SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Nick D'Aloisio, Remaja 17 Tahun Pencipta Aplikasi Seharga
Rp 290 Miliar !
Nick D'Aloisio, adalah seorang remaja yang lahir di London, Inggris, 1 November 1996, telah
mejadi Remaja Kaya Baru (RKY), aplikasi komputer ciptaanya dihargai 30 juta dollar AS (sekitar Rp
290 miliar) !
Keingintahuan, gairah, dan ketekunan membawa Nick D’Aloisio menjadi pusat perhatian
dunia. Pekan lalu, Yahoo mengumumkan membeli aplikasi Summly yang dibuat remaja asal London
berusia 17 tahun itu. Ia bahkan disebut majalah ”Forbes” sebagai salah satu dari ”30 entrepreneur
berusia di bawah 30 tahun” yang perlu diperhatikan.
Yahoo tak membuka informasi berapa harga yang dibayar, namun banyak pihak
memperkirakan nilainya sekitar 30 juta dollar AS (sekitar Rp 290 miliar). Summly adalah aplikasi
dengan algoritma kompleks yang mampu meringkas berita panjang di daring dalam tiga paragraf
pendek sehingga mudah dibaca di layar smartphone.
D’Aloisio membuat Summly karena frustrasi saat mengerjakan tugas sekolah. Ia kerepotan
dengan banyaknya artikel tak relevan saat mencari bahan di internet. Hal itu mendorong dia mencari
cara menyaring informasi.
”Saya tak sabar,” ujarnya. ”Seperti remaja generasiku, jika tak menarik, saya akan berhenti
membaca. Saya hanya mau membaca hal-hal yang ingin saya ketahui dengan segera. Itu yang
dilakukan Summly.”
Jagoan teknologi itu membangun Summly di meja belajar di kamarnya pada usia 15 tahun.
Aplikasi itu telah diunduh jutaan kali dan meringkas setidaknya 90 juta berita sejak versi awal aplikasi
diluncurkan dengan nama Trimit pada 2011.Trimit yang muncul di Apple’s App Store dan langsung
diserbu pengunduh menarik perhatian Horizons Ventures, perusahaan pemodal ventura milik
jutawan Hongkong, Li Ka-shing, yang lalu berinvestasi 250.000 dollar AS. Investasi itu mendatangkan
investor lain, mulai aktor Ashton Kutcher, janda John Lennon, Yoko Ono, penulis dan penyiar
kondang dari Inggris Stephen Fry, sampai raja media pemilik News Corp, Rupert Murdoch.
”Mereka ibarat berjudi dengan memberi modal saat saya berusia 15 tahun,” kata D’Aloisio
merujuk investasi yang memungkinkan dia menggaji pegawai dan menyewa kantor. Namun, dia
tetap menjadi pemilik saham terbesar Summly. Summly, pengembangan dari Trimit, diluncurkan
November 2012. Sebulan kemudian D’Aloisio dihubungi Yahoo dan sejumlah peminat lain. Bagi
remaja yang ingin menjadi entrepreneur, juga orangtua mereka, berita penjualan Summly yang
spektakuler mengecilkan hati sekaligus menimbulkan kekaguman. Reaksi Brian Wong (21), salah satu
pendiri Kiip, perusahaan periklanan di internet, mengundang senyum, ”Saya merasa tua!”
Beberapa tahun lalu, Wong diberitakan sebagai orang termuda yang mendapatkan modal
ventura. Setelah itu bermunculan sejumlah anak muda. ”Nick memecahkan rekor kami,” kata Wong.
Ketertarikan D’Aloisio pada teknologi terjadi sejak usia dini. ”Saya tertarik detail, hal aneh, dan
esoterik (yang hanya diminati kalangan terbatas),” katanya. ”Saya terobsesi untuk mendalami,
komputer salah satunya.” Pada usia lima tahun, D’Aloisio terpesona sistem galaksi dan Matahari
sehingga ia hafal seluruh konstelasi. Usia sembilan tahun, ia mendapat komputer pertama. Pada usia
10 tahun, ia tertarik mengutak-atik peranti lunak pembuat film. Ia belajar coding (pemrograman)
secara otodidak pada usia 12 tahun. Sebelum Summly, ia membuat aplikasi lain untuk smartphone,
termasuk SongStumblr, program pencari musik di internet, dan Facemood, program yang mampu
memperkirakan suasana hati pengguna lewat status terbarunya di Facebook.
Kehidupan sosial…
D’Aloisio adalah anak pasangan asal Australia. Dari Inggris, keluarganya kembali ke
Melbourne tak lama setelah ia lahir. Saat D’Aloisio berusia tujuh tahun dan adiknya, Matthew, tiga
tahun, keluarganya kembali ke Inggris. Mereka menetap di Wimbledon, barat daya London.
Ayahnya, Lou Motilla, Wakil Presiden Morgan Stanley, dan ibunya, Diana D’Aloisio, pengacara.
Orangtuanya bukan ahli komputer, namun mereka mendukung minat putranya. Mereka bahkan
mengizinkan dia cuti dari sekolah tahun lalu untuk fokus pada Summly. Sang ibu menemaninya
dalam perjalanan bisnis ke sejumlah negara.
Minatnya tak terbatas pada komputer. Di sekolahnya, King’s College School, Wimbledon, ia
belajar A-levels (persiapan masuk perguruan tinggi) untuk matematika, fisika, dan filsafat. Ia belajar
bahasa Rusia dan Mandarin serta bercita-cita kuliah PPE (filsafat, politik, dan ekonomi) di Oxford.
”Pendidikan itu hal menarik bagi saya,” katanya. Di luar urusan komputer dan bisnis, ia berkumpul
dengan teman- teman pada akhir pekan untuk main rugbi dan kriket. ”Saya main di tim A saat
berusia 14 tahun, tetapi kini tak lagi,” kata D’Aloisio yang punya pacar sejak 10 bulan lalu. Apa yang
dia lakukan dengan uang hasil penjualan Summly? Ia menjawab dengan serius, uang itu disimpan di
dana perwalian sampai ia berusia 18 tahun. Dalam wawancara radio, ia mengaku terganggu dengan
ramainya pembicaraan di Twitter soal tas yang akan dibelinya. ”Tas saya rusak, talinya hampir putus.
Jadi ini bukan karena saya mendapat banyak uang.
”Saya lebih suka menyimpan uang di bank. Kalaupun ada yang akan saya lakukan dengan
uang itu, saya ingin melakukan angel investing (mendanai proyek para pemula di bidang teknologi),”
ujar remaja langsing berambut coklat tua itu.
Saling menguntungkan…
D’Aloisio menyatakan, tak ada masalah terkait hak cipta. Aplikasi ciptaannya, Summly,
melakukan analisis statistik untuk meringkas berita. Ia menjalin kerja sama dengan sekitar 250
penerbit konten, termasuk Wall Street Journal milik News Corp. Perusahaan yang berbasis di New
York itu membuat kontennya cocok dengan Summly. Program itu menguntungkan perusahaan
media. ”Kami memperkenalkan karya mereka kepada pembaca baru dari kalangan muda,” katanya.
”Jika pembaca suka ringkasannya, mereka akan membaca seluruh berita. Ini akan meningkatkan
jumlah pembaca,” ujarnya. Namun, teknologi itu memiliki kelemahan, kadang aplikasi ini kesulitan
memperpendek tulisan yang terlalu canggih.
Penjualan yang diumumkan pekan lalu adalah akuisisi Yahoo ke-5 dalam lima bulan terakhir.
Ini upaya CEO Marissa Mayer menarik lebih banyak ahli teknologi untuk membangun pelayanan
smartphone dan komputer tablet. Teknologi makin penting dan diyakini Mayer telah diabaikan
perusahaan internet. Sementara ini Summly tak bisa diunduh, akan diintegrasikan dalam peranti
lunak Yahoo. D’Aloisio akan bekerja untuk Yahoo di London. Ini memungkinkannya menyelesaikan
SMA. Ia mengaku bergairah bekerja pada ”perusahaan internet klasik” yang lebih tua dari dia. Yahoo
didirikan tahun 1994. D’Aloisio akan meningkatkan perhatian pada pentingnya pemrograman
komputer dan berharap hal itu diajarkan di sekolah. Ia juga akan mengembangkan Summly, tak
sekadar untuk meringkas berita. ”Saya berupaya agar Summly mampu meringkas Wikipedia, buku,
blog, apa pun.”
Motivasi…
Untuk remaja berusia 17 tahun, pemikiran D’ Aloisio memang tergolong
mengagumkan. Saat sebagian teman-temannya masih berkutat dengan pelajaran sekolah dan
kegiatan ekstrakurikuler, ia justru memilih untuk menghabiskan waktu senggang untuk
merintis sebuah startup digital. Ia memiliki kepercayaan diri yang sangat khas anak muda
generasinya dengan mengatakan ada sebuah keyakinan bahwa banyak entrepreneur muda
yang berpandangan mereka bisa menciptakan perusahaan sesukses Google. Google yang
harusnya cemas dan takut, bukan kita, kata D’ Aloisio.
Keyakinan yang teguh dan penuh optimisme ini disebut sebagai “ optimisme
spontan” yang menurut pakar ekonomi John Maynard Keynes adalah senjata utama dari apa
yang ia sebut sebagai “ jiwa hewan” . Banyak kegiatan positif dalam perekonomian
merupakan hasil dari jiwa-jiwa hewan ini, Keynes mengakui. Apa yang bisa kita pelajari dari
D’ Aloisio? Ia berpendapat bahwa Internet menjadikan lebih mudah bagi setiap orang yang
memiliki ide brilian untuk sukses meskipun ia juga telah membuat bisnis inovasi yang lebih
kompetitif.
Generesi muda seusia D’ Aloisio tampaknya memiliki lebih sedikit ketakutan dan
kecemasan daripada mereka yang sudah lebih dewasa. Mereka yang berusia lebih dewasa
justru harus berperang dengan kecemasan itu saat ingin mencoba sesuatu yang baru dan
inovatif. Alih-alih fokus pada inovasi, mereka lebih cemas dengan risiko sampingannya.
Memang ada efek sampingnya tetapi jangan sampai menutup mata kita untuk melihat
manfaat yang lebih besar.
Alasan lain mengapa generasi yang lebih muda lebih berani ialah bahwa kondisi
ekosistem entrepreneuership di sejumlah belahan dunia lebih baik sekarang. Ekosistem yang
menjadi tempat untuk meluncurkan inovasi jauh lebih kondusif sekarang. Beberapa tahun
lalu, menemukan kumpulan atau komunitas yang berhubungan
denganentrepreneurship merupakan hal yang tak mudah. Sekarang keadaan lebih baik karena
makin banyak orang yang mendirikan komunitas, organisasi bisnis yang sedikit banyak
memberikan jalan bagi para entrepreneur baru untuk memupuk kemampuannya.
D’ Aloisio menggunakan jalan yang sederhana, yaitu dengan memanfaatkan App Store untuk
menjangkau ribuan konsumennya dan mendapatkan produk di depan investor besar dunia.
Selain itu, jumlah investor kaya yang lebih banyak mendongkrak ekosistem.D’Aloisio baru-
baru ini mendapatkan dukungan pendanaan dari milyarder Hongkong, Li Ka Shing.
Sementara itu, Peter Thiel sang pendiri PayPal memberikan sebagian kecil kekayaannya
untuk mendorong para remaja terpilih untuk keluar dari kampus danmemulai bisnis sendiri .
D’ Aloisio sendiri mengatakan ia tak akan pernah meninggalkan bangku pendidikan
formalnya tetapi kini ia tampaknya mengubah pemikirannya, apalagi dengan naik daunnya
Summly. Dan tentunya sebagaimana ditunjukkan dari kesepakatan yang tercapai antara
Summly dan Yahoo, perusahaan sebesar itu pun bersedia untuk mempertaruhkan sebagian
asetnya demi mendapatkan inovasi yang tak bisa ia hasilkan sendiri dari entrepreneur remaja
dan startup semuda Summly.
Jika Keynes tepat mengenai inovasi yang didorong” jiwa hewan” , kepercayaan diri yang
begitu besar dalam diri para generasi muda saat ini menjadi alasan atas optimisme yang besar
tersebut terutama jika kita bisa mempersenjatai mereka untuk bisa mencapai puncak sukses
dengan mengajarkan entrepreneurship di sekolah-sekolah menengah. Apa yang dicapai
D’ Aloisio menjadi indikator bagi kita bahwa kita berada di awal era inovasi yang makin
menjanjikan.
Referensi…
http://karimread.wordpress.com/2013/05/21/miliarder-
belia-nick-daloisio-tentang-inovasi/

More Related Content

Featured

Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Kurio // The Social Media Age(ncy)
 

Featured (20)

Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
 
ChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slidesChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slides
 
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike RoutesMore than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
 

Siti khotijah 1110651226 kelas a_tugas 6

  • 1. Nick D'Aloisio, Remaja 17 Tahun Pencipta Aplikasi Seharga Rp 290 Miliar ! Nick D'Aloisio, adalah seorang remaja yang lahir di London, Inggris, 1 November 1996, telah mejadi Remaja Kaya Baru (RKY), aplikasi komputer ciptaanya dihargai 30 juta dollar AS (sekitar Rp 290 miliar) ! Keingintahuan, gairah, dan ketekunan membawa Nick D’Aloisio menjadi pusat perhatian dunia. Pekan lalu, Yahoo mengumumkan membeli aplikasi Summly yang dibuat remaja asal London berusia 17 tahun itu. Ia bahkan disebut majalah ”Forbes” sebagai salah satu dari ”30 entrepreneur berusia di bawah 30 tahun” yang perlu diperhatikan. Yahoo tak membuka informasi berapa harga yang dibayar, namun banyak pihak memperkirakan nilainya sekitar 30 juta dollar AS (sekitar Rp 290 miliar). Summly adalah aplikasi dengan algoritma kompleks yang mampu meringkas berita panjang di daring dalam tiga paragraf pendek sehingga mudah dibaca di layar smartphone.
  • 2. D’Aloisio membuat Summly karena frustrasi saat mengerjakan tugas sekolah. Ia kerepotan dengan banyaknya artikel tak relevan saat mencari bahan di internet. Hal itu mendorong dia mencari cara menyaring informasi. ”Saya tak sabar,” ujarnya. ”Seperti remaja generasiku, jika tak menarik, saya akan berhenti membaca. Saya hanya mau membaca hal-hal yang ingin saya ketahui dengan segera. Itu yang dilakukan Summly.” Jagoan teknologi itu membangun Summly di meja belajar di kamarnya pada usia 15 tahun. Aplikasi itu telah diunduh jutaan kali dan meringkas setidaknya 90 juta berita sejak versi awal aplikasi diluncurkan dengan nama Trimit pada 2011.Trimit yang muncul di Apple’s App Store dan langsung diserbu pengunduh menarik perhatian Horizons Ventures, perusahaan pemodal ventura milik jutawan Hongkong, Li Ka-shing, yang lalu berinvestasi 250.000 dollar AS. Investasi itu mendatangkan investor lain, mulai aktor Ashton Kutcher, janda John Lennon, Yoko Ono, penulis dan penyiar kondang dari Inggris Stephen Fry, sampai raja media pemilik News Corp, Rupert Murdoch. ”Mereka ibarat berjudi dengan memberi modal saat saya berusia 15 tahun,” kata D’Aloisio merujuk investasi yang memungkinkan dia menggaji pegawai dan menyewa kantor. Namun, dia tetap menjadi pemilik saham terbesar Summly. Summly, pengembangan dari Trimit, diluncurkan November 2012. Sebulan kemudian D’Aloisio dihubungi Yahoo dan sejumlah peminat lain. Bagi remaja yang ingin menjadi entrepreneur, juga orangtua mereka, berita penjualan Summly yang spektakuler mengecilkan hati sekaligus menimbulkan kekaguman. Reaksi Brian Wong (21), salah satu pendiri Kiip, perusahaan periklanan di internet, mengundang senyum, ”Saya merasa tua!” Beberapa tahun lalu, Wong diberitakan sebagai orang termuda yang mendapatkan modal ventura. Setelah itu bermunculan sejumlah anak muda. ”Nick memecahkan rekor kami,” kata Wong. Ketertarikan D’Aloisio pada teknologi terjadi sejak usia dini. ”Saya tertarik detail, hal aneh, dan esoterik (yang hanya diminati kalangan terbatas),” katanya. ”Saya terobsesi untuk mendalami, komputer salah satunya.” Pada usia lima tahun, D’Aloisio terpesona sistem galaksi dan Matahari sehingga ia hafal seluruh konstelasi. Usia sembilan tahun, ia mendapat komputer pertama. Pada usia 10 tahun, ia tertarik mengutak-atik peranti lunak pembuat film. Ia belajar coding (pemrograman) secara otodidak pada usia 12 tahun. Sebelum Summly, ia membuat aplikasi lain untuk smartphone, termasuk SongStumblr, program pencari musik di internet, dan Facemood, program yang mampu memperkirakan suasana hati pengguna lewat status terbarunya di Facebook. Kehidupan sosial…
  • 3. D’Aloisio adalah anak pasangan asal Australia. Dari Inggris, keluarganya kembali ke Melbourne tak lama setelah ia lahir. Saat D’Aloisio berusia tujuh tahun dan adiknya, Matthew, tiga tahun, keluarganya kembali ke Inggris. Mereka menetap di Wimbledon, barat daya London. Ayahnya, Lou Motilla, Wakil Presiden Morgan Stanley, dan ibunya, Diana D’Aloisio, pengacara. Orangtuanya bukan ahli komputer, namun mereka mendukung minat putranya. Mereka bahkan mengizinkan dia cuti dari sekolah tahun lalu untuk fokus pada Summly. Sang ibu menemaninya dalam perjalanan bisnis ke sejumlah negara. Minatnya tak terbatas pada komputer. Di sekolahnya, King’s College School, Wimbledon, ia belajar A-levels (persiapan masuk perguruan tinggi) untuk matematika, fisika, dan filsafat. Ia belajar bahasa Rusia dan Mandarin serta bercita-cita kuliah PPE (filsafat, politik, dan ekonomi) di Oxford. ”Pendidikan itu hal menarik bagi saya,” katanya. Di luar urusan komputer dan bisnis, ia berkumpul dengan teman- teman pada akhir pekan untuk main rugbi dan kriket. ”Saya main di tim A saat berusia 14 tahun, tetapi kini tak lagi,” kata D’Aloisio yang punya pacar sejak 10 bulan lalu. Apa yang dia lakukan dengan uang hasil penjualan Summly? Ia menjawab dengan serius, uang itu disimpan di dana perwalian sampai ia berusia 18 tahun. Dalam wawancara radio, ia mengaku terganggu dengan ramainya pembicaraan di Twitter soal tas yang akan dibelinya. ”Tas saya rusak, talinya hampir putus. Jadi ini bukan karena saya mendapat banyak uang. ”Saya lebih suka menyimpan uang di bank. Kalaupun ada yang akan saya lakukan dengan uang itu, saya ingin melakukan angel investing (mendanai proyek para pemula di bidang teknologi),” ujar remaja langsing berambut coklat tua itu. Saling menguntungkan… D’Aloisio menyatakan, tak ada masalah terkait hak cipta. Aplikasi ciptaannya, Summly, melakukan analisis statistik untuk meringkas berita. Ia menjalin kerja sama dengan sekitar 250 penerbit konten, termasuk Wall Street Journal milik News Corp. Perusahaan yang berbasis di New York itu membuat kontennya cocok dengan Summly. Program itu menguntungkan perusahaan media. ”Kami memperkenalkan karya mereka kepada pembaca baru dari kalangan muda,” katanya. ”Jika pembaca suka ringkasannya, mereka akan membaca seluruh berita. Ini akan meningkatkan jumlah pembaca,” ujarnya. Namun, teknologi itu memiliki kelemahan, kadang aplikasi ini kesulitan memperpendek tulisan yang terlalu canggih.
  • 4. Penjualan yang diumumkan pekan lalu adalah akuisisi Yahoo ke-5 dalam lima bulan terakhir. Ini upaya CEO Marissa Mayer menarik lebih banyak ahli teknologi untuk membangun pelayanan smartphone dan komputer tablet. Teknologi makin penting dan diyakini Mayer telah diabaikan perusahaan internet. Sementara ini Summly tak bisa diunduh, akan diintegrasikan dalam peranti lunak Yahoo. D’Aloisio akan bekerja untuk Yahoo di London. Ini memungkinkannya menyelesaikan SMA. Ia mengaku bergairah bekerja pada ”perusahaan internet klasik” yang lebih tua dari dia. Yahoo didirikan tahun 1994. D’Aloisio akan meningkatkan perhatian pada pentingnya pemrograman komputer dan berharap hal itu diajarkan di sekolah. Ia juga akan mengembangkan Summly, tak sekadar untuk meringkas berita. ”Saya berupaya agar Summly mampu meringkas Wikipedia, buku, blog, apa pun.” Motivasi… Untuk remaja berusia 17 tahun, pemikiran D’ Aloisio memang tergolong mengagumkan. Saat sebagian teman-temannya masih berkutat dengan pelajaran sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler, ia justru memilih untuk menghabiskan waktu senggang untuk merintis sebuah startup digital. Ia memiliki kepercayaan diri yang sangat khas anak muda generasinya dengan mengatakan ada sebuah keyakinan bahwa banyak entrepreneur muda yang berpandangan mereka bisa menciptakan perusahaan sesukses Google. Google yang harusnya cemas dan takut, bukan kita, kata D’ Aloisio. Keyakinan yang teguh dan penuh optimisme ini disebut sebagai “ optimisme spontan” yang menurut pakar ekonomi John Maynard Keynes adalah senjata utama dari apa yang ia sebut sebagai “ jiwa hewan” . Banyak kegiatan positif dalam perekonomian merupakan hasil dari jiwa-jiwa hewan ini, Keynes mengakui. Apa yang bisa kita pelajari dari D’ Aloisio? Ia berpendapat bahwa Internet menjadikan lebih mudah bagi setiap orang yang memiliki ide brilian untuk sukses meskipun ia juga telah membuat bisnis inovasi yang lebih kompetitif. Generesi muda seusia D’ Aloisio tampaknya memiliki lebih sedikit ketakutan dan kecemasan daripada mereka yang sudah lebih dewasa. Mereka yang berusia lebih dewasa justru harus berperang dengan kecemasan itu saat ingin mencoba sesuatu yang baru dan inovatif. Alih-alih fokus pada inovasi, mereka lebih cemas dengan risiko sampingannya. Memang ada efek sampingnya tetapi jangan sampai menutup mata kita untuk melihat manfaat yang lebih besar. Alasan lain mengapa generasi yang lebih muda lebih berani ialah bahwa kondisi ekosistem entrepreneuership di sejumlah belahan dunia lebih baik sekarang. Ekosistem yang menjadi tempat untuk meluncurkan inovasi jauh lebih kondusif sekarang. Beberapa tahun lalu, menemukan kumpulan atau komunitas yang berhubungan denganentrepreneurship merupakan hal yang tak mudah. Sekarang keadaan lebih baik karena makin banyak orang yang mendirikan komunitas, organisasi bisnis yang sedikit banyak memberikan jalan bagi para entrepreneur baru untuk memupuk kemampuannya. D’ Aloisio menggunakan jalan yang sederhana, yaitu dengan memanfaatkan App Store untuk menjangkau ribuan konsumennya dan mendapatkan produk di depan investor besar dunia. Selain itu, jumlah investor kaya yang lebih banyak mendongkrak ekosistem.D’Aloisio baru- baru ini mendapatkan dukungan pendanaan dari milyarder Hongkong, Li Ka Shing.
  • 5. Sementara itu, Peter Thiel sang pendiri PayPal memberikan sebagian kecil kekayaannya untuk mendorong para remaja terpilih untuk keluar dari kampus danmemulai bisnis sendiri . D’ Aloisio sendiri mengatakan ia tak akan pernah meninggalkan bangku pendidikan formalnya tetapi kini ia tampaknya mengubah pemikirannya, apalagi dengan naik daunnya Summly. Dan tentunya sebagaimana ditunjukkan dari kesepakatan yang tercapai antara Summly dan Yahoo, perusahaan sebesar itu pun bersedia untuk mempertaruhkan sebagian asetnya demi mendapatkan inovasi yang tak bisa ia hasilkan sendiri dari entrepreneur remaja dan startup semuda Summly. Jika Keynes tepat mengenai inovasi yang didorong” jiwa hewan” , kepercayaan diri yang begitu besar dalam diri para generasi muda saat ini menjadi alasan atas optimisme yang besar tersebut terutama jika kita bisa mempersenjatai mereka untuk bisa mencapai puncak sukses dengan mengajarkan entrepreneurship di sekolah-sekolah menengah. Apa yang dicapai D’ Aloisio menjadi indikator bagi kita bahwa kita berada di awal era inovasi yang makin menjanjikan. Referensi… http://karimread.wordpress.com/2013/05/21/miliarder- belia-nick-daloisio-tentang-inovasi/