Dokumen tersebut membahas mengenai berbagai spesies satwa dan tumbuhan endemik Indonesia yang populasinya sangat sedikit atau terancam punah, seperti Badak Jawa, Kanguru Pohon Wondiwoi, Pesut Mahakam, serta berbagai cagar alam dan suaka margasatwa di seluruh Indonesia yang berfungsi untuk melindungi habitat alami mereka.
1. Badak Jawa
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus); Disebut juga sebagai Badak Bercula Satu,
Binatang endemik jawa yang hanya bisa dijumpai di Taman Nasional Ujung Kulon
(Banten) dengan populasi hanya 35 hingga 45 ekor saja (hasil sensus Badak 2011).
Lebih detail baca: Badak Jawa Mamalia Terlangka Di Dunia.
Ilustrasi Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri)
Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri) atau Wondiwoi Tree-kangaroo;
Salah satu jenis kanguru pohon asal Papua ini populasinya diperkirakan sekitar 50
ekor saja. Penjelasan detail baca: Kanguru Pohon Wondiwoi.
2. Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) atau Irrawaddy Dolphin; Merupakan mamalia
air tawar yang unik. Di Indonesia hidup di Sungai Mahakam dengan populasi sekitar
70 ekor. Selengkapnya baca: Pesut Mahakam Mamalia Terlangka Indonesia.
Macan Tutul Jawa atau Leopard
Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) atau Javan Leopard; Disebut juga Macan
Kumbang dengan jumlah populasinya diperkirakan di bawah 250 ekor (IUCN 2008).
Lebih detail baca: Macan Tutul Jawa.
3. Badak sumatera
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) atau Sumatran Rhinoceros; Merupakan
badak bercula dua yang populasinya diperkirakan tidak lebih dari 275 ekor. Lebih
detal baca: Badak Sumatera.
Leucocephalon yuwonoi (kura-kura hutan sulawesi)
Kura-kura Hutan Sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) atau Sulawesi Forest Turtle;
Kura-kura endemik sulawesi yang pernah terdaftar sebagai The World’s 25 Most
Endangered Tortoises and Freshwater Turtles—2011 dengan populasi kurang dari
250 ekor. Selengkapnya baca: Kura-kura Hutan Sulawesi nan Langka.
4. Elang Flores
Elang Flores (Nisaetus floris) atau Flores Hawk-Eagle; Burung elang endemik Flores
dengan populasi antara 150-300 ekor. Penjelasan detail baca: Elang Flores Raptor
Endemik.
Rusa Bawean
5. Rusa Bawean (Axis kuhlii) atau Bawean Deer; Rusa endemik pulau Bawean, Jawa
Timur. Populasinya antara 250–300 animals (Semiadi 2004). Selengkapnya baca:
Rusa Bawean.
Burung Tokhtor Sumatera
Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis) atau Sumatran Ground Cuckoo; Burung
endemik Sumatera dengan populasi sekitar 70-400 ekor. Penjelasan lengkap baca:
Tokhtor Sumatera.
Katak Merah
Katak Merah (Leptophryne cruentata) atau Bleeding Toad; Adalah katak endemik
yang hanya hidup di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dan TN Gede
Pangrango. Populasi tidak diketahui. Baca: Katak Merah
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) atau Bali Starling; Populasi antara 1.000 – 2.499
ekor (BirdLife, 2001).
Celepuk Siau (Otus siaoensis) Siau Scops-owl; Populasi kurang dari 50 ekor
(BirdLife, 2000).
Burung Kacamata Sangihe (Zosterops nehrkorni) atau Sangihe White-eye; Populasi
kurang dari 50 ekor (BirdLife, 2000).
6. Gagak Banggai (Corvus unicolor) atau Banggai Crow; Populasi antara 50 – 250 ekor
(Birdlife, 2011)
Tarsius Siau (Tarsius tumpara) atau Siau Island Tarsier; Populasi 1.300 ekor (2009).
Beruk Mentawai (Macaca pagensis) atau Pagai Island Macaque; Populasi 2.100-
3.700 ekor (2004).
Gajah Sumatera (Elephas maximus ssp. sumatranus) atau Sumatran Elephant;
Populasi antara 2.400 – 2.800 (2007).
Orangutan Sumatera (Pongo abelii) atau Sumatran Orangutan; Populasi 6.500 ekor
(2007).
Simakobu (Simias concolor) atau Pig-tailed Langur; Populasi 6.700 – 17.300 ekor
(IUCN, 2006)
Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) atau Yellow-crested Cockatoo;
Populasi sekitar 7.000 ekor.
Burung Trulek Jawa (Vanellus macropterus) atau Javan Lapwing; Populasi: NA
Kodok Sumatera (Duttaphrynus sumatranus) atau Sumatera Toad; Populasi: NA
Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni); Populasi: NA
Ekidna Moncong Panjang Barat (Zaglossus bruijnii) atau Western Long-beaked
Echidna; Populasi NA
Kuskus Beruang Talaud (Ailurops melanotis) atau Talaud Bear Cuscus; Populasi NA
Suaka Margasatwa
adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ekosistem asli dan ciri khas berupa
keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat
dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
a. Tujuan dibangun Cagar alam
melindungi dan melestarikan kelangsungan hidup satwa tertentu agar tidak punah.
b. Manfaat dan fungsi suaka margasatwa
untuk penelitian, ilmu pengetahuan,pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi.
c. Kriteria kawasan suaka margasatwa :
1) merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari jenis satwa yang perlu dilakukan
upaya konservasinya;
2) merupakan habitat dari suatu jenis satwa langka dan atau dikhawatirkan akan punah;
3) memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;
4) merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu; dan atau
5) mempunyai luasan yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.
d. Suaka margasatwa yang berada di Indonesia
Sumatera
Balai Raja; Bengkalis
Barumun; Tapanuli Tengah
Bukit Batu; Bengkalis
Nusa Tenggara
Ale Asisio; Timor Tengah Selatan
Harlu; Kupang
Kateri; Belu
7. Tasik Belat; Bengkalis
Bentayan; Banyuasin
Danau Pulau Besar–Bawah; Bengkalis
Tasik Besar–Metas; Indragiri Hilir
Dangku; Musi Banyuasin
Pusat Pelatihan Gajah; Bengkalis
Giam Siak Kecil; Bengkalis
Gumai Pasemah; Lahat
Isau-Isau Pasemah; Lahat
Karanggading-Langkat Timur Laut ;
Langkat
Kerumutan; Kampar, Indragiri Hulu
Tasik Tanjung Padang; Bengkalis
Pagai Selatan; Pesisir Selatan
(Kepulauan Mentawai)
Gunung Raya; Ogan Komering Ulu
Bukit Rimbang-Baling; Kampar
Tasik Serkap-Sarang Burung; Indragiri
Hilir, Pelalawan
Rawa Singkil; Aceh Selatan
Siranggas; Tapanuli Tengah
Padang Sugihan; Musi Banyuasin
Dolok Surungan; Tapanuli Utara
Jawa
Muara Angke; Jakarta Utara
Bawean; Surabaya
Cikepuh; Sukabumi
Paliyan; Gunung Kidul
Pulau Rambut; Jakarta Utara
Gunung Sawal; Ciamis
Sendangkerta; Tasikmalaya
Gunung Tunggangan; Sragen
Dataran Tinggi Yang; Jember
Kalimantan
Pulau Kaget; Barito Kuala
Lamandau; Kotawaringin Barat
Kuala Lupak-Nusa Gede Panjalu;
Barito Kuala
Pleihari-Tanah Laut; Tanah Laut
Pulau Semama; Berau
Tamboran Selatan; Dompu
Danau Tuadale; Kupang
Sulawesi
Tanjung AMOLENGO; Kendari
Bakiriang; Banggai
Tanjung BATIKOLO; Kendari
Buton Utara; Muna
Dolangan; Buol Toli-Toli
Karakelang Utara-Selatan; Sangihe
Talaud
Komara; Takalar
Lambusango; Buton
Lampoko-Mampie; Polewali Mandar
Lombuyan I/II; Banggai
Gunung Manembo-Nembo; Minahasa
Tanjung Matop-Pinjam; Buol Toli-toli
Nantu; Gorontalo, Nantu
Pati-Pati; Banggai
Peropa; Kendari
Santigi; Donggala
Maluku dan Papua
Angromeos; Paniai
Pulau Venu; Fakfak
Tanimbar; Maluku Tenggara
Pulau Baun; Maluku Tenggara
Pulau Dolok; Merauke
Foja; Jayapura
Jamursba Medi; Manokwari
Jaya Wijaya; Jayawijaya
Pulau Kassa; Maluku Tengah
Pulau Kobror; Maluku Tenggara
Komolon; Merauke
Pulau Manuk; Maluku Tengah
Tanjung Mubrani-Sidei-Wibain I/II;
Manokwari
Kepulauan Raja Ampat; Fakfak
Sabuda Tataruga; Fakfak
8. Cagar alam
atau suaka alam dapat diartikan sebagai kawasan suaka alam yang mempunyai kekhasan
tumbuhan dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindudngi dan
perkembangannya berlangsung secara alami.
Cagar alam bernilai khas untuk penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan,
pendidikan, dan kegiatan penunjang budidaya, serta untuk kepentingan umum. Contoh cagar
alam Nuansa Kambangan Barat di Jawa Tengah
Karakteristik penentuan suatu kawasan sebagai kawasan cagar alam antara lain sebagai
berikut.
1. Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan serta ekosistem.
2. Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit – unit penyusunnya.
3. Memiliki kondisi alam yang masih alami dan belum terganggu oleh manusia.
4. Memiliki ciri khas potensi sehingga dapat menjadi contoh ekosistem yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi.
5. Memiliki komunitas tumbuhan beserta ekosistem yang langka atau yang
keberadaannya hampir punah.
6. Memiliki luas yang cukup dan bentuk tertentu untuk mendukung pengelolaan yang
efektif dan menjamin keberlangsungan proses ekologis secara alami.
Sumatera Utara
1. Cagar Alam BATU GAJAH; Simalungun, Sumatera Utara, 0,80 ha, Keputusan
Menteri Pertanian RI Nomor: 923/Kpts/Um/12/82, 27 Desember 1982.
2. Cagar Alam BATU GINURIT; Labuhan Batu, Sumatera Utara, 0,50 ha, ZB No.
390/1934, 17 September 1934.
3. Cagar Alam LIANG BALIK; Labuhan Batu, Sumatera Utara, 0,31 ha, ZB No.
221/1936, 1 November 1936.
4. Cagar Alam LUBUK RAYA; Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, 3.050,00 ha,
Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor : 923/Kpts/Um/12/82, 27 Desember 1982.
5. Cagar Alam MARTELU PURBA; Langkat, Sumatera Utara, 195,00 ha, Keputusan
Menteri Kehutanan RI Nomor: 471/Kpts-II/93, 9 Februari 1993.
6. Cagar Alam DOLOK SAUT-SURUNGAN; Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 39,00
ha, Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 923/Kpts/Um/12/82, 27 Desember 1982.
Jawa Barat
1. CA ARCA DOMAS; Cianjur, 2,00 ha, GB Nomor 28, 16 April 1913.
2. CA TELAGA BODAS; Garut, 261,50 ha, Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor:
98/Kpts/ Um/2/78, 2 Februari 1978.
3. CA BOJONGLARANG JAYANTI; Cianjur, 750,00 ha, Keputusan Menteri Pertanian
RI Nomor: 516/Kpts/Um/10/73, 16 Oktober 1973.
9. 4. CA GUNUNG BURANGRANG; Bandung, 2.700,00 ha, Keputusan Menteri
Pertanian RI Nomor: 479/Kpts/Um/8/79, 2 Agustus 1979.
5. CA CADAS MALANG; Cianjur, 21,00 ha, GB No. 83/1919 Staatsblad 392, 11 Juli
1919.
6. CA CIBANTENG; Cianjur, 516,45 ha, GB No. 3/1925 Staatsblad 243, 28 Mei 1925.
7. CA CIGENTENG-CIPANJI; Bandung, 10,00 ha, GB No. 6/1919 Staatsblad 90, 21
Februari 1919.
8. CA DUNGUS IWUL; Sukabumi, 9,00 ha, GB No. 23/1931 Staatsblad 99, 2 Maret
1931.
9. CA NUSA GEDE PANJALU; Ciamis, 16,00 ha, GB No. 6/1919 Staatsblad 90, 21
Februari 1919.
Taman Nasional
adalah Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman nasional
meliputi:
1. memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang masih
utuh dan alami serta gejala alam yang unik;
2. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
3. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara
alami; dan
4. merupakan wilayah yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona pemanfaatan, zona
rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan keperluan.
Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:
1. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; misalnya : tempat penelitian, uji
coba, pengamatan fenomena alam, dll
2. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; misalnya : tempat
praktek lapang, perkemahan, out bond, ekowisata, dll
3. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas,
dan angin serta wisata alam; misalnya : pemanfaatan air untuk industri air kemasan,
obyek wisata alam, pembangkit listrik (mikrohidro/pikohidro), dll
4. pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar; misalnya : penangkaran rusa, buaya, anggrek,
obat-obatan, dll
5. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya; misalnya : kebun
benih, bibit, perbanyakan biji, dll.
6. pemanfaatan tradisional. Pemanfaatan tradisional dapat berupa kegiatan pemungutan
hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisional, serta perburuan tradisional terbatas
untuk jenis yang tidak dilindungi.
10. Pulau
Sumatera
Pulau Jawa
Bali dan Nusa
Tenggara
1. Gunung
Leuser *) **)
1. Ujung Kulon **) 1. Bali Barat
2. Siberut *)
2. Kepulauan
Seribu
2. Gunung
Rinjani
3. Kerinci
Seblat **)
3. Gunung
Halimun
3. Komodo *) **)
4. Bukit
Tigapuluh
4. Gunung Gede
Pangrango *)
4. Manupeu
Tanah Daru
5. Bukit
Duabelas
5. Karimunjawa
5. Laiwangi
Wanggameti
6. Berbak ***)
6. Bromo Tengger
Semeru
6. Kelimutu
7. Sembilang 7. Meru Betiri
8. Bukit
Barisan
8. Baluran
Selatan **)
9. Way Kambas 9. Alas Purwo
10. Batang
10. Gunung
Gadis
Merapi
11. Tesso Nilo
11. Gunung
Merbabu
12. Gunung
Ciremai
Pulau
Kalimantan
Pulau Sulawesi
Maluku dan
Papua
1. Gunung
Palung
1. Bunaken 1. Manusela
2. Danau
Sentarum ***)
2. Bogani Nani
Wartabone
2. Aketajawe –
Lolobata
3. Betung
Kerihun
3. Lore Lindu *)
3. Teluk
Cendrawasih
4. Bukit Baka-
Bukit Raya
4. Taka Bonerate 4. Lorentz **)
5. Tanjung
Puting *)
5. Rawa Aopa
Watumohai
5. Wasur
6. Kutai 6. Wakatobi
7. Kayan
Mentarang
7. Kepulauan
Togean
8. Sebangau
8. Bantimurung –
Bulusaraung