How to increase your e commerce traffic on youtube
Propaganda kompanie kerajaan salakanagara,kerajaan tertua di indonesia1
1. KERAJAAN SALAKANAGARA,Kerajaan tertua di Indonesia
Salakanagara, berdasarkan Naskah Wangsakerta - Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara (yang
disusun sebuah panitia dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta) diperkirakan merupakan
kerajaan paling awal yang ada di Nusantara. Nama ahli dan sejarawan yang membuktikan bahwa
tatar Banten memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi, antara lain adalah Husein Djajadiningrat, Tb.
H. Achmad, Hasan Mu’arif Ambary, Halwany Michrob dan banyak lagi yang lainnya. Selain itu
banyak pula temuan-temuan mereka disusun dalam tulisan-tulisan, ulasan-ulasan maupun dalam
buku. Belum lagi nama-nama seperti John Miksic, Takashi, Atja, Saleh Danasasmita, Yoseph
Iskandar, Claude Guillot, Ayatrohaedi, Wishnu Handoko dan lain-lain yang menambah wawasan
mengenai Banten menjadi tambah luas dan terbuka dengan karya-karyanya dibuat baik dalam
bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Sedangkan menurut naskah Pustaka Rayja-rayja I Bhumi Nusantara, salah satu kerajaan di
pulau Jawa adalah Salakanagara (artinya: negara perak). Salakanagara didirikan pada tahun 52
Saka (130/131 Masehi). Lokasi kerajaan tersebut dipercaya berada di Teluk Lada, kota
Pandeglang, kota yang terkenal dengan hasil logamnya (Pandeglang dalam bahasa Sunda
merupakan singkatan dari kata-kata panday dan geulang yang artinya pembuat gelang). Dr. Edi
S. Ekajati, sejarawan Sunda, memperkirakan bahwa letak ibukota kerajaan tersebut adalah yang
menjadi kota Merak sekarang (merak dalam bahasa Sunda artinya "membuat perak"). Sebagain
lagi memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di sekitar Gunung Salak, berdasarkan
pengucapan kata "Salaka" dan kata "Salak" yang hampir sama. Prasasti yang berumur 1600
tahun yang berasal dari zaman Purnawarman, raja Tarumanagara, yang ditemukan di Kelurahan
Tugu, Jakarta. Adalah sangat mungkin bahwa Argyre atau Argyros pada ujung barat yang
disebutkan Claudius Ptolemaeus Pelusiniensis (Ptolemy) dari Mesir (87-150 AD) dalam bukunya
“Geographike Hypergesis” adalah Salakanagara. Suatu laporan dari China pada tahun 132
menyebutkan Pien, raja Ye-tiau, meminjamkan stempel mas dan pita ungu kepada Tiao-Pien.
Kata Ye-tiau ditafsirkan oleh G. Ferrand, seorang sejarawan Perancis, sebagai Javadwipa dan
Tiao-pien (Tiao=Dewa, Pien=Warman) merujuk kepada Dewawarman. Kerajaan Salakanagara
kemudian digantikan oleh kerajaan Tarumanagara.
Dewawarman adalah duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India)
yang akhirnya menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat, sedangkan pendiri
Tarumanagara adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari wilayah Calankayana,
Bharata karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan lain. Sementara Kutai didirikan oleh pengungsi
dari Magada, Bharata setelah daerahnya juga dikuasai oleh kerajaan lain. Tokoh awal yang
berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam
tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Adalah Aki Tirem, penghulu atau
penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri Sang Aki
Luhur Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman. Hal ini membuat
semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan wanita setempat dan tak ingin
kembali ke kampung halamannya. Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman menerima tongkat
kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama
Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan gelar
Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa kerajaan kecil di
sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agnynusa (Negeri Api)yang
berada di Pulau Krakatau.
Banten Selatan banyak sekali cerita yang menyuguhkan tentang sejarah yang sangat menarik
untuk di teliti. Salah satunya sejarah Kerajaan Salakanagara yang masih kontraversi para ahli
sejarah dan ahli arkeologi. Tapi tempat-tempat seperti situs Cihunjuran, Citaman, Pulosari dan
Ujung Kulon merupakan tempat-tempat yang dapat menyibak dan menyimpan banyak hal
tentang keberadaan tentang Kerajaan Salakanagara. Di Cihunjuran misalnya, di tengah
hamparan pesawahan terdapat beberapa batu-batu purba (menhir) serta kolam-kolam
pemandian purba tepatnya seperti zaman Megalitikum.
2. Bukan hanya batu-batuan dan kolam-kolam purba yang menambah menariknya Cihunjuran,
pemakaman Aki Tirem Luhur Mulia atau yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan
nama Angling Dharma dalam nama Hindu dan Wali Jangkung dalam nama Islam, ukurannya
pemakamannya tidak seperti pemakaman pada umumnya ini membuat semakin bertambah nilai
eksotik tempat tersebut. Batu Dolmen, tumpukan menhir dan Batu Dakon serta Batu Peta yang
sampai saat ini belum ada satu orang pun yang dapat menerjemahkan isi peta tersebut semakin
menambah eksotisme nilai sejarah yang ada di situs Cihunjuran. Ditengah rasa kekaguman dan
keingintahuan terhadap eksotisme sejarah peninggalan Kerajaan Salakanagara walau tidak
banyak keterangan dari tokoh masyarakat, tetua adat dan masyarakat setempat membuat rasa
keingintahuan itu pun sedikit terpuaskan dengan adanya keterangan tersebut. Berikut beberapa
keterangan dari mereka :
1. Kerajaan Salakanagara Ada Sejak Abad Ke 1
Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua yang ada di Nusantara. Raja pertama
Kerajaan tersebut adalah Dewawarman. Dewawarman merupakan duta dari Kerajaan India yang
diutus ke Nusantara (Pulau Jawa), kemudian Dewawarman dinikahkan oleh Aki Tirem Luhur
Mulia dengan Putrinya yang bernama Larasati Sri Pohaci, maka setelah Dewawarman menjadi
menantu dari Aki Tirem Luhur Mulia diangkatlah Dewawarman menjadi Raja I (pertama) yang
memikul tampuk kekuasaan Kerajaan Salakanagara. Saat menjadi Raja Dewawarman I
dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara.
Kerajaan Salakanagara beribukota di Rajatapura yang sampai tahun 363 menjadi pusat
Pemerintahaan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I-VIII).
2. Nama lain Aki Tirem Luhur Mulia
Beliau merupakan mertua dari penguasa pertama kerajaan Salakanagara. Dewawarman lebih
dikenal oleh masyarakat setempat (Cihunjuran) dengan nama Prabu Angling Dharma dan Wali
Jangkung. Nama inilah yang kemudian menjadi sebuah pertanyaan apakah Angling Dharma/Wali
Jangkung hanya sebuah cerita rakyat biasa tanpa fakta ataukah nama Angling Dharma/Wali
Jangkung memang benar-benar nama lain dari Aki Tirem Luhur Mulia? Tapi kalau ini memang
benar adanya, lalu samakah Angling Dharma yang ada di Jawa Tengah dengan Angling Dharma
versi masyarakat Cihunjuran?. Ada satu lagi hal yang menarik yang harus dipertanyakan. Kalau
memang Angling Dharma itu nama lain dari Aki Tirem Luhur Mulia, lalu bagaimana dengan Wali
Jangkung. Bukankah sebutan Wali hanya untuk orang-orang yang memeluk agama Islam? Lalu
apa sebenarnya agama yang dianut oleh Aki Tirem Luhur Mulia? Islam kah atau Hindu? Apakah
Aki Tirem Luhur Mulia (nama asli) beragama Islam atau Hindu? Tapi dari ritual yang dijalankan
oleh masyarakat setempat dapat diartikan bahwa Aki Tirem Luhur Mulia telah di-Islam-kan oleh
penduduk setempat. Itupula yang membuat saya bertambah heran.
Hal tersebut bisa terlihat dari ritual-ritual, yang dijalankan oleh masyarakat setempat terhadap
situs kerajaan Salakanagara diantaranya: ziarah yang dilakukan di makam Aki Tirem Luhur Mulia
yang menggunakan tata cara Islam mulai dari berwudhu dan bacaan-bacaan Ziarah.
3. Bukti-bukti Sejarah Peninggalan Salakanagara:
a.) Menhir Cihunjuran;
berupa Menhir sebanyak tiga buah terletak di sebuah mata air, yang pertama terletak di wilayah
Desa Cikoneng. Menhir kedua terletak di Kecamatan Mandalawangi lereng utara Gunung
Pulosari. Menhir ketiga terletak di Kecamatan Saketi lereng Gunung Pulosari, Kabupaten
Pandeglang. Tanpa memberikan presisi dimensi dan lokasi administratif, tetapi dalam peta
tampak berada di lereng sebelah barat laut gunung Pulosari, tidak jauh dari kampung Cilentung,
Kecamatan Saketi. Batu tersebut menyerupai batu prasasti Kawali II di Ciamis dan Batu Tulis di
3. Bogor. Tradisi setempat menghubungkan batu ini sebagai tempat Maulana Hasanuddin
menyabung ayam dengan Pucuk Umum.
b.) Dolmen;
terletak di kampung Batu Ranjang, Desa Palanyar, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten
Pandeglang. Berbentuk sebuah batu datar panjang 250 cm, dan lebar 110 cm, disebut Batu
Ranjang. Terbuat dari batu andesit yang dikerjakan sangat halus dengan permukaan yang rata
dengan pahatan pelipit melingkar ditopang oleh empat buah penyangga yang tingginya masing-
masing 35 cm. Di tanah sekitarnya dan di bagian bawah batu ada ruang kosong. Di bawahnya
terdapat fondasi dan batu kali yang menjaga agar tiang penyangga tidak terbenam ke dalam
tanah. Dolmen ditemukan tanpa unsur megalitik lain, kecuali dua buah batu berlubang yang
terletak di sebelah timurnya.
c.) Batu Magnit;
terletak di puncak Gunung Pulosari, pada lokasi puncak Rincik Manik, Desa Saketi, Kecamatan
Saketi, Kabupaten Pandeglang. Yaitu sebuah batu yang cukup unik, karena ketika dilakukan
pengukuran arah dengan kompas, meskipun ditempatkan di sekeliling batu dari berbagai arah
mata angin, jarum kompas selalu menunjuk pada batu tersebut.
d.) Batu Dakon;
Terletak di Kecamatan Mandalawangi, tepatnya di situs Cihunjuran. Batu ini memiliki beberapa
lubang di tengahnya dan berfungsi sebagai tempat meramu obat-obatan
e.) Air Terjun Curug Putri;
terletak di lereng Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang. Menurut cerita rakyat, air terjun ini
dahulunya merupakan tempat pemandian Nyai Putri Rincik Manik dan Ki Roncang Omas. Di
lokasi tersebut, terdapat aneka macam batuan dalam bentuk persegi, yang berserak di bawah
cucuran air terjun.
f.) Pemandian Prabu Angling Dharma;
terletak di situs Cihunjuran Kabupaten Pandeglang. Menurut cerita rakyat, pemandian ini dulunya
digunakan oleh Prabu Angling Dharma atau Aki Tirem atau Wali Jangkung.
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan
tertua yang ada di nusantara. Hal itu dapat dilihat dari situs-situs peninggalan kerajaan tersebut.
Kerajaan Salakanagara terdapat di Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang, dan situs-
situs peninggalannya tersebar di Cihunjuran, Citaman, Gunung Pulosari, dan Ujung Kulon. Tapi
Kerajaan Salakanegara sampai saat ini masih dalam perdebatan para ahli sejarah dan ahli
arkeologi, jadi Kerajaan Salakanegara adalah sebuah misteri yang cukup menarik untuk di teliti
dan disibak misteri keberadaannya.