SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
BUKAN PERMAINAN MONOPOLI DIATAS KERTAS
“The New Rules Of The World” adalah sebuah judul film yang menunjukkan suatu
fakta; bahwa saat ini bukan hanya Tuhan yang bisa membuat peraturan-peraturan (baca:
hukum) bagi manusia, namun manusia juga bisa. Saat ini manusia merasa bahwa dirinya bisa
mengatur dunia sedemikian rupa sesuai dengan keinginannya. Hal ini berlaku terutama bagi
para kaum pengusaha besar dengan investasi yang besar pula. Mereka sangat berkuasa,
kekuasaan itu karena mereka adalah pemilik perusahaan dan penanam modal besar. Hal ini
sangat didukung dengan adanya globalisasi. Globalisasi menggerakkan para pengusaha
tersebut menginvestasikan modal mereka di negara-negara lain agar keuntungan yang
diperolehnya semakin besar pula, tidak peduli apakah yang ditempati itu adalah negara kaya
atau miskin. Namun, yang mereka cari terutama adalah negara miskin yang sedang
mengalami krisis ekonomi.
Mereka, tidak peduli bahwa sesungguhnya mereka adalah penjajah bagi negaranegara kecil. Dengan adanya globalisasi mereka bisa melakukan apapun yang mereka mau.
Mereka dapat mengatur pasar dunia, mereka dapat mengatur seberapa besar gaji para
karyawan, dan dapat mengatur bagaimana karyawan bekerja diperusahaan mereka. Namun
apa yang mereka lakukan itu sangat tidak manusiawi. Mereka mengatur para karyawan
mereka dengan semena-mena walaupun itu secara tidak langsung. Karyawan di salah satu
perusahaan luar negeri di Indonesia yang ada karena globalisasi dan saat ini sudah menjadi
perusahaan besar mengatakan bahwa mereka hanya digaji Rp. 9.000,- dengan jam kerja 16
jam dalam sehari tanpa istirahat yang cukup, dan pada saat bekerja mereka harus berdiri
tanpa diperbolehkan duduk. Hal ini sangat tidak manusiawi, padahal para karyawan bekerja
begitu berat selama 16 jam tersebut.
Mungkin dalam benak kita bertanya “Kenapa para karyawan mau bekerja begitu berat
selama 16 sehari dengan gaji yang tidak layak? Bukankah mereka bisa saja berhenti dari
situ?”. Namun faktanya mereka memang tidak bisa berhenti bekerja dari perusahaan tersebut.
Alasan utama yang menyebabkan adalah karena mereka didesak oleh kebutuhan hidup dan
keadaan mereka yang dalam kemiskinan. Jadi dengan keadaan tersebut para pengusaha
dengan senang hati memanfaatkannya. Mereka, para pengusaha menjadi pemain yang
berkuasa dalam permainan monopoli yang mereka ciptakan ini. Mereka menjadikan para
karyawan menjadi mesin robot yang harus terus bekerja tanpa lelah. Mereka tidak
memperdulikan kemanusiaan para karyawan sehingga menjadikan kemiskinan para karyawan
sebagai alat utama untuk membentuk para karyawan menjadi robot yang patuh walaupun
dengan penghargaan yang tidak layak.
Dalam hal ini saya melihat bahwa nilai PENGHARGAAN sangat tidak diakui dan
tidak digunakan. Para pengusaha berusaha menghilangkan nilai ini dari hadapan para
karyawan, sehingga para karyawan dapat dipermainkan dengan mudah dalam area monopoli
yang diciptakan oleh para pengusaha tersebut. Dalam hal ini jelas terjadi kesenjangan sosial
yang besar antara yang miskin (yang didominasi para buruh/karyawan) dan yang kaya
(pemilik saham dan pengusaha) sehingga terbentuklah samudra yang tak terseberangi antara
mereka, hingga yang miskin akan semakin miskin dan yang kaya akan semakin kaya. Dengan
demikian, dunia seolah-olah bukan lagi milik bersama melainkan hanya milik mereka para
kaum kapitalis yang hanya mementingkan dirinya sendiri.
Dengan adanya hal semacam ini, apakah kita hanya diam saja? Bila tidak, apa yang
harus kita lakukan? Sumbangan-sumbangan pemikiran dan aksi nyata apa yang bisa kita
hasilkan? Apakah kita dapat mengembalikan nilai-nilai kehidupan yang luhur bagi
kepentingan dan kesejahteraan bersama, sehingga tidak ada lagi pembatas dan perbedaan
yang barerti bagi sesama manusia? Saya yakin kita kaum muda pasti bisa membawa
perubahan tersebut selama kita tetap mantap memegang teguh nilai-nilai kehidupan yang
luhur itu. Bukan tidak mungkin bagi kita untuk merubah globalisasi negatif ini menjadi
globalisasi positif, sehingga globalisasi bukan menjadi suatu simbiosis yang parasitisme
melainkan menjadi simbiosis yang mutualisme. Dengan demikian penghargaan antar manusia
atas jerih payanhnya dapat dihargai dengan sebaik-baiknya.

•

TUGAS

: MATA KULIAH AGAMA

•

NAMA

: YUSAFAT EKO TRANSISKO

•

FAKULTAS

: EKONOMI

•

JURUSAN

: MANAJEMEN

•

NIM

: 201311019

More Related Content

Similar to Globalisasi Negatif

Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang ModernEnterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modernguest3dafe35
 
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang ModernEnterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modernguest3dafe35
 
Managing in the 21st century
Managing in the 21st centuryManaging in the 21st century
Managing in the 21st centuryArie Kurniawan
 
keinginan untuk merdeka dan wirausaha
keinginan untuk merdeka dan wirausahakeinginan untuk merdeka dan wirausaha
keinginan untuk merdeka dan wirausahaTeguh Nugraha
 
Perlukah Saya Kerja
Perlukah Saya KerjaPerlukah Saya Kerja
Perlukah Saya KerjaAidilRizali
 
) KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN HIDUP DALAM MASYARAKATKAPITALIS
) KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN HIDUP DALAM MASYARAKATKAPITALIS) KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN HIDUP DALAM MASYARAKATKAPITALIS
) KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN HIDUP DALAM MASYARAKATKAPITALISKartika Dwi Rachmawati
 
Bangun bisnis, bangun “kerajaan” sendiri
Bangun bisnis, bangun “kerajaan” sendiriBangun bisnis, bangun “kerajaan” sendiri
Bangun bisnis, bangun “kerajaan” sendiriPT. SASA
 
interaksi manusia dengan lingkungan hidup ekonomi
interaksi manusia dengan lingkungan hidup ekonomi interaksi manusia dengan lingkungan hidup ekonomi
interaksi manusia dengan lingkungan hidup ekonomi gabrielpanjaitan
 
Hidup mantap Gratis
Hidup mantap GratisHidup mantap Gratis
Hidup mantap GratisSehat muda
 
[Sindonews.com] Opini ekonomi Koran SINDO 14 agustus 2014-15 September 2014
[Sindonews.com] Opini ekonomi Koran SINDO 14 agustus 2014-15 September 2014[Sindonews.com] Opini ekonomi Koran SINDO 14 agustus 2014-15 September 2014
[Sindonews.com] Opini ekonomi Koran SINDO 14 agustus 2014-15 September 2014ekho109
 

Similar to Globalisasi Negatif (13)

Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang ModernEnterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
 
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang ModernEnterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
 
Managing in the 21st century
Managing in the 21st centuryManaging in the 21st century
Managing in the 21st century
 
keinginan untuk merdeka dan wirausaha
keinginan untuk merdeka dan wirausahakeinginan untuk merdeka dan wirausaha
keinginan untuk merdeka dan wirausaha
 
Pidato presiden
Pidato presidenPidato presiden
Pidato presiden
 
Perlukah Saya Kerja
Perlukah Saya KerjaPerlukah Saya Kerja
Perlukah Saya Kerja
 
) KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN HIDUP DALAM MASYARAKATKAPITALIS
) KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN HIDUP DALAM MASYARAKATKAPITALIS) KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN HIDUP DALAM MASYARAKATKAPITALIS
) KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN HIDUP DALAM MASYARAKATKAPITALIS
 
Bangun bisnis, bangun “kerajaan” sendiri
Bangun bisnis, bangun “kerajaan” sendiriBangun bisnis, bangun “kerajaan” sendiri
Bangun bisnis, bangun “kerajaan” sendiri
 
TUGAS APLIKOM PPT
TUGAS APLIKOM PPTTUGAS APLIKOM PPT
TUGAS APLIKOM PPT
 
interaksi manusia dengan lingkungan hidup ekonomi
interaksi manusia dengan lingkungan hidup ekonomi interaksi manusia dengan lingkungan hidup ekonomi
interaksi manusia dengan lingkungan hidup ekonomi
 
Hidup mantap Gratis
Hidup mantap GratisHidup mantap Gratis
Hidup mantap Gratis
 
[Sindonews.com] Opini ekonomi Koran SINDO 14 agustus 2014-15 September 2014
[Sindonews.com] Opini ekonomi Koran SINDO 14 agustus 2014-15 September 2014[Sindonews.com] Opini ekonomi Koran SINDO 14 agustus 2014-15 September 2014
[Sindonews.com] Opini ekonomi Koran SINDO 14 agustus 2014-15 September 2014
 
_ilmu_ekonomi
_ilmu_ekonomi_ilmu_ekonomi
_ilmu_ekonomi
 

Globalisasi Negatif

  • 1. BUKAN PERMAINAN MONOPOLI DIATAS KERTAS “The New Rules Of The World” adalah sebuah judul film yang menunjukkan suatu fakta; bahwa saat ini bukan hanya Tuhan yang bisa membuat peraturan-peraturan (baca: hukum) bagi manusia, namun manusia juga bisa. Saat ini manusia merasa bahwa dirinya bisa mengatur dunia sedemikian rupa sesuai dengan keinginannya. Hal ini berlaku terutama bagi para kaum pengusaha besar dengan investasi yang besar pula. Mereka sangat berkuasa, kekuasaan itu karena mereka adalah pemilik perusahaan dan penanam modal besar. Hal ini sangat didukung dengan adanya globalisasi. Globalisasi menggerakkan para pengusaha tersebut menginvestasikan modal mereka di negara-negara lain agar keuntungan yang diperolehnya semakin besar pula, tidak peduli apakah yang ditempati itu adalah negara kaya atau miskin. Namun, yang mereka cari terutama adalah negara miskin yang sedang mengalami krisis ekonomi. Mereka, tidak peduli bahwa sesungguhnya mereka adalah penjajah bagi negaranegara kecil. Dengan adanya globalisasi mereka bisa melakukan apapun yang mereka mau. Mereka dapat mengatur pasar dunia, mereka dapat mengatur seberapa besar gaji para karyawan, dan dapat mengatur bagaimana karyawan bekerja diperusahaan mereka. Namun apa yang mereka lakukan itu sangat tidak manusiawi. Mereka mengatur para karyawan mereka dengan semena-mena walaupun itu secara tidak langsung. Karyawan di salah satu perusahaan luar negeri di Indonesia yang ada karena globalisasi dan saat ini sudah menjadi perusahaan besar mengatakan bahwa mereka hanya digaji Rp. 9.000,- dengan jam kerja 16 jam dalam sehari tanpa istirahat yang cukup, dan pada saat bekerja mereka harus berdiri tanpa diperbolehkan duduk. Hal ini sangat tidak manusiawi, padahal para karyawan bekerja begitu berat selama 16 jam tersebut. Mungkin dalam benak kita bertanya “Kenapa para karyawan mau bekerja begitu berat selama 16 sehari dengan gaji yang tidak layak? Bukankah mereka bisa saja berhenti dari situ?”. Namun faktanya mereka memang tidak bisa berhenti bekerja dari perusahaan tersebut. Alasan utama yang menyebabkan adalah karena mereka didesak oleh kebutuhan hidup dan keadaan mereka yang dalam kemiskinan. Jadi dengan keadaan tersebut para pengusaha dengan senang hati memanfaatkannya. Mereka, para pengusaha menjadi pemain yang berkuasa dalam permainan monopoli yang mereka ciptakan ini. Mereka menjadikan para karyawan menjadi mesin robot yang harus terus bekerja tanpa lelah. Mereka tidak memperdulikan kemanusiaan para karyawan sehingga menjadikan kemiskinan para karyawan
  • 2. sebagai alat utama untuk membentuk para karyawan menjadi robot yang patuh walaupun dengan penghargaan yang tidak layak. Dalam hal ini saya melihat bahwa nilai PENGHARGAAN sangat tidak diakui dan tidak digunakan. Para pengusaha berusaha menghilangkan nilai ini dari hadapan para karyawan, sehingga para karyawan dapat dipermainkan dengan mudah dalam area monopoli yang diciptakan oleh para pengusaha tersebut. Dalam hal ini jelas terjadi kesenjangan sosial yang besar antara yang miskin (yang didominasi para buruh/karyawan) dan yang kaya (pemilik saham dan pengusaha) sehingga terbentuklah samudra yang tak terseberangi antara mereka, hingga yang miskin akan semakin miskin dan yang kaya akan semakin kaya. Dengan demikian, dunia seolah-olah bukan lagi milik bersama melainkan hanya milik mereka para kaum kapitalis yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Dengan adanya hal semacam ini, apakah kita hanya diam saja? Bila tidak, apa yang harus kita lakukan? Sumbangan-sumbangan pemikiran dan aksi nyata apa yang bisa kita hasilkan? Apakah kita dapat mengembalikan nilai-nilai kehidupan yang luhur bagi kepentingan dan kesejahteraan bersama, sehingga tidak ada lagi pembatas dan perbedaan yang barerti bagi sesama manusia? Saya yakin kita kaum muda pasti bisa membawa perubahan tersebut selama kita tetap mantap memegang teguh nilai-nilai kehidupan yang luhur itu. Bukan tidak mungkin bagi kita untuk merubah globalisasi negatif ini menjadi globalisasi positif, sehingga globalisasi bukan menjadi suatu simbiosis yang parasitisme melainkan menjadi simbiosis yang mutualisme. Dengan demikian penghargaan antar manusia atas jerih payanhnya dapat dihargai dengan sebaik-baiknya. • TUGAS : MATA KULIAH AGAMA • NAMA : YUSAFAT EKO TRANSISKO • FAKULTAS : EKONOMI • JURUSAN : MANAJEMEN • NIM : 201311019