Psak 59 akuntansi perbankan syariah1. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
PSAK No. 59 1 Mei 2002 Sanksi Pelanggaran Pasal 44:
Undang-undang Nomor 7 tahun 1987 tentang
PERNYATAAN Perubahan atas Undang-undang Nomor. 6 tahun 1982
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan
atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu,
AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dipidana penjara paling lama 5 (lima) dan/atau
denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
Jalan Sisingamagaraja No. 59,
Jakarta Selatan 12120
Telp: (021) 722-2989
Fax: (021) 724-5078
E-mai: iai-info@akuntan-iai.or.id
Cetakan Pertama
Mei 2002
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
2. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
DAFTAR ISI
PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah telah disahkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 1 Mei 2002.
Paragraf
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material
(immaterial items). PENDAHULUAN 001–005
Tujuan 001
Jakarta, 1 Mei 2002 Ruang Lingkup 002-005
Dewan Standar Akuntansi Keuangan
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN 006–151
Pengakuan dan Pengukuran Mudharabah 006-034
Nur Indriantoro (alm) (1998-2000) Ketua Karakteristik 006-013
Istini T.Sidharta (2000-2002) Ketua Bank sebagai Shahibul Maal (Pemilik Dana) 014-028
Rusdy Daryono Anggota Pengakuan keuntungan atau kerugian Mudharabah 014-028
Osman Sitorus Anggota Bank sebagai Mudharib (Pengelola Dana) 029-034
Agung Nugroho Soedibyo Anggota Pengakuan dan Pengukuran Musyarakah 035-051
Sudarwan Anggota Karakteristik 035-040
Ramzi A. Zuhdi Anggota Bank sebagai Mitra 041-051
Gunadi Anggota Pengakuan dan Pengukuran Awal Pembiayaan
Anis Baridwan Anggota Musyarakah 041-042
Ali Darwin Anggota Pengakuan Bagian Bank atas Pembiayaan
Jusuf M. Wibisana Anggota Musyarakah 043-046
Jan Hoesada Anggota Pengakuan Laba atau Rugi Musyarakah 047-051
Siddharta Utama Anggota Pengakuan dan Pengukuran Murabahah 052-068
M. Kurniawan Anggota Karakteristik 052-060
Gudono Anggota Bank sebagai Penjual 061-068
Pengakuan dan Pengukuran Salam dan
Salam Paralel 069-080
Karakteristik 069-073
Bank sebagai Pembeli 074-077
Bank sebagai Penjual 078-080
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
3. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Pengakuan dan Pengukuran Istishna dan
Istishna Paralel 081-104 PENYAJIAN 152-182
Karakteristik 081-089 Neraca 153-161
Bank sebagai Produsen/Penjual 099 Laporan Laba Rugi 162
Pengakuan Pendapatan dan Keuntungan Istishna dan Laporan Arus Kas 163
Istishna Paralel 093-095 Laporan Perubahan Ekuitas 164
Penyelesaian Awal 096-097 Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat 165-171
Perubahan Pesanan dan Klaim Tambahan 098 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat,
Biaya Pemeliharaan dan Penjaminan Barang Pesanan 099 Infaq dan Shadaqah 173-177
Bank sebagai Pembeli 100-104 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Pengakuan dan Pengukuran Ijarah dan Qardhul Hasan 178-182
Ijarah Muntahiyah Bittamlik 105-129
Karakteristik 105-107 PENGUNGKAPAN 183-200
Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik 108-126 Pengungkapan Umum 183-187
Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa 108-117 Pengungkapan untuk Setiap Komponen
Bank sebagai Penyewa 118-126 Laporan Keuangan 188-200
Penjualan dan Penyewaan Kembali 127-128 Neraca 188-195
Sewa dan Penyewaan Kembali 129 Laporan Laba Rugi 196-197
Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif 130-133 Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat 198
Pengakuan dan Pengukuran Wadiah 134-137 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq dan
Karakteristik 134-136 Shadaqah 199
Pengakuan dan Pengukuran Dana Wadiah 137-138 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Pengakuan dan Pengukuran Qardh 139-143 Qardhul Hasan 200
Karakteristik 139-141
Pengakuan dan Pengukuran Pinjaman Qardh 143-143 TANGGAL EFEKTIF 201
Pengakuan dan Pengukuran Sharf 144-146
Karakteristik 144
Pendapatan Sharf 145-146
Pengakuan dan Pengukuran Kegiatan Bank Syariah
Berbasis Imbalan 147-151
Karakteristik 147-150 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 59
Imbalan dari Kegiatan Bank Syariah Berbasis Imbalan 151
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
4. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH 5. Usaha bank banyak dipengaruhi ketentuan peraturan
perundang-undangan yang dapat berbeda dengan prinsip akuntansi yang
Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf berlaku umum. Laporan keuangan yang disajikan berdasarkan
standar. Paragraf Standar harus dibaca dalam kaitannya dengan Pernyataan ini tidak dimaksudkan untuk memenuhi peraturan
paragraf penjelasan yang dicetak dengan huruf tegak (biasa). perundang-undangan tersebut.
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak
material (immaterial items)
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
PENDAHULUAN Pengakuan dan Pengukuran Mudharabah
Tujuan Karakteristik
1. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan 6. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul
akuntansi (pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan) maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi
transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank syariah. hasil menurut kesepakatan di muka.
Ruang Lingkup 7. Jika usaha mengalami kerugian, maka seluruh kerugian
ditanggung oleh pemililk dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian
2. Pernyataan ini diterapkan untuk bank umum syariah, bank atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan
perkreditan rakyat syariah, dan kantor cabang syariah bank dan penyalahgunaan dana.
konvensional yang beroperasi di Indonesia.
8. Mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu mudharabah
3. Hal-hal umum yang tidak diatur dalam pernyataan ini muthlaqah (investasi tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah
mengacu pada pernyataan standar akuntansi keuangan yang lain dan (investasi terikat).
atau prinsip akuntansi yang berlaku umum sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. 9. Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik
dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan
4. Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian investasinya.
laporan keuangan sesuai permintaan khusus (statutory) pemerintah,
lembaga pengawas independen, dan bank sentral (Bank Indonesia). 10. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana
pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
5. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
tempat, cara, dan obyek investasi. Sebagai contoh, pengelola dana 14. Pengakuan pembiayaan mudharabah adalah sebagai
dapat diperintahkan untuk: berikut:
(a) tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya; (a) pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau
(b) tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, penyerahan aktiva non-kas kepada pengelola dana; dan
tanpa penjamin, atau tanpa jaminan; atau (b) pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui
(c) mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri pada setiap tahap pembayaran atau penyerahan.
tanpa melalui pihak ketiga.
15. Pengukuran pembiayaan mudharabah adalah sebagai
11. Bank dapat bertindak baik sebagai pemilik dana maupun berikut:
pengelola dana. Apabila bank bertindak sebagai pemililk dana, maka (a) pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah
dana yang disalurkan disebut pembiayaan mudharabah. Apabila bank uang yang diberikan bank pada saat pembayaran;
sebagai pengelola dana, maka dana yang diterima: (b) pembiayaan mudharabah dalam bentuk aktiva non-kas:
(a) dalam mudharabah muqayyadah disajikan dalam laporan perubahan (i) diukur sebesar nilai wajar aktiva non-kas pada saat
investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah; atau penyerahan; dan
(b) dalam mudharabah muthlaqah disajikan dalam neraca sebagai (ii) selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non-kas
investasi tidak terikat. diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank, dan
(c) beban yang terjadi sehubungan dengan mudhabarah tidak dapat
12. Pengembalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan diakui sebagai pembiayaan mudharabah kecuali telah disepakati
bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya bersama.
mudharabah.
16. Setiap pembayaran kembali atas pembiayaan mudharabah
13. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada oleh pengelola dana mengurangi pembiayaan mudharabah.
jaminan, namun agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan,
pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak
ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana
terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati 17. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang
bersama dalam akad. sebelum dimulainya usaha karena adanya kerusakan atau sebab
lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana,
Bank sebagai Shahibul Maal (Pemilik Dana) maka rugi tersebut mengurangi saldo pembiayaan mudharabah dan
diakui sebagai kerugian bank.
Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Mudharabah
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
6. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
18. Apabila pembiayaan diberikan dalam bentuk non-kas maka (b) rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut
kegiatan usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak barang dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.
tersebut diterima oleh pengelola dana dalam kondisi siap dipergunakan
sesuai dengan ketentuan dalam akad. 24. Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktik dapat
diketahui berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang
19. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang setelah diterima oleh Bank.
dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola
dana maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. 25. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan
menggunakan dua metode, yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi
20. Apabila pembiayaan diberikan dalam bentuk non-kas dan pendapatan (revenue sharing). Bagi laba dihitung dari pendapatan
barang tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana
barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha maka mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan dihitung dari total
kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah pembiayaan pendapatan pengelolaan mudharabah.
namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil.
Contoh:
21. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain,
ditunjukkan oleh: Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
(a) tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad;
Penjualan 100 Revenue Sharing
(b) tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim
Harga Pokok Penjualan 65
dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad; atau
(c) hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan. Laba kotor 35
Biaya-biaya 25
22. Apabila mudhabarah berakhir sebelum jatuh tempo dan
pembiayaan mudharabah belum dibayar oleh pengelola dana, maka Laba rugi bersih 10 Profit Sharing
pembiayaan mudharabah diakui sebagai piutang jatuh tempo.
26. Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan
Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah
penghentian mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui
sebagai pengurang pembiayaan mudharabah.
23. Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode
pelaporan:
27. Rugi pengelolahan yang timbul akibat kelalaian atau
(a) laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya
kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana.
hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati; dan
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
7. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
34. Apabila bank bertindak sebagai agen dalam menyalurkan
28. Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana mudharabah muqayyadah atau investasi terikat tetapi bank
dana pada saat mudharabah selesai atau dihentikan sebelum menanggung risiko atas penyaluran dana tersebut (executing agent)
masanya berakhir diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada maka pelaporannya dilakukan dalam neraca sebesar porsi risiko yang
pengelola dana. ditanggung oleh bank.
Bank sebagai Mudharib (Pengelola Dana) Pengakuan dan Pengukuran Musyarakah
29. Dana investasi tidak terikat diakui sebagai investasi Karakteristik
tidak terikat pada saat terjadinya sebesar jumlah yang diterima.
Pada akhir periode akuntansi, investasi tidak terikat diukur 35. Musyarakah adalah akad kerjasama di antara para pemilik
sebesar nilai tercatat. modal yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari
keuntungan.
30. Bagi hasil investasi tidak terikat dialokasikan kepada bank
dan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati. 36. Dalam musyarakah, mitra dan bank sama-sama
menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang
31. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat
menggunakan dua metode, yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati
pendapatan (revenue sharing) seperti pada paragraf 25. secara bertahap atau sekaligus kepada bank.
32. Kerugian karena kesalahan atau kelalaian bank 37. Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas,
dibebankan kepada bank (pengelola dana). setara kas, atau aktiva non-kas, termasuk aktiva tidak berwujud, seperti
lisensi dan hak paten.
Bank sebagai Agen Investasi
33. Apabila bank bertindak sebagai agen dalam menyalurkan
dana mudharabah muqayyadah dan bank tidak menanggung risiko 37. Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas,
(chanelling agent) maka pelaporannya tidak dilakukan dalam neraca setara kas, atau aktiva non-kas, termasuk aktiva tidak berwujud, seperti
tetapi dalam laporan perubahan dana investasi terikat. Sedangkan lisensi dan hak paten.
dana yang diterima dan belum disalurkan diakui sebagai titipan.
38. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin modal mitra
lainnya, maka setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
8. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. 42. Pengukuran pembiayaan musyarakah adalah sebagai
Beberapa hal yang menunjukkan adanya kesalahan yang disengaja berikut:
ialah: pelanggaran terhadap akad antara lain penyalahgunaan dana (a) pembiayaan musyarakah dalam bentuk:
pembiayaan, manipulasi biaya dan pendapatan operasional, pelaksanaan (i) kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan
yang tidak sesuai dengan prinsip syariah. Jika tidak terdapat (ii) aktiva non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat
kesepakatan antara pihak yang bersengketa kesalahan yang disengaja selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non-kas,
harus dibuktikan berdasarkan badan arbitrase atau pengadilan. maka selisih tersebut diakui sebagai keuntungan atau
kerugian bank pada saat penyerahan; dan
39. Laba musyarakah dibagi di antara para mitra, baik secara (b) biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian pembiayaan
maupun kas aktiva lainnya) atau sesuai nisbah yang disepakati oleh musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
semua mitra. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai musyarakah.
dengan modal yang disetorkan (baik berupa kas maupun aktiva lainnya)
Pengukuran Bagian Bank atas Pembiayaan Musyarakah setelah Akad
40. Musyarakah dapat bersifat musyarakah permanen maupun
menurun. Dalam musyarakah permanen, bagian modal setiap mitra 43. Bagian bank atas pembiayaan musyarakah permanen
ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. dinilai sebesar nilai historis (jumlah yang dibayarkan atau nilai wajar
Sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal bank akan aktiva non-kas pada saat penyerahan modal musyarakah) setelah
dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga bagian modal bank dikurangi dengan kerugian, apabila ada.
akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik
usaha tersebut. 44. Bagian bank atas pembiayaan musyarakah menurun
dinilai sebesar nilai historis sesudah dikurangin dengan bagian
pembiayaan bank yang telah dikembalikan oleh mitra (yaitu sebesar
harga jual yang wajar) dan kerugian, apabila ada. Selisih antara
nilai historis dan nilai wajar bagian pembiayaan musyarakah yang
dikembalikan diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank pada
Bank sebagai Mitra periode berjalan.
45. Jika akad musyarakah yang belum jatuh tempo diakhiri
41. Pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran dengan pengembalian seluruh atau sebagian bagian modal, maka
tunai atau penyerahan aktiva non-kas kepada mitra musyarakah. selisih antara nilai historis dan nilai pengembalian diakui sebagai
laba atau rugi bank pada periode berjalan.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
9. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
46. Pada saat akad diakhiri, pembiayaan musyarakah yang
belum dikembalikan oleh mitra diakui sebagai piutang jatuh tempo 51. Apabila terjadi rugi dalam musyarakah akibat kelalaian
kepada mitra. atau kesalahan mitra (pengelola usaha) musyarakah, maka rugi
tersebut ditanggung oleh mitra pengelola usaha musyarakah. Rugi
Pengakuan Laba atau Rugi Musyarakah karena kelalaian mitra musyarakah tersebut diperhitungkan sebagai
pengurang modal mitra pengelola usaha, kecuali jika mitra
47. Laba pembiayaan musyarakah diakui sebesar bagian bank mengganti kerugian tersebut dengan dana baru.
sesuai dengan nisbah yang disepakati atas hasil usaha musyarakah.
Sedangkan rugi pembiayaan musyarakah diakui secara proporsional
sesuai dengan kontribusi modal. Pengakuan dan Pengukuran Murabahah
48. Apabila pembiayaan musyarakah permanen melewati satu Karakteristik
periode pelaporan, maka:
(a) laba diakui dalam periode terjadinya sesuai dengan nisbah bagi 52. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan
hasil yang disepakati; dan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
(b) rugi diakui pada periode terjadinya kerugian tersebut dan dan pembeli.
mengurangi pembiayaan musyarakah.
53. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
49. Apabila pembiayaan musyarakah menurun melewati satu pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan
periode pelaporan dan terdapat pengembalian sebagian atau seluruh pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah.
pembiayaan, maka:
(a) laba diakui dalam periode terjadinya sesuai dengan nisbah yang 54. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat
disepekati; dan atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya.
(b) rugi diakui dalam periode terjadinya secara proporsional sesuai Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan
dengan kontribusi modal dengan mengurangi pembiayaan pesanannya. Apabila aktiva murabahah yang telah dibeli bank (sebagai
musyarakah. penjual) murabahah pesanan mengikat mengalami penurunan nilai
sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut
50. Pada saat akad diakhiri, laba yang belum diterima bank menjadi beban penjual (bank) dan penjual (bank) akan mengurangi nilai
dari pembiayaan musyarakah yang masih performing diakui sebagai akad.
piutang kepada mitra. Untuk pembiayaan musyarakah yang non-
performing diakhiri maka laba yang belum diterima bank tidak
diakui tetapi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
10. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
55. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau nasabah lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai
cicilan. Selain itu, dalam murabahah juga diperkenankan adanya dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda
perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. diperuntukkan sebagai dana sosial (qardhul hasan).
56. Bank dapat memberikan potongan apabila nasabah: Bank sebagai Penjual
(a) mempercepat pembayaran cicilan; atau
(b) melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo. 61. Pada saat perolehan, aktiva yang diperoleh dengan tujuan
untuk dijual kembali dalam murabahah diakui sebagai aktiva
57. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga beli murabahah sebesar biaya perolehan.
sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank mendapat
potongan dari pemasok maka potongan itu merupakan hak nasabah. 62. Pengukuran aktiva murabahah setelah perolehan adalah
Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian sebagai berikut:
potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam (a) aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan mengikat:
akad. (i) dinilai sebesar biaya perolehan; dan
(ii) jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak
58. Bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut diakui
piutang murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli sebagai beban dan mengurangi nilai aktiva:
dari bank. (b) apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah
pesanan tidak mengikat terdapat indikasi kuat pembeli batal
59. Bank dapat meminta kepada nasabah urbun sebagai uang melakukan transaksi, maka aktiva murabahah:
muka pembelian pada saat akad apabila kedua belah pihak bersepakat. (i) dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang
Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila dapat direalisasi;mana yang lebih rendah; dan
murabahah jadi dilaksanakan. Tetapi apabila akad murabahah batal, (ii) jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari
urbun dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi dengan kerugian biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka itu lebih kecil dari
kerugian bank maka bank dapat meminta tambahan dari nasabah. 63. Potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai
pengurangan biaya perolehan aktiva murabahah.
60. Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah
sesuai dengan yang diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda 64. Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui
kecuali jika dapat dibuktikan bahwa nasabah tidak mempu melunasi. sebesar biaya perolehan aktiva murabahah ditambah keuntungan
Denda diterapkan bagi nasabah mampu yang menunda pembayaran. yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang
Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk membuat
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
11. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu
saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Pengakuan dan Pengukuran Salam dan Salam Paralel
65. Keuntungan murabahah diakui:
(a) pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode Karakteristik
laporan keuangan yang sama; atau
(b) selama periode akad secara proporsional, apabila akad 69. Salam merupakan akad jual beli muslam fiih (barang
melampaui satu periode laporan keuangan. pesanan) dengan penangguhan pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual)
dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang
66. Potongan pelunasan diri diakui dengan menggunakan pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
salah satu metode berikut:
(a) jika potongan pelunasan diberikan pada saat penyelesaian, bank 70. Bank dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual
mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah; dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual
atau kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
(b) jika potongan pelunasan diberikan setelah penyelesaian, bank pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.
terlebih dahulu menerima pelunasan piutang murabahah dari
nasabah, kemudian bank membayar potongan pelunasan kepada 71. Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat:
nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah. (a) akad kedua antara bank dan pemasok terpisah dari akad pertama
antara bank dan pembeli akhir; dan
67. Denda dikenakan apabila nasabah lalai dalam melakukan (b) akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
kewajibannya sesuai dengan akad. Pada saat diterima, denda diakui
sebagai bagian dana sosial. 72. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh
pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan
68. Pengakuan dan pengukuran urbun (uang muka) adalah tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Dalam hal bank
sebagai berikut: bertindak sebagai pembeli, bank syariah dapat meminta jaminan kepada
(a) urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang nasabah untuk menghindari risiko yang merugikan bank.
diterima bank pada saat diterima;
(b) pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah maka urbun diakui
sebagai pembayaran piutang; dan
(c) jika barang batal dibeli oleh nasabah, maka urbun dikembalikan 73. Barang pesanan harus diketahui karakateristiknya secara
kepada nasabah setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya.
telah dikeluarkan bank. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
12. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah (i) jika tanggal pengiriman diperpanjang, nilai tercatat
atau cacat maka penjual harus bertanggungjawab atas kelalaiannya. piutang salam sebesar bagian yang belum dipenuhi tetap
sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad;
(ii) jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya,
Bank sebagai Pembeli maka piutang salam berubah menjadi piutang yang harus
dilunasi oleh nasabah sebesar bagian yang tidak dapat
74. Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dipenuhi;
dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. (iii) jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan
bank mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil
75. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aktiva non-kas. penjual jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang
Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam
dibayarkan, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk aktiva non- dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai
kas diukur sebesar nilai wajar (nilai yang disepakati antara bank dan piutang kepada nasabah yang telah jatuh tempo.
nasabah). Sebaliknya, jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih
besar dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya
76. Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagai menjadi hak nasabah; dan
berikut: (iv) bank dapat mengenakan denda kepada nasabah, denda
(a) jika barang pesanan sesuai dengan akad dinilai sesuai nilai yang hanya boleh dikenakan kepada nasabah yang mampu
disepakati; menunaikan kewajibannya, tetapi tidak memenuhinya
(b) jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka: dengan sengaja. Hal ini tidak berlaku bagi nasabah yang
(i) barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force
akad, jika nilai pasar (nilai wajar jika nilai pasar tidak majeur.
tersedia) dari barang pesanan yang diterima nilainya sama
atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum 77. Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai
dalam akad; persediaan. Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan
(ii) barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai pasar yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah
(nilai wajar jika nilai pasar tidak tersedia) pada saat biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai
diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka
pasar dari barang pesanan lebih rendah dari nilai barang selisihnya diakui sebagai kerugian. .
pesanan yang tercantum dalam akad;
(c) jika bank tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan Bank sebagai Penjual
pada tanggal jatuh tempo pengiriman, maka:
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
13. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
78. Hutang saham diakui pada saat bank menerima modal Barang pesanan harus sesuai dengan karakteritiknya yang telah
usaha salam sebesar modal usaha salam yang diterima. disepakati antara pembeli dan produsen/penjual. Jika barang pesanan
yang dikirimkan salah atau cacat maka produsen/penjual harus
79. Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan bertanggungjawab atas kelalaiannya.
aktiva non-kas. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar
jumlah yang diterima, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk 84. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam
aktiva non-kas diukur sebesar nilai wajar (nilai yang disepakati suatu transaksi istishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian
antara bank dan nasabah). memesan kepada pihak lain (sub-kontraktor) untuk menyediakan barang
pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel.
80. Apabila bank melakukan transaksi salam paralel, selisih
antara jumlah yang dibayar oleh nasabah dan biaya perolehan 85. Istishna paralel dapat dilakukan dengan syarat:
barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat (a) akad kedua antara bank dan sub-kontraktor terpisah dari akad
pengiriman barang pesanan oleh bank ke nasabah. pertama antara bank dan pembeli akhir; dan
(b) akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
Pengakuan dan Pengukuran Istishna dan Istishna Paralel
86. Pada dasarnya istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali
Karakteristik memenuhi kondisi:
(c) kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau
81. Istishna adalah akad jual beli antara al-mustashni (pembeli) (d) akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
dan as-shani (produsen yang juga bertindak sebagai penjual). menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk
menyediakan al-mashnu (barang pesanan) sesuai spesifikasi yang 87. Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari
disyaratkan dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara produsen/penjual atas:
pembayaran dapat berupa pembayaran di muka, cicilan, atau (a) jumlah yang telah dibayarkan; dan
ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat
waktu.
82. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh 88. Produsen/penjual mempunyai hak untuk mendapatkan
pembeli dan produsen/penjual di awal akad. Ketentuan harga barang jaminan bahwa harga yang disepakati akan dibayar tepat waktu.
pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
89. Perpindahan kepemilikan barang pesanan dari
83. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara produsen/penjual ke pembeli dilakukan pada saat penyerahan sebesar
umum yang meliputi: jenis, sfesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. jumlah yang disepakati.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
14. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
(b) biaya istishna pararel diakui sebagai aktiva istishna dalam
Bank sebagai Produsen/Penjual penyelesaianpada saat diterimanya tagihan dari sub-kontraktor
sebesar jumlah tagihan
90. Pengakuan dan pengukuran biaya istishna adalah sebagai
berikut: 92. Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeli akhir
(a) biaya istishna terdiri dari: diakui sebagai piutang istishna dan sebagai termin istishna (istishna
(i) biaya langsung, terutama biaya untuk menghasilkan billing) pada pos lawannya.
barang pesanan; dan
(ii) biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad
(termasuk biaya pra-akad) yang dialokasikan secara Pengakuan Pendapatan dan Keuntungan Istishna dan Istishna Pararel
obyektif;
(b) beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset 93. Pendapatan istishna adalah total harga yang disepakati
dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya istishna; dalam akad antara bank dan pembeli akhir, termasuk margin
(c) Biaya pra-akad diakui sebagai biaya ditangguhkan dan keuntungan. Margin keuntungan adalah selisih antara pendapatan
diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad ditandatangani, istishna dan harga pokok istishna. Pendapatan istishna diakui
tetapi jika akad tiak ditandatangani, maka biaya tersebut di dengan menggunakan metode persentase penyelesaian atau metode
bebankan pada periode berjalan; dan akad selesai.
(d) Biaya istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan,
diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian pada saat 94. Jika metode persentase penyelesaian digunakan, maka:
terjadinya. (a) bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan
91. Pengakuan dan pengukuran biaya istishna pararel adalah istishna pada periode yang bersangkutan;
sebagai berikut: (b) bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode
(a) biaya istishna pararel terdiri dari: pelaporan ditambahkan kepada aktiva istishna dalam
(i) biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan sub- penyelesaian; dan
kontraktor kepada bank; (c) pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya
(ii) biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
(termasuk biaya pra-akad) yang dialokasikan secara obyektif; 95. Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya
dan untuk penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional pada
(iii) semua biaya akibat sub-kontraktor tidak dapat akhir periode laporan keuangan, maka digunakan metode akad
memenuhi kewajibannya, jika ada; dan selesai dengan ketentuan sebagai berikut:
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
15. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
(a) tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan (b) Jika kondisi pengenaan klaim tambahan yang dipersyaratkan
pekerjaab tersebut selesai; dipenuhi, maka jumlah biaya tambahan yang diakibatkan oleh
(b) tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan setiap klaim akan menambah biaya istishna, sehingga pendapatan
pekerjaab tersebut selesai; istishna akan berkurang sebesar jumlah penambahan biaya
(c) tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam akibat klaim tambahan;
penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selesai; dan (c) Perlakuan akuntansi (a) dan (b) juga berlaku pada istishna
(d) pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dan pararel, akan tetapi biaya perubahan pesanan dan klaim
keuntungan dilakukan hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan. tambahan ditentukan oleh subkontraktor dan disetujui bank
berdasarkan akad istishna pararel.
Penyelesaian Awal
96. Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum Biaya Pemeliharaan dan Penjainan Barang Pesanan
tanggal jatuh tempo dan bank memberikan potongan, maka bank
menghapus sebagian keuntungannya sebagai akibat penyelesaian 99. Beban pemeliharaan dan penjaminan barang pesanan
awal tersebut. diakui pada saat terjadinya dan diperhitungkan dengan pendapatan
istishna.
97. Penghapusan sebagian keuntungan akibat penyelesaian
awal piutang istishna dapat diperlakukan sebagai:
(a) potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna Bank sebagai Pembeli
pada saat pembayaran; atau
(b) penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah 100. Bank mengakui aktiva istishna dalam penyelesaian
keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah menerima sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus
pembayaran piutang istishna secara keseluruhan. mengakui hutang istishna kepada penjual.
Perubahan Pesanan dan Klaim Tambahan 101. Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena
kelalaian atau kesalahan penjual dan mengakibatkan kerugian bank,
99. Pengukuran perubahan pesanan dan klaim tambahan maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek
adalah sebagai berikut: yang telah diserahkan penjual. Apabila kerugian tersebut melebihi
(a) nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai
bank dan pembeli akhir ditambahkan kepada pendapatan istishna piutang jatuh tempo kepada sub-kontraktor.
dan biaya istishna;
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
16. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
102. Jika bank menolak menerima barang pesanan karena (b) penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding
tidak sesuai dengan spesfikasi dan tidak dapat memperoleh kembali dengan sisa cicilan sewa;
seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada sub-kontraktor, (c) penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang
maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang disepakati pada awal akad; dan
jatuh tempo kepada sub-kontraktor. (d) penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati
dalam akad.
103. Jika bank menerima barang pesanan yang tidak sesuai
dengan spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan 107. Pemilik obyek sewa dapat meminta penyewa menyerahkan
niali yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. jaminan atas ijarah untuk menghindari risiko kerugian. Jumlah, ukuran
Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. dan jenis obyek sewa harus jelas diketahui dan tercantum dalam akad.
104. Dalam istishna pararel, jika pembeli akhhir menolak Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik
menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi
yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa
lebih rendah antara niali wajar dan harga pokok istishna. Selisih
yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. 108. Obyek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat
perolehan obyek sewa dan disusutkan sesuai dengan:
Pengakuan dan Pengukuran Ijarah dan Ijarah Muntahiyah (a) kebijakan penyusutan pemilik obyek sewa untuk aktiva sejenis
Bittamlik jika merupakan transaksi ijarah; dan
(b) masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah
Karakteristik bittamlik.
105. Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur 109. Pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik
(obyek sewa) dan musta’jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas diakui selama masa akad secara proporsional kecuali pendapatan
obyek sewa yang disewakannya. Ijarah muntahiyah bittamlik adalah ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap
akad sewa-menyewa antara pemilik obyek sewa dan penyewa untuk maka besar pendapatan setiap periode akan menurun secara
mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan opsi progresif selama masa akad karena adanya pelunasan bagian per
perpindahan hak milik obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan bagian obyek sewa pada setiap periode tersebut.
akad sewa.
106. Perpindahan hak milik obyek sewa kepada penyewa dalam 110. Piutang pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah
ijrah muntahiyah bittamlik dapat dilakukan dengan: bittamlik diukur sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan pada
(a) hibah; akhir periode pelaporan.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
17. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih
111. Jika biaya akad menjadi beban pemilik obyek sewa maka antara harga jual dan nilai buku bersih obyek sewa.
biaya tersebut dialokasikan secara konsisten dengan alokasi
pendapatan ijarah atau ijarah muntahiyah bittamlik selama masa 115. Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam ijarah
akad. muntahiyah bittamlik melalui pembayaran sekadarnya adalah
sebagai berikut:
112. Pengakuan biaya perbaikan obyek sewa adalah sebagai (a) perpindahan hak milik obyek sewa diakui jika seluruh
berikut: pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli obyek
(a) biaya perbaikan tidak rutin obyek sewa diakui pada saat sewa dari pemilik obyek sewa;
terjadinya; (b) obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa pada saat
(b) jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek sewa dengan terjadinya perpindahan hak milik obyek sewa;
persetujuan pemilik obyek sewa maka biaya tersebut dibebankan (c) jika penyewa berjanji untuk membeli obyek sewa tetapi kemudian
kepada pemilik obyek sewa dan diakui sebagai beban pada periode memutuskan untuk tidak melakukannya dan nilai wajar obyek
terjadinya perbaikan tersebut; dan sewa ternyata lebih rendah dari nilai bukunya, maka selisihnya
(c) dalam ijarah muntahiyaj bittamlik melalui penjualan secara diakui sebagai piutang pemilik obyek sewa kepada penyewa; dan
bertahap biaya perbaikan obyek sewa yang dimaksud dalam huruf (d) jika penyewa tidak berjanji untuk membeli obyek sewa dan
(a) dan (b) ditanggung pemilik obyek sewa maupun penyewa memutuskan untuk tidak melakukannya, maka obyek sewa dinilai
sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing di dalam sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang lebih rendah. Jika
obyek sewa. nilai wajar obyek sewa tersebut lebih rendah dari nilai buku,
maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
113. Perpindahan hak milik obyek sewa dalam ijarah
muntahiyah bittamlik melalui hibah diakui pada saat seluruh 116. Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam ijarah
pembayaran sewa telah diselesaikan dan obyek sewa yang telah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek sewa secara bertahap
diserahkan kepada penyewa. Obyek sewa dikeluarkan dari aktiva adalah sebagai berikut:
pemilik obyek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik obyek (a) perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika seluruh
sewa. pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli
sebagian obyek sewa dari pemilik obyek sewa;
114. Perpindahan hak milik obyek sewa dalam ijarah (b) nilai buku bagian obyek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari
muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek sewa dengan harga aktiva pemilik obyek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak
sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada milik bagian obyek sewa;
saat penyewa membeli obyek sewa. Pemilik obyek sewa mengakui
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
18. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
(c) pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar 121. Perpindahan hak milik obyek sewa dalam ijarah
selisih antara harga jual dan nilai buku atas bagian obyek sewa muntahiyah bittamlik melalui hibah diakui pada saat seluruh
yang telah dijual; dan pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan obyek sewa telah
(d) jika penyewa tidak melakukan pembelian atas obyek sewa yang diterima penyewa. Obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva
tersisa maka perlakuan akuntasinya sesuai dengan paragraf 115 penyewa sebesar nilai wajar pada saat terjadinya. Penerimaan obyek
huruf (c) dan (d). sewa tersebut disisi lain akan menambah:
(a) saldo laba jika sumber pendanaan berasal dari modal bank;
117. Dalam ijarah muntahiyah bittamlik jika obyek sewa (b) dana investasi tidak terikat, jika sumber pendanaan berasal dari
mengalami penurunan nilai permanen sebelum perpindahan hak simpanan pihak ketiga; atau
milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut timbul bukan (c) saldo laba dan dana investasi tidak terikat secara proposional, jika
akibat tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan sumber pendanaan berasal dari modal bank dan simpanan pihak
ijarah yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka ketiga.
selisih antara keduanya (jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk
tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya) diakui 122. Perpindahan hak milik obyek sewa dalam ijarah
sebagai kewajiban kepada penyewa dan dibebankan sebagai kerugian muntahiyah bittamlik melalui pembelian obyek sewa dengan harga
pada periode terjadinya penurunan nilai. sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada
saat penyewa membeli obyek sewa. Penyewa mengakui obyek sewa
Bank sebagai Penyewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang
dibayarkan.
118. Beban ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui
secara proporsional selama masa akad. 123. Pengakuan penerimaan obyek sewa dalam ijarah
muntahiyah bittamlik melalui pembayaran sekadarnya adalah
119. Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya sebagai berikut:
tersebut dialokasikan secara konsisten dengan alokasi beban ijarah (a) perpindahan hak milik obyek sewa diakui jika seluruh
atau ijarah muntahiyah bittamlik selama masa akad. pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli
obyek sewa dari pemilik obyek sewa; dan
120. Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi obyek sewa (b) obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar
berdasarkan akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut diakui kas yang dibayarkan.
sebagai beban pada saat terjadinya. Biaya pemeliharaan rutin dan
operasi dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek 124. Pengakuan penerimaan obyek sewa dalam ijarah
sewa secara bertahap akan meningkat secara progresif sejalan muntahiyah bittamlik melalui pembelian obyek sewa secara bertahap
dengan peningkatan kepemilikan obyek sewa. adalah sebagai berikut:
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
19. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
(a) perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika seluruh (b) keuntungan atau kerugian penjualan aktiva dialokasikan sebagai
pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa penyesuaian terhadap beban ijarah selama masa akad jika
membeli sebagian obyek sewa dari pemilik obyek sewa dari peyewaan kembali dilakukan secara ijarah muntahiyah
pemilik obyek sewa; dan bittamlik.
(b) bagian obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa
sebesar biaya perolehannya. Sewa dan Penyewaan Kembali
125. Obyek sewa yang telah dibeli oleh penyewa disusutkan 129. Jika bank menyewakan kepada nasabah aktiva yang
sesuai dengan kebijakan penyusutan penyewa. sebelumnya disewa oleh bank dari pihak ketiga, maka perlakuan
akuntansi bank sebagai pemilik obyek sewa dan penyewa diterapkan.
126. Jika obyek sewa mengalami penurunan nilai permanen
sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif
tersebut timbul bukan akibat tindakan penyewa atau kelalaiannya,
serta jumlah cicilan sewa yang sudah dibayar melebihi nilai sewa 130. Penyisihan kerugian aktiva produktif dan piutang yang
yang wajar, maka selisih antara keduanya (jumlah yang sudah timbul dari transaksi aktiva produktif dibentuk sebesar estimasi
dibayar penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai kerugian aktiva produktif dan piutang yang tidak dapat ditagih sesuai
sewa wajarnya) diakui sebagai piutang jatuh tempo penyewa kepada dengan denominasi mata uang aktiva produktif dan piutang yang
pemilik sewa dan mengoreksi beban ijarah muntahiyah bittamlik. diberikan.
Penjualan dan Penyewaan Kembali 131. Aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam
rupiah maupun valuta asing yang ditujukan untuk menghasilkan
127. Jika nasabah menjual aktiva kepada bank dan pendapatan antara lain dalam bentuk pembiayaan mudharabah,
menyewanya kembali, maka perlakuan akuntansi bank sebagai pembiayaan musyarakah, murabahah, salam paralel, dan istishna
pemilik obyek sewa diterapkan. paralel.
128. Jika bank menjual aktiva kepada nasabah dan 132. Pendapatan aktiva produktif yang non-performing diakui
menyewanya kembali, maka perlakuan akuntansi bank sebagai pada saat pendapatan tersebut diterima.
penyewa diterapkan sebagai berikut:
(a) keuntungan atau kerugian penjualan aktiva diakui bank pada 133. Pada saat aktiva produktif diklasifikasikan sebagai non-
saat terjadinya transaksi penjualan jika penyewaan kembali performing, pendapatan yang telah diakui tetapi belum diterima
dilakukan secara ijarah; dan harus dibatalkan.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
20. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Pengakuan dan Pengukuran Wadiah 138. Pengakuan bonus dalam transaksi wadiah adalah
sebagai berikut:
Karakteristik (a) pemberian bonus kepada nasabah diakui sebagai beban pada saat
terjadinya;
134. Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan (b) penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank syariah lain
dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan diakui sebagai pendapatan pada saat kas diterima; dan
menghendaki. Bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan. (c) penerimaan bonus dari penenmpatan dana syariah pada bank
sentral diakui sebagai pendapatan pada saat kas diterima; dan
135. Wadiah dibagi atas wadiah yad-dhamanah dan wadiah yad- (d) penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank non-syariah
amanah. Wadiah yad-dahamanah adalah titipan yang selama belum diakui sebagai pendapatan dana qardhul hasan pada saat kas
dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. diterima.
Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoeh keuntungan maka
seluruhnya menjadi hak penerima titipan. Sedangkan dalam prinsip Pengakuan dan Pengukuran Qardh
wadiah yad-amanah, penerima titipan tidak boleh memanfaatkan
barang titipan tersebut sampai diambil kembali oleh penitip. Karakteristik
136. Penerima titipan dalam transaksi wadiah dapat: 139. Pinjaman qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang
(a) meminta ujrah (imbalan) atas penitipan barang/uang tersebut; dan dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
(b) memberikan bonus kepada penitip dari hasil pemanfaatan kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan yang
barang/uang titipan (wadiah yad-dhamanah) namun tidak boleh mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu
diperjanjikan sebelumnya dan besarnya tergantung pada kebijakan tertentu. Pihak yang meminjamkan dapat menerima imbalan namun
penerima titipan. tidak diperkenankan untuk dipersyaratkan di dalam perjanjian.
140. Bank syariah disamping memberikan pinjaman qardh, juga
Pengakuan dan Pengukuran Dana Wadiah dapat menyalurkan pinjaman dalam bentuk qardhul hasan. Qardhul
hasan adalah pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan peminjam
137. Dana wadiah diakui sebesar jumlah dana yang dititipkan untuk menggunakan data tersebut selama jangka waktu tertentu dan
pada saat terjadinya transaksi. Penerimaan yang diperoleh atas mengembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir periode yang
pengelolaan dana titipan diakui sebgaai pendapatan bank dan bukan disepakati. Jika peminjam mengalami kerugian bukan karena
merupakan unsur keuntungan yang harus dibagikan. kelalaiannya maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah
pinjaman. Pelaporan qardhul hasan disajikan tersendiri dalam laporan
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
21. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
sumber dan penggunaan dana qardhul hasan karena dana tersebut Pendapatan Sharf
bukan aset bank yang bersangkutan.
145. Selisih antara kurs yang diperjanjikan dalam kontrak dan
141. Sumber dana qardhul hasan berasal dari eksternal dan kurs tunai (mark to market) pada tanggal penyerahan valuta diakui
internal. Sumber dana eksternal meliputi dana qardh yang diterima sebagai keuntungan/kerugian pada saat penyerahan/penerimaan
bank syariah dari pihak lain (misalnya dari sumbangan, infaq, dana.
shadaqah, dan sebagainya), dana yang disediakan oleh para pemilik
bank syariah dan hasil pendapatan non-halal. Sumber dana internal 146. Selisih penjabaran aktiva dan kewajiban valuta asing
meliputi hasil tagihan pinjaman qardhul hasan. dalam rupiah (revaluasi) diakui sebagai pendapatan atau beban.
Pengakuan dan Pengukuran Pinjaman Qardh Pengakuan dan Pengukuran Kegiatan Bank Syariah Berbasis
Imbalan
142. Pinjaman qardh diakui sebesar jumlah dana yang
dipinjamkan pada saat terjadinya. Kelebihan penerimaan dari Karakteristik
peminjam atas qardh yang dilunasi diakui sebagai pendapatan pada
saat terjadinya. 147. Kegiatan-kegiatan yang menghasilkan ujrah (imbalan),
antara lain, wakalah, hiwalah, dan kafalah.
143. Dalam hal bank bertindak sebagai peminjam qardh,
kelebihan pelunasan kepada pemberi pinjaman qardh diakui sebagai 148. Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari muwakil
beban. (pemberi kuasa/nasabah) kepada wakil (penerima kuasa/bank) untuk
melaksanakan suatu taukil (tugas) atas nama pemberi kuasa. Akad
Pengakuan dan Pengukuran Sharf wakalah tersebut dapat digunakan, antara lain, dalam pengiriman
transfer, penagihan hutang baik melalui kliring maupun inkaso, dan
Karakteristik realisasi L/C.
144. Sharf adalah akad jual beli suatu valuta dengan valuta 149. Kafalah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan
lainnya. Transaksi valuta asing pada bank syariah (di luar jual beli oleh kaafil (penjamin/bank) kepada makful (penerima jaminan) dan
banknotes) hanya dapat dilakukan untuk tujuan lindung nilai (hedging) penjamin bertanggung jawab atas pemenuhan kembali suatu kewajiban
dan tidak dibenarkan untuk tujuan spekulatif. yang menjadi hak penerima jaminan. Kafalah dapat digunakan untuk
pemberian jasa bank, antara lain, garansi bank, standby L/C, pembukaan
L/C impor, akseptasi, endosemen, dan aval.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
22. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
150. Hiwalah adalah pemindahan atau pengalihan hak dan 154. Penyajian aktiva pada neraca atau pengungkapan pada
kewajiban, baik dalam bentuk pengalihan piutang maupun hutang, dan catatan atas laporan keuangan atas aktiva yang dibiayai oleh bank
jasa pemindahan/pengalihan dana dari satu entitas kepada entitas lain. sendiri dan aktiva yang dibiayai oleh bank bersama pemilik dana
investasi tidak terikat, dilakukan secara terpisah. Dengan
Imbalan dari Kegiatan Bank Syariah Berbasis Imbalan memperhatikan ketetentuan dalam PSAK lainnya, penyajian dalam
neraca mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos aktiva berikut:
150. Pendapatan dan beban yang berkaitan dengan jangka Kas;
waktu diakui selama jangka waktu tersebut. Pendapatan dan beban Penempatan pada Bank Indonesia;
yang tidak berkaitan dengan jangka waktu diakui pada saat Giro pada bank lain,
terjadinya transaksi dalam periode yang bersangkutan. Penempatan pada bank lain;
Efek-efek;
Piutang:
PENYAJIAN piutang murabahah;
piutang salam;
152. Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri dari piutang istishna;
komponen-komponen berikut: piutang pendapatan ijarah;
(a) neraca; Pembiayaan mudharabah;
(b) laporan laba rugi; Pembiayaan musyarakah;
(c) laporan arus kas; Persediaan (aktiva yang dibeli untuk dijual kembali kepada klien);
(d) laporan perubahan ekuitas; Aktiva yang diperoleh untuk ijarah;
(e) laporan perubahan dana investasi terikat; Aktiva istishna dalam penyelesaian (setelah dikurangi termin
(f) laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infak, dan istishna);
shadaqah; Penyertaan;
(g) laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan; dan Investasi lain;
(h) catatan atas laporan keuangan. Aktiva tetap dan akumulasi penyusutan; dan
Aktiva lain.
Neraca
155. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK lainnya,
153. Unsur-unsur neraca meliputi aktiva, kewajiban, investasi penyajian pada neraca atau pengungkapan pada catatan atas laporan
tidak terikat, dan ekuitas. keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos kewajiban,
investasi tidak terikat, dan ekuitas berikut:
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
23. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Kewajiban 156. Aktiva dan kewajiban tidak boleh disalinghapuskan
Kewajiban segera; kecuali ketentuan syariah dan hukum memperkenankan terjadinya
Simpanan: saling hapus.
giro wadiah;
tabungan wadiah; 157. Pembiayaan mudharabah mutlaqah yang diterima bank
Simpanan bank lain: syariah disajikan dalam neraca pada unsur investasi tidak terikat di
giro wadiah; antara unsur kewajiban dan ekuitas.
tabungan wadiah;
Kewajiban lain: 158. Investasi tidak terikat adalah dana yang diterima oleh bank
hutang salam; dengan kriteria sebagai berikut:
hutang istishna; (a) bank mempunyai hak untuk menggunakan dan menginvestasikan
Kewajiban kepada bank lain; dana, termasuk hak untuk mencampur dana dimaksud dengan dana
Pembiayaan yang diterima; lainnya;
Keuntungan yang sudah diumumkan tetapi belum dibagikan; (b) keuntungan dibagikan sesuai dengan nisbah yang disepakati; dan
Hutang pajak; (c) bank tidak memiliki kewajiban secara mutlak untuk mengembalikan
Hutang lainnya; dan dana tersebut jika mengalami kerugian.
Pinjaman subordinasi.
159. Penyajian pos-pos yang terkait dengan transaksi istishna
Investasi Tidak Terikat adalah sebagai berikut:
Investasi tidak terikat dari bukan bank: (a) termin istishna yang sudah ditagih disajikan sebagai pos
tabungan mudharabah; penguran istishna dalam penyelesaian;
deposito mudharabah; (b) selisih lebih antara istishna dalam penyelesaian dan termin
Investasi tidak terikat dari bank: istishna yang sudah ditagih disajikan sebagai aktiva,
tabungan mudharabah; sedangkan selisih kurang antara istishna dalam penyelesaian
deposito mudharabah. dan termin istishna yang sudah ditagih disajikan sebagai
kewajiban;
Ekuitas (c) aktiva istishna dalam penyelesaian yang telah selesai dibuat
Modal disetor; disajikan sebagai persediaan sebesar harga jual istishna
Tambahan modal disetor; dan kepada pembeli akhir; dan
Saldo laba (rugi). (d) dalam istishna paralel, piutang istishna dan hutang istishna
tidak boleh saling hapus.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak