsiapa menciptakan hal-hal baru dalam urusan kita yang tidak berasal darinya, ia tertolak". Jadi, makna hadits di atas bahwa ْ ‫ن‬َ‫م‬ ‫ا‬‫د‬ِ‫ي‬َ‫ق‬َ‫ت‬ُ‫م‬ َ ‫س‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ ِ ‫ع‬ْ‫ر‬‫ه‬‫الش‬ ِ ‫ن‬َ‫ع‬‫ا‬‫ا‬‫ج‬ِ‫ار‬َ‫خ‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬َ‫م‬َ‫ع‬ َ ‫ان‬َ‫ك‬ ٌٌّ‫و‬ٌُّْ‫ر‬َ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ، ِ ‫ع‬ْ‫ر‬‫ه‬‫الش‬ِ‫ب‬‫ا‬ barangsiapa amal perbuatannya keluar dari syariat dan tidak terikat dengannya, maka tertolak
  • 17. MAKNA َ ‫س‬ ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ ِ‫ه‬ ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ ْ ‫م‬ َ ‫ا‬ ‫ا‬ َ‫ن‬ ُ ‫ر‬ Menurut Riwayat Muslim
  • 18. ‫ا‬ َ‫ن‬ ُ ‫ر‬ ْ ‫م‬ َ ‫ا‬ ِ‫ه‬ ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ َ ‫س‬ ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ "Yang tidak termasuk urusan kami", adalah isyarat bahwa  seluruh amal perbuatan manusia harus berjalan di bawah hukum-hukum syariat dan  hukum-hukum syariat dengan perintah dan larangannya, menjadi penguasa atasnya. Jadi,  barangsiapa amal perbuatannya berjalan di bawah hukum-hukum syariat dan sinkron dengannya, amal perbuatan tersebut diterima.  Sedang barangsiapa amal perbuatannya keluar dari hukum-hukum syariat, maka tertolak
  • 19. Pembagian Amal Amal perbuatan terbagi ke dalam dua bagian;  Pertama, ibadah.  Kedua, muamalah Dua jenis amal itulah yang akan dijelaskan di materi hadits 5 ini: manakah ibadah dan muamalah yang masuk kategori TERTOLAK?
  • 20. Ibadah Adapun ibadah  jika salah satu dari ibadah keluar total dari hukum Allah dan Rasul-Nya, ibadah tersebut ditolak dari pelakunya dan pelakunya masuk dalam firman Allah Ta'ala, "Apakah mereka mempunyai sembahan- sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?" (Asy- Syura: 21) Contoh-contohnya akan dijelaskan kemudian
  • 21. Muamalah Contoh-contoh muamalah yang tertolak akan diuraikan setelah penjelasan ibadah Ini memerlukan pembahasan yang lebih panjang karena perkembangan muamalah di antara manusia
  • 23. Ibadah yang Tertolak َ ‫ل‬ ٍ ‫ل‬َ‫م‬ َ‫ع‬ِ‫ب‬ ِ ‫ه‬ ‫اَّلل‬‫ى‬ َ ‫ل‬ِ‫ا‬ َ ‫ب‬‫ه‬‫ر‬َ‫ق‬َ‫ت‬ ْ ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬ ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ ُ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ ُ‫ه‬ ْ ‫ل‬ َ‫ع‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ِ‫ا‬ ‫ا‬‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ر‬ُ‫ق‬ ُ‫ه‬ ُ ‫ول‬ ٌٌّ‫و‬ٌُّْ‫ر‬َ‫م‬ ٌ ‫ل‬ ِ ‫اط‬َ‫ب‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬َ‫م‬ َ‫ع‬َ‫ف‬،ِ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ Barangsiapa bertaqarrub kepada Allah dengan amal perbuatan yang tidak dijadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai taqarrub kepada Allah, amal perbuatan tersebut batil dan tertolak
  • 24. Contoh-contoh Ibadah yang Tertolak Orang-orang yang shalat di samping Baitullah dalam bentuk siulan dan tepuk tangan Orang yang bertaqarrub kepada Allah Ta'ala dengan  mendengar hiburan, atau  dansa, atau  membuka tutup kepala di selain ihram, dan  bid'ah-bid'ah lain yang tidak disyariatkan Allah dan Rasul-Nya sebagai bentuk taqarrub kepada-Nya
  • 25. Kasus-kasus yang Terjadi 1. Taqarrub di salah satu ibadah tidak menjadi taqarrub di ibadah lainnya secara mutlak 2. Taqarrub dengan suatu bentuk ibadah yang dilarang secara khusus 3. Mengerjakan amal perbuatan yang pada asalnya disyariatkan dan merupakan taqarrub, kemudian dimasukkan kepadanya sesuatu yang tidak disyariatkan, atau tidak mengerjakan sesuatu yang disyariatkan 4. Seseorang menambahkan sesuatu yang tidak disyariatkan kepada sesuatu yang disyariatkan
  • 26. Kasus 1 Taqarrub di Salah Satu Ibadah Tidak Menjadi Taqarrub di Ibadah Lainnya Secara Mutlak  Orang yang bernadzar untuk berdiri dan tidak berteduh selama Nabi SAW berkhutbah (khutbah Jum’at) untuk mengagungkan khutbah beliau  Nabi SAW memerintahkan orang tersebut duduk, berteduh, dan meneruskan puasa  Beliau tidak menjadikan berdirinya orang tersebut di bawah terik matahari sebagai taqarrub yang bisa menyempurnakan nadzarnya  Padahal berdiri adalah ibadah di moment lain, seperti di shalat, adzan, berdoa di Arafah, dan berjemur di bawah terik matahari bagi orang yang sedang ihram
  • 27. Kasus 2 Taqarrub dengan Suatu Bentuk Ibadah yang Dilarang Secara Khusus orang berpuasa pada Hari Raya mengerjakan shalat di waktu terlarang
  • 28. Kasus 3 Mengerjakan Amal Perbuatan yang pada Asalnya Disyariatkan dan Merupakan Taqarrub, Kemudian Dimasukkan Kepadanya Sesuatu tang Tidak Disyariatkan, atau Tidak Mengerjakan Sesuatu yang Disyariatkan  Keduanya bertentangan dengan syariat  Adapun tentang “tidak mengerjakan sesuatu yang disyariatkan”, maka kadar penentangannya  sesuai dengan apa yang tidak ia kerjakan di dalamnya atau  sesuai dengan pemasukan sesuatu yang tidak berasal darinya ke dalamnya  Namun apakah amal perbuatannya pada asalnya tertolak atau tidak?  Amal perbuatan tersebut tidak bisa dikatakan tertolak atau diterima secara mutlak, namun harus dikaji
  • 29. Dua Keadaan  Jika orang tersebut tidak mengerjakan bagian-bagian amal perbuatan atau syarat-syaratnya yang mengharuskan batalnya amal perbuatan tersebut dalam syariat  seperti orang yang tidak bersuci untuk shalat padahal ia sanggup atau seperti orang yang tidak mengerjakan ruku' atau sujud atau thuma'ninah di shalat maka  amal perbuatan orang tersebut tertolak dan  ia harus mengulangi shalatnya jika shalat tersebut shalat fardhu  Jika yang tidak dikerjakan orang tersebut tidak mengharuskan batalnya amal perbuatan tersebut  seperti orang yang tidak ikut shalat berjama'ah di shalat fardhu menurut ulama yang mewajibkan shalat berjama'ah dan tidak menjadikannya sebagai syarat, maka amal perbuatan tersebut tidak bisa dikatakan tertolak, namun hanya berkurang
  • 30. Kasus 4 Seseorang Menambahkan Sesuatu yang Tidak Disyariatkan kepada Sesuatu yang Disyariatkan  Artinya, penambahan tersebut bukan merupakan taqarrub dan pelakunya tidak diberi pahala karenanya 1. Terkadang amal perbuatan menjadi batal sejak awal dengan penambahan tersebut seperti orang yang menambahkan satu raka'at dalam shalatnya dengan sengaja 2. Terkadang penambahan tersebut tidak membatalkan amal perbuatan dan tidak membuatnya tertolak sejak awal seperti orang yang berwudhu empat-empat (mestinya tiga-tiga), atau berpuasa siang dan malam dan menyambung puasanya (tidak berbuka). 3. Terkadang sebagian yang diperintahkan dalam ibadah itu diganti dengan sesuatu yang dilarang seperti orang yang menutup auratnya di shalat dengan pakaian haram, atau berwudhu dengan air rampasan, atau mengerjakan shalat di lahan rampasan
  • 31. Perbedaan Pendapat pada Kasus 4.3 Apakah amal orang tersebut tertolak pada asalnya, atau tidak tertolak hingga ia terbebas dari beban kewajiban? Sebagian besar fuqaha' berpendapat bahwa amal tersebut tidak tertolak pada asalnya Di antara fuqaha tersebut adalah Abdurrahman bin Mahdi  Salah seorang pakar fiqih dan hadits terkemuka yang banyak membawakan ucapan para generasi salaf
  • 32. Abdurrahman bin Mahdi  Abdurrahman bin Mahdi meriwayatkan dari kaum As- Syimriyah, pengikut Abu Syimr, yang berkata bahwa barangsiapa mengerjakan shalat dengan menggunakan pakaian yang padanya terdapat uang senilai satu dirham haram, ia wajib mengulang shalatnya.  Abdurrahman bin Mahdi berkata, "Aku tidak pernah mendengar perkataan yang lebih buruk daripada perkataan mereka. Kita meminta keselamatan kepada Allah".  Ia mengecam pendapat tersebut dan mengategorikannya sebagai bid'ah.  Itu menunjukkan bahwa pendapat yang mewajibkan mengulang shalat karena sebab seperti itu tidak dikenal seorang pun dari generasi salaf
  • 33. Kasus-kasus yang Mirip dengan Kasus 4.3  Haji dengan uang haram  Ada hadits yang menyatakan bahwa haji seperti itu tertolak, namun hadits tersebut tidak kuat  Para ulama berbeda pendapat apakah dengan haji seperti itu kewajiban haji menjadi gugur atau tidak?  Menyembelih hewan qurban dengan alat haram atau penyembelihan oleh orang yang tidak boleh menyembelih, misalnya pencuri  Sebagian besar ulama berkata, "Dibolehkan penyembelihan seperti itu".  Di antara mereka ada yang berkata, "Penyembelihan tersebut haram“  Penyembelihan oleh orang yang sedang ihram terdapat hewan buruan, namun pendapat yang menyatakan bahwa penyembelihan tersebut haram itu lebih terkenal dan kuat, karena asal penyembelihan seperti itu dilarang
  • 34. Dua Jenis Larangan 1. Larangan yang mempunyai makna khusus dalam ibadah tertentu kemudian larangan tersebut membatalkan ibadah tersebut 2. Larangan yang tidak mempunyai makna khusus dalam ibadah tertentu kemudian larangan seperti itu tidak membatalkan ibadah tersebut
  • 35. Contoh Kasus: Shalat Shalat  dengan najis, atau  tanpa bersuci, atau  tanpa menutup aurat, atau  tidak menghadap kiblat, semua itu membatalkan shalat, karena hal-hal tersebut secara khusus dilarang dalam shalat Ini berbeda dengan shalat dengan sesuatu hasil rampasan
  • 36. Contoh Kasus: Puasa  Pendapat tersebut diperkuat oleh kenyataan bahwa puasa tidak batal kecuali dengan mengerjakan sesuatu yang dilarang secara khusus dalam puasa, misalnya  Makan  minum, dan  melakukan hubungan suami-istri.  Ini berbeda dengan sesuatu yang dilarang dikerjakan orang yang berpuasa dan tidak terkait khusus dengan puasa, misalnya  berbohong dan  menggunjing.  Itu menurut jumhur ulama
  • 37. Contoh Kasus: Haji Haji tidak batal kecuali dengan sesuatu yang memang dilarang dikerjakan pada saat ihram yaitu  melakukan hubungan suami-istri Haji tidak batal dengan hal-hal haram yang tidak terkait khusus dengan ihram, misalnya  membunuh, mencuri, dan minum minuman keras
  • 38. Contoh Kasus: I’tikaf  I'tikaf batal dengan sesuatu yang dilarang secara khusus dalam i'tikaf yaitu  melakukan hubungan suami-istri dan  mabuk menurut kami dan sebagian besar ulama, karena orang-orang mabuk dilarang mendekati masjid dan memasukinya menurut salah satu penafsiran tentang firman Allah Ta'ala, "Dan janganlah kalian mendekati shalat sedang kalian dalam keadaan mabuk". (An-Nisa': 4).  Yang dimaksud dengan shalat pada ayat di atas ialah tempat-tempat shalat.  Jadi orang mabuk itu seperti wanita haid.  I'tikaf tidak batal dengan lain-lain di antara dosa-dosa besar menurut kami dan sebagian besar ulama, kendati pendapat tersebut menyelisihi sejumlah generasi salaf, misalnya Atha', Az-Zuhri, Ats- Tsauri, dan Malik.  Orang-orang selain mereka juga dikisahkan berpendapat tidak seperti pendapat kami
  • 40. Jual-beli, Pembatalan Jual- beli, Dan Lain Sebagainya  Jika di dalamnya terdapat perubahan hukum-hukum syar'i, misalnya mengganti hukuman zina dengan hukuman dengan uang dan lain-lain,  maka itu tertolak pada asalnya dan kepemilikan tidak berpindah dengan cara seperti itu, karena tidak dikenal dalam hukum- hukum Islam  Dalilnya: ‘  "Anakku menjadi buruh pada si Fulan, kemudian ia berzina dengan istri si Fulan tersebut, kemudian aku menebusnya dengan seratus kambing dan pembantu". Nabi SAW bersabda, "Seratus kambing dan pembantu tertolak darimu. Sedang anakmu wajib dicambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun".
  • 41. Jual-beli, Pembatalan Jual- beli, Dan Lain Sebagainya Jika di dalamnya terdapat akad yang dilarang dalam syariat, karena  komoditi tidak layak untuk dilakukan akad, atau  syarat-syarat akad tidak terpenuhi, atau  dengannya akan terdapat kedzaliman di komoditi, atau  akad tersebut melupakan dzikir kepada Allah yang wajib (maksudnya, shalat Jum'at) jika waktunya hendak habis,  dan lain-lain Apakah akad seperti itu tertolak secara total di mana kepemilikan tidak berpindah dengannya atau tidak?
  • 42. Perbedaan Pendapat Dalam masalah ini, para ulama berbeda pendapat, karena  Ada dalil bahwa akad seperti itu tertolak dan tidak mengesahkan kepemilikan.  Ada dalil lain bahwa akad seperti itu mengesahkan kepemilikan. Jadi, perbedaan pendapat terjadi karena sebab tersebut.
  • 43. Yang Paling Dekat dengan Kebenaran Jika larangan tersebut untuk hak Allah Azza wa Jalla maka akad seperti itu tidak mengesahkan kepemilikan secara keseluruhan  Yang dimaksud dengan hak Allah ialah hak tersebut tidak gugur dengan keridhaan dua pihak yang berakad Jika akad tersebut untuk hak manusia tertentu dalam arti hak tersebut gugur dengan keridhaannya, maka akad tersebut sangat terkait dengan keridhaan orang tersebut
  • 44. Tergantung Keridhaan  Jika ia ridha, akad wajib dilakukan dan kepemilikan menjadi sah.  Jika orang tersebut tidak ridha, ia berhak membatalkan akad.  Meskipun yang terkena mudzarat tidak teranggap keridhaannya, misalnya istri dalam perceraian dan budak dalam pemerdekaan, maka keridhaan dan kemurkaan orang tersebut tidak ada artinya.  Jika larangan terkait khusus dengan sesuatu yang dilarang karena adanya kesulitan di dalamnya, kemudian seseorang mengerjakan kesulitan tersebut, amal perbuatannya tidak batal
  • 45. Larangan untuk Hak Allah Contoh lain larangan untuk hak Allah: 1. Menikahi wanita-wanita yang haram dinikahi 2. Akad riba 3. Jual-beli yang dilarang dijual
  • 46. Menikahi Wanita-wanita yang Haram Dinikahi  Seperti wanita-wanita yang haram dinikahi selama- lamanya karena salah satu sebab, atau nasab, atau menikahi dua wanita bersaudara sekaligus, atau syarat- syarat pernikahan tidak terpenuhi, maka larangan menikahi wanita-wanita tersebut tidak gugur dengan keridhaan dua pihak untuk menggugurkan larangan tersebut.  Misalnya menikahi wanita yang sedang menjalani masa iddah, menikahi wanita muhrim, nikah tanpa wali, dan lain sebagainya  Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau memisahkan orang laki-laki dengan wanita yang dinikahinya dalam keadaan hamil  Pada hadits tersebut, Nabi SAW menolak pernikahan seperti itu karena terjadi pada saat perempuan tersebut menjalani masa iddah
  • 47. Akad Riba Akad tersebut tidak mengesahkan kepemilikan dan harus dibatalkan Karena Nabi SAW pernah menyuruh orang yang menjual satu sha' kurma dengan dua sha' untuk mengembalikannya
  • 48. Jual-beli yang Dilarang Dijual Contoh: minuman keras, bangkai, babi, patung, anjing, dan seluruh yang dilarang dijual Keridhaan dua pihak untuk melakukan jual-beli dengannya tidak diperbolehkan
  • 49. Larangan untuk Hak Manusia  Contoh lain larangan untuk hak manusia: 1. Wali menikahkan wanita yang tidak boleh ia nikahkan kecuali dengan izinnya, namun ia menikahkannya tanpa izinnya 2. Orang yang membelanjakan uang orang lain tanpa izinnya itu tidak batal menurut asalnya, namun boleh tidaknya sangat terkait dengan pemilik uang 3. Pembelanjaan orang sakit terhadap seluruh hartanya 4. Jual-beli yang mengandung penipuan dan lain-lain 5. Menjual sejumlah budak yang haram dipisahkan 6. Seorang ayah hanya memberikan pemberian khusus kepada salah seorang anaknya tanpa anak-anaknya yang lain 7. Perceraian terlarang 8. Wasiat sepertiga rumahnya sedang ia memiliki tiga rumah
  • 50. Kasus 1  Wali menikahkan wanita yang tidak boleh ia nikahkan kecuali dengan izinnya, namun ia menikahkannya tanpa izinnya  Nabi SAW menolak pernikahan wanita janda yang dinikahkan ayahnya padahal wanita janda tersebut tidak ridha.  Juga diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau memberi pilihan (menerima atau menolak) kepada wanita yang dinikahkan ayahnya tanpa izinnya.  Tentang ketidak-absahan pernikahan seperti itu dan pembolehannya tergantung kepada wanita tersebut itu ada dua riwayat dari Imam Ahmad
  • 51. Kasus 2  Orang yang membelanjakan uang orang lain tanpa izinnya itu tidak batal menurut asalnya, namun boleh tidaknya sangat terkait dengan pemilik uang  Jika pemilik uang memperbolehkan pembelanjaan tersebut, maka pembelanjaan tersebut diperbolehkan.  Jika pemilik uang tidak memperbolehkan, maka pembelanjaan tersebut batal.  Mereka berhujjah dengan hadits Urwah bin Al-Ja'du yang membeli dua kambing untuk Nabi SAW padahal beliau menyuruhnya membeli satu kambing. Setelah itu, Urwah bin Al-Ja'du menjual salah satu kambing tersebut kemudian Nabi SAW menerima kambing tersebut.  Imam Ahmad di pendapatnya yang terkenal mengkhususkan masalah tersebut pada orang yang membelanjakan uang orang lain dengan izin pemilik uang tersebut, kemudian orang tersebut menyalahi izin yang diberikan kepadanya
  • 52. Kasus 3 Pembelanjaan orang sakit terhadap seluruh hartanya Apakah batal sejak awal ataukah pembelanjaannya terhadap dua pertiga hartanya itu tergantung pembolehan ahli waris? Ada perbedaan pendapat di kalangan fuqaha' dalam masalah ini. Perbedaan pendapat tersebut terjadi pada madzhab Imam Ahmad dan lain-lain
  • 53. Dalilnya… Diriwayatkan dengan shahih bahwa dilaporkan kepada Nabi SAW bahwa seseorang memerdekakan keenam budaknya menjelang kematiannya, padahal ia tidak memiliki asset selain budak-budak tersebut. Nabi SAW memanggil keenam budak tersebut kemudian membagi mereka ke dalam tiga bagian. Nabi SAW memerdekakan dua orang dari mereka, tetap memperbudak empat orang dari mereka, dan bersabda keras kepada orang tersebut. Bisa jadi, ahli waris tidak membolehkan pemerdekaan semua budak tersebut, wallahu a'lam
  • 54. Kasus 4 Jual-beli yang mengandung penipuan dan lain- lain, misalnya jual-beli musharrat, jual-beli najasy, menemui rombongan pedagang, dan lain-lain. Tentang keabsahan jual-beli tersebut terdapat perbedaan pendapat seperti diketahui di madzhab Imam Ahmad. Sejumlah ulama hadits berpendapat bahwa jual- beli seperti itu tidak sah dan tertolak
  • 55. Jual-beli Musharrat Jual-beli musharrat ialah kambing atau unta diikat punggungnya dan susunya tidak diperah selama dua atau tiga hari. Jika susunya telah terkumpul di kantungnya, kambing atau unta tersebut dijual agar pembeli menduga susu kambing atau unta tersebut banyak hingga harganya mahal. Jika pembeli memerah susu kambing atau unta tersebut dua atau tiga kali, jual-beli tersebut dikaji ulang karena adanya penipuan tersebut
  • 56. Jual-beli Najasy Jual-beli najasy ialah seseorang memuji salah satu barang dagangan dengan sesuatu yang sebenarnya tidak ada pada barang dagangan tersebut agar barang dagangan tersebut laris atau harganya mahal, padahal ia tidak ingin membelinya, namun untuk menipu orang lain
  • 57. Menemui Rombongan Pedagang Menemui rombongan pedagang ialah  tersiar berita tentang kedatangan rombongan pedagang dengan membawa barang dagangan di salah satu tempat,  kemudian salah seorang dari penduduk daerah tersebut menemui rombongan pedagang tersebut untuk membeli salah satu dari barang dagangan mereka sebelum mereka tiba di pasar dan mengetahui daerah tersebut dengan harga yang sangat murah. Itu dilarang karena mengandung unsur penipuan
  • 58. Pendapat yang Benar  Pendapat yang benar ialah bahwa sah tidaknya jual-beli tersebut sangat tergantung kepada pembolehan pihak yang mendapatkan kedzaliman, karena diriwayatkan dengan shahih dari Nabi SAW bahwa beliau memberi hak pilih kepada pembeli musharrat  Beliau juga memberi khiyar (hak pilih) kepada rombongan pedagang jika mereka tiba di pasar  Ini semua menunjukkan bahwa jual beli seperti itu pada dasarnya tidak tertolak.  Hadits tentang kambing musharrat disebutkan kepada kelompok yang tidak mengesahkan jual beli tersebut, namun ia tidak memberi jawaban apa pun
  • 59. Jual-beli Orang Kota kepada Orang Desa Sedang jual-beli orang kota kepada orang desa, maka orang-orang yang mengesahkannya menjadikan jual-beli tersebut seperti jual-beli di atas. Sedang orang-orang yang membatalkannya, memberikan hak terhadap jual-beli tersebut kepada seluruh penduduk tanpa dibatasi. Jadi, hak mereka tidak dapat digugurkan, karena itu, hak mereka menjadi seperti hak Allah Azza wa Jalla
  • 60. Kasus 5 Jika seseorang menjual sejumlah budak yang haram dipisahkan, misalnya ibu dengan anaknya, namun ternyata orang tersebut memisahkan antara keduanya;  apakah jual-beli tersebut batal dan tertolak?  ataukah pembolehannya tergantung kepada keridhaan budak-budak tersebut? Diriwayatkan bahwa Nabi SAW memerintahkan penolakan jual beli seperti itu
  • 61. Pendapat Ulama Imam Ahmad secara tegas mengatakan bahwa pemisahan budak tidak diperbolehkan, kendati budak-budak tersebut setuju. Sejumlah ulama, di antaranya An-Nakhai dan Ubaidillah bin Al-Hasan Al-Anbari, berpendapat memperbolehkan memisahkan budak-budak tersebut dengan keridhaan mereka. Ini menunjukkan bahwa bisa jadi pemisahan budak-budak tersebut diperbolehkan dan tidaknya sangat terkait dengan persetujuan mereka
  • 62. Kasus 6  Seorang ayah hanya memberikan pemberian khusus kepada salah seorang anaknya tanpa anak-anaknya yang lain.  Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi SAW bahwa beliau menyuruh Basyir bin Sa'ad untuk menarik kembali pemberiannya kepada An-Nu'man karena Basyir bin Sa'ad hanya memberikan pemberian khusus kepadanya tanpa anak-anaknya yang lain  Pemberian seperti ini tidak menunjukkan bahwa kepemilikan tidak berpindah tangan kepada anak tersebut, karena pemberian tersebut sah-sah saja dan benar.  Jika seorang ayah memberikan sesuatu kepada semua anaknya atau ia menarik kembali apa yang telah ia berikan kepada salah satu anaknya, ia diperbolehkan
  • 63. Jika Ayahnya Meninggal?  Jika ayah tersebut meninggal dunia dan tidak berbuat apa-apa terhadap pemberian tersebut?  Mujahid berkata, "Pemberian tersebut adalah warisan - Imam Ahmad juga diriwayatkan berpendapat seperti itu - dan pemberian menjadi batal".  Sedang jumhur ulama berpendapat bahwa pemberian tersebut tidak batal  Namun apakah ahli waris mempunyai hak untuk mengkaji ulang pemberian tersebut atau tidak?  Ada dua pendapat dalam masalah ini dan kedua pendapat tersebut diriwayatkan dari Imam Ahmad
  • 64. Kasus 7 Perceraian terlarang, seperti perceraian pada saat istri haid. Ada yang mengatakan, perceraian tersebut dilarang untuk kepentingan suami karena dikhawatirkan ia menyesal setelah itu. Barangsiapa dilarang dari sesuatu untuk menyayanginya, namun ia tidak berhenti dari larangan tersebut, bahkan tetap mengerjakannya dan siap menanggung kesulitannya, maka larangan yang ia kerjakan tersebut tidak diputuskan batal
  • 65. Contoh-contoh  orang yang berpuasa ketika sakit, atau bepergian, atau orang yang mengerjakan puasa wishal (puasa terus-menerus tanpa sahur), atau orang yang berpuasa sepanjang masa tanpa berhenti  orang yang menyedekahkan seluruh hartanya kemudian ia meminta-minta manusia, atau  orang mengerjakan shalat dengan berdiri padahal shalatnya dengan berdiri itu membahayakan dirinya karena ia sakit, atau  orang yang mandi sedang ia sendiri mengkhawatirkan dirinya dan tidak bertayammum, atau  orang yang mengerjakan qiyamul lail tanpa tidur, atau  orang yang langsung mencerai istrinya dengan perceraian tiga menurut pendapat yang mengharamkannya
  • 66. Kasus 8 Orang mempunyai tiga rumah, kemudian mewasiatkan sepertiga rumahnya; apakah sepertiga wasiat tersebut diwujudkan dalam satu rumah miliknya? Al-Qasim bin Muhammad berkata, "Wasiatnya diwujudkan dalam bentuk satu rumah.” Dalilnya adalah hadits 5 yang berasal dari Muslim Maksudnya bahwa perubahan wasiatnya pemberi wasiat kepada sesuatu yang lebih dicintai Allah dan bermanfaat itu diperbolehkan. Ini juga diriwayatkan dari Atha' dan Ibnu Juraij
  • 67. Dalil-dalil Lainnya  Bisa jadi orang yang berpendapat seperti itu berhujjah dengan firman Allah Ta’ala dalam Al-Baqarah: 182  Bisa jadi, orang-orang yang berpendapat seperti itu juga berhujjah dengan hadits tentang penyatuan pemerdekaan budak, karena diriwayatkan dengan shahih bahwa seseorang memerdekakan enam budak miliknya pada saat ia hendak meninggal dunia, kemudian Nabi SAW memanggil keenam budak tersebut dan membagi mereka ke dalam tiga bagian; beliau memerdekakan dua orang dari mereka dan tetap memperbudak empat orang. (Diriwayatkan Muslim)
  • 68. Kenapa Hadits Itu Digunakan? Para fuhaqa' berpendapat dengan hadits tersebut, karena penyempurnaan pemerdekaan budak kendati memungkinkan itu lebih baik daripada menguranginya. Oleh karena itu, si’ayah disyariatkan jika salah seorang sekutu memerdekakan bagiannya terhadap budak. Nabi SAW bersabda tentang seseorang yang memerdekakan sebagian budak miliknya, "Ia orang yang memerdekakan secara penuh dan Allah tidak mempunyai sekutu".
  • 69. Jumhur Fuqaha Tidak Sependapat Sebagian besar fuhaqa' tidak sependapat dengan pendapat Al-Qasim bin Muhammad  bahwa wasiat pemberi wasiat tidak bisa diwujudkan dengan satu rumah dan bahwa hal tersebut hanya khusus berlaku pada pemerdekaan budak,  karena makna yang menyatukan dalam masalah pemerdekaan budak itu tidak terwujud pada harta yang ada. Jadi, wasiat diperlakukan sesuai dengan tuntutan wasiat pemberinya

Editor's Notes

  1. Jika sebagian budak dimerdekakan dan sebagiannya diperbudak, budak tersebut berusaha memerdekakan bagian dalam dirinya yang masih diperbudak. Untuk itu, ia bekerja dan hasil kerjanya diserahkan kepada pemiliknya (pemilik budak tersebut). Usaha budak tersebut untuk kerja mencari penghasilan dinamakan si'ayah