Mengenal sejarah dan isi dari kode etik pecinta alam.docx
1. Mengenal Sejarah dan Isi dari Kode Etik
Pecinta Alam
Sumber: Eiger Adventure
Sebagai pecinta alam, kita mungkin masih bertanya-tanya soal Kode Etik Pecinta Alam.
Bagaimana sejarah dan isinya, hingga apa tujuan dibuatnya kode etik tersebut. Melansir laman
wartapalaindonesia, Johny Wiro sebagai salah satu pelaku sejarah yang hadir pada Gladian
Wanadri tahun 1970 di Bandung memaparkan bahwa tujuan dari dibentuknya Kode Etik Pecinta
alam adalah sebagai panduan etika dan nilai-nilai bagi organisasi maupun masyarakat pecinta
alam saat bergiat di alam bebas, agar terbentuk karakter yang baik bagi setiap individu.
Ingin tahu lebih banyak seputar Kode Etik Pecinta Alam? Mari simak ulasan di bawah ini yang
telah berhasil dirangkum dari berbagai sumber.
2. Sejarah Kode Etik Pecinta Alam
Sumber: Eiger Adventure
Kode Etik Pecinta Alam Indonesia pertama kali dicetuskan pada bulan Januari tahun 1974,
melalui sebuah kegiatan yang bernama Gladian Nasional Pecinta Alam IV. Kegiatan tersebut
dilaksanakan di Pulau Kahyangan dan Tana Toraja, oleh Badan Kerjasama Club Antarmaja
pecinta Alam se-Ujung Pandang dan diikuti sebanyak 44 perhimpunan pecinta alam
se-Indonesia. Gladian Nasional Pecinta Alam merupakan suatu pertemuan akbar yang diikuti
oleh para pecinta alam se-Indonesia. Gladian Nasional Pencinta Alam bertujuan sebagai ajang
bertukar pikiran, pengetahuan, pendapat, dan kemampuan dalam bidang kepencintaalaman
dan kegiatan alam bebas. Selain itu, Gladian Nasional Pecinta Alam juga berperan sebagai
media silaturahmi antar perkumpulan pecinta alam se-Indonesia.
Dari Gladian Nasional Pecinta Alam IV tersebut, maka diciptakan Kode Etik Pecinta Alam
Indonesia yang masih dijadikan patokan hingga saat ini. Isi dari Kode Etik Pecinta alam adalah:
"Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa. Pecinta Alam Indonesia adalah bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung
jawab kepada Tuhan, bangsa, dan tanah air. Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam
adalah sebagian dari makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah yang Mahakuasa.
3. Sesuai dengan hakikat di atas, kami dengan kesadaran menyatakan:
● Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
● Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan
kebutuhannya.
● Mengabdi kepada bangsa dan tanah air.
● Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai
manusia dan kerabatnya.
● Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas
pecinta alam.
● Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap
Tuhan, bangsa dan tanah air.
● Selesai". (Disahkan bersama dalam GLADIAN IV – 1974 Di Ujung Pandang)
Perkumpulan Pendaki Gunung di Indonesia
Melansir laman wartapalaindonesia, setelah Indonesia merdeka, lahir perkumpulan pendaki
gunung dan pecinta alam di Indonesia. Sejauh ini data yang berhasil dikumpulkan adalah
sebagai berikut:
● 18 Oktober 1953, Yogyakarta – PPA (Perkoempoelan Pentjinta Alam)
● 17 Agustus 1955, Malang – IPKA (Ikatan Pecinta Keindahan Alam Indrakila)
● 16 Mei 1964, Bandung – WANADRI
● 12 Desember 1964, Jakarta – MAPALA UI (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas
Indonesia)
● 9 Agustus 1965, Yogyakarta MERMOUNC (Merbabu Mountaineer Club)
● 15 Mei 1967, Gresik – SWELAGIRI
● 28 Mei 1967, Bandung – EXTEMASZ
● 24 November 1967, Malang – Top Mountain Stranger7 (TMS 7)
● 29 November 1967, Jakarta – ARANYACALA TRISAKTI
● 18 Oktober 1968, Makassar- LIBRA DOUBLE CROSS (LDC)
● 14 Maret 1969, Bandung – CROSSER
● 1 November 1969, Malang-Young Pioneers Mountain Climber (YEPE)
● 16 November 1969, Bandung- JANABUANA IMT.
Baca juga: Mengenal Alat-alat Navigasi Darat dan Cara Tepat Menggunakannya
4. Etika Lingkungan Hidup Universal
Sumber: Eiger Adventure
Dalam kegiatan alam bebas, kita juga mengenal 3 Etika Lingkungan, di mana kode etik ini
dinamakan Etika Lingkungan Hidup Universal, yang isinya sebagai berikut :
● Take nothing but picture, yang artinya dilarang mengambil apapun kecuali foto.
● Leave nothing but footprint, yang artinya dilarang meninggalkan apapun kecuali jejak.
● Kill nothing but time, yang artinya dilarang membunuh apapun kecuali waktu.
Berkaca pada perjuangan para pendahulu atas sejarah kelahiran Kode Etik Pecinta Alam,
generasi Pecinta Alam Indonesia seharusnya dapat mengenal, memahami, menjalankan, dan
juga mengimplementasikan nilai-nilai Kode Etik Pecinta Alam se-Indonesia tahun 1974 seperti
yang telah disebutkan di atas.
Baca juga: Harus Lengkap! Siapkan Isi Kotak P3K Saat Mendaki Gunung
Bagaimana, bahasan di atas tentang Kode Etik Pecinta Alam cukup menambah pengetahuan
Eigerian, bukan? Jadi, sekarang kita seharusnya lebih paham bahwa pecinta alam juga memiliki
kode etik. Sebagai pendaki yang notabene-nya pecinta alam, kita harus mengerti tentang kode
etik ini. Dengan begitu, kita bisa menjadi pecinta alam yang sesungguhnya dan bukan hanya
5. pendaki alam yang egois, seperti mengukir jejak di pohon, batuan, atau fasilitas pos pendakian
dengan tinta spidol, dipahat ataupun dengan alat lainnya (vandalisme).
Untuk menunjang berbagai kegiatan alam, jangan lupa siapkan segala perlengkapan
mountaineering dari Eiger. Kualitasnya tak perlu diragukan lagi. Cek koleksi terbaru Eiger, di
sini!