1. Makhluk Penghuni Bumi Yang Diciptakan Sebelum Adam
Ibnu Abbas mengatakan, “Setelah Allah menyempurnakan penciptaan langit dan bumi dengan segala sifatnya,
gunung-gunung telah ditancapkan, angin telah dilepaskan, di bumi telah ada binatang-binatang liar dan
bermacam-macam burung, maka buah-buahan mengering dan berjatuhan ke bumi dan di bumi tumbuh
rerumputan yang satu sama lain saling tumpang tindih. Pada saat itu, bumi mengadukan persoalan tersebut
kepada Tuhannya. Atas pengaduan itu, Allah menciptakan umat yang beraneka ragam dan berlainan jenis,
yang diberi nama Jin.
Mereka memiliki jiwa dan aktivitas. Lalu mereka bertebaran seperti debu halus karena jumlah mereka yang
sangat banyak. Tanah datar, pegunungan, dan berbagai pelosok dunia telah dipenuhi oleh mereka. Mereka
menempati permukaan bumi dalam jangka waktu yang dikehendaki oleh Allah. Di antara mereka ada yang
putih, hitam, merah, kuning, bercak-bercak, totol-totol, tuli, buta, menawan, jelek, kuat, lemah, perempuan,
dan laki-laki. Satu sama lain kawin dan melahirkan keturunan. Mereka disebut Jin karena mereka samar, tidak
kelihatan.
Setelah mereka menyesaki bumi dan dunia kian menyempit karena mereka terus bertambah, bertambah pula
bencana karena mereka, maka Allah mengirimkan angin topan kepada mereka. Angin tersebut membinasakan
mereka. Hanya sedikit dari mereka yang tersisa. Mereka adalah yang pertama kali membuat rumah,
membelah batu, memburu burung dan binatang liar.
Semua itu terus-menerus mereka lakukan dalam waktu yang lama. Kemudian satu sama lain diantara mereka
saling berlaku aniaya, akibatnya mereka saling berperang. Akan tetapi, perangnya bukan menggunakan
senjata. Sebagian diantara mereka melenyapkan sebagian yang lain dengan memblokade rumah-rumah
sehingga mereka yang terkepung binasa karena lapar dan haus.
Setelah tindakan perusakan yang dilakukan mereka kian memuncak, maka Allah mengirimkan umat yang
berasal dari laut kepada mereka yang jasad-jasadnya lebih besar daripada mereka dan bentuknya lebih
menakjubkan, yang disebut dengan Bin. Umat tersebut menyerbu mereka sehingga kaum Jin binasa, tidak
satupun yang tersisa.
Jin tinggal di bumi kurang lebih 500 tahun. Setelah itu, bumi dikuasai oleh Bin. Mereka menikah satu sama
lain, melahirkan keturunan dan berkembang biak semakin banyak sehingga bumi kian penuh. Sebagian
diantara mereka suka membenam ke bumi lapis ketujuh (menyusul : Penduduk Bumi Lapis Tujuh) dan
menetap di sana untuk beberapa hari. Bagi mereka tidak ada tempat yang terhalang. Mereka adalah yang
pertama kali menggali sumur, membuat sungai, dan mengalirkan air dari sumber-sumbernya dan dari laut.
Mereka adalah yang pertama kali membuat mesin/roda, membangun jembatan di atas air, menangkapi ikan di
lautan, dan memburu binatang-binatang liar di wilayah yang tidak berpenduduk.
2. Oleh karena itu, semua binatang, baik di daratan maupun di lautan, mengadukan urusan tersebut kepada
Allah dan kerusakan yang disebabkan oleh mereka kian bertambah. Maka, Allah menciptakan Jan.
Ibnu Abbas mengatakan, “Allah menciptakan Jan dari nyala api.” Beliau juga mengatakan bahwa Jan adalah
golongan Jin laki-laki. Mereka memiliki jenis yang beraneka ragam. Diantara mereka ada yang disebut dengan
Nahabir, ada juga yang disebut Nahamir. Umat ini layaknya seperti manusia, suka makan, minum, dan
berketurunan. Di antara mereka ada yang mu’min dan ada juga yang kafir. Dan nenek moyang mereka adalah
Iblis yang dikutuk oleh Allah.
Diriwayatkan bahwa Allah menjadikan malaikat sebagai penghuni langit dan menjadikan Jan sebagai penghuni
bumi. Setelah binatang liar dan burung mengadukan perbuatan Jin dan Bin, Allah menciptakan Jan,
sebagaimana telah diceritakan. Setelah Allah menciptakan Jan, maka Dia menempatkan mereka di bumi.
Setelah tinggal di bumi, mereka berperang dengan Bin. Jan terlalu kuat bagi Bin hingga mereka mampu
menghancurkan Bin sampai tidak ada satupun yang tersisa. Tinggallah Jan di bumi. Mereka menikah satu sama
lain dan melahirkan keturunan sampai bumi ini penuh.
Selanjutnya, diantara mereka timbul kedengkian dan aniaya. Diantara mereka banyak terjadi pertumpahan
darah. Sebagian dari mereka mengganggu sebagian lainnya. Atas kejadian ini, bumi mengadu kepada
Tuhannya. Maka ketika itu, kepada mereka Allah mengutus bala tentara malaikat. Dalam rombongan tersebut
ada Iblis yang dahulunya bernama ‘Azazil. Dahulunya dia merupakan ketua malaikat. Dia bersama
rombongannya mengusir Jan dari bumi. Akibatnya mereka mengungsi ke gunung-gunung dan tinggal di sana
dan Iblis merampas bumi dari mereka.
Pada awalnya, si Iblis ini menyembah kepada Allah, baik di bumi maupun di langit. Akan tetapi, kemudian dia
ujub dengan dirinya dan dia terasuki ketakaburan (merasa besar).
Dalam keadaan demikian, Allah melihat apa yang ada di dalam hatinya, maka Allah berfirman :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 30)
Kalimat “man yufsidu fiiha” pada penggalan kalimat di atas lebih tepat jika bukan diartikan sebagai “orang”
tetapi akan lebih tepat jika dimaknai sebagai “makhluk”.
Sehingga dari penggalan kisah yang diceritakan Ibnu Abbas tadi, terungkap sudah pernyataan para malaikat,
“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu (makhluk) yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah…”, maksudnya seperti makhluk-makhluk yang diceritakan terdahulu, yaitu
Jin dan Bin. Sebab, mereka telah melakukan kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah.
Lalu siapakah sosok “manusia purba” yang fosil fosilnya ditemukan dan diketahui berumur ratusan juta tahun
lalu?