Kabar rencana pemotongan insentif nakes sudah mulai muncul sejak seminggu lalu, namun response publik belum terlalu tinggi. Setelah resmi diputuskan, baru (3 Feb) response publik naik pesat. Sentimennya sangat negatif (81%). Response ini sebagian besar disuarakan oleh kalangan nakes yang diamplifikasi oleh follower mereka; serta dari pegiat Lapor Covid yang membuat form pos pengaduan hak nakes (insentif dan santunan kematian). Narasi yang muncul: Emosi terkejut, nerimo, sedih, dan marah atas keputusan pengurangan insentif ini. Saat belum dipotong pun ternyata banyak nakes yang belum menerima insentif, dan yang sudah menerima banyak yang terpotong juga; apalagi nanti kalau sudah dipotong dari pusat, bakal makin sulit dan sedikit. Dalam kondisi insentif seperti di atas, APD yang diperlukan oleh nakes pun banyak yang masih kekurangan (apa adanya). Jika insentif dipotong, setidaknya kebutuhan APD ini dipenuhi agar nakes bisa tenang dan aman bekerja. Menyadari keputusan final ini, sesama nakes ada yang mengajak untuk menerima (nerimo), dan terus bersemangat membantu sesama. Secara umum, response atas pengurangan insentif ini tidak besar (sekitar 5k mention di Twitter, 122 mention di berita online). Artinya, meski nakes menyatakan concernnya, namun mereka akan tetap bekerja secara profesional, seperti saat sebelum dipotong dimana banyak yang belum menerima insentif. Dampaknya lebih kepada penilaian terhadap pemerintah tentang bagaimana menangani covid-19 dan membantu nakes saat kasus masih terus naik dan fasilitas kesehatan semakin berat bebannya.