SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
Jurnal Penelitian Siswa 2016
SMA Negeri 3 Cilacap 1
PENDAHULUAN
Buah Bintaro sering dikenal sebagai buah
pengusir tikus karena keampuhannya dalam
mengusir hewan pengerat yang banyak
merugikan manusia ini. Pohon Buah Bintaro
disebut pula dengan pohon Mangga Laut,
Buta Badak, Babuto atau Kayu Gurita. Dalam
bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagai
Sea Mango. Sedang dalam bahasa latin
(ilmiah) Bintaro dinamai sebagai Cerbera
manghas. Nama Bintaro juga kerap
disematkan pada kerabat dekatnya yang
bernama ilmiah Cerbera odollam. Kedua
spesies tanaman ini memang memiliki
kemiripan dalam beragam hal. Bintaro
biasanya memiliki tinggi 4 - 6 meter, walau
pun kadang-kadang dapat mecapai 12 meter.
Ciri fisik dari pohon bintaro adalah
mempunyai daun berbentuk bulat lonjong,
kaku dan cenderung berwarna hijau tua.
Buahnya berbentuk bulat telur dengan warna
hijau saat masih muda, dan berwarna cokelat
kemerahan ketika sudah tua (matang). Ukuran
buahnya tidak terlalu besar, hanya sekitar 10 -
15 cm. Walau terlihat mulus dari luar, buah
bintaro tidak mempunyai daging buah.
Setelah kulit terluar kita akan menjumpai
lapisan berikutnya yang berupa serat mirip
seperti sabut kelapa dan kemudian biji.
Namun tanaman ini mengandung racun.
Bukan hanya di dalam buahnya, tapi juga
terdapat pada daun dan getahnya. Racun yang
terdapat pada buah bintaro cukup kuat karena
dapat mengakibatkan terganggunya detak
jantung manusia sehingga dapat
menyebabkan kematian. Saking kuatnya
racun yang terdapat pada buah bintaro,
bahkan tikus pun takut untuk mendekati buah
ini.
Rumusan Masalah
Pada beberapa penelitian terdahulu telah
dibuktikan bahwa buah bintaro efektif
digunakan sebagai rodentisida dan pestisida,
namun belum ada penelitian yang
menyingkap potensi buah bintaro sebagai
avesida. Bertitik tolak dari latar belakang di
atas, dapat dirumuskan masalah yang menjadi
bahan kajian penelitian kami adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengaruh buah bintaro
terhadap hama burung yang
menyerang sawah?
EFEKTIVITAS BUAH BINTARO SEBAGAI AVESIDA
[ Jurnal Penelitian SMA Negeri 3 Cilacap Tahun 2016 ]
Shafna Annisa Harimurti dan Dona Fitria Nur Azizah
ABSTRAK
Buah bintaro mengandung racun cerberrin yang efektif mengusir tikus. Tujuan dari penelitian adalah
meneliti efek penggunaan buah bintaro untuk melindungi sawah dari serangan hama burung (avesida).
Berdasarkan kajian literatur diperoleh data bahwa buah bintaro mengandung senyawa cerberrin yang efektif
digunakan untuk pestisida dan rodentisida.Metode yang kami gunakan adalah kuantitatif dengan melakukan
observasi dan studi laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penelitian baik di dalam
sangkar, di dalam green house maupun di alam terbuka tidak ada seekor burung pun yang mau mendekati
makanan yang posisinya ada di dekat buah bintaro. Hasil analisis regresi linier menunjukkan nilai korelasi
sebesar 11,6 % dan R square sebesar 1,4 % sehingga tidak ada perbedaan perilaku burung pada lokasi yang
sempit (sangkar burung) dengan lokasi yang lebih luas (greenhouse). Hasil uji anova menunjukkan nilai
0,54 yang berarti luas atau sempitnya lokasi (tempat) tidak memberikan pengaruh apa pun terhadap perilaku
burung.
Kata Kunci : avesida, buah bintaro, burung, pestisida, rodentisida
Jurnal Penelitian Siswa 2016
SMA Negeri 3 Cilacap 2
2. Bagaimana efektivitas buah bintaro
sebagai avesida ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ilmiah ini
adalah sebagai berikut :
1. Meneliti pengaruh buah bintaro
terhadap hama burung yang
menyerang sawah.
2. Menguji efektivitas buah bintaro
sebagai avesida.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Meningkatkan fungsi dan guna dari buah
bintaro.
2. Memperkuat ketahanan pangan Nasional.
KAJIAN PUSTAKA
Tanaman Bintaro
Tumbuhan bintaro mempunyai ciri-ciri
memiliki banyak biji, ketinggian mencapai 4 -
6 meter dengan batang tegak berkayu, banyak
percabangan, bentuk bulat, dan berbintil-bintil
hitam, kulit batangnya tebal dan berkerak.
Daun bintaro merupakan daun tunggal dan
berbentuk lonjong memanjang, simetris dan
menumpul pada bagian ujung dengan ukuran
bervariasi, tersusun secara spiral, dan
terkadang berkumpul pada ujung roset, tepi
daun rata, pertulangan daun menyirip,
permukaan licin, dengan ukuran panjang 15-
20 cm, lebar 3-5 cm, dan berwarna hijau tua.
Daun bintaro biasanya berdesakan di ujung
cabang, dan bunganya berwarna putih, berbau
harum, dan terletak di ujung batang. Bunga
tanaman ini berbentuk terompet, terdapat
pada ujung pedikel samosa dengan lima petal
yang sama (pentamery) dengan korola
berbentuk tabung, merupakan bunga majemuk
berkelamin dua (hermaprodit), dengan
panjang tangkai putik 2-2,5 cm, kepala sari
bagian bunga berwarna coklat, sedangkan
kepala putiknya hijau keputih-putihan. Buah
bintaro merupakan buah drupa (berbiji)
dengan serat lignoselulosa yang menyerupai
buah kelapa dan berbentuk oval mirip dengan
buah manga, berwarna hijau pucat saat masih
muda, berwarna merah bila sudah masak, dan
berwarna kehitaman setelah tua, namun
daging buahnya berserat dan tidak dapat
dimakan karena beracun. Biji bintaro
berbentuk pipih, panjang, berakar tunggang,
dan berwarna cokelat. Seluruh bagian
tanaman bintaro mengandung getah berwarna
putih seperti susu. Hampir seluruh bagian
tanaman bintaro mengandung racun
cerberrin. (Purwaningtyas, 2014)
Berikut taksonomi tanaman bintaro :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Cerbera
Spesies : Cerbera manghas L.
Pemanfaatan Racun Cerberrin
Penelitian Sri Utamii (2010) menunjukkan
bahwa ekstrak bintaro memberikan pengaruh
signifikan terhadap mortalitas dan
penghambatan perkembangan serangga hama
Eurema sp. Ekstrak biji bintaro mempunyai
efek insektisida paling kuat dibandingkan
dengan ekstrak daging buah dan daun bintaro.
Ekstrak biji bintaro menyebabkan mortalitas
larva Eurema sp sebesar 90%, keberhasilan
pembentukan pupa dan imago masing-masing
sebesar 16,67% dengan waktu yang
dibutuhkan 1,7 hari lebih lama dibandingkan
dengan kontrol. Diduga kandungan kimia
yang terdapat di dalam ekstrak bintaro
mampu memberikan efek insektisidal
terhadap hama Eurema sp.
Penelitian Ambar Swastiningrum (2012)
menunjukkan daun dan buah Bintaro pada
Jurnal Penelitian Siswa 2016
SMA Negeri 3 Cilacap 3
konsentrasi 100 - 300 gr/L dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut air, belum
efektif digunakan sebagai pestisida nabati
untuk mengendalikan hama ulat Spodoptera
litura pada tanaman kedelai. Ekstrak daun tua
Bintaro (100 g/L) menghasilkan nilai
mortalitas dan kecepatan kematian hama
tertinggi sebesar 40,00% dan 2,00.
Penggunaan ekstrak daun dan buah Bintaro
sebagai pestisida nabati tidak menghambat
pertumbuhan tanaman kedelai.
Penelitian Kartimi (2015) menunjukkan
bahwa pemberian ekstrak bintaro berpengaruh
secara signifikan terhadap mortalitas tikus.
Ekstrak bintaro untuk semua konsentrasi
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
mortalitas tikus. Ekstrak buah bintaro
memiliki efek biopestisida paling kuat pada
pelarut n-heksana dibandingkan pelarut yang
lainnya. Tidak terdapat perbedaan pengaruh
ekstrak bintaro terhadap mortalitas tikus pada
pelarut n-heksana, etyl asetat, aseton, dan
aquades.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metodologi
kuantitatif dengan melakukan observasi dan
studi laboratorium.
Indikator Penelitian
Dari kajian pustaka di atas, dapat diturunkan
menjadi beberapa indikator. Indikator ini
merupakan landasan kami melakukan
pengumpulan data. Data yang akan kami
kumpulkan adalah :
1. Pengaruh buah bintaro terhadap hama
burung.
Indikator yang kami tetapkan adalah
sebagai berikut :
a. Jenis burung yang memakan padi di
sawah. Burung yang digunakan
adalah beberapa spesies burung yang
ada di sawah, seperti burung emprit.
b. Jenis makanan burung sawah. Dalam
penelitian ini menggunakan gabah
dan beras.
c. Reaksi burung terhadap keberadaan
buah bintaro. Reaksi yang diteliti
berupa menjauh atau tetap
berperilaku biasa.
2. Efektivitas buah bintaro sebagai avesida
Indikator yang kami tetapkan adalah
sebagai berikut :
a. Tempat atau lokasi penelitian.
Tempat penelitian yang dipilih adalah
sangkar burung, green house dan
alam terbuka berupa sawah yang
berpotensi diserang hama burung.
b. Waktu penelitian. Waktu penelitian
adalah waktu dimana burung-burung
sawah biasa beraksi, yaitu pada siang
hari.
c. Efektivitas. Penilaian efektivitas
adalah dilihat dari apakah burung-
burung tersebut mau menghampiri
atau memakan beras dan gabah yang
ada di dekat buah bintaro.
Metode Penarikan Sample
Sample yang digunakan berupa 15 ekor
burung sawah untuk penelitian di dalam
sangkar dan 15 ekor burung sawah untuk
penelitian di dalam green house.
Metode Analisis Data
Pengolahan data dan analisis data hasil
penelitian menggunakan analisis deskriptif
dengan tabulasi silang dan analisis regresi
linier menggunakan software SPSS 16.0.
Hipotesis
Aroma toksik buah bintaro mampu mengusir
tikus dan beberapa jenis hama lainnya.
Pemasangan buah bintaro secara horizontal di
atas lahan persawahan menggunakan tali
diduga efektif mengusir burung-burung yang
hendak memakan padi di lahan persawahan.
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
Pengamatan dilakukan di tiga tempat, yaitu di
dalam sangkar burung, di dalam green house
dan di alam terbuka lahan persawahan di kota
Cilacap. Hasil pengamatan menunjukkan
Jurnal Penelitian Siswa 2016
SMA Negeri 3 Cilacap 4
bahwa tidak ada seekor burung pun yang
berani mendekati makanan yang ada di dekat
buah bintaro. Jarak terdekat yang berani
ditenggeri burung adalah 30 cm. Itu pun
hanya beberapa ekor burung saja yang berani
bertengger pada jarak 30 cm. Selebihnya
bertengger jauh dari buah bintaro.
Tabel 1. Hasil observasi
SAMPLE SANGKAR GREENHOUSE SAWAH
1 30 cm 30 cm Jauh
2 30 cm 30 cm Jauh
3 30 cm 30 cm Jauh
4 30 cm 30 cm Jauh
5 30 cm >30 cm Jauh
6 >30 cm >30 cm Jauh
7 >30 cm >30 cm Jauh
8 >30 cm Jauh Jauh
9 >30 cm Jauh Jauh
10 Jauh Jauh Jauh
11 Jauh Jauh Jauh
12 Jauh Jauh Jauh
13 Jauh Jauh Jauh
14 Jauh Jauh Jauh
15 Jauh Jauh Jauh
Sumber : Data primer
Data-Data Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir
seluruh burung menjauhi buah bintaro dan
makanan yang ada di dekat buah bintaro.
Tabel 2. Hasil analisis deskritif
Tempat
Penelitian
30 cm >30 cm Jauh
Sangkar
burung
33,3 % 26,7 % 40,0 %
Green
house
26,7 % 20,0 % 53,3 %
Sumber : Analisis deskriptif crosstabs dengan SPSS
Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada
seekor burung pun yang berani mendekati
makanan yang ada di dekat buah bintaro.
Jarak burung dengan buah bintaro yang masih
berani dihampiri burung adalah 30 cm.
Tabel 3 Hasil analisis regresi linier
Hasil analisis regresi linier menunjukkan nilai
korelasi sebesar 11,6 % dan R square sebesar
1,4 % sehingga tidak ada perbedaan perilaku
burung pada lokasi yang sempit (sangkar
burung) dengan lokasi yang lebih luas
(greenhouse). Hasil uji anova menunjukkan
nilai 0,54 yang berarti luas atau sempitnya
lokasi (tempat) tidak memberikan pengaruh
apa pun terhadap perilaku burung.
Pembahasan
Buah bintaro efektif digunakan sebagai
pestisida dan rodentisida. Namun hewan
pengganggu tanaman padi tidak hanya
serangga, ulat dan tikus. Burung-burung
emprit dan sejenisnya sering pula menyerang
padi yang sudah menguning. Hal ini tentu
bisa merugikan para petani. Berbagai upaya
dilakukan oleh petani untuk menghalau
burung-burung tersebut, diantaranya membuat
orang-orangan di tengah sawah yang digerak-
gerakkan secara manual oleh para petani dari
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .116
a
.014 -.022 .884
a. Predictors: (Constant), Lokasi
Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant
)
1.867 .510 3.659 .001
Lokasi .200 .323 .116 .620 .540
a. Dependent Variable:
Jarak
ANOVA
b
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .300 1 .300 .384 .540a
Residual 21.867 28 .781
Total 22.167 29
a. Predictors: (Constant), Lokasi
b. Dependent Variable: Jarak
Jurnal Penelitian Siswa 2016
SMA Negeri 3 Cilacap 5
pinggir sawah. Cara ini memang tergolong
efektif, namun menguras waktu dan tenaga
sehingga dirasa tidak efisien. Oleh karena itu
kami mencoba membuat penelitian berupa
pemanfaata buah bintaro menjadi avesida
(pengusir burung sawah).
Penelitian menggunakan sample 15 ekor
burung untuk penelitian di dalam sangkar dan
15 ekor burung untuk penelitian di dalam
greenhouse, serta penelitian pemasangan
avesida bintaro di alam terbuka. Jumlah
sample demikian merujuk kepada teori Gay
dan Diehl (1996) bahwa penelitian dengan
perbandingan harus menyertakan 15 sample
tiap kelompoknya.
Pada penelitian di dalam sangkar, kami
letakkan 2 wadah makanan berisi padi dan 2
wadah makanan berisi beras, lalu pada kedua
pojok bagian bawah sangkar kami ikatkan
buah bintaro. Hasilnya tidak ada satu pun
burung yang mau turun ke bawah. Semua
burung diam di tempat tengger tidak berkutik
sama sekali. Namun ketika buah bintaro
diambil dan dikeluarkan dari sangkar, burung-
burung tersebut bertebaran ke berbagai sudut
sangkar bermain-main dan mau mematuk
makanan yang disediakan dalam wadah.
Penelitian dalam greenhouse dilakukan
dengan memasang buah bintaro di beberapa
sudut greenhouse, kemudian melepaskan 15
ekor burung ke dalam greenhouse dan
ditutup. Hasilnya tidak ada seeokor burung
pun yang menghampiri buah bintaro. Jarak
terdekat yang sempat dijadikan tempat
bertengger adalah 50 cm. Hanya ada 4 ekor
burung yang berani bertengger pada jarak 50
cm, selebihnya terbang menjauh dari posisi
buah bintaro.
Hasil analisis deskriptif dengan crosstabs
menunjukkan bahwa keberadaan buah bintaro
di dekat makanan (gabah dan beras) efektif
menghambat aktivitas burung dari
menyambangi dan memakan gabah dan beras
tersebut.
Sedangkan hasil analisis regresi linier
menunjukkan bahwa luasnya lokasi tidak
mempengaruhi perilaki burung sawah
tersebut. Baik di dalam sangkar maupun di
dalam greenhouse semu burung menunjukkan
perilaku yang sama, yaitu tidak mau
mendekati makanan yang ada di dekat buah
bintaro lebih dekat dari 30 cm.
Sedangkan penelitian di alam bebas dilakukan
di area sawah tadah hujan di jalan Lingkar
Selatan Kelurahan Tegal Kamulyan Cilacap.
Hasilnya adalah buah bintaro diikat dengan
tali kemudian diatur jarak antara satu buah
dengan buah berikutnya adalah 1 m dengan
asumsi bahwa jarak terdekat yang berani
disambangi burung sawah adalah 50 cm.
Jarak antara buah bintaro adalah 50 cm di atas
tanaman padi.
Kesimpulan
Keberadaan buah bintaro sangat
mempengaruhi perilaku burung, yaitu burung-
burung tidak berani mendekati makanan yang
berada di dekat buah bintaro. Hasil analisis
regresi linier menunjukkan bahwa buah
bintaro benar-benar efektif sebagai avesida
(pengusir burung) baik di tempat yang sempit
atau pun di tempat yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Kartimi. 2015. “Pemanfaatan Buah Bintaro Sebagai Biopestisida
Dalam Penanggulangan Hama Pada Tanaman Padi di
Kawasan Pesisir Desa Bandengan Kabupaten Cirebon."
Jurusan Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FKIT) IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Plantamor. 2012. “Bintaro.”
http://www.plantamor.com/index.php?plant=309
Purwaningtyas, Arni. 2014. “Potensi Minyak Biji Buah Bintaro
(Cerberra manghas L.) Sebagai Energi Alternatif Penghasil
Biodiesel.” Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Semarang.
Swastiningrum, Ambar. 2012. “Uji Efektivitas Pestisida Nabati
Bintaro (Cerberra manghas) Terhadap Hama Ulat Grayak
(Spodoptera litura) Pada Tanaman Kedelai. Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Utami, Sri. 2010. “Aktivitas Insektisida Bintaro Terhadap Hama
Eurema spp. Pada Skala Laboratorium.” Balai Penelitian
Kehutanan Palembang.

More Related Content

Featured

How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
ThinkNow
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Kurio // The Social Media Age(ncy)
 

Featured (20)

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPT
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 

Efektivitas Buah Bintaro Sebagai Bio-Avesida

  • 1. Jurnal Penelitian Siswa 2016 SMA Negeri 3 Cilacap 1 PENDAHULUAN Buah Bintaro sering dikenal sebagai buah pengusir tikus karena keampuhannya dalam mengusir hewan pengerat yang banyak merugikan manusia ini. Pohon Buah Bintaro disebut pula dengan pohon Mangga Laut, Buta Badak, Babuto atau Kayu Gurita. Dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagai Sea Mango. Sedang dalam bahasa latin (ilmiah) Bintaro dinamai sebagai Cerbera manghas. Nama Bintaro juga kerap disematkan pada kerabat dekatnya yang bernama ilmiah Cerbera odollam. Kedua spesies tanaman ini memang memiliki kemiripan dalam beragam hal. Bintaro biasanya memiliki tinggi 4 - 6 meter, walau pun kadang-kadang dapat mecapai 12 meter. Ciri fisik dari pohon bintaro adalah mempunyai daun berbentuk bulat lonjong, kaku dan cenderung berwarna hijau tua. Buahnya berbentuk bulat telur dengan warna hijau saat masih muda, dan berwarna cokelat kemerahan ketika sudah tua (matang). Ukuran buahnya tidak terlalu besar, hanya sekitar 10 - 15 cm. Walau terlihat mulus dari luar, buah bintaro tidak mempunyai daging buah. Setelah kulit terluar kita akan menjumpai lapisan berikutnya yang berupa serat mirip seperti sabut kelapa dan kemudian biji. Namun tanaman ini mengandung racun. Bukan hanya di dalam buahnya, tapi juga terdapat pada daun dan getahnya. Racun yang terdapat pada buah bintaro cukup kuat karena dapat mengakibatkan terganggunya detak jantung manusia sehingga dapat menyebabkan kematian. Saking kuatnya racun yang terdapat pada buah bintaro, bahkan tikus pun takut untuk mendekati buah ini. Rumusan Masalah Pada beberapa penelitian terdahulu telah dibuktikan bahwa buah bintaro efektif digunakan sebagai rodentisida dan pestisida, namun belum ada penelitian yang menyingkap potensi buah bintaro sebagai avesida. Bertitik tolak dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yang menjadi bahan kajian penelitian kami adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh buah bintaro terhadap hama burung yang menyerang sawah? EFEKTIVITAS BUAH BINTARO SEBAGAI AVESIDA [ Jurnal Penelitian SMA Negeri 3 Cilacap Tahun 2016 ] Shafna Annisa Harimurti dan Dona Fitria Nur Azizah ABSTRAK Buah bintaro mengandung racun cerberrin yang efektif mengusir tikus. Tujuan dari penelitian adalah meneliti efek penggunaan buah bintaro untuk melindungi sawah dari serangan hama burung (avesida). Berdasarkan kajian literatur diperoleh data bahwa buah bintaro mengandung senyawa cerberrin yang efektif digunakan untuk pestisida dan rodentisida.Metode yang kami gunakan adalah kuantitatif dengan melakukan observasi dan studi laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penelitian baik di dalam sangkar, di dalam green house maupun di alam terbuka tidak ada seekor burung pun yang mau mendekati makanan yang posisinya ada di dekat buah bintaro. Hasil analisis regresi linier menunjukkan nilai korelasi sebesar 11,6 % dan R square sebesar 1,4 % sehingga tidak ada perbedaan perilaku burung pada lokasi yang sempit (sangkar burung) dengan lokasi yang lebih luas (greenhouse). Hasil uji anova menunjukkan nilai 0,54 yang berarti luas atau sempitnya lokasi (tempat) tidak memberikan pengaruh apa pun terhadap perilaku burung. Kata Kunci : avesida, buah bintaro, burung, pestisida, rodentisida
  • 2. Jurnal Penelitian Siswa 2016 SMA Negeri 3 Cilacap 2 2. Bagaimana efektivitas buah bintaro sebagai avesida ? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ilmiah ini adalah sebagai berikut : 1. Meneliti pengaruh buah bintaro terhadap hama burung yang menyerang sawah. 2. Menguji efektivitas buah bintaro sebagai avesida. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan fungsi dan guna dari buah bintaro. 2. Memperkuat ketahanan pangan Nasional. KAJIAN PUSTAKA Tanaman Bintaro Tumbuhan bintaro mempunyai ciri-ciri memiliki banyak biji, ketinggian mencapai 4 - 6 meter dengan batang tegak berkayu, banyak percabangan, bentuk bulat, dan berbintil-bintil hitam, kulit batangnya tebal dan berkerak. Daun bintaro merupakan daun tunggal dan berbentuk lonjong memanjang, simetris dan menumpul pada bagian ujung dengan ukuran bervariasi, tersusun secara spiral, dan terkadang berkumpul pada ujung roset, tepi daun rata, pertulangan daun menyirip, permukaan licin, dengan ukuran panjang 15- 20 cm, lebar 3-5 cm, dan berwarna hijau tua. Daun bintaro biasanya berdesakan di ujung cabang, dan bunganya berwarna putih, berbau harum, dan terletak di ujung batang. Bunga tanaman ini berbentuk terompet, terdapat pada ujung pedikel samosa dengan lima petal yang sama (pentamery) dengan korola berbentuk tabung, merupakan bunga majemuk berkelamin dua (hermaprodit), dengan panjang tangkai putik 2-2,5 cm, kepala sari bagian bunga berwarna coklat, sedangkan kepala putiknya hijau keputih-putihan. Buah bintaro merupakan buah drupa (berbiji) dengan serat lignoselulosa yang menyerupai buah kelapa dan berbentuk oval mirip dengan buah manga, berwarna hijau pucat saat masih muda, berwarna merah bila sudah masak, dan berwarna kehitaman setelah tua, namun daging buahnya berserat dan tidak dapat dimakan karena beracun. Biji bintaro berbentuk pipih, panjang, berakar tunggang, dan berwarna cokelat. Seluruh bagian tanaman bintaro mengandung getah berwarna putih seperti susu. Hampir seluruh bagian tanaman bintaro mengandung racun cerberrin. (Purwaningtyas, 2014) Berikut taksonomi tanaman bintaro : Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Gentianales Famili : Apocynaceae Genus : Cerbera Spesies : Cerbera manghas L. Pemanfaatan Racun Cerberrin Penelitian Sri Utamii (2010) menunjukkan bahwa ekstrak bintaro memberikan pengaruh signifikan terhadap mortalitas dan penghambatan perkembangan serangga hama Eurema sp. Ekstrak biji bintaro mempunyai efek insektisida paling kuat dibandingkan dengan ekstrak daging buah dan daun bintaro. Ekstrak biji bintaro menyebabkan mortalitas larva Eurema sp sebesar 90%, keberhasilan pembentukan pupa dan imago masing-masing sebesar 16,67% dengan waktu yang dibutuhkan 1,7 hari lebih lama dibandingkan dengan kontrol. Diduga kandungan kimia yang terdapat di dalam ekstrak bintaro mampu memberikan efek insektisidal terhadap hama Eurema sp. Penelitian Ambar Swastiningrum (2012) menunjukkan daun dan buah Bintaro pada
  • 3. Jurnal Penelitian Siswa 2016 SMA Negeri 3 Cilacap 3 konsentrasi 100 - 300 gr/L dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut air, belum efektif digunakan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama ulat Spodoptera litura pada tanaman kedelai. Ekstrak daun tua Bintaro (100 g/L) menghasilkan nilai mortalitas dan kecepatan kematian hama tertinggi sebesar 40,00% dan 2,00. Penggunaan ekstrak daun dan buah Bintaro sebagai pestisida nabati tidak menghambat pertumbuhan tanaman kedelai. Penelitian Kartimi (2015) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bintaro berpengaruh secara signifikan terhadap mortalitas tikus. Ekstrak bintaro untuk semua konsentrasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap mortalitas tikus. Ekstrak buah bintaro memiliki efek biopestisida paling kuat pada pelarut n-heksana dibandingkan pelarut yang lainnya. Tidak terdapat perbedaan pengaruh ekstrak bintaro terhadap mortalitas tikus pada pelarut n-heksana, etyl asetat, aseton, dan aquades. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif dengan melakukan observasi dan studi laboratorium. Indikator Penelitian Dari kajian pustaka di atas, dapat diturunkan menjadi beberapa indikator. Indikator ini merupakan landasan kami melakukan pengumpulan data. Data yang akan kami kumpulkan adalah : 1. Pengaruh buah bintaro terhadap hama burung. Indikator yang kami tetapkan adalah sebagai berikut : a. Jenis burung yang memakan padi di sawah. Burung yang digunakan adalah beberapa spesies burung yang ada di sawah, seperti burung emprit. b. Jenis makanan burung sawah. Dalam penelitian ini menggunakan gabah dan beras. c. Reaksi burung terhadap keberadaan buah bintaro. Reaksi yang diteliti berupa menjauh atau tetap berperilaku biasa. 2. Efektivitas buah bintaro sebagai avesida Indikator yang kami tetapkan adalah sebagai berikut : a. Tempat atau lokasi penelitian. Tempat penelitian yang dipilih adalah sangkar burung, green house dan alam terbuka berupa sawah yang berpotensi diserang hama burung. b. Waktu penelitian. Waktu penelitian adalah waktu dimana burung-burung sawah biasa beraksi, yaitu pada siang hari. c. Efektivitas. Penilaian efektivitas adalah dilihat dari apakah burung- burung tersebut mau menghampiri atau memakan beras dan gabah yang ada di dekat buah bintaro. Metode Penarikan Sample Sample yang digunakan berupa 15 ekor burung sawah untuk penelitian di dalam sangkar dan 15 ekor burung sawah untuk penelitian di dalam green house. Metode Analisis Data Pengolahan data dan analisis data hasil penelitian menggunakan analisis deskriptif dengan tabulasi silang dan analisis regresi linier menggunakan software SPSS 16.0. Hipotesis Aroma toksik buah bintaro mampu mengusir tikus dan beberapa jenis hama lainnya. Pemasangan buah bintaro secara horizontal di atas lahan persawahan menggunakan tali diduga efektif mengusir burung-burung yang hendak memakan padi di lahan persawahan. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN Pengamatan dilakukan di tiga tempat, yaitu di dalam sangkar burung, di dalam green house dan di alam terbuka lahan persawahan di kota Cilacap. Hasil pengamatan menunjukkan
  • 4. Jurnal Penelitian Siswa 2016 SMA Negeri 3 Cilacap 4 bahwa tidak ada seekor burung pun yang berani mendekati makanan yang ada di dekat buah bintaro. Jarak terdekat yang berani ditenggeri burung adalah 30 cm. Itu pun hanya beberapa ekor burung saja yang berani bertengger pada jarak 30 cm. Selebihnya bertengger jauh dari buah bintaro. Tabel 1. Hasil observasi SAMPLE SANGKAR GREENHOUSE SAWAH 1 30 cm 30 cm Jauh 2 30 cm 30 cm Jauh 3 30 cm 30 cm Jauh 4 30 cm 30 cm Jauh 5 30 cm >30 cm Jauh 6 >30 cm >30 cm Jauh 7 >30 cm >30 cm Jauh 8 >30 cm Jauh Jauh 9 >30 cm Jauh Jauh 10 Jauh Jauh Jauh 11 Jauh Jauh Jauh 12 Jauh Jauh Jauh 13 Jauh Jauh Jauh 14 Jauh Jauh Jauh 15 Jauh Jauh Jauh Sumber : Data primer Data-Data Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh burung menjauhi buah bintaro dan makanan yang ada di dekat buah bintaro. Tabel 2. Hasil analisis deskritif Tempat Penelitian 30 cm >30 cm Jauh Sangkar burung 33,3 % 26,7 % 40,0 % Green house 26,7 % 20,0 % 53,3 % Sumber : Analisis deskriptif crosstabs dengan SPSS Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada seekor burung pun yang berani mendekati makanan yang ada di dekat buah bintaro. Jarak burung dengan buah bintaro yang masih berani dihampiri burung adalah 30 cm. Tabel 3 Hasil analisis regresi linier Hasil analisis regresi linier menunjukkan nilai korelasi sebesar 11,6 % dan R square sebesar 1,4 % sehingga tidak ada perbedaan perilaku burung pada lokasi yang sempit (sangkar burung) dengan lokasi yang lebih luas (greenhouse). Hasil uji anova menunjukkan nilai 0,54 yang berarti luas atau sempitnya lokasi (tempat) tidak memberikan pengaruh apa pun terhadap perilaku burung. Pembahasan Buah bintaro efektif digunakan sebagai pestisida dan rodentisida. Namun hewan pengganggu tanaman padi tidak hanya serangga, ulat dan tikus. Burung-burung emprit dan sejenisnya sering pula menyerang padi yang sudah menguning. Hal ini tentu bisa merugikan para petani. Berbagai upaya dilakukan oleh petani untuk menghalau burung-burung tersebut, diantaranya membuat orang-orangan di tengah sawah yang digerak- gerakkan secara manual oleh para petani dari Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .116 a .014 -.022 .884 a. Predictors: (Constant), Lokasi Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients t Sig.B Std. Error Beta 1 (Constant ) 1.867 .510 3.659 .001 Lokasi .200 .323 .116 .620 .540 a. Dependent Variable: Jarak ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .300 1 .300 .384 .540a Residual 21.867 28 .781 Total 22.167 29 a. Predictors: (Constant), Lokasi b. Dependent Variable: Jarak
  • 5. Jurnal Penelitian Siswa 2016 SMA Negeri 3 Cilacap 5 pinggir sawah. Cara ini memang tergolong efektif, namun menguras waktu dan tenaga sehingga dirasa tidak efisien. Oleh karena itu kami mencoba membuat penelitian berupa pemanfaata buah bintaro menjadi avesida (pengusir burung sawah). Penelitian menggunakan sample 15 ekor burung untuk penelitian di dalam sangkar dan 15 ekor burung untuk penelitian di dalam greenhouse, serta penelitian pemasangan avesida bintaro di alam terbuka. Jumlah sample demikian merujuk kepada teori Gay dan Diehl (1996) bahwa penelitian dengan perbandingan harus menyertakan 15 sample tiap kelompoknya. Pada penelitian di dalam sangkar, kami letakkan 2 wadah makanan berisi padi dan 2 wadah makanan berisi beras, lalu pada kedua pojok bagian bawah sangkar kami ikatkan buah bintaro. Hasilnya tidak ada satu pun burung yang mau turun ke bawah. Semua burung diam di tempat tengger tidak berkutik sama sekali. Namun ketika buah bintaro diambil dan dikeluarkan dari sangkar, burung- burung tersebut bertebaran ke berbagai sudut sangkar bermain-main dan mau mematuk makanan yang disediakan dalam wadah. Penelitian dalam greenhouse dilakukan dengan memasang buah bintaro di beberapa sudut greenhouse, kemudian melepaskan 15 ekor burung ke dalam greenhouse dan ditutup. Hasilnya tidak ada seeokor burung pun yang menghampiri buah bintaro. Jarak terdekat yang sempat dijadikan tempat bertengger adalah 50 cm. Hanya ada 4 ekor burung yang berani bertengger pada jarak 50 cm, selebihnya terbang menjauh dari posisi buah bintaro. Hasil analisis deskriptif dengan crosstabs menunjukkan bahwa keberadaan buah bintaro di dekat makanan (gabah dan beras) efektif menghambat aktivitas burung dari menyambangi dan memakan gabah dan beras tersebut. Sedangkan hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa luasnya lokasi tidak mempengaruhi perilaki burung sawah tersebut. Baik di dalam sangkar maupun di dalam greenhouse semu burung menunjukkan perilaku yang sama, yaitu tidak mau mendekati makanan yang ada di dekat buah bintaro lebih dekat dari 30 cm. Sedangkan penelitian di alam bebas dilakukan di area sawah tadah hujan di jalan Lingkar Selatan Kelurahan Tegal Kamulyan Cilacap. Hasilnya adalah buah bintaro diikat dengan tali kemudian diatur jarak antara satu buah dengan buah berikutnya adalah 1 m dengan asumsi bahwa jarak terdekat yang berani disambangi burung sawah adalah 50 cm. Jarak antara buah bintaro adalah 50 cm di atas tanaman padi. Kesimpulan Keberadaan buah bintaro sangat mempengaruhi perilaku burung, yaitu burung- burung tidak berani mendekati makanan yang berada di dekat buah bintaro. Hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa buah bintaro benar-benar efektif sebagai avesida (pengusir burung) baik di tempat yang sempit atau pun di tempat yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Kartimi. 2015. “Pemanfaatan Buah Bintaro Sebagai Biopestisida Dalam Penanggulangan Hama Pada Tanaman Padi di Kawasan Pesisir Desa Bandengan Kabupaten Cirebon." Jurusan Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FKIT) IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Plantamor. 2012. “Bintaro.” http://www.plantamor.com/index.php?plant=309 Purwaningtyas, Arni. 2014. “Potensi Minyak Biji Buah Bintaro (Cerberra manghas L.) Sebagai Energi Alternatif Penghasil Biodiesel.” Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Swastiningrum, Ambar. 2012. “Uji Efektivitas Pestisida Nabati Bintaro (Cerberra manghas) Terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura) Pada Tanaman Kedelai. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Utami, Sri. 2010. “Aktivitas Insektisida Bintaro Terhadap Hama Eurema spp. Pada Skala Laboratorium.” Balai Penelitian Kehutanan Palembang.