1. Masih banyak resah
tak tersampaikan
RP 55.000
www.antarkata.com
ISSN : 5115-2711
HARI
BURUH!
2 MEI - 8 MEI 2016Edisi 1
Panama Papers dan
Pejabat Indonesia
Reklamasi
Teluk Jakarta
AnTARKATA
2. 86 | ANTARKATA | 8 MEI 2016 8 MEI 2016 | ANTARKATA | 87
MINIMNYA LAHAN
BERMAIN UNTUK
ANAK - ANAK
DI JAKARTA
M
asih minimnya ke-
beradaan taman ataupun
Ruang Publik Terpadu
Ramah Anak (RPTRA)
membuat sejumlah anak
di Jalan Swasembada Raya, Kelu-
rahan Kebon Bawang, Kecamatan
Tanjung Priok, Jakarta Utara kerap
berenang di Saluran Penghubung
(PHB) Kebon Bawang.
Anak-anak tersebut juga ker-
ap bermain bola ataupun bermain
kejar-kejaran dengan teman se-
bayanya di jalan raya sehingga
membahayakan diri mereka karena
di lokasi tersebut cukup padat arus
lalu lintasnya dan lebar jalan tidak
sampai tiga meter.-
Nurul (10) salah satu pelajar
SDN 01 Kebon Bawang, mengaku
kerap bermain di lokasi tersebut
karena tempat tersebut masih rin-
dang dan banyak teman sekolahnya
yang bermukim di salah satu gang
di Jalan Swasembada Timur XV.
“Habisnya kalau main di Sekolah
setelah jam pulang sekolah nanti
kena marah sama bu guru, soalnya
sekolah kita kan kelasnya sampai
sore,” kata Nurul, Kamis (17/12)
sore.
Sedangkan di sekitar lokasi ru-
mahnya yang ada di RW08 hampir
tidak ada lapangan ataupun ruangan
terbuka yang dapat dimanfaatkan
untuk tempat bermain.
“Palingan main di pinggir jalan
saja, main karet gelang, atau main
masak-masakan, cuma kalau lagi
seru suka dimarahi sama yang
punya rumah di depan kita bermain,
katanya ribut sekali,” ungkapnya.
Hal serupa juga diungkapkan
Bagas Prasetyo (12), salah satu
pelajar yang kerap berenang di PHB
Kebon Bawang. Ia mengaku sering
berenang bersama kawan-kawannya
untuk sekedar bersenang-senang.
“Kalau di sini kalinya nggak
terlalu dalam, airnya juga nggak ko-
tor-kotor amat, tapi ya memang se-
dikit gatel, tapi ditahan aja,” katanya
sembari saling bercanda dengan
rekan sebayanya untuk didorong ke
dalam kali.
Ia mengaku pernah ditegur oleh
warga sekitar, namun hal itu ia
abaikan karena selama ini apabila
mereka harus berenang di kolam
renang seperti di GOR ataupun
Stadion, maka mereka harus menge-
luarkan uang saku lagi.
“Padahal untuk jajan sehari-hari
aja sudah pas-pasan, makanya pas
lagi pengen berenang ya kita nyebur
di kali ini aja, biasanya kita bere-
nang pas lagi hujan deras, jadi biar
makin seru,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Camat
Tanjung Priok, Yusuf Madjid
mengaku akan mulai mengawasi
dan melarang agar anak-anak tidak
berenang di dalam PHB Kebon
Bawang karena selain tidak sehat
juga membahayakan diri mereka.
“Lebih baik main di dalam gang
rumah saja daripada harus berenang
di kali, bahaya itu kalau berenang
di sini, apalagi kalau sedang hujan
deras, arus kali bisa tiba-tiba besar
dan mereka rentan hanyut ke arah
Kali Tirem,” kata Yusuf.
Ia mengaku akan menempatkan
beberapa personil Satpol PP untuk
mengawasi agar anak-anak terse-
but tidak lagi bermain air di dalam
PHB Kebon Bawang serta membuat
spanduk tentang larangan berenang
di dalam PHB.
“Sebenarnya di depan jalan ini
ada Taman yang sedang dibangun,
cuma memang tidak terlalu luas,
nanti kita koordinasikan dengan
pengurus RT atau RW apakah bisa
menggunakan lahan kosong yang
belum terpakai untuk bermain.”
ucapnya.
Adanya pendanaan tanpa ditam-
bah dukungan dari pemerintah akan
memicu mundurnya skema kerja
yang seharusnya bisa dijalankan
saat ini sebagian.
Tak bisa dipungkiri bahwa lokasi
membangun taman bermain anak-
anak akan memerlukan waktu yang
cukup lama dalam prosesnya dan
belum tentu akan selesai dalam
waktu cepat. Masyarakat dihimbau
agar supportif selama pembangunan
taman tersebut. (rm/nod)
Sulitnya mencari lokasi bermain membuat semua tem-
pat yang ditemukan menjadi lokasi yang strategis untuk
menghabiskan waktu mereka sepulang sekolah.
SOSIAL Cerita dari
Kapal yang
Karam
Penulis: Marina Anzira
Aku seseorang yang tinggal di ping-
gir pantai. Umurku 9 tahun. Hidupku
berkutat dengan melaut dan bermain.
Meski aku dan keluargaku hidup
dengan harta seadanya, kami selalu
bahagia
Aku tidak ingin tahu bagaimana
kehidupan kota. Aku senang dengan
kehidupanku di pinggir laut. Namun
di tempatku, hanya kapal karam yang
bisa menjadi tempat bermain.
Kapal itu sudah ada sejak aku
lahir. Anak-anak seusiasku selalu
bermain di sana. Tidak ada tempat
kosong lain selain wilayah itu untuk
kami, anak-anak bermain.
Semua tempat sudah terisi rumah.
Bahkan jalan umum pun digunakan
untuk kepentingan pribadi.
Masa kecilku tidak jauh dari
pinggir pantai. Aku ingin perubahan
yang lebih baik untuk anak-anak se-
umurku. Perubahan yang akan mem-
buat masa kecil anak-anak lain indah
karena ada tempat bagi me- reka un-
tuk bermain, selain di kapal karam
ini.
Anak-anak kecil bermain bola di gang perumahan karena tidak adanya lapangan
Anak-anak bermain di bangunan yang belum jadi