1. Ice Cream
Salwa Rizky A.
Le Monde Cafe. Selena sudah nggak asing lagi dengan nama kafe itu. selalu dilewatinya
kalau sedang hang out bareng teman sekolahnya. letaknya di kawasan pusat hiburan, berjajar
dengan kafe-kafe lain yang menjamur disekitarnya. nggak tahu kenapa Selena selalu tertarik
ingin masuk kesitu. tapi tak pernah kesampaian. ada saja alasan teman-temannya menolak
untuk masuk kesana. mahal lah, terlau sepi lah, bukan tempat anak muda lah. Hhhh...pengen
masuk sendiri tapi tengsin plus grogi. padahal satu yang dari dulu menarik perhatiannya
display es krimnya sungguh menggoda. sebagai penggemar es krim, nggak heran kalau
Selena ngiler. sementara ia hanya bisa puas meliriknya dari balik kaca etalase.
Kali ini mungkin saatnya Selena harus menuntaskan rasa penasarannya untuk mencicipi es
krim di kafe yang elegan itu. Hujan sudah reda, tapi rintik-rintik gerimis masih tersisa di
langit Bogor. Bodo amat apa kata orang biar cuaca sedang dingin tapi tekadnya sudah bulat.
“Selamat datang, silahkan dilihat menunya anda bi...” belum sempat waiters bertubuh
jangkung itu selesai menawarkan menu, Selena langsung menyambar.
“Saya pesan es krim yang paling enak disini...”
“Ehhh...semua?? Bagaimana kalau cheesy blueberry ice cream with hazelnut
topping dan choco nutty kiss ice cream? Patut dicoba!” waiters memberi pilihan.
“Ok...” jawab Selena pasrah.
“Just a minute, Miss...” ucapnya berlalu sambil melempar senyum hangat. Hey lumayan juga,
pikir Selena.
Suasana kafe itu ternyata lebih nyaman daripada apa yang tampak dari luar. Lampu- lampu
yang temaram cukup menciptakan suasana rileks. Musik yang diputar jenis jazz dan musik
pengiring dansa. Lembut menghanyutkan. Selena terpekur membayangkan seandainya Ferrel
yang sedang studi di Malaysia ada bersamanya. Ah tapi sudah tidak mungkin. It’s
over! Selena tidak akan pernah memaklumi long distance relationship. Pasti akan ada
penghianatan. Itu sudah harga mati!
“cheesy blueberry ice cream with hazelnut topping dan choco nutty kiss ice cream sudah
siap...” waiter datang membawa pesanan Selena.
“Terima kasih...” ucap Selena. waiters itu mengangguk dan berlalu.
Selena sudah tidak sabar menyendokkan es krim yang tampak padat dan nikmat itu ke
mulutnya. Saat sendokan pertama masuk ke mulutnya matanya beradu dengan sepasang mata
yang duduk berjarak dua meja darinya. Selena sedikit kaget, pasalnya dari tadi yang ia tahu
hanya ada enam pengunjung di kafe itu. Sepasang kekasih yang menempati kursi di sudut
kanan. Juga tiga orang lelaki muda yang tampaknya sedang melepas penat sepulang bekerja.
2. Sisanya hanya Selena seorang. Bagaimana ia bisa tidak menyadari kehadiran cowok yang
duduk di seberangnya? Selena merutuki dirinya sendiri karena kebiasaan melamunnya akhir-
akhir ini makin parah saja. Sekilas cowok itu menyunggingkan senyum. Dada Selena berdesir.
“Memangnya lo sanggup menghabiskan es krim ini sendirian?” cowok itu tiba-tiba
mendatangi meja Selena dan duduk di kursi di sampingnya. Lancang, pikir Selena.
“Ya tentu aja” jawab Selena datar.
“Haha...”cowok itu tertawa lirih. Seolah tertawa untuk dirinya sendiri.
“Kenapa?? lo ngetawain gue? Ada yang salah?” sungut Selena.
“Nggak ada yang salah wahai nona yang sedang patah hati haha”
“Dasar sok tau lo mabok ya?” Selena membanting sendoknya dengan kesal.
“Jangan marah gue cuma nebak. Tapi sepertinya benar ya?”
“Peduli apa lo? Itu kan bukan urusan lo!”
“Ya itu jadi urusan gue ketika ada cewek duduk sendirian menikmati es krim di udara dingin
seperti ini. Cerita aja, jangan lama bersedih-sedih” cowok itu menatap kedua mata Selena.
Selena menangkap sorot mata yang dingin namun entah kenapa ia seperti terhipnotis untuk
terus mendengarkan kata-kata cowok itu.
“Gue cuma pengen mencicipi es krim disini, udah lama banget gue pengen kesini, tapi nggak
ada satupun yang mau nemenin, ini nggak ada hubungannya dengan patah hati!” jawab
Selena tajam.
“Well, es krim disini memang istimewa, dibuat dari susu sapi berkualitas, kabarnya coklat
dan buah- buahannya masih diimpor dari Eropa” jelas cowok itu.
“Lo tahu banyak, pelanggan lama ya?”
“Ya, dulu gue sering bawa pacar kesini. dia suka banget pesan yang lo pesan itu”
“Dimana dia sekarang? Kenapa gak lo ajak dia?” tanya Selena.
“Ah udah nggak mungkin lagi, nggak mungkin” Cowok itu tersenyum pahit.
“Aku ngerti kok...” Mungkin mereka sudah putus, pikir Selena.
“Kenapa lo suka es krim?” tanya cowok itu.
“Menurut gue es krim udah menjadi bagian dari diri gue. sedih ataupun senang saat
menikmati es krim semuanya jadi terasa lebih baik” jawab Selena dengan senyum
mengembang.
3. “Es krim juga bisa menyampaikan perasaan kita ke orang yang kita sayangi. didalamnya ada
rasa manis seperti butiran cinta, ada dingin seperti kerinduan saat tak bersamanya dan juga
kelembutan seperti perasaan kita saat ada di sisinya” cowok itu menambahi dengan
nada serius.
“Wow, ternyata lo punya pandangan yang unik tentang es krim. trus apa perasaan lo pas es
krim lo meleleh, sebelum lo sempat menikmatinya?” tanya Selena hati-hati agar maksud
pertanyaannya tak diketahui cowok itu.
“Nikmati aja es krim lo, padat ataupun telah leleh mencair. bukannya hidup juga seperti itu?
Tak selalu sesempurna yang kita bayangkan...” Kata-kata cowok itu seperti menghujam dada
Selena. Ia rasa cowok itu tahu bahwa pertanyaan itu merujuk ke masalahnya dengan Ferrel.
Selena merasa malu.
“Lo cuma perlu sedikit perjuangan sementara biar tetap padat, sebelum lo bisa menikmatinya
dengan gembira. gue harus pergi sekarang.” Cowok itu berdiri dan bergegas ke pintu keluar.
Ia menoleh ke belakang sejenak sebelum menghilang di balik pintu.
Selena jadi teringat Ferrel. Kata-kata cowok itu ada benarnya juga. Hubungannya dengan
Ferrel harus diperbaiki segera. Masih ada kesempatan dan harapan. Selena segera ingin
pulang dan menelepon Ferrel. Segera ia memanggil pelayan untuk meminta bill.
“Apa mbak baik-baik aja? apa perlu saya hubungi keluarga atau teman mbak?” kata pelayan
dengan nada khawatir setelah Selena selesai membayar bill nya.
“Memang kenapa?” tanya Selena heran.
“Sebelum pulang tadi, pengunjung yang duduk di pojok kanan bilang ke saya kalau mbak
bicara panjang lebar sendirian bahkan tertawa-tawa. lalu saya perhatikan dari jauh memang
benar. mungkin mbak sedang lelah. jadi saya bisa menghubungi keluarga mbak untuk
menjemput kesini?” jawab si pelayan. Selena bengong.
“Saya tadi kan bicara dengan seorang cowok. apa mas nggak lihat tadi? katanya dia sering
kesini kok” bela Selena dengan terbata-bata.
Pelayan itu semakin bingung. lalu seorang koki tua yang sedari tadi memperhatikan
percakapan Selena dengan pelayan itu keluar dari meja counter. Menunduk, ia menghampiri
meja Selena.
“Jangan takut...namanya Ryan, dua tahun lalu meninggal tertabrak mobil di seberang jalan itu,
saat setelah menikmati es krim disini dengan pacarnya...” ujar si koki tua.
Darah Selena membeku. Tiba-tiba pandangannya gelap seketika.