Pengkhotbah memberikan tantangan khusus bagi pengkhotbah karena banyak pertentangan dan pesan yang mengatakan segala sesuatu sia-sia. Namun, kitab ini tetap dapat memberikan pesan membangun jika dibaca secara kontekstual dan menangkap makna utama yaitu untuk takut kepada Allah dan taat pada perintah-Nya.
2. EPILOGUE (12:9-14)
Beberapa mengaitkan struktur epilogue ini dimulai dari 12:8 (bukan 12:9)
karena berdasarkan pergeseran dari orang pertama ke orang ketiga (narator)
yang memberikan komentar dan evaluasi dari pengamatan Qohelet. Tetapi
tetap isi dari evaluasi pada epilogue ini di mulai dari 12:9.
Bingkai penutup sebagai evaluasi dari narator ini dapat dibagi menjadi
beberapa bagian:
1. Tugas dari Qohelet sebagai orang berhikmat (12:9-10).
2. Karakteristik tentang ajaran hikmat secara umum, termasuk hikmat
Qohelet secara khusus (12:11-12).
3. Ringkasan akhir (12:13-14).
3. A. TUGAS DARI QOHELET SEBAGAI ORANG BERHIKMAT (12:9-10)
9 Selain Pengkhotbah berhikmat,
ia mengajarkan juga kepada umat
itu pengetahuan. Ia menimbang,
menguji dan menyusun banyak
amsal.
10 Pengkhotbah berusaha
mendapat kata-kata yang
menyenangkan dan menulis kata-
kata kebenaran secara jujur.
12:9 Qohelet: berhikmat, mengajar pengetahuan,
menimbang, menguji, menyusun amsal
Memberikan kita pandangan lebih jelas tentang tugas
dari seorang Pengkhotbah (Qohelet).
Fokus tugas dari Qohelet adalah membantu umat
untuk mendapatkan hikmat dan pengetahuan.
4. A. TUGAS DARI QOHELET SEBAGAI ORANG BERHIKMAT (12:9-10)
9 Selain Pengkhotbah berhikmat,
ia mengajarkan juga kepada umat
itu pengetahuan. Ia menimbang,
menguji dan menyusun banyak
amsal.
10 Pengkhotbah berusaha
mendapat kata-kata yang
menyenangkan dan menulis kata-
kata kebenaran secara jujur.
Ayat 9b menggunakan tiga kata kerja untuk
menjebarkan tindakan Qohelet yang bernuansa
mendengarkan dengan teliti dan merefleksikan apa
yang ia dengar.
Jadi tugas Qohelet bukan sekedar mengumpulkan
materi, melainkan terlibat dalam menafsirkan apa
yang ia amati dan kumpulkan (bukan hanya
mechanical, tapi juga bersifat hermeneutical).
Disinilah kita mendapat gambaran dari Qohelet
sebagai seorang pekerja keras, orang berhikmat yang
kreatif, dengan hati yang ditujukan untuk umat Allah
secara penuh.
5. A. TUGAS DARI QOHELET SEBAGAI ORANG BERHIKMAT (12:9-10)
9 Selain Pengkhotbah berhikmat,
ia mengajarkan juga kepada umat
itu pengetahuan. Ia menimbang,
menguji dan menyusun banyak
amsal.
10 Pengkhotbah berusaha
mendapat kata-kata yang
menyenangkan dan menulis kata-
kata kebenaran secara jujur.
12:10 Berusaha mendapat kata-kata yang
menyenangkan dan menuliskan secara jujur
Bagian ini menjelaskan tugas Qohelet dari segi bentuk
(kata-kata yang menyenangkan) dan isi (kata-kata
kebenaran secara jujur).
Berusaha mendapat = mencari dan mendapatkan
(seek and find).
Perjalanan Qohelet dan pencariannya akan makna
hidup yang membuahkan hasil dengan mendapatkan
kata-kata hikmat yang jujur dan menyukakan.
6. A. TUGAS DARI QOHELET SEBAGAI ORANG BERHIKMAT (12:9-10)
9 Selain Pengkhotbah berhikmat,
ia mengajarkan juga kepada umat
itu pengetahuan. Ia menimbang,
menguji dan menyusun banyak
amsal.
10 Pengkhotbah berusaha
mendapat kata-kata yang
menyenangkan dan menulis kata-
kata kebenaran secara jujur.
Menyenangkan dan jujur menjadi kombinasi.
Biasa yang jujur belum tentu menyenangkan, dan
untuk menyenangkan seringkali harus tidak jujur.
Kata dari Qohelet menyenangkan tapi benar dan jujur.
7. B. KARAKTERISTIK AJARAN HIKMAT SECARA UMUM (12:11-12)
11 Kata-kata orang berhikmat
seperti kusa dan kumpulan-
kumpulannya seperti paku-paku
yang tertancap, diberikan oleh satu
gembala.
12 Lagipula, anakku, waspadalah!
Membuat banyak buku tak akan
ada akhirnya, dan banyak belajar
melelahkan badan.
12:11 Kusa dan paku yang tertancap
Ajaran hikmat ibarat seperti seorang gembala yang
menghalau (kusa) ternaknya ke dalam garis dan paku
yang tertancap kuat di tempatnya.
Menggambarkan aspek berbahaya dan menyakitkan
dari ajaran hikmat.
Tongkat (kusa) mendorong untuk hidup dengan lebih
berhikmat. Paku mengacu pada pendirian kokoh dari
ajaran yang baik (Mzm. 23:4).
8. B. KARAKTERISTIK AJARAN HIKMAT SECARA UMUM (12:11-12)
11 Kata-kata orang berhikmat
seperti kusa dan kumpulan-
kumpulannya seperti paku-paku
yang tertancap, diberikan oleh satu
gembala.
12 Lagipula, anakku, waspadalah!
Membuat banyak buku tak akan
ada akhirnya, dan banyak belajar
melelahkan badan.
Mzm. 23:4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah
kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau
besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang
menghibur aku.
Fungsi gembala adalah “mengajar” (termasuk
menghajar) dan “mengarahkan.”
9. B. KARAKTERISTIK AJARAN HIKMAT SECARA UMUM (12:11-12)
11 Kata-kata orang berhikmat
seperti kusa dan kumpulan-
kumpulannya seperti paku-paku
yang tertancap, diberikan oleh satu
gembala.
12 Lagipula, anakku, waspadalah!
Membuat banyak buku tak akan
ada akhirnya, dan banyak belajar
melelahkan badan.
12:12 Banyak belajar melelahkan badan
Tafsiran Targum: Lagipula, anakku, waspadalah untuk
membuat banyak buku hikmat tanpa akhir, untuk
mempelajari banyak hukum, dan perhatikan keletihan
dari tubuh.
Narator memberikan nasihat, bahwa terlalu banyak
buku dan pemikiran (termasuk milik Qohelet), dan
mereka yang mencoba mengikutinya akan melelahkan
diri mereka sendiri.
10. B. KARAKTERISTIK AJARAN HIKMAT SECARA UMUM (12:11-12)
11 Kata-kata orang berhikmat
seperti kusa dan kumpulan-
kumpulannya seperti paku-paku
yang tertancap, diberikan oleh
satu gembala.
12 Lagipula, anakku, waspadalah!
Membuat banyak buku tak akan
ada akhirnya, dan banyak belajar
melelahkan badan.
Inteligensi manusia (dewasa) dikatakan dapat
mengenal dan melihat hal-hal dalam diri mereka
sendiri dan secara mendalam, baik yang bersifat
universal maupun individu (pribadi).
Inteligensi manusia juga menjangkau realitas sejauh
realitas itu telah diartikulasikan dan diatur. Sehingga
objek khas dari inteligensi manusia dewasa dikatakan
bersifat tak terbatas.
Manusia bukan hanya mencoba mengetahui lebih
banyak, tetapi juga secara lebih dalam, secara setotal
mungkin, meskipun tetap dalam kesadaran bahwa
semua yang kita ketahui tidak pernah sempurna.
11. B. KARAKTERISTIK AJARAN HIKMAT SECARA UMUM (12:11-12)
11 Kata-kata orang berhikmat
seperti kusa dan kumpulan-
kumpulannya seperti paku-paku
yang tertancap, diberikan oleh
satu gembala.
12 Lagipula, anakku, waspadalah!
Membuat banyak buku tak akan
ada akhirnya, dan banyak belajar
melelahkan badan.
Karena itu, dapat dikatakan bahwa objek dari
inteligensi adalah segala sesuatu yang “ada” atau
“memanifestasikan dirinya”, yang “pernah ada” atau
“pernah memanifestasikan dirinya” dan yang
“mungkin akan ada” atau “mungkin akan
memanifestasikan dirinya” (baik berupa kenyataan,
maupun khayalan, ataupun hanya dapat
dikonsepsikan saja).
Tapi itu bukan berarti inteligensi manusia dapat
memahami segala-galanya, meskipun tidak ada
realitas apa pun yang yang secara prinsip tidak dapat
dicapainya, dan bahwa tidak ada apa pun yang
sedikitnya tak dapat menjadi objek penyelidikannya.
12. B. KARAKTERISTIK AJARAN HIKMAT SECARA UMUM (12:11-12)
11 Kata-kata orang berhikmat
seperti kusa dan kumpulan-
kumpulannya seperti paku-paku
yang tertancap, diberikan oleh satu
gembala.
12 Lagipula, anakku, waspadalah!
Membuat banyak buku tak akan
ada akhirnya, dan banyak belajar
melelahkan badan.
Inteligensi tersebut biasa didapatkan melalui langkah-
langkah:
1. Sekedar membiarkan pikiran timbul dari dalam
diri manusia (melamun).
2. Mulai menyadari apa yang terjadi di sekitarnya
(aprehensi).
3. Mulai bertanya dan mencari sebuah jawaban
dan memaksa untuk berpikir, sehingga ketika
dilakukan penelitian akan menghasilkan suatu
penangkapan intuisi mengenai hal yang diteliti
(insight).
4. Kemudian melakukan verifikasi hingga
uraiannya menghasilkan suatu putusan yang
menghasilkan tindakan (refleksi).
13. C. RINGKASAN AKHIR (12:13-14)
13 Akhir kata dari segala yang
didengar ialah: takutlah akan Allah
dan berpeganglah pada perintah-
perintah-Nya, karena ini adalah
kewajiban setiap orang.
14 Karena Allah akan membawa
setiap perbuatan ke pengadilan
yang berlaku atas segala sesuatu
yang tersembunyi, entah itu baik,
entah itu jahat.
12:13 Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada
perintah-Nya
Dua ayat terakhir sebagai penutup ini terdiri dari dua
deklarasi (ay. 13) dan dua motif/alasan (ay. 13-14).
• Deklarasi: takutlah akan Allah dan berpeganglah
pada perintah-Nya (menghormati dan menyembah
Tuhan serta menjaga perintah Tuhan).
• Motif 1: karena ini adalah kewajiban setiap orang
(hal terpenting dalam hidup sebagai manusia).
14. C. RINGKASAN AKHIR (12:13-14)
13 Akhir kata dari segala yang
didengar ialah: takutlah akan Allah
dan berpeganglah pada perintah-
perintah-Nya, karena ini adalah
kewajiban setiap orang.
14 Karena Allah akan membawa
setiap perbuatan ke pengadilan
yang berlaku atas segala sesuatu
yang tersembunyi, entah itu baik,
entah itu jahat.
12:14 Karena Allah akan membawa setiap perbuatan
ke pengadilan
Berisi motif kedua.
• Motif 2: karena Allah akan membawa setiap
perbuatan ke pengadilan (Tuhan akan menghakimi
setiap manusia).
Tuhan akan memperbaiki semuanya melalui
penghakiman-Nya (bersifat eskatologis).
15. C. RINGKASAN AKHIR (12:13-14)
13 Akhir kata dari segala yang
didengar ialah: takutlah akan Allah
dan berpeganglah pada perintah-
perintah-Nya, karena ini adalah
kewajiban setiap orang.
14 Karena Allah akan membawa
setiap perbuatan ke pengadilan
yang berlaku atas segala sesuatu
yang tersembunyi, entah itu baik,
entah itu jahat.
Deklarasi:
1. Takutlah akan Allah (menghormati dan
menyembah Tuhan)
2. Berpeganglah pada perintah-Nya (menjaga dan
memelihara perintah Tuhan)
Alasan:
1. Karena ini adalah kewajiban setiap orang (hal
terpenting dalam hidup sebagai manusia)
2. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan
ke pengadilan (Tuhan akan menghakimi setiap
manusia)
18. PREACHING QOHELET
• Memberitakan Kitab Pengkhotbah bukan hal yang mudah, karena itu Kitab
Pengkhotbah jarang dikhotbahkan di gereja-gereja.
• Jika tujuan khotbah adalah membangun, beberapa orang mulai
mempertanyakan bagaimana Kitab Pengkhotbah yang mengatakan segala
sesuatu adalah sia-sia ini bisa digunakan untuk membangun jemaat.
• Khotbah juga mengasumsikan bahwa ada pesan/amanat teks yang jelas dan
koheren dalam sebuah teks yang layak untuk diungkapkan bagi individu
yang haus tidak hanya akan kebenaran tetapi juga untuk dorongan yang
kredibel berdasarkan kebenaran ini.
• Sedangkan banyak yang menafsirkan Kitab Pengkhotbah ini sebagai Kitab
yang penuh pertentangan pada dirinya sendiri, sehingga tidak dianggap
sebagai sumber pengajaran yang dapat dipercaya.
DANIEL C. FREDERICKS
19. PREACHING QOHELET
• Seharusnya ada hubungan langsung antara Pengkhotbah (Qohelet) dan
khotbah, karena Qohelet diterjemahkan sebagai Pengkhotbah dalam
beberapa terjemahan.
• Sebutan/gelar Qohelet ini merujuk kepada orang yang mengumpulkan
jemaat untuk diajar atau seseorang yang mengumpulkan kata-kata untuk
dijadikan pengajaran dan instruksi (orang yang berbicara dalam
pertemuan).
• Lagipula kita percaya Kitab ini masuk ke dalam kanon, sehingga pasti
memiliki sesuatu yang positif dalam membimbing jalan orang percaya.
DANIEL C. FREDERICKS
20. PREACHING QOHELET
• Seharusnya ada hubungan langsung antara Pengkhotbah (Qohelet) dan
khotbah, karena Qohelet diterjemahkan sebagai Pengkhotbah dalam
beberapa terjemahan.
• Sebutan/gelar Qohelet ini merujuk kepada orang yang mengumpulkan
jemaat untuk diajar atau seseorang yang mengumpulkan kata-kata untuk
dijadikan pengajaran dan instruksi (orang yang berbicara dalam
pertemuan).
• Lagipula kita percaya Kitab ini masuk ke dalam kanon, sehingga pasti
memiliki sesuatu yang positif dalam membimbing jalan orang percaya.
DANIEL C. FREDERICKS
21. PREACHING QOHELET
Beberapa presuposisi dan resep untuk mengkhotbahkan Kitab Pengkhotbah
diberikan oleh S. Greidanus.
1. Pengkhotbah harus dikhotbahkan sebagai literatur hikmat.
2. Setiap khotbah Pengkhotbah harus dikhotbahkan dengan satu tema,
seperti khotbah modern.
3. Setiap khotbah Pengkhotbah harus dikhotbahkan sebagai Injil.
4. Semua khotbah, termasuk dari Kitab Pengkhotbah, harus
mengkhotbahkan tentang Kristus.
5. Khotbah dari Kitab Pengkhotbah harus mengkhotbahkan tentang Kristus,
karena sebagian besar tema PL mengarah pada Kristus.
6. Referensi Perjanjian Baru dari surat-surat dapat diterima jika ajarannya
terkait dengan Kristus.
DANIEL C. FREDERICKS
22. PREACHING QOHELET
Jika ingin mengkhotbahkan Kristus dari Pengkhotbah, Greidanus
menyediakan contoh yang kaya tentang bagaimana secara tepat
melakukannya.
Namun, aturan-aturan yang dibuat-buat ini hanya dapat menyebabkan
kompromi terhadap sebuah teks.
P. G. Ryken juga salah satu yang berpandangan bahwa Qohelet memiliki
tujuan Penginjilan yang mendorong seseorang untuk beriman kepada Tuhan,
dan salah satu alasan terpenting untuk mempelajari Pengkhotbah adalah
untuk memahami kebutuhan kita akan Injil Yesus.
DANIEL C. FREDERICKS
23. PREACHING QOHELET
Cara tersebut adalah salah satu cara untuk mengkhotbahkan Pengkhotbah,
tapi itu bukan satu-satunya cara.
Daniel Fredericks tidak menyarankan dalam esainya satu metode tertentu
untuk memberitakan Pengkhotbah.
Sebaliknya, ia menyarankan tema-tema yang harus diperhatikan sebagai
sesuatu yang relevan dengan jemaat mana pun sehingga melalui khotbah
yang setia orang percaya dapat bertumbuh dalam hikmat yang taat kepada
Firman Tuhan, yang terdapat dalam kitab Perjanjian Lama.
DANIEL C. FREDERICKS
24. PREACHING QOHELET
Tujuannya adalah untuk menyoroti apa yang harus dimasukkan dalam
khotbah substantif tentang Pengkhotbah, meninggalkan homiletika kepada
pengkhotbah individu dan tradisi teologis dan pastoralnya.
Para pengkhotbahlah yang paling tepat untuk menentukan homiletik yang
sesuai untuk memotivasi jemaatnya, memanfaatkan komunikasi yang unik
dari budaya mereka sendiri.
DANIEL C. FREDERICKS
25. PREACHING QOHELET
Asumsinya, ada pernyataan Qohelet sendiri yang mendidik orang beriman
melalui khotbahnya.
Namun memang perlu untuk pembelajaran lebih lanjut, sehingga apa yang
dikhotbahkan melalui Kitab ini dapat membangun jemaat.
Salah satu poin penting, bagaimana menafsirkan kata-kata “Hebel” sebagai
“sementara” atau “fana” seperti halnya dalam beberapa bagian dalam PL,
khususnya dalam literatur hikmat.
DANIEL C. FREDERICKS
26. PREACHING QOHELET
1. Pertama-tama kita harus melihat apa yang Qohelet anggap sebagai
kenyataan hidup yang tidak dapat disangkal, yang mengecewakan, atau
membuat frustrasi dan sangat mengecilkan hati bagi siapa pun.
2. Lalu kita mencoba menawarkan pengamatan dan kesimpulan Qohelet
sendiri yang memiliki kesamaan dengan hikmat kebijaksanaan dalam
tradisi Perjanjian Lama.
3. Kemudian, kita memperkenalkan perbedaan utama dalam interpretasi
kesimpulan Qohelet karena para pengkhotbah akan tiba di persimpangan
jalan di mana keputusan harus dibuat tentang tujuan interpretatif mana
yang harus dikejar.
DANIEL C. FREDERICKS
27. PREACHING QOHELET
1. The Many Real Challenges in Life
Banyaknya tantangan nyata dalam kehidupan
Kita tidak sebatas berkhotbah dari Kitab Pengkhotbah untuk membekali
jemaat dalam menghadapi problematika hidup. Berkhotbah juga
menciptakan kesadaran yang lebih sadar akan dosa dan keinginan untuk
melawannya di dalam diri setiap orang percaya.
Betapa kosong dan tidak pekanya pelayanan mimbar jika tidak sering
menyoroti realita kondisi kehidupan manusia yang mengalami kelelahan dan
mengabaikan dunia yang tertekan.
DANIEL C. FREDERICKS
28. PREACHING QOHELET
Seorang gembala sejati tidak dapat mengabaikan apa yang harus ditangani
secara pribadi ketika jemaat kembali ke rumah untuk keluarga yang hancur,
mimpi yang retak, dan tubuh yang hancur.
Meskipun beberapa bagian dari ajaran Qohelet mungkin tidak mencerahkan
dan membuat jemaat bersukacita, tapi tetap dapat membuat jemaat
bertekuk lutut dalam doa, saling mendoakan satu sama lain dan mendoakan
dunia yang menderita di bawah kesenangan musuh yang menindas, brutal,
dan menghancurkan.
DANIEL C. FREDERICKS
29. PREACHING QOHELET
2. Innate Human Limitations
Keterbatasan bawaan manusia
A. Kita Adalah Mamalia
Bagian dari realisme Qohelet didasarkan pada keterbatasan manusia yang
dimaksudkan Tuhan dari awal. Manusia adalah rancangan Tuhan dalam
ciptaan yang disebut “baik.” Jadi bukan hal yang tidak baik jika kita diciptakan
terbatas dan harus bergantung pada Tuhan. Qohelet justru mengingatkan
tentang siapa manusia sebagai makhluk yang dicipta untuk mengelola
ciptaan Tuhan, tapi kita tetaplah juga adalah ciptaan Tuhan juga yang
terbatas, sama dengan ciptaan yang lain (mamalia).
DANIEL C. FREDERICKS
30. PREACHING QOHELET
Lebih jauh lagi, kejatuhan membawa manusia dan hewan menjadi lebih
dekat saat kita menjadi kurang mencerminkan citra pribadi Tuhan dan lebih
buas dalam nafsu dan perilaku kita.
Maksud Tuhan untuk perjalanan fisik manusia dan binatang adalah untuk
memulai dan mengakhirinya dengan cara yang sama (Dari debu kembali
menjadi debu; Kej. 3:19; Ayub 10:9; 34:14, 15; Mzm. 104:29; 146:4).
Bisakah kita mengikuti jejak Qohelet dan setidaknya untuk sesaat dengan
rendah hati mengakuinya?
DANIEL C. FREDERICKS
31. PREACHING QOHELET
B. Kita Tidak Mengetahui Segala Hal
Salah satu perbedaan yang umum antara manusia dan hewan adalah
pengetahuan manusia yang luar biasa berdasarkan akal dan kesimpulan yang
kita peroleh dari mengamati kompleksitas di seluruh dunia.
Awal khotbah Qohelet dengan jelas mengumumkan pencariannya akan
pengetahuan dan hikmat (1:12) diikuti oleh banyak pengamatan dan
kesimpulan yang bersifat negatif dan positif, meskipun tetap akurat dalam
setiap kasus.
DANIEL C. FREDERICKS
32. PREACHING QOHELET
Tak seorang pun dapat menyangkal kekuatan akal manusia sekalipun ia
sering dikompromikan oleh kerusakan moral yang mendorong seseorang
untuk bertindak bertentangan dengan akal tersebut.
Namun, salah satu frustrasi terbesar dalam hidup adalah bahwa kita tidak
dapat mengetahui segala sesuatu tentang peristiwa paling penting dalam
kehidupan pribadi kita atau dalam tujuan kerajaan Allah.
Kita tidak dapat mengetahui makna secara keseluruhan dari peristiwa dan
pengalaman masa lalu dan masa kini, dan kita tentu tidak dapat mengetahui
apa yang akan terjadi di masa depan.
DANIEL C. FREDERICKS
33. PREACHING QOHELET
Akibatnya, salah satu tantangan terbesar pengkhotbah adalah untuk
menghibur orang percaya di tengah-tengah yang kondisi hidup yang tidak
dapat mengetahui segala sesuatu dan kecemasan yang dapat
ditimbulkannya.
Qohelet mendapati dirinya kelelahan dan kecewa, bahkan setelah usahanya
yang gigih untuk menemukan dan memahami segala sesuatu.
Namun ia pasrah pada batas-batas substansial pengetahuan sebagai fakta
kehidupan, terutama bila menyangkut tujuan-tujuan Allah.
DANIEL C. FREDERICKS
34. PREACHING QOHELET
Namun, pengetahuan yang terbatas adalah salah satu dari berkat Tuhan—ini
adalah keuntungan untuk tidak mengetahui segalanya dan hanya menyadari
apa yang Tuhan izinkan untuk diketahui.
Betapapun mengecewakannya pengetahuan kita yang terbatas, kita sebagai
pengkhotbah harus mendorong “orang percaya” lainnya untuk percaya pada
belas kasihan Tuhan yang berdaulat.
Sifat masa depan yang tidak dapat diprediksi itulah yang paling menarik
perhatian Qohelet.
DANIEL C. FREDERICKS
35. PREACHING QOHELET
Sudah menjadi sifat manusia untuk melihat ke depan, mengantisipasi masa
depan dengan sempurna untuk mengelolanya dengan lebih baik dan
menghadapinya. Tapi Qohelet mengajarkan bahwa ini tidak mungkin.
Dia mengungkapkan fakta ini dalam tiga cara:
1. Tidak ada yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi (8:7; 9:1, 11–12;
10:14; 11:2);
2. Akibatnya, tidak ada yang dapat mengatakan apa yang akan terjadi (3:22,
6:12, 8:7, 10:14);
3. Khususnya, tidak ada yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi
setelah kematiannya (2:19, 6:12, 7:14, 10:14).
DANIEL C. FREDERICKS
36. PREACHING QOHELET
C. Kita Tidak Dapat Mengendalikan Segala Sesuatu
Seseorang tidak dapat mengendalikan segala sesuatu dalam hidupnya.
Mencoba mengendalikannya lebih merupakan permasalahan psikologis
daripada hikmat—penyebab kecemasan, frustrasi, dan kemarahan.
Sekali lagi, hal ini sebagian disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan kita,
tetapi Qohelet mengingatkan kita bahwa ada banyak alasan lain.
DANIEL C. FREDERICKS
37. PREACHING QOHELET
Alasan-alasan lain:
1. Alam dan musim memiliki ritme yang tak terhindarkan yang menentukan
situasi kita bagi kita (1:5–7, 11:3–6, 12:1–2).
2. Maksud-tujuan Allah adalah mutlak dan tidak mengizinkan gangguan
(3:14–15, 7:13-14).
3. Kepastian hanya dapat dilawan dengan ketidakpastian (1:15, 6:10).
4. Kehidupan yang sementara, generasi manusia, dan pengalaman pribadi
memperpendek kesempatan untuk mengontrol (1:4, 2:16, 3:2, 8:8, 9:10,
12:1).
5. Ironi kehidupan terjadi begitu saja, di luar dan bertentangan dengan akal
atau penjelasan (9:11).
DANIEL C. FREDERICKS
38. PREACHING QOHELET
D. Ketidakadilan
Masalah teodisi adalah batu sandungan bagi orang percaya dan orang yang
tidak percaya.
Mengapa kejahatan menang ketika Tuhan Mahakuasa? Ini juga merupakan
salah satu pertanyaan paling rumit yang diajukan seorang pengkhotbah.
Qohelet tidak menghindari pertanyaan, ia tidak menyangkal meluasnya atau
parahnya keberdosaan manusia dan akibat-akibatnya yang membawa
malapetaka. Kebutuhan akan keadilan melawan kejahatan sangat dirasakan
olehnya.
DANIEL C. FREDERICKS
39. PREACHING QOHELET
Qohelet juga menjelaskan parodi keadilan yang lebih umum yang mungkin
tidak dikaitkan dengan dosa tetapi pada keadaan yang diizinkan Tuhan dan
yang ironisnya mempengaruhi orang benar dan orang jahat. Bahkan orang
percaya yang paling stabil pun terguncang oleh pengamatan ini.
Khotbah apa yang dapat mengatasi kekecewaan yang merusak ini bagi
mereka yang menyanyikan pujian pada hari Minggu pagi tetapi merasakan
kesedihan mendalam dari berita utama Senin pagi dan yang mengalaminya
dalam hidup mereka sendiri?
DANIEL C. FREDERICKS
40. PREACHING QOHELET
Demi jemaat, pengkhotbah harus mampu membedakan secara efektif antara
kepercayaan yang mendalam kepada Tuhan dan optimisme yang hambar.
Optimisme sederhana mempercayai kemungkinan yang terbaik sementara
iman tunduk pada penghakiman Tuhan yang sempurna terlepas dari
situasinya.
Qohelet, di penghujung hari, mengungkapkan pandangan ortodoks tentang
keadilan Tuhan—bukan pandangan dangkal seperti teman-teman Ayub, yang
tidak mampu melewati pandangan tentang yang baik dan jahat, berkat dan
tragedi.
DANIEL C. FREDERICKS
41. PREACHING QOHELET
Bagi orang-orang seperti teman-teman Ayub, seharusnya segera dalam
hidup, kebaikan hanya menghasilkan berkat, dan kejahatan selalu berakhir
dengan tragedi.
Pandangan ini tidak memadai dan akhirnya dikutuk oleh Tuhan.
Di sisi lain, Qohelet dan epilognya yakin bahwa, pada waktunya yang tepat,
Tuhan menghakimi semua dengan adil, apakah "benar atau jahat" (Pkh 3:17;
5:6; 8:13; 9:7, 9; 11 :9; 12:14).
DANIEL C. FREDERICKS
42. PREACHING QOHELET
E. Kematian
Kematian adalah kenyataan yang sangat tidak menyenangkan sehingga
memberi tahu banyak tentang penilaian realistis Qohelet tentang
pengalaman manusia.
Seorang pengkhotbah mungkin tergoda untuk mengalihkan khotbah tentang
kematian ke pemakaman dan hanya merujuknya di waktu lain, seperti ketika
membahas tujuan orang percaya dan orang yang tidak percaya.
Namun, bagi Qohelet, relevansi kematian meliputi pandangannya tentang
realitas paling umum dan mendalam dalam kehidupan.
DANIEL C. FREDERICKS
43. PREACHING QOHELET
Hanya dalam khotbah yang lengkap, seorang pengkhotbah dapat memenuhi
syarat dan memperbesar pernyataan-pernyataan tajam tentang kematian
yang lebih suka kita abaikan ini.
Orang-orang yang keberatan dengan pandangan Qohelet tentang realita
dunia (seperti teman-teman Ayub), mengabaikan tantangan yang harus
dihadapi semua orang.
Mereka menawarkan logika yang salah dan tuduhan palsu untuk
menjelaskan perspektif dangkal mereka sendiri tentang episode kehidupan
yang mengganggu (yaitu kematian).
DANIEL C. FREDERICKS
44. PREACHING QOHELET
Mengkhotbahkan Kitab ini berarti menghadirkan tantangan paling mendalam
bagi iman jemaat sambil menghadirkan banyak hikmat alkitabiah untuk
tumbuh dalam iman ini.
Kesimpulan Qohelet tentang hikmat kebijaksanaan didasarkan pada
penilaian realistis tentang dunia yang jatuh (berdosa) ini.
DANIEL C. FREDERICKS
45. PREACHING QOHELET
3. Biblical Wisdom
Hikmat Alkitab
Dalam realisme Qohelet, tragedi, ketidakadilan, dan kematian tidak membuat
hikmat dan pengejarannya menjadi sia-sia; sebaliknya, mereka menantang
orang berhikmat ke tingkat hikmat yang lebih tinggi.
Dalam literatur hikmat Perjanjian Lama, seni hikmat menuntun pada
kesuksesan pribadi terlepas dari keterbatasan itu.
Jadi, khotbah tentang Pengkhotbah harus mengangkat orang percaya ke
tingkat kebijaksanaan yang sama.
DANIEL C. FREDERICKS
46. PREACHING QOHELET
Memulai dan menemukan jalan ke depan adalah tugas yang paling sulit.
Karena itu perlu dibahas bagaimana tema-tema alkitabiah tentang hikmat
dan kebenaran dapat dikualifikasikan oleh berbagai interpretasi Qohelet.
Topik-topik ini ditawarkan sebagai titik awal:
A. Kehidupan Berhikmat
B. Percaya akan Kedaulatan Tuhan
C. Menikmati Hidup
DANIEL C. FREDERICKS
47. PREACHING QOHELET
A. Kehidupan Berhikmat
Ada beberapa hal yang ditegaskan dari Kehidupan Berhikmat:
i. Nilai Hikmat
ii. Ucapan Berhikmat
iii. Ketekunan
iv. Kerendahan Hati
v. Harta
DANIEL C. FREDERICKS
48. PREACHING QOHELET
A1. Nilai Hikmat
Hikmat menurut Qohelet adalah sesuatu yang baik dan berguna seperti
halnya menurut bagian Kitab Suci lainnya.
Meskipun tentu saja ada banyak batasan dan penyeimbang yang
menggagalkan dampak langsung atau sepenuhnya dari hikmat.
Karena itu akan sangat disayangkan jika seorang pengkhotbah menghindari
realitas mengerikan yang diungkapkan oleh Qohelet dan kemudian
menghindari untuk membicarakannya sehingga jemaat tidak lagi terdorong
untuk mencari hikmat dan memahami nilainya.
DANIEL C. FREDERICKS
49. PREACHING QOHELET
Karena justru melalui hikmatlah seseorang dapat mengatasi realita dunia
yang berdosa ini dengan segala penderitaannya yang merusak jalan orang
percaya.
Ini adalah nilai yang tak terukur dari Pengkhotbah: itu meyakinkan kita
bahwa hikmat berjalan bersama kita di jalan melalui lembah bayang-bayang
kematian.
DANIEL C. FREDERICKS
50. PREACHING QOHELET
A2. Ucapan Berhikmat
Tidak ada yang dapat memecah belah jemaat atau mengikis hubungan dalam
komunitas orang percaya selain kata-kata orang bodoh yang diucapkan
secara pribadi, baik dalam persekutuan maupun dalam mimbar.
Inilah sebabnya mengapa banyak pepatah dalam Amsal berbicara tentang
lidah—untuk menjaga bibir yang meradang dan merusak agar tidak melukai
setiap anggota komunitas iman.
DANIEL C. FREDERICKS
51. PREACHING QOHELET
Kata-kata yang tergesa-gesa dan bodoh dapat menyebabkan balas dendam
yang saling menghancurkan, kesunyian yang membara, atau perlawanan
pasif yang sombong.
Instruksi Qohelet konsisten dengan ajaran alkitabiah tentang ucapan yang
berhikmat dan merupakan sumber yang efektif untuk berkhotbah dalam
bahasa lidah (bdk. Yak. 3:2-12).
DANIEL C. FREDERICKS
52. PREACHING QOHELET
Dengan cara yang seimbang, Qohelet memuji hikmat dan kebenaran sambil
memperingatkan orang berhikmat untuk tidak berharap terlalu banyak di
dunia yang jatuh.
Khotbah yang efektif tidak hanya menggairahkan orang untuk menjadi orang
benar; tapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi dunia nyata dan
untuk mengatasi reaksi dan tanggapan negatif orang lain dengan melawan
dengan sikap yang berhikmat dan penyerahan diri yang benar.
DANIEL C. FREDERICKS
53. PREACHING QOHELET
A3. Ketekunan
Penting untuk seorang pengkhotbah untuk memberikan dorongan dengan
kata-kata hikmat kepada jemaatnya untuk bekerja giat dan tekun; serta
memberikan pujian kepada jemaatnya yang sudah bekerja dengan giat dan
tekun.
Qohelet berbicara dengan jelas tentang kenikmatan, kebajikan, dan manfaat
dari kerja keras yang dilakukan dengan hikmat. Dia juga mencela kemalasan
sebagai sesuatu yang merusak diri sendiri dan orang lain.
Dengan cara ini, kata-katanya selaras dengan ajaran alkitabiah tentang nilai
dan ketekunan dalam bekerja.
DANIEL C. FREDERICKS
54. PREACHING QOHELET
A4. Kerendahan Hati
Dua tema berkontribusi pada instruksi Qohelet tentang kerendahan hati.
Pertama, seseorang harus dapat diajar, tidak seperti raja tua yang dengan
bodohnya menghindari nasihat (Pkh. 4:13).
Kedua, jika koreksi datang dari atasan, seseorang harus tunduk dengan
hormat, apakah itu pantas atau tidak (10:4, 8:2–5; bdk. Ams. 12:16).
DANIEL C. FREDERICKS
55. PREACHING QOHELET
A5. Harta
Masalah uang sering muncul dalam perumpamaan Kristus, dan Paulus
menyebutkannya berulang kali sebagai cara bagi orang percaya untuk
menunjukkan prioritas dan perhatian pribadi mereka terhadap saudara/i
mereka.
Di sisi lain, keserakahan adalah tema konstan untuk teguran kenabian
Perjanjian Lama terhadap Israel dan negara-negara asing.
Yakobus (Yak. 5:1–6) dan Paulus (1 Tim. 6:6–9, 17) juga membahas bahaya
uang secara mendalam.
DANIEL C. FREDERICKS
56. PREACHING QOHELET
Qohelet melihat efek positif dan negatif dari uang juga.
Dia menghargai kemampuannya untuk memberikan perlindungan dalam
kehidupan kita yang terancam dan menganggapnya sebagai hadiah dari
Tuhan.
Seringkali khotbah tentang uang adalah sesuatu yang dihindari karena
seorang pengkhotbah tidak ingin mengganggu pemberhalaan terselubung
dari jemaatnya.
Seharusnya, seorang pengkhotbah yang berhikmat akan membahasnya
sebagai salah satu isu dan kunci dari kehidupan kudus.
DANIEL C. FREDERICKS
57. PREACHING QOHELET
B. Percaya akan Kedaulatan Tuhan
Bahwa Tuhan yang berdaulat, adil, dan penuh kasih memegang kekuasaan
atas masalah adalah penghiburan utama dari komunitas orang percaya
ketika anggotanya merasakan beban dari dunia yang berdosa.
Dalam Pengkhotbah 3:11–14, kita mendengar salah satu deskripsi yang
paling seimbang tentang kedaulatan dan pemeliharaan ilahi dalam seluruh
Kitab Suci.
Qohelet menghibur pendengarnya tentang waktu Tuhan yang berdaulat,
bahwa Allah akan membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Sekaligus
juga mengingatkan bahwa kita seharusnya tidak berharap untuk dapat
memahami cara Tuhan yang tak terbatas.
DANIEL C. FREDERICKS
58. PREACHING QOHELET
C. Menikmati Hidup
Tidak ada buku lain di seluruh kanon yang mengangkat kebahagiaan setinggi
dan sesering Pengkhotbah.
Ada tema sukacita di dalam Tuhan dan keselamatan-Nya di seluruh Kitab
Suci, tetapi sukacita dalam rutinitas, pengalaman sehari-hari dan aktivitas
hidup bukanlah tema penting selain dari Pengkhotbah.
Mungkin ada pengalaman hidup lain yang sama baiknya, tapi tidak ada yang
lebih baik dari kebahagiaan yang diwartakan Qohelet, yaitu bahwa
kegembiraan ini bukanlah kesembronoan yang dangkal tetapi pengalaman
yang harus dinikmati, jelas dengan merujuk pada Tuhan sebagai pemberi
kenikmatan ini.
DANIEL C. FREDERICKS
59. PREACHING QOHELET
Tema shalom dari Perjanjian Lama adalah tanda dari bangsa perjanjian yang
dipuaskan dan digenapi: “Mereka makan, minum, dan bersukacita” (1 Raj.
4:20).
Tidak heran seorang pengkhotbah yang berkhotbah atau orang percaya
mana pun yang membaca terjemahan Pengkhotbah yang mengarah pada
“kesia-siaan” atau “tanpa makna” mungkin mempertanyakan apakah
Qohelet menggemakan ajaran seluruh Alkitab.
Bagaimana semuanya bisa menjadi tidak berarti jika hikmat, ketekunan,
kegembiraan, kerendahan hati, rasa hormat kepada Tuhan, dan ucapan yang
bijak sangat dihargai? Ini adalah inti dari menafsirkan Pengkhotbah.
DANIEL C. FREDERICKS
60. PREACHING QOHELET
4. Significantly Different Interpretations
Interpretasi yang Secara Signifikan Berbeda
Seseorang tidak dapat mengabaikan pandangan yang sangat berbeda dari
teologi dan pesan Qohelet ketika membahas isi khotbahnya.
Tapi kita harus melihat bahwa ada banyak dalam ucapan Qohelet yang
menjadi sumber yang valid untuk iman ortodoks dan dapat dijadikan
khotbah yang membangun.
Seringkali permasalahan disebabkan karena ucapan Qohelet dianggap saling
bertentangan dengan dirinya sendiri.
DANIEL C. FREDERICKS
61. PREACHING QOHELET
5. Expository Preaching
Khotbah Ekspositori
Jika seorang pengkhotbah ingin mencari garis besar dalam Kitab
Pengkhotbah yang menunjukkan argumen yang progresif secara logis dan
linear, ia akan menjadi sangat frustrasi.
Paling-paling, apa yang akan ditemukan adalah pola siklus dan kumulatif yang
belum dapat dijinakkan oleh komentator.
DANIEL C. FREDERICKS
62. PREACHING QOHELET
Ada beberapa perangkat retorika yang membawa kesinambungan pada
khotbah Qohelet, seperti frasa hebel dan reffrain shalom, tetapi tidak ada
struktur retorika berkelanjutan yang terbukti.
Berdasarkan survei, ada beberapa tema Qohelet yang dapat dijabarkan untuk
mempersiapkan khotbah topikal, tetapi garis besar berikut ini disarankan
hanya untuk sementara untuk serangkaian khotbah ekspositori (tidak bersifat
mutlak). Karena tentu saja ada banyak garis besar lain yang telah disarankan
dalam berbagai macam commentary.
DANIEL C. FREDERICKS
63. PREACHING QOHELET
Tema/topik Kitab Pengkhotbah:
1. Cycles in Nature and Experience
(1:2–11)
2. The Search for Wisdom (1:12–2:3)
3. Autobiography Leads to Catharsis
(2:4–26)
4. Human Action and Providence
(3:1–22)
5. Wise Living in Relationships (4:1–
5:9)
6. Qualified Advantages of Labor
(5:10–6:9)
DANIEL C. FREDERICKS
8. Death’s Implication for the
Wise (6:10–7:22)
9. A Search for Lady Wisdom
(7:23–8:1)
10. Realistic Wisdom in the Royal
Court (8:2–15)
11. Disappointments and Ironies
(8:16–10:1)
12. Career Management in the
Court (10:2–20)
13. Life’s Storms (11:1–12:8)
14. Epilogue (12:9–14)
64. PREACHING QOHELET
Kesimpulan
Para pengkhotbah harus bercita-cita untuk mengamati, menganalisis, dan
menyampaikan kepada jemaat pertanyaan-pertanyaan filosofis dan teologis
yang paling mendalam.
Ini adalah tujuan Qohelet, yaitu untuk mencerahkan jemaat tentang
pentingnya hikmat, natur ciptaan (tidak kekal), natur Tuhan (kekal dan adil),
natur kemanusiaan (tidak sempurna namun bertanggung jawab), peran etika
(apa yang baik), jalan menuju kebenaran (diungkapkan dan ditemukan), nilai
kerja keras, dan tragedi penindasan.
DANIEL C. FREDERICKS
65. PREACHING QOHELET
Qohelet menyajikan model yang menantang untuk khotbah yang jujur dan
relevan secara brutal, memberikan deskripsi yang tidak dipercantik (bahkan
katarsis) yang menghormati perenungan yang tenang tetapi jujur tentang
komunitas orang percaya yang mencari, menderita, tetapi dapat diajar.
DANIEL C. FREDERICKS
66. PREACHING QOHELET
1. Banyaknya tantangan nyata dalam
kehidupan
2. Keterbatasan bawaan manusia
3. Hikmat Alkitab
4. Interpretasi yang Secara Signifikan
Berbeda
5. Khotbah Ekspositori
DANIEL C. FREDERICKS
A. Kita Adalah Mamalia
B. Kita Tidak Mengetahui Segala Hal
C. Kita Tidak Dapat Mengendalikan
Segala Sesuatu
D. Ketidakadilan
E. Kematian
A. Kehidupan Berhikmat
i. Nilai Hikmat
ii. Ucapan Berhikmat
iii. Ketekunan
iv. Kerendahan Hati
v. Harta
B. Percaya akan Kedaulatan Tuhan
C. Menikmati Hidup
68. READING THE BIBLE
ALLAH
PENULIS ALKITAB
(manusia)
PEMBACA PERTAMA
PEMBACA SEKARANG
DEKAT
JAUH
MAKNA ASLI PADA
MASA PENULIS
(KONTEKS)
MAKNA BAGI KITA
MASA KINI
(KONTEKSTUALISASI)
• Membutuhkan beberapa pelatihan (Kis. 8:26-31).
• Tidak bisa INSTAN!!!
70. READING THE BIBLE
Reading to retrieve (membaca untuk mendapatkan):
• All – semua diterapkan secara harafiah
• Some – diterapkan beberapa
• Extracting – inti sari yang kemudian menjadi systematic theology
BIBLE THEOLOGY
HERMENEUTICS
71. READING THE BIBLE
Cara yang salah:
• Alkitab bukan buku yang kita gunakan untuk membuktikan suatu hal.
• Alkitab bukan buku yang ditulis untuk memecahkan masalah-masalah
pribadi kita.
Cara yang benar:
• Alkitab adalah kisah nyata tentang apa yang telah benar-benar Allah
lakukan dalam sejarah.
• Alkitab adalah kisah yang benar tentang bagaimana Tuhan bekerja dan apa
yang Allah ingin lakukan di bumi.
72. READING THE BIBLE
Alkitab bukan untuk memecahkan masalah:
• Adalah salah ketika kita membaca Alkitab untuk mendapatkan jawaban
atas permasalahan hidup pribadi kita.
• Meskipun terkadang Firman yang kita baca memang dapat menguatkan
kita, namun Alkitab bukanlah yellow pages atau buku resep.
• Alkitab adalah cerita tentang karya Allah di dunia ini.
73. READING THE BIBLE
Untuk membaca Alkitab dengan cara sebagaimana Alkitab ditulis:
• Kita harus meletakkan agenda kita sendiri.
• Kita harus tinggal di dalam teks dan melihat keseluruhan tenunan
permadani Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu.
Ketika kita membacanya untuk membuktikan sesuatu kepada orang lain atau
lawan kita, maka tanpa disadari kita telah memperlakukan Alkitab selayaknya
buku panduan hukum / primbon / ensiklopedia.
Ketika kita membaca Alkitab sebagaimana Alkitab dituliskan, maka kita akan
menemukan bahwa Allah berbicara kepada kita dan berbicara bersama
dengan kita.
74. READING THE BIBLE
Membaca Alkitab ibarat seperti berenang. Tidak mudah kita lakukan hingga
kita dapat mengetahui bagaimana (harus menjalankan dan memperagakan
sendiri).
Kita tidak akan dapat membaca Alkitab dengan terburu-buru. Membaca
Alkitab membutuhkan waktu untuk mempelajari bagaimana cara yang tepat.
Pada saat kita mendapatkan cara pembacaan yang tepat, maka kita akan
mendapati bahwa melalui Alkitab, Allah akan berbicara kepada kita dan
dengan kita.
75. READING THE BIBLE
1. Biarkanlah imajinasi kita bergerak mengikuti narasi.
2. Ajukanlah pertanyaan namun jangan terlalu khawatir tentang jawaban /
kesimpulan.
Pembacaan Alkitab mulai menjadi sesuatu yang menyenangkan. Kita tidak
pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan perlahan-lahan kita
mulai mendengarkan dengan sungguh-sungguh, untuk membaca kembali
pasal-pasal sebelumnya, dan mengingat beberapa hal.
Kita akan merasa bahwa kita dapat berpegangan dan bersandar pada Allah
dan menikmati serta menghidupi berkat-berkat-Nya.
(Calvin Seerveld)