MIFTAHUL HUDA - PENGELOLAAN SDL UNTUK WISATA BAHARI.pdf
PTT MINIRISET KELOMPOK 1 GEO PARIWISATA new.pptx
1. MINIRISET
GEOGRAFI PARIWISATA
“Potensi Objek Wisata Danau Lau Kawar di Kabupaten Karo”
Dosen Pengampu: Dr Sugiharto, M.Si
Disusun Oleh:
Alfredy S. Keliat (3153331001)
Azima Fahmi Siregar (3191131007)
Daffa Rosdannysyah Zulti (3193131012)
Ersan Karseta Karo Sekali (3193131020)
Lailan Rafina Marpaung (3191131009)
Tiur Debora Br Ginting (3193331013)
2. Latar Belakang
Pengembangan pariwisata memiliki kekuatan penggerak
perekonomian yang sangat luas, tidak semata-mata terkait dengan
kekayaan seni budaya bangsa. Beberapa langkah konkrit yang
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Karo dan masyarakat
setempat di Desa Kutagugung Kecamatan Naman Teran sebagai
upaya pengembangan potensi obyek-obyek wisata alam antara lain
dengan memberikan informasi kepada masyarakat tentang obyek
wisata dalam merawat dan melestarikan lingkungan serta menjalin
kerjasama dengan pihak swasta. Hal tersebut dilakukan dengan
harapan pengelolaan obyek wisata yang ada lebih terjamin dan
terarah. Objek Wisata Danau Lau Kawar di Kabupaten Karo
merupakan obyek wisata yang berada di bawah kaki Gunung
Sinabung.
3. KAJIAN PUSTAKA
Definisi Pariwisata
Istilah pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari “Pari” dan
“Wisata”. Pari yang berarti berulang-ulang, sedangkan Wisata adalah perjalanan
atau bepergian. Pariwisata dapat diartikan perjalanan yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan mengunjungi satu tempat ke tempat lain. Setiap orang
yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan
menikmati perjalanan dan kunjungan itu disebut Traveller, sedangkan orang yang
bepergian melintasi suatu negara dengan tidak singgah walaupun perjalanan itu
sendiri melebihi jangka waktu 24 jam disebut Tourist (Damardjati, 2001 : 125 ).
Jenis dan Manfaat Pariwisata
Seorang wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena didorong oleh berbagai
motif yang tercermin dalam berbagai macam jenis pariwisata. Bagi daerah sangat
perlu mempelajari motif ini karena berhubungan dengan fasilitas yang perlu
disiapkan dan program-program promosinya.
Pendit (2002:33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai berikut:
Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan-
kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan (laut atau udara),
jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program-program kebersihan atau
kesehatan, proyek sarana budaya dan kelestarian lingkungan, dan sebagainya,
yang semuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi
wisatawan dalam lingkungan wilayah yang bersangkutan, maupun bagi wisatawan
pengunjung dari luar.
4. Potensi Pengembangan Objek Wisata
Potensi wisata adalah segala hal dalam keadaan baik yang nyata dan tidak dapat
diraba yang digarap, diatur dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat
bermanfaat atau dimanfaatkan, diwujudkan sebagai kemampuan faktor dan unsur
yang diperlukan atau menentukan pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa
suasana, kejadian, benda maupun layanan atau jasa-jasa. Pada hakekatnya
pengembangan adalah suatu proses untuk memperbaiki dan meningkatkan sesuatu
yang ada. Pengembangan obyek wisata merupakan kegiatan membangun,
memelihara, dan melestarikan pertanaman, sarana dan prasarana maupun fasilitas
lainnya.
Fandeli (1995:24) mengemukakan bahwa pengembangan pariwisata pada
dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang didasarkan pada:
1.Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas dan tradisi
lokal.
2.Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan
secara merata kepada penduduk lokal.
3.Berorientasi kepada pengembangan wisata berskala kecil dan menengah dengan
daya serap tenaga kerja besar dan berorientasi pada teknologi kooperatif.
4.Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi
budaya dengan dampak negatif yang seminimal mungkin.
5. Objek dan Daya Tarik Wisata
Menurut Edward (1991:27), mengatakan bahwa suatu objek wisata harus mempunyai 5
unsur penting, yaitu:
1). Daya tarik Daya tarik merupakan faktor utama yang menarik wisatawan mengadakan
perjalanan mengunjungi suatu tempat, baik suatu tempat primer yang menjadi tujuan
utamanya, atau tujuan sekunder yang dikunjungi dalam suatu perjalanaan primer karena
keinginannya untuk menyaksikan, merasakan, dan menikmati daya tarik tujuan tersebut.
Sedangkan daya tarik sendiri dapat diklasifikan kedalam daya tarik lokasi yang merupakan
daya tarik permanen.
2). Prasarana Wisata Prasarana wisata ini dibutuhkan untuk melayani wisatawan selama
perjalanan wisata. Fasilitas ini cenderung berorientasi pada daya tarik wisata di suatu lokasi,
sehingga fasilitas ini harus terletak dekat dengan objek wisatanya. Prasarana wisata
cenderung dapat mendukung kecenderungan perkembangan pada saat yang bersamaan.
3). Sarana Wisata, Sarana Wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.
4). Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu harus
disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif..
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang
berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas permukaan tanah dan dibawah
tanah, seperti: sistem pengairan, sumber listrik dan energi, sistem jalur angkutan dan
terminal, sistem komunikasi, serta sistem keamanan atau pengawasan.
5). Masyarakat, Lingkungan, dan Budaya Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai
objek dan daya tarik wisata akan mengundang kehadiran wistawan.
6. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada hari
Sabtu, 13 November 2021.
Lokasi yang diambil peneliti
adalah Objek Wisata Danau
Lau Kawar. Danau Lau Kawar
adalah satu danau yang berada
di berada di Desa Kutagugung,
Kecamatan Naman Teran, di
bawah kaki gunung berapi
Sinabung, Kabupaten Karo,
Provinsi Sumatra Utara.
7. Metode Penelitian Dan Teknik Pengumpulan
Data
A). Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif
B). Dengan teknik pengumpulan data yang
dilakukan peneliti adalah observsi. Dengan
mengamati Objek Wisata Danau Lau Kawar
secara langsung. Selain itu, peneliti juga
melakukan dokumentasi sebagai penguat dari
penulisan laporan ini
8. HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas Wilayah dan Letak Strategis
Kabupaten Karo adalah salah satu Kabupaten yang berada di provinsi Sumatra
Utara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kecamatan Kabanjahe
Kabupaten Karo memiliki luas wilayah 2.127,25 km² dan jumlah penduduk pada
tahun 2020 sebanyak 404.998 jiwa, dengan kepadatan 190 jiwa/km².
Kabupaten Karo berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan Sumatra Utara.
Terletak sejauh 77 km dari kota Medan, ibu kota Provinsi Sumatra Utara. Wilayah
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai
1.400 meter di atas permukaan laut. Karena berada di ketinggian tersebut, Tanah
Karo Simalem, nama lain dari kabupaten ini mempunyai iklim yang sejuk dengan
suhu berkisar antara 16 sampai 17° C.
9. Utara
Kabupaten
Langkat dan Kabupaten Deli
Serdang
Timur
Kabupaten
Simalungun dan Kabupaten
Samosir
Selatan Kabupaten Dairi
Barat
Kabupaten Aceh Tenggara
(Provinsi Aceh)
Kabupaten Karo memiliki batas wilayah yaitu sebagai berikut:
Secara geografis, Kabupaten Karo terletak pada koordinat 02° 50'
sampai 03° 19' lintang utara dan 97° 55' sampai 98° 38' Bujur timur
Kabupaten Karo terdiri dari 17 kecamatan, 10 kelurahan, dan
259 desa dengan luas wilayah mencapai 2.127,25 km² dan jumlah
penduduk sekitar 404.998 jiwa (2020) dengan kepadatan penduduk 190
jiwa/km².
10. Selain beberapa permasalahan umum di atas, ada juga permasalahan
yang berupa gejala alam yang menjadikan objek wisata Danau Lau
Kawar belum dapat dikembangkan dengan baik. Ditengah pandemi
Covid-19, Dandim 0205/TK Letkol Kav Yuli Eko Hadyanto
kembali menekankan agar tetap mematuhi zona–zona bahaya dari
Gunung Api Sinabung dan Patuhi protokol kesehatan dan juga tidak
memasuki zona merah Sinabung kususnya Danau Lau Kawar dan
Aliran Sungai Lau Borus. Sampai detik ini Gunung Sinabung masih
berstatus siaga. Untuk itu, baik warga maupun tamu wisata dilarang
memasuki zona-zona bahaya yang ditetapkan oleh Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan
pemerintah. Semua kawasan zona merah tersebut telah dibuat portal
maupun spanduk tulisan tanda dilarang masuk. Hal itu yang
menjadikan pengunjung Danau Lau Kawar menurun setiap
tahunnya, dikarenakan Danau Lau Kawar yang berada di kaki
Gunung Sinabung yang masih berstatus aktif.
11. Potensi Objek Wisata Danau Lau Kawar
Sumatera Utara memiliki daerah wisata alam yang berpotensi dalam peningkatan obyek wisata dan salah satu
destinasi wisata yang ada terdapat di Kabupat Karo. Kabupaten karo adalah gudangnya lokasi wisata di
Sumatera Utara. Selain sebagai wilayah sentral pengembangan pertanian, Kabupaten Karo juga menjadi
tempat yang sangat banyak dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Namun, sama
halnya pada skala nasional, pengelolaan potensi obyek wisata di Kabupaten Karo juga cenderung lemah.
Salah satu dari sekian banyak obyek wisata yang ada di Kabupaten Karo adalah obyek wisata danau Lau
Kawar. Danau Lau Kawar adalah salah satu danau yang ada di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Danau Lau
Kawar terletak di kaki Gunung Sinabung.
12. Permasalahan di Danau Lau
Kawar
Potensi wisata Danau Lau Kawar
masih banyak yang belum digali,
untuk dapat dikembangkan sebagai
produk wisata bagi kesejahteraan
dan peningkatan mutu kehidupan
masyarakat sekitar kawasan, baik
berupa keindahan alam, gejala alam
maupun bentang alam, serta tata cara
hidup masyarakatnya. Selain itu
sarana dan prasarana seperti fasilitas
jalan, transportasi, penginapan,
rumah makan, promosi, penerapan
sapta pesona serta sarana pendukung
lainnya belum cukup memadai.
13. Fasilitas jalan. Jalan menuju objek wisata Danau Lau Kawar adalah jalur yang cukup berbahaya, karena
jalan yang menanjak dan berliku. Selain itu, jalur yang rawan longsor da nada beberapa kerusakan jalan
juga menjadi permasalahannya.
Transportasi. Akses jalan menuju Danau Lau Kawar bisa dilalui oleh kendaraan roda dua, maupun roda
empat hingga ke tepian danau. Transportasi menuju tempat wisata Danau Lau Kawar juga sulit. Jarak
tempuh yang cukup jauh dari Kota Berastagi membuat sarana transportasi berupa angkot sulit
ditemukan.
Sampah. Di pinggiran Danau Lau Kawar terdapat beberapa tumpukan sampah, ada juga sampah yang
berserakan di pinggiran danau.
Beberapa fasilitas yang tidak terurus dan rusak. Contohnya toilet yang tidak bisa digunakan lagi.
Beberapa pondok untuk duduk pengunjung ada yang telah hancur akibat tidak dirawat.
Banyaknya pungutan liar atau pungli pada saat memasuki objek wisata di Danau Lau Kawar. Adanya
pungli tersebut seharusnya dapat membantu beberapa permasalahan yang ada. Seperti dengan adanya
toilet.
14. Kesimpulan
Potensi wisata Danau Lau Kawar masih banyak yang belum digali, untuk dapat
dikembangkan sebagai produk wisata bagi kesejahteraan dan peningkatan mutu
kehidupan masyarakat sekitar kawasan, baik berupa keindahan alam, gejala alam
maupun bentang alam, serta tata cara hidup masyarakatnya. Selain itu sarana dan
prasarana seperti fasilitas jalan, transportasi, penginapan, rumah makan, promosi,
penerapan sapta pesona serta sarana pendukung lainnya belum cukup memadai.
Perkembangan kepariwisataan danau Lau Kawar sebagai potensi wisata memiliki
potensi alam yang menarik, serta budaya masyarakat setempat dapat menjadi potensi
pendukung dan menambah potensi alamnya yang telah tersedia. Obyek dan daya tarik
yang dimiliki danau Lau Kawar tidak dapat dikembangkan secara maksimal jika
informasi tentang potensi danau Lau Kawar sangat minim, prasarana dan sarana seperti
fasilitas jalan, transportasi, penginapan, rumah makan, penerapan sapta pesona yang
tidak mendukung potensi danau Lau Kawar. Oleh karena itu perlu adanya penerapan
sistem pengelolaan yang lebih baik dan menentukan strategi pengembangan obyek
wisata tersebut atas dasar mengetahui faktor-faktor permintaan dan strategi yang perlu
dilakukan untuk pengelolaan di kawasan obyek wisata danau Lau Kawar menjadi lebih
baik dan menarik.
Saran
Objek wisata sebaiknya dijaga dan dilestarikan dengaan baik, dimulai dari masyarakat
setempat maupun pengunjung. Sehingga hal tersebut akan menjadikan objek wisata
ramai pengunjung dan dapat dikembangkan.