SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada
suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu
sama lain. Nama Komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-
sifat komunitas tersebut. Cara yang paling sederhana yaitu dengan memberi nama
menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas
seperti padang rumput, padang pasir, dan hutan jati. Cara yang paling baik untuk
menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas,
baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat
berdasarkan:
1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup
atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati,
atau dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan
sklerofil.
2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas
hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dan lain-
lain.
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe
metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti
iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang
terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik.
Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar
dapat dibagi dalam dua bagian yaitu (1) Komunitas akuatik, komunitas ini
misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di kolam, (2)
Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di
hutan, di padang rumput, di padang pasir, dan lain-lain.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunitas
Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup
pada suatu daerah dalam waktu tertentu yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain. Komunitas ialah beberapa kelompok
makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu tempat yang bersamaan,
misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat mereka hidup
membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas. Perubahan komunitas
yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan berlangsung terus
sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya jenis
tumbuhan atau hewan baru akan kecil sekali kemungkinannya. Namun, perubahan
akan selalu terjadi. Oleh karena itu, komunitas padat yang stabil tidak mungkin
dapat dicapai. Perubahan komunitas tidak hanya terjadi oleh timbulnya penghuni
baru, tetapi juga hilangnya penghuni yang pertama.
Tumbuhan dan hewan dijumpai berulangkali dalam berbagai komunitas
dengan fungsi yang berbeda. Kombinasi antara habitat, tempat suatu spesies
hidup, dengan fungsi spesies dalam habitat itu memberikan pengertian nicia
(niche). Konsep nicia ini penting karena selain dapat digunakan untuk meramal
macam tumbuhan dan hewan yang yang dapat ditemukan dalam suatu komunitas,
juga dipakai untuk menentukan kepadatan serta fungsinya pada suatu musim.
Kepadatan individu dalam suatu populasi langsung dapat dikaitkan dengan
pengertian keanekaragaman. Istilah ini dapat diterapkan pada berbagai bentuk,
sifat, dan ciri suatu komunitas. Misalnya, keanekaragaman di dalam spesies dan
keanekaragaman dalam pola penyebaran. Margalef (1958) mengemukakan bahwa
untuk menentukan keanekaragaman komunitas perlu dipelajari aspek
keanekaragaman dalam organisasi komunitasnya. Misalnya mengalokasikan
individu populasinya ke dalam spesies, menempatkan spesies tersebut ke
dalam habitatnya, menentukan kepadatan relatifnya dalam habitat tersebut
dan menempatkan setiap individu ke dalam tiap habitatnya dan menentukan
fungsinya. Komunitas, seperti halnya tingkat organisasi makhluk hidup lain, juga
mengalami serta menjalani siklus hidup. Komunitas ditinjau dari segi fungsinya,
tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu tempat
membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan
lingkungan yang dapat memunuhi kebutuhan hidup, dalam kumpulan ini terdapat
pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan hubungan timbal
balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk suatu
keterpaduan. Kelompok seperti itu yang mana tumbuhan dan hewannya secara
bersama telah menyesuaikan diri dan mempunyai suatu tempat alami disebut
komunitas. Konsep komunitas cukup jelas, tetapi pengenalan dan penentuan batas
komunitas tidaklah mudah. Komposisi suatu komunitas ditentukan oleh seleksi
tumbuhan dan hewan yang kebetulan mencapai dan mampu hidup di tempat
tersebut, dan kegiatan yang terjadi dalam komunitas bergantung pada penyesuaian
diri setiap individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologi yang ada di tempat
tersebut.
Ditinjau dari segi deskritif suatu komunitas dicirikan oleh komposisinya
yang tertentu. Perubahan komposisi jenis di isi suatu komunitas lain sangat nyata,
dan bila jenis-jenis utama dari dua komunitas berbeda maka batas antara
komunitas itu akan jelas pula. Tetapi dapat pula perubahan komposisi jenis itu
terjadi secara berangsur-angsur sehingga batas antara komunitas itu tidak jelas.
Perubahan-perubahan komposisi berkaitan dengan perubahan faktor-faktor
lingkungan, misalnya topografi, kelembapan, tanah, tamperatur dan iklim (bila
mencakup kawasan yang luas).
Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan yang
mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan seperti ini
disebut biotop. Hamparan lumpur, pantai pasir, gurun pasir dan unit lautan
merupakan contoh biotop. Disini biotop ditentukan oleh sifat-sifat fisik. Biotop-
biotop lain dapat pula dicirikan oleh unsur organisme nya, misalnya pada alang-
alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainaya.
Dalam suatu komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa satu
atau beberapa jenis tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat, walaupun tidak
ada batas yang nyata antara keduanya serta kedua-duanya dapat saja beroperasi
secara bersama-sama atau saling mempengaruhi. Misalnya saja kondisi tanah,
topografi, elefasi, dan iklim yang memungkinkan cemara gunung ( casuarina
junghuhniana ) untuk berkembang biak di suatu tempat, dan pada gilirannya
kehadiran jenis cemara ini menciptakan lingkungan tertentu yang cocok untuk
pertumbuhan jenis hewan dan tumbuhan tertentu. Suatu jenis yang dalam suatu
komunitas jenis dominan, atau dapat dikatakan pula sebagai jenis yang dominan.
Dikawasan tropika jarang sekali terjadi komunitas alami didominasi oleh
satu jenis, dan bila ada biasanya komunitas tersebut mempunyai habitat yang
ekstrim yang hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat toleran dan mampu hidup
pada habitat tersebut. Sebagai contoh, kita ambil hutan manggrove yang
didominasi oleh beberapa jenis saja dan masing-masing jenis menjadi dominan
pada kondisi habitat tertentu. Pada umumnya dikawasan tropik setiap jenis
mempunyai kedudukan yang hampir sama, tidak ada yang dominan.
Karekteristik komunitas dikawasan tropis adalah keanekaragaman jenis
tinggi. Keanekaragaman ( diversity ) adalah jumlah jenis tumbuhan atau hewan
yang hidup pada suatu tempat tertentu. Dihutan Kalimantan misalnya dalam satu
hektar teradapat pohon ( dengan diameter lebih dari 10 cm ) sebanyak kurang
lebih 400-500 yang tergolong dalam 150-200 jenis, sehingga rata setiap jenis
hanya mempunyai kurang lebih 2 pohon perhektar. Tidak demikian halnya
dikawasan beriklim sedang dan dingin. Dalam satu hektar mungkin hanya
terdapat 10-20 jenis saja, bahkan kurang dari itu.
Keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang terdapat pada
daerah dengan lingkungan yang ekstrim, misalnya kering, tanah miskin, dan
pegunungan tinggi. Sementara itu keanekaragaman tinggi terdapat di daerah
dengan lingkungan optimum. Hutan tropika adalah contoh komunitas yang
mempunyai keanekaragaman tinggi, seperti dicontohkan pada hutan di
Kalimantan. Sementara ahli-ahli ekologi berpendapat bahwa komunitas yang
mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi itu stabil sehingga sering dikatakan
diversity is stability. Tetapi ada juga ahli-ahli yang berpendapat sebaliknya,
bahwa keanekaragaman tidak selalu berarti stabilitas.
Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat
komunitas tersebut. Cara yang paling sederhana dengan memberi nama
menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas
seperti padang rumput, padang pasir, dan hutan jati. Cara yang paling baik untuk
menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas,
baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat
berdasarkan :
1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau
indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau dapat
juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.
2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan
lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dan lain-lain.
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe
metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim,
misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata
sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik.
2.2 Pembagian Komunitas
Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar
dapat dibagi dalam dua bagian yaitu,
1. Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau,
di sungai, di parit atau di kolam.
2. Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di
pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir, dan lain-lain.
Menurut Nybakken (1988) bagi tumbuhan akuatik, intensitas cahaya
sangat menentukan penggunaan energi untuk fotosintesis. Tumbuhan kekurangan
energi jika intensitas cahaya berkurang. Semakin cerah suatu perairan semakin
jauh cahaya matahari yang dapat tembus kedalam perairan dan dengan
demikian akan banyak ditemukan tumbuhan laut seperti lamun yang
memerlukan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis. Pada umumnya
perairan organik lebih cerah daripada perairan pantai yang banyak bahan-bahan
berbentuk partikel dan bahan terlarut yang terdapat didalamnya.
Komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup didaerah tertentu atau
habitat fisik tertentu dengan satuan yang terorganisir. Selanjutnya, dikatakan
bahwa komunitas merupakan suatu sistem dari kumpulan populasi yang hidup
pada area tertentu dan terorganisasi secara luas dengan karakteristik tertentu, serta
berfungsi sebagai kesatuan transformasi metabolisme (Odum,1971). Beberapa
karakteristik struktur komunitas yang biasanya dijadikan petunjuk adanya
ketidakstabilan ekologis meliputi: keseragaman, dominansi, keragaman, dan
kelimpahan ( Krebs, 1997). Wardoyo (1981), mengemukakan bahwa suhu air
merupakan faktor yang cukup penting bagi lingkungan perairan, kecerahan dan
kekeruhan. Setiap spesies atau kelompok mempunyai batas toleransi maksimum
dan minimum untuk hidupnya.
Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya kebutuhan oksigen untuk
reaksi metabolisme dalam tubuh organisme. Kecerahan adalah suatu parameter
perairan yang merupakan suatu kedalaman dari perairan atau lapisan perairan
yang dapat ditembus oleh sinar matahari. Kecerahan merupakan salah satu
parameter dari produktivitas perairan karena kecerahan perairan merupakan
hubungan langsung dengan zona fotik. Suhu berpengaruh secara langsung dan
tidak langsung terhadap organisme perairan. Secara langsung suhu berpengaruh
pada fisiologi fotosintesis, sedangkan secara tidak langsung suhu menentukan
terjadinya stratifikasi atau pencampuran struktur perairan yang menjadi habitat
organisme perairan (Nontji, 1981).
Komunitas dapat dicatat dengan kategori utama dari bentuk-bentuk
pertumbuhan (pohon, semak, belikar, lumut dan alga) yang menyusun struktur
komunitas hewan dan tumbuhan secara fisik (Odum, 1971: Krebs, 1978: Begon,
Harper, dan Townsend,1996).
2.3 Pengertian Pola Komunitas
Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam dan
interaksinya dengan lingkungan dapat disebut pola (Hutchinson, 1953).
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu
dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Struktur komunitas dan karakter komunitas antara lain:
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas.
Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan
organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi
kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu
spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai
jumlah atau biomassa per unit contoh, persatuan luas/volume, atau
persatuan penangkapan.
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung
menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur dan terarah.
Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik
dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan
sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini
komunitas sudah mengalami homoestosis.
Berbagai jenis pengaturan yang berbeda-beda dalam standing crop dari
organisme yang memberikan sumbangan pada keanekaragaman pola di dalam
komunitas seperti, misalnya: Pola stratifikasi (pelapisan tegak), Pola-pola zonasi
(pemisahan ke arah mendatar), Pola-pola kegiatan (periodisitas), Pola-pola jaring-
jaring (organisasi jaringan kerja di dalam rantai pangan), Pola reproduktif
(asosiasi-asosiasi orang anak-anak, klone-klone tanaman dan sebagainya), Pola-
pola social (kelompok-kelompok dan kawanan-kawanan), Pola-pola ko-aktif (di
akibatkan oleh pesaingan antibiosis, mutualisme dan sebagainya), dan Pola-pola
stochastic (diakibatkan oleh tenaga atau kakas acak).
2.4 Konsep pengamatan pola komunitas
Whittaker (1970) mengemukakan bahwa ada tiga konsep yang dapat
diterapkan dalam mengamati pola komunitas. Pertama, apa yang dinamakan
gradasi komunitas (community gradient, coenocline) yaitu konsep yang
dinyatakan dalam bentuk populasi. Kedua, konsep gradasi lingkungan
(environmental gradient), yang menyangkut sejumlah faktor lingkungan yang
berubah secara bersama-sama. seperti dalam gradasi elevasi (elevation gradient)
termasuk faktor-faktor penurunan suhu rata-rata, pertambahan curah hujan,
pertambahan kecepatan angin dan sebagainya, kearah ketinggian yang meningkat.
Faktor-faktor ini secara menyeluruh mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan
hewan, dan sangat sulit menentukan faktor mana yang paling penting dalam
sebuah populasi, tanpa eksperimen kelompok faktor lingkungan berubah secara
bersama-sama. Sepanjang perubahan tersebut terjadi pula perubahan komunitas,
dan tentunya populasi dalam komunitas ini dipengaruhi pula. Kedua hal tersebut
dinamakan kompleks gradasi (complex gradient). Ketiga, apa yang dinamakan
gradasi ekosistem (ecocline), yang dalam hal ini kompleks gradasi dan gradasi
komunitas membentuk suatu kesatuan dan membentuk gradasi komunitas dan
lingkungan.
Penelitian komunitas dengan menghubungkan ketiga gradasi, yaitu gradasi
factor lingkungan, populasi dan karakteristik komunitas, disebut analisis gradasi
(whittaker, 1970). Dengan analisis gradasi ini faktor-faktor lingkungan dijadikan
sebagai dasar dalam mencari hubungan yang erat antara variasi lingkungan
dengan variasi populasi jenis dan komunitas.
Variasi populasi jenis dan komunitas dapat dipakai sebagai dasar
penelitian komunitas dan kemudian gradasi komunitas ini dapat di korelasikan
dengan faktor-faktor lingkungan yang mungkin juga membentuk suatu gradasi.
Cara yang terakhir ini disebut ordinasi yang tidak lain adalah pengaturan
komunitas-komunitas dalam suatu deretan menurut variasi komposisinya. Sering
pula cara ini disebut analisis gradasi tidak langsung (indirect gradient analysis).
Kedua cara ini merupakan alternatif pendekatan terhadap komunitas dengan cara
kualifikasi. Dengan pendekatan klasifikasi ini, dibuat suatu pengenalan tipe
komunitas dan kemudian komunitas ini dikarakteristikkan dengan faktor
lingkungannya, komposisi jenis atau dengan karakteristik komunitas lainnya.
Seringkali kita menggunakan analisis gradasi terhadap pola komunitas yang
mempunyai hubungan dengan beberapa faktor lingkungan, seperti di pegunungan,
ketinggian dari permukaan laut dan kandungan air tanah(sebagai akibat keadaan
tofografi) mempunyai efek yang besar terhadap komunitas, ini dapat dilakukan
dengan membuat transek yang memotong topografi, dan sepanjang transek ini
pola vegetasinya kita analisis. Whittaker(1970) membuat suatu pendekatan lain. Ia
membuat kedua kompleks gradasi tersebut menjadi sumbu vertikal dan horizontal
sebuah diagram. Contoh-contoh vegetasi diambil secara acak dari berbagai posisi
yang ada hubungannya dengan kedua faktor (sumbu) tersebut. Dalam tiap-tiap
posisi, vegetasinya dianalisis untuk memperoleh nilai penting (importance value)
masing-masing jenis tipe komunitas pun dapat dibuat. Populasi, jenis dan tipe
komunitas kemudian dapat di gariskan dalam diagram tersebut untuk
menunjukkan hubungan satu sama lain dan dengan lingkungan pegunungan.
2.5 Interaksi Antar Spesies Anggota Populasi
Interaksi yang terjadi antar spesies anggota populasi akan mempengaruhi
terhadap kondisi populasi mengingat keaktifan atau tindakan individu dapat
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Menurut
Odum(1993), setiap anggota populasi dapat memakan anggota-anggota populasi
lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan
lainnya, dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua
arah (timbale balik). Oleh karena itu, dari segi pertumbuhan atau kehidupan
populasi, interaksi antar spesies anggota populasi dapat merupakan interaksi yang
positif, negative, atau nol.
Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu kejadian yang wajar di
alam atau di suatu komunitas, dan kejadian tersebut mudah di pelajari(irwan,
1992). Interaksi antar spesies tidak terbatas antara hewan dengan hewan, tetapi
interaksi terjadi secara menyeluruh termasuk terjadi pada tumbuhan, bahkan antar
tumbuhan dengan hewan. Vickery,1984 menyatakan, bahwa meskipun
pertumbuhan mampu menyintesis makanannya sendiri, namun kenyataannya
tumbuhan hijau tetap tidak pernah benar-benar independent (berdiri sendiri)
banyak spesies tumbuhan hijau yang bergantung pada hewan misalnya burung dan
serangga dalam memperlancar penyerbukan bunga dan penyebaran biji.
Demikian juga antar tumbuhan di alam dapat saling bergabung
membentuk hutan dengan berbagai pelapisan tajuk yang satu dengan lainnya
saling menutup, ada kalanya suatu spesies tumbuhan memerlukan rambatan atau
harus hidup menempel pada tumbuhan lainnya, ada kalanya suatu spesies
tumbuhan perlu naungan (penutupan) tumbuhan lainnya sehingga masing-masing
organisme yang berdampingan dapat melakukan tugas sesuai kedudukan dan
fungsinya.
1. Interaksi antar organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain.
Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain
jenis, baik individu dalam satu populasi atau individu-individu dari populasi lain.
Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme
dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antar
organisme dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Netral adalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam
habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan
kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
2. Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator).
Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup.
Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa.
Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu
dengan tikus.
3. Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies,
bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil
makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.
Contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan
benalu dengan pohon inang.
4. Komensalisme adalah merupakan hubunganantara dua organisme yang
berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber
makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak
dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
5. Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies
yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri
Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.
2. Interaksi Antarpopulasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi
secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya. Contoh interaksi antar
populasi adalah sebagai berikut:
1. Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu
menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.
Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan
lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada
mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur
Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri tertentu.
2. Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat
kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan
apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan
populasi sapi di padang rumput.
3. Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang
sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan
sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya
padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan,
ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai
dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke
sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan
organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat
kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang
berbeda misalnya laut dan darat.
4. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem.
Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya
aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat
juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat
mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya
keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini
tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem
untuk mencapai keseimbangan baru.
Hutan tropika basah merupakan komunitas yang dominan di Indonesia.
Sifat yang menyolok dari hutan tropis basah adalah volum persatuan luas dari
biomassa yang ada diatas tanah, sehingga memberi kesan bahwa lahan yang
ditumbuhinya itu merupakan lahan yang sangat subur. Tetapi pada kenyataannya
tidaklah demikian, tanah hutan dikawasan tropis itu umumnya miskin, kecuali
tanah-tanah alufial yang baru dan tanah-tanah vulkanik. Karena hujan lebat sering
terjadi, maka tanah juga mudah sekali terkena pembasuhan . Dalam keadaan
demikian tidaklah efisien dan menguntungkan bagi pertumbuhan apabila
kesuburan itu di simpan dalam tanah Tanggap dalam keadaan seperti ini,
tumbuhan yang tumb dalam habitat itu melalui proses evolusi telah
mengadaptasikan diri dan mengembangkan suatu sistem untuk mencegah
kehilangan hara makanan. Sistem daun hara dalam hutan tropis basah sangat
ketat, tahan kebocoran dan berjalan cepat, arti kata bahwa hara makanan yang
dilepas oleh dekomposisi serasa segera di serap kembali untuk digunakan dalam
pertumbuhan dan kemudian digabungkan kedalam tubuh tumbuhan.
Oleh karena temperatur dan kelembapan dikawasan tropik ini tinggi,
serasa yang digugurkan oleh tumbuhan setiap hari tidak tertimbun lebih lama
dilantai hutan melainkan segera mengalami dekomposisi. Proses dekomposisi
berjalan jauh lebih cepat dari pada di hutan-hutan beriklim sedang dan dingin.
Serasa menghilang dalam waktu beberapa minggu saja. Penyerapan hara makanan
sering pula dibantu oleh kehadiran jamur-jamur mikroriza yang hidup
bersimbiosis dengan akar-akar. Miselia jamur itu sendiri bertindak sebagai organ
penyerap bagi tumbuhan inagnya. Sering pula dapat dijumpai bahwa bulu-bulu
akar dan miselia masuk kedalam daun-daun atau jaringan-jaringan yang sedang
berdekomposisi dan langsung menyerap hara makanan.
Di sawah terdapat beberapa populasi yang terdiri atas kelompok tanaman padi
dengan kelompok burung bangau sedang terbang di atasnya dan kelompok cacing
tanah membuat lubang tanah, serta kelompok tikus sedang makan tanaman padi.
Semua populasi berbagai macam species yang menempati suatu habitat disebut
komunitas.
Di sawah itu juga terlihat adanya hubungan timbal balik antara tanaman padi,
cacing, burung bangau dan tikus sebagai komponen hidup (biotik) dan sinar
matahari, iklim, suhu, udara, air, dan tanah sebagai komponen tak hidup (abiotik)
atau dengan lingkungannya yang disebut ekosistem. Istilah ekosistem berasal dari
kata oikos yang berarti rumah sendiri dan sistema yang berarti terdiri atas bagian-
bagian yang utuh atau saling mempengaruhi. Jadi, ekosistem dapat diartikan
sebagai sistem yang dibentuk di suatu daerah dan terjadi hubungan timbal balik
antara komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik) atau dengan
lingkungan.
Interaksi antara Komponen Biotik dan Abiotik. Untuk memahami interaksi
antara komponen biotik dan abiotik pelajari uraian berikut!
Tanaman padi selain membutuhkan sinar matahari untuk proses fotosintesis
sebagai penghasil sumber makanannya, juga membutuhkan udara sekitar untuk
bernapas serta membutuhkan air dan tanah agar dapat tumbuh. Cacing tanah
membutuhkan sisa-sisa bahan fragmen (remukan) tanaman padi sebagai
makanannya dan membuat lubang tanah sebagai tempat tinggalnya. Setelah
cacing tanah mati akan terurai menjadi bahan organik (zat hara) seperti karbon,
nitrogen, oksigen, pospor, dan belerang di dalam tanah atau yang terdapat di
atmosfer bagi kebutuhan tanaman padi untuk kelangsungan hidupnya. Dari contoh
tersebut dapat Anda simpulkan bahwa di antara komponen-komponen abiotik
seperti udara, tanah, air, dan cahaya serta komponenkomponen biotik, yaitu padi
dan cacing terjadi interaksi atau hubungan sehingga terjadi saling ketergantungan.
Interaksi Antarkomponen Biotik. Interaksi antarkomponen biotik dapat terjadi
antara individu dalam populasi maupun individu dalam komunitas.
BAB 3. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada
suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu
sama lain. Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar
dapat dibagi dalam dua bagian yaitu Komunitas akuatik dan komunitas terrestrial.
Karakter suatu komunitas meliputi Kualitatif, Kuantitatif, dan Sintesis. Ada tiga
konsep yang dapat diterapkan dalam mengamati pola komunitas. Pertama, apa
yang dinamakan gradasi komunitas (community gradient, coenocline) yaitu
konsep yang dinyatakan dalam bentuk populasi. Kedua, konsep gradasi
lingkungan (environmental gradient), yang menyangkut sejumlah faktor
lingkungan yang berubah secara bersama-sama. Umpamanya saja, dalam gradasi
elevasi (elevation gradient) termasuk factor-faktor penurunan suhu rata-rata,
pertambahan curah hujan, pertambahan kecepatan angin dan sebagainya, kearah
ketinggian yang meningkat(Whittaker, 1970). Interaksi antar spesies tidak terbatas
antara hewan dengan hewan, tetapi interaksi terjadi secara menyeluruh termasuk
terjadi pada tumbuhan, bahkan antar tumbuhan dengan hewan.
Print komunitas

More Related Content

What's hot (16)

relung/niche
relung/nicherelung/niche
relung/niche
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santiaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santia
 
Afifa punya
Afifa punyaAfifa punya
Afifa punya
 
Makalah ekologi tumbuhan
Makalah ekologi tumbuhanMakalah ekologi tumbuhan
Makalah ekologi tumbuhan
 
Ekologi dan-ilmu-lingkungan
Ekologi dan-ilmu-lingkunganEkologi dan-ilmu-lingkungan
Ekologi dan-ilmu-lingkungan
 
Relung pada hewan
Relung pada hewanRelung pada hewan
Relung pada hewan
 
Tugas ipa over exploitasi
Tugas ipa over exploitasiTugas ipa over exploitasi
Tugas ipa over exploitasi
 
Ekosistem
EkosistemEkosistem
Ekosistem
 
Ekosistem
EkosistemEkosistem
Ekosistem
 
3. hewan dan lingkungan
3. hewan dan lingkungan3. hewan dan lingkungan
3. hewan dan lingkungan
 
Biologi Kelas X SMA/MA/SMK_Ekosistem dan Lingkungan Hidup
Biologi Kelas X SMA/MA/SMK_Ekosistem dan Lingkungan HidupBiologi Kelas X SMA/MA/SMK_Ekosistem dan Lingkungan Hidup
Biologi Kelas X SMA/MA/SMK_Ekosistem dan Lingkungan Hidup
 
Ppt dhea ratnasari 6 a
Ppt dhea ratnasari 6 aPpt dhea ratnasari 6 a
Ppt dhea ratnasari 6 a
 
Ekologi Tumbuhan
Ekologi Tumbuhan Ekologi Tumbuhan
Ekologi Tumbuhan
 
Keanekaragaman ekosistem
Keanekaragaman ekosistemKeanekaragaman ekosistem
Keanekaragaman ekosistem
 
Kelompok Ekosistem
Kelompok EkosistemKelompok Ekosistem
Kelompok Ekosistem
 
Jenni sri susanti
Jenni sri susantiJenni sri susanti
Jenni sri susanti
 

Similar to Print komunitas

Syasridafransiska 140501223505-phpapp01
Syasridafransiska 140501223505-phpapp01Syasridafransiska 140501223505-phpapp01
Syasridafransiska 140501223505-phpapp01Chyassriida Fransiska
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husni
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husniMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husni
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husniOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husni
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husniMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husni
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husniSeptian Muna Barakati
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup
Makalah tingkat organisasi mahluk hidupMakalah tingkat organisasi mahluk hidup
Makalah tingkat organisasi mahluk hidupSeptian Muna Barakati
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santiaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santiaOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup yogi
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup yogiMakalah tingkat organisasi mahluk hidup yogi
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup yogiSeptian Muna Barakati
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santiaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santiaSeptian Muna Barakati
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaSeptian Muna Barakati
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiati
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiatiMakalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiati
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiatiSeptian Muna Barakati
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiati
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiatiMakalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiati
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiatiOperator Warnet Vast Raha
 
Kelompok IV. Konsep Dan Sifat-Sifat Tumbuhan.pptx
Kelompok IV. Konsep Dan Sifat-Sifat Tumbuhan.pptxKelompok IV. Konsep Dan Sifat-Sifat Tumbuhan.pptx
Kelompok IV. Konsep Dan Sifat-Sifat Tumbuhan.pptxNELIHANDAYANI1
 

Similar to Print komunitas (20)

Syasridafransiska 140501223505-phpapp01
Syasridafransiska 140501223505-phpapp01Syasridafransiska 140501223505-phpapp01
Syasridafransiska 140501223505-phpapp01
 
Syasrida fransiska
Syasrida fransiskaSyasrida fransiska
Syasrida fransiska
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husni
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husniMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husni
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husni
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husni
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husniMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husni
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa ode husni
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup
Makalah tingkat organisasi mahluk hidupMakalah tingkat organisasi mahluk hidup
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup
Makalah tingkat organisasi mahluk hidupMakalah tingkat organisasi mahluk hidup
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup
Makalah tingkat organisasi mahluk hidupMakalah tingkat organisasi mahluk hidup
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santiaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santia
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup yogi
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup yogiMakalah tingkat organisasi mahluk hidup yogi
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup yogi
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santiaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nur santia
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa haliaMakalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup wa halia
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiati
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiatiMakalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiati
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiati
 
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiati
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiatiMakalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiati
Makalah tingkat organisasi mahluk hidup nawiati
 
Ruang Lingkup Ekologi
Ruang Lingkup EkologiRuang Lingkup Ekologi
Ruang Lingkup Ekologi
 
Keanekaragaman hewan
Keanekaragaman hewanKeanekaragaman hewan
Keanekaragaman hewan
 
Kelompok IV. Konsep Dan Sifat-Sifat Tumbuhan.pptx
Kelompok IV. Konsep Dan Sifat-Sifat Tumbuhan.pptxKelompok IV. Konsep Dan Sifat-Sifat Tumbuhan.pptx
Kelompok IV. Konsep Dan Sifat-Sifat Tumbuhan.pptx
 

Print komunitas

  • 1. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Nama Komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat- sifat komunitas tersebut. Cara yang paling sederhana yaitu dengan memberi nama menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, dan hutan jati. Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan: 1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil. 2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dan lain- lain. 3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik. Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu (1) Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di kolam, (2) Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir, dan lain-lain.
  • 2. BAB 2. PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Komunitas Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu daerah dalam waktu tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas. Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya jenis tumbuhan atau hewan baru akan kecil sekali kemungkinannya. Namun, perubahan akan selalu terjadi. Oleh karena itu, komunitas padat yang stabil tidak mungkin dapat dicapai. Perubahan komunitas tidak hanya terjadi oleh timbulnya penghuni baru, tetapi juga hilangnya penghuni yang pertama. Tumbuhan dan hewan dijumpai berulangkali dalam berbagai komunitas dengan fungsi yang berbeda. Kombinasi antara habitat, tempat suatu spesies hidup, dengan fungsi spesies dalam habitat itu memberikan pengertian nicia (niche). Konsep nicia ini penting karena selain dapat digunakan untuk meramal macam tumbuhan dan hewan yang yang dapat ditemukan dalam suatu komunitas, juga dipakai untuk menentukan kepadatan serta fungsinya pada suatu musim. Kepadatan individu dalam suatu populasi langsung dapat dikaitkan dengan pengertian keanekaragaman. Istilah ini dapat diterapkan pada berbagai bentuk, sifat, dan ciri suatu komunitas. Misalnya, keanekaragaman di dalam spesies dan keanekaragaman dalam pola penyebaran. Margalef (1958) mengemukakan bahwa untuk menentukan keanekaragaman komunitas perlu dipelajari aspek keanekaragaman dalam organisasi komunitasnya. Misalnya mengalokasikan individu populasinya ke dalam spesies, menempatkan spesies tersebut ke dalam habitatnya, menentukan kepadatan relatifnya dalam habitat tersebut dan menempatkan setiap individu ke dalam tiap habitatnya dan menentukan
  • 3. fungsinya. Komunitas, seperti halnya tingkat organisasi makhluk hidup lain, juga mengalami serta menjalani siklus hidup. Komunitas ditinjau dari segi fungsinya, tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu tempat membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memunuhi kebutuhan hidup, dalam kumpulan ini terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk suatu keterpaduan. Kelompok seperti itu yang mana tumbuhan dan hewannya secara bersama telah menyesuaikan diri dan mempunyai suatu tempat alami disebut komunitas. Konsep komunitas cukup jelas, tetapi pengenalan dan penentuan batas komunitas tidaklah mudah. Komposisi suatu komunitas ditentukan oleh seleksi tumbuhan dan hewan yang kebetulan mencapai dan mampu hidup di tempat tersebut, dan kegiatan yang terjadi dalam komunitas bergantung pada penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologi yang ada di tempat tersebut. Ditinjau dari segi deskritif suatu komunitas dicirikan oleh komposisinya yang tertentu. Perubahan komposisi jenis di isi suatu komunitas lain sangat nyata, dan bila jenis-jenis utama dari dua komunitas berbeda maka batas antara komunitas itu akan jelas pula. Tetapi dapat pula perubahan komposisi jenis itu terjadi secara berangsur-angsur sehingga batas antara komunitas itu tidak jelas. Perubahan-perubahan komposisi berkaitan dengan perubahan faktor-faktor lingkungan, misalnya topografi, kelembapan, tanah, tamperatur dan iklim (bila mencakup kawasan yang luas). Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan yang mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan seperti ini disebut biotop. Hamparan lumpur, pantai pasir, gurun pasir dan unit lautan merupakan contoh biotop. Disini biotop ditentukan oleh sifat-sifat fisik. Biotop- biotop lain dapat pula dicirikan oleh unsur organisme nya, misalnya pada alang- alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainaya. Dalam suatu komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa satu atau beberapa jenis tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat, walaupun tidak
  • 4. ada batas yang nyata antara keduanya serta kedua-duanya dapat saja beroperasi secara bersama-sama atau saling mempengaruhi. Misalnya saja kondisi tanah, topografi, elefasi, dan iklim yang memungkinkan cemara gunung ( casuarina junghuhniana ) untuk berkembang biak di suatu tempat, dan pada gilirannya kehadiran jenis cemara ini menciptakan lingkungan tertentu yang cocok untuk pertumbuhan jenis hewan dan tumbuhan tertentu. Suatu jenis yang dalam suatu komunitas jenis dominan, atau dapat dikatakan pula sebagai jenis yang dominan. Dikawasan tropika jarang sekali terjadi komunitas alami didominasi oleh satu jenis, dan bila ada biasanya komunitas tersebut mempunyai habitat yang ekstrim yang hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat toleran dan mampu hidup pada habitat tersebut. Sebagai contoh, kita ambil hutan manggrove yang didominasi oleh beberapa jenis saja dan masing-masing jenis menjadi dominan pada kondisi habitat tertentu. Pada umumnya dikawasan tropik setiap jenis mempunyai kedudukan yang hampir sama, tidak ada yang dominan. Karekteristik komunitas dikawasan tropis adalah keanekaragaman jenis tinggi. Keanekaragaman ( diversity ) adalah jumlah jenis tumbuhan atau hewan yang hidup pada suatu tempat tertentu. Dihutan Kalimantan misalnya dalam satu hektar teradapat pohon ( dengan diameter lebih dari 10 cm ) sebanyak kurang lebih 400-500 yang tergolong dalam 150-200 jenis, sehingga rata setiap jenis hanya mempunyai kurang lebih 2 pohon perhektar. Tidak demikian halnya dikawasan beriklim sedang dan dingin. Dalam satu hektar mungkin hanya terdapat 10-20 jenis saja, bahkan kurang dari itu. Keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang terdapat pada daerah dengan lingkungan yang ekstrim, misalnya kering, tanah miskin, dan pegunungan tinggi. Sementara itu keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum. Hutan tropika adalah contoh komunitas yang mempunyai keanekaragaman tinggi, seperti dicontohkan pada hutan di Kalimantan. Sementara ahli-ahli ekologi berpendapat bahwa komunitas yang mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi itu stabil sehingga sering dikatakan diversity is stability. Tetapi ada juga ahli-ahli yang berpendapat sebaliknya, bahwa keanekaragaman tidak selalu berarti stabilitas.
  • 5. Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut. Cara yang paling sederhana dengan memberi nama menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, dan hutan jati. Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan : 1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil. 2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dan lain-lain. 3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik. 2.2 Pembagian Komunitas Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu, 1. Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di kolam. 2. Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir, dan lain-lain. Menurut Nybakken (1988) bagi tumbuhan akuatik, intensitas cahaya sangat menentukan penggunaan energi untuk fotosintesis. Tumbuhan kekurangan energi jika intensitas cahaya berkurang. Semakin cerah suatu perairan semakin jauh cahaya matahari yang dapat tembus kedalam perairan dan dengan demikian akan banyak ditemukan tumbuhan laut seperti lamun yang memerlukan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis. Pada umumnya
  • 6. perairan organik lebih cerah daripada perairan pantai yang banyak bahan-bahan berbentuk partikel dan bahan terlarut yang terdapat didalamnya. Komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup didaerah tertentu atau habitat fisik tertentu dengan satuan yang terorganisir. Selanjutnya, dikatakan bahwa komunitas merupakan suatu sistem dari kumpulan populasi yang hidup pada area tertentu dan terorganisasi secara luas dengan karakteristik tertentu, serta berfungsi sebagai kesatuan transformasi metabolisme (Odum,1971). Beberapa karakteristik struktur komunitas yang biasanya dijadikan petunjuk adanya ketidakstabilan ekologis meliputi: keseragaman, dominansi, keragaman, dan kelimpahan ( Krebs, 1997). Wardoyo (1981), mengemukakan bahwa suhu air merupakan faktor yang cukup penting bagi lingkungan perairan, kecerahan dan kekeruhan. Setiap spesies atau kelompok mempunyai batas toleransi maksimum dan minimum untuk hidupnya. Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya kebutuhan oksigen untuk reaksi metabolisme dalam tubuh organisme. Kecerahan adalah suatu parameter perairan yang merupakan suatu kedalaman dari perairan atau lapisan perairan yang dapat ditembus oleh sinar matahari. Kecerahan merupakan salah satu parameter dari produktivitas perairan karena kecerahan perairan merupakan hubungan langsung dengan zona fotik. Suhu berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap organisme perairan. Secara langsung suhu berpengaruh pada fisiologi fotosintesis, sedangkan secara tidak langsung suhu menentukan terjadinya stratifikasi atau pencampuran struktur perairan yang menjadi habitat organisme perairan (Nontji, 1981). Komunitas dapat dicatat dengan kategori utama dari bentuk-bentuk pertumbuhan (pohon, semak, belikar, lumut dan alga) yang menyusun struktur komunitas hewan dan tumbuhan secara fisik (Odum, 1971: Krebs, 1978: Begon, Harper, dan Townsend,1996). 2.3 Pengertian Pola Komunitas Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam dan interaksinya dengan lingkungan dapat disebut pola (Hutchinson, 1953).
  • 7. Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Struktur komunitas dan karakter komunitas antara lain: 1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme. 2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan. 3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur dan terarah. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Berbagai jenis pengaturan yang berbeda-beda dalam standing crop dari organisme yang memberikan sumbangan pada keanekaragaman pola di dalam komunitas seperti, misalnya: Pola stratifikasi (pelapisan tegak), Pola-pola zonasi (pemisahan ke arah mendatar), Pola-pola kegiatan (periodisitas), Pola-pola jaring- jaring (organisasi jaringan kerja di dalam rantai pangan), Pola reproduktif (asosiasi-asosiasi orang anak-anak, klone-klone tanaman dan sebagainya), Pola- pola social (kelompok-kelompok dan kawanan-kawanan), Pola-pola ko-aktif (di akibatkan oleh pesaingan antibiosis, mutualisme dan sebagainya), dan Pola-pola stochastic (diakibatkan oleh tenaga atau kakas acak). 2.4 Konsep pengamatan pola komunitas Whittaker (1970) mengemukakan bahwa ada tiga konsep yang dapat diterapkan dalam mengamati pola komunitas. Pertama, apa yang dinamakan
  • 8. gradasi komunitas (community gradient, coenocline) yaitu konsep yang dinyatakan dalam bentuk populasi. Kedua, konsep gradasi lingkungan (environmental gradient), yang menyangkut sejumlah faktor lingkungan yang berubah secara bersama-sama. seperti dalam gradasi elevasi (elevation gradient) termasuk faktor-faktor penurunan suhu rata-rata, pertambahan curah hujan, pertambahan kecepatan angin dan sebagainya, kearah ketinggian yang meningkat. Faktor-faktor ini secara menyeluruh mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan, dan sangat sulit menentukan faktor mana yang paling penting dalam sebuah populasi, tanpa eksperimen kelompok faktor lingkungan berubah secara bersama-sama. Sepanjang perubahan tersebut terjadi pula perubahan komunitas, dan tentunya populasi dalam komunitas ini dipengaruhi pula. Kedua hal tersebut dinamakan kompleks gradasi (complex gradient). Ketiga, apa yang dinamakan gradasi ekosistem (ecocline), yang dalam hal ini kompleks gradasi dan gradasi komunitas membentuk suatu kesatuan dan membentuk gradasi komunitas dan lingkungan. Penelitian komunitas dengan menghubungkan ketiga gradasi, yaitu gradasi factor lingkungan, populasi dan karakteristik komunitas, disebut analisis gradasi (whittaker, 1970). Dengan analisis gradasi ini faktor-faktor lingkungan dijadikan sebagai dasar dalam mencari hubungan yang erat antara variasi lingkungan dengan variasi populasi jenis dan komunitas. Variasi populasi jenis dan komunitas dapat dipakai sebagai dasar penelitian komunitas dan kemudian gradasi komunitas ini dapat di korelasikan dengan faktor-faktor lingkungan yang mungkin juga membentuk suatu gradasi. Cara yang terakhir ini disebut ordinasi yang tidak lain adalah pengaturan komunitas-komunitas dalam suatu deretan menurut variasi komposisinya. Sering pula cara ini disebut analisis gradasi tidak langsung (indirect gradient analysis). Kedua cara ini merupakan alternatif pendekatan terhadap komunitas dengan cara kualifikasi. Dengan pendekatan klasifikasi ini, dibuat suatu pengenalan tipe komunitas dan kemudian komunitas ini dikarakteristikkan dengan faktor lingkungannya, komposisi jenis atau dengan karakteristik komunitas lainnya. Seringkali kita menggunakan analisis gradasi terhadap pola komunitas yang
  • 9. mempunyai hubungan dengan beberapa faktor lingkungan, seperti di pegunungan, ketinggian dari permukaan laut dan kandungan air tanah(sebagai akibat keadaan tofografi) mempunyai efek yang besar terhadap komunitas, ini dapat dilakukan dengan membuat transek yang memotong topografi, dan sepanjang transek ini pola vegetasinya kita analisis. Whittaker(1970) membuat suatu pendekatan lain. Ia membuat kedua kompleks gradasi tersebut menjadi sumbu vertikal dan horizontal sebuah diagram. Contoh-contoh vegetasi diambil secara acak dari berbagai posisi yang ada hubungannya dengan kedua faktor (sumbu) tersebut. Dalam tiap-tiap posisi, vegetasinya dianalisis untuk memperoleh nilai penting (importance value) masing-masing jenis tipe komunitas pun dapat dibuat. Populasi, jenis dan tipe komunitas kemudian dapat di gariskan dalam diagram tersebut untuk menunjukkan hubungan satu sama lain dan dengan lingkungan pegunungan. 2.5 Interaksi Antar Spesies Anggota Populasi Interaksi yang terjadi antar spesies anggota populasi akan mempengaruhi terhadap kondisi populasi mengingat keaktifan atau tindakan individu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Menurut Odum(1993), setiap anggota populasi dapat memakan anggota-anggota populasi lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya, dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah (timbale balik). Oleh karena itu, dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antar spesies anggota populasi dapat merupakan interaksi yang positif, negative, atau nol. Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu kejadian yang wajar di alam atau di suatu komunitas, dan kejadian tersebut mudah di pelajari(irwan, 1992). Interaksi antar spesies tidak terbatas antara hewan dengan hewan, tetapi interaksi terjadi secara menyeluruh termasuk terjadi pada tumbuhan, bahkan antar tumbuhan dengan hewan. Vickery,1984 menyatakan, bahwa meskipun pertumbuhan mampu menyintesis makanannya sendiri, namun kenyataannya tumbuhan hijau tetap tidak pernah benar-benar independent (berdiri sendiri)
  • 10. banyak spesies tumbuhan hijau yang bergantung pada hewan misalnya burung dan serangga dalam memperlancar penyerbukan bunga dan penyebaran biji. Demikian juga antar tumbuhan di alam dapat saling bergabung membentuk hutan dengan berbagai pelapisan tajuk yang satu dengan lainnya saling menutup, ada kalanya suatu spesies tumbuhan memerlukan rambatan atau harus hidup menempel pada tumbuhan lainnya, ada kalanya suatu spesies tumbuhan perlu naungan (penutupan) tumbuhan lainnya sehingga masing-masing organisme yang berdampingan dapat melakukan tugas sesuai kedudukan dan fungsinya. 1. Interaksi antar organisme Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasi atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antar organisme dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Netral adalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi. 2. Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus. 3. Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. Contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang. 4. Komensalisme adalah merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber
  • 11. makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya. 5. Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan. 2. Interaksi Antarpopulasi Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya. Contoh interaksi antar populasi adalah sebagai berikut: 1. Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. 2. Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput. 3. Interaksi Antar Komunitas Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut. Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat
  • 12. kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat. 4. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi. Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru. Hutan tropika basah merupakan komunitas yang dominan di Indonesia. Sifat yang menyolok dari hutan tropis basah adalah volum persatuan luas dari biomassa yang ada diatas tanah, sehingga memberi kesan bahwa lahan yang ditumbuhinya itu merupakan lahan yang sangat subur. Tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian, tanah hutan dikawasan tropis itu umumnya miskin, kecuali tanah-tanah alufial yang baru dan tanah-tanah vulkanik. Karena hujan lebat sering terjadi, maka tanah juga mudah sekali terkena pembasuhan . Dalam keadaan demikian tidaklah efisien dan menguntungkan bagi pertumbuhan apabila kesuburan itu di simpan dalam tanah Tanggap dalam keadaan seperti ini, tumbuhan yang tumb dalam habitat itu melalui proses evolusi telah mengadaptasikan diri dan mengembangkan suatu sistem untuk mencegah kehilangan hara makanan. Sistem daun hara dalam hutan tropis basah sangat ketat, tahan kebocoran dan berjalan cepat, arti kata bahwa hara makanan yang dilepas oleh dekomposisi serasa segera di serap kembali untuk digunakan dalam pertumbuhan dan kemudian digabungkan kedalam tubuh tumbuhan. Oleh karena temperatur dan kelembapan dikawasan tropik ini tinggi, serasa yang digugurkan oleh tumbuhan setiap hari tidak tertimbun lebih lama dilantai hutan melainkan segera mengalami dekomposisi. Proses dekomposisi
  • 13. berjalan jauh lebih cepat dari pada di hutan-hutan beriklim sedang dan dingin. Serasa menghilang dalam waktu beberapa minggu saja. Penyerapan hara makanan sering pula dibantu oleh kehadiran jamur-jamur mikroriza yang hidup bersimbiosis dengan akar-akar. Miselia jamur itu sendiri bertindak sebagai organ penyerap bagi tumbuhan inagnya. Sering pula dapat dijumpai bahwa bulu-bulu akar dan miselia masuk kedalam daun-daun atau jaringan-jaringan yang sedang berdekomposisi dan langsung menyerap hara makanan. Di sawah terdapat beberapa populasi yang terdiri atas kelompok tanaman padi dengan kelompok burung bangau sedang terbang di atasnya dan kelompok cacing tanah membuat lubang tanah, serta kelompok tikus sedang makan tanaman padi. Semua populasi berbagai macam species yang menempati suatu habitat disebut komunitas. Di sawah itu juga terlihat adanya hubungan timbal balik antara tanaman padi, cacing, burung bangau dan tikus sebagai komponen hidup (biotik) dan sinar matahari, iklim, suhu, udara, air, dan tanah sebagai komponen tak hidup (abiotik) atau dengan lingkungannya yang disebut ekosistem. Istilah ekosistem berasal dari kata oikos yang berarti rumah sendiri dan sistema yang berarti terdiri atas bagian- bagian yang utuh atau saling mempengaruhi. Jadi, ekosistem dapat diartikan sebagai sistem yang dibentuk di suatu daerah dan terjadi hubungan timbal balik antara komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik) atau dengan lingkungan. Interaksi antara Komponen Biotik dan Abiotik. Untuk memahami interaksi antara komponen biotik dan abiotik pelajari uraian berikut! Tanaman padi selain membutuhkan sinar matahari untuk proses fotosintesis sebagai penghasil sumber makanannya, juga membutuhkan udara sekitar untuk bernapas serta membutuhkan air dan tanah agar dapat tumbuh. Cacing tanah membutuhkan sisa-sisa bahan fragmen (remukan) tanaman padi sebagai makanannya dan membuat lubang tanah sebagai tempat tinggalnya. Setelah cacing tanah mati akan terurai menjadi bahan organik (zat hara) seperti karbon, nitrogen, oksigen, pospor, dan belerang di dalam tanah atau yang terdapat di
  • 14. atmosfer bagi kebutuhan tanaman padi untuk kelangsungan hidupnya. Dari contoh tersebut dapat Anda simpulkan bahwa di antara komponen-komponen abiotik seperti udara, tanah, air, dan cahaya serta komponenkomponen biotik, yaitu padi dan cacing terjadi interaksi atau hubungan sehingga terjadi saling ketergantungan. Interaksi Antarkomponen Biotik. Interaksi antarkomponen biotik dapat terjadi antara individu dalam populasi maupun individu dalam komunitas. BAB 3. PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu Komunitas akuatik dan komunitas terrestrial. Karakter suatu komunitas meliputi Kualitatif, Kuantitatif, dan Sintesis. Ada tiga konsep yang dapat diterapkan dalam mengamati pola komunitas. Pertama, apa yang dinamakan gradasi komunitas (community gradient, coenocline) yaitu konsep yang dinyatakan dalam bentuk populasi. Kedua, konsep gradasi lingkungan (environmental gradient), yang menyangkut sejumlah faktor lingkungan yang berubah secara bersama-sama. Umpamanya saja, dalam gradasi elevasi (elevation gradient) termasuk factor-faktor penurunan suhu rata-rata, pertambahan curah hujan, pertambahan kecepatan angin dan sebagainya, kearah ketinggian yang meningkat(Whittaker, 1970). Interaksi antar spesies tidak terbatas antara hewan dengan hewan, tetapi interaksi terjadi secara menyeluruh termasuk terjadi pada tumbuhan, bahkan antar tumbuhan dengan hewan.