SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
KONSEP STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
                                  Disusun oleh:
                                Slamet Sugiharto
                               Widyaiswara Utama
                    Pusdiklat Kemendagri Regional Yogyakarta




I. PENDAHULUAN

        Konsep Standar Pelayanan Minimal pertama kali diintrodusir dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom tertanggal 6 Mei
2000 yang merupakan tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999. Pada Penjelasan pasal 3 ayat (2) PP Nomor 25/2000 dinyatakan
bahwa pelaksanaan kewenangan wajib merupakan pelayanan minimal dan
dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditentukan Provinsi berdasarkan
pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah. Meskipun PP tersebut tidak secara
eksplisit menyebutkan istilah standar pelayanan minimal (SPM) tetapi secara
implisit telah menjadi embrio kebijakan SPM. Secara lebih tegas kebijakan SPM
mulai efektif diberlakukan berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Nomor 100/757/OTDA/2002 yang ditujukan kepada Gubernur dan
Bupati/Walikota se-Indonesia mengenai Pelaksanaan Kewenangan Wajib dan
Standar Pelayanan Minimal (SPM).

        Kebijakan SPM tersebut terus dipertahankan dan ditindaklanjuti meskipun
UU No. 22/1999 telah diganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Manifestasi dari tetap dipertahankannya
kebijakan SPM adalah adanya ketentuan pasal 11 ayat (4) UU No. 32/2004 yang
menyatakan bahwa “penyelenggaraan urusan yang bersifat wajib yang
berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan
ditetapkan oleh Pemerintah”. Sebagai bentuk tindak lanjut kebijakan SPM adalah
diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tertanggal 28
Desember 2005 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal
yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan
Minimal tertanggal 7 Februari 2007.

       Meskipun kebijakan penerapan SPM sudah berjalan lebih kurang 10
tahun, pelaksanaannya belum optimal. Hal itu antara lain disebabkan oleh:
   1. masih banyaknya aparat pemerintah daerah khususnya aparat Kabupaten
       dan Kota yang belum memahami kebijakan SPM secara benar sehingga
       timbul anggapan bahwa kebijakan SPM bukan merupakan kebijakan yang
       menjadi prioritas;


                                                                              1
2. dengan pemahaman yang tidak benar tersebut maka kebijakan SPM tidak
      dimasukkan dalam perencanaan pembangunan Daerah, bahkan tidak
      mendapat alokasi anggaran yang memadai.

       Di sisi lain agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan
yang hendak dicapai, Pemerintah wajib melakukan pembinaan dan pengawasan
berupa pemberian pedoman, standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi,
pengendalian, koordinasi, monitoring dan evaluasi. Hal ini dimaksudkan agar
kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah tetap sejalan dengan tujuan
nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk dalam
menerapkan SPM. Dengan demikian, pengetahuan mengenai konsep dasar
SPM perlu disebarluaskan untuk memberikan pemahaman yang sama bagi
semua pemangku kepentingan.


II. PENGERTIAN DAN KONSEP STANDAR PELAYANAN
    MINIMAL

A. PENGERTIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

       Setiap orang dalam kehidupannya pasti memiliki kebutuhan. Dalam
upayanya memenuhi kebutuhan tersebut seseorang bisa mengupayakannya
sendiri pemenuhan kebutuhannya, atau dia bisa dan kadang harus meminta
bantuan orang lain untuk membantu mengupayakan pemenuhan kebutuhannya
tersebut. Upaya untuk membantu menyiapkan, menyediakan, atau
mengurus keperluan orang lain itulah yang kemudian disebut dengan
pelayanan. Salah satu tugas negara adalah bagaimana memenuhi atau
membantu memenuhi kebutuhan rakyatnya tersebut melalui kegiatan pelayanan
publik.

      Disisi lain kata Standar bisa berarti ukuran tertentu yang dijadikan
sebagai patokan. Dari pengertian itu maka Standar Pelayanan bisa diartikan
sebagai ukuran tertentu yang dijadikan patokan untuk menilai apakah pelayanan
yang diberikan itu sudah baik atau belum terutama dikaitkan dengan pemenuhan
kebutuhan yang dilayani.

       Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
menetapkan bahwa standar pelayanan pada dasarnya adalah tolok ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan
penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah,
terjangkau, dan terukur. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan
dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi
(penyelenggara) dan atau penerima pelayanan publik (masyarakat).



                                                                              2
Pelayanan publik pada dasarny diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pada umumnya bisa dipahami bahwa kebutuhan
masyarakat itu pada dasarnya berbeda-beda antara satu dengan orang lainnya,
satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Kalau kita
mengacu pada piramida kebutuhannya Maslow maka ada lima jenjang
kebutuhan manusia, yaitu (dari yang paling bawah hingga yang teratas):
kebutuhan jasmani, keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Jika
kebutuhan terbawah yaitu kebutuhan jasmani (seperti makan, minum, dan
pakaian) saja tidak bisa terpenuhi, maka sangat sulit bagi yang bersangkutan
untuk berfungsi secara optimal, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Ada kebutuhan minimal yang harus dipenuhi agar seseorang bisa
hidup dan berkembang.

      Dari pengertian-pengertian di atas, maka standar pelayanan minimal
bisa berarti ukuran minimal tertentu yang dijadikan pedoman bagi penyedia dan
penerima pelayanan publik untuk memastikan bahwa layanan tersebut secara
minimal bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

       Pengertian Standar Pelayanan Minimal juga bisa mengacu kepada
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Menurut pasal
1 PP Nomor 65/2005 ditetapkan bahwa Standar Pelayanan Minimal yang
selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal.

       Selanjutnya, PP Nomor 65/2005 juga menetapkan bahwa Pelayanan
dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan
pemerintahan. Pelayanan dasar merupakan pelayanan yang sangat mendasar
yang berhak diperoleh warga secara minimal, tanpa memandang latar belakang
pendapatan, sosial, ekonomi, dan politik warga, sehingga dijamin
ketersediaannya oleh konstitusi, RPJP Nasional, dan konvensi internasional
yang telah diratifikasi pemerintah.

B. KONSEP STANDAR PELAYANAN MINIMAL

       Berdasarkan uraian di atas maka pengertian standar pelayanan minimal
setidaknya menyangkut dua konsep utama yaitu: tolok ukur penyediaan layanan
bagi penyedia layanan dan acuan mengenai kualitas dan kuantitas layanan bagi
pengguna layanan. Dari sisi penyedia (penyelenggara) layanan maka
pengertian minimal berarti kondisi optimal yang dapat dicapai oleh penyedia
layanan (pemerintah daerah) yang ditentukan oleh sumberdaya yang dimilikinya
(sumberdaya manusia, perlengkapan dan pembiayaan serta sumberdaya
pendukung lainnya) dalam menyediakan pelayanan dasar bagi warga



                                                                           3
masyarakatnya. Dari sudut penerima layanan (masyarakat) maka minimal
berarti kondisi minimal yang dapat diperoleh dari penyedia layanan (pemerintah
daerah) terkait pelayanan dasar yang diberikan pemerintah. Dengan demikian
“minimal” dalam pengertian “standar pelayanan minimal” merupakan kondisi
“minimal” dari sudut pandang masyarakat tetapi mengandung arti “optimal” bagi
aparat pemerintah daerah.

       Dari pengertian SPM di atas, juga terdapat konsep pelayanan dasar yaitu
jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan. Kalau kita
mengacu kepada UU nomor 25/2009 tentang Pelayanan Publik, maka jenis
pelayanan publik tersebut bisa disamakan dengan ruang lingkup pelayanan
publik yaitu:
                - pendidikan,
                - pengajaran,
                - pekerjaan dan usaha,
                - tempat tinggal,
                - komunikasi dan informasi,
                - lingkungan hidup,
                - kesehatan,
                - jaminan sosial,
                - energi,
                - perbankan,
                - perhubungan,
                - sumber daya alam,
                - pariwisata, dan
                - sektor strategis lainnya.

      Disamping itu, Standar Pelayanan Minimal berkaitan dengan pelayanan
dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga secara minimal. Dari situ bisa dipahami bahwa Standar Pelayanan
Minimal terutama diwajibkan untuk pelayanan yang berkaitan dengan
pelaksanaan   urusan     wajib   yang   sudah    diserahkan   kewenangan
penyelenggaraannya kepada Pemerintah Daerah.

       Berdasarkan hal itu, maka jenis pelayanan yang berpedoman pada SPM
dapat ditentukan dengan melakukan analisis terhadap bidang urusan wajib
sesuai UU No. 32/2005 tentang Pemerintahan Daerah; Peraturan Pemerintah
No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat; dan Peraturan
Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Tabel 1 menyajikan urusan wajib sesuai dengan yang
tercantum dalam ketiga peraturan perundangan tersebut.



                                                                             4
Tabel 1. Urusan Wajib

UU No. 32/2004                 PP No. 3/2007                   PP No. 38/2007
1.Perencanaan dan              1. Perencanaan Pembangunan      1. Perencanaan Pembangunan
  Pengendalian Pembangunan
2.Perencanaan, pemanfaatan,    2. Penataan Ruang               2. Penataan Ruang
  dan pengawasan tata ruang
3.Penyelenggaraan Ketertiban
  Umum dan Ketentraman         3. Kesatuan Bangsa dan          3. Kesatuan Bangsa dan
  Masyarakat                      Politik dalam Negeri            Politik dalam Negeri
4.Penyediaan Sarana dan
  Prasarana Umum               4. Pekerjaan Umum               4. Pekerjaan Umum
                               5. Perhubungan                  5. Perhubungan
                               6. Perumahan                    6. Perumahan
                               7. Komunikasi dan               7. Komunikasi dan
5.Penanganan Bidang               Informatika                     Informatika
  Kesehatan                    8. Kesehatan                    8. Kesehatan
6. Penyelenggaraan
  Pendidikan                   9. Pendidikan                   9. Pendidikan
                               10. Kebudayaan                  10. Kebudayaan
                               11. Kepemudaan dan Olah         11. Kepemudaan dan Olah
7. Penanggulangan Masalah         raga                              raga
  Sosial                       12. Sosial                      12. Sosial
                               13. Ketahanan Pangan            13. Ketahanan Pangan
                               14. Pemberdayaan Perempuan      14. Pemberdayaan Perempuan
                                  dan Perlind. Anak              dan Perlind. Anak
                               15. Pemberdayaan                15. Pemberdayaan Masyarakat
                                  Masyarakat dan Desa            dan Desa
8. Pelayanan Bidang            16. Ketenagakerjaan             16. Ketenagakerjaan dan
  Ketenagakerjaan                                                Ketransmigrasian
9. Fasilitasi Pengembangan     17. Koperasi, dan Usaha Kecil   17. Koperasi, dan Usaha Kecil
  Koperasi, Usaha Kecil, dan      dan Menengah                   dan Menengah
  Menengah
10. Pengendalian Lingkungan    18. Lingkungan Hidup            18. Lingkungan Hidup
  Hidup
11. Pelayanan Pertanahan       19. Pertanahan                  19. Pertanahan
12. Pelayanan Penduduk dan     20. Kependudukan dan            20. Kependudukan dan
  Catatan Sipil                   Catatan Sipil                  Catatan Sipil
                               21. Keluarga Berencana dan      21.Keluarga Berencana dan
                                  Keluarga Sejahtera             Keluarga Sejahtera
13. Pelayanan Administrasi     22. Otonomi daerah,             22. Otonomi daerah,
  Umum Pemerintahan               Pem.Umum, Adm. Keu.            Pem.Umum, Adm. Keu.
                                  Da., Perangkat Da.,            Da., Perangkat Da.,
                                  Kepegawaian dan                Kepegawaian dan
                                  Persandian                     Persandian
14. Pelayanan Administrasi     23. Penanaman Modal             23. Penanaman Modal
  Penanaman Modal
15. Penyelenggaraan            24. Statistik                   24. Statistik
  Pelayanan Dasar lainnya      25. Kearsipan                   25. Kearsipan
                               26. Perpustakaan                26. Perpustakaan



                                                                                           5
Dari Tabel 1 tersebut bisa disimpulkan pelayanan wajib apa saja yang
nantinya harus dibuatkan SPMnya oleh Pemerintah dan yang kemudian harus
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Sampai saat ini sudah ada beberapa
urusan (pelayanan) wajib yang telah ditetapkan SPMnya antara lain pelayanan
bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, sosial, lingkungan hidup dan
pemerintahan dalam negeri.

      Selanjutnya Pasal 2 PP Nomor 65/2005 juga menegaskan bahwa
Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM disusun untuk menjadi:
   1. acuan dalam penyusunan SPM oleh Menteri/Pimpinan Lembaga
      Pemerintah Non-Departemen
   2. acuan dalam penerapannya oleh Pemerintahan Provinsi dan
      Pemerintahan Kabupaten/Kota.
Dari ketentuan tersebut jelas terlihat bahwa SPM itu disusun oleh Pemerintah
Pusat dan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.

       Ditegaskan pula bahwa SPM disusun dan diterapkan dalam rangka
penyelenggaraan urusan wajib Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

       Akhirnya pasal 3 PP Nomor 65/2005 juga menegaskan tentang Prinsip-
prinsip Standar Pelayanan Minimal adalah sebagai berikut:
    1. SPM disusun sebagai alat Pemerintah dan Pemerintahan Daerah untuk
       menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara
       merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib.
    2. SPM ditetapkan oleh Pemerintah dan diberlakukan untuk seluruh
       Pemerintahan     Daerah     Provinsi  dan      Pemerintahan     Daerah
       Kabupaten/Kota.
    3. Penerapan SPM oleh Pemerintahan Daerah merupakan bagian dari
       penyelenggaraan pelayanan dasar nasional.
    4. SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan
       dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian.
    5. SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas dan
       kemampuan keuangan nasional dan daerah serta kemampuan
       kelembagaan dan personil daerah dalam bidang yang bersangkutan.



III. ARGUMENTASI TENTANG PENTINGNYA S P M


A. ARGUMENTASI KONSTITUSIONAL

     Sesuai Alinea IV Pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945, maka
pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia bertujuan untuk:


                                                                            6
1.   Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
   2.   Memajukan kesejahteraan umum
   3.   Mencerdaskan kehidupan bangsa
   4.   Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
        perdamaian abadi, dan keadilan sosial

       Amanat melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, misalnya, mencerminkan pentingnya pelayanan yang terkait dengan
perlindungan untuk bisa menjangkau semua masyarakat dimanapun dia berada
di dalam wilayah NKRI. Untuk bisa memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa maka pelayanan dasar yang dibutuhkan untuk
itu seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan harus bisa dinikmati oleh
segenap warga negara. Mengingat hal tersebut pelayanan pemerintah harus
mengedepankan pemerataan, mengedepankan keterjangkauan pelayanan publik
oleh masyarakat. Tentu saja akan menjadi sangat mahal kalau harus
menyediakan pelayanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimum. Oleh
karena itu, pelayanan itu harus diusahakan setidaknya secara minimal bisa
mendukung tingkat kesejahteraan minimal warga masyarakat dan bisa
menjangkau sebanyak mungkin ataupun seluruh warga masyarakat yang
membutuhkan pelayanan publik yang terkait. Diperlukan Standar Pelayanan
Minimal sebagai pedoman untuk memastikan bahwa pelayanan publik itu
disediakan sedemikian sehingga secara minimal memadai dan terjangkau oleh
segenap lapisan masyarakat dalam rangka mewujudkan tujuan bernegara.

       Disamping itu UUD 1945 mengamanatkan bahwa desentralisasi
diselenggarakan dengan pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada
daerah untuk mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan. Amanat itu setelah reformasi ditindaklanjuti dengan
dikeluarkannya Undang-Undang No. 22/1999 yang kemudian telah diganti
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

       Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menegaskan bahwa Pemberian Otonomi Luas itu pada dasarnya diarahkan
untuk:
   1. Mempercepat     terwujudnya     kesejahteraan  masyarakat    melalui
       peningkatan pelayanan , pemberdayaan, dan peran serta masyarakat
   2. Meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
       pemerataan,   keadilan,  keistimewaan     dan  kekhususan,    serta
       keanekaragaman daerah

       Memperhatikan hal tersebut maka peningkatan pelayanan publik di
Daerah merupakan konsekuensi logis yang penting berkaitan dengan upaya
mempercepet peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan pelayanan
publik bisa berarti perbaikan kualitas maupun peningkatan kuantitas (jangkauan
pelayanan). Kalau kita memperhatikan argumen sebelumnya, maka pelayanan
itu harus menjangkau sebanyak mungkin masyarakat, bahkan seluruh lapisan



                                                                             7
masyarakat. Untuk memastikan hal tersebut maka diperlukan standar pelayanan
minimal yang mengatur ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar
yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga
secara minimal.

      Sejalan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya tersebut dilaksanakan
pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab, dengan pengertian
bahwa penanganan urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas,
wewenang, dan kewajiban sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah dalam
rangka memberdayakan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

       Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang
hendak dicapai, Pemerintah wajib melakukan pembinaan dan pengawasan
berupa pemberian pedoman, standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi,
pengendalian, koordinasi, monitoring dan evaluasi. Hal ini dimaksudkan agar
kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah tetap sejalan dengan tujuan
nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

       Sebenarnya, konsep Standar Pelayanan Minimal telah diperkenalkan
sejak tahun 200. Konsep tersebut pertama kali diintrodusir melalui Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom tertanggal 6 Mei 2000 yang
merupakan tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.

        Pada Penjelasan pasal 3 ayat (2) PP Nomor 25/2000 dinyatakan bahwa
pelaksanaan kewenangan wajib merupakan pelayanan minimal dan
dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditentukan Provinsi berdasarkan
pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah. Meskipun PP tersebut tidak secara
eksplisit menyebutkan istilah standar pelayanan minimal (SPM) tetapi secara
implisit telah menjadi embrio kebijakan SPM.

      Secara lebih tegas kebijakan SPM mulai efektif diberlakukan berdasarkan
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 100/757/OTDA/2002 yang ditujukan
kepada Gubernur dan Bupati/Walikota se-Indonesia mengenai Pelaksanaan
Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

       Kebijakan SPM tersebut terus dipertahankan dan ditindaklanjuti meskipun
UU No. 22/1999 telah diganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Manifestasi dari tetap dipertahankannya
kebijakan SPM adalah adanya ketentuan pasal 11 ayat (4) UU No. 32/2004 yang
menyatakan bahwa “penyelenggaraan urusan yang bersifat wajib yang
berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan
ditetapkan oleh Pemerintah”. Sebagai bentuk tindak lanjut kebijakan SPM
tersebut adalah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005
tertanggal 28 Desember 2005 tentang Pedoman Penyusunan Standar
Pelayanan Minimal yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah



                                                                             8
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan
Standar Pelayanan Minimal tertanggal 7 Februari 2007.

      Selanjutnya berdasarkan ketentuan tersebut beberapa kementerian
(departemen) telah menetapkan standar pelayanan minimal bidang tertentu
sesuai dengan tupoksinya. Misalnya Kementerian Dalam Nederi sudah
menetapkan PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 62 TAHUN 2008
TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEMERINTAHAN DALAM
NEGERI DI KABUPATEN/KOTA.


B. ARGUMENTASI SUBSTANSI KEBIJAKAN

        Kondisi masyarakat saat ini telah menunjukkan adanya suatu
perkembangan yang sangat dinamis, serta tingkat kehidupan masyarakat yang
semakin baik, dan merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh
masyarakat. Hal ini berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang menjadi
hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan
tuntutan, keinginan dan aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin
kritis dan semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan
oleh pemerintahnya.

       Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas, birokrasi publik
harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif,
sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta
sekaligus dapat membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan
kapasitas individu dan masyarakat untuk secara aktif menentukan masa
depannya sendiri.

       Seperti yang sudah disebutkan di depan, Standar Pelayanan Minimal
adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
Selanjutnya, ditekankan, bahwa pelayanan dasar merupakan pelayanan yang
sangat mendasar yang berhak diperoleh warga secara minimal, tanpa
memandang latar belakang pendapatan, sosial, ekonomi, dan politik warga,
sehingga dijamin ketersediaannya oleh konstitusi, RPJP Nasional, dan konvensi
internasional yang telah diratifikasi pemerintah.

     Dalam RPJP Nasional ditekankan bahwa salah satu indikator kualitas
sumber daya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM di
kembangkan dari konsep pembangunan manusia (human development) yang
menetapkan bahwa pembangunan manusia pada dasarnya adalah proses untuk
memperluas pilihan-pilihan bagi masyarakat. Pilihan-pilihan itu meliputi:

      1. Pilihan yang paling kritis:
          menjalani hidup sehat dan panjang usia,


                                                                            9
 memperoleh pendidikan, dan
            akses ke sumberdaya yang diperlukan bagi suatu standar
               kehidupan yang layak
        2. Pilihan penting lain:
            Kebebasan politik
            Hak asasi manusia
            Harga diri

       Untuk mewujudkan hal itu, maka pembangunan manusia memiliki 4
komponen utama, yaitu: produktivitas, pemerataan, pemberdayaan dan
berkelanjutan. Berkaitan dengan pilihan yang kritis yang harus segera
diwujudkan dalam pembangunan manusi dan komponen pembangunan
manusia, maka bisa dipahami kemendesakkan untuk segera dipenuhinya
penyediaan barang, jasa, dan pelayanan administrasi berkaitan dengan
peningkatan penyediaan alternatif pilihan kritis tersebut untuk bisa diakses
masyarakat secara luas. Harus dipastikan bahwa setiap warga negara
setidaknya secara minimal bisa memiliki akses terhadap pelayanan tersebut
yaitu antara lain pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penyediaan lapangan
kerja dan kemudahan melakukan usaha ekonomi. Standar Pelayanan Minimal
merupakan upaya untuk memenuhi itu dan harus diterjemahkan ke dalam
perencanaan jangka menengah, tahunan, dan anggaran.

       Terdapat tujuan pembangunan yang juga merupakan kesepakatan
internasional, yaitu   Millenium Development Goals (Tujuan Pembangunan
Milenium) yang disepakati seluruh anggota PBB. Tentu saja sebagai anggota
PBB pemerintah Indonesia harus mempunyai komitmen untuk mewujudkan
tujuan-tujuan tersebut. Millenium Development Goals tersebut adalah sebagai
berikut:

   1.   Menanggulangi kemiskinan dan kelaparann
   2.   Mencapai pendidikan dasar untuk semua
   3.   Mendorong kesetaraan jender dan pemberdayan perempuan
   4.   Menurunkan angka kematian anak
   5.   Meningkatkan kesehatan ibu
   6.   Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
   7.   Memastikan kelestarian lingkungan hidup
   8.   Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

       Memperhatikan Millenium Development Goals tersebut maka pemerintah
wajib menyelenggarakan pelayanan publik yang terkait dengan upaya
mewujudkan tujuan-tujuan tersebut yang bisa diakses oleh seluruh lapisan
masyarakat. Pelayanan terkait penanggulangan kemiskinan, pendidikan dasar,
kesehatan dasar, lingkungan hidup, dan pelayanan terkait pemberdayaan
(terutama perempuan) harus menjadi prioritas kebijaksanaan pembangunan di
negara-negara anggota PBB, termasuk Indonesia.



                                                                         10
Untuk bisa mencapai pendidikan dasar untuk semua, misalnya,
dibutuhkan pelayanan pendidikan dasar yang bisa dijangkau oleh semua lapisan
masyarakat. Untuk itu pasti dibutuhkan sumberdaya yang tidak sedikit.
Mempertimbangkan hal itu, setidaknya harus diupayakan pelayanan pendidikan
dasar minimal yang bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, dan masih
dalam kemampuan sumberdaya yang bisa diusahakan negara. Hal itu juga
berlaku untuk pelayanan lain yang dibutuhkan untuk mendorong terwujudnya
tujuan pembangunan milenium. Standar Pelayanan Minimal merupakan wujud
dari komitmen pemerintah guna mewujudkan pelayanan minimal yang bisa
dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.


DAFTAR SUMBER

A. BUKU DAN ARTIKEL
   1. Insani, I (2010). Kebijakan Standar Pelayanan Minimal di Indonesia.
      Dowload dari:http://www.docstoc.com/docs/4699909/Kebijakan-Standar-
      Pelayanan-Minimal-di-Indonesia
   2. Moenir, AS (1995). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia.
      Cetakan II. Bina Aksara, Jakarta, 1995
   3. Muhamad, Ismail (2003). Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi.
      Disampaikan dalam acara Seminar “Pelayanan Publik Dalam Era
      Desentralisasi” yang diselenggarakan oleh Bappenas, pada tanggal 18
      Desember 2003, di Kantor Bappenas, Jakarta Pusat.
   4. Yogi, S dan M. Ikhsan (2006). Standar Pelayanan Publik di Daerah.
      Dalam Handbook Manajemen Pemerintahan Daerah. PKKOD-LAN,
      Jakarta (2006)

B. PERATURAN PERUNDANGAN
   1.   Undang Undang Dasar 1945
   2.   Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
   3.   Undang Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
   4.   Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman
        Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal




                                                                         11

More Related Content

What's hot

Survei Standar Pelayanan Publik (Ombudsman) 2015
Survei Standar Pelayanan Publik (Ombudsman) 2015Survei Standar Pelayanan Publik (Ombudsman) 2015
Survei Standar Pelayanan Publik (Ombudsman) 2015Nicholas Manurung
 
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan PublikSuprijanto Rijadi
 
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Penyelenggaraan Pelayanan PublikPenyelenggaraan Pelayanan Publik
Penyelenggaraan Pelayanan PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Isu dan potret buram
Isu dan potret buramIsu dan potret buram
Isu dan potret buramEnchink Qw
 
Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013Portal Surya
 
Makalah kebijakan publik
Makalah kebijakan publikMakalah kebijakan publik
Makalah kebijakan publikMohammad Nawawi
 
Pelayanan Publik, Ilmu Administrasi Negara
Pelayanan Publik, Ilmu Administrasi NegaraPelayanan Publik, Ilmu Administrasi Negara
Pelayanan Publik, Ilmu Administrasi Negaraarifakartikasari
 
Sistem pelayanan publik
Sistem pelayanan publikSistem pelayanan publik
Sistem pelayanan publikAria Suyudi
 
Pelayanan publik-yang-berorientasi-pelanggan
Pelayanan publik-yang-berorientasi-pelangganPelayanan publik-yang-berorientasi-pelanggan
Pelayanan publik-yang-berorientasi-pelangganZulFikri45
 
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAANOTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAANTOFIK SUPRIYADI
 

What's hot (17)

Survei Standar Pelayanan Publik (Ombudsman) 2015
Survei Standar Pelayanan Publik (Ombudsman) 2015Survei Standar Pelayanan Publik (Ombudsman) 2015
Survei Standar Pelayanan Publik (Ombudsman) 2015
 
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
 
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Penyelenggaraan Pelayanan PublikPenyelenggaraan Pelayanan Publik
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
 
Makalah kualitas pelayanan publik di indonesia
Makalah kualitas pelayanan publik di indonesiaMakalah kualitas pelayanan publik di indonesia
Makalah kualitas pelayanan publik di indonesia
 
Reformasi Pelayanan Publik
Reformasi Pelayanan PublikReformasi Pelayanan Publik
Reformasi Pelayanan Publik
 
Isu dan potret buram
Isu dan potret buramIsu dan potret buram
Isu dan potret buram
 
Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013
 
Makalah kebijakan publik
Makalah kebijakan publikMakalah kebijakan publik
Makalah kebijakan publik
 
Uu 25 2009
Uu 25 2009Uu 25 2009
Uu 25 2009
 
Pelayanan Publik, Ilmu Administrasi Negara
Pelayanan Publik, Ilmu Administrasi NegaraPelayanan Publik, Ilmu Administrasi Negara
Pelayanan Publik, Ilmu Administrasi Negara
 
Hukum PEMDA
Hukum PEMDAHukum PEMDA
Hukum PEMDA
 
review buku manajemen pelayanan publik
review buku manajemen pelayanan publikreview buku manajemen pelayanan publik
review buku manajemen pelayanan publik
 
Sistem pelayanan publik
Sistem pelayanan publikSistem pelayanan publik
Sistem pelayanan publik
 
Pelayanan publik-yang-berorientasi-pelanggan
Pelayanan publik-yang-berorientasi-pelangganPelayanan publik-yang-berorientasi-pelanggan
Pelayanan publik-yang-berorientasi-pelanggan
 
Kata penganta1
Kata penganta1Kata penganta1
Kata penganta1
 
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAANOTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
 
Standar pelayanan publik
Standar pelayanan publikStandar pelayanan publik
Standar pelayanan publik
 

Similar to Konsep spmedit

Hasil ikm kab_kp_2013
Hasil ikm kab_kp_2013Hasil ikm kab_kp_2013
Hasil ikm kab_kp_2013Ista Istanti
 
DOKUMEN SPM BLUD PUSKESMAS
DOKUMEN SPM BLUD PUSKESMASDOKUMEN SPM BLUD PUSKESMAS
DOKUMEN SPM BLUD PUSKESMASZakiah dr
 
Manajemen pelayanan publikedit
Manajemen pelayanan publikeditManajemen pelayanan publikedit
Manajemen pelayanan publikeditSLAMET SUGIHARTO
 
Jurnal Sutinah Andaryani
Jurnal Sutinah Andaryani Jurnal Sutinah Andaryani
Jurnal Sutinah Andaryani Aries Veronica
 
Laporan ikm-2014
Laporan ikm-2014Laporan ikm-2014
Laporan ikm-2014Agih Cabe
 
Bab 1 pendahuluan spm 2021
Bab 1 pendahuluan spm 2021Bab 1 pendahuluan spm 2021
Bab 1 pendahuluan spm 2021ssuser9a0adb
 
Kepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rs
Kepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rsKepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rs
Kepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rsAlbertus Beny
 
Pelayanan Publik Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Pelayanan Publik Kementerian Agraria dan Tata RuangPelayanan Publik Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Pelayanan Publik Kementerian Agraria dan Tata RuangLestari Moerdijat
 
Isi makalah Standar pelayanan
Isi makalah Standar pelayanan Isi makalah Standar pelayanan
Isi makalah Standar pelayanan Wawan Wan
 
Pmk no 129 tahun 2008 tengan spm rs lengkap converted
Pmk no 129 tahun 2008 tengan spm rs lengkap convertedPmk no 129 tahun 2008 tengan spm rs lengkap converted
Pmk no 129 tahun 2008 tengan spm rs lengkap convertedrisaf risafak
 
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdf
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdfPMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdf
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdfSangidYahya3
 
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docx
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docxPMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docx
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docxSangidYahya3
 
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docx
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docxPMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docx
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docxSangidYahya3
 
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdf
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdfPMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdf
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdfSangidYahya3
 

Similar to Konsep spmedit (20)

Hasil ikm kab_kp_2013
Hasil ikm kab_kp_2013Hasil ikm kab_kp_2013
Hasil ikm kab_kp_2013
 
DOKUMEN SPM BLUD PUSKESMAS
DOKUMEN SPM BLUD PUSKESMASDOKUMEN SPM BLUD PUSKESMAS
DOKUMEN SPM BLUD PUSKESMAS
 
Manajemen pelayanan publikedit
Manajemen pelayanan publikeditManajemen pelayanan publikedit
Manajemen pelayanan publikedit
 
Jurnal Sutinah Andaryani
Jurnal Sutinah Andaryani Jurnal Sutinah Andaryani
Jurnal Sutinah Andaryani
 
Laporan ikm-2014
Laporan ikm-2014Laporan ikm-2014
Laporan ikm-2014
 
Standard pelayanan minimum pdf
Standard pelayanan minimum pdfStandard pelayanan minimum pdf
Standard pelayanan minimum pdf
 
Bab 1 pendahuluan spm 2021
Bab 1 pendahuluan spm 2021Bab 1 pendahuluan spm 2021
Bab 1 pendahuluan spm 2021
 
Kepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rs
Kepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rsKepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rs
Kepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rs
 
Pelayanan Publik Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Pelayanan Publik Kementerian Agraria dan Tata RuangPelayanan Publik Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Pelayanan Publik Kementerian Agraria dan Tata Ruang
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
Isi makalah spm
Isi makalah spmIsi makalah spm
Isi makalah spm
 
Isi makalah Standar pelayanan
Isi makalah Standar pelayanan Isi makalah Standar pelayanan
Isi makalah Standar pelayanan
 
Abortion pills Dubai//+966572737505//get cytotec
Abortion pills Dubai//+966572737505//get cytotecAbortion pills Dubai//+966572737505//get cytotec
Abortion pills Dubai//+966572737505//get cytotec
 
At best price in Saudi Arabia : +966543202731 ] Get Cytotec & Abortion pills ...
At best price in Saudi Arabia : +966543202731 ] Get Cytotec & Abortion pills ...At best price in Saudi Arabia : +966543202731 ] Get Cytotec & Abortion pills ...
At best price in Saudi Arabia : +966543202731 ] Get Cytotec & Abortion pills ...
 
Abortion pills In Riyadh |+966572737505 } Get Cytotec
Abortion pills In Riyadh |+966572737505 } Get CytotecAbortion pills In Riyadh |+966572737505 } Get Cytotec
Abortion pills In Riyadh |+966572737505 } Get Cytotec
 
Pmk no 129 tahun 2008 tengan spm rs lengkap converted
Pmk no 129 tahun 2008 tengan spm rs lengkap convertedPmk no 129 tahun 2008 tengan spm rs lengkap converted
Pmk no 129 tahun 2008 tengan spm rs lengkap converted
 
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdf
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdfPMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdf
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdf
 
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docx
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docxPMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docx
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docx
 
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docx
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docxPMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docx
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.docx
 
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdf
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdfPMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdf
PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdf
 

Konsep spmedit

  • 1. KONSEP STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) Disusun oleh: Slamet Sugiharto Widyaiswara Utama Pusdiklat Kemendagri Regional Yogyakarta I. PENDAHULUAN Konsep Standar Pelayanan Minimal pertama kali diintrodusir dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom tertanggal 6 Mei 2000 yang merupakan tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Pada Penjelasan pasal 3 ayat (2) PP Nomor 25/2000 dinyatakan bahwa pelaksanaan kewenangan wajib merupakan pelayanan minimal dan dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditentukan Provinsi berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah. Meskipun PP tersebut tidak secara eksplisit menyebutkan istilah standar pelayanan minimal (SPM) tetapi secara implisit telah menjadi embrio kebijakan SPM. Secara lebih tegas kebijakan SPM mulai efektif diberlakukan berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 100/757/OTDA/2002 yang ditujukan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota se-Indonesia mengenai Pelaksanaan Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Kebijakan SPM tersebut terus dipertahankan dan ditindaklanjuti meskipun UU No. 22/1999 telah diganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Manifestasi dari tetap dipertahankannya kebijakan SPM adalah adanya ketentuan pasal 11 ayat (4) UU No. 32/2004 yang menyatakan bahwa “penyelenggaraan urusan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah”. Sebagai bentuk tindak lanjut kebijakan SPM adalah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tertanggal 28 Desember 2005 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal tertanggal 7 Februari 2007. Meskipun kebijakan penerapan SPM sudah berjalan lebih kurang 10 tahun, pelaksanaannya belum optimal. Hal itu antara lain disebabkan oleh: 1. masih banyaknya aparat pemerintah daerah khususnya aparat Kabupaten dan Kota yang belum memahami kebijakan SPM secara benar sehingga timbul anggapan bahwa kebijakan SPM bukan merupakan kebijakan yang menjadi prioritas; 1
  • 2. 2. dengan pemahaman yang tidak benar tersebut maka kebijakan SPM tidak dimasukkan dalam perencanaan pembangunan Daerah, bahkan tidak mendapat alokasi anggaran yang memadai. Di sisi lain agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai, Pemerintah wajib melakukan pembinaan dan pengawasan berupa pemberian pedoman, standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, koordinasi, monitoring dan evaluasi. Hal ini dimaksudkan agar kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah tetap sejalan dengan tujuan nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk dalam menerapkan SPM. Dengan demikian, pengetahuan mengenai konsep dasar SPM perlu disebarluaskan untuk memberikan pemahaman yang sama bagi semua pemangku kepentingan. II. PENGERTIAN DAN KONSEP STANDAR PELAYANAN MINIMAL A. PENGERTIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) Setiap orang dalam kehidupannya pasti memiliki kebutuhan. Dalam upayanya memenuhi kebutuhan tersebut seseorang bisa mengupayakannya sendiri pemenuhan kebutuhannya, atau dia bisa dan kadang harus meminta bantuan orang lain untuk membantu mengupayakan pemenuhan kebutuhannya tersebut. Upaya untuk membantu menyiapkan, menyediakan, atau mengurus keperluan orang lain itulah yang kemudian disebut dengan pelayanan. Salah satu tugas negara adalah bagaimana memenuhi atau membantu memenuhi kebutuhan rakyatnya tersebut melalui kegiatan pelayanan publik. Disisi lain kata Standar bisa berarti ukuran tertentu yang dijadikan sebagai patokan. Dari pengertian itu maka Standar Pelayanan bisa diartikan sebagai ukuran tertentu yang dijadikan patokan untuk menilai apakah pelayanan yang diberikan itu sudah baik atau belum terutama dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan yang dilayani. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menetapkan bahwa standar pelayanan pada dasarnya adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi (penyelenggara) dan atau penerima pelayanan publik (masyarakat). 2
  • 3. Pelayanan publik pada dasarny diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada umumnya bisa dipahami bahwa kebutuhan masyarakat itu pada dasarnya berbeda-beda antara satu dengan orang lainnya, satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Kalau kita mengacu pada piramida kebutuhannya Maslow maka ada lima jenjang kebutuhan manusia, yaitu (dari yang paling bawah hingga yang teratas): kebutuhan jasmani, keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan terbawah yaitu kebutuhan jasmani (seperti makan, minum, dan pakaian) saja tidak bisa terpenuhi, maka sangat sulit bagi yang bersangkutan untuk berfungsi secara optimal, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ada kebutuhan minimal yang harus dipenuhi agar seseorang bisa hidup dan berkembang. Dari pengertian-pengertian di atas, maka standar pelayanan minimal bisa berarti ukuran minimal tertentu yang dijadikan pedoman bagi penyedia dan penerima pelayanan publik untuk memastikan bahwa layanan tersebut secara minimal bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengertian Standar Pelayanan Minimal juga bisa mengacu kepada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Menurut pasal 1 PP Nomor 65/2005 ditetapkan bahwa Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Selanjutnya, PP Nomor 65/2005 juga menetapkan bahwa Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan. Pelayanan dasar merupakan pelayanan yang sangat mendasar yang berhak diperoleh warga secara minimal, tanpa memandang latar belakang pendapatan, sosial, ekonomi, dan politik warga, sehingga dijamin ketersediaannya oleh konstitusi, RPJP Nasional, dan konvensi internasional yang telah diratifikasi pemerintah. B. KONSEP STANDAR PELAYANAN MINIMAL Berdasarkan uraian di atas maka pengertian standar pelayanan minimal setidaknya menyangkut dua konsep utama yaitu: tolok ukur penyediaan layanan bagi penyedia layanan dan acuan mengenai kualitas dan kuantitas layanan bagi pengguna layanan. Dari sisi penyedia (penyelenggara) layanan maka pengertian minimal berarti kondisi optimal yang dapat dicapai oleh penyedia layanan (pemerintah daerah) yang ditentukan oleh sumberdaya yang dimilikinya (sumberdaya manusia, perlengkapan dan pembiayaan serta sumberdaya pendukung lainnya) dalam menyediakan pelayanan dasar bagi warga 3
  • 4. masyarakatnya. Dari sudut penerima layanan (masyarakat) maka minimal berarti kondisi minimal yang dapat diperoleh dari penyedia layanan (pemerintah daerah) terkait pelayanan dasar yang diberikan pemerintah. Dengan demikian “minimal” dalam pengertian “standar pelayanan minimal” merupakan kondisi “minimal” dari sudut pandang masyarakat tetapi mengandung arti “optimal” bagi aparat pemerintah daerah. Dari pengertian SPM di atas, juga terdapat konsep pelayanan dasar yaitu jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan. Kalau kita mengacu kepada UU nomor 25/2009 tentang Pelayanan Publik, maka jenis pelayanan publik tersebut bisa disamakan dengan ruang lingkup pelayanan publik yaitu: - pendidikan, - pengajaran, - pekerjaan dan usaha, - tempat tinggal, - komunikasi dan informasi, - lingkungan hidup, - kesehatan, - jaminan sosial, - energi, - perbankan, - perhubungan, - sumber daya alam, - pariwisata, dan - sektor strategis lainnya. Disamping itu, Standar Pelayanan Minimal berkaitan dengan pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Dari situ bisa dipahami bahwa Standar Pelayanan Minimal terutama diwajibkan untuk pelayanan yang berkaitan dengan pelaksanaan urusan wajib yang sudah diserahkan kewenangan penyelenggaraannya kepada Pemerintah Daerah. Berdasarkan hal itu, maka jenis pelayanan yang berpedoman pada SPM dapat ditentukan dengan melakukan analisis terhadap bidang urusan wajib sesuai UU No. 32/2005 tentang Pemerintahan Daerah; Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat; dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Tabel 1 menyajikan urusan wajib sesuai dengan yang tercantum dalam ketiga peraturan perundangan tersebut. 4
  • 5. Tabel 1. Urusan Wajib UU No. 32/2004 PP No. 3/2007 PP No. 38/2007 1.Perencanaan dan 1. Perencanaan Pembangunan 1. Perencanaan Pembangunan Pengendalian Pembangunan 2.Perencanaan, pemanfaatan, 2. Penataan Ruang 2. Penataan Ruang dan pengawasan tata ruang 3.Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman 3. Kesatuan Bangsa dan 3. Kesatuan Bangsa dan Masyarakat Politik dalam Negeri Politik dalam Negeri 4.Penyediaan Sarana dan Prasarana Umum 4. Pekerjaan Umum 4. Pekerjaan Umum 5. Perhubungan 5. Perhubungan 6. Perumahan 6. Perumahan 7. Komunikasi dan 7. Komunikasi dan 5.Penanganan Bidang Informatika Informatika Kesehatan 8. Kesehatan 8. Kesehatan 6. Penyelenggaraan Pendidikan 9. Pendidikan 9. Pendidikan 10. Kebudayaan 10. Kebudayaan 11. Kepemudaan dan Olah 11. Kepemudaan dan Olah 7. Penanggulangan Masalah raga raga Sosial 12. Sosial 12. Sosial 13. Ketahanan Pangan 13. Ketahanan Pangan 14. Pemberdayaan Perempuan 14. Pemberdayaan Perempuan dan Perlind. Anak dan Perlind. Anak 15. Pemberdayaan 15. Pemberdayaan Masyarakat Masyarakat dan Desa dan Desa 8. Pelayanan Bidang 16. Ketenagakerjaan 16. Ketenagakerjaan dan Ketenagakerjaan Ketransmigrasian 9. Fasilitasi Pengembangan 17. Koperasi, dan Usaha Kecil 17. Koperasi, dan Usaha Kecil Koperasi, Usaha Kecil, dan dan Menengah dan Menengah Menengah 10. Pengendalian Lingkungan 18. Lingkungan Hidup 18. Lingkungan Hidup Hidup 11. Pelayanan Pertanahan 19. Pertanahan 19. Pertanahan 12. Pelayanan Penduduk dan 20. Kependudukan dan 20. Kependudukan dan Catatan Sipil Catatan Sipil Catatan Sipil 21. Keluarga Berencana dan 21.Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Keluarga Sejahtera 13. Pelayanan Administrasi 22. Otonomi daerah, 22. Otonomi daerah, Umum Pemerintahan Pem.Umum, Adm. Keu. Pem.Umum, Adm. Keu. Da., Perangkat Da., Da., Perangkat Da., Kepegawaian dan Kepegawaian dan Persandian Persandian 14. Pelayanan Administrasi 23. Penanaman Modal 23. Penanaman Modal Penanaman Modal 15. Penyelenggaraan 24. Statistik 24. Statistik Pelayanan Dasar lainnya 25. Kearsipan 25. Kearsipan 26. Perpustakaan 26. Perpustakaan 5
  • 6. Dari Tabel 1 tersebut bisa disimpulkan pelayanan wajib apa saja yang nantinya harus dibuatkan SPMnya oleh Pemerintah dan yang kemudian harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Sampai saat ini sudah ada beberapa urusan (pelayanan) wajib yang telah ditetapkan SPMnya antara lain pelayanan bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, sosial, lingkungan hidup dan pemerintahan dalam negeri. Selanjutnya Pasal 2 PP Nomor 65/2005 juga menegaskan bahwa Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM disusun untuk menjadi: 1. acuan dalam penyusunan SPM oleh Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen 2. acuan dalam penerapannya oleh Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota. Dari ketentuan tersebut jelas terlihat bahwa SPM itu disusun oleh Pemerintah Pusat dan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Ditegaskan pula bahwa SPM disusun dan diterapkan dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Akhirnya pasal 3 PP Nomor 65/2005 juga menegaskan tentang Prinsip- prinsip Standar Pelayanan Minimal adalah sebagai berikut: 1. SPM disusun sebagai alat Pemerintah dan Pemerintahan Daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib. 2. SPM ditetapkan oleh Pemerintah dan diberlakukan untuk seluruh Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. 3. Penerapan SPM oleh Pemerintahan Daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan pelayanan dasar nasional. 4. SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian. 5. SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas dan kemampuan keuangan nasional dan daerah serta kemampuan kelembagaan dan personil daerah dalam bidang yang bersangkutan. III. ARGUMENTASI TENTANG PENTINGNYA S P M A. ARGUMENTASI KONSTITUSIONAL Sesuai Alinea IV Pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945, maka pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia bertujuan untuk: 6
  • 7. 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan kesejahteraan umum 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial Amanat melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, misalnya, mencerminkan pentingnya pelayanan yang terkait dengan perlindungan untuk bisa menjangkau semua masyarakat dimanapun dia berada di dalam wilayah NKRI. Untuk bisa memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa maka pelayanan dasar yang dibutuhkan untuk itu seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan harus bisa dinikmati oleh segenap warga negara. Mengingat hal tersebut pelayanan pemerintah harus mengedepankan pemerataan, mengedepankan keterjangkauan pelayanan publik oleh masyarakat. Tentu saja akan menjadi sangat mahal kalau harus menyediakan pelayanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimum. Oleh karena itu, pelayanan itu harus diusahakan setidaknya secara minimal bisa mendukung tingkat kesejahteraan minimal warga masyarakat dan bisa menjangkau sebanyak mungkin ataupun seluruh warga masyarakat yang membutuhkan pelayanan publik yang terkait. Diperlukan Standar Pelayanan Minimal sebagai pedoman untuk memastikan bahwa pelayanan publik itu disediakan sedemikian sehingga secara minimal memadai dan terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat dalam rangka mewujudkan tujuan bernegara. Disamping itu UUD 1945 mengamanatkan bahwa desentralisasi diselenggarakan dengan pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah untuk mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Amanat itu setelah reformasi ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22/1999 yang kemudian telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa Pemberian Otonomi Luas itu pada dasarnya diarahkan untuk: 1. Mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan , pemberdayaan, dan peran serta masyarakat 2. Meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan, serta keanekaragaman daerah Memperhatikan hal tersebut maka peningkatan pelayanan publik di Daerah merupakan konsekuensi logis yang penting berkaitan dengan upaya mempercepet peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan pelayanan publik bisa berarti perbaikan kualitas maupun peningkatan kuantitas (jangkauan pelayanan). Kalau kita memperhatikan argumen sebelumnya, maka pelayanan itu harus menjangkau sebanyak mungkin masyarakat, bahkan seluruh lapisan 7
  • 8. masyarakat. Untuk memastikan hal tersebut maka diperlukan standar pelayanan minimal yang mengatur ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Sejalan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab, dengan pengertian bahwa penanganan urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah dalam rangka memberdayakan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai, Pemerintah wajib melakukan pembinaan dan pengawasan berupa pemberian pedoman, standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, koordinasi, monitoring dan evaluasi. Hal ini dimaksudkan agar kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah tetap sejalan dengan tujuan nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebenarnya, konsep Standar Pelayanan Minimal telah diperkenalkan sejak tahun 200. Konsep tersebut pertama kali diintrodusir melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom tertanggal 6 Mei 2000 yang merupakan tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Pada Penjelasan pasal 3 ayat (2) PP Nomor 25/2000 dinyatakan bahwa pelaksanaan kewenangan wajib merupakan pelayanan minimal dan dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditentukan Provinsi berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah. Meskipun PP tersebut tidak secara eksplisit menyebutkan istilah standar pelayanan minimal (SPM) tetapi secara implisit telah menjadi embrio kebijakan SPM. Secara lebih tegas kebijakan SPM mulai efektif diberlakukan berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 100/757/OTDA/2002 yang ditujukan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota se-Indonesia mengenai Pelaksanaan Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Kebijakan SPM tersebut terus dipertahankan dan ditindaklanjuti meskipun UU No. 22/1999 telah diganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Manifestasi dari tetap dipertahankannya kebijakan SPM adalah adanya ketentuan pasal 11 ayat (4) UU No. 32/2004 yang menyatakan bahwa “penyelenggaraan urusan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah”. Sebagai bentuk tindak lanjut kebijakan SPM tersebut adalah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tertanggal 28 Desember 2005 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah 8
  • 9. Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal tertanggal 7 Februari 2007. Selanjutnya berdasarkan ketentuan tersebut beberapa kementerian (departemen) telah menetapkan standar pelayanan minimal bidang tertentu sesuai dengan tupoksinya. Misalnya Kementerian Dalam Nederi sudah menetapkan PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 62 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DI KABUPATEN/KOTA. B. ARGUMENTASI SUBSTANSI KEBIJAKAN Kondisi masyarakat saat ini telah menunjukkan adanya suatu perkembangan yang sangat dinamis, serta tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, dan merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat. Hal ini berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan, keinginan dan aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintahnya. Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas, birokrasi publik harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri. Seperti yang sudah disebutkan di depan, Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Selanjutnya, ditekankan, bahwa pelayanan dasar merupakan pelayanan yang sangat mendasar yang berhak diperoleh warga secara minimal, tanpa memandang latar belakang pendapatan, sosial, ekonomi, dan politik warga, sehingga dijamin ketersediaannya oleh konstitusi, RPJP Nasional, dan konvensi internasional yang telah diratifikasi pemerintah. Dalam RPJP Nasional ditekankan bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM di kembangkan dari konsep pembangunan manusia (human development) yang menetapkan bahwa pembangunan manusia pada dasarnya adalah proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi masyarakat. Pilihan-pilihan itu meliputi: 1. Pilihan yang paling kritis:  menjalani hidup sehat dan panjang usia, 9
  • 10.  memperoleh pendidikan, dan  akses ke sumberdaya yang diperlukan bagi suatu standar kehidupan yang layak 2. Pilihan penting lain:  Kebebasan politik  Hak asasi manusia  Harga diri Untuk mewujudkan hal itu, maka pembangunan manusia memiliki 4 komponen utama, yaitu: produktivitas, pemerataan, pemberdayaan dan berkelanjutan. Berkaitan dengan pilihan yang kritis yang harus segera diwujudkan dalam pembangunan manusi dan komponen pembangunan manusia, maka bisa dipahami kemendesakkan untuk segera dipenuhinya penyediaan barang, jasa, dan pelayanan administrasi berkaitan dengan peningkatan penyediaan alternatif pilihan kritis tersebut untuk bisa diakses masyarakat secara luas. Harus dipastikan bahwa setiap warga negara setidaknya secara minimal bisa memiliki akses terhadap pelayanan tersebut yaitu antara lain pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penyediaan lapangan kerja dan kemudahan melakukan usaha ekonomi. Standar Pelayanan Minimal merupakan upaya untuk memenuhi itu dan harus diterjemahkan ke dalam perencanaan jangka menengah, tahunan, dan anggaran. Terdapat tujuan pembangunan yang juga merupakan kesepakatan internasional, yaitu Millenium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium) yang disepakati seluruh anggota PBB. Tentu saja sebagai anggota PBB pemerintah Indonesia harus mempunyai komitmen untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Millenium Development Goals tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparann 2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua 3. Mendorong kesetaraan jender dan pemberdayan perempuan 4. Menurunkan angka kematian anak 5. Meningkatkan kesehatan ibu 6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya 7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup 8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan Memperhatikan Millenium Development Goals tersebut maka pemerintah wajib menyelenggarakan pelayanan publik yang terkait dengan upaya mewujudkan tujuan-tujuan tersebut yang bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan terkait penanggulangan kemiskinan, pendidikan dasar, kesehatan dasar, lingkungan hidup, dan pelayanan terkait pemberdayaan (terutama perempuan) harus menjadi prioritas kebijaksanaan pembangunan di negara-negara anggota PBB, termasuk Indonesia. 10
  • 11. Untuk bisa mencapai pendidikan dasar untuk semua, misalnya, dibutuhkan pelayanan pendidikan dasar yang bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Untuk itu pasti dibutuhkan sumberdaya yang tidak sedikit. Mempertimbangkan hal itu, setidaknya harus diupayakan pelayanan pendidikan dasar minimal yang bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, dan masih dalam kemampuan sumberdaya yang bisa diusahakan negara. Hal itu juga berlaku untuk pelayanan lain yang dibutuhkan untuk mendorong terwujudnya tujuan pembangunan milenium. Standar Pelayanan Minimal merupakan wujud dari komitmen pemerintah guna mewujudkan pelayanan minimal yang bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. DAFTAR SUMBER A. BUKU DAN ARTIKEL 1. Insani, I (2010). Kebijakan Standar Pelayanan Minimal di Indonesia. Dowload dari:http://www.docstoc.com/docs/4699909/Kebijakan-Standar- Pelayanan-Minimal-di-Indonesia 2. Moenir, AS (1995). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Cetakan II. Bina Aksara, Jakarta, 1995 3. Muhamad, Ismail (2003). Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi. Disampaikan dalam acara Seminar “Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi” yang diselenggarakan oleh Bappenas, pada tanggal 18 Desember 2003, di Kantor Bappenas, Jakarta Pusat. 4. Yogi, S dan M. Ikhsan (2006). Standar Pelayanan Publik di Daerah. Dalam Handbook Manajemen Pemerintahan Daerah. PKKOD-LAN, Jakarta (2006) B. PERATURAN PERUNDANGAN 1. Undang Undang Dasar 1945 2. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 3. Undang Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal 11