Marsha Chikita Fawzi adalah seorang animator wanita Indonesia yang berhasil meraih kesuksesan internasional dengan karyanya di serial animasi Upin dan Ipin. Ia memulai karirnya dengan bekerja paruh waktu di sebuah rumah produksi animasi Malaysia untuk memenuhi persyaratan akademisnya. Setelah bekerja selama tiga tahun di sana sambil belajar seluk-beluk pembuatan animasi, ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mendirikan
3. Siapa Marsha Chikita ?
ļµ Siapa yang tidak kenal Upin dan Ipin? Dua bocah kembar yang mencuri
perhatian karena tingkah lakunya yang lucu dan menggemaskan. Siapa
yang menyangka, di balik serial animasi yang disukai banyak anak kecil itu
ada sentuhan tangan animator muda asal Indonesia. Ya, di antara sekian
banyak animator yang terlibat langsung dalam proses pembuatan 'Upin
Ipin', salah satunya adalah seorang wanita asal Indonesia, Marsha Chikita
Fawzi.
4. ļµ Pada awalnya, wanita yang akrab disapa Chiki ini hanya bekerja paruh
waktu di sebuah rumah produksi asal Malaysia demi memenuhi
persyaratan nilai akademisnya. Berbagai pekerjaan yang berkaitan dengan
produksi animasi pernah dilakukan secara serabutan dengan tenggat
waktu yang lumayan singkat.
ļµ Selama bekerja di rumah produksi tersebut, ia banyak belajar tentang
seluk-beluk pembuatan animasi dengan mencoba berbagai macam jenis
pekerjaan. Mulai dari memberikan cahaya pada gambar, mengatur
komposisi gambar, menggerakkan gambar, hingga mempelajari
karakteristik suatu tokoh.
5. ļµ Menurutnya, setiap tokoh mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Maka dari itu, wanita kelahiran 28 Januari 1989 ini selalu menyempatkan
diri pergi ke taman bermain untuk mengobservasi tingkah laku anak kecil
saat mereka berjalan, berlari, berbicara, tertawa dan berbagai macam
ekspresi lainnya. Hal ini dilakukannya sebagai bahan referensi agar bisa
menciptakan tokoh yang terkesan lebih hidup.
ļµ Tiga tahun lebih bekerja sebagai animator, berbagai pengalaman berkesan
pernah dialaminya. "Dari kantor ke rumah jaraknya cukup jauh. Lagipula
aku kerjanya sampai malam, jadi kadang nggak sempat pulang. Seringnya
tidur di kolong meja kerja, mandinya di musholla. Begitu terus setiap hari,
aku pikir I have no life," tambahnya.
6. ļµ Atas dasar inilah wanita yang pernah bercita-cita menjadi pelukis dan
pemahat ini memutuskan untuk kembali ke Indonesia di tahun 2012.
Dirinya tidak lantas kembali dengan tangan kosong, namun membawa
berbagai macam ide segar untuk kemajuan animasi Indonesia dengan
membentuk Monso House, perusahaan animasi independen yang dibuat
bersama lima orang rekannya.
ļµ Perusahaan kecil yang sudah berdiri sejak dua tahun lalu ini cukup aktif
dalam berkarya. Salah satu proyek besar yang akan digarap dalam waktu
dekat ini adalah film animasi yang berjudul Goceks, mengisahkan anak-
anak kecil yang bermain bola di jalanan. Meski baru sampai pada tahap pra
produksi, namun segala persiapan sudah mulai dilakukan termasuk
bekerjasama dengan penerbit buku ternama.