SlideShare a Scribd company logo
1 of 79
Download to read offline
1 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
OZONE
Karya ARIFIN C. NOER
BABAK SATU
Semuanya, segala sesuatunya berwarna hijau. Semuanya, segala sesuatunya diam. Beberapa
saat tak ada gerak tak ada suara. Baru kemudian secara lembut, seperti merayap menembus,
menyayup musik atau bunyi-bunyian yang fantastis sekali. Suatu jenis musik yang berlum
pernah ada; bahkan tidak akan pernah ada di bumi. Dan ketika musik dan bunyi-bunyian ini
melenyap.
Semuanya, segala sesuatunya menjelma warna lain. Dan ketika semuanya, segala sesuatunya
kembali berwarna hijau.
BOROK
Sampai di mana kita?
(Waska yang purba itu kelihatan sedang menahan amarah purbanya. Wujudnya sudah
seperti Mummi, penuh keriput. Juga Borok dan Ranggon)g
BOROK
Modar! Sampai di mana kita?
(Ranggong sedang kena pesona. Ia berdiri depan jendela pesawat, memandang keluar. Alam
semesta, alam raya, begitu rapi kesatuannya)
BOROK
Otakku tidak perbah bisa bekerja. Modar! Sampai di mana kita? Ranggong!
RANGGONG (Mengeja, khidmat)
A….B….C….De….A…B….
BOROK
Tidak ada petunjuk sama sekali. Tidak ada dalam peta . modar! Bahkan kita tidak pernah
memimpikannya apalagi memperkirakannya. Tidak dalam astronomi. Tidak dalam mimpi.
RANGGONG
Satu…. Dua…. Tiga…. Satu…. Dua….
(Waska mengejang-ejang dalam menahan amarahnya)
BOROK
Hari apa ini? Jam berapa ini? Modar! Kita tidak lagi punya siang. Kita tidak lagi punya
malam. Saya tidak tahan. Lebih baik kita kembali ke bumi. Saya tidak bisa punya kepastian.
Ketika Borok akan memprogram pesawat itu untuk kembali ke bumi, segera Ranggong
menghalanginya
2 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Kita tidak akan pernah kembali. Kita tidak akan pernah menghentikan perjalanan ini
BOROK
Kita istirahat sebentar. Saya tidak tahan. Jumlah pertanyaan tidak akan tertampung oleh otak
yang macet ini.
RANGGONG
Borok. Kita tidak akan pernah berpisah, bukan? Kita sudah saling sumpah.
BOROK
Petualangan Waska kali ini sangat menyiksa. Otak saya dipaksa bekerja. Saya tidak suka.
Saya tidak suka. Saya hanya ingin mati.
RANGGONG
Saya juga. Waska juga. Kita bertiga ingin mati.
BOROK
Tapi kita tidak pernah mati juga.
RANGGONG
Kita sedang menuju ke sana. Ke mimpi kita. Ke mati.
BOROK
Indah sekali
RANGGONG
Ya, indah sekali. Sebab itu kita tidak akan pernah kembali.
BOROK
Tapi perjalanan ini menyiksa saya.
RANGGONG
Perjalanan ini penuh pesona. Menentramkan. Cobalah kamu perhatikan alam di sekitar kita.
Indah sekali, bintang-bintang berenang bersama planet-planet. Dan kamu tahu apa yang
terjadi barusan saja? Saya merasa seperti sedang dilahirkan kembali dan memulai lagi hidup
ini. Bukan main. Lihat. Seorang bayi yang mulus.
BOROK
Modar! Betul-betul seorang bayi!
RANGGONG
Bayi itu indah sekali
BOROK
Ia melayang-layang diantara bintang-bintang dan planet-planet. Modar! Bayi siapa dia?
RANGGONG
Itu kamu Borok! Kamu.
3 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
BOROK
Saya?
RANGGONG
Iya kamu.
BOROK
Kamu sendiri mana?
RANGGONG
Sebentar lagi saya akan kelihatan tidak jauh dari bintang itu.
BOROK
Itu dia.
RANGGONG
Ya. Ya.
BOROK
Tapi itu seekor kuda putih. Modar! Bayi itu menunggang kuda!
RANGGONG
Itu saya.
BOROK
Modar! Sombong sekali kamu.
RANGGONG
Sekarang perhatikan lagi. Mahluk itu sedang mendekati bayi kamu.
BOROK
Modar! Apa itu? Dinosaurus! Modar! Bayi itu menaiki punggung binatang itu. ketawa-
ketawa dia. Modar! Ia melambai-lambaikan tangannya yang kecil kepada kita.
RANGGONG
Balaslah lambaiannya
(Borok kemudian melambai-lambaikan tangannya. Juga Ranggong.)
RANGGONG
Bagaimana sekarang?
BOROK
Semangat saya kembali berkibar-kibar. Nafsu saya kembali berkobar-kobar. Saya suka
petualangan ini.
RANGGONG
Iniah petualangan sejarah Waska!
BOROK
4 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
Kita akan sampai ke ujungnya?
RANGGONG
Kita akan sampai ke ujung sejarah!
BOROK
Dan kita akan mati.
RANGGONG
Kita akan mati.
(Waska tiba-tiba meraung dahsyat sekali.)
WASKA
Gustav!
GUSTAV
Saya di sini, Waska!
WASKA
Debleng!
DEBLENG
Saya di sini Waska!
WASKA
Engkos!
ENGKOS
Saya di sini, Waska!
WASKA
Japar!
JAPAR
Saya di sini, Waska!
WASKA
Borok!
BOROK
Saya di sini, Waska!
WASKA
Ranggong!
RANGGONG
Saya di sini, Waska!
5 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
(Waska meraung dahsyat. Ranggong meraung dahsyat. Borok meraung dahsyat. Semua
meraung dahsyat, sangat dahsyat.Waska kecapekan , Ranggong Kecapekan, Borok melohok,
menyaksikan kawan-kawannya yang lama sedang berjoget tanpa suara)
BOROK
Ramai sekali mereka
RANGGONG
Karena mereka sudah mati!
BOROK
Oh, bahagianya mereka, bahagianya.
(Kawan-kawannya semakin asyik berjoget. Sesekali terdengar suara dan bunyinya kalau
kebetulan angin least. Sesekal)
BOROK
Mereka sudah mati
RANGGONG
Labih satu abad yang lalu, Borok.
BOROK
Labih satu abad yang lalu, ranggong. Seharusnya kita juga begitu satu abad yang lalu.
RANGGONG
Eh, lihat. Lihat tuh, siapa tuh?
BOROK
Makdikipe, si juru kunci kuburan yang mati kita granat dulu. Teller betul dia. Apa di alam
kubur juga ada ganja?
RANGGONG
Anaknya juga tuh ikut-ikut negibing. Kayaknya bidaranya cantik benar.
BOROK
Emang mereka sama bidadari?
RANGGONG
Sama siapa lagi? Emang sama setan? Di alam sono nggak ada setan. Hanya di bumi yang
banyak setan.
BOROK
Lho, kalau gitu kawan-kawan kita yang cewek ngibing sama siapa?
RANGGONG
Sama bidadari lelaki tentu. Asyik benar mereka.
BOROK
Aduh. Aduh.
6 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Kenapa? Siapa?
BOROK
Kasihan betul Bigayah, germo tua itu. ia hanya menangis saja.
RANGGONG
Kasihan. Cintanya tidak luntur sampai dikubur. Tapi mau apa lagi? Waska belum mati. Kita
belum mati. Tuh lihat wajah waska. Wajah manusia kalau karbitan. Kayak Zombie.
BOROK
Kayak mummi
RANGGONG
Kita ini manusia-manusia macet. Karena sombong. Karena Waska sombong. Karena dia tak
mau mati. Karena kita telah merampas oksigen jatuh mahluk lain di zaman lain.
BOROK
Tapi kita sudah cukup menyesal, bukan?
RANGGONG
Dosa Waska dan kita boleh jadi terlalu banyak. Dosa kita menyangkut sistem. Karena itu
boleh jadi alam masih menghukum kita.
BOROK
Hukuman apa yang paling hebat di dunia selain hukuman mati? Saya rela dipancung. Saya
sudi ditembak berkali-kali. Saya mau dicincang-cincang lalu dicampur dengan adonan semen.
Saya mau mati.
RANGGONG
Justru sebaliknya. Hukuman yang paling berat ternyata adalah menanggung kehidupan dan
hidup lebih dari kemampuan kita. Hukuman hidup!
BOROK
Kita dihukum hidup! Celakalah kita. Sudah terlalu tua kita. Di otak kita berapa milyar disket,
berapa milyar microfilm, berapa milyar arsip dan kenangan? Kita ingin istirahat, kan
Ranggong!?
RANGGONG
Kita ingin istirahat tapi kita sedang menjalani hukuman hidup paksa. Oh, jangan teruskan
kesedihan Borok.
(Waska yang sejak tadi membatu kemudian bernafas dan perlahan, patah-patah seperti
reptilia raksasa, seperti sebuah bukit terjal, bergerak.)
WASKA
Cuah! Cuah! Suara apa ini? Bisingnya bukan main.
7 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
(Ranggong memberi isyarat agar Borok tenang dan kemudian Borok mencoba bersikap
tenang. Masing-masing pada panel dan layar monitor)
RANGGONG
Tidak ada apa-apa Waska.
WASKA
Cuah! Bohong! Ini pasti suara tangis. Mengaku, Borok, kamu menangis!
BOROK
Tidak Waska. Saya tidak pernah menangis
WASKA
Itu dulu. Sekarang saya dengar kamu sedang menangis. Jelas sekali ini suara tangismu.
Memalukan. Memalukan.
BOROK
Maafkan saya, Waska.
WASKA
Tidak usah minta maaf. Saya juga sedang menangis kok. Saya capek.
RANGGONG
Kita semua capek.
WASKA
Ya, Ranggong, ya. Karena itu kita menuju matahari, membakar diri, melenyap diri. Betapa
indah menjadi tiada.
RANGGONG
Betapa indah kembali serta bersama alam raya.
BOROK
Tapi, saya kira untuk mati tidak perlu kita terlalu sombong dan ambisius. Kenapa kita harus
ke matahari? Terlalu jauh. Lagian siapa tahu kita hanya terbakar saja selama hidup dan tidak
mati-mati. Lebih celaka lagi kita nantinya.
RANGGONG
Kita tetap harus kreatif, juga dalam memilih cara mati.
WASKA
Ya, kita harus menciptakan sejarah
BOROK
Eh, tiba-tiba saya mendengar suaranya? Bukan, bukan suaranya. Nyanyiannya. Ya,
nyanyiannya.
(Ranggong mencoba ikut dengar)
8 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WASKA
Suara siapa? Nyanyian siapa?
BOROK
Lirih sekali
RANGGONG
Menyayat sekali
WASKA
Sialan! Suara siapa? Nyanyian siapa?
BOROK
Kekasihmu, Waska. Bi Gayah.
WASKA
Mana dia? Mana?
RANGGONG
Bersama orkes. Lihatlah. Dia menyanyi sementara kawan-kawan berjoget
WASKA
Ramai sekali mereka
RANGGONG
Karena mereka sudah mati
WASKA
Sepi sekali kita
BOROK
Karena kita masih hidup
(kembali dominan bunyi lembut mesin pesawat. Dan semua terpaku membatu. Dalam warna
hijau mereka kembali. Tiba-tiba Waska melakukan perubahan program dan haluan pesawat)
RANGGONG
Kita kembali ke bumi, Waska?
WASKA
Kita tidak akan pernah kembali. Kita akan terus melayang-layang hampa di kehampaan
angkasa sampai kita tiada.
BOROK
Tapi kamu mengubah haluan
WASKA
Ya, kita tidak perlu pergi ke Matahari.
9 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
BOROK
Lalu di mana kita akan mencari mati?
WASKA
Di bulan
BOROK
Ah, kembali romantis kita.
RANGGONG
Tapi itu klise. Klise. Tidak orisinil. Kita harus kreatif.
WASKA
Ternyata cinta juga klise. Dan diam-diam. Saya mencintai mantan pelacur tua itu. ya, Gayah.
I Love You.
BI GAYAH (dari jauh)
I Love You too, Waska. For ever, Wherever, Whenever.
WASKA
Jemput dan tunggulah aku di bulan.
BI GAYAH
Cintaku dan rinduku memenuhi angkasa. Di planet mana saja kau akan kutunggu.
WASKA
Ciumanku tak pernah lepas, Gayah.
BI GAYAH
Pelukanku akan membeku dan menjadikan kita satu.
(Waska melambaikan tangan, Bi gayah melambaikan tangan)
BOROK
Kayak adegan film remaja
RANGGONG
Lebih dari lakon Romeo dan Juliet
BOROK
Yang lelaki, Bandit dan Bandot Tua
RANGGONG
Yang perempuan Pelacur dan Germo Tua
WASKA
Bulan dalam jangkauan
BOROK
Ya, bulan dalam jangkauan
10 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Jadi, di sana kita akan mati?
WASKA
Ya, di sana
BOROK
Bulan.
WASKA
Bulan. Di sana babak sandiwara ini akan berakhir
RANGGONG
Sedikit usul. Begitu pesawat kita mendarat kita jangan langsung mati dulu. Kita pesta dulu.
BOROK
Wah, asyik betul mati. Tidak sabar saya
WASKA
Begitu usai pesta nanti, terlebih dulu saya akan memanggil nama itu dan kita.
RANGGONG
Bersama
BOROK
Menanggalkan
WASKA
Helm kita
RANGGONG
Kita hisap
BOROK
Dalam-dalam
WASKA
Kematian
Kembali sunyi lembut pesawat menguasai. Kembali mereka dibalut cahaya kehijauan.
WASKA
Ke bulan
NYANYIAN
Awan akan menjadi kawan
Sepanjang perjalanan
Kalian tidak akan kesepian
Terbanglah o ruh
11 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
Terbanglah o ruh
Tuhan di seberang
Menanti kalian
Terbanglah o ruh
Terbanglah o ruh
Sementara dari langit, turun beberapa orang Nabi. Dan mereka melayang bergelantungan
pada tali-tali yang ghaib.
Di bumi, suatu padang savanna Sandek dan Oni sedang menangkap capung atau kupu-kupu
alit.
SANDEK
Bunga rumput dan alang-alang
ONI
Lebih dari sekedar keindahan. Sandek.
SANDEK
Oni. Tak pernah cukup rasanya kata-kata dan ungkapan yang ada untuk membungkus cinta
yang menggelora. Bunga rumput dan alang-alang kuharap dapat menyembunyikan sebagian
cinta itu.
ONI
Bunga rumput dan alang-alang. Lebih dari sekedar keindahan. Kau persembahkan kehidupan.
Harapan. Dan apa lagi yang sedang kau tangkap?
SANDEK
Capung, Kupu-kupu. Kumbang.
ONI
Lebih dari sekedar keindahan. Kau tumbuhkan lagi apa-apa yang kemarin musnah.
SANDEK
Oni.
ONI
Sandek.
SANDEK (Menatap langit)
Bapak!
ONI
Mudah-mudahan bapak selamat.
SANDEK
Ya, supaya segera kita bisa selamatan
NYANYIAN
Terbanglah o ruh
Terbanglah o ruh
12 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
NABI
Semar.
(Semar segera menanggalkan peran Waska. Juga kedua temannya)
SEMAR
Nabi.
RANGGONG/BOROK
Hormat dan salam kami, Nabi
NABI
Semoga Tuhan memberkati kita semua
NYANYIAN
Amin.
NABI
Malam ini tontonan kamu lain sekali. Apa judulnya?
SEMAR
Ozone atawa Orkes Madun Nomor 4
NABI
Juga kisah cinta seperti yang sudah-sudah?
SEMAR
Science Fiction
RANGGONG
Secara popular seperti lakon-lakon ala Flash Gordon.
BOROK
Atau seperti film anak-anak Gogle V dan Gaban
NABI
Memang lakon untuk anak-anak?
SEMAR
Untuk semua umur. Karena lakon ini akan membicarakan sekitar persoalan umur dan uzur
NABI
Kedengarannya sangat menarik. Siapa tokoh utamanya?
SEMAR
Tokoh utama dalam lakon ini, seperti yang sudah-sudah, Waska di manusia hebat perkasa itu.
ceritanya sekarang ia sedang kebingungan justru setelah ia Berjaya menandingi alam kalau
boleh di sebut Tuhan. Dengan ilmu dan teknologinya yang maha canggih Waska telah
berhasil melawan waktu, melawan ajal selain ia Berjaya secara ekonomis. Di tengah
kejayaannya itu sebagai manusia, ia kini terbengong-bengong tidak tahu lagi mau apa. Tiba-
13 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
tiba ia kehilangan arah. Kehilangan tuju. Kehilangan makna, ia merasa sia-sia. Dan
cilakanya, ia merasa dimusuhi alam serta hidup karena ia tidak pernah mati.
NABI
Tidak pernah mati?
SEMAR
Tidak pernah mati
RANGGONG
Juga tangan kanannya, Ranggong
BOROK
Juga tangan kirinya, BOROK
NABI
Kasihan. Betapa sengsaranya hidup mereka.
SEMAR
Karena itulah kenapa sekarang mereka bertiga sedang mengarungi galaksi demi galaksi
mencari mati.
NABI
Mencari mati
SEMAR
Mencari mati
NABI
Apakah belum juga terbit niat Waska untuk membuka-buka kita lama dan kitab suci?
SEMAR
Bagi Waska, agama sudah seperti Negara. Tidak menarik. Sudah beku, katanya. Ia
membutuhkan sesuatu yang hidup karena ia adalah jiwa yang hidup.
(Seketika kedengaran bunyi sinyal tanda bahaya)
BOROK
Modar!
RANGGONG
Waska, kita sedang menuju sebuah Nebula. Pesawat tiba-tiba di luar control.
SEMAR
Permisi tuanku, saya akan kembali memainkan tokoh Waska itu.
NABI
Mau kemana kalian?
14 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WASKA
Ke bulan.
(Sekarang semua lampu sinyal berkedip-kedip sementara lampu penerangan padam)
RANGGONG
Ada kekuatan aneh
BOROK
Modar! Hujan meteor!
WASKA
Kitalah kekuatan itu! tidak ada yang aneh. Primitive! Kitalah ruh itu. kalau ada ruh lain kita
pertentangkan ruh kita. Jangan gampang panik. Hanya orang-orang bodoh yang suka panik.
RANGGONG
Arah pesawat kita tidak menentu. Semua tanda dan system tiba-tiba macet
WASKA
Kita yang menentukan arah. Kita yang menentukan system. Dan kita telah tentukan arah kita.
Bulan!
(Pesawat itu berpusing-pusing di tengah hujan meteor. Cahaya sebentar-sebentar berganti
warna sekilat-sekilat dan deru pun bergemuruh bercampur bunyi pesawat)
NABI
Apapun yang dilakukan mereka tidak cukup kuat untuk menghalangi kita berdoa.
WASKA
Oh, kotornya angkasa! Rongsokan di mana-mana
BOROK
Modar!
RANGGONG
Sampah teknologi di mana-mana. Bangkai roket siapa itu? awas! Hampir saja bangkai-
bangkai itu menabrak kita.
NABI
Berdoa!
BOROK
Itu pasti rongsokan satelit Rusia!
RANGGONG
Bukan. Satelit Amerika! Kelihatan genit bentuknya!
WASKA
Musa. Musa.
15 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
NABI
Berdoa!
BOROK
Oh, lihatlah monyet yang melayang-layang itu.
RANGGONG
Dan anjing itu! dan apa itu!?
BOROK
Betapa kotornya angkasa. Semua berasal dari bumi kita.
RANGGONG
Belum tentu. Siapa tahu di keluasan tanpa batas ini misteri bertahta, berlapis-lapis sama gas-
gas berlapis-lapis. Siapa tahu!?
WASKA
Adam. Adam.
NABI
Berdoa!
WASKA
Oh, bau apa ini?
RANGGONG
Wanginya. Wanginya.
BOROK
Modar! Harumnya!
WASKA
Ilusi! Ilusi!
RANGGONG
Bukan ilusi, Waska. Betul-betul wangi.
BOROK
Betul-betul harum, Waska.
WASKA
Tidak mungkin!
RANGGONG
Kita sedang menyebrangi samudera yang tidak mungkin itu. tidak ada lagi yang tidak
mungkin. Tidak ada lagi ilusi. Tidak ada lagi impian. Tidak ada lagi kenyataan. Semua
berbaur sekarang. Yang fana dan yang baka. Yang maya dan yang nyata.
16 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
BOROK
Modar! Harumnya. Kita seperti tersesat dalam hutan melati dan kenanga.
WASKA
gayah, oh kekosonganku
Gayah, oh rinduku yang nelangsa
RANGGONG
Itulah makam itu
BOROK
Itu sinar! Itu cahaya!
RANGGONG
Itu makam seorang pahlawan yang menolak tirani, seorang pahlawan yang menolak tahta
manusia sebagai tahta Tuhan. Pahlawan itu seorang Ibu sederhana, Siti Masitoh namanya
NABI
Beroda! Keburukan dan kebaikan. Kejahatan dan kebajikan sama memerlukan doa
BOROK
Waska menangis, Ranggong
RANGGONG
Kamu menangis, Waska
(Waska segera bangkit. Berang)
WASKA
Siapa yang menangis? Saya tidak pernah menangis! Saya tidak pernah menangis! Bahkan
ketika bayi juga saya tidak pernah menangis! Saya tidak pernah menangis karena seluruh
tubuh saya sudah membatu.
(Gemuruh deru hilang. Cahaya kembali normal)
RANGGONG
Badai sudah kita lewati dan pesawat ini kembali di bawah control kita.
WASKA
Bulan
BOROK
Bulan
RANGGONG
Indahnya kematian
NABI
Berdoa
17 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
NYANYIAN
Awan akan jadi kawan
Sepanjang perjalanan
Kalian tidak akan kesepian
Terbanglah oh ruh, Terbanglah oh ruh
Tuhan di seberang, Menanti kalian
Terbanglah oh ruh, Terbanglah oh, ruh
(Rombongan nyanyian tadi selanjutnya bergerak ke suatu ufuk dalam siluet. Sementara
rombongan lain dalam nyanyian lain muncul sambil bergerak ke ufuk yang lain. Sementara
rombongan yang lain lagi dan lain lagi dan lain lagi bersama.
Dalam transparan. Dalam cahaya kebiruan menjadi warna dasar. Keculai cahaya khas yang
agak kuat pada pesawat itu di mana waska,Ranggong, borok serta robot-robotnya sedang
bersiap melakukan pendaratan di bulan)
RANGGONG
Hei, kok kamu mengenakan apa itu? kita tidak memerlukan perlindungan apa-apa lagi. Kita
kan keluar dari pesawat ini seperti kita keluar dari bus kota. Segera kita akan terkulai lemas
di kawah itu dan segera tubuh kita akan melayang-layang hampa. Buang itu helm dan tabung
oksigen.
(Dengan senyum simpul Borok tidak peduli dan terus saja mengenakan segala macam
pakaian perlindungan serta segala peralatan untuk menjejakkan kakinya di padang hening
lembut sang rembulan. Juga Waska, ia bersiul malah. Entah apa lagunya. Riang sekali dia)
RANGGONG
Hei, kamu juga Waska? Hei, Hei! Kalian ini mau apa sebenarnya? Mau piknik atau mau
riset?
(Kedua kawannya sama sekali tak peduli)
RANGGONG
Kalian jadi mau mati atau nggak sih?
BOROK
Lihat ini?
(Tangan kirinya menggenggam)
WASKA
lihat Ini!
(Tangan kirinya menggenggam)
WASKA
kau tahu apa isinya ini?
BOROK
Hayo, apa isinya?
18 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG (ternganga)
Mana saya tahu? Ah, kalian kayak anak kecil ah
(Keduanya membuka genggaman. Kosong)
BOROK
Kematian
WASKA
kematian sudah di tangan. Jangan risau. Jangan bimbang. Kapan saja kita mau mati, kita
lepaskan pakaian yang berat ini dan helm yang tidak berperasaan ini. Tapi bagaimanapun kita
perlu bikin sedikit upacara. Jadi kita pakai dulu ini semua. Kita nikmati sejenak hidup. Kita
mainkan sejenak hidup. Kita ledek sejenak hidup. Sambil kita saksikan apa-apa saja yang
berubah di satelit yang hening dan romantic ini. Setelah puas, kita akan ucapkan salam
perpisahan kepada hidup sambil melepaskan helm ini dan melempar jauh-jauh tabung
oksigen ini.
RANGGONG
Jadi?
BOROK
Lengkapilah dulu dirimu dengan segala macam pakaian dan alat seolah-olah kamu tidak
hendak mati. Seolah-olah kamu Neil Armstrong yang primitif itu, takut-takut menginjakkan
kaki di tanah gembur sang rembulan.
WASKA
kita kan menjejakkan kaki kita di kawah Tycho di mana bersilangan dua berkas cahaya yang
pernah disapukan Kandinsky.
BOROK
Segeralah. Kita akan menonton teater murni yang paling memesona.
WASKA
Kita akan saksikan koreografi hening dengan iringan kebeningan musik hening
BOROK
Kasih tangan
(Lalu ketiga tangan kiri mereka beremasan dan teracung ke atas)
WASKA
kita adalah trisula yang akan menerobos langit.
(Lalu tak ada suara dan tak bunyi sama sekali. Hening. Dan segala sesuatu menjadi
kebiruan)
WASKA
Kita turun
19 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
BOROK
Bulan
RANGGONG
Alangkah hening bening kematian. Keindahan tak berkesudahan
(Lalu ketiganya turun begitu rupa seperti memasuki suatu kenikmatan yang menelerkan.
Dalam pakaian dan helm masing-masing yang memberati mereka turun. Setengah
mengapung mereka. Setengah menari mereka.
Beberapa saat mereka Cuma seperti itu. menari? Mengapung? Koreografi hening dalam
bentuk musik hening. Selanjutnya Waska diam. Hanya sesekali oleng. Ia seperti sedang
menatap sesuatu di kejauhan. Ranggong juga begitu. Borok juga begitu. kalau nanti mereka
bercakap pastilah suara mereka berbeda karena mereka menggunakan hubungan radio)
WASKA
Indahnya
RANGGONG
Semuanya gemulai di sini
BOROK
Modar! Masing-masing bergerombol. Setiap gerombolan bergerak, berjalan, oh, tidak. Lebih
tepat mereka disebut menari
RANGGONG
Semuanya gemulai di sini
WASKA
Indahnya
BOROK
Mereka menyanyi tapi suara mereka segera menjadi lampau dan hampa
RANGGONG
Semua rombongan bergerak menari menuju ke suatu sumber cahaya di suatu perbukitan
BOROK
Apennines
RANGGONG
Bukan. Bukit lain yang tidak sempat direkam oleh misi manapun
WASKA
Sebetulnya hidup itu indah. Bukan. Bukan hidup. Alam. Ya, sebenarnya alam itu indah. Dan
bagi alam tak ada hidup tak ada mati
BOROK
Tak habis-habisnya rombongan demi rombongan bergerak menari menyanyi menuju bukit
itu.
20 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Ternyata telah terjadi suatu perubahan besar di bulan dan kita luput mengikutinya karena
selama ini kita begitu terpukau oleh rahasia Saturnus
WASKA
Menara-menara dan kubah-kubah plastis dari cahaya. Berjuta berlaksa menara dan kubah
sama sekali tidak menyesakkan ruang karena semuanya terbangun oleh cahaya. Warna tak
terumuskan dan garis bahkan lebih alit dari benang cahaya
BOROK
Pembangunan. Pembangunan. Apa yang terjadi di bulan ini bukan lagi teknologi tapi sudah
mendekati aji-aji. Lebih canggih. Ultra-Super-High-Tech! semua serba ultra!
RANGGONG
Waska, lihat diantara para pemain dawai
WASKA (Ternganga)
Gayah, Gayahku! Ia diantara para penyanyi. Ia rupanya penyanyi utamanya. Soloist!
Sopranoku! Penyanyiku!
(Ketiganya munur seolah seang menyaksikan suatu pertunjukan yang menakjubkan)
WASKA
Merdunya ia menyanyi
RANGGONG
Merdunya
BOROK
Oh, aria dari opera yang mana? Siapa penciptanya?
RANGGONG
Sepertinya ia sendiri penciptanya. Semua orang menciptakan nyanyian sendiri-sendiri tapi
begitu rupa jalinan mereka seolah mereka satu jiwa
BOROK
Seluruh tubuh Bi Gayah yang muda seperti ikut mengalir bersama nyanyian itu
WASKA
Cantiknya ia menyanyi
(Muncul Gayah bersama para penyanyi lain dalam arakan hening penuh cahaya kemilau.
Mereka menyanyi tanpa suara. Juga ketika Bi Gayah menyanyi tunggal tanpa suara)
WASKA
Gayah….
RANGGONG
Ia tak mendengar kita
21 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
BOROK
Ia tak melihat kita
(Ranggong dan Borok segera menahan Waska yang akan mengejar rombongan Gayah yang
semakin jauh dan sayup)
RANGGONG
Sia-sia saja kita mengejarnya
BOROK
Kita belum mati seperti Gayah
WASKA
Kalau begitu segera kita tanggalkan pakaian dan jasad yang membebani kita selama ini
RANG-BOR
Ya
WASKA
Segera kita lepas helm dan otak ini
RANG-BOR
Ya
WASKA
Kita buang tabung oksigen ini
RANG-BOR
Ya
WASKA
Kita bebas
RANGGONG
Selamat tinggal, hidup
BOROK
Selamat tinggal, daging
WASKA
Selamat tinggal, usus. Selamat tinggal, pancaindera
BERTIGA
Selamat datang, kematian
(Yang pertama sekali mereka lepaskan adalah helm. Yang kedua adalah tabung. Setelah itu
mereka saling berpandangan mesra dan selanjutnya secara khusuk mereka berkiblat ke suatu
arah. Bahagian sekali mereka. Secara bersama mereka menghisap suasana sekitar. Tergetar
hati masing-masing. mereka membaui sesuatu yang harum sekali)
22 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WASKA (tak bersuara)
Harum!
BOROK (tak bersuara)
Ya, harum sekali!
RANGGONG (tak bersuara)
Ajaib. Nikmat sekali. Kita teler dibuatnya
BERTIGA (tak bersuara)
Hmm….
(Ketiganya masih tetap berdiri, tapi kali ini mata mereka terpejam. Sakin nikmatnya oleh
suatu pengalaman yang baru sama sekali. Lama sekali mereka berpejam. Dan tanpa sadar,
tangan-tangan mereka bergerak menari. Gemulai ajaib. Mereka betul-betul menari dalam
hening dengan music hening.
Tarian total penyerahan diri yang mutlak. Begitu rupa gemulainya sepertinya mereka mutlak
bebas dari yang namanya konflik. Cahaya semakin lama semakin kuat. Tiba-tiba Waska
sadar, ia mulai raguragu. Mulai bimbang. Dengan curiga ia amati bagaimana kedua
kawannya itu teller menari. Lama-lama ia penuh sadar. Ia cubit dirinya. Ia periksa segala
inderanya. Lalu ia bangunlakn kedua kawannya)
WASKA (tak bersuara)
Bangun! Bangun!
(Kawan-kawannya tentu saja ternganga tidak mengerti)
WASKA (tak bersuara)
Kita belum mati. Kita masih hidup
BOROK (tak bersuara)
Ha?
RANGGONG (tak bersuara)
Kenapa kita? Kenapa?
WASKA (tak bersuara)
Kita masih hidup. Kita belum mati.
(Kedua kawannya masih belum mengerti. Karena itu buru-buru Waska mengambil helm dan
mengenakannya)
WASKA (tak bersuara)
Ternyata kita belum mati, belum mati.
(Juga Ranggong dan Borok masih belum mengerti. Buru-buru Waska menyuruh mereka
memasang helm dan buru-buru mereka melakukannya)
WASKA
Kita belum mati!
23 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Tidak mungkin!
BOROK
Kita sudah mati tapi kita tidak bisa membedakannya
RANGGONG
Ya, boleh jadi kita belum terbiasa dengan mati, padahal sebetulnya kita ini sudah mati
BOROK
Ya. Pasti kita sudah mati. Hanya saja kita tidak sadar.
WASKA
Ya. Boleh jadi. Kalau begitu keliru persepsi kita selama ini tentang mati. Mati itu bukan
menjadi tiada. Mati itu bukan kehilangan kesadaran
BOROK
Ternyata seru juga rasanya mati
RANGGONG
Gugur semua teori tentang kematian, baik dari pandangan keagamaan maupun kedokteran
BOROK
Pokoknya mati itu tidak seperti yang dikatakan buku-buku dan dongeng-dongeng
RANGGONG
Kita ini memang sok jagoan di jagat raya!
(Malu-malu dan ragu-ragu, Waska nyingkir dan lalu keluar)
BOROK
Pengen rasanya saya datangi itu dokter-dokter dan saya ajarin tentang mati
RANGGONG
Aneh juga. Sudah satu abad kagak negrokok, tiba-tiba sekarang pengen rokok. Kelobot lagi.
Eh, macam-macam rasanya mati ini. Ngebet ngerokok kelobot di bulan lagi. Makin mati
makin ngawur
BOROK
Terus terang, ini juga kalau tidak digebukin malaikat, saya pengen sekali makan lotek
(Malu-malu dan ragu-rag,u Waska muncul lagi)
RANGGONG
Darimana bos?
(Waska hanya senyum)
BOROK
Ah, ditanya darimana jawabnya Cuma senyum. Si Bos di akherat lain nih. Galaknya kurang
24 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Darimana?
BOROK
Pasti mojok sama bidadari. Disiram malaikat lu!
WASKA
Malu. Lucu
BOROK
Kok geli sendiri. cerita dong. Darimana habis apa?
WASKA
Aneh. Saya sudah mati kok masih bisa kencing
RANGGONG
Kencing?
BOROK
Ah, si bos ngawur pasti. Masa kencing
WASKA
Betul. Kencing. Tadinya juga saya nggak percaya. Tapi setelah saya biarkan, cuuur begitu
saja saya percaya. Kamu tidak ingin kencing?
RANGGONG
Tidak sama sekali
BOROK
Saya coba. Siapa tahu saya juga bisa kencing. Lucu juga kalau saya kencing padahal saya
suah mati.
(Lari ia dan keluar. Yang lain menunggu. Tegang)
WASKA
Saya mulai curiga
RANGGONG
Saya juga mulai bimbang dan ragu
(Borok muncul dengan ketawa)
BOROK
Kencing saya. Ajaib
WASKA
Kalau begitu, jelas kamu belum mati
BOROK
Jelas saya sudah mati. Kamu juga sudah mati. Ranggong juga.
25 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WASKA
Kita belum mati. Kita masih hidup.
RANGGONG
Tida, Waska. Kita sudah mati
WASKA
Buktinya mana? Bukti apa kalau kita sudah mati?
BOROK
Kita di sini. di bulan.
RANGGONG
Di sini tidak ada oksigen dan tak ada yang mampu hidup. Buktinya kita tidak bisa
berkomunikasi kecuali dengan bantuan radio. Suara dan bunyi secara gaib di sini dan tak
pernah diantarkan ke mana-mana karena tak ada udara.
BOROK
Kita sudah mati Waska. Sudah mati.
RANGGONG
Bisa dipahami kenapa kamu tidak yakin bahwa kamu sudah mati setelah hukuman hidup
begitu lama telah kamu jalani dan telah begitu lama kau rindukan kematian yang
membebaskan. Bisa dipahami.
BOROK
Jiwa kamu pasti sedang mengalami shock. Cultural Shock! Budaya hidup masih sulit kamu
lepaskan dan kamu begitu terkejut tiba-tiba masuk dalam budaya mati yang sama sekali
belum pernah kamu alami. Sebentar tadi juga saya sedikit mengalami shock. Tapi tidak lama.
Sekarang keadaan saya ok.
RANGGONG
Saya juga shock tadi, tapi shock breakernya mungkin sedikit lebih baik. Selain itu ketika saya
masih hidup tidak jarang saya melakukan exercise. Berbagai kemungkinan dan variasi
petualangan dengan berbagai jenis kecelakaannya saya jalani. Bahkan secara sensasional saya
pernah melakukan terjun dari ketinggian lima puluh ribu kaki tanpa mengembangkan paying.
Semua penonton termasuk para turis yang telanjang dan setengah telanjang dari pantai Kuta
sampai Waikiki dan Riviera perancis secara serempak ternganga tanpa nafas lantara tegang.
Baru ketika kaki saya menyentuh daun kelapa gading saya kembangkan paying dan segera
seluruh anggota PBB serempak berdiri memberikan tepukan tangan. Belum, belum habis
bahaya yang harus saya atasi. Karena saya harus terjun tepat dengan meletakkan kedua kaki
saya tepat di daerah tanda silang yang Cuma setengah meter radiusnya. Di luar daerah itu
adalah ranjau-ranjau berisi bom yang begitu tersentuh ujung sepatu saya pati meledak. Nah,
pada saat itulah saya melatih jantung saya. Dan ketika kedua kaki saya tepat menyentuh tanda
silang semua kepala Negara di seluruh dunia berdiri dan bertepuk tangan sementara semua
umat manusia menyanyikan lagu kebangsaan masing-masing. itulah pengalaman shock saya
yang rupanya sangat membantu saya untuk secara cepat beradaptasi dengan kebudayaan mati.
26 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
(Waska kelihatan bertambah bimbang, sangsi, bingung. Sementara kedua anak uahnya
memerhatikannya dengan rasa kasihan yang sangat)
BOROK
Jangan bimbang
WASKA
Saya tidak bimbang. Saya sangsi.
RANGGONG
Jangan. Jangan sangsi.
WASKA
Saya tidak sangsi. Saya bingung.
BOROK
Juga jangan bingung. Rileks, ambil napas. Atur. Atau sebaiknya kamu minum air putih
supaya terbantu. Tapi… (lihat sekitar) di alam barzah rupanya tidak ada air. Atau fungsi air di
alam dan budaya mati jangan-jangan tergantikan zat lain?
RANGGONG
Sebagaimana maut, budaya mati memang masih gelap bagi kita. Apalagi bagi orang-orang
yang masih hidup.
BOROK
Perlahan dan sedikit demi sedikit kamu pasti akan kembali tenang. Percayalah, Waska. Atau
kamu juga mengalami post-power syndrome? Ah, jangan berpikir soal kekuasaan di budaya
mati. Boro-boro kekuasaan dan kepemimpinan, di alam sini tidak laku yang namanya politik,
ideology dan lain-lain sejeninsnya.
RANGGONG
Tapi saya tidak keberatan kalau kamu masih mau main raja-rajaan di sini kayak di bumi.
Saya dan Borok tidak keberatan kamu tetap jadi bos di sini. Jangan kuatir. Yang penting tetap
tenang dan senang. Rustig.
BOROK
Ya Waska, nikmatilah kedamaian di sini. Dan keadaan ini. Mana ada tempat yang lebih
membetahkan daripada di alam yang murni netral objektif ini? Di sini tidak ada itu apa yang
namana demokrasi atau otokrasi atau tirani.
RANGGONG
Tidak ada yang namanya kapitalisme dan sosialisme dan liberalism. Tidak ada. Di sini nol.
BOROK
Atau kita jalan-jalan dulu sebentar, Ranggong. Kita hunting location. Siapa tahu dengan
raungan pemimpin kita ini akan lepas dari kepanikannya.
(sebentar ini benar-benar Waska jadi kayak orang dungu)
RANGGONG
Saya kira ide bagus, ayo.
27 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
BOROK
Kita jalan-jalan sebentar, Waska.
RANGGONG
Kita perlu orientasi rupanya. Sambil melihat-lihat pembangunan di satelit bulan ini kita coba
lacak kembali, kalau bisa, jejak nabi-nabi atau orang-orang besar. Istilah kunonya; Napak
Tilas!
BOROK
Seru betul. Napak tilas di akherat. Geli juga.
(mereka bangkit, lalu berjalan. Kawah demi kawah serta lembah demi lembah mereka jalani.
Tapak-tapak sepatu mereka yang besar menjejak pada tanah pasir yang lembut gembur itu.
dan indah sekali gaya mereka berjalan. Karena terkadang sesekali mereka oleng atau
goyang)
BOROK (Nyanyi)
Bulan, bulan di langit
Mengapa kau sendiri
Mari turun ke…
RANGGONG
Nyanyi yang lain dong, bulan. Kita kan di bulan!
BOROK
Lho, apa salahnya? Ini kan sekedar kenangan (lalu nyanyi lagi)
Waktu malam sunyi
Malam tiada bergema
Tiada bintang…
RANGGONG
Lagu ini bolehlah sekalipun kunonya nggak ketulungan. Mati dalam abad 21 kok lagunya
zaman Bing Slamet
(Eh, tiba-tiba nyanyian tadi dibarengi dan dilanjutkan oleh suara lain yang merdu. Lengkap
dengan music lagi. Eh, betul-betul ph lama! Sudah tentu ke bengong-bengong mereka)
RANGGONG
Lho, suara kamu kok dobel, Rok!?
BOROK
Dobel?
RANGGONG
Eh, ada suara lain. Suara lain. Lain orang!
BOROK
Gema ngkali
28 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Betul-betul suara. Saya kenal suaranya. Eh, lengkap dengan pakai music
BOROK
Iya, ya. Betul-betul suara. Betul. Pakai musik.
RANGGONG
Siapa yang mutar ph lama di bulan ini? Aneh.
SUARA
Demikian tadi para pendengar sekalian Sam Saimun dengan lagu ‘Malam tiada bergema’
selanjutnya kita nantikan tepat pukul dua puluh saat warta berita
BOROK
Eh, radio
RANGGONG
Radio
BOROK
Radio lama
RANGGONG
Kuno, kuno. Itu radio pertengahan abad 20
(Sementara kedengaran music saat menanti acara warta berita yang kadang timbul-
tenggelam. Ranggong dan Borok semakin terheran-heran. Sebaliknya Waska Cuma diam
saja. melihat tingkah laku kedua temannya)
RANGGONG
Betul-betul suara dari abad yang silam
BOROK
Modar! Menakjubkan! Bagaimana mungkin!?
RANGGONG
Jangan-jangan waktu adalah siklus. Tanpa kita sadari jangan-jangan kita mundur atau
berputar dan kembali ke masa lampau
WASKA
Bukan.
(Berpaling Ranggong dan Borok kea rah Waska yang sejak tadi sama sekali kelihatan tidak
peduli)
WASKA
Waktu tak pernah kembali. Tak berujung.
BOROK
Lalu suara radion itu? apakah suara itu hanya rekaman dan ada seseorang di sekitar sini yang
menghidupkannnya kembali?
29 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Ya, jangan-jangan ada seseorang atau sesuatu mahluk di sekitar sini yang menyimpan suara-
suara itu.
(Semakin heran mereka ketika suara-suara itu melenyap diterbangkan sesuatu entah
kemana)
BOROK
Hilang
RANGGONG
Hilang. Tanpa sisa sama sekali.
BOROK
Bahkan desispun tak ia tinggalkan
RANGGONG
Tak ada riak. Tak ada gelombang.
BOROK
Modar! Otak saya mulai bekerja
RANGGONG
Saya mulai mengerti, tapi belum paham benar.
WASKA
Rupanya yang namanya suara atau bunyi tidak pernah hilang. Sekali ia dilontarkan ia akan
terus mengelana kemana-mana. Alam tetap menyimpannya.
(Sambil menjelaskan hal itu, Waska dengan tenang membuka helmnya sehingga suaranya
tenti saja akan berubah akibatnya. Kedua sahabatnya hanya melohok saja)
WASKA
Pada kondisi tertentu, alam akan menghadirkan kembali suara-suara yang disimpannya. Saya
sendiri baru sekarang menyaksikan bukti atas teori ini. Ajaib sekali. Ternyata pengetahuan
kita memang masih sangat terbatas mengenai banyak hal. Baru saya sadari sekarang bahwa
sungguh-sungguh kita tidak pernah sampai kepada pengetahuan yang lengkap alias
kebenaran. Kita hanya selalu sampai pada sisi-sisi kebenaran. Tapi, kita memang sok jagoan
di bumi. Dan kalau kita terperangkap dalam kenyataan seperti sekarang ini, baru kita sadari
bahwa kita sungguh bodoh.
RANGGONG
Tapi bagaimana dengan suara itu, Waska?
BOROK
Saya belum paham betul.
WASKA
Dulu juga saya tidak dapat memahami. Bahkan tidak mau menerima teori ini. Pernah, saya
kira sekitar menjelang abad 20 akan berakhir, saya bertemu dengan seorang kiayi di suatu
30 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
desa di kaki gunung Ciremai. Masih muda orangnya. Dari dua puluh empat jam sehari ia
hanya menyisakan waktu tiga jam untuk tidur dan tiga jam untuk bertani. Jam-jam selebihnya
ia isi dengan sembahyang dan dzikir dan dzikir.
(Tanpa sadar, saking tertarik akan cerita Waska. Ranggong dan Borok menanggalkan helm
mereka masing-masing)
RANGGONG
Dzikir dan dzikir
BOROK
Dzikir dan dzikir
WASKA
‘laa ilahaa illallah..’ begitulah ia isi setiap helaan napasnya. Saya anggap perbuatan gila
macam apa itu? tapi kalian tahu saya selalu respek kepada orang-orang yang berkeyakinan
dan berpendirian. Jadi saya pun dengan sopan bertanya kepada kyai itu, kenapa dan untuk apa
ia berbuat seperti itu?
BOROK
Untuk apa?
RANGGONG
Apa jawabnya?
BOROK
Kayak main jailangkung?
WASKA
Tidak tepat begitu tapi serupa itu. cobalah. Nah, saya mulai mendengar sebur bunyi ombak.
Saya harap ombak itu di pantai Cirebon.
BOROK
Ya, ombak.
RANGGONG
Saya juga mendengarnya. Juga deru angin.
BOROK
Sekarang saya dengar gemerisik daun-daun bamboo kering diinjak kaki entah siapa.
RANGGONG
Kambing-kambing mengembik. Suara kerbau.
BOROK
Suara jangkrik dan cacing
(Suara dan bunyi itu memang kemudian perlahan hadir di sekitar mereka. Takjub mereka.
Lalu gemuruh dzikir yang bagai koor alam yang berisi magis. Semua itu tidak terlalu lama.
Lalu lenyap. Tapi ketika Borok mau angkat bicara)
31 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
SUARA KYAI (Biasa saja)
Saya ini orang bodoh. Karena itu saya percaya bahwa yang namanya suara itu tidak akan
pernah hilang. Bahkan apa saja yang di alam ini tidak pernah hilang atau kurang. Karena itu
saya dzikir. Artinya dzikir saya juga tidak akan pernah hilang. Kalau kata orang pintar, alam
kita sekarang sudah terkena banyak polusi. Di sekitar kita ini sudah terlalu penuh dengan
suara-suara dan bunyi-bunyi kotor, kata-kata kotor, dan lain sebagainya. Jadi mudah-
mudahan dzikir saya akan mengimbangi suara-suara kotor itu.
BOROK
Menyesal sekali. Saya justru sebaliknya dari kyai itu. dari dua puluh empat jam, dua puluh
jam saya gunakan untuk memaki.
RANGGONG
Saya tidak pernah separah kamu tapi tidak sedikit kata-kata saya yang kotor saya lontarkan
setiap hari ketika saya masih hidup. Apalagi kalau saya sedang marah.
BOROK
Lebih-lebih kalau saya sedang ngibing di kompleks perempuan….gituan. kotor lagi kata-kata
saya!
RANGGONG
Sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tiada berguna.
BOROK
Menyesal sekalis aya. Kalau saya saya tahu mengenai teori suara dari kyai itu, tentu saya
akan menjaga mulut saya. Modar! Waduh, kotor lagi mulut saya. Oh, ketika saya masih
hidup….
RANGGONG
Jangan mulai ngaco lagi, Waska. Biarpun kamu dulu bos di dunia, di sini kamu harap
membatasi diri. Boleh saja kamu petantang-petengteng tapi jangan mulai menggoyahkan
keyakinan saya dakan kondisi mati saya.
BOROK
Tolong jangan bangunkan saya dari nikmat mati ini.
RANGGONG
Saya memang merasa kasihan melihat kamu yang rupanya masih juga dalam keadaan shock
tapi….
BOROK
Tapi saya nggak sabar. Nggak sabar dengan sikap kamu yang lembek ini, Waska. Tegarlah
kamu, insyaflah. Sadarilah. Kamu ini sudah mati.
WASKA
Saya masih hidup seperti halnya kalian.
BOROK
Maaf Waska. Saya tidak bisa lagi ketawa seperti tadi menghadapi kamu.
32 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Saya terus terang mulai merasa jengkel. Saya kuatir, lama-lama saya juga mulai goyah oleh
sikap bimbang kamu. Lama-lama saya bisa jadi tidak yakin bahwa saya sudah mati.
WASKA
Kamu tidak perlu yakin. Kamu emmang masih hidup.
BOROK (Marah besar)
Waska! Modar!
RANGGONG
Bergurau ada batasnya. Persoalan mati ini sudah menyangkut persoalan iman, jangan dibikin
mainan.
(Setelah mengambil helm dan tabungnya yang tergeletak di tanah dengan kalem Waska
nggeloyor menuju pesawatnya)
BOROK
Eh, ngeloyor malah. Bisa tambah marah saya. Dan kalau sampai terjadi saya bisa ngelunjak
lantaran ninju karung sperma bocor yang tua itu, wah bisa menyesal selama-lamanya saya.
Sialan. Belum pernah selama saya menjadi asistennya selama berabad-abad berniat maker.
Padahal saya mampu kalau saya mau. Tapi saya tidak mau. Saya tidak punya niat, karena
memang saya respek sama itu bandot tua. Biar bagaimana pun dia bangkotan kemanusiaan
nomor wahid sepanjang sejarah.
RANGGONG
Tongkrongannya emang kriminil tapi nuraninya bersih penuh cahaya kebaikan persahabatan
manusia.
BOROK
Semangat lelaki tua itu telah menyelamatkan bermilyar manusia yang putus asa oleh
kemiskinan dan kebodohan. Dia angkat derajat manusia. Dia bangkitkan semangat manusia.
RANGGONG
Dia pahlawan. Saya masih ingat betul ketika malam itu dia bertarung melawan ajal dan
menolak ajal.
BOROK
Saya masih ingat ketika kita berdua menemui petapa tua di puncak Himalaya untuk
menapatkan ramuan obat yang dapat menangkal ajal dan maut.
RANGGONG
Saya ingat ketika kita merambu jamu Dadar bayi yang telah menyebabkan kita bertiga kebal
ajal.
BOROK
Saya ingat ketika setelah itu kita serempak secara mendadak bergerak menggedor seluruh
toko, supermarket, kantor, pabrik di seluruh dunia.
33 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Saya ingat pesta pora itu
BOROK
Saya ingat kemajuan demi kemajuan
RANGGONG
Sementara kita tidak pernah maju karena kita tidak pernah mati.
BOROK
Dan sekarang setelah kita mati, eh dia malah rewel. Bikin jengkel lagi.
(Dengan santai di kejauhan kelihatan Waska sedang menyalakan rokok dan menyedotnya
dalam-dalam. Sebelumnya dia minum sesuatu)
BOROK
Dia selalu bikin saya pusing. Dia selalu memaksa otak saya bekerja. Padahal saya paling
malas berpikir. Tapi dia selalu menggoda.
RANGGONG
Dan sekarang dengan kalem ia sedang menggoda kita dengan kebimbangan dan
kesangsiannya. Sudah jelas kita sudah koit tapi dia masih juga ngutak-ngatik-ngusik-ngusik
mengatakan kita masih hidup.
BOROK
Bisa gampang goyah kalau iman tipis menghadapi dia.
RANGGONG
Kita malah sekarang sedang goyah.
BOROK
Modar! Saya tidak boleh goyah! Saya harus tetap yakin bahwa saya sudah mati.
RANGGONG
Tapi dia dengan gayanya yang kayak celeng berotak jenius, lihat, ia betul-betul sedang
menggoyahkan iman kita.
BOROK
Jahat dia, Modar! Cara dia merokok begitu rupa seperti mengejek keyakinan kita.
RANGGONG
Celakanya lagi dia tiak hanya berpikir dengan otaknya tapi seluruh dirinya. Bahkan
rambutnya ikut berpikir karena seluruh dirinya memuat begitu banyak disket dengan berbagai
program yang tak terhitung jumlahnya.
BOROK
Bahkan gayanya. Gayanya ikut berpikir. ngeledek betul dia.
34 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Mau tidak mau kita terpaksa harus mengejar mendekati dia. Bagaimana pun dia magnit
sementara kita Cuma sekrup-sekrupnya.
BOROK
Modar!
RANGGONG
Ayo kita dekati dia. Kita ngalah.
BOROK
Saya setuju kita dekati dia, tapi saya tidak mau ngalah. Kita harus mengalahkan dia. Iman
kita harus mengalahkan imannya. Pokoknya dia harus ngaku bahwa dia sudah mati. Kalau dia
nggak mau ngaku juga bahwa dia sudah mati, paling tidak, dia harus menyatakan bahwa kita
berdua sudah mati.
RANGGONG
Kita coba.
BOROK
Janji dulu.
RANGGONG
Janji
BOROK
Ikrar nih ya!?
RANGGONG
Ikrar.
BOROK
Ayo, tapi jangan lupa tebalkan dulu iman kita.
(Lalu mereka berjalan menuju tempat Waska tidak jauh dari pesawat. Helm dan tabung dan
lain-lain, mereka tidak sentuh. Lupa ngkali. Begitu sampai di sana baik Ranggong maupun
Borok tidak segera omong. Beberapa saat mereka Cuma diam saja. dan Waska tetap sayik
dengan rokoknya. Sesekali melintas meteor)
WASKA
Bagaimana?
(Ranggong dan Borok Cuma saling pandang)
WASKA
Sudah yakin sekarang?
BOROK
Sudah. Yakin sekali.
35 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WASKA
Yakin apa?
BOROK
Yakin kita sudah mati.
RANGGONG
Ya Waska, maafkan kami berdua karena kami terpaksa harus memaksa mulut kamu supaya
menyatakan bahwa kita bertiga sudah mati.
BOROK
Kasarnya kamu harus ngaku bahwa kamu sudah mati. Terus terang saya tidak mau main
kasar dalam hal ini.
RANGGONG
Selama ini kita bersahabat. Hidup bersahabat, hendaknya mati juga kita tetap bersahabat.
(Waska tertawa)
BOROK
Jangan paksa saya main tangan, Waska. Ketika hidup saya memang tangan kanan kamu,
asisten kamu. Tapi sekarang status sedikit banyak berubah pada kita.
RANGGONG
Tolong waska, jangan mendorong Borok, pembantumu yang setia dan saya yang selalu loyal
ini terdorong untuk menghajar kamu.
(Makin hebat Waska ketawa. Tak sabar dan tak dapat menahan diri, maka Borok langsung
meninju Waska sampai lelaki tua itu terpental agak jauh. Naumn, Waska tidak jatuh. Ada
darah di mulutnya tapi dia tetap kukuh berdiri. Bahkan rokoknya masih di tangannya.
Dengan tenang dan tersenyum Waska menghapus darah itu. sementara Ranggong menahan
Borok )
RANGGONG
Tahan diri, Borok! Tahan diri! Atau kamu akan berhadapan dengan saya sendiri!
BOROK
Cara becanda dia kelewatan.
RANGGONG
Jangan lupa, bagaimana pun kita berdua tidak akan mampu berbuat banyak tanpa dia.
WASKA
Untuk pertama kali saya dipukul anak buah sendiri. pahit-pahit-manis.
RANGGONG
Maafkan Borok Waska
WASKA
Tentu saja saya harus memaafkan kalian, kalau tidak, pastilah saya pemimpin kampungan
yang bodoh. Apa kata saya tadi? Pahit-pahit-manis, bukan? Ya, menerima tamaparan dari
36 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
anak sendiri itu pahit-pahit-manis. Pahit karena sakit tapi sekaligus manis karena bahagia
menyaksikan keberanian anaknya yang sedang tumbuh menjadi dirinya.
(Tiba-tiba Borok lari menghambur dan mendekap kaki Waska, sementara Ranggong ikut
mengejarnya karena kuatir)
BOROK
Maafkan saya, Waska. Kamu sendiri tahu tangan saya kadang suka dol.
WASKA
Sudah tentu saya memaafkan kamu. Saya bukan pemimpin bodoh yang tidak berpendidikan.
Kamu kira saya pemimpin yang sakit jiwa yang begitu gampang tersinggung dan selalu
punya hambatan psikologis dalam menghadapi tangan bawahannya?
RANGGONG
Kami selalu kagum kepadamu, Waska.
WASKA
Kalian memang tangan kanan dan kiri saya.
(Lalu Borok bangkit, malu. Lalu menyerbu dalam pelukan Waska. Erat pelukan. Ranggong
juga menyerbu. Mereka bertiga erat berpelukan)
BERTIGA
Kita adalah tiga batang lilin dengan warna ungu yang dibakar rindu.
(Saling ketawa mereka, saling senyum mereka. Dan kembali mereka bersahabat)
WASKA
Sekarang yakinlah saya bahwa kita belum mati
BOROK
Tolong Waska, jangan mulai lagi.
RANGGONG
Kita bertiga sudah happy forever, Waska. Tolong dongeng kita jangan diubah endingnya.
WASKA
Tadi kalau kalian mengatakan kasihan melihat saya. Sekarang saya kasihan melihat kalian.
Ikuti saya.
(Lalu Waska membawa mereka ke tempat di mana helm-helm dan lainnya tergeletak dan
dalam-dalam Waska menyedot lagi rokoknya)
WASKA
Apa ini?
(Tanyanya sambil menyepak salah satu helm yang tergeletak)
WASKA
Tahu apa artinya ini?
37 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Saya tidak mengerti. Apa maksud kamu?
BOROK
Sejak tadi kita tidak pakai helm dan kita tidak mengalami perubahan apapun. Bahkan kita
bisa berkomunikasi langsung, saling bicara, kita bersuara
BOROK
Modar!
RANGGONG
Tidak mungkin, Waska. Kita sudah mati sejak pertama kita menanggalkan helm.
BOROK
Dan pertama kali kita menginjakkan kaki di sini kita sama sekali tidak dapat berkomunikasi.
RANGGONG
Baru setelah kita mengenakan helm kita bisa saling mendengar suara kita.
WASKA
Buktinya sekarang kita bisa saling mendnegar suara kita tanpa bantuan gelombang radio
sama sekali. Kita juga bernapas dengan normal.
RANGGONG
Lalu ketika semula kita tidak bisa saling mendengar suara kita?
WASKA
Itu semua ilusi
BOROK
Modar!
WASKA
Lapisan udara di sini rupanya sudah ebrubah tanpa kita ketahui. Sekitar sini ternyata sudah
mulai dipenuhi udara sekalipun masih terasa agak pengap.
RANGGONG
Tidak mungkin Waska. Jangan bilang begitu, Waska.
BOROK
Jangan patahkan harapan saya Waska. Modar!
WASKA
Masih banyak bukti lain. Tapi bukti darah yang muncrat dari gusi saya karena ditinju Borok
cukup kuat untu menyadarkan kita akan kondisi kita sebenarnya.
RANGGONG
Jadi betul-betul kita belum mati?
38 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
BOROK
Modar!
WASKA
Apa boleh buat kita harus menerima kenyataan pahit ini. Kita memang masih hidup.
RANGGONG
Sial! Sial!
BOROK
Modar! Kok kita nggak mati-mati sih!
(Keduanya menangis. Menangis tua)
BOROK
Kita sudah capek!
RANGGONG
Kita sudah di atas kegilaan yang paling gila!
BOROK
Tahu begini, lebih baik saya kerja paksa di Siberia!
RANGGONG
Atau dipanggang di padang Sahara!
(Keduanya menangis sedih sekali, menangis tua. Waska sekuat tenaga menahan
keharuannya. Lalu fade in bunyi gelombang-gelombang radio. Dan fade in suara nyanyian
yang merdu itu. lalu fade in)
SUARA GAYAH
Waska!
(Waskapun segera bangkit mencari arah suara itu)
SUARA GAYAH
I Love you, Waska!
(Waska masih mencari arah suara itu. dan lalu suara nyanyian lagi)
RANGGONG
Satu-satunya harapan ada di bumi. Kita sebaiknya kembali ke sana!
BOROK
Buat apa? Di sana kita akan semakin tersiksa oleh kekosongan ini!
RANGGONG
Kita cari monyet tua itu. Albert Tambayong, petapa tua itu. wiku. Wiku. Empu yang arif itu.
dari dia dan istrinya kita mendapatkan formula obat penangkal ajal. Maka bukan mustahil
kita bisa mendapatkan dari ia formula lain yang mampu membunuh kita.
39 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WASKA
Ya, sejak tadi saya juga sedang berpikir tentang petapa tua dan istrinya itu. saya curiga ini
semua ulah mereka.
BOROK
Modar! Kemana kita akan mencari mereka?
RANGGONG
Seperti dulu kita temui mereka. Di salah satu desa di puncak Himalaya
BOROK
Modar!
WASKA
Kita kembali ke bumi!
(Serentak semua lampu padam. Layar turun untuk istirahat)
40 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
BABAK DUA
(Suatu padang pasir yang sangat amat kering dengan lengkung tajam lereng sebuah bukit
karang yang sangat amat tandus. Kelengangan seolah bertambah lantaran cahaya yang
sangat terang dan menyilaukan. Di sana-sini kelihatan beberapa batang pohon tua yang
hangus di samping puing yang berserak tanda sisa suatu peradaban yang telah punah. Tak
ada sama sekali tanda-tanda kehidupan kecuali pada satu dua bongkah tanah keras yang
ditumbuhi rumput jarang-jarang kering dan liar.
Itulah yang akan disaksikan penonton ketika babak ini dimulai. Dan biarkan beberapa saat
mereka meneliti pemandangan dari suatu alam serta kebudayaan yang telah hancur.
Fade in kedengaran pusingan angin putting beliung. Saat demi saat dengung angin itu
bertambah besar serta seram kita dibuatnya. Dan debu kering, pasir kering, kayu-kayu
kering serta sampah kering beterbangan begitu muncul angin dahsyat itu berpusing-pusing .
Cahaya pun segera menjadi keruh)
OS NINI
Wiku! Wiku!
(Terdengar lirih seru suara perempuan tua di sela-sela gemuruh desau angin. Tidak lama
kemudian terbang berlawanan arah dua ekor burung Condor dengan suara seraknya. Dari
suatu puncak yang tak jelas lantaran deru debu muncul Nini, petapa perempuan tua)
NINI
Wiku! Wiku! Albert! Albert! Amin! Amin! Wiku!
(Ia menuruni lereng sambil terus menyerukan nama suaminya. Tapi tidak ada sahutan sama
sekali. Burung pemakan bangkai tadi kini menjauh serta menyayupkan suaranya)
NINI
Wiku! Albert! Amin! Tambayong!
(Dekat puing juga ia tak mendapatkan sahutan. Juga ia tidak menemukan siapa-siapa ketika
memeriksa gundukan tanah keras)
NINI
Wiku!
(dan angin pun reda. Desinngnya menyayup ketika Nini berdiri setengah putus asa
digundukan tanah bercampur puing yang lain. Ia masih tetap berdiri sambil terus meneliti
sekitar lembah sementara cahaya yang panas menyilaukan kembali menggelarkan
kekosongan dan uap. Udara masih sedikit keruh)
NINI
Bandel! Bandel!
(katanya setengah menangis sambil duduk. Tubuhnya berselaput debu)
NINI
Lelaki tua yang bandel. Badung! Sudah saya bilang jangan pergi jauh-jauh. Jangan lama-
lama. Waktu tak menentu. Semua segala kacau balau sekarang. Kita harus hati-hati. dia
belum makan siang lagi. Pasti masuk angin dia.
41 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
(menangis ia. Betul-betul menangis)
OS WIKU
Ni! Ni!
(Sayup samar terdengar suara tua memanggil-manggil nama itu. tapi Nini masih menangis
karena tak mendengarnya)
OS WIKU
Ni! Ni!
(Berhenti menangis Nini. Ia mulai mendengar panggilan itu. ia berdiri)
NINI
Wiku!
OS WIKU (masih lirih, sayup)
Ni!
(Diamatinya sekitar tapi Nini tetap tak tahu darimana asal suara kekasihnya)
NINI
Kamu di mana sayang?
OS WIKU
Di sini!
NINI
Di sini di mana?
OS WIKU
Coba dengarkan baik-baik.
(Lalu kedengaran bunyi batu yang dipukul-pukulkan pada sesuatu. Nini dengan kekuatan
pendengarannya yang masih penuh dalam ketuaannya, Nini tekun meneliti mencari sumber
bunyi yang makin jelas itu)
NINI (dengan volume yang tepat dan hati-hati)
Wiku
OS WIKU (Makin Jelas)
Saya di sini, sayang. Di bawah puing.
NINI
Puing yang sebelah mana?
OS WIKU
Tidak jauh dari tempat kita menemukan mayat Goldwater kemarin
NINI (ngeh sekarang)
Oh, Wiku
42 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
(Segera Nini mengais-ngais pasir kering dan sampah yang menggunduk tidak jauh dari sisa
tembok tua yang hangus)
NINI
Nah, uni upahnya anak nakal. Kamu memang badung, untung saya datang tepat waktu. Kalau
tidak, bagaimana coba? Celaka kamu. Kamu tidak akan bisa makan. Mau makan apa?
(Perempuan tua yang hampir seperti batu itu betul-betul luar biasa. Walau tua namun tetap
perkasa. Dengan susah payah akhirnya berhasil juga Wiku yang juga purbani itu
dikeluarkan dari lubang yang bertimbun puing, sampah dan pasir karang)
WIKU
Segar. Segar.
(Serunya sambil senyum lebar. Kayak bangun tidur saja)
NINI
Segar?
WIKU
Ya, segar sekali
NINI
Mulai pikun kamu?
WIKU
I am not! Tuaku, tuamu, tua kita tua perkasa!
NINI
Kalau tidak pikun ya sakit jiwa
(Wiku menyanyi sambil membersihkan pakaian dan tubuhnya)
NINI
Betul-betul Schizoprenia!
(dengan gerundelan Nini ikut membantu suaminya membersihkan pakaian dan rambutnya.
Wiku terus saja menyanyi gembira)
NINI
Penyakit abad 20 jangan di bawa-bawa ke sini. Kacau lagi nanti. Itu kebudayaan jungkir
balik! Yang putih dibilang hitam, yang betul dibilang salah.
(Seperti sedang menghirup udara segar pagi hari, Wiku mengembangkan ke dua lengannya
lebar-lebar)
NINI
Nah, baret sedikit. Mudah-mudahan tidak infeksi.
(Katanya sambil mengobati luka itu dengan ludahnya)
43 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WIKU
Kamu bilang apa tadi? Saya akan kelaparan kalau saya tidak bisa keluar dari lubang itu?
NINI
Ya. Mau makan tanah?
WIKU
Oho, oho, nee! Di sana saya menemukan sejenis akar yang lembut sekali dan….? Itu yang
lebih sensasional. Sejenis cacing yang juga sangat lembut.
NINI
Oh ya?
WIKU
Ya, Sayang.
(Lalu Nini menghamburkan diri ke dalam pelukans suaminya yang siap menerima dengan
cintanya yang tanpa batas)
NINI
Alhamdulillah.
WIKU
Dua tanda harapan di tengah kehancuran planet bumi yang malang ini.
NINI
Ini pasti berita yang menggembirakan hati Sandek muda.
WIKU
Seharusnya ini jadi headline besar di semua Koran di dunia.
NINI
Tapi dunia tidak lagi punya Koran.
WIKU
Semua kota hancur. Semua Negara hancur. Dunia sedang dalam kehancurannya. Bumi
hangus kering dan melepuh. Semua manusia, semua bangsa punah sudah.
(Nini segera menutup mulut suaminya dengan jemarinya yang berkeriput tapi lentik itu. dan
segera suasana tiba-tiba jadi berubah)
NINI
Tidak baik kita katakana lagi semua itu.
(Wiku menganggukan kepala)
NINI
Tidak perlu kita timbuni kesedihan ini dengan kata-kata sedih.
WIKU
Tapi tetap saja saya tidak bisa berhenti menyesal. Saya menyesal. Saya menyesal. Sedikit
banyak semua kehancuran ini disebabkan oleh saya.
44 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
NINI
Kamu bilang apa dulu? Ketika ada orang-orang yang memaksa kita member formula Jamu
Dadar Bayi, ramuan penangkal ajal, dan kemudian saya menangis sedih sekali? Apa yang
kamu bilang dulu? Tugas semesat lebih berat dari kita.
(Wiku hanya terpatung oleh penyesalannya)
NINI
Ayolah, jangan beku hanya lantaran kesedihan. Jiwa manusia lebih keras daripada kamu,
kamus erring bilang kalau saya sedang murung” Senyum dong. Senyum”.
(Wiku masih terpaku. Tanpa diketahui mereka, di belakang mengintip Wanara yang sangat
berhaja setengah telanjang itu)
NINI
Tugas kita masih banyak. Mayat-mayat masih banyak yang mnunggu tangan kita untuk
menguburkan mereka.
(Wiku tersadar dan bangun dari kesedihannya)
NINI
Ternyata tidak sedikit mayat-mayat Asia sekalipun sebagian besar, mereka tidak terlibat
dalam perang yang fatal itu.
WIKU
Saya jadi ingat mayat kepala suku itu. begitu rupanya, hingga saya kagum akan
kegagahannya saya jadi lupa menguburkannya
NINI
Kalau begitu, ayolah kita kembali bekerja
WIKU
Moga-moga arwahnya sudi mmaafkan saya
NINI
Ayolah.
(Begitu mereka bergerak, Wanara lari sembunyi)
WIKU
Kamu ternyata lebih perkasa dari saya.
NINI
Dan kamu ternyata lebih perasa dari saya
(Dan begitu mereka meninggalkan tempay itu, muncul Wanara. Sebentar tengok ke kiri dan
kanan lalu berjalan ke tempat orang-orang tua tadi bicara. Hewankah ia? Bukan.
Manusiakah ia? Entah. Segera ia sembunyi ketika mendengar suara-suara orang datang)
OS BOROK
Modar!
OS RANGGONG
Tidak ada siapa-siapa?
45 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
OS WASKA
Juga tidak ada tanda apa-apa sama sekali.
(Muncul Borok, Ranggong dan Waska. Jelas sekarang betapa mereka keadaannya. Paling
tidak sekarang mereka lebih nyata, rambut mereka yang panjang terjuntai dan jambang serta
kumis mereka. Menyaksikan puing dan padang serta lereng yang kerontang itu mereka
bertiga hanya ternganga saja. beberapa saat sama sekali mereka terbisu. Dan sesekali
nongol kepala Wanara dari tempatnya bersembunyi. Ia kuatir sekali akan tertangkap,
karenanya ia cari-cari kesempatan untuk sama sekali lari dari sana. Tapi belum ada
kesempatan itu)
BOROK
Modar!
RANGGONG
New York hancur seperti juga London dan Paris. Moskow dan new Delhi sama sekali tidak
ada bekasnya.
BOROK
Modar! Mayat di mana-mana!
RANGGONG
Kuburan di mana-mana. Tanpa tanda.
BOROK
Jangan-jangan kiamat sudah berlangsung tanpa kita tahu. Entah sedang dimana kedudukan
pesawat kita ketika semua kehancuran bumi itu terjadi.
RANGGONG
Apa yang kau pikirkan Waska?
WASKA
Saya sedang memikirkan pikiran sendiri
BOROK
Modar! Tak ada komunikasi. Tak ada gelombang radio. Tak ada sinyal, tak ada riak,. Modar!
RANGGONG
Tapi kita sempat menangkap percakapan yang tidak jelas dalam pesawat sebelum kita
mendarat. Kesan saya percakapan itu berasal dari pesawat-pesawat tempu
(Waska jongkok dan menjumput rumput kering)
WASKA
Semua musnah. Bukan saja bumi dan manusia musnah. Bukan saja kebudayaan dan
peradaban. Tapi saya takut hidup justru sedang punah.
BOROK
Saya pernah memimpikan meledakkan bumi ini. Tapi kalau ternyata akan seperti ini
kehancurannya saya menyesal pernah memimpikan itu.
46 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Untuk pertama kali saya tiba-tiba rindu kepada ayah-ibu saya. Kasihan sekali mereka. Saya
selalu membuat mereka susah ketika masih bocah.
WASKA
Sekarang yang tinggal hanya hening.
(Sejak beberapa saat tadi langit yang menyilaukan diam-diam berubah warna. Dan kini
sekitar seperti sedang dibakar oleh warna kemerahan yang khas senja. Senja? Tak jelas
benar)
BOROK
Modar! Persetan dengan semua itu! kita kembali kesini bukan untuk piknik. Kita mencari
mati. Apa yang harus kita lakukan sekarang setelah tidak kita temukan petapa tua itu?
RANGGONG
Kita pasti akan menemukan gubugnya, kalau kita sudah sampai di danau cermin itu. tapi
danau keheningan itu sudah lenyap entah menjelma apa.
BOROK
Jadi kemana lagi kita akan cari monyet tua itu?
WASKA
Kita tunggu
BOROK
Kita tunggu? Modar!
WASKA
Ranggong bilang, Wiku dan istrinya tinggal tidak jauh dari sebuah danau yang sangat hening.
RANGGONG
Tapi danau itu sudah lenyap.
WASKA
Tapi keheningannya justru masih tinggal dan kini sekitar sini hanyalah keheningan. Siapa
tahu di sini dahulu danau itu berada. Jadi siapa tahu juga saat ini mereka ada di sekitar sini.
RANGGONG
Jadi kita tunggu di sini?
WASKA
Selama hidup kita tidak pernah menunggu. Kita selalu mengejar dan merebut. Ada baiknya
sekarang kita belajar menunggu.
BOROK
Modar! Hari juga hampir malam.
47 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Dulu kala saat seperti ini namanya senja. Sekarang kita tidak tahu apakah sekarang senja
apakah fajar.
WASKA
Dulu sebelum dulu waktu tidak punya nama. Semua tidak punya nama.
(Kemudian Waska mengambil tempat yang enak untuk dia baring)
WASKA
Kalau lapar, kalian boleh makan dulu.
(Ranggong menyalakan rokok, sementara Borok berjalan ke arah suatu tempat yang agak
tinggi. Dan Wanara mencoba nongol tapi betul-betul ia terkepung. Akhirnya dia Cuma
lohok-lohok. Dan segera ia sembunyi lagi ketika Borok berpaling)
BOROK
Kalau ternyata dia tidak datang juga?
(Waska sudah terlelap tidur. Mendengkur)
BOROK
Ranggong, bagaimana kalau ternyata dia atau istrinya sama sekali tidak nongol? Kalau sama
sekali kita tidak temukan dia?
RANGGONG
Pokoknya kita masih punya harapan.
BOROK
Apa?
RANGGONG
pikiran
BOROK
Modar!
RANGGONG
Sekali-sekali ada baiknya kamu berpikir.
BOROK
Saya tidak pernah mau berpikir.
RANGGONG
Karena itu, berpikirlah sekarang. Pasti pikiranmu cemerlang. Otak yang jarang dipakai siapa
tahu dapat menghasilkan pikiran-pikiran brilyan.
BOROK
Modar!
(Langit bertambah terbakar tapi kelam sudah membayang)
RANGGONG
Perasaan, dulu dingin sekali sekitar sini
48 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
BOROK
Namanya Himalaya, tentu saja dingin. Dulu lebih daripada dingin. Kita hampir mati beku
ketika menemui orang pintar itu.
RANGGONG
Tapi sekarang gerahnya bukan main. Bahkan lebih panas dari padang pasir Afrika.
BOROK
Diam.
RANGGONG
Kenapa?
BOROK
Saya mulai berpikir
RANGGONG
Bagus.
BOROK
Ternyata enak juga berpikir. tahu enak begini dulu saya pakai ini otak. Dan kalau saya
sempat pakai otak, pasti kita tidak terperangkap hidup seperti ini.
RANGGONG
Ya, dulu Cuma waska yang berpikir. kita malas berpikir. jadinya Celaka kita. Sok raja dia.
Sok dewa dia.
BOROK
Tapi Waska memang hebat.
RANGGONG
Akan lebih hebat kalau kita bertiga sama-sama pakai otak. Dulu ketika dia menolak mati dan
memaksa kita mencari obat penangkal mati tidak seorang pun juga diantara kita yang
menguji pikiran dan rencananya. Padahal kalau kita pakai otak kita belum tentu kita terima
rencananya untuk hidup abadi.
BOROK
Terlalu emosional sih dulu kita.
RANGGONG
Karena itu, mulai sekarang pakailah otakmu, mubajir kalau dibiarkan. Selain itu mulai
sekarang kita akan kritis kepada apa saja yang direncanakannya. Biar dia bos, belum tentu
otaknya sempurna. Dulu juga kita hormati dia terutama karena fisiknya kuat dan cerdik dalam
siasat silat.
BOROK
Diam lagi!
49 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
RANGGONG
Kenapa lagi?
BOROK
Pikiran saya mulai menghasilkan. Seru juga. Ini betul-betul hasil produksi perdana yang perlu
dirayakan.
RANGGONG
Jangan banyak kecap dulu. Coba jelaskan produknya.
BOROK (Mengeja sepertinya)
Bagaimana sekiranya atau kalau ternyata Wiku dan istrinya sudah lama mati?
RANGGONG
Ini betul-betul pikiran brilyan yang mengerikan. Untuk menjawab pertanyaan itu terpaksa
kita harus membangunkan Waska.
BOROK
Lho, kok pakai membangunkan Waska. Pakai otak kamu dulu dong.
RANGGONG
Tidak perlu. Pikiran kamu menakutkan.
(Buru-buru Ranggong membangunkan Waska yang sedang nikmat tidur)
RANGGONG
Waska. Waska.
(Tapi Waska belum mau bangun juga. Ia malah ganti posisi tidur)
RANGGONG
Waska. Waska.
BOROK
Jangan-jangan ia sudah mati. Kalau dia mati duluan saya gecek kepalanya. Tidak solider
namanya. Ayo terus bangunkan.
RANGGONG
Waska. Bangun. Waska. Gawat. Gawat.
(Akhirnya Waska bangun juga. Nikmat sekali dia. Segar sekali dia)
WASKA
Nikmat sekali.
BOROK
Pasti habis mimpi. Egois!
WASKA
Saya habis mimpi, indah sekali.
RANGGONG
Mimpi apa, Waska?
50 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WASKA
Mimpi mati.
BOROK
Betulkan? Dia egois. Mimpi mati sendirian.
WASKA
Tidak sendirian. Saya mimpi mati bersama kalian juga.
BOROK
Itu baru namanya sosialisme.
RANGGONG
Ceritakan segera, Waska. Pasti semuanya indah dan nikmat sekali.
WASKA
Darimana saya sebaiknya mulai?
BOROK
Yang penting, bagian-bagian nikmat dari kematian.
WASKA
Dari awal sampai akhir hanya kenikmatan.
RANGGONG
Kalau begitu ceritakan dari awal sekali. Ceritakan bagaimana mula-mula kamu tahu akan
mati.
BOROK
Jangan lupa kamu ceritakan bagaimana rasanya ruh kamu dicabut. Apa seperti gigi dicabut
atau dihentak atau pelan!?
(Waska ketawa geli sendiri)
BOROK
Individualis. Ketawa sendiri.
WASKA
Tiba-tiba saya ingat bagian yang lucu.
RANGGONG
Sudahlah. Jangan bikin penasaran. Ceritakan saja segera selengkapnya.
WASKA
Kalau tahu mati itu nikmatnya sama dengan senggama dulu, belum tentu saya menolak ajal.
Sialan.
RANGGONG
Komentar sudah terlalu panjang, Waska. Tapi faktanya mana?
51 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WASKA
Saya akan ceritakan. Duduklah dulu kalian.
(Kedua temannya segera duduk dekat Waska, seperti murid sekolah yang akan mendengar
gurunya bercerita)
WASKA
Saya terbaring tidur di ranjang berkelambu. Begitu saya merasa. Bayangkan dulu itu.
(Sebentar Waska diam)
WASKA
Sudah?
BOROK
Apanya?
WASKA
Membayangkan tidur dalam kelambu merah jambu.
RANGGONG
Tadi kelambunya kayaknya tidak pakai warna.
WASKA
Ya, bayangkan sekarang kelambunya warna merah.
(dengan mengambil napas panjang, kedua temannya mencoba membayangkan)
BOROK
Warna apa tadi?
RANGGONG
Aduh, bikin rusak konsentrasi saja. merah jambu!
BOROK
Lupa. Merah jambu. Yak! Saya siap sekarang. Merah jambu.
WASKA
Lalu saya mendengar suara seruling.
BOROK
Lagunya apa.
RANGGONG
Sudah. Yang penting seruling.
BOROK
Ok. Seruling.
WASKA
Lalu kelambu yang gemulai itu tersingkap dengan sendirinya. Kayak otomatis gitu. Dan
muncul wajah yang selalu saya rindukan, Gayah. Gayahku.
52 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
BOROK
Ngawur ah. Biasanya kan yang suka mencabut nyawa malaikat!?
RANGGONG
Yang mimpi siapa sih? Kan Waska!? Diam dong!
BOROK
Tapi mana mungkin kekasih pencabut nyawa. Kepercayaan agama mana itu?
WASKA
Mau aku teruskan nggak?
BOROK
Sorry.
RANGGONG
Maafkan dia, Waska. Otaknya memang suka dol.
WASKA
Dalam pakaian merah jambu, Gayah yang cantik semampai…
BOROK
Susah membayangkan Gayah semampai. Kan dia gembrot.
RANGGONG
Borok. Sekali lagi kau buka mulut. Saya colok mata kamu!
WASKA
Gayah lalu berbaring di samping saya yang siap memluk dia. Segera udara mengandung
aroma bunga mawar. Harumnya, dan saya pun segera mabuk oleh bau semerbak bunga itu.
saya hisap habis. Saya dekap Gayah. Wajah saya segera bersembunyi di bawah dagunya yang
bagai pauh dilayang. Lehernya yang jenjang semakinlama semakin memproduksi
wewangian. Saya hisap dalam-dalam.
BOROK
Ini mimpi mati apa mimpi porno?
RANGGONG
Ilustrasi kamu berlebihan dan kurang relevan dengan persoalan pokok kita, Waska. Kok mati
rasanya kayak orgasm.
WASKA
Memang. Kerinduan saya akan mati sama dengan kerinduan saya pada Gayah.
BOROK
Intronya panjang amat. Bagian nyawa dicabut masih jauh?
WASKA
Masih. Sebelum nyawa dicabut, saya masih sempat disuguhi wedang bajigur oleh Gayah.
53 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
BOROK
Kalau begitu, tidak perlu diteruskan. Jangan-jangan dengan lukisan mimpi kami kita malah
tidak jadi ingin mati.
RANGGONG
Sekarang jawab saya pertanyaan ini
BOROK
Pertanyaan ini gawat.
RANGGONG
Bagaimana kalau ternyata Wiku dan istrinya sudah mati?
(Bangkit Waska. Tubuhnya meregang. Matanya melotot, sehingga kedua anak buahnya
segera mengerutkan dahi)
RANGGONG
Kepada siapa kita boleh berharap akan mati?
BOROK
Bahkan jika tikus pakai mati, kok kita nggak.
RANGGONG
Semua orang sudah mati
BOROK
Jangan-jangan kita bukan orang. Saya jadi curiga, kita batu ngkali.
RANGGONG
Apa tidak sebaiknya kita terbang lagi menuju matahari?
WASKA (Marah)
Kita akan melakukan apa saja untuk menjadi tiada!
RANGGONG
Kalau perlu kita ikut perang bersama pesawat-pesawat yang gelombang radionya kita
tangkap itu. tidak peduli berpihak kepada siap. Pokoknya pesawat kita hancur dan kita bertiga
koit. Kita bertiga mati! (berbalik)
BOROK
Susah amat untuk mati. Dulu perasaan gampang. Ternyata tidak. Pasti ada yang sedang
memermainkan kita.
(berkata begitu, Borok sambil menangis seperti anak kecil. Tentu saja Waska jadi marah
sekali)
WASKA
Cuah!
(Kaget Wanara yang sembunyi sampai terpental. Ketahuan ia oleh orang-orang itu. dan
orang-orang itu juga kemudian kaget sebentar melihat mahluk yang tidak jelas itu)
54 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WASKA
Heh, siapa kamu?
BOROK
Modar!
RANGGONG
Tangkap. Siapa tahu dia tahu di mana orang-orang itu.
WASKA
Heh, kamu siapa?
(Wanara Cuma celingak-celinguk mencari kesempatan lari)
RANGGONG
Mungkin pertanyaanya salah. Heh kamu apa?
(Wanara tetap tidak menjawab)
BOROK
Ini pasti soal bahasa. Cobakan bahasa lain. Jawa, Sunda atau Batak.
WASKA
Panjengan niki sinten?
(Wanara tetap tidak menjawab. Kelihatan makin gelisah)
BOROK (dalam bahasa sunda)
RANGGONG (dalam bahasa Padang)
BOROK (dalam bahasa Batak)
RANGGONG (dalam bahasa Ambon)
WASKA (dalam bahasa Madura)
kemudian mereka bertiga mendiskusikan soal bahasa dan memilih rumpun bahasa mana
yang mungkin bisa dicobakan untuk berkomunikasi dengan mahluk setengah telanjang itu.
saat itulah yang diambil Wanara untuk melarikan diri meninggalkan pentas. Segera Borok
mengumpat sementara Ranggong mengejarnya)
BOROK
Modar! (ikut mengejar)
WASKA
Jangan biarkan lepas. Siapa tahu dia yang membawa nasib kita.
(sebentar Waska Cuma melihat saja bagaimana kawan-kawannya mngejar mahluk itu)
WASKA
Bukan main licinnya. Seperti kebenaran.
(Lalu Waska meninggalkan pentas, sementara warna merah di langit seperti mata yang sakit
dan warna kelam semakin mengepung sekitar. Tidak lama kemudian kedengaran bunyi
tembakan yang selanjutnya gemanya dipantulkan kemana-mana. Di tengah gema itu
55 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
kedengaran beberapa ekor anjing pemburu bersama derap beberapa ekor kuda. Lagi bunyi
tembakan)
OS WIKU
Biadab! Biadab!
OS NINI
Wiku! Wiku, sayang.
(Berang sangat Wiku tua itu muncul di sana diikuti Nini yang mengejarnya dari belakang)
WIKU (berteriak ke sekitar)
Hentikan! Biadab! Hentikan pembunuhan itu!
NINI
Jangan terlalu keras berteriak, nanti tenggorokanmu sakit lagi.
WIKU
Naluri membunuh itu yang harus dibunuh. Betul-betul melekat erat kebiadaban sepanjang
sejarah kita. Dan di tengah kehancuran seperti ini, di tengah puing kebudayaan serta
peradaban ini, di tengah bangkai-mayat manusia yang hangus akibat peperangan yang habis-
habisan ini, di tengah kepunahan ini semua., di tengah pencaharian harapan ini, orang-orang
biadab masih juga asyik memburu. Dengan segala atribut, pakaian kebesaran dan senapannya
mereka berpesta pora meluapkan nafsu kebiadaban dan kebinatangan.
(berteriak lagi)
Mampus kalian oleh senjata kalian sendiri! Biadab!
NINI
Sayang. Kuasai dirimu, sayang. Tugas kita masih banyak sekali yang memerlukan tenaga.
WIKU
Justru karena tugas kita yang sekarang kita harus lebih lantang menyerukan mereka supaya
melepaskan naluri kebinatangan mereka.
(Lagi bunyi tembakan dengan gemanya. Walau kali ini agak jauh)
WIKU (semakin histeris)
Berhenti! Berhenti! Binatang semua! Hentikan itu! hentikan kepongahan itu! hentikan
kebodohan itu!
(Nini tidak tahu lagi mesti berbuat apa ketika suaminya makin histeris. Baru ketika Wiku
menutup kedua telinganya ia mendekapnya erat-erat)
WIKU (sambil menutup telinganya)
Hentikan! Hentikan! Setan! Hentikan!
NINI
Sayang, kasihani jantungmu. Kasihani napasmu.
WIKU
Saya paling benci bunyi itu. saya paling tersiksa oleh bunyi itu.
56 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
NINI
Tapi bunyi itu sama sekali tidak ada.
WIKU
Saya mendengarnya.
NINI
Tidak ada. Tidak ada, sayang. Percayalah.
WIKU
Tapi saya selalu mendengar bunyi yang berisi terror dan horror itu.
NINI
Itu semua hayalan kamu. Kasihan betul kamu. Sebenarnya kamu hanya karena merasa ikut
bersalah lalu dikejar-kejar oleh bunyi yang tidak ada itu.
OS BOROK
Kalian menembak?
(tentu saja terkejut pasangan petapa tua itu (yang bagaikan zombie-zombi) mendengar suara
itu. muncul Borok)
BOROK
Kalian yang menembak tadi?
(belum lagi pertanyaan sempat dijawab, muncul Ranggong yang terengah-engah)
RANGGONG
Merka yang menembak tadi?
BOROK
Mereka tidak mau bilang.
RANGGONG
Coba kita Tanya baik-baik
BOROK
Jangan-jangan masalah bahasa lagi. Modar!
(Sekonyong menyergap bunyi gemuruh pesawat pmbom lama (B29))
BOROK
Modar!
WIKU
Biadab!
(Lalu kini pesawat penyergap jet sejenif F-16. Lalu pesawat-pesawat lain yang lebih
canggih)
WIKU
Mereka tidak mau juga menghentikan kebiadaban itu! betul-betul binatang mereka!
(Borok dan Ranggong saling berpandangan)
57 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
NINI
Tidak cukup kemampuan kita, sayang. Tidak cukup.
WIKU
Tidak! Kita harus berhasil. Kali ini harus berhasil setelah kegagalan yang memalukan ini.
NINI
Sayang.
(lalu gemuruh pertempuran yang menggunakan senjata-senjata konvensional)
BOROK
Modar! Saya mulai gila barangkali.
RANGGONG
Jangan. Jangan gila. Pakai lagi otakmu. Lumayan.
(Sementara Wiku menutup kedua telinganya lagi dan istrinya mencoba menenangkannya
sambil mendekapnya erat-erat. Aneh. Di tengah gemuruh pertempuran itu kadang
kedengaran bunyi terompet tanduk)
BOROK
Bisingnya bukan main! Modar!
RANGGONG
Semua zaman berbunyi bersama!
(bunyi gemuruh tadi fade out lalu fade in bunyi pesawat-pesawat dan senjata-senjata yang
paling canggih. Semuanya kebisingan sekarang. Semuanya menutup telinga masing-masing.
lama mereka menutup telinga sampai setelah bunyi itu hilang. Sama sekali)
WIKU
Saya berusaha melupakannya.
NINI
Lupakan! Lupakan. Buang jauh-jauh kenangan buruk itu.
WIKU
Tidak ada yang bisa dibuang! Semuanya disimpan oleh alam. Semua zaman yang kita alami
berserakan sekeliling jagat seperti sampah yang membusuk dari waktu ke waktu.
NINI
Seperti sampah lainnya, kamu bisa jadikan sampah-sampah itu rabuk yang akan
menyuburkan hidup.
WIKU
Saya berusaha dan selalu berusaha melupakan semua itu, tapi dosa ini selalu memainkan lagi
semuanya. Terkutuk saya!
NINI
Sayang. Jangan mulai begitu lagi. Bukan kamu yang bersalah.
WIKU
58 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
Bukan saya, tapi setidaknya saya ikut dalam menciptakan malapetaka itu.
NINI
Sudahlah.
(lalu lewat dua ekor burung Kondor dari arah yang berlawanan dengan suara yang serak.
Dan malam betul-betul kelam)
WIKU
Berapa mayat lagi yang belum kita kuburkan?
NINI
Jangan hitung. Yang pasti sebagian besar yang masih sisa orang-orang kulit putih. Juga masih
ada sebagian mayat orang-orang Asia yang tidak jelas kebangsaannya.
BOROK
Modar! Mayat. Indah sekali.
RANGGONG
Betapa bahagia mereka.
(Sadar Wiku)
WIKU
He, siapa kalian?
NINI
Ya, siapa kalian?
BOROK
Modar! Kalian sendiri siapa?
RANGGONG
Ya, kalian siapa?
OS WASKA (meludah)
Cuah!
(Nampak kecapekan ketika Waska muncul. Napasnya turun naik)
WASKA
Cuah! Lebih dari belut. Selalu luput. Persis kebenaran. Dan ketika malam turun gelap segera
menyembunyikan mahluk aneh yang penuh rahasia itu. cuah!
(Ranggong dan Borok mendengarkan, sementara Wiku mengamati curiga. Adapun Nini
kelihatan cemas sekali)
WASKA
Kadang ia lari dengan lincahnya seperti seekor kijang. Dan saya berusaha terus menerus
mengejarnya seperti laksamana. Dan sebelum gaib ia seperti menjelma kencana yang
bercahaya. Lalu turun malam menutup pandangan. Cuah!
59 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WIKU
Hati-hati Ni, dia lelaki yang kelebihan sperma.
(semua ketawa)
WIKU
Oya. Kalau begitu monyet-monyet ini pasti
BOROK
Borok
WIKU
Dan
RANGGONG
Ranggong
BOROK
Modar!
RANGGONG
Harapan!
BOROK
Terimalah sungkem saya mbah
RANGGONG
Saya juga, eyang.
WIKU
Ya, saya terima. Perhitungan yang lain belakangan. Dengan Waska saya juga ada
perhitungan. Tapi sebelum berantem, sebaiknya kita ramah tamah dulu. Bagaimana pun kita
masih manusia. Kalian masih manusia, kan?
BOROK
Modar!
RANGGONG
Masih, kek.
WIKU
Syukur kalian masih merasa. Mudah-mudahan bukan ujud kalian saja yang manusia. Jangan-
jangn kalian siluman seperti umumnya orang.
RANGGONG
Tampang kami memang tampang petinju, mbah.
BOROK
Tapi jiwa kami ustadz.
RANGGONG
60 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
Banyak yang sebaliknya, mbah.
(ketawa mereka)
NINI
Ketawanya jangan kepanjangan, nanti bisa kejang. Kalau rahang yang kejang masih tidak
apa, tapi kalau mental yang kejang bisa fatal.
(ketawa lagi mereka)
BOROK (ketawa)
Sampai pengin kencing.
(ngeloyor pergi Borok sementara yang lain-lain semakin ramai ketawa)
WIKU
Kalau Waska selalu kejang, tapi anunya. Makanya hidupnya selalu belepotan! (ketawa)
WASKA
Kalau Wiku semuanya kejang kecuali otaknya. Jadinya kayak robot (ketawa)
WIKU
Kalau Waska ketawa ada maunya (ketawa)
WASKA
Kalau Wiku ketawa sebenarnya sedang sedih. (ketawa)
(Sejak itu semua ketawa tak habis-habis)
RANGGONG
Aduh. Saya juga pengin kencing.
(Ketawa lagi mereka, sementara Ranggong lari. Dan ketawa mereka habis-habisan sampai
mereka kehabisan tenaga. Beberapa saat, mereka tak saling bicara. Dan diam-diam, masing-
masing mulai menghadirkan dirinya yang asli. Wiku mulai merasakan amarahnya menjalari
pembuluh darahnya menghadapi Waska yang baginya salah seorang yang tlah secara
langsung menyebabkan kehancuran yang sedang berlangsung. Sebaliknya, Waska
beranggapan Wikulah biang sema kehancuran ini karena eksperimen-eksperimennya dalam
bidang ilmu murni)
WIKU
Apa yang kita ketawakan baru saja?
(tanyanya dengan suara rendah. Nini mulai cemas)
WASKA
Diri kita sendiri.
WIKU
Ya. Di seberang ketawa panjang tadi adalah kehampaan dan keputus asaan sementara di
sebaliknya adalah kebodohan. Manusia-manusia macam apa yang tega ketawa begitu rupa di
tengah kehancuran mereka sendiri? manusia-manusia yang sedang putus asa. Manusia-
manusia yang bodoh. Hanya ada dua cara yang dimiliki manusia macam ini, yaitu ketawa dan
meratap. Pun. Habis. Itu saja. yang lain tidak punya. Tidak ada analisa. Apalagi nuansa.
Itulah kamu!
61 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WASKA
Sudah lama saya tidak pernah ketawa lagi.
WIKU
Kasus kamu memang spesifik. Kamu jarang ketawa karena jiwa kamu kejang, kram. Betul
mulut kamu tidak ketawa, tapi otak kamu terus terbahak-bahak dan apa hasilnya? Inilah.
Inilah.
(katanya sambil menunjuk sekitar yang kerontang hangus itu)
WIKU
Lihat Waska. Saksikan sendiri. amati baik-baik semua ini. Saya yakin kamu sudah
mengetahui semua ini.
WASKA
Saya sudah melihat bumi yang bagai kudisan ini di layar monitor pesawat saya, jauh sebelum
mendarat.
WIKU
Ya, pasti. Dan kamu masih asyik dengan diri sendiri sekarang. Kamu tidak peduli sama sekali
akan akibat yang telah kamu perbuat. Kamu tidak peduli bumi ini keropos. Yang kamu
pedulikan hanyalah harga diri kamu sendiri. yang kamu cari hanyalah kepuasan diri kamu
sendiri. kamu perlakukan semuanya hanya sebagai barang mainan. Kamu terus menciptakan
mainan demi mainan. Dan sekarang setelah mainan kamu yang bernama bumi hancur lalu
kamu berkelana mencari mainan baru. Betul-betul idiot kamu!
WASKA
Cuah!
WIKU
Cuah!
NINI
Wiku, sebaiknya kita kembali ke pondok kita untuk makan dulu. Setelah itu boleh kalian
lanjutkan diskusi.
WASKA
Cuah!
WIKU
Ludah kamu memang terlalu banyak karena seluruh dirimu berlumur liur. Padahal
sebenarnya yang patut kamu ludahi adalah wajah kamu sendiri.
NINI
Wiku.
WASKA
Saya diserang!
WIKU
62 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
Begitu selalu kamu. Diserang! Diserang! Hidup bagi kamu hanya perang. Alam dan orang
lain kamu anggap musuh. Tentu saja kamu hidup kayak cacing kepanasan.
WASKA
Cuah! Rupanya kamu sedang marah!? Dan bukan hanya marah, tapi hysteria!
WIKU
Bukan marah, Berang!
WASKA
Dan kamu sedang menuduh saya.
WIKU
Bukan menuduh. Menuntut!
WASKA
Bukan menuntut. Melawan!
WIKU
Ya, saya sedang melawan dan menantang kamu, Jenderal! Belum pernah selama hidup saya
berpikir tentang membunuh, kecuali saat ini.
WASKA
Selama hidup saya selalu diliputi rasa dendam, tapi belum pernah saya berdendam seperti
sekarang ini. Saya sengaja datang untuk membekuk dan mengadili kamu, empu! Kamu tidak
akan bisa mengelak dari tanggung jawab kamu atas eksperimen-eksperimen kamu! Jangan
pengecut!
WIKU
Kamu yang sebenarnya pengecut! Kamu yang sebetulnya mau cuci tangan melepas tanggung
jawab! Kamu kira kamu bisa membersihkan sejarah kamu yang kotor berlumur darah itu?
pencuri! Perampok! Pembunuh!
WASKA
Saya memang pembunuh tapi kamu otaknya!
WIKU
Tidak benar itu! fitnah! Otak saya tidak pernah berpikir tentang pembunuhan. Otak saya
hanya berbakti pada ilmu karena semata hanya ingin tahu, ingin menyibak tabir rahasia
Tuhan. Otak saya selalu saya karyakan untuk kemajuan manusia. Tapi sebaliknya, otak kamu
hanya mengabdi kepada dendam dan pengrusakan dibalik dalih keamanan dan kesejahteraan!
(Waska pun meraung. Kilat menyambar! Dan petir!)
WASKA
Gustav!
OS GUSTAV
Saya di sini, Waska. Di bawah jembatan!
WASKA
63 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
Debleng!
OS DEBLENG
Di sini, Waska. Di balik tong sampah!
WASKA
Borok!
OS BOROK
Gua dikuburan cina, Waska!
WASKA
Ranggong!
OS RANGGONG
Ranggong di sini, Waska. Di becak nomor tiga belas!
WASKA
Japar!
OS JAPAR
Aku dalam bus kota, Waska!
(Sekali lagi kilat menyambar. Dan petir. Sementara perdebatan itu berlangsung, Nini bekerja
dengan skopnya membuat liang lahat. Sesekali menyela diskusi dengan beberapa patah
kalimat yang akan ditambahkan kemudian)
WIKU
Tidak mungkin menolong orang dengan mencelakakan orang lain. Tidak mungkin
membangun kebudayaan dengan alasan dendam dan kebencian. Logika apa itu? atas nama
kemelaratan kamu melakukan perampokan dan mengumumkannya sebagai perang suci!
WASKA
Saya menggerakkan perampokan karena sebelumnya mereka juga melakukan hal yang sama!
Saya merampok karena mereka juga perampok!
WIKU
Itulah kebudayaan yang kamu bangun! Merampok!
WASKA
Memang! Hidup memang rampok merampok! Sebelumnya orang tidak menyadari dan
sejarah lain selalu dipalsukan. Sebelumnya orang dididik untuk menerima kemelaratan
sebagai sesuatu kewajaran, yang alamiah dan takdir! Tapi setelah skandal itu terbuka, setelah
tahu begitu panjang sejarah perampokan dibiarkan dan digelapkan, setelah otak saya bekerja,
saya tak membiarkan perampokan itu terus berlangsung.
WIKU
Dan selanjutnya kamu menggantikan mereka melakukan perampokan?
WASKA
Ya! Saya rampok perampok!
64 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WIKU
Dan sejarah menurut kamu seperti itu? merampok dan dirampok?
WASKA
Ya!
WIKU
Dan kamu tidak percaya sejarah semacam itu akan berubah!?
WASKA
Tidak! Perampokan akan terus berlangsung! Atau saya atau mereka!
WIKU
Ada yang akan merubahnya, Nih! (menunjuk kepalanya sendiri) Otak ini akan merubahnya.
Ilmu akan merubahnya. Ilmu akan bekerja untuk membebaskan hidup dari siklus gila itu.
WASKA
Utopis! Mimpi!
WIKU
Tepat sekali!. Otak dan ilmu memang selalu wilayah mimpi dan utopia karenanya ia tidak
pernah mengalami putus asa!
WASKA
Omong kosong macam apa kamu dengan sombong ingin memberontak kepada kepastian
sejarah?
WIKU
O, diam-diam rupanya kamu juga termasuk yang percaya pada nasib atau takdir. Saya juga.
Tapi lebih dari percaya, saya bekerja bersama otak dan ilmu untuk menjelajahinya,
mengenalinya dan memngaruhinya. Sebaliknya kami fatalis yang sebenarnya cengeng yang
tak punya daya. Karena kamu tidak pernah memakai otak. Karena kamu tidak pernah
berpikir. karena slama ini kamu hanya robot-robot nasib, dendam dan kebencian.
NINI
Kalau belum juga kalian mau menghentikan pertikaian ini, segera saya akan terpaksa turun ke
gelanggang.
WIKU
Kebudayaan seharusnya dibangun di atas keyakinan akan harapan dan cinta. Tidak
sebaliknya seperti yang kalian lakukan.
WASKA
Betul-betul kelebihan otak kamu, sehingga otak orang lain begitu lihay kamu otak-atik.
Untung otak saya masih tetap ditempatnya sehingga masih mampu memilah gelombang
pikiranmu yang selalu semrawut. Kamu ini sebnarnya tukang sulap yang sangat berbahaya.
Karena yang kamu sulap adalah hidup! Kamu juga idiot yang tidak diketahui sejarah! Otak
kamu juga cacingan! Berbahaya! Otak siapa kamu kira yang meracuni otak banyak orang di
65 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
dunia? Otak kamu! Pembunuhan demi pembunuhan, peperangan demi peperangan, revolusi
demi revolusi terjadi karena banyak otak yang cacingan! Ketularan otak kamu!
Saya adalah tangan. Kamu adalah otak. Kalau memang kita berdua harus menanggung
hukuman atas malapetaka ini seharusnya saya mendapatkan yang ringan. Ternyata tidak!
Saya harus menanggung dosa lebih berat daripada kamu, sementara kamu tak habis-habisnya
membersihkan nama kamu dalam sejarah!
NINI
Ini peringatan terakhir. Kalau dalam lima menit kalian tidak berhenti bicara saya akan
menembakkan kata-kata saya. Saya jamin kalian akan segera bertumbangan dalam sekejap.
WASKA
Nah, masih punya kamu kata-kata sisa untuk membuat sulapan lagi? Masih kamu akan
berusaha menutupi dosa kamu? Masih kamu mau mengelak tanggung jawab?
WIKU
Saya tidak pernah main sulap! Saya tidak pernah menutupi dosa dan sebaliknya kerja saya
justru menyingkap dosa. Dan saya juga tidak pernah mengelak dari tanggung jawab. Tapi
kamu juga jangan pernah lari dari tanggung jawab kamu, tuan Presiden!
WASKA
Saya bukan pengecut. Saya akan tetap di tempat saya, sekalipun langit akan menerkam saya.
Tapi sebelum itu, jawab, siapa yang bertanggung jawab terhadap nasib saya/ siapa yang
bertanggung jawab atas penderitaan saya karena saya tidak pernah mati? Otak siapa yang
telah mengotak-atik sehingga punya formula penangkal ajal?
NINI
Formula jamu itu saya punya. Namanya Jamu Dadar Bayi yang manjur untuk memerpanjang
umur. Apa kamu masih memerlukan lagi?
BOROK
Modar! Modar!
(muncul Borok dalam keadaan pucat pasi dan sangat kebingungan sambil memegang bagian
kemaluannya)
BOROK
Jangan diskusi dulu. Ini mendesak.
(napasnya turun naik. Dan ia tidak bisa lancara bicara karena ada sesuatu yang berat ingin
disampaikan)
NINI
Kenapa? Kencing kok sampai satu jam!?
BOROK
Ini lebih gawat dari kiamat. Tapi….
NINI
Tampang rampok kok penakut. Pasti kamu baru lihat bukit yang ternyata tumpukan manusia
mati, kan? Tidak usah takut. Besok juga bukit mayat itu akan rata. Kami berdua pasti akan
66 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
menguburkan semuanya baik-baik. Bagaimana pun mayat-mayat itu masih manusia. Kita
tidak boleh menlantarkannya, sekalipun sudah menjadi mayat. Manusia adalah sejarah itu
sendiri. dan sedikit banyak kematian mereka, langsung tidak langsung kita semua ikut
memertanggung jawabkannya.
BOROK
Itu belum terlalu gawat. Ada mayat kecil yang paling gawat.
NINI
Mayat kecil itu mayat bayi. Itu memang tanggung jawab dan dosa kamu. Karena kamu telah
merampok jatah hidup mereka.
WASKA
Cuah! Bicara yang jelas! Borok! Ada apa!?
BOROK
Bukan. Bukan mayat bayi. Maksud saya, diri saya yang kecil.
WASKA
Yang jelas!
WIKU
O, kamu mau bicara soal kosmos besar dan kosmos kecil.
BOROK
Aduh, saya masih pengin kencing.
WASKA
Apa susahnya kencing?
BOROK
Sudah satu jam saya mencoba kencing, tapi tidak bisa. Aduh. Habis tenaga saya. Sakitnya
bukan main.
WASKA
Cuah! Apa perlu orang lain membuka celana kamu? Bikin malu!
BOROK
Ya, saya malu. Soalnya kosmos kecil saya hilang. Maksud saya titit saya hilang.
(Semua ternganga)
NINI
Ini pasti karena ada yang salah ketika minum jamu dulu
BOROK
Aduh. Sakitnya bukan main. Ini pasti namanya siksa neraka. Matinya belum tapi siksanya
duluan. Aduh….
WASKA
Ranggong mana?
67 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
BOROK
Boro-boro saya sempat memperhatikan dia.
WASKA
Soalnya dia juga pergi tidak berapa lama setelah kamu pergi. katanya juga mau kencing.
BOROK
Jangan-jangan hilang juga punya dia.
NINI
Belum tentu. Itu semua tergantung dari banyak faktor.
BOROK
Modar! Aduh!
(Pergi lagi Borok, tapi…)
WASKA
He, mau kemana lagi kamu?
BOROK
Saya akan coba cari lagi. Siapa tahu jatuh di jalan tadi.
(lalu dia pergi lagi)
WASKA
Nah, tanggung jawab siapa titit yang hilang itu? tanggung jawab siapa ajal yang tidak datang-
datang?
WIKU
Yang pasti bukan tanggung jawab saya. Jamu itu bukan formula saya.
NINI
Memang bukan formula kamu, Wiku. Tapi saya sampai pada formula itu setelah memelajari
beberapa penemuan-penemuan kamu.
WIKU
O ya? Yang mana?
NINI
Yang kemudian kamu serahkan kepada Sandek tua.
(Wiku terpaku)
WASKA
Jadi tanggung jawab siapa?
NINI
Tanggung jawab kamu!
68 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WASKA
Lho? Saya? Kok saya? Ringan betul cara Anda ngomong!?
NINI
Kamu yang bertanggung jawab karena kamu yang menggunakan formula itu. selain itu cara
kamu mendapatkan formula itu juga dengan cara yang tidak syah. Kamu mencuri.
WASKA
Mencuri? Tidak mungkin. Ranggong dan Borok mengatakan bahwa kalian memberikannya
sendiri formula itu secara sukarela.
NINI
Itu versi kalian dan pengarang sandiwara ini. Tapi menurut versi saya, formula itu kalian
curi!
WIKU
Benarkan? Kamu memang pencuri. Saya berani katakana juga yang mencuri catatan harian
saya jilid 29, jilid yang justru paling berbahaya kalau dibaca orang yang tidak paham betul
akan teori dasar yang saya kembangkan.
Ngaku! Saya bisa pastikan karena kamu meninggalkan banyak ludah di perpustakaan saya.
Hampir saya kepeleset oleh ludah kamu. Saya kenal betul jenis serta warna ludah kamu.
WASKA
Boleh jadi iya. Saya sudah lupa apa dulu saya atau orang lain yang mencuri. Tapi yang pasti
saya tidak mungkin mencuri kalau kamu tidak punya apa yang saya curi.
WIKU
Omongan apa ini? Jadi, kamu mencuri karena saya punya sesuatu yang akan kamu curi? Jadi,
saya yang salah?
WASKA
Saya tidak menyimpulkan. Saya Cuma mengatakan begitu.
NINI
Sejak kalian mulai berdebat saya sudah menduga kalian berdua sebenarnya anak-anak kecil.
Semakin kencang berdebat semakin membuktikan bahwa kalian memang anak-anak kecil
atau idiot-idiot. Puih, dunia laki-laki memang dunia idiot! Kebudayaan kalian, kebudayaan
laki-laki! Sekarang sudah waktunya saya turun ke gelanggang merebut kembali posisi yang
telah kalian rampas puluhan abad yang lalu.
(tiba-tiba sebuah pencakar langit yang hilang pucuknya tumbang begitu saja diikuti oleh
pencakar-pencakar langit dan gedung yang lain. Gemuruhnya bukan main. Serupa gempa.
Tapi semuanya hanya sekejap. Dan semuanya meninggalkan kepulan debu di mana-mana)
NINI
Lihat! Sebuah kota dengan seperangkat pencakar langitnya rontok dalam sekejap. Itulah
perlambang keperkasaan kebudayaan dan peradaban laki-laki. Sombong namun kosong.
Perkasa namun cepat binasa.
WASKA
Cuah!
69 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
(Wiku cemberut sambil memegang-megang daun telinganya sendiri)
NINI
Perempuan adalah Ibu kebudayaan, sungguh-sungguh Ibu, sungguh-sungguh empu.
Perempuan yang melahirkan rumah, peladangan, peternakan, pertanian, perkebunan dan
industry. Bahkan perempuan adalah manajer pertama, guru pertama yang memiliki ide
konservasi. Perempuan adalh lambing konstruksi, lambing pembangunan. Sementara laki-laki
lambing destruksi. Dan last but not least, perempuan yang melahirkan serta melanjutkan
hidup. Semua itu dikaryakan perempuan dengan dasar naluri wajar, yaitu cinta dan kasih
sayang dan bukan dengan dasar nafsu, yaitu dendam, kebencian dan persaingan seperti pada
laki-laki. Jangan sedih Wiku.
WIKU
Saya tidak sedih. Saya terharu.
WASKA
Cuah!
WIKU
Saya terharu karena kamu telah mengungkapkan apa-apa yang sebenarnya sudah lama juga
saya pikirkan. Saya jadi semakin menyesal akan kesalahan-kesalahan saya. Terkutuk saya!
NINI
Wiku, sayang.
WIKU
Kenapa Tuhan tidak melahirkan saya sebagai perempuan? Oh, nasi sudah menjadi bubur.
Tapi tetap saya menyesal. Dan saya marah pada diri sendiri. terkutuk saya. Picisan saya!
Korup saya!
(Wiku terus memukul-mukul kepalanya sendiri. sementara itu Waska mondar-mandir gelisah)
NINI
Betulkan? Ini buktinya bahwa laki-laki anak kecil. Sepanjang hidupnya ia memerlukan
seorang Ibu, seorang perempuan.
WIKU
Ondel-ondel berotak saya!
NINI
Sayang, kenapa? Ada apa?
(seperti kepada anak kecil)
WIKU
Saya menyesal. Menyesal.
NINI
Bagus. Itu permulaan dari tahu diri. Artinya sejak sekarang kamu akan lebih berhadil
membina kebudayaan baru.
70 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
WIKU
Tapi sesal ini tak habis-habis.
NINI
Itu buruk. Sesal tak habis-habis ama dengan makan tak habis-habis. Itu rakus. Dan rakus itu
berbahaya.
WIKU
Tolong Ni, peluk saya.
NINI
Sayang….
(Nini dengan sayang memeluknya dan Wiku segera merasa tentram)
NINI
Nah, siapa sekarang yang berani mengatakan bahwa laki-laki lebih kuat?
WASKA
Cuah!
NINI
Jangan salah paham. Saya sama sekali tidak sedang bicara soal hak karena saya tidak suka
politik. Saya sedang membuktikan harmoni karena saya berbakti pada hidup dan peradaban.
WASKA
Ngomong memang gampang! Tapi siapa akan memeluk saya? Coba piker, siapa?
(meregang peluk, Wiku dan Nini mulai berpikir)
Saya bahkan tak pernah mengizinkan diri saya menangis karena saya sadar, tangis saya tak
akan dipahami siapa-siapa. Tak pernah ada yang memeluk saya.
NINI
Saya dengar.
WIKU
Ya, mana itu pasangan kumpul kebo kamu? Gayah, mana?
(Waska sedih amat dalam sekali)
WIKU
Jadi….
NINI
Gayah sudah mendahului kamu?
(Waska dengan sedih menganggukan kepala)
NINI
Bersyukurlah.
WASKA
Tapi saya bagaimana?
71 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
NINI
Bagaimana bagaimana?
WASKA
Ending lakon saya. Nasib saya. Saya sebetulnya tidak peduli apa saja. tidak peduli.
Perdebatan tadi juga tidak ada artinya buat saya. Perdebatan kosong.
NINI
Bukan saja kosong. Kuno! Ketinggalan zaman!
WIKU
Tapi rasa dosa ini tak pernah bisa lepas.
NINI
Karena dosa kalian menyangkut zaman.
WASKA
Satu-satunya yang saya perlukan hanyalah mati.
(Wiku memandang Nini. Begitu sebaliknya)
WASKA
Mencoba bunuh diri sudah. Mencoba membunuh sudah. Tapi kami bertiga tidak juga mati.
Kemudian kami arungi galaxy, kami kaparkan diri kami di bulan. Tidak juga kami mati.
Karena itu saya bawa lagi Borok dan Ranggong kembali ke sini untuk menemui kalian
dengan harapan mendapatkan formula lain yang mampu menangkal formula yang baru.
WIKU
Betul-betul egois, individualis, materialis paling sempurna kamu. Selalu yang kamu sibukkan
hanya keperluan dan kepentingan diri kamu sendiri saja. betul kata saya kan, Nini?
NINI
Betul. Tapi kalian berdua sama dan sebagun.
(muncul Borok dalam wajah yang amat sangat sengasara)
BOROK
Tidak ada.
(Semua melongok. kasihan)
BOROK
Senti demi senti yang saya susuri saya teliti, helai demi helai rumput hangus itu saya sibaki,
buti demi butir kerikil saya baliki, tapi titit itu tetap tidak saya temukan.
NINI
Selalu persoalan titit yang paling merepotkan sepanjang sejarah. Institusi-institusi social
didirikan, dari yang paling kecil sampai besar, semuanya gara-gara persoalan titit. Diciptakan
begitu banyak kaidah, norma, hokum dan undang-undang serta peraturan, konvensi-konvensi
juga menertibkan persoalan titit. Bahkan deregulasi dan prestroika saya sangsi dapat
menyelesaikan persoalan ini.
WASKA
72 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
Repot amat. Apa tidak mungkin kamu ganti saja barang yang selalu merepotkan itu?
BOROK
Saya juga berpikir begitu. karena itu saya coba menelanjangi satu mayat. Saya piker okelah
pakai yang tweede-hands dan oklah juga mayat itu lain kebangsaan dengan saya; lagi saya
kira persoalan titit kan tidak mengenal kebangsaan, universal!
WASKA
Ya, lalu? Ceritanya jangan panjang. Porno.
BOROK
Setelah saya teliti eh, ternyata mayat itu juga rupanya kehilangan barang yang sama. Lalu
saya baliki mayat yang lain. Eh sama juga. Akhirnya saya telanjangi semua mayat dan
ternyata semua mayat juga tidak lengkap.
(dengan air muka yang mengibakan, Borok memandang kepada bossnya)
WASKA
Kenapa kamu memandang saya begitu rupa? Kamu kira saya rela minjamin barang saya?
BOROK
Tidak. Saya hanya mau Tanya. Bagaimana perkembangan kita? Kapan kita mati?
WASKA
Baru saja saya sampaikan persoalan kita pada pasangan tukang sihir ini.
BOROK
Tolong mbah. Hukan-hidup sudah kami jalani. Sekarang berikanlah formula keajaiban yang
lain.
(Wiku dan Nini menjauhi mereka, membelakangi mereka)
WASKA
Cuah!
BOROK
Tolong, mbah. Hidup kepanjangan tanpa titit pasti sudah siksaan yang paling siksaan.
Tolong.
WASKA (marah)
Cuah!
(dengan geram, Waska menjambak punggung baju Wiku)
WASKA
Kalian memang ningrat-ningrat yang sok!
(dilemparkannya lelaki tua itu yang tentu saja menyebabkan Nini segera menolongnya.
Menjerit tentu Nini)
NINI
Dasar perampok! Hidup kalian rampok. Sekarang kalia juga akan merampok mati. Kalian
betul-betul tidak menyadari apa yang sebenarnya kalian perbuat. Kalian ini merampok
Tuhan!
73 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau
(rasa terpukul Waska. Juga Borok)
WIKU
Sudah, Ni. Sudah. Saya tidak apa-apa kok. Sudahlah. Jangan tambah lagi siksaan mereka.
(pause) Biar saya saja yang akan mengatakan semuanya.
(lalu dengan tenang Wiku mendekati Waska yang napasnya turun naik, Borok jongkok)
WIKU
Kamu tidak sendirian
WASKA
Memang bukan saya saja. juga Ranggong dan Borok. Bertiga.
WIKU
Bukan bertiga. Berlima.
WASKA
Berlima?
WIKU
Saya dan Nini juga punya derita yang sama.
(ternganga Waska, Borok juga. Nini kelihatan tetap tegar)
WIKU
Jauh sebelum kalian minum jamu itu, lebih dulu Nini sendiri menenggaknya sebagai
percobaan pertama atas manusia. Saya juga kemudian menenggaknya, karena saya tak
hendak berpisah dari Nini. Mungkin ada perhitungan yang keliru. Atau mungkin juga
memang tidak akan terhitung. Maka jadilah kami seperti yang kalian alami sekarang.
WASKA
Lalu apa artinya ini?
(cemasnya bukan main Waska)
BOROK (lemes)
Modar!
WIKU
Kita hidup dan hidup
WASKA
Sampai kapan?
WIKU
Sampai mati.
BOROK
Indah sekali.
Lakon OZONE
Lakon OZONE
Lakon OZONE
Lakon OZONE
Lakon OZONE
Lakon OZONE

More Related Content

More from Syamsul Noor

Mutiara hitam kho ping hoo
Mutiara hitam kho ping hooMutiara hitam kho ping hoo
Mutiara hitam kho ping hooSyamsul Noor
 
Cinta bernoda darah
Cinta bernoda darahCinta bernoda darah
Cinta bernoda darahSyamsul Noor
 
Constructing the polity of sriwijaya in the 7th – 8th centuries
Constructing the polity of sriwijaya in the 7th – 8th centuriesConstructing the polity of sriwijaya in the 7th – 8th centuries
Constructing the polity of sriwijaya in the 7th – 8th centuriesSyamsul Noor
 
Pada suatu hari karya arifin c noer
Pada suatu hari karya arifin c noerPada suatu hari karya arifin c noer
Pada suatu hari karya arifin c noerSyamsul Noor
 
Manuskrip nusantara di saint petersburg
Manuskrip nusantara di saint petersburgManuskrip nusantara di saint petersburg
Manuskrip nusantara di saint petersburgSyamsul Noor
 
Kiyosaki retire young retire rich
Kiyosaki retire young retire richKiyosaki retire young retire rich
Kiyosaki retire young retire richSyamsul Noor
 
The cashflowquadrant
The cashflowquadrantThe cashflowquadrant
The cashflowquadrantSyamsul Noor
 
Berpikir dan berjiwa besar
Berpikir dan berjiwa besarBerpikir dan berjiwa besar
Berpikir dan berjiwa besarSyamsul Noor
 
Uu 32 2002_penyiaran
Uu 32 2002_penyiaranUu 32 2002_penyiaran
Uu 32 2002_penyiaranSyamsul Noor
 
Uu no 8 th1999 perlindungan konsumen
Uu no 8 th1999 perlindungan konsumenUu no 8 th1999 perlindungan konsumen
Uu no 8 th1999 perlindungan konsumenSyamsul Noor
 
Uu32 2004 pemerintahan daerah
Uu32 2004 pemerintahan daerahUu32 2004 pemerintahan daerah
Uu32 2004 pemerintahan daerahSyamsul Noor
 
Uu1 1974 perkawinan
Uu1 1974 perkawinanUu1 1974 perkawinan
Uu1 1974 perkawinanSyamsul Noor
 
Syeikh abdus samad al palembani (1704-1789 m)
Syeikh abdus samad al palembani (1704-1789 m)Syeikh abdus samad al palembani (1704-1789 m)
Syeikh abdus samad al palembani (1704-1789 m)Syamsul Noor
 
Tenggelamnya kapal van der wijck hamka
Tenggelamnya kapal van der wijck hamkaTenggelamnya kapal van der wijck hamka
Tenggelamnya kapal van der wijck hamkaSyamsul Noor
 
Negara gagal mengelola_konflik_novri susan
Negara gagal mengelola_konflik_novri susanNegara gagal mengelola_konflik_novri susan
Negara gagal mengelola_konflik_novri susanSyamsul Noor
 
Meadows of gold and mines of gems by el mas'udi
Meadows of gold and mines of gems by el mas'udiMeadows of gold and mines of gems by el mas'udi
Meadows of gold and mines of gems by el mas'udiSyamsul Noor
 
05 a modern history of the islamic world
05 a modern history of the islamic world05 a modern history of the islamic world
05 a modern history of the islamic worldSyamsul Noor
 
Malam terakhir karya yukio mishima
Malam terakhir karya yukio mishimaMalam terakhir karya yukio mishima
Malam terakhir karya yukio mishimaSyamsul Noor
 

More from Syamsul Noor (20)

Mutiara hitam kho ping hoo
Mutiara hitam kho ping hooMutiara hitam kho ping hoo
Mutiara hitam kho ping hoo
 
Cinta bernoda darah
Cinta bernoda darahCinta bernoda darah
Cinta bernoda darah
 
Suling emas
Suling emasSuling emas
Suling emas
 
Bu Kek Siansu
Bu Kek SiansuBu Kek Siansu
Bu Kek Siansu
 
Constructing the polity of sriwijaya in the 7th – 8th centuries
Constructing the polity of sriwijaya in the 7th – 8th centuriesConstructing the polity of sriwijaya in the 7th – 8th centuries
Constructing the polity of sriwijaya in the 7th – 8th centuries
 
Pada suatu hari karya arifin c noer
Pada suatu hari karya arifin c noerPada suatu hari karya arifin c noer
Pada suatu hari karya arifin c noer
 
Manuskrip nusantara di saint petersburg
Manuskrip nusantara di saint petersburgManuskrip nusantara di saint petersburg
Manuskrip nusantara di saint petersburg
 
Kiyosaki retire young retire rich
Kiyosaki retire young retire richKiyosaki retire young retire rich
Kiyosaki retire young retire rich
 
The cashflowquadrant
The cashflowquadrantThe cashflowquadrant
The cashflowquadrant
 
Berpikir dan berjiwa besar
Berpikir dan berjiwa besarBerpikir dan berjiwa besar
Berpikir dan berjiwa besar
 
Uu 32 2002_penyiaran
Uu 32 2002_penyiaranUu 32 2002_penyiaran
Uu 32 2002_penyiaran
 
Uu no 8 th1999 perlindungan konsumen
Uu no 8 th1999 perlindungan konsumenUu no 8 th1999 perlindungan konsumen
Uu no 8 th1999 perlindungan konsumen
 
Uu32 2004 pemerintahan daerah
Uu32 2004 pemerintahan daerahUu32 2004 pemerintahan daerah
Uu32 2004 pemerintahan daerah
 
Uu1 1974 perkawinan
Uu1 1974 perkawinanUu1 1974 perkawinan
Uu1 1974 perkawinan
 
Syeikh abdus samad al palembani (1704-1789 m)
Syeikh abdus samad al palembani (1704-1789 m)Syeikh abdus samad al palembani (1704-1789 m)
Syeikh abdus samad al palembani (1704-1789 m)
 
Tenggelamnya kapal van der wijck hamka
Tenggelamnya kapal van der wijck hamkaTenggelamnya kapal van der wijck hamka
Tenggelamnya kapal van der wijck hamka
 
Negara gagal mengelola_konflik_novri susan
Negara gagal mengelola_konflik_novri susanNegara gagal mengelola_konflik_novri susan
Negara gagal mengelola_konflik_novri susan
 
Meadows of gold and mines of gems by el mas'udi
Meadows of gold and mines of gems by el mas'udiMeadows of gold and mines of gems by el mas'udi
Meadows of gold and mines of gems by el mas'udi
 
05 a modern history of the islamic world
05 a modern history of the islamic world05 a modern history of the islamic world
05 a modern history of the islamic world
 
Malam terakhir karya yukio mishima
Malam terakhir karya yukio mishimaMalam terakhir karya yukio mishima
Malam terakhir karya yukio mishima
 

Recently uploaded

Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................teeka180806
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfachsofyan1
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...Neta
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99
 
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikssuser328cb5
 

Recently uploaded (8)

Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
 
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
 

Lakon OZONE

  • 1. 1 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau OZONE Karya ARIFIN C. NOER BABAK SATU Semuanya, segala sesuatunya berwarna hijau. Semuanya, segala sesuatunya diam. Beberapa saat tak ada gerak tak ada suara. Baru kemudian secara lembut, seperti merayap menembus, menyayup musik atau bunyi-bunyian yang fantastis sekali. Suatu jenis musik yang berlum pernah ada; bahkan tidak akan pernah ada di bumi. Dan ketika musik dan bunyi-bunyian ini melenyap. Semuanya, segala sesuatunya menjelma warna lain. Dan ketika semuanya, segala sesuatunya kembali berwarna hijau. BOROK Sampai di mana kita? (Waska yang purba itu kelihatan sedang menahan amarah purbanya. Wujudnya sudah seperti Mummi, penuh keriput. Juga Borok dan Ranggon)g BOROK Modar! Sampai di mana kita? (Ranggong sedang kena pesona. Ia berdiri depan jendela pesawat, memandang keluar. Alam semesta, alam raya, begitu rapi kesatuannya) BOROK Otakku tidak perbah bisa bekerja. Modar! Sampai di mana kita? Ranggong! RANGGONG (Mengeja, khidmat) A….B….C….De….A…B…. BOROK Tidak ada petunjuk sama sekali. Tidak ada dalam peta . modar! Bahkan kita tidak pernah memimpikannya apalagi memperkirakannya. Tidak dalam astronomi. Tidak dalam mimpi. RANGGONG Satu…. Dua…. Tiga…. Satu…. Dua…. (Waska mengejang-ejang dalam menahan amarahnya) BOROK Hari apa ini? Jam berapa ini? Modar! Kita tidak lagi punya siang. Kita tidak lagi punya malam. Saya tidak tahan. Lebih baik kita kembali ke bumi. Saya tidak bisa punya kepastian. Ketika Borok akan memprogram pesawat itu untuk kembali ke bumi, segera Ranggong menghalanginya
  • 2. 2 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Kita tidak akan pernah kembali. Kita tidak akan pernah menghentikan perjalanan ini BOROK Kita istirahat sebentar. Saya tidak tahan. Jumlah pertanyaan tidak akan tertampung oleh otak yang macet ini. RANGGONG Borok. Kita tidak akan pernah berpisah, bukan? Kita sudah saling sumpah. BOROK Petualangan Waska kali ini sangat menyiksa. Otak saya dipaksa bekerja. Saya tidak suka. Saya tidak suka. Saya hanya ingin mati. RANGGONG Saya juga. Waska juga. Kita bertiga ingin mati. BOROK Tapi kita tidak pernah mati juga. RANGGONG Kita sedang menuju ke sana. Ke mimpi kita. Ke mati. BOROK Indah sekali RANGGONG Ya, indah sekali. Sebab itu kita tidak akan pernah kembali. BOROK Tapi perjalanan ini menyiksa saya. RANGGONG Perjalanan ini penuh pesona. Menentramkan. Cobalah kamu perhatikan alam di sekitar kita. Indah sekali, bintang-bintang berenang bersama planet-planet. Dan kamu tahu apa yang terjadi barusan saja? Saya merasa seperti sedang dilahirkan kembali dan memulai lagi hidup ini. Bukan main. Lihat. Seorang bayi yang mulus. BOROK Modar! Betul-betul seorang bayi! RANGGONG Bayi itu indah sekali BOROK Ia melayang-layang diantara bintang-bintang dan planet-planet. Modar! Bayi siapa dia? RANGGONG Itu kamu Borok! Kamu.
  • 3. 3 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau BOROK Saya? RANGGONG Iya kamu. BOROK Kamu sendiri mana? RANGGONG Sebentar lagi saya akan kelihatan tidak jauh dari bintang itu. BOROK Itu dia. RANGGONG Ya. Ya. BOROK Tapi itu seekor kuda putih. Modar! Bayi itu menunggang kuda! RANGGONG Itu saya. BOROK Modar! Sombong sekali kamu. RANGGONG Sekarang perhatikan lagi. Mahluk itu sedang mendekati bayi kamu. BOROK Modar! Apa itu? Dinosaurus! Modar! Bayi itu menaiki punggung binatang itu. ketawa- ketawa dia. Modar! Ia melambai-lambaikan tangannya yang kecil kepada kita. RANGGONG Balaslah lambaiannya (Borok kemudian melambai-lambaikan tangannya. Juga Ranggong.) RANGGONG Bagaimana sekarang? BOROK Semangat saya kembali berkibar-kibar. Nafsu saya kembali berkobar-kobar. Saya suka petualangan ini. RANGGONG Iniah petualangan sejarah Waska! BOROK
  • 4. 4 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau Kita akan sampai ke ujungnya? RANGGONG Kita akan sampai ke ujung sejarah! BOROK Dan kita akan mati. RANGGONG Kita akan mati. (Waska tiba-tiba meraung dahsyat sekali.) WASKA Gustav! GUSTAV Saya di sini, Waska! WASKA Debleng! DEBLENG Saya di sini Waska! WASKA Engkos! ENGKOS Saya di sini, Waska! WASKA Japar! JAPAR Saya di sini, Waska! WASKA Borok! BOROK Saya di sini, Waska! WASKA Ranggong! RANGGONG Saya di sini, Waska!
  • 5. 5 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau (Waska meraung dahsyat. Ranggong meraung dahsyat. Borok meraung dahsyat. Semua meraung dahsyat, sangat dahsyat.Waska kecapekan , Ranggong Kecapekan, Borok melohok, menyaksikan kawan-kawannya yang lama sedang berjoget tanpa suara) BOROK Ramai sekali mereka RANGGONG Karena mereka sudah mati! BOROK Oh, bahagianya mereka, bahagianya. (Kawan-kawannya semakin asyik berjoget. Sesekali terdengar suara dan bunyinya kalau kebetulan angin least. Sesekal) BOROK Mereka sudah mati RANGGONG Labih satu abad yang lalu, Borok. BOROK Labih satu abad yang lalu, ranggong. Seharusnya kita juga begitu satu abad yang lalu. RANGGONG Eh, lihat. Lihat tuh, siapa tuh? BOROK Makdikipe, si juru kunci kuburan yang mati kita granat dulu. Teller betul dia. Apa di alam kubur juga ada ganja? RANGGONG Anaknya juga tuh ikut-ikut negibing. Kayaknya bidaranya cantik benar. BOROK Emang mereka sama bidadari? RANGGONG Sama siapa lagi? Emang sama setan? Di alam sono nggak ada setan. Hanya di bumi yang banyak setan. BOROK Lho, kalau gitu kawan-kawan kita yang cewek ngibing sama siapa? RANGGONG Sama bidadari lelaki tentu. Asyik benar mereka. BOROK Aduh. Aduh.
  • 6. 6 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Kenapa? Siapa? BOROK Kasihan betul Bigayah, germo tua itu. ia hanya menangis saja. RANGGONG Kasihan. Cintanya tidak luntur sampai dikubur. Tapi mau apa lagi? Waska belum mati. Kita belum mati. Tuh lihat wajah waska. Wajah manusia kalau karbitan. Kayak Zombie. BOROK Kayak mummi RANGGONG Kita ini manusia-manusia macet. Karena sombong. Karena Waska sombong. Karena dia tak mau mati. Karena kita telah merampas oksigen jatuh mahluk lain di zaman lain. BOROK Tapi kita sudah cukup menyesal, bukan? RANGGONG Dosa Waska dan kita boleh jadi terlalu banyak. Dosa kita menyangkut sistem. Karena itu boleh jadi alam masih menghukum kita. BOROK Hukuman apa yang paling hebat di dunia selain hukuman mati? Saya rela dipancung. Saya sudi ditembak berkali-kali. Saya mau dicincang-cincang lalu dicampur dengan adonan semen. Saya mau mati. RANGGONG Justru sebaliknya. Hukuman yang paling berat ternyata adalah menanggung kehidupan dan hidup lebih dari kemampuan kita. Hukuman hidup! BOROK Kita dihukum hidup! Celakalah kita. Sudah terlalu tua kita. Di otak kita berapa milyar disket, berapa milyar microfilm, berapa milyar arsip dan kenangan? Kita ingin istirahat, kan Ranggong!? RANGGONG Kita ingin istirahat tapi kita sedang menjalani hukuman hidup paksa. Oh, jangan teruskan kesedihan Borok. (Waska yang sejak tadi membatu kemudian bernafas dan perlahan, patah-patah seperti reptilia raksasa, seperti sebuah bukit terjal, bergerak.) WASKA Cuah! Cuah! Suara apa ini? Bisingnya bukan main.
  • 7. 7 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau (Ranggong memberi isyarat agar Borok tenang dan kemudian Borok mencoba bersikap tenang. Masing-masing pada panel dan layar monitor) RANGGONG Tidak ada apa-apa Waska. WASKA Cuah! Bohong! Ini pasti suara tangis. Mengaku, Borok, kamu menangis! BOROK Tidak Waska. Saya tidak pernah menangis WASKA Itu dulu. Sekarang saya dengar kamu sedang menangis. Jelas sekali ini suara tangismu. Memalukan. Memalukan. BOROK Maafkan saya, Waska. WASKA Tidak usah minta maaf. Saya juga sedang menangis kok. Saya capek. RANGGONG Kita semua capek. WASKA Ya, Ranggong, ya. Karena itu kita menuju matahari, membakar diri, melenyap diri. Betapa indah menjadi tiada. RANGGONG Betapa indah kembali serta bersama alam raya. BOROK Tapi, saya kira untuk mati tidak perlu kita terlalu sombong dan ambisius. Kenapa kita harus ke matahari? Terlalu jauh. Lagian siapa tahu kita hanya terbakar saja selama hidup dan tidak mati-mati. Lebih celaka lagi kita nantinya. RANGGONG Kita tetap harus kreatif, juga dalam memilih cara mati. WASKA Ya, kita harus menciptakan sejarah BOROK Eh, tiba-tiba saya mendengar suaranya? Bukan, bukan suaranya. Nyanyiannya. Ya, nyanyiannya. (Ranggong mencoba ikut dengar)
  • 8. 8 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WASKA Suara siapa? Nyanyian siapa? BOROK Lirih sekali RANGGONG Menyayat sekali WASKA Sialan! Suara siapa? Nyanyian siapa? BOROK Kekasihmu, Waska. Bi Gayah. WASKA Mana dia? Mana? RANGGONG Bersama orkes. Lihatlah. Dia menyanyi sementara kawan-kawan berjoget WASKA Ramai sekali mereka RANGGONG Karena mereka sudah mati WASKA Sepi sekali kita BOROK Karena kita masih hidup (kembali dominan bunyi lembut mesin pesawat. Dan semua terpaku membatu. Dalam warna hijau mereka kembali. Tiba-tiba Waska melakukan perubahan program dan haluan pesawat) RANGGONG Kita kembali ke bumi, Waska? WASKA Kita tidak akan pernah kembali. Kita akan terus melayang-layang hampa di kehampaan angkasa sampai kita tiada. BOROK Tapi kamu mengubah haluan WASKA Ya, kita tidak perlu pergi ke Matahari.
  • 9. 9 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau BOROK Lalu di mana kita akan mencari mati? WASKA Di bulan BOROK Ah, kembali romantis kita. RANGGONG Tapi itu klise. Klise. Tidak orisinil. Kita harus kreatif. WASKA Ternyata cinta juga klise. Dan diam-diam. Saya mencintai mantan pelacur tua itu. ya, Gayah. I Love You. BI GAYAH (dari jauh) I Love You too, Waska. For ever, Wherever, Whenever. WASKA Jemput dan tunggulah aku di bulan. BI GAYAH Cintaku dan rinduku memenuhi angkasa. Di planet mana saja kau akan kutunggu. WASKA Ciumanku tak pernah lepas, Gayah. BI GAYAH Pelukanku akan membeku dan menjadikan kita satu. (Waska melambaikan tangan, Bi gayah melambaikan tangan) BOROK Kayak adegan film remaja RANGGONG Lebih dari lakon Romeo dan Juliet BOROK Yang lelaki, Bandit dan Bandot Tua RANGGONG Yang perempuan Pelacur dan Germo Tua WASKA Bulan dalam jangkauan BOROK Ya, bulan dalam jangkauan
  • 10. 10 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Jadi, di sana kita akan mati? WASKA Ya, di sana BOROK Bulan. WASKA Bulan. Di sana babak sandiwara ini akan berakhir RANGGONG Sedikit usul. Begitu pesawat kita mendarat kita jangan langsung mati dulu. Kita pesta dulu. BOROK Wah, asyik betul mati. Tidak sabar saya WASKA Begitu usai pesta nanti, terlebih dulu saya akan memanggil nama itu dan kita. RANGGONG Bersama BOROK Menanggalkan WASKA Helm kita RANGGONG Kita hisap BOROK Dalam-dalam WASKA Kematian Kembali sunyi lembut pesawat menguasai. Kembali mereka dibalut cahaya kehijauan. WASKA Ke bulan NYANYIAN Awan akan menjadi kawan Sepanjang perjalanan Kalian tidak akan kesepian Terbanglah o ruh
  • 11. 11 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau Terbanglah o ruh Tuhan di seberang Menanti kalian Terbanglah o ruh Terbanglah o ruh Sementara dari langit, turun beberapa orang Nabi. Dan mereka melayang bergelantungan pada tali-tali yang ghaib. Di bumi, suatu padang savanna Sandek dan Oni sedang menangkap capung atau kupu-kupu alit. SANDEK Bunga rumput dan alang-alang ONI Lebih dari sekedar keindahan. Sandek. SANDEK Oni. Tak pernah cukup rasanya kata-kata dan ungkapan yang ada untuk membungkus cinta yang menggelora. Bunga rumput dan alang-alang kuharap dapat menyembunyikan sebagian cinta itu. ONI Bunga rumput dan alang-alang. Lebih dari sekedar keindahan. Kau persembahkan kehidupan. Harapan. Dan apa lagi yang sedang kau tangkap? SANDEK Capung, Kupu-kupu. Kumbang. ONI Lebih dari sekedar keindahan. Kau tumbuhkan lagi apa-apa yang kemarin musnah. SANDEK Oni. ONI Sandek. SANDEK (Menatap langit) Bapak! ONI Mudah-mudahan bapak selamat. SANDEK Ya, supaya segera kita bisa selamatan NYANYIAN Terbanglah o ruh Terbanglah o ruh
  • 12. 12 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau NABI Semar. (Semar segera menanggalkan peran Waska. Juga kedua temannya) SEMAR Nabi. RANGGONG/BOROK Hormat dan salam kami, Nabi NABI Semoga Tuhan memberkati kita semua NYANYIAN Amin. NABI Malam ini tontonan kamu lain sekali. Apa judulnya? SEMAR Ozone atawa Orkes Madun Nomor 4 NABI Juga kisah cinta seperti yang sudah-sudah? SEMAR Science Fiction RANGGONG Secara popular seperti lakon-lakon ala Flash Gordon. BOROK Atau seperti film anak-anak Gogle V dan Gaban NABI Memang lakon untuk anak-anak? SEMAR Untuk semua umur. Karena lakon ini akan membicarakan sekitar persoalan umur dan uzur NABI Kedengarannya sangat menarik. Siapa tokoh utamanya? SEMAR Tokoh utama dalam lakon ini, seperti yang sudah-sudah, Waska di manusia hebat perkasa itu. ceritanya sekarang ia sedang kebingungan justru setelah ia Berjaya menandingi alam kalau boleh di sebut Tuhan. Dengan ilmu dan teknologinya yang maha canggih Waska telah berhasil melawan waktu, melawan ajal selain ia Berjaya secara ekonomis. Di tengah kejayaannya itu sebagai manusia, ia kini terbengong-bengong tidak tahu lagi mau apa. Tiba-
  • 13. 13 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau tiba ia kehilangan arah. Kehilangan tuju. Kehilangan makna, ia merasa sia-sia. Dan cilakanya, ia merasa dimusuhi alam serta hidup karena ia tidak pernah mati. NABI Tidak pernah mati? SEMAR Tidak pernah mati RANGGONG Juga tangan kanannya, Ranggong BOROK Juga tangan kirinya, BOROK NABI Kasihan. Betapa sengsaranya hidup mereka. SEMAR Karena itulah kenapa sekarang mereka bertiga sedang mengarungi galaksi demi galaksi mencari mati. NABI Mencari mati SEMAR Mencari mati NABI Apakah belum juga terbit niat Waska untuk membuka-buka kita lama dan kitab suci? SEMAR Bagi Waska, agama sudah seperti Negara. Tidak menarik. Sudah beku, katanya. Ia membutuhkan sesuatu yang hidup karena ia adalah jiwa yang hidup. (Seketika kedengaran bunyi sinyal tanda bahaya) BOROK Modar! RANGGONG Waska, kita sedang menuju sebuah Nebula. Pesawat tiba-tiba di luar control. SEMAR Permisi tuanku, saya akan kembali memainkan tokoh Waska itu. NABI Mau kemana kalian?
  • 14. 14 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WASKA Ke bulan. (Sekarang semua lampu sinyal berkedip-kedip sementara lampu penerangan padam) RANGGONG Ada kekuatan aneh BOROK Modar! Hujan meteor! WASKA Kitalah kekuatan itu! tidak ada yang aneh. Primitive! Kitalah ruh itu. kalau ada ruh lain kita pertentangkan ruh kita. Jangan gampang panik. Hanya orang-orang bodoh yang suka panik. RANGGONG Arah pesawat kita tidak menentu. Semua tanda dan system tiba-tiba macet WASKA Kita yang menentukan arah. Kita yang menentukan system. Dan kita telah tentukan arah kita. Bulan! (Pesawat itu berpusing-pusing di tengah hujan meteor. Cahaya sebentar-sebentar berganti warna sekilat-sekilat dan deru pun bergemuruh bercampur bunyi pesawat) NABI Apapun yang dilakukan mereka tidak cukup kuat untuk menghalangi kita berdoa. WASKA Oh, kotornya angkasa! Rongsokan di mana-mana BOROK Modar! RANGGONG Sampah teknologi di mana-mana. Bangkai roket siapa itu? awas! Hampir saja bangkai- bangkai itu menabrak kita. NABI Berdoa! BOROK Itu pasti rongsokan satelit Rusia! RANGGONG Bukan. Satelit Amerika! Kelihatan genit bentuknya! WASKA Musa. Musa.
  • 15. 15 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau NABI Berdoa! BOROK Oh, lihatlah monyet yang melayang-layang itu. RANGGONG Dan anjing itu! dan apa itu!? BOROK Betapa kotornya angkasa. Semua berasal dari bumi kita. RANGGONG Belum tentu. Siapa tahu di keluasan tanpa batas ini misteri bertahta, berlapis-lapis sama gas- gas berlapis-lapis. Siapa tahu!? WASKA Adam. Adam. NABI Berdoa! WASKA Oh, bau apa ini? RANGGONG Wanginya. Wanginya. BOROK Modar! Harumnya! WASKA Ilusi! Ilusi! RANGGONG Bukan ilusi, Waska. Betul-betul wangi. BOROK Betul-betul harum, Waska. WASKA Tidak mungkin! RANGGONG Kita sedang menyebrangi samudera yang tidak mungkin itu. tidak ada lagi yang tidak mungkin. Tidak ada lagi ilusi. Tidak ada lagi impian. Tidak ada lagi kenyataan. Semua berbaur sekarang. Yang fana dan yang baka. Yang maya dan yang nyata.
  • 16. 16 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau BOROK Modar! Harumnya. Kita seperti tersesat dalam hutan melati dan kenanga. WASKA gayah, oh kekosonganku Gayah, oh rinduku yang nelangsa RANGGONG Itulah makam itu BOROK Itu sinar! Itu cahaya! RANGGONG Itu makam seorang pahlawan yang menolak tirani, seorang pahlawan yang menolak tahta manusia sebagai tahta Tuhan. Pahlawan itu seorang Ibu sederhana, Siti Masitoh namanya NABI Beroda! Keburukan dan kebaikan. Kejahatan dan kebajikan sama memerlukan doa BOROK Waska menangis, Ranggong RANGGONG Kamu menangis, Waska (Waska segera bangkit. Berang) WASKA Siapa yang menangis? Saya tidak pernah menangis! Saya tidak pernah menangis! Bahkan ketika bayi juga saya tidak pernah menangis! Saya tidak pernah menangis karena seluruh tubuh saya sudah membatu. (Gemuruh deru hilang. Cahaya kembali normal) RANGGONG Badai sudah kita lewati dan pesawat ini kembali di bawah control kita. WASKA Bulan BOROK Bulan RANGGONG Indahnya kematian NABI Berdoa
  • 17. 17 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau NYANYIAN Awan akan jadi kawan Sepanjang perjalanan Kalian tidak akan kesepian Terbanglah oh ruh, Terbanglah oh ruh Tuhan di seberang, Menanti kalian Terbanglah oh ruh, Terbanglah oh, ruh (Rombongan nyanyian tadi selanjutnya bergerak ke suatu ufuk dalam siluet. Sementara rombongan lain dalam nyanyian lain muncul sambil bergerak ke ufuk yang lain. Sementara rombongan yang lain lagi dan lain lagi dan lain lagi bersama. Dalam transparan. Dalam cahaya kebiruan menjadi warna dasar. Keculai cahaya khas yang agak kuat pada pesawat itu di mana waska,Ranggong, borok serta robot-robotnya sedang bersiap melakukan pendaratan di bulan) RANGGONG Hei, kok kamu mengenakan apa itu? kita tidak memerlukan perlindungan apa-apa lagi. Kita kan keluar dari pesawat ini seperti kita keluar dari bus kota. Segera kita akan terkulai lemas di kawah itu dan segera tubuh kita akan melayang-layang hampa. Buang itu helm dan tabung oksigen. (Dengan senyum simpul Borok tidak peduli dan terus saja mengenakan segala macam pakaian perlindungan serta segala peralatan untuk menjejakkan kakinya di padang hening lembut sang rembulan. Juga Waska, ia bersiul malah. Entah apa lagunya. Riang sekali dia) RANGGONG Hei, kamu juga Waska? Hei, Hei! Kalian ini mau apa sebenarnya? Mau piknik atau mau riset? (Kedua kawannya sama sekali tak peduli) RANGGONG Kalian jadi mau mati atau nggak sih? BOROK Lihat ini? (Tangan kirinya menggenggam) WASKA lihat Ini! (Tangan kirinya menggenggam) WASKA kau tahu apa isinya ini? BOROK Hayo, apa isinya?
  • 18. 18 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG (ternganga) Mana saya tahu? Ah, kalian kayak anak kecil ah (Keduanya membuka genggaman. Kosong) BOROK Kematian WASKA kematian sudah di tangan. Jangan risau. Jangan bimbang. Kapan saja kita mau mati, kita lepaskan pakaian yang berat ini dan helm yang tidak berperasaan ini. Tapi bagaimanapun kita perlu bikin sedikit upacara. Jadi kita pakai dulu ini semua. Kita nikmati sejenak hidup. Kita mainkan sejenak hidup. Kita ledek sejenak hidup. Sambil kita saksikan apa-apa saja yang berubah di satelit yang hening dan romantic ini. Setelah puas, kita akan ucapkan salam perpisahan kepada hidup sambil melepaskan helm ini dan melempar jauh-jauh tabung oksigen ini. RANGGONG Jadi? BOROK Lengkapilah dulu dirimu dengan segala macam pakaian dan alat seolah-olah kamu tidak hendak mati. Seolah-olah kamu Neil Armstrong yang primitif itu, takut-takut menginjakkan kaki di tanah gembur sang rembulan. WASKA kita kan menjejakkan kaki kita di kawah Tycho di mana bersilangan dua berkas cahaya yang pernah disapukan Kandinsky. BOROK Segeralah. Kita akan menonton teater murni yang paling memesona. WASKA Kita akan saksikan koreografi hening dengan iringan kebeningan musik hening BOROK Kasih tangan (Lalu ketiga tangan kiri mereka beremasan dan teracung ke atas) WASKA kita adalah trisula yang akan menerobos langit. (Lalu tak ada suara dan tak bunyi sama sekali. Hening. Dan segala sesuatu menjadi kebiruan) WASKA Kita turun
  • 19. 19 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau BOROK Bulan RANGGONG Alangkah hening bening kematian. Keindahan tak berkesudahan (Lalu ketiganya turun begitu rupa seperti memasuki suatu kenikmatan yang menelerkan. Dalam pakaian dan helm masing-masing yang memberati mereka turun. Setengah mengapung mereka. Setengah menari mereka. Beberapa saat mereka Cuma seperti itu. menari? Mengapung? Koreografi hening dalam bentuk musik hening. Selanjutnya Waska diam. Hanya sesekali oleng. Ia seperti sedang menatap sesuatu di kejauhan. Ranggong juga begitu. Borok juga begitu. kalau nanti mereka bercakap pastilah suara mereka berbeda karena mereka menggunakan hubungan radio) WASKA Indahnya RANGGONG Semuanya gemulai di sini BOROK Modar! Masing-masing bergerombol. Setiap gerombolan bergerak, berjalan, oh, tidak. Lebih tepat mereka disebut menari RANGGONG Semuanya gemulai di sini WASKA Indahnya BOROK Mereka menyanyi tapi suara mereka segera menjadi lampau dan hampa RANGGONG Semua rombongan bergerak menari menuju ke suatu sumber cahaya di suatu perbukitan BOROK Apennines RANGGONG Bukan. Bukit lain yang tidak sempat direkam oleh misi manapun WASKA Sebetulnya hidup itu indah. Bukan. Bukan hidup. Alam. Ya, sebenarnya alam itu indah. Dan bagi alam tak ada hidup tak ada mati BOROK Tak habis-habisnya rombongan demi rombongan bergerak menari menyanyi menuju bukit itu.
  • 20. 20 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Ternyata telah terjadi suatu perubahan besar di bulan dan kita luput mengikutinya karena selama ini kita begitu terpukau oleh rahasia Saturnus WASKA Menara-menara dan kubah-kubah plastis dari cahaya. Berjuta berlaksa menara dan kubah sama sekali tidak menyesakkan ruang karena semuanya terbangun oleh cahaya. Warna tak terumuskan dan garis bahkan lebih alit dari benang cahaya BOROK Pembangunan. Pembangunan. Apa yang terjadi di bulan ini bukan lagi teknologi tapi sudah mendekati aji-aji. Lebih canggih. Ultra-Super-High-Tech! semua serba ultra! RANGGONG Waska, lihat diantara para pemain dawai WASKA (Ternganga) Gayah, Gayahku! Ia diantara para penyanyi. Ia rupanya penyanyi utamanya. Soloist! Sopranoku! Penyanyiku! (Ketiganya munur seolah seang menyaksikan suatu pertunjukan yang menakjubkan) WASKA Merdunya ia menyanyi RANGGONG Merdunya BOROK Oh, aria dari opera yang mana? Siapa penciptanya? RANGGONG Sepertinya ia sendiri penciptanya. Semua orang menciptakan nyanyian sendiri-sendiri tapi begitu rupa jalinan mereka seolah mereka satu jiwa BOROK Seluruh tubuh Bi Gayah yang muda seperti ikut mengalir bersama nyanyian itu WASKA Cantiknya ia menyanyi (Muncul Gayah bersama para penyanyi lain dalam arakan hening penuh cahaya kemilau. Mereka menyanyi tanpa suara. Juga ketika Bi Gayah menyanyi tunggal tanpa suara) WASKA Gayah…. RANGGONG Ia tak mendengar kita
  • 21. 21 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau BOROK Ia tak melihat kita (Ranggong dan Borok segera menahan Waska yang akan mengejar rombongan Gayah yang semakin jauh dan sayup) RANGGONG Sia-sia saja kita mengejarnya BOROK Kita belum mati seperti Gayah WASKA Kalau begitu segera kita tanggalkan pakaian dan jasad yang membebani kita selama ini RANG-BOR Ya WASKA Segera kita lepas helm dan otak ini RANG-BOR Ya WASKA Kita buang tabung oksigen ini RANG-BOR Ya WASKA Kita bebas RANGGONG Selamat tinggal, hidup BOROK Selamat tinggal, daging WASKA Selamat tinggal, usus. Selamat tinggal, pancaindera BERTIGA Selamat datang, kematian (Yang pertama sekali mereka lepaskan adalah helm. Yang kedua adalah tabung. Setelah itu mereka saling berpandangan mesra dan selanjutnya secara khusuk mereka berkiblat ke suatu arah. Bahagian sekali mereka. Secara bersama mereka menghisap suasana sekitar. Tergetar hati masing-masing. mereka membaui sesuatu yang harum sekali)
  • 22. 22 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WASKA (tak bersuara) Harum! BOROK (tak bersuara) Ya, harum sekali! RANGGONG (tak bersuara) Ajaib. Nikmat sekali. Kita teler dibuatnya BERTIGA (tak bersuara) Hmm…. (Ketiganya masih tetap berdiri, tapi kali ini mata mereka terpejam. Sakin nikmatnya oleh suatu pengalaman yang baru sama sekali. Lama sekali mereka berpejam. Dan tanpa sadar, tangan-tangan mereka bergerak menari. Gemulai ajaib. Mereka betul-betul menari dalam hening dengan music hening. Tarian total penyerahan diri yang mutlak. Begitu rupa gemulainya sepertinya mereka mutlak bebas dari yang namanya konflik. Cahaya semakin lama semakin kuat. Tiba-tiba Waska sadar, ia mulai raguragu. Mulai bimbang. Dengan curiga ia amati bagaimana kedua kawannya itu teller menari. Lama-lama ia penuh sadar. Ia cubit dirinya. Ia periksa segala inderanya. Lalu ia bangunlakn kedua kawannya) WASKA (tak bersuara) Bangun! Bangun! (Kawan-kawannya tentu saja ternganga tidak mengerti) WASKA (tak bersuara) Kita belum mati. Kita masih hidup BOROK (tak bersuara) Ha? RANGGONG (tak bersuara) Kenapa kita? Kenapa? WASKA (tak bersuara) Kita masih hidup. Kita belum mati. (Kedua kawannya masih belum mengerti. Karena itu buru-buru Waska mengambil helm dan mengenakannya) WASKA (tak bersuara) Ternyata kita belum mati, belum mati. (Juga Ranggong dan Borok masih belum mengerti. Buru-buru Waska menyuruh mereka memasang helm dan buru-buru mereka melakukannya) WASKA Kita belum mati!
  • 23. 23 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Tidak mungkin! BOROK Kita sudah mati tapi kita tidak bisa membedakannya RANGGONG Ya, boleh jadi kita belum terbiasa dengan mati, padahal sebetulnya kita ini sudah mati BOROK Ya. Pasti kita sudah mati. Hanya saja kita tidak sadar. WASKA Ya. Boleh jadi. Kalau begitu keliru persepsi kita selama ini tentang mati. Mati itu bukan menjadi tiada. Mati itu bukan kehilangan kesadaran BOROK Ternyata seru juga rasanya mati RANGGONG Gugur semua teori tentang kematian, baik dari pandangan keagamaan maupun kedokteran BOROK Pokoknya mati itu tidak seperti yang dikatakan buku-buku dan dongeng-dongeng RANGGONG Kita ini memang sok jagoan di jagat raya! (Malu-malu dan ragu-ragu, Waska nyingkir dan lalu keluar) BOROK Pengen rasanya saya datangi itu dokter-dokter dan saya ajarin tentang mati RANGGONG Aneh juga. Sudah satu abad kagak negrokok, tiba-tiba sekarang pengen rokok. Kelobot lagi. Eh, macam-macam rasanya mati ini. Ngebet ngerokok kelobot di bulan lagi. Makin mati makin ngawur BOROK Terus terang, ini juga kalau tidak digebukin malaikat, saya pengen sekali makan lotek (Malu-malu dan ragu-rag,u Waska muncul lagi) RANGGONG Darimana bos? (Waska hanya senyum) BOROK Ah, ditanya darimana jawabnya Cuma senyum. Si Bos di akherat lain nih. Galaknya kurang
  • 24. 24 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Darimana? BOROK Pasti mojok sama bidadari. Disiram malaikat lu! WASKA Malu. Lucu BOROK Kok geli sendiri. cerita dong. Darimana habis apa? WASKA Aneh. Saya sudah mati kok masih bisa kencing RANGGONG Kencing? BOROK Ah, si bos ngawur pasti. Masa kencing WASKA Betul. Kencing. Tadinya juga saya nggak percaya. Tapi setelah saya biarkan, cuuur begitu saja saya percaya. Kamu tidak ingin kencing? RANGGONG Tidak sama sekali BOROK Saya coba. Siapa tahu saya juga bisa kencing. Lucu juga kalau saya kencing padahal saya suah mati. (Lari ia dan keluar. Yang lain menunggu. Tegang) WASKA Saya mulai curiga RANGGONG Saya juga mulai bimbang dan ragu (Borok muncul dengan ketawa) BOROK Kencing saya. Ajaib WASKA Kalau begitu, jelas kamu belum mati BOROK Jelas saya sudah mati. Kamu juga sudah mati. Ranggong juga.
  • 25. 25 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WASKA Kita belum mati. Kita masih hidup. RANGGONG Tida, Waska. Kita sudah mati WASKA Buktinya mana? Bukti apa kalau kita sudah mati? BOROK Kita di sini. di bulan. RANGGONG Di sini tidak ada oksigen dan tak ada yang mampu hidup. Buktinya kita tidak bisa berkomunikasi kecuali dengan bantuan radio. Suara dan bunyi secara gaib di sini dan tak pernah diantarkan ke mana-mana karena tak ada udara. BOROK Kita sudah mati Waska. Sudah mati. RANGGONG Bisa dipahami kenapa kamu tidak yakin bahwa kamu sudah mati setelah hukuman hidup begitu lama telah kamu jalani dan telah begitu lama kau rindukan kematian yang membebaskan. Bisa dipahami. BOROK Jiwa kamu pasti sedang mengalami shock. Cultural Shock! Budaya hidup masih sulit kamu lepaskan dan kamu begitu terkejut tiba-tiba masuk dalam budaya mati yang sama sekali belum pernah kamu alami. Sebentar tadi juga saya sedikit mengalami shock. Tapi tidak lama. Sekarang keadaan saya ok. RANGGONG Saya juga shock tadi, tapi shock breakernya mungkin sedikit lebih baik. Selain itu ketika saya masih hidup tidak jarang saya melakukan exercise. Berbagai kemungkinan dan variasi petualangan dengan berbagai jenis kecelakaannya saya jalani. Bahkan secara sensasional saya pernah melakukan terjun dari ketinggian lima puluh ribu kaki tanpa mengembangkan paying. Semua penonton termasuk para turis yang telanjang dan setengah telanjang dari pantai Kuta sampai Waikiki dan Riviera perancis secara serempak ternganga tanpa nafas lantara tegang. Baru ketika kaki saya menyentuh daun kelapa gading saya kembangkan paying dan segera seluruh anggota PBB serempak berdiri memberikan tepukan tangan. Belum, belum habis bahaya yang harus saya atasi. Karena saya harus terjun tepat dengan meletakkan kedua kaki saya tepat di daerah tanda silang yang Cuma setengah meter radiusnya. Di luar daerah itu adalah ranjau-ranjau berisi bom yang begitu tersentuh ujung sepatu saya pati meledak. Nah, pada saat itulah saya melatih jantung saya. Dan ketika kedua kaki saya tepat menyentuh tanda silang semua kepala Negara di seluruh dunia berdiri dan bertepuk tangan sementara semua umat manusia menyanyikan lagu kebangsaan masing-masing. itulah pengalaman shock saya yang rupanya sangat membantu saya untuk secara cepat beradaptasi dengan kebudayaan mati.
  • 26. 26 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau (Waska kelihatan bertambah bimbang, sangsi, bingung. Sementara kedua anak uahnya memerhatikannya dengan rasa kasihan yang sangat) BOROK Jangan bimbang WASKA Saya tidak bimbang. Saya sangsi. RANGGONG Jangan. Jangan sangsi. WASKA Saya tidak sangsi. Saya bingung. BOROK Juga jangan bingung. Rileks, ambil napas. Atur. Atau sebaiknya kamu minum air putih supaya terbantu. Tapi… (lihat sekitar) di alam barzah rupanya tidak ada air. Atau fungsi air di alam dan budaya mati jangan-jangan tergantikan zat lain? RANGGONG Sebagaimana maut, budaya mati memang masih gelap bagi kita. Apalagi bagi orang-orang yang masih hidup. BOROK Perlahan dan sedikit demi sedikit kamu pasti akan kembali tenang. Percayalah, Waska. Atau kamu juga mengalami post-power syndrome? Ah, jangan berpikir soal kekuasaan di budaya mati. Boro-boro kekuasaan dan kepemimpinan, di alam sini tidak laku yang namanya politik, ideology dan lain-lain sejeninsnya. RANGGONG Tapi saya tidak keberatan kalau kamu masih mau main raja-rajaan di sini kayak di bumi. Saya dan Borok tidak keberatan kamu tetap jadi bos di sini. Jangan kuatir. Yang penting tetap tenang dan senang. Rustig. BOROK Ya Waska, nikmatilah kedamaian di sini. Dan keadaan ini. Mana ada tempat yang lebih membetahkan daripada di alam yang murni netral objektif ini? Di sini tidak ada itu apa yang namana demokrasi atau otokrasi atau tirani. RANGGONG Tidak ada yang namanya kapitalisme dan sosialisme dan liberalism. Tidak ada. Di sini nol. BOROK Atau kita jalan-jalan dulu sebentar, Ranggong. Kita hunting location. Siapa tahu dengan raungan pemimpin kita ini akan lepas dari kepanikannya. (sebentar ini benar-benar Waska jadi kayak orang dungu) RANGGONG Saya kira ide bagus, ayo.
  • 27. 27 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau BOROK Kita jalan-jalan sebentar, Waska. RANGGONG Kita perlu orientasi rupanya. Sambil melihat-lihat pembangunan di satelit bulan ini kita coba lacak kembali, kalau bisa, jejak nabi-nabi atau orang-orang besar. Istilah kunonya; Napak Tilas! BOROK Seru betul. Napak tilas di akherat. Geli juga. (mereka bangkit, lalu berjalan. Kawah demi kawah serta lembah demi lembah mereka jalani. Tapak-tapak sepatu mereka yang besar menjejak pada tanah pasir yang lembut gembur itu. dan indah sekali gaya mereka berjalan. Karena terkadang sesekali mereka oleng atau goyang) BOROK (Nyanyi) Bulan, bulan di langit Mengapa kau sendiri Mari turun ke… RANGGONG Nyanyi yang lain dong, bulan. Kita kan di bulan! BOROK Lho, apa salahnya? Ini kan sekedar kenangan (lalu nyanyi lagi) Waktu malam sunyi Malam tiada bergema Tiada bintang… RANGGONG Lagu ini bolehlah sekalipun kunonya nggak ketulungan. Mati dalam abad 21 kok lagunya zaman Bing Slamet (Eh, tiba-tiba nyanyian tadi dibarengi dan dilanjutkan oleh suara lain yang merdu. Lengkap dengan music lagi. Eh, betul-betul ph lama! Sudah tentu ke bengong-bengong mereka) RANGGONG Lho, suara kamu kok dobel, Rok!? BOROK Dobel? RANGGONG Eh, ada suara lain. Suara lain. Lain orang! BOROK Gema ngkali
  • 28. 28 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Betul-betul suara. Saya kenal suaranya. Eh, lengkap dengan pakai music BOROK Iya, ya. Betul-betul suara. Betul. Pakai musik. RANGGONG Siapa yang mutar ph lama di bulan ini? Aneh. SUARA Demikian tadi para pendengar sekalian Sam Saimun dengan lagu ‘Malam tiada bergema’ selanjutnya kita nantikan tepat pukul dua puluh saat warta berita BOROK Eh, radio RANGGONG Radio BOROK Radio lama RANGGONG Kuno, kuno. Itu radio pertengahan abad 20 (Sementara kedengaran music saat menanti acara warta berita yang kadang timbul- tenggelam. Ranggong dan Borok semakin terheran-heran. Sebaliknya Waska Cuma diam saja. melihat tingkah laku kedua temannya) RANGGONG Betul-betul suara dari abad yang silam BOROK Modar! Menakjubkan! Bagaimana mungkin!? RANGGONG Jangan-jangan waktu adalah siklus. Tanpa kita sadari jangan-jangan kita mundur atau berputar dan kembali ke masa lampau WASKA Bukan. (Berpaling Ranggong dan Borok kea rah Waska yang sejak tadi sama sekali kelihatan tidak peduli) WASKA Waktu tak pernah kembali. Tak berujung. BOROK Lalu suara radion itu? apakah suara itu hanya rekaman dan ada seseorang di sekitar sini yang menghidupkannnya kembali?
  • 29. 29 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Ya, jangan-jangan ada seseorang atau sesuatu mahluk di sekitar sini yang menyimpan suara- suara itu. (Semakin heran mereka ketika suara-suara itu melenyap diterbangkan sesuatu entah kemana) BOROK Hilang RANGGONG Hilang. Tanpa sisa sama sekali. BOROK Bahkan desispun tak ia tinggalkan RANGGONG Tak ada riak. Tak ada gelombang. BOROK Modar! Otak saya mulai bekerja RANGGONG Saya mulai mengerti, tapi belum paham benar. WASKA Rupanya yang namanya suara atau bunyi tidak pernah hilang. Sekali ia dilontarkan ia akan terus mengelana kemana-mana. Alam tetap menyimpannya. (Sambil menjelaskan hal itu, Waska dengan tenang membuka helmnya sehingga suaranya tenti saja akan berubah akibatnya. Kedua sahabatnya hanya melohok saja) WASKA Pada kondisi tertentu, alam akan menghadirkan kembali suara-suara yang disimpannya. Saya sendiri baru sekarang menyaksikan bukti atas teori ini. Ajaib sekali. Ternyata pengetahuan kita memang masih sangat terbatas mengenai banyak hal. Baru saya sadari sekarang bahwa sungguh-sungguh kita tidak pernah sampai kepada pengetahuan yang lengkap alias kebenaran. Kita hanya selalu sampai pada sisi-sisi kebenaran. Tapi, kita memang sok jagoan di bumi. Dan kalau kita terperangkap dalam kenyataan seperti sekarang ini, baru kita sadari bahwa kita sungguh bodoh. RANGGONG Tapi bagaimana dengan suara itu, Waska? BOROK Saya belum paham betul. WASKA Dulu juga saya tidak dapat memahami. Bahkan tidak mau menerima teori ini. Pernah, saya kira sekitar menjelang abad 20 akan berakhir, saya bertemu dengan seorang kiayi di suatu
  • 30. 30 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau desa di kaki gunung Ciremai. Masih muda orangnya. Dari dua puluh empat jam sehari ia hanya menyisakan waktu tiga jam untuk tidur dan tiga jam untuk bertani. Jam-jam selebihnya ia isi dengan sembahyang dan dzikir dan dzikir. (Tanpa sadar, saking tertarik akan cerita Waska. Ranggong dan Borok menanggalkan helm mereka masing-masing) RANGGONG Dzikir dan dzikir BOROK Dzikir dan dzikir WASKA ‘laa ilahaa illallah..’ begitulah ia isi setiap helaan napasnya. Saya anggap perbuatan gila macam apa itu? tapi kalian tahu saya selalu respek kepada orang-orang yang berkeyakinan dan berpendirian. Jadi saya pun dengan sopan bertanya kepada kyai itu, kenapa dan untuk apa ia berbuat seperti itu? BOROK Untuk apa? RANGGONG Apa jawabnya? BOROK Kayak main jailangkung? WASKA Tidak tepat begitu tapi serupa itu. cobalah. Nah, saya mulai mendengar sebur bunyi ombak. Saya harap ombak itu di pantai Cirebon. BOROK Ya, ombak. RANGGONG Saya juga mendengarnya. Juga deru angin. BOROK Sekarang saya dengar gemerisik daun-daun bamboo kering diinjak kaki entah siapa. RANGGONG Kambing-kambing mengembik. Suara kerbau. BOROK Suara jangkrik dan cacing (Suara dan bunyi itu memang kemudian perlahan hadir di sekitar mereka. Takjub mereka. Lalu gemuruh dzikir yang bagai koor alam yang berisi magis. Semua itu tidak terlalu lama. Lalu lenyap. Tapi ketika Borok mau angkat bicara)
  • 31. 31 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau SUARA KYAI (Biasa saja) Saya ini orang bodoh. Karena itu saya percaya bahwa yang namanya suara itu tidak akan pernah hilang. Bahkan apa saja yang di alam ini tidak pernah hilang atau kurang. Karena itu saya dzikir. Artinya dzikir saya juga tidak akan pernah hilang. Kalau kata orang pintar, alam kita sekarang sudah terkena banyak polusi. Di sekitar kita ini sudah terlalu penuh dengan suara-suara dan bunyi-bunyi kotor, kata-kata kotor, dan lain sebagainya. Jadi mudah- mudahan dzikir saya akan mengimbangi suara-suara kotor itu. BOROK Menyesal sekali. Saya justru sebaliknya dari kyai itu. dari dua puluh empat jam, dua puluh jam saya gunakan untuk memaki. RANGGONG Saya tidak pernah separah kamu tapi tidak sedikit kata-kata saya yang kotor saya lontarkan setiap hari ketika saya masih hidup. Apalagi kalau saya sedang marah. BOROK Lebih-lebih kalau saya sedang ngibing di kompleks perempuan….gituan. kotor lagi kata-kata saya! RANGGONG Sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tiada berguna. BOROK Menyesal sekalis aya. Kalau saya saya tahu mengenai teori suara dari kyai itu, tentu saya akan menjaga mulut saya. Modar! Waduh, kotor lagi mulut saya. Oh, ketika saya masih hidup…. RANGGONG Jangan mulai ngaco lagi, Waska. Biarpun kamu dulu bos di dunia, di sini kamu harap membatasi diri. Boleh saja kamu petantang-petengteng tapi jangan mulai menggoyahkan keyakinan saya dakan kondisi mati saya. BOROK Tolong jangan bangunkan saya dari nikmat mati ini. RANGGONG Saya memang merasa kasihan melihat kamu yang rupanya masih juga dalam keadaan shock tapi…. BOROK Tapi saya nggak sabar. Nggak sabar dengan sikap kamu yang lembek ini, Waska. Tegarlah kamu, insyaflah. Sadarilah. Kamu ini sudah mati. WASKA Saya masih hidup seperti halnya kalian. BOROK Maaf Waska. Saya tidak bisa lagi ketawa seperti tadi menghadapi kamu.
  • 32. 32 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Saya terus terang mulai merasa jengkel. Saya kuatir, lama-lama saya juga mulai goyah oleh sikap bimbang kamu. Lama-lama saya bisa jadi tidak yakin bahwa saya sudah mati. WASKA Kamu tidak perlu yakin. Kamu emmang masih hidup. BOROK (Marah besar) Waska! Modar! RANGGONG Bergurau ada batasnya. Persoalan mati ini sudah menyangkut persoalan iman, jangan dibikin mainan. (Setelah mengambil helm dan tabungnya yang tergeletak di tanah dengan kalem Waska nggeloyor menuju pesawatnya) BOROK Eh, ngeloyor malah. Bisa tambah marah saya. Dan kalau sampai terjadi saya bisa ngelunjak lantaran ninju karung sperma bocor yang tua itu, wah bisa menyesal selama-lamanya saya. Sialan. Belum pernah selama saya menjadi asistennya selama berabad-abad berniat maker. Padahal saya mampu kalau saya mau. Tapi saya tidak mau. Saya tidak punya niat, karena memang saya respek sama itu bandot tua. Biar bagaimana pun dia bangkotan kemanusiaan nomor wahid sepanjang sejarah. RANGGONG Tongkrongannya emang kriminil tapi nuraninya bersih penuh cahaya kebaikan persahabatan manusia. BOROK Semangat lelaki tua itu telah menyelamatkan bermilyar manusia yang putus asa oleh kemiskinan dan kebodohan. Dia angkat derajat manusia. Dia bangkitkan semangat manusia. RANGGONG Dia pahlawan. Saya masih ingat betul ketika malam itu dia bertarung melawan ajal dan menolak ajal. BOROK Saya masih ingat ketika kita berdua menemui petapa tua di puncak Himalaya untuk menapatkan ramuan obat yang dapat menangkal ajal dan maut. RANGGONG Saya ingat ketika kita merambu jamu Dadar bayi yang telah menyebabkan kita bertiga kebal ajal. BOROK Saya ingat ketika setelah itu kita serempak secara mendadak bergerak menggedor seluruh toko, supermarket, kantor, pabrik di seluruh dunia.
  • 33. 33 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Saya ingat pesta pora itu BOROK Saya ingat kemajuan demi kemajuan RANGGONG Sementara kita tidak pernah maju karena kita tidak pernah mati. BOROK Dan sekarang setelah kita mati, eh dia malah rewel. Bikin jengkel lagi. (Dengan santai di kejauhan kelihatan Waska sedang menyalakan rokok dan menyedotnya dalam-dalam. Sebelumnya dia minum sesuatu) BOROK Dia selalu bikin saya pusing. Dia selalu memaksa otak saya bekerja. Padahal saya paling malas berpikir. Tapi dia selalu menggoda. RANGGONG Dan sekarang dengan kalem ia sedang menggoda kita dengan kebimbangan dan kesangsiannya. Sudah jelas kita sudah koit tapi dia masih juga ngutak-ngatik-ngusik-ngusik mengatakan kita masih hidup. BOROK Bisa gampang goyah kalau iman tipis menghadapi dia. RANGGONG Kita malah sekarang sedang goyah. BOROK Modar! Saya tidak boleh goyah! Saya harus tetap yakin bahwa saya sudah mati. RANGGONG Tapi dia dengan gayanya yang kayak celeng berotak jenius, lihat, ia betul-betul sedang menggoyahkan iman kita. BOROK Jahat dia, Modar! Cara dia merokok begitu rupa seperti mengejek keyakinan kita. RANGGONG Celakanya lagi dia tiak hanya berpikir dengan otaknya tapi seluruh dirinya. Bahkan rambutnya ikut berpikir karena seluruh dirinya memuat begitu banyak disket dengan berbagai program yang tak terhitung jumlahnya. BOROK Bahkan gayanya. Gayanya ikut berpikir. ngeledek betul dia.
  • 34. 34 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Mau tidak mau kita terpaksa harus mengejar mendekati dia. Bagaimana pun dia magnit sementara kita Cuma sekrup-sekrupnya. BOROK Modar! RANGGONG Ayo kita dekati dia. Kita ngalah. BOROK Saya setuju kita dekati dia, tapi saya tidak mau ngalah. Kita harus mengalahkan dia. Iman kita harus mengalahkan imannya. Pokoknya dia harus ngaku bahwa dia sudah mati. Kalau dia nggak mau ngaku juga bahwa dia sudah mati, paling tidak, dia harus menyatakan bahwa kita berdua sudah mati. RANGGONG Kita coba. BOROK Janji dulu. RANGGONG Janji BOROK Ikrar nih ya!? RANGGONG Ikrar. BOROK Ayo, tapi jangan lupa tebalkan dulu iman kita. (Lalu mereka berjalan menuju tempat Waska tidak jauh dari pesawat. Helm dan tabung dan lain-lain, mereka tidak sentuh. Lupa ngkali. Begitu sampai di sana baik Ranggong maupun Borok tidak segera omong. Beberapa saat mereka Cuma diam saja. dan Waska tetap sayik dengan rokoknya. Sesekali melintas meteor) WASKA Bagaimana? (Ranggong dan Borok Cuma saling pandang) WASKA Sudah yakin sekarang? BOROK Sudah. Yakin sekali.
  • 35. 35 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WASKA Yakin apa? BOROK Yakin kita sudah mati. RANGGONG Ya Waska, maafkan kami berdua karena kami terpaksa harus memaksa mulut kamu supaya menyatakan bahwa kita bertiga sudah mati. BOROK Kasarnya kamu harus ngaku bahwa kamu sudah mati. Terus terang saya tidak mau main kasar dalam hal ini. RANGGONG Selama ini kita bersahabat. Hidup bersahabat, hendaknya mati juga kita tetap bersahabat. (Waska tertawa) BOROK Jangan paksa saya main tangan, Waska. Ketika hidup saya memang tangan kanan kamu, asisten kamu. Tapi sekarang status sedikit banyak berubah pada kita. RANGGONG Tolong waska, jangan mendorong Borok, pembantumu yang setia dan saya yang selalu loyal ini terdorong untuk menghajar kamu. (Makin hebat Waska ketawa. Tak sabar dan tak dapat menahan diri, maka Borok langsung meninju Waska sampai lelaki tua itu terpental agak jauh. Naumn, Waska tidak jatuh. Ada darah di mulutnya tapi dia tetap kukuh berdiri. Bahkan rokoknya masih di tangannya. Dengan tenang dan tersenyum Waska menghapus darah itu. sementara Ranggong menahan Borok ) RANGGONG Tahan diri, Borok! Tahan diri! Atau kamu akan berhadapan dengan saya sendiri! BOROK Cara becanda dia kelewatan. RANGGONG Jangan lupa, bagaimana pun kita berdua tidak akan mampu berbuat banyak tanpa dia. WASKA Untuk pertama kali saya dipukul anak buah sendiri. pahit-pahit-manis. RANGGONG Maafkan Borok Waska WASKA Tentu saja saya harus memaafkan kalian, kalau tidak, pastilah saya pemimpin kampungan yang bodoh. Apa kata saya tadi? Pahit-pahit-manis, bukan? Ya, menerima tamaparan dari
  • 36. 36 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau anak sendiri itu pahit-pahit-manis. Pahit karena sakit tapi sekaligus manis karena bahagia menyaksikan keberanian anaknya yang sedang tumbuh menjadi dirinya. (Tiba-tiba Borok lari menghambur dan mendekap kaki Waska, sementara Ranggong ikut mengejarnya karena kuatir) BOROK Maafkan saya, Waska. Kamu sendiri tahu tangan saya kadang suka dol. WASKA Sudah tentu saya memaafkan kamu. Saya bukan pemimpin bodoh yang tidak berpendidikan. Kamu kira saya pemimpin yang sakit jiwa yang begitu gampang tersinggung dan selalu punya hambatan psikologis dalam menghadapi tangan bawahannya? RANGGONG Kami selalu kagum kepadamu, Waska. WASKA Kalian memang tangan kanan dan kiri saya. (Lalu Borok bangkit, malu. Lalu menyerbu dalam pelukan Waska. Erat pelukan. Ranggong juga menyerbu. Mereka bertiga erat berpelukan) BERTIGA Kita adalah tiga batang lilin dengan warna ungu yang dibakar rindu. (Saling ketawa mereka, saling senyum mereka. Dan kembali mereka bersahabat) WASKA Sekarang yakinlah saya bahwa kita belum mati BOROK Tolong Waska, jangan mulai lagi. RANGGONG Kita bertiga sudah happy forever, Waska. Tolong dongeng kita jangan diubah endingnya. WASKA Tadi kalau kalian mengatakan kasihan melihat saya. Sekarang saya kasihan melihat kalian. Ikuti saya. (Lalu Waska membawa mereka ke tempat di mana helm-helm dan lainnya tergeletak dan dalam-dalam Waska menyedot lagi rokoknya) WASKA Apa ini? (Tanyanya sambil menyepak salah satu helm yang tergeletak) WASKA Tahu apa artinya ini?
  • 37. 37 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Saya tidak mengerti. Apa maksud kamu? BOROK Sejak tadi kita tidak pakai helm dan kita tidak mengalami perubahan apapun. Bahkan kita bisa berkomunikasi langsung, saling bicara, kita bersuara BOROK Modar! RANGGONG Tidak mungkin, Waska. Kita sudah mati sejak pertama kita menanggalkan helm. BOROK Dan pertama kali kita menginjakkan kaki di sini kita sama sekali tidak dapat berkomunikasi. RANGGONG Baru setelah kita mengenakan helm kita bisa saling mendengar suara kita. WASKA Buktinya sekarang kita bisa saling mendnegar suara kita tanpa bantuan gelombang radio sama sekali. Kita juga bernapas dengan normal. RANGGONG Lalu ketika semula kita tidak bisa saling mendengar suara kita? WASKA Itu semua ilusi BOROK Modar! WASKA Lapisan udara di sini rupanya sudah ebrubah tanpa kita ketahui. Sekitar sini ternyata sudah mulai dipenuhi udara sekalipun masih terasa agak pengap. RANGGONG Tidak mungkin Waska. Jangan bilang begitu, Waska. BOROK Jangan patahkan harapan saya Waska. Modar! WASKA Masih banyak bukti lain. Tapi bukti darah yang muncrat dari gusi saya karena ditinju Borok cukup kuat untu menyadarkan kita akan kondisi kita sebenarnya. RANGGONG Jadi betul-betul kita belum mati?
  • 38. 38 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau BOROK Modar! WASKA Apa boleh buat kita harus menerima kenyataan pahit ini. Kita memang masih hidup. RANGGONG Sial! Sial! BOROK Modar! Kok kita nggak mati-mati sih! (Keduanya menangis. Menangis tua) BOROK Kita sudah capek! RANGGONG Kita sudah di atas kegilaan yang paling gila! BOROK Tahu begini, lebih baik saya kerja paksa di Siberia! RANGGONG Atau dipanggang di padang Sahara! (Keduanya menangis sedih sekali, menangis tua. Waska sekuat tenaga menahan keharuannya. Lalu fade in bunyi gelombang-gelombang radio. Dan fade in suara nyanyian yang merdu itu. lalu fade in) SUARA GAYAH Waska! (Waskapun segera bangkit mencari arah suara itu) SUARA GAYAH I Love you, Waska! (Waska masih mencari arah suara itu. dan lalu suara nyanyian lagi) RANGGONG Satu-satunya harapan ada di bumi. Kita sebaiknya kembali ke sana! BOROK Buat apa? Di sana kita akan semakin tersiksa oleh kekosongan ini! RANGGONG Kita cari monyet tua itu. Albert Tambayong, petapa tua itu. wiku. Wiku. Empu yang arif itu. dari dia dan istrinya kita mendapatkan formula obat penangkal ajal. Maka bukan mustahil kita bisa mendapatkan dari ia formula lain yang mampu membunuh kita.
  • 39. 39 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WASKA Ya, sejak tadi saya juga sedang berpikir tentang petapa tua dan istrinya itu. saya curiga ini semua ulah mereka. BOROK Modar! Kemana kita akan mencari mereka? RANGGONG Seperti dulu kita temui mereka. Di salah satu desa di puncak Himalaya BOROK Modar! WASKA Kita kembali ke bumi! (Serentak semua lampu padam. Layar turun untuk istirahat)
  • 40. 40 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau BABAK DUA (Suatu padang pasir yang sangat amat kering dengan lengkung tajam lereng sebuah bukit karang yang sangat amat tandus. Kelengangan seolah bertambah lantaran cahaya yang sangat terang dan menyilaukan. Di sana-sini kelihatan beberapa batang pohon tua yang hangus di samping puing yang berserak tanda sisa suatu peradaban yang telah punah. Tak ada sama sekali tanda-tanda kehidupan kecuali pada satu dua bongkah tanah keras yang ditumbuhi rumput jarang-jarang kering dan liar. Itulah yang akan disaksikan penonton ketika babak ini dimulai. Dan biarkan beberapa saat mereka meneliti pemandangan dari suatu alam serta kebudayaan yang telah hancur. Fade in kedengaran pusingan angin putting beliung. Saat demi saat dengung angin itu bertambah besar serta seram kita dibuatnya. Dan debu kering, pasir kering, kayu-kayu kering serta sampah kering beterbangan begitu muncul angin dahsyat itu berpusing-pusing . Cahaya pun segera menjadi keruh) OS NINI Wiku! Wiku! (Terdengar lirih seru suara perempuan tua di sela-sela gemuruh desau angin. Tidak lama kemudian terbang berlawanan arah dua ekor burung Condor dengan suara seraknya. Dari suatu puncak yang tak jelas lantaran deru debu muncul Nini, petapa perempuan tua) NINI Wiku! Wiku! Albert! Albert! Amin! Amin! Wiku! (Ia menuruni lereng sambil terus menyerukan nama suaminya. Tapi tidak ada sahutan sama sekali. Burung pemakan bangkai tadi kini menjauh serta menyayupkan suaranya) NINI Wiku! Albert! Amin! Tambayong! (Dekat puing juga ia tak mendapatkan sahutan. Juga ia tidak menemukan siapa-siapa ketika memeriksa gundukan tanah keras) NINI Wiku! (dan angin pun reda. Desinngnya menyayup ketika Nini berdiri setengah putus asa digundukan tanah bercampur puing yang lain. Ia masih tetap berdiri sambil terus meneliti sekitar lembah sementara cahaya yang panas menyilaukan kembali menggelarkan kekosongan dan uap. Udara masih sedikit keruh) NINI Bandel! Bandel! (katanya setengah menangis sambil duduk. Tubuhnya berselaput debu) NINI Lelaki tua yang bandel. Badung! Sudah saya bilang jangan pergi jauh-jauh. Jangan lama- lama. Waktu tak menentu. Semua segala kacau balau sekarang. Kita harus hati-hati. dia belum makan siang lagi. Pasti masuk angin dia.
  • 41. 41 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau (menangis ia. Betul-betul menangis) OS WIKU Ni! Ni! (Sayup samar terdengar suara tua memanggil-manggil nama itu. tapi Nini masih menangis karena tak mendengarnya) OS WIKU Ni! Ni! (Berhenti menangis Nini. Ia mulai mendengar panggilan itu. ia berdiri) NINI Wiku! OS WIKU (masih lirih, sayup) Ni! (Diamatinya sekitar tapi Nini tetap tak tahu darimana asal suara kekasihnya) NINI Kamu di mana sayang? OS WIKU Di sini! NINI Di sini di mana? OS WIKU Coba dengarkan baik-baik. (Lalu kedengaran bunyi batu yang dipukul-pukulkan pada sesuatu. Nini dengan kekuatan pendengarannya yang masih penuh dalam ketuaannya, Nini tekun meneliti mencari sumber bunyi yang makin jelas itu) NINI (dengan volume yang tepat dan hati-hati) Wiku OS WIKU (Makin Jelas) Saya di sini, sayang. Di bawah puing. NINI Puing yang sebelah mana? OS WIKU Tidak jauh dari tempat kita menemukan mayat Goldwater kemarin NINI (ngeh sekarang) Oh, Wiku
  • 42. 42 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau (Segera Nini mengais-ngais pasir kering dan sampah yang menggunduk tidak jauh dari sisa tembok tua yang hangus) NINI Nah, uni upahnya anak nakal. Kamu memang badung, untung saya datang tepat waktu. Kalau tidak, bagaimana coba? Celaka kamu. Kamu tidak akan bisa makan. Mau makan apa? (Perempuan tua yang hampir seperti batu itu betul-betul luar biasa. Walau tua namun tetap perkasa. Dengan susah payah akhirnya berhasil juga Wiku yang juga purbani itu dikeluarkan dari lubang yang bertimbun puing, sampah dan pasir karang) WIKU Segar. Segar. (Serunya sambil senyum lebar. Kayak bangun tidur saja) NINI Segar? WIKU Ya, segar sekali NINI Mulai pikun kamu? WIKU I am not! Tuaku, tuamu, tua kita tua perkasa! NINI Kalau tidak pikun ya sakit jiwa (Wiku menyanyi sambil membersihkan pakaian dan tubuhnya) NINI Betul-betul Schizoprenia! (dengan gerundelan Nini ikut membantu suaminya membersihkan pakaian dan rambutnya. Wiku terus saja menyanyi gembira) NINI Penyakit abad 20 jangan di bawa-bawa ke sini. Kacau lagi nanti. Itu kebudayaan jungkir balik! Yang putih dibilang hitam, yang betul dibilang salah. (Seperti sedang menghirup udara segar pagi hari, Wiku mengembangkan ke dua lengannya lebar-lebar) NINI Nah, baret sedikit. Mudah-mudahan tidak infeksi. (Katanya sambil mengobati luka itu dengan ludahnya)
  • 43. 43 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WIKU Kamu bilang apa tadi? Saya akan kelaparan kalau saya tidak bisa keluar dari lubang itu? NINI Ya. Mau makan tanah? WIKU Oho, oho, nee! Di sana saya menemukan sejenis akar yang lembut sekali dan….? Itu yang lebih sensasional. Sejenis cacing yang juga sangat lembut. NINI Oh ya? WIKU Ya, Sayang. (Lalu Nini menghamburkan diri ke dalam pelukans suaminya yang siap menerima dengan cintanya yang tanpa batas) NINI Alhamdulillah. WIKU Dua tanda harapan di tengah kehancuran planet bumi yang malang ini. NINI Ini pasti berita yang menggembirakan hati Sandek muda. WIKU Seharusnya ini jadi headline besar di semua Koran di dunia. NINI Tapi dunia tidak lagi punya Koran. WIKU Semua kota hancur. Semua Negara hancur. Dunia sedang dalam kehancurannya. Bumi hangus kering dan melepuh. Semua manusia, semua bangsa punah sudah. (Nini segera menutup mulut suaminya dengan jemarinya yang berkeriput tapi lentik itu. dan segera suasana tiba-tiba jadi berubah) NINI Tidak baik kita katakana lagi semua itu. (Wiku menganggukan kepala) NINI Tidak perlu kita timbuni kesedihan ini dengan kata-kata sedih. WIKU Tapi tetap saja saya tidak bisa berhenti menyesal. Saya menyesal. Saya menyesal. Sedikit banyak semua kehancuran ini disebabkan oleh saya.
  • 44. 44 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau NINI Kamu bilang apa dulu? Ketika ada orang-orang yang memaksa kita member formula Jamu Dadar Bayi, ramuan penangkal ajal, dan kemudian saya menangis sedih sekali? Apa yang kamu bilang dulu? Tugas semesat lebih berat dari kita. (Wiku hanya terpatung oleh penyesalannya) NINI Ayolah, jangan beku hanya lantaran kesedihan. Jiwa manusia lebih keras daripada kamu, kamus erring bilang kalau saya sedang murung” Senyum dong. Senyum”. (Wiku masih terpaku. Tanpa diketahui mereka, di belakang mengintip Wanara yang sangat berhaja setengah telanjang itu) NINI Tugas kita masih banyak. Mayat-mayat masih banyak yang mnunggu tangan kita untuk menguburkan mereka. (Wiku tersadar dan bangun dari kesedihannya) NINI Ternyata tidak sedikit mayat-mayat Asia sekalipun sebagian besar, mereka tidak terlibat dalam perang yang fatal itu. WIKU Saya jadi ingat mayat kepala suku itu. begitu rupanya, hingga saya kagum akan kegagahannya saya jadi lupa menguburkannya NINI Kalau begitu, ayolah kita kembali bekerja WIKU Moga-moga arwahnya sudi mmaafkan saya NINI Ayolah. (Begitu mereka bergerak, Wanara lari sembunyi) WIKU Kamu ternyata lebih perkasa dari saya. NINI Dan kamu ternyata lebih perasa dari saya (Dan begitu mereka meninggalkan tempay itu, muncul Wanara. Sebentar tengok ke kiri dan kanan lalu berjalan ke tempat orang-orang tua tadi bicara. Hewankah ia? Bukan. Manusiakah ia? Entah. Segera ia sembunyi ketika mendengar suara-suara orang datang) OS BOROK Modar! OS RANGGONG Tidak ada siapa-siapa?
  • 45. 45 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau OS WASKA Juga tidak ada tanda apa-apa sama sekali. (Muncul Borok, Ranggong dan Waska. Jelas sekarang betapa mereka keadaannya. Paling tidak sekarang mereka lebih nyata, rambut mereka yang panjang terjuntai dan jambang serta kumis mereka. Menyaksikan puing dan padang serta lereng yang kerontang itu mereka bertiga hanya ternganga saja. beberapa saat sama sekali mereka terbisu. Dan sesekali nongol kepala Wanara dari tempatnya bersembunyi. Ia kuatir sekali akan tertangkap, karenanya ia cari-cari kesempatan untuk sama sekali lari dari sana. Tapi belum ada kesempatan itu) BOROK Modar! RANGGONG New York hancur seperti juga London dan Paris. Moskow dan new Delhi sama sekali tidak ada bekasnya. BOROK Modar! Mayat di mana-mana! RANGGONG Kuburan di mana-mana. Tanpa tanda. BOROK Jangan-jangan kiamat sudah berlangsung tanpa kita tahu. Entah sedang dimana kedudukan pesawat kita ketika semua kehancuran bumi itu terjadi. RANGGONG Apa yang kau pikirkan Waska? WASKA Saya sedang memikirkan pikiran sendiri BOROK Modar! Tak ada komunikasi. Tak ada gelombang radio. Tak ada sinyal, tak ada riak,. Modar! RANGGONG Tapi kita sempat menangkap percakapan yang tidak jelas dalam pesawat sebelum kita mendarat. Kesan saya percakapan itu berasal dari pesawat-pesawat tempu (Waska jongkok dan menjumput rumput kering) WASKA Semua musnah. Bukan saja bumi dan manusia musnah. Bukan saja kebudayaan dan peradaban. Tapi saya takut hidup justru sedang punah. BOROK Saya pernah memimpikan meledakkan bumi ini. Tapi kalau ternyata akan seperti ini kehancurannya saya menyesal pernah memimpikan itu.
  • 46. 46 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Untuk pertama kali saya tiba-tiba rindu kepada ayah-ibu saya. Kasihan sekali mereka. Saya selalu membuat mereka susah ketika masih bocah. WASKA Sekarang yang tinggal hanya hening. (Sejak beberapa saat tadi langit yang menyilaukan diam-diam berubah warna. Dan kini sekitar seperti sedang dibakar oleh warna kemerahan yang khas senja. Senja? Tak jelas benar) BOROK Modar! Persetan dengan semua itu! kita kembali kesini bukan untuk piknik. Kita mencari mati. Apa yang harus kita lakukan sekarang setelah tidak kita temukan petapa tua itu? RANGGONG Kita pasti akan menemukan gubugnya, kalau kita sudah sampai di danau cermin itu. tapi danau keheningan itu sudah lenyap entah menjelma apa. BOROK Jadi kemana lagi kita akan cari monyet tua itu? WASKA Kita tunggu BOROK Kita tunggu? Modar! WASKA Ranggong bilang, Wiku dan istrinya tinggal tidak jauh dari sebuah danau yang sangat hening. RANGGONG Tapi danau itu sudah lenyap. WASKA Tapi keheningannya justru masih tinggal dan kini sekitar sini hanyalah keheningan. Siapa tahu di sini dahulu danau itu berada. Jadi siapa tahu juga saat ini mereka ada di sekitar sini. RANGGONG Jadi kita tunggu di sini? WASKA Selama hidup kita tidak pernah menunggu. Kita selalu mengejar dan merebut. Ada baiknya sekarang kita belajar menunggu. BOROK Modar! Hari juga hampir malam.
  • 47. 47 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Dulu kala saat seperti ini namanya senja. Sekarang kita tidak tahu apakah sekarang senja apakah fajar. WASKA Dulu sebelum dulu waktu tidak punya nama. Semua tidak punya nama. (Kemudian Waska mengambil tempat yang enak untuk dia baring) WASKA Kalau lapar, kalian boleh makan dulu. (Ranggong menyalakan rokok, sementara Borok berjalan ke arah suatu tempat yang agak tinggi. Dan Wanara mencoba nongol tapi betul-betul ia terkepung. Akhirnya dia Cuma lohok-lohok. Dan segera ia sembunyi lagi ketika Borok berpaling) BOROK Kalau ternyata dia tidak datang juga? (Waska sudah terlelap tidur. Mendengkur) BOROK Ranggong, bagaimana kalau ternyata dia atau istrinya sama sekali tidak nongol? Kalau sama sekali kita tidak temukan dia? RANGGONG Pokoknya kita masih punya harapan. BOROK Apa? RANGGONG pikiran BOROK Modar! RANGGONG Sekali-sekali ada baiknya kamu berpikir. BOROK Saya tidak pernah mau berpikir. RANGGONG Karena itu, berpikirlah sekarang. Pasti pikiranmu cemerlang. Otak yang jarang dipakai siapa tahu dapat menghasilkan pikiran-pikiran brilyan. BOROK Modar! (Langit bertambah terbakar tapi kelam sudah membayang) RANGGONG Perasaan, dulu dingin sekali sekitar sini
  • 48. 48 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau BOROK Namanya Himalaya, tentu saja dingin. Dulu lebih daripada dingin. Kita hampir mati beku ketika menemui orang pintar itu. RANGGONG Tapi sekarang gerahnya bukan main. Bahkan lebih panas dari padang pasir Afrika. BOROK Diam. RANGGONG Kenapa? BOROK Saya mulai berpikir RANGGONG Bagus. BOROK Ternyata enak juga berpikir. tahu enak begini dulu saya pakai ini otak. Dan kalau saya sempat pakai otak, pasti kita tidak terperangkap hidup seperti ini. RANGGONG Ya, dulu Cuma waska yang berpikir. kita malas berpikir. jadinya Celaka kita. Sok raja dia. Sok dewa dia. BOROK Tapi Waska memang hebat. RANGGONG Akan lebih hebat kalau kita bertiga sama-sama pakai otak. Dulu ketika dia menolak mati dan memaksa kita mencari obat penangkal mati tidak seorang pun juga diantara kita yang menguji pikiran dan rencananya. Padahal kalau kita pakai otak kita belum tentu kita terima rencananya untuk hidup abadi. BOROK Terlalu emosional sih dulu kita. RANGGONG Karena itu, mulai sekarang pakailah otakmu, mubajir kalau dibiarkan. Selain itu mulai sekarang kita akan kritis kepada apa saja yang direncanakannya. Biar dia bos, belum tentu otaknya sempurna. Dulu juga kita hormati dia terutama karena fisiknya kuat dan cerdik dalam siasat silat. BOROK Diam lagi!
  • 49. 49 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau RANGGONG Kenapa lagi? BOROK Pikiran saya mulai menghasilkan. Seru juga. Ini betul-betul hasil produksi perdana yang perlu dirayakan. RANGGONG Jangan banyak kecap dulu. Coba jelaskan produknya. BOROK (Mengeja sepertinya) Bagaimana sekiranya atau kalau ternyata Wiku dan istrinya sudah lama mati? RANGGONG Ini betul-betul pikiran brilyan yang mengerikan. Untuk menjawab pertanyaan itu terpaksa kita harus membangunkan Waska. BOROK Lho, kok pakai membangunkan Waska. Pakai otak kamu dulu dong. RANGGONG Tidak perlu. Pikiran kamu menakutkan. (Buru-buru Ranggong membangunkan Waska yang sedang nikmat tidur) RANGGONG Waska. Waska. (Tapi Waska belum mau bangun juga. Ia malah ganti posisi tidur) RANGGONG Waska. Waska. BOROK Jangan-jangan ia sudah mati. Kalau dia mati duluan saya gecek kepalanya. Tidak solider namanya. Ayo terus bangunkan. RANGGONG Waska. Bangun. Waska. Gawat. Gawat. (Akhirnya Waska bangun juga. Nikmat sekali dia. Segar sekali dia) WASKA Nikmat sekali. BOROK Pasti habis mimpi. Egois! WASKA Saya habis mimpi, indah sekali. RANGGONG Mimpi apa, Waska?
  • 50. 50 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WASKA Mimpi mati. BOROK Betulkan? Dia egois. Mimpi mati sendirian. WASKA Tidak sendirian. Saya mimpi mati bersama kalian juga. BOROK Itu baru namanya sosialisme. RANGGONG Ceritakan segera, Waska. Pasti semuanya indah dan nikmat sekali. WASKA Darimana saya sebaiknya mulai? BOROK Yang penting, bagian-bagian nikmat dari kematian. WASKA Dari awal sampai akhir hanya kenikmatan. RANGGONG Kalau begitu ceritakan dari awal sekali. Ceritakan bagaimana mula-mula kamu tahu akan mati. BOROK Jangan lupa kamu ceritakan bagaimana rasanya ruh kamu dicabut. Apa seperti gigi dicabut atau dihentak atau pelan!? (Waska ketawa geli sendiri) BOROK Individualis. Ketawa sendiri. WASKA Tiba-tiba saya ingat bagian yang lucu. RANGGONG Sudahlah. Jangan bikin penasaran. Ceritakan saja segera selengkapnya. WASKA Kalau tahu mati itu nikmatnya sama dengan senggama dulu, belum tentu saya menolak ajal. Sialan. RANGGONG Komentar sudah terlalu panjang, Waska. Tapi faktanya mana?
  • 51. 51 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WASKA Saya akan ceritakan. Duduklah dulu kalian. (Kedua temannya segera duduk dekat Waska, seperti murid sekolah yang akan mendengar gurunya bercerita) WASKA Saya terbaring tidur di ranjang berkelambu. Begitu saya merasa. Bayangkan dulu itu. (Sebentar Waska diam) WASKA Sudah? BOROK Apanya? WASKA Membayangkan tidur dalam kelambu merah jambu. RANGGONG Tadi kelambunya kayaknya tidak pakai warna. WASKA Ya, bayangkan sekarang kelambunya warna merah. (dengan mengambil napas panjang, kedua temannya mencoba membayangkan) BOROK Warna apa tadi? RANGGONG Aduh, bikin rusak konsentrasi saja. merah jambu! BOROK Lupa. Merah jambu. Yak! Saya siap sekarang. Merah jambu. WASKA Lalu saya mendengar suara seruling. BOROK Lagunya apa. RANGGONG Sudah. Yang penting seruling. BOROK Ok. Seruling. WASKA Lalu kelambu yang gemulai itu tersingkap dengan sendirinya. Kayak otomatis gitu. Dan muncul wajah yang selalu saya rindukan, Gayah. Gayahku.
  • 52. 52 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau BOROK Ngawur ah. Biasanya kan yang suka mencabut nyawa malaikat!? RANGGONG Yang mimpi siapa sih? Kan Waska!? Diam dong! BOROK Tapi mana mungkin kekasih pencabut nyawa. Kepercayaan agama mana itu? WASKA Mau aku teruskan nggak? BOROK Sorry. RANGGONG Maafkan dia, Waska. Otaknya memang suka dol. WASKA Dalam pakaian merah jambu, Gayah yang cantik semampai… BOROK Susah membayangkan Gayah semampai. Kan dia gembrot. RANGGONG Borok. Sekali lagi kau buka mulut. Saya colok mata kamu! WASKA Gayah lalu berbaring di samping saya yang siap memluk dia. Segera udara mengandung aroma bunga mawar. Harumnya, dan saya pun segera mabuk oleh bau semerbak bunga itu. saya hisap habis. Saya dekap Gayah. Wajah saya segera bersembunyi di bawah dagunya yang bagai pauh dilayang. Lehernya yang jenjang semakinlama semakin memproduksi wewangian. Saya hisap dalam-dalam. BOROK Ini mimpi mati apa mimpi porno? RANGGONG Ilustrasi kamu berlebihan dan kurang relevan dengan persoalan pokok kita, Waska. Kok mati rasanya kayak orgasm. WASKA Memang. Kerinduan saya akan mati sama dengan kerinduan saya pada Gayah. BOROK Intronya panjang amat. Bagian nyawa dicabut masih jauh? WASKA Masih. Sebelum nyawa dicabut, saya masih sempat disuguhi wedang bajigur oleh Gayah.
  • 53. 53 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau BOROK Kalau begitu, tidak perlu diteruskan. Jangan-jangan dengan lukisan mimpi kami kita malah tidak jadi ingin mati. RANGGONG Sekarang jawab saya pertanyaan ini BOROK Pertanyaan ini gawat. RANGGONG Bagaimana kalau ternyata Wiku dan istrinya sudah mati? (Bangkit Waska. Tubuhnya meregang. Matanya melotot, sehingga kedua anak buahnya segera mengerutkan dahi) RANGGONG Kepada siapa kita boleh berharap akan mati? BOROK Bahkan jika tikus pakai mati, kok kita nggak. RANGGONG Semua orang sudah mati BOROK Jangan-jangan kita bukan orang. Saya jadi curiga, kita batu ngkali. RANGGONG Apa tidak sebaiknya kita terbang lagi menuju matahari? WASKA (Marah) Kita akan melakukan apa saja untuk menjadi tiada! RANGGONG Kalau perlu kita ikut perang bersama pesawat-pesawat yang gelombang radionya kita tangkap itu. tidak peduli berpihak kepada siap. Pokoknya pesawat kita hancur dan kita bertiga koit. Kita bertiga mati! (berbalik) BOROK Susah amat untuk mati. Dulu perasaan gampang. Ternyata tidak. Pasti ada yang sedang memermainkan kita. (berkata begitu, Borok sambil menangis seperti anak kecil. Tentu saja Waska jadi marah sekali) WASKA Cuah! (Kaget Wanara yang sembunyi sampai terpental. Ketahuan ia oleh orang-orang itu. dan orang-orang itu juga kemudian kaget sebentar melihat mahluk yang tidak jelas itu)
  • 54. 54 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WASKA Heh, siapa kamu? BOROK Modar! RANGGONG Tangkap. Siapa tahu dia tahu di mana orang-orang itu. WASKA Heh, kamu siapa? (Wanara Cuma celingak-celinguk mencari kesempatan lari) RANGGONG Mungkin pertanyaanya salah. Heh kamu apa? (Wanara tetap tidak menjawab) BOROK Ini pasti soal bahasa. Cobakan bahasa lain. Jawa, Sunda atau Batak. WASKA Panjengan niki sinten? (Wanara tetap tidak menjawab. Kelihatan makin gelisah) BOROK (dalam bahasa sunda) RANGGONG (dalam bahasa Padang) BOROK (dalam bahasa Batak) RANGGONG (dalam bahasa Ambon) WASKA (dalam bahasa Madura) kemudian mereka bertiga mendiskusikan soal bahasa dan memilih rumpun bahasa mana yang mungkin bisa dicobakan untuk berkomunikasi dengan mahluk setengah telanjang itu. saat itulah yang diambil Wanara untuk melarikan diri meninggalkan pentas. Segera Borok mengumpat sementara Ranggong mengejarnya) BOROK Modar! (ikut mengejar) WASKA Jangan biarkan lepas. Siapa tahu dia yang membawa nasib kita. (sebentar Waska Cuma melihat saja bagaimana kawan-kawannya mngejar mahluk itu) WASKA Bukan main licinnya. Seperti kebenaran. (Lalu Waska meninggalkan pentas, sementara warna merah di langit seperti mata yang sakit dan warna kelam semakin mengepung sekitar. Tidak lama kemudian kedengaran bunyi tembakan yang selanjutnya gemanya dipantulkan kemana-mana. Di tengah gema itu
  • 55. 55 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau kedengaran beberapa ekor anjing pemburu bersama derap beberapa ekor kuda. Lagi bunyi tembakan) OS WIKU Biadab! Biadab! OS NINI Wiku! Wiku, sayang. (Berang sangat Wiku tua itu muncul di sana diikuti Nini yang mengejarnya dari belakang) WIKU (berteriak ke sekitar) Hentikan! Biadab! Hentikan pembunuhan itu! NINI Jangan terlalu keras berteriak, nanti tenggorokanmu sakit lagi. WIKU Naluri membunuh itu yang harus dibunuh. Betul-betul melekat erat kebiadaban sepanjang sejarah kita. Dan di tengah kehancuran seperti ini, di tengah puing kebudayaan serta peradaban ini, di tengah bangkai-mayat manusia yang hangus akibat peperangan yang habis- habisan ini, di tengah kepunahan ini semua., di tengah pencaharian harapan ini, orang-orang biadab masih juga asyik memburu. Dengan segala atribut, pakaian kebesaran dan senapannya mereka berpesta pora meluapkan nafsu kebiadaban dan kebinatangan. (berteriak lagi) Mampus kalian oleh senjata kalian sendiri! Biadab! NINI Sayang. Kuasai dirimu, sayang. Tugas kita masih banyak sekali yang memerlukan tenaga. WIKU Justru karena tugas kita yang sekarang kita harus lebih lantang menyerukan mereka supaya melepaskan naluri kebinatangan mereka. (Lagi bunyi tembakan dengan gemanya. Walau kali ini agak jauh) WIKU (semakin histeris) Berhenti! Berhenti! Binatang semua! Hentikan itu! hentikan kepongahan itu! hentikan kebodohan itu! (Nini tidak tahu lagi mesti berbuat apa ketika suaminya makin histeris. Baru ketika Wiku menutup kedua telinganya ia mendekapnya erat-erat) WIKU (sambil menutup telinganya) Hentikan! Hentikan! Setan! Hentikan! NINI Sayang, kasihani jantungmu. Kasihani napasmu. WIKU Saya paling benci bunyi itu. saya paling tersiksa oleh bunyi itu.
  • 56. 56 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau NINI Tapi bunyi itu sama sekali tidak ada. WIKU Saya mendengarnya. NINI Tidak ada. Tidak ada, sayang. Percayalah. WIKU Tapi saya selalu mendengar bunyi yang berisi terror dan horror itu. NINI Itu semua hayalan kamu. Kasihan betul kamu. Sebenarnya kamu hanya karena merasa ikut bersalah lalu dikejar-kejar oleh bunyi yang tidak ada itu. OS BOROK Kalian menembak? (tentu saja terkejut pasangan petapa tua itu (yang bagaikan zombie-zombi) mendengar suara itu. muncul Borok) BOROK Kalian yang menembak tadi? (belum lagi pertanyaan sempat dijawab, muncul Ranggong yang terengah-engah) RANGGONG Merka yang menembak tadi? BOROK Mereka tidak mau bilang. RANGGONG Coba kita Tanya baik-baik BOROK Jangan-jangan masalah bahasa lagi. Modar! (Sekonyong menyergap bunyi gemuruh pesawat pmbom lama (B29)) BOROK Modar! WIKU Biadab! (Lalu kini pesawat penyergap jet sejenif F-16. Lalu pesawat-pesawat lain yang lebih canggih) WIKU Mereka tidak mau juga menghentikan kebiadaban itu! betul-betul binatang mereka! (Borok dan Ranggong saling berpandangan)
  • 57. 57 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau NINI Tidak cukup kemampuan kita, sayang. Tidak cukup. WIKU Tidak! Kita harus berhasil. Kali ini harus berhasil setelah kegagalan yang memalukan ini. NINI Sayang. (lalu gemuruh pertempuran yang menggunakan senjata-senjata konvensional) BOROK Modar! Saya mulai gila barangkali. RANGGONG Jangan. Jangan gila. Pakai lagi otakmu. Lumayan. (Sementara Wiku menutup kedua telinganya lagi dan istrinya mencoba menenangkannya sambil mendekapnya erat-erat. Aneh. Di tengah gemuruh pertempuran itu kadang kedengaran bunyi terompet tanduk) BOROK Bisingnya bukan main! Modar! RANGGONG Semua zaman berbunyi bersama! (bunyi gemuruh tadi fade out lalu fade in bunyi pesawat-pesawat dan senjata-senjata yang paling canggih. Semuanya kebisingan sekarang. Semuanya menutup telinga masing-masing. lama mereka menutup telinga sampai setelah bunyi itu hilang. Sama sekali) WIKU Saya berusaha melupakannya. NINI Lupakan! Lupakan. Buang jauh-jauh kenangan buruk itu. WIKU Tidak ada yang bisa dibuang! Semuanya disimpan oleh alam. Semua zaman yang kita alami berserakan sekeliling jagat seperti sampah yang membusuk dari waktu ke waktu. NINI Seperti sampah lainnya, kamu bisa jadikan sampah-sampah itu rabuk yang akan menyuburkan hidup. WIKU Saya berusaha dan selalu berusaha melupakan semua itu, tapi dosa ini selalu memainkan lagi semuanya. Terkutuk saya! NINI Sayang. Jangan mulai begitu lagi. Bukan kamu yang bersalah. WIKU
  • 58. 58 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau Bukan saya, tapi setidaknya saya ikut dalam menciptakan malapetaka itu. NINI Sudahlah. (lalu lewat dua ekor burung Kondor dari arah yang berlawanan dengan suara yang serak. Dan malam betul-betul kelam) WIKU Berapa mayat lagi yang belum kita kuburkan? NINI Jangan hitung. Yang pasti sebagian besar yang masih sisa orang-orang kulit putih. Juga masih ada sebagian mayat orang-orang Asia yang tidak jelas kebangsaannya. BOROK Modar! Mayat. Indah sekali. RANGGONG Betapa bahagia mereka. (Sadar Wiku) WIKU He, siapa kalian? NINI Ya, siapa kalian? BOROK Modar! Kalian sendiri siapa? RANGGONG Ya, kalian siapa? OS WASKA (meludah) Cuah! (Nampak kecapekan ketika Waska muncul. Napasnya turun naik) WASKA Cuah! Lebih dari belut. Selalu luput. Persis kebenaran. Dan ketika malam turun gelap segera menyembunyikan mahluk aneh yang penuh rahasia itu. cuah! (Ranggong dan Borok mendengarkan, sementara Wiku mengamati curiga. Adapun Nini kelihatan cemas sekali) WASKA Kadang ia lari dengan lincahnya seperti seekor kijang. Dan saya berusaha terus menerus mengejarnya seperti laksamana. Dan sebelum gaib ia seperti menjelma kencana yang bercahaya. Lalu turun malam menutup pandangan. Cuah!
  • 59. 59 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WIKU Hati-hati Ni, dia lelaki yang kelebihan sperma. (semua ketawa) WIKU Oya. Kalau begitu monyet-monyet ini pasti BOROK Borok WIKU Dan RANGGONG Ranggong BOROK Modar! RANGGONG Harapan! BOROK Terimalah sungkem saya mbah RANGGONG Saya juga, eyang. WIKU Ya, saya terima. Perhitungan yang lain belakangan. Dengan Waska saya juga ada perhitungan. Tapi sebelum berantem, sebaiknya kita ramah tamah dulu. Bagaimana pun kita masih manusia. Kalian masih manusia, kan? BOROK Modar! RANGGONG Masih, kek. WIKU Syukur kalian masih merasa. Mudah-mudahan bukan ujud kalian saja yang manusia. Jangan- jangn kalian siluman seperti umumnya orang. RANGGONG Tampang kami memang tampang petinju, mbah. BOROK Tapi jiwa kami ustadz. RANGGONG
  • 60. 60 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau Banyak yang sebaliknya, mbah. (ketawa mereka) NINI Ketawanya jangan kepanjangan, nanti bisa kejang. Kalau rahang yang kejang masih tidak apa, tapi kalau mental yang kejang bisa fatal. (ketawa lagi mereka) BOROK (ketawa) Sampai pengin kencing. (ngeloyor pergi Borok sementara yang lain-lain semakin ramai ketawa) WIKU Kalau Waska selalu kejang, tapi anunya. Makanya hidupnya selalu belepotan! (ketawa) WASKA Kalau Wiku semuanya kejang kecuali otaknya. Jadinya kayak robot (ketawa) WIKU Kalau Waska ketawa ada maunya (ketawa) WASKA Kalau Wiku ketawa sebenarnya sedang sedih. (ketawa) (Sejak itu semua ketawa tak habis-habis) RANGGONG Aduh. Saya juga pengin kencing. (Ketawa lagi mereka, sementara Ranggong lari. Dan ketawa mereka habis-habisan sampai mereka kehabisan tenaga. Beberapa saat, mereka tak saling bicara. Dan diam-diam, masing- masing mulai menghadirkan dirinya yang asli. Wiku mulai merasakan amarahnya menjalari pembuluh darahnya menghadapi Waska yang baginya salah seorang yang tlah secara langsung menyebabkan kehancuran yang sedang berlangsung. Sebaliknya, Waska beranggapan Wikulah biang sema kehancuran ini karena eksperimen-eksperimennya dalam bidang ilmu murni) WIKU Apa yang kita ketawakan baru saja? (tanyanya dengan suara rendah. Nini mulai cemas) WASKA Diri kita sendiri. WIKU Ya. Di seberang ketawa panjang tadi adalah kehampaan dan keputus asaan sementara di sebaliknya adalah kebodohan. Manusia-manusia macam apa yang tega ketawa begitu rupa di tengah kehancuran mereka sendiri? manusia-manusia yang sedang putus asa. Manusia- manusia yang bodoh. Hanya ada dua cara yang dimiliki manusia macam ini, yaitu ketawa dan meratap. Pun. Habis. Itu saja. yang lain tidak punya. Tidak ada analisa. Apalagi nuansa. Itulah kamu!
  • 61. 61 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WASKA Sudah lama saya tidak pernah ketawa lagi. WIKU Kasus kamu memang spesifik. Kamu jarang ketawa karena jiwa kamu kejang, kram. Betul mulut kamu tidak ketawa, tapi otak kamu terus terbahak-bahak dan apa hasilnya? Inilah. Inilah. (katanya sambil menunjuk sekitar yang kerontang hangus itu) WIKU Lihat Waska. Saksikan sendiri. amati baik-baik semua ini. Saya yakin kamu sudah mengetahui semua ini. WASKA Saya sudah melihat bumi yang bagai kudisan ini di layar monitor pesawat saya, jauh sebelum mendarat. WIKU Ya, pasti. Dan kamu masih asyik dengan diri sendiri sekarang. Kamu tidak peduli sama sekali akan akibat yang telah kamu perbuat. Kamu tidak peduli bumi ini keropos. Yang kamu pedulikan hanyalah harga diri kamu sendiri. yang kamu cari hanyalah kepuasan diri kamu sendiri. kamu perlakukan semuanya hanya sebagai barang mainan. Kamu terus menciptakan mainan demi mainan. Dan sekarang setelah mainan kamu yang bernama bumi hancur lalu kamu berkelana mencari mainan baru. Betul-betul idiot kamu! WASKA Cuah! WIKU Cuah! NINI Wiku, sebaiknya kita kembali ke pondok kita untuk makan dulu. Setelah itu boleh kalian lanjutkan diskusi. WASKA Cuah! WIKU Ludah kamu memang terlalu banyak karena seluruh dirimu berlumur liur. Padahal sebenarnya yang patut kamu ludahi adalah wajah kamu sendiri. NINI Wiku. WASKA Saya diserang! WIKU
  • 62. 62 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau Begitu selalu kamu. Diserang! Diserang! Hidup bagi kamu hanya perang. Alam dan orang lain kamu anggap musuh. Tentu saja kamu hidup kayak cacing kepanasan. WASKA Cuah! Rupanya kamu sedang marah!? Dan bukan hanya marah, tapi hysteria! WIKU Bukan marah, Berang! WASKA Dan kamu sedang menuduh saya. WIKU Bukan menuduh. Menuntut! WASKA Bukan menuntut. Melawan! WIKU Ya, saya sedang melawan dan menantang kamu, Jenderal! Belum pernah selama hidup saya berpikir tentang membunuh, kecuali saat ini. WASKA Selama hidup saya selalu diliputi rasa dendam, tapi belum pernah saya berdendam seperti sekarang ini. Saya sengaja datang untuk membekuk dan mengadili kamu, empu! Kamu tidak akan bisa mengelak dari tanggung jawab kamu atas eksperimen-eksperimen kamu! Jangan pengecut! WIKU Kamu yang sebenarnya pengecut! Kamu yang sebetulnya mau cuci tangan melepas tanggung jawab! Kamu kira kamu bisa membersihkan sejarah kamu yang kotor berlumur darah itu? pencuri! Perampok! Pembunuh! WASKA Saya memang pembunuh tapi kamu otaknya! WIKU Tidak benar itu! fitnah! Otak saya tidak pernah berpikir tentang pembunuhan. Otak saya hanya berbakti pada ilmu karena semata hanya ingin tahu, ingin menyibak tabir rahasia Tuhan. Otak saya selalu saya karyakan untuk kemajuan manusia. Tapi sebaliknya, otak kamu hanya mengabdi kepada dendam dan pengrusakan dibalik dalih keamanan dan kesejahteraan! (Waska pun meraung. Kilat menyambar! Dan petir!) WASKA Gustav! OS GUSTAV Saya di sini, Waska. Di bawah jembatan! WASKA
  • 63. 63 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau Debleng! OS DEBLENG Di sini, Waska. Di balik tong sampah! WASKA Borok! OS BOROK Gua dikuburan cina, Waska! WASKA Ranggong! OS RANGGONG Ranggong di sini, Waska. Di becak nomor tiga belas! WASKA Japar! OS JAPAR Aku dalam bus kota, Waska! (Sekali lagi kilat menyambar. Dan petir. Sementara perdebatan itu berlangsung, Nini bekerja dengan skopnya membuat liang lahat. Sesekali menyela diskusi dengan beberapa patah kalimat yang akan ditambahkan kemudian) WIKU Tidak mungkin menolong orang dengan mencelakakan orang lain. Tidak mungkin membangun kebudayaan dengan alasan dendam dan kebencian. Logika apa itu? atas nama kemelaratan kamu melakukan perampokan dan mengumumkannya sebagai perang suci! WASKA Saya menggerakkan perampokan karena sebelumnya mereka juga melakukan hal yang sama! Saya merampok karena mereka juga perampok! WIKU Itulah kebudayaan yang kamu bangun! Merampok! WASKA Memang! Hidup memang rampok merampok! Sebelumnya orang tidak menyadari dan sejarah lain selalu dipalsukan. Sebelumnya orang dididik untuk menerima kemelaratan sebagai sesuatu kewajaran, yang alamiah dan takdir! Tapi setelah skandal itu terbuka, setelah tahu begitu panjang sejarah perampokan dibiarkan dan digelapkan, setelah otak saya bekerja, saya tak membiarkan perampokan itu terus berlangsung. WIKU Dan selanjutnya kamu menggantikan mereka melakukan perampokan? WASKA Ya! Saya rampok perampok!
  • 64. 64 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WIKU Dan sejarah menurut kamu seperti itu? merampok dan dirampok? WASKA Ya! WIKU Dan kamu tidak percaya sejarah semacam itu akan berubah!? WASKA Tidak! Perampokan akan terus berlangsung! Atau saya atau mereka! WIKU Ada yang akan merubahnya, Nih! (menunjuk kepalanya sendiri) Otak ini akan merubahnya. Ilmu akan merubahnya. Ilmu akan bekerja untuk membebaskan hidup dari siklus gila itu. WASKA Utopis! Mimpi! WIKU Tepat sekali!. Otak dan ilmu memang selalu wilayah mimpi dan utopia karenanya ia tidak pernah mengalami putus asa! WASKA Omong kosong macam apa kamu dengan sombong ingin memberontak kepada kepastian sejarah? WIKU O, diam-diam rupanya kamu juga termasuk yang percaya pada nasib atau takdir. Saya juga. Tapi lebih dari percaya, saya bekerja bersama otak dan ilmu untuk menjelajahinya, mengenalinya dan memngaruhinya. Sebaliknya kami fatalis yang sebenarnya cengeng yang tak punya daya. Karena kamu tidak pernah memakai otak. Karena kamu tidak pernah berpikir. karena slama ini kamu hanya robot-robot nasib, dendam dan kebencian. NINI Kalau belum juga kalian mau menghentikan pertikaian ini, segera saya akan terpaksa turun ke gelanggang. WIKU Kebudayaan seharusnya dibangun di atas keyakinan akan harapan dan cinta. Tidak sebaliknya seperti yang kalian lakukan. WASKA Betul-betul kelebihan otak kamu, sehingga otak orang lain begitu lihay kamu otak-atik. Untung otak saya masih tetap ditempatnya sehingga masih mampu memilah gelombang pikiranmu yang selalu semrawut. Kamu ini sebnarnya tukang sulap yang sangat berbahaya. Karena yang kamu sulap adalah hidup! Kamu juga idiot yang tidak diketahui sejarah! Otak kamu juga cacingan! Berbahaya! Otak siapa kamu kira yang meracuni otak banyak orang di
  • 65. 65 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau dunia? Otak kamu! Pembunuhan demi pembunuhan, peperangan demi peperangan, revolusi demi revolusi terjadi karena banyak otak yang cacingan! Ketularan otak kamu! Saya adalah tangan. Kamu adalah otak. Kalau memang kita berdua harus menanggung hukuman atas malapetaka ini seharusnya saya mendapatkan yang ringan. Ternyata tidak! Saya harus menanggung dosa lebih berat daripada kamu, sementara kamu tak habis-habisnya membersihkan nama kamu dalam sejarah! NINI Ini peringatan terakhir. Kalau dalam lima menit kalian tidak berhenti bicara saya akan menembakkan kata-kata saya. Saya jamin kalian akan segera bertumbangan dalam sekejap. WASKA Nah, masih punya kamu kata-kata sisa untuk membuat sulapan lagi? Masih kamu akan berusaha menutupi dosa kamu? Masih kamu mau mengelak tanggung jawab? WIKU Saya tidak pernah main sulap! Saya tidak pernah menutupi dosa dan sebaliknya kerja saya justru menyingkap dosa. Dan saya juga tidak pernah mengelak dari tanggung jawab. Tapi kamu juga jangan pernah lari dari tanggung jawab kamu, tuan Presiden! WASKA Saya bukan pengecut. Saya akan tetap di tempat saya, sekalipun langit akan menerkam saya. Tapi sebelum itu, jawab, siapa yang bertanggung jawab terhadap nasib saya/ siapa yang bertanggung jawab atas penderitaan saya karena saya tidak pernah mati? Otak siapa yang telah mengotak-atik sehingga punya formula penangkal ajal? NINI Formula jamu itu saya punya. Namanya Jamu Dadar Bayi yang manjur untuk memerpanjang umur. Apa kamu masih memerlukan lagi? BOROK Modar! Modar! (muncul Borok dalam keadaan pucat pasi dan sangat kebingungan sambil memegang bagian kemaluannya) BOROK Jangan diskusi dulu. Ini mendesak. (napasnya turun naik. Dan ia tidak bisa lancara bicara karena ada sesuatu yang berat ingin disampaikan) NINI Kenapa? Kencing kok sampai satu jam!? BOROK Ini lebih gawat dari kiamat. Tapi…. NINI Tampang rampok kok penakut. Pasti kamu baru lihat bukit yang ternyata tumpukan manusia mati, kan? Tidak usah takut. Besok juga bukit mayat itu akan rata. Kami berdua pasti akan
  • 66. 66 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau menguburkan semuanya baik-baik. Bagaimana pun mayat-mayat itu masih manusia. Kita tidak boleh menlantarkannya, sekalipun sudah menjadi mayat. Manusia adalah sejarah itu sendiri. dan sedikit banyak kematian mereka, langsung tidak langsung kita semua ikut memertanggung jawabkannya. BOROK Itu belum terlalu gawat. Ada mayat kecil yang paling gawat. NINI Mayat kecil itu mayat bayi. Itu memang tanggung jawab dan dosa kamu. Karena kamu telah merampok jatah hidup mereka. WASKA Cuah! Bicara yang jelas! Borok! Ada apa!? BOROK Bukan. Bukan mayat bayi. Maksud saya, diri saya yang kecil. WASKA Yang jelas! WIKU O, kamu mau bicara soal kosmos besar dan kosmos kecil. BOROK Aduh, saya masih pengin kencing. WASKA Apa susahnya kencing? BOROK Sudah satu jam saya mencoba kencing, tapi tidak bisa. Aduh. Habis tenaga saya. Sakitnya bukan main. WASKA Cuah! Apa perlu orang lain membuka celana kamu? Bikin malu! BOROK Ya, saya malu. Soalnya kosmos kecil saya hilang. Maksud saya titit saya hilang. (Semua ternganga) NINI Ini pasti karena ada yang salah ketika minum jamu dulu BOROK Aduh. Sakitnya bukan main. Ini pasti namanya siksa neraka. Matinya belum tapi siksanya duluan. Aduh…. WASKA Ranggong mana?
  • 67. 67 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau BOROK Boro-boro saya sempat memperhatikan dia. WASKA Soalnya dia juga pergi tidak berapa lama setelah kamu pergi. katanya juga mau kencing. BOROK Jangan-jangan hilang juga punya dia. NINI Belum tentu. Itu semua tergantung dari banyak faktor. BOROK Modar! Aduh! (Pergi lagi Borok, tapi…) WASKA He, mau kemana lagi kamu? BOROK Saya akan coba cari lagi. Siapa tahu jatuh di jalan tadi. (lalu dia pergi lagi) WASKA Nah, tanggung jawab siapa titit yang hilang itu? tanggung jawab siapa ajal yang tidak datang- datang? WIKU Yang pasti bukan tanggung jawab saya. Jamu itu bukan formula saya. NINI Memang bukan formula kamu, Wiku. Tapi saya sampai pada formula itu setelah memelajari beberapa penemuan-penemuan kamu. WIKU O ya? Yang mana? NINI Yang kemudian kamu serahkan kepada Sandek tua. (Wiku terpaku) WASKA Jadi tanggung jawab siapa? NINI Tanggung jawab kamu!
  • 68. 68 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WASKA Lho? Saya? Kok saya? Ringan betul cara Anda ngomong!? NINI Kamu yang bertanggung jawab karena kamu yang menggunakan formula itu. selain itu cara kamu mendapatkan formula itu juga dengan cara yang tidak syah. Kamu mencuri. WASKA Mencuri? Tidak mungkin. Ranggong dan Borok mengatakan bahwa kalian memberikannya sendiri formula itu secara sukarela. NINI Itu versi kalian dan pengarang sandiwara ini. Tapi menurut versi saya, formula itu kalian curi! WIKU Benarkan? Kamu memang pencuri. Saya berani katakana juga yang mencuri catatan harian saya jilid 29, jilid yang justru paling berbahaya kalau dibaca orang yang tidak paham betul akan teori dasar yang saya kembangkan. Ngaku! Saya bisa pastikan karena kamu meninggalkan banyak ludah di perpustakaan saya. Hampir saya kepeleset oleh ludah kamu. Saya kenal betul jenis serta warna ludah kamu. WASKA Boleh jadi iya. Saya sudah lupa apa dulu saya atau orang lain yang mencuri. Tapi yang pasti saya tidak mungkin mencuri kalau kamu tidak punya apa yang saya curi. WIKU Omongan apa ini? Jadi, kamu mencuri karena saya punya sesuatu yang akan kamu curi? Jadi, saya yang salah? WASKA Saya tidak menyimpulkan. Saya Cuma mengatakan begitu. NINI Sejak kalian mulai berdebat saya sudah menduga kalian berdua sebenarnya anak-anak kecil. Semakin kencang berdebat semakin membuktikan bahwa kalian memang anak-anak kecil atau idiot-idiot. Puih, dunia laki-laki memang dunia idiot! Kebudayaan kalian, kebudayaan laki-laki! Sekarang sudah waktunya saya turun ke gelanggang merebut kembali posisi yang telah kalian rampas puluhan abad yang lalu. (tiba-tiba sebuah pencakar langit yang hilang pucuknya tumbang begitu saja diikuti oleh pencakar-pencakar langit dan gedung yang lain. Gemuruhnya bukan main. Serupa gempa. Tapi semuanya hanya sekejap. Dan semuanya meninggalkan kepulan debu di mana-mana) NINI Lihat! Sebuah kota dengan seperangkat pencakar langitnya rontok dalam sekejap. Itulah perlambang keperkasaan kebudayaan dan peradaban laki-laki. Sombong namun kosong. Perkasa namun cepat binasa. WASKA Cuah!
  • 69. 69 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau (Wiku cemberut sambil memegang-megang daun telinganya sendiri) NINI Perempuan adalah Ibu kebudayaan, sungguh-sungguh Ibu, sungguh-sungguh empu. Perempuan yang melahirkan rumah, peladangan, peternakan, pertanian, perkebunan dan industry. Bahkan perempuan adalah manajer pertama, guru pertama yang memiliki ide konservasi. Perempuan adalh lambing konstruksi, lambing pembangunan. Sementara laki-laki lambing destruksi. Dan last but not least, perempuan yang melahirkan serta melanjutkan hidup. Semua itu dikaryakan perempuan dengan dasar naluri wajar, yaitu cinta dan kasih sayang dan bukan dengan dasar nafsu, yaitu dendam, kebencian dan persaingan seperti pada laki-laki. Jangan sedih Wiku. WIKU Saya tidak sedih. Saya terharu. WASKA Cuah! WIKU Saya terharu karena kamu telah mengungkapkan apa-apa yang sebenarnya sudah lama juga saya pikirkan. Saya jadi semakin menyesal akan kesalahan-kesalahan saya. Terkutuk saya! NINI Wiku, sayang. WIKU Kenapa Tuhan tidak melahirkan saya sebagai perempuan? Oh, nasi sudah menjadi bubur. Tapi tetap saya menyesal. Dan saya marah pada diri sendiri. terkutuk saya. Picisan saya! Korup saya! (Wiku terus memukul-mukul kepalanya sendiri. sementara itu Waska mondar-mandir gelisah) NINI Betulkan? Ini buktinya bahwa laki-laki anak kecil. Sepanjang hidupnya ia memerlukan seorang Ibu, seorang perempuan. WIKU Ondel-ondel berotak saya! NINI Sayang, kenapa? Ada apa? (seperti kepada anak kecil) WIKU Saya menyesal. Menyesal. NINI Bagus. Itu permulaan dari tahu diri. Artinya sejak sekarang kamu akan lebih berhadil membina kebudayaan baru.
  • 70. 70 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau WIKU Tapi sesal ini tak habis-habis. NINI Itu buruk. Sesal tak habis-habis ama dengan makan tak habis-habis. Itu rakus. Dan rakus itu berbahaya. WIKU Tolong Ni, peluk saya. NINI Sayang…. (Nini dengan sayang memeluknya dan Wiku segera merasa tentram) NINI Nah, siapa sekarang yang berani mengatakan bahwa laki-laki lebih kuat? WASKA Cuah! NINI Jangan salah paham. Saya sama sekali tidak sedang bicara soal hak karena saya tidak suka politik. Saya sedang membuktikan harmoni karena saya berbakti pada hidup dan peradaban. WASKA Ngomong memang gampang! Tapi siapa akan memeluk saya? Coba piker, siapa? (meregang peluk, Wiku dan Nini mulai berpikir) Saya bahkan tak pernah mengizinkan diri saya menangis karena saya sadar, tangis saya tak akan dipahami siapa-siapa. Tak pernah ada yang memeluk saya. NINI Saya dengar. WIKU Ya, mana itu pasangan kumpul kebo kamu? Gayah, mana? (Waska sedih amat dalam sekali) WIKU Jadi…. NINI Gayah sudah mendahului kamu? (Waska dengan sedih menganggukan kepala) NINI Bersyukurlah. WASKA Tapi saya bagaimana?
  • 71. 71 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau NINI Bagaimana bagaimana? WASKA Ending lakon saya. Nasib saya. Saya sebetulnya tidak peduli apa saja. tidak peduli. Perdebatan tadi juga tidak ada artinya buat saya. Perdebatan kosong. NINI Bukan saja kosong. Kuno! Ketinggalan zaman! WIKU Tapi rasa dosa ini tak pernah bisa lepas. NINI Karena dosa kalian menyangkut zaman. WASKA Satu-satunya yang saya perlukan hanyalah mati. (Wiku memandang Nini. Begitu sebaliknya) WASKA Mencoba bunuh diri sudah. Mencoba membunuh sudah. Tapi kami bertiga tidak juga mati. Kemudian kami arungi galaxy, kami kaparkan diri kami di bulan. Tidak juga kami mati. Karena itu saya bawa lagi Borok dan Ranggong kembali ke sini untuk menemui kalian dengan harapan mendapatkan formula lain yang mampu menangkal formula yang baru. WIKU Betul-betul egois, individualis, materialis paling sempurna kamu. Selalu yang kamu sibukkan hanya keperluan dan kepentingan diri kamu sendiri saja. betul kata saya kan, Nini? NINI Betul. Tapi kalian berdua sama dan sebagun. (muncul Borok dalam wajah yang amat sangat sengasara) BOROK Tidak ada. (Semua melongok. kasihan) BOROK Senti demi senti yang saya susuri saya teliti, helai demi helai rumput hangus itu saya sibaki, buti demi butir kerikil saya baliki, tapi titit itu tetap tidak saya temukan. NINI Selalu persoalan titit yang paling merepotkan sepanjang sejarah. Institusi-institusi social didirikan, dari yang paling kecil sampai besar, semuanya gara-gara persoalan titit. Diciptakan begitu banyak kaidah, norma, hokum dan undang-undang serta peraturan, konvensi-konvensi juga menertibkan persoalan titit. Bahkan deregulasi dan prestroika saya sangsi dapat menyelesaikan persoalan ini. WASKA
  • 72. 72 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau Repot amat. Apa tidak mungkin kamu ganti saja barang yang selalu merepotkan itu? BOROK Saya juga berpikir begitu. karena itu saya coba menelanjangi satu mayat. Saya piker okelah pakai yang tweede-hands dan oklah juga mayat itu lain kebangsaan dengan saya; lagi saya kira persoalan titit kan tidak mengenal kebangsaan, universal! WASKA Ya, lalu? Ceritanya jangan panjang. Porno. BOROK Setelah saya teliti eh, ternyata mayat itu juga rupanya kehilangan barang yang sama. Lalu saya baliki mayat yang lain. Eh sama juga. Akhirnya saya telanjangi semua mayat dan ternyata semua mayat juga tidak lengkap. (dengan air muka yang mengibakan, Borok memandang kepada bossnya) WASKA Kenapa kamu memandang saya begitu rupa? Kamu kira saya rela minjamin barang saya? BOROK Tidak. Saya hanya mau Tanya. Bagaimana perkembangan kita? Kapan kita mati? WASKA Baru saja saya sampaikan persoalan kita pada pasangan tukang sihir ini. BOROK Tolong mbah. Hukan-hidup sudah kami jalani. Sekarang berikanlah formula keajaiban yang lain. (Wiku dan Nini menjauhi mereka, membelakangi mereka) WASKA Cuah! BOROK Tolong, mbah. Hidup kepanjangan tanpa titit pasti sudah siksaan yang paling siksaan. Tolong. WASKA (marah) Cuah! (dengan geram, Waska menjambak punggung baju Wiku) WASKA Kalian memang ningrat-ningrat yang sok! (dilemparkannya lelaki tua itu yang tentu saja menyebabkan Nini segera menolongnya. Menjerit tentu Nini) NINI Dasar perampok! Hidup kalian rampok. Sekarang kalia juga akan merampok mati. Kalian betul-betul tidak menyadari apa yang sebenarnya kalian perbuat. Kalian ini merampok Tuhan!
  • 73. 73 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau (rasa terpukul Waska. Juga Borok) WIKU Sudah, Ni. Sudah. Saya tidak apa-apa kok. Sudahlah. Jangan tambah lagi siksaan mereka. (pause) Biar saya saja yang akan mengatakan semuanya. (lalu dengan tenang Wiku mendekati Waska yang napasnya turun naik, Borok jongkok) WIKU Kamu tidak sendirian WASKA Memang bukan saya saja. juga Ranggong dan Borok. Bertiga. WIKU Bukan bertiga. Berlima. WASKA Berlima? WIKU Saya dan Nini juga punya derita yang sama. (ternganga Waska, Borok juga. Nini kelihatan tetap tegar) WIKU Jauh sebelum kalian minum jamu itu, lebih dulu Nini sendiri menenggaknya sebagai percobaan pertama atas manusia. Saya juga kemudian menenggaknya, karena saya tak hendak berpisah dari Nini. Mungkin ada perhitungan yang keliru. Atau mungkin juga memang tidak akan terhitung. Maka jadilah kami seperti yang kalian alami sekarang. WASKA Lalu apa artinya ini? (cemasnya bukan main Waska) BOROK (lemes) Modar! WIKU Kita hidup dan hidup WASKA Sampai kapan? WIKU Sampai mati. BOROK Indah sekali.