Tulisan ini membahas tentang fenomena busana dan gaya berpakaian di kalangan mahasiswa. Secara umum, mahasiswa sering mengikuti tren terkini dalam berbusana dan sering berganti pakaian. Namun, gaya berpakaian yang tidak pantas dapat memberikan stigma negatif dan merusak citra diri maupun universitas. Oleh karena itu, mahasiswa perlu memperhatikan pakaian yang dikenakan agar selalu terlihat rapi dan pantas.
1. TULISAN
SOFT SKILL BAHASA INDONESIA 2
NAMA : BOYI MELIH GUNAWAN
NPM : 11210440
KELAS : 3EA21
JUDUL : FESYEN DI KALANGAN MAHASISWA
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA 2013
2. Dunia fashion memang selalu menjadi persoalan menarik terutama untuk
kalangan remaja baik laki-laki ataupun perempuan dan kalangan wanita pada
umumnya. Gaya busana yang selalu menjadikan Paris sebagai arah qiblatnya
memang tidak hanya merebak di dunia barat saja bahkan di Indonesia pun selalu
meniru dan menjadikan Paris sebagai acuan meskipun tetap dengan aturan-aturan
yang diusung Negara Indonesia. Gaya fashion ini menjadi hal yang menarik bagi
para mahasiswa/mahasiswi di berbagai Universitas. Sepertinya tiada hari tanpa
berganti fashion. Mengapa? Apa karena malu jika baju yang sama dipakai lebih dari
satu hari, atau ingin mengikuti trend?
Dunia berbusana memang selalu mengalami mengalami perubahan sesuai
perkembangan zaman dan kreativitas yang dimiliki anak bangsa. Sebagai contoh
orang-orang pada zaman dulu mungkin era 60/70-an, lebih popular dengan celana
¾ nya yang berupa jeans belel dan jaket jeansnya. Namun, untuk zaman sekarang
jika kita masih mempertahankan gaya tersebut mungkin sekarang bisa jadi orang
tersebut malah disebut sebagai preman atau orang jalanan. Hal ini menurut teori
disebut dengan teori postmodernitas. Yaitu gejala perubahan dari modernitas kea
rah postmodern demi mencapai suatu kebaikan yang lebih baik dari sebelum-
sebelumnya.
Begitu juga sama halnya dengan gaya busana di kalangan mahasiswa, setiap
tingkatan atau semester itu bagaikan eranya. Misal saja tingkat pertama semester
pertama memakai gaya busana seperti ini karena memang pada saat itu busana
tersebut yang lagi popular. Beda lagi dengan semester dua dan semester-semester
lainnya. Bahkan hal ini membuat para mahasiswa akan sangat merasa tidak nyaman
atau bahkan malu jika sudah mencapai semester lima masih menggunakai busana
atau pakaian yang biasa dipakai ketika semester satu meskipun pakaian tersebut
masih layak pakai.
Selain permasalahan yang dialami mahasiswa di atas mengenai busana, ada juga
permasalahan yang lain yang saya kira harus diperbaiki yaitu gaya berbusana yang
tak jarang bisa menimbulkan buruk sangka orang sekitar. Misalkan mahasiswa
memakai kaos oblong. Memang kelihatannya tidak menimbulkan masalah, namun
hal ini bisa menimbulkan stigma dari masyarakat. Meskipun mahasiswa yang
memakai kaos tersebut itu memang ingin terlihat lebih simple namun malah
berdampak negative. Bisa saja ada yang menilai “ Kok, bisa ya mahasiswa
berpakaian demikian? Seperti tidak mencerminkan orang yang terpelajar.” Meskipun
setiap orang memiliki HAM dalam berpakaian namun apa salahnya jika saling
menjaga nama baik, baik bagi diri sendiri dan atau buat universitasnya.
3. Sebenarnya dari hal sepele berbusana saja akan banyak menimbulkan masalah, jika
kita tidak dapat menjaganya. Selain itu, permasalahan berbusana yang kerap terjadi
di kalangan mahasiswa adalah pakaian yang kurang enak dipandang. Memang
selera orang itu berbeda-beda, ada yang lebih senang memakai busana yang
menutupi semua badannya naik dengan alasan pribadi atau alasan dari kewajiban
agamanya ada juga yang tidak suka dengan gaya tersebut. Namun apa salahnya
jika kita menjaga apa yang harus kita jaga, dan menutupi apa yang selayaknya
harus kita tutupi.
Mengenai hal tersebut memang agak sulit untuk kita yakinkan. Apalagi mengenai hal
busana yang sudah jelas berkaitan dengan selera orang. Namun, kembali lagi
kepada busana mahasiswa yang jelas-jelas harus diperhatikan, mungkin disini kita
harus menciptakan trend busana yang benar-benar ideal sesuai dengan
kebudayaan negara kita( tidak harus selalu berpatokan kepada dunia barat terutama
Paris). Oleh karena itu bagi para pemikir, orang yang selalu berpikir kreatif yang
berhubungan dengan bidang busana atau yang sering kita sebut dengan sebutan
designer harus mampu menciptakan busana yang sesuai untuk orang Indonesia
tanpa merusak pemasarannya juga. Dalam artian busana tersebut tidak kalah
hebatnya dengan busana-busana ternama di luar negeri.
Meskipun masalah fashion itu merupakan hal yang spele, bahkan dalam undang-
undang pun tidak disinggung-singgung sama sekali. Namun, demi kemaslahatan
orang banyak kita harus memperhatikan busana kita, sesuai dengan fungsinya
bahwa selain untuk estetika yaitu untuk menutupi anggota tubuh kita yang jelas
harus ditutupi. Jika memakai pakaian tapi masih tampak atau menerawang apa
bedanya dengan orang yang tidak berpakaian. Walaupun hal itu tetap dikembalikan
lagi kepada masing-masing pribadinya.
Oleh karena itu, kita juga sebagai mahasiswa harus pandai memainkan peran kita
dari mulai hal yang spele yaitu dari cara kita berpakaian, tidak harus setiap hari
memakai baju baru yang selalu mngikuti zamannya. Apapun itu jika memang
berbusana/berpakaian rapih dan bersih itulah yang labih baik. Tunjukanlah kalau kita
memang layak mendapatkan predikat agent of change (agen perubahan) dengan
cara memperhatikan busana yang kita pakai setiap hari khususnya ketika di kampus,
karena jelas di sana kita banyak bertemu dengan orang-orang penting yang harus
selalu kita hargai. Jangan pernah mengharapkan penghargaan dari orang lain jika
kita belum bisa menghargai diri sendiri dan orang lain. Mulailah dari hal terkecil,
yaitu cara berpakaian.
4. Sumber :
Syani Rahmawati Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran
http://platmerahonline.com/fenomena-busana-mahasiswa-mahasiswi-masa-kini/